Formalin dalam Bahan Makanan docx
Formalin dalam Bahan Makanan
Oleh
Kelompok I
ABSTRAK
Yang dimaksud pengawet adalah bahan tambahan makanan yang mencegah atau menghambat
pengasaman atau peruraian lain terhadap makanan yang disebabkan oleh mikroorganisme.
Penggunaan pengawet dalam makanan harus tepat, baik jenis maupun dosisnya. Formalin
merupakan nama dagang untuk formaldehid yang dilarutkan dalam air dengan konsentrasi
37%. Formalin berperan dalam bidang kesehatan, industri kimia, dan fotografi. Formalin
kadang digunakan sebagai pengawet makanan misalnya pada mie basah, tahu, bakso, ikan
segar, ikan asin, dan lain-lain. Formalin sangat berbahaya bagi kesehatan karena beracun,
karsinogenik, mutagenic, korosif dan iritatif. Formalin berpengaruh negatif terhadap saluran
pernapasan, mata, saluran pencernaan, saraf, dan lain-lain. Oleh karena itu, dalam Permenkes
RI No. 722/Menkes/Per/IX/88, formalin merupakan salah satu bahan yang dilarang
digunakan sebagai pengawet.
Kata Kunci : Pengawet, Makanan,
PENDAHULUAN
Seperti yang sudah sangat mendasar bagi kehidupan manusia, manusia tidak akan bisa
terlepas dari makanan. Sebab dengan makanan manusia akan bisa bertahan hidup. Dan
diharapkan agar kandungan dalam makanan tersebut mengandung kadar yang dibutuhkan
oleh tubuh yaitu zat gizi seperti karbohidrat, lemak, protein, vitamin, mineral dan zat gizi
lain. Namun sesuai dengan perkembangan zaman dan meningkatnya tehnologi dan ilmu
pengetahuan. Banyak bahan makanan yang di dalamnya sudah terkandung bahan tambahan
baik berupa penambah kelezatan ataupun pewarna dan yang paling serius adalah penambahan
bahan pengawet dalam bahan makanan yang akan dikonsumsi. Pengawet pada makanan
memiliki efektifitas yang berbeda-beda, ada yang efektif terhadap bakteri, khamir/kapang, ada yang
efektif terhadap aktifitas enzim. Jadi pemakaian pengawet harus disesuaikan dengan kebutuhan
Seperti halnya formalin,zat pengawet yang sangat berbahaya yang akhir- akhir ini beralih
fungsi dari pengawet mayat, atau preparat biologi, antiseptik toilet, dan disinfektan menjadi
pengawet makanan.
Terkait dengan kasus maraknya penggunaan formalin pada pengawetan ikan Peneliti
dari UBH baru-baru ini menemukan pemakaian formalin dan boraks untuk mengawetkan
ikan asin di tiga pasar di Kabupaten Lima Puluh Kota dan Kota Payakumbuh. Ikan asin dari
kedua daerah itu diperoleh dari Kota Padang. Penelitian tentang kelayakan ikan sudah
dilakukan beberapa tahun terakhir, dan hasilnya selalu positif terdapat kandungan formalin
atau boraks untuk pengawetan.( Kompas 1 Oktober 2010 )
Formalin dalam Bahan
Makanan
Page 1
1. Formalin
Pengawet pada makanan memiliki efektifitas yang berbeda-beda, ada yang efektif
terhadap bakteri, khamir/kapang, ada yang efektif terhadap aktifitas enzim. Jadi pemakaian
pengawet harus disesuaikan dengan kebutuhan. Jangan sampai salah pilih pengawet karena
ada pengawet yang dilarang ditambahkan pada makanan. Pengawet yang dilarang ini sangat
berbahaya bagi kesehatan manusia. Bahan pengawet yang dilarang digunakan pada makanan
salah satunya yaitu formalin.
Formalin adalah berupa cairan dalam suhu ruangan, tidak berwarna, bau sangat
menyengat, mudah larut dalam air dan alkohol. Senyawa kimia formaldehida (juga
disebut metanal, atau formalin) merupakan aldehida dengan rumus kimia H2CO, yang
berbentuknya gas, atau cair yang dikenal sebagai formalin, atau padatan yang dikenal
sebagai paraformaldehyde atau trioxane. Formaldehida awalnya disintesis oleh
kimiawan Rusia Aleksander Butlerov tahun 1859, tapi diidentifikasi oleh Hoffman
tahun 1867.
Formalin merupakan larutan komersial dengan konsentrasi 10-40% dari formaldehid. Bahan
ini biasanya digunakan sebagai antiseptic, germisida, dan pengawet. Formalin mempunyai
banyak nama kimia diantaranya adalah : Formol, Methylene aldehyde, Paraforin, Morbicid,
Oxomethane, Polyoxymethylene glycols, Methanal, Formoform, Superlysoform, Formic
aldehyde, Formalith, Tetraoxymethylene, Methyl oxide, Karsan, Trioxane, Oxymethylene dan
Methylene glycol. Di pasaran, formalin bisa ditemukan dalam bentuk yang sudah diencerkan,
dengan kandungan formaldehid 10-40 persen.
(http://puterakembara.org/archives8/00000066.shtml)
Secara umum kegunaan formalin diantaranya:
Pembalsam atau pengawet mayat,
Pengawetan hewan-hewan, baik yang dilakukan para pemburu maupun para siswa
dan mahasiswa di laboratorium,
Sebagai desinfektan (pembunuh kuman) sehingga dimanfaatkan sebagai pencampur
untuk pembersih lantai, kapal, gudang dan pakaian,
Pembasmi lalat dan sejumlah serangga,
Sebagai bahan pembuatan zat pewarna, cermin kaca, dan bahan peledak,
Dalam dunia fotografi biasanya digunakan untuk pengeras lapisan gelatin dan kertas,
Bahan pembuatan pupuk dalam bentuk urea,
Bahan pengawet produk kecantikan dan pengeras kuku,
Pencegah korosi untuk sumur minyak,
Bahan untuk pembuatan produk parfum,
Bahan perekat untuk produk kayu lapis (playwood).
Karena resin formaldehida dipakai dalam bahan konstruksi seperti kayu lapis/tripleks,
karpet, dan busa semprot dan isolasi, serta karena resin ini melepaskan formaldehida pelanpelan, formaldehida merupakan salah satu polutan dalam ruangan yang sering ditemukan.
Apabila kadar di udara lebih dari 0,1 mg/kg, formaldehida yang terhisap bisa menyebabkan
iritasi kepala dan membran mukosa, yang menyebabkan keluarnya air mata, pusing,
teggorokan serasa terbakar, serta kegerahan.
Jika terpapar formaldehida dalam jumlah banyak, misalnya terminum, bisa
menyebabkan kematian. Dalam tubuh manusia, formaldehida dikonversi menjadi asam
Formalin dalam Bahan
Makanan
Page 2
format yang meningkatkan keasaman darah, tarikan napas
sering, hipotermia, juga koma, atau sampai kepada kematiannya.
menjadi
pendek
dan
Di dalam tubuh, formaldehida bisa menimbulkan terikatnya DNA oleh protein,
sehingga mengganggu ekspresi genetik yang normal. Binatang percobaan yang menghisap
formaldehida terus-terusan terserang kanker dalam hidung dan tenggorokannya, sama juga
dengan yang dialami oleh para pegawai pemotongan papan artikel. Tapi, ada studi yang
menunjukkan apabila formaldehida dalam kadar yang lebih sedikit, seperti yang digunakan
dalam bangunan, tidak menimbulkan pengaruh karsinogenik terhadap makhluk hidup yang
terpapar zat tersebut. (http://id.wikipedia.org/wiki/Formaldehida)
2. Penyalahgunaan Formalin
Dalam jumlah sedikit, formalin akan larut dalam air, serta akan dibuang ke luar
bersama cairan tubuh. Sehingga formalin sulit dideteksi keberadaannya di dalam darah.
Imunitas tubuh sangat berperan dalam berdampak tidaknya formalin di dalam tubuh. Jika
imunitas tubuh rendah atau mekanisme pertahanan tubuh rendah, sangat mungkin formalin
dengan kadar rendah pun bisa berdampak buruk terhadap kesehatan. Usia anak khususnya
bayi dan balita adalah salah satu yang rentan untuk mengalami gangguan ini. Secara mekanik
integritas mukosa (permukaan) usus dan peristaltik (gerakan usus) merupakan pelindung
masuknya zat asing masuk ke dalam tubuh. Secara kimiawi asam lambung dan enzim
pencernaan menyebabkan denaturasi zat berbahaya tersebut. Secara imunologik sIgA
(sekretori Imunoglobulin A) pada permukaan mukosa dan limfosit pada lamina propia dapat
menangkal zat asing masuk ke dalam tubuh. Pada usia anak, usus imatur (belum sempurna)
atau sistem pertahanan tubuh tersebut masih lemah dan gagal berfungsi sehingga
memudahkan bahan berbahaya masuk ke dalam tubuh sulit untuk dikeluarkan. Hal ini juga
akan lebih mengganggu pada penderita gangguan saluran cerna yang kronis seperti pada
penderita Autism, penderita alergi dan sebagainya.
Penggunaan bahan pengawet formalin yang tidak disetujui oleh Menteri Kesehatan
(Peraturan Menteri kesehatan No.1168/Menkes/PER/X/1999) untuk mengawetkan produk
pangan masih saja digunakan oleh paraprodusen. Untuk memperpanjang umur simpan tahu
dan bahkan disinyalir pula bahwa formalin dipergunakan untuk mengawetkan daging ayam
segar oleh para pedagang.(http:// Profil Fakultas Teknologi Pangan UNISRI Solo/2007)
Formalin memang terbukti mampu memperpanjang umur simpan tahu, seperti
dibuktikan oleh hasil penelitian Winarno tahun 1978 berikut ini: perendaman dalam larutan
formalin 2% selama 3 menit saja, terbukti mampu memperpanjang umur simpan tahu sampai
4 – 5 hari, sedangkan tahu yang direndam air hanya mampu bertahan 1 – 2 hari. Yang
menjadi masalah formalin bukan merupakan BTP – Bahan Tambahan Pangan (Food
additive).
Formalin masuk ke dalam tubuh manusia melalui dua jalan, yaitu mulut dan
pernapasan. Sebetulnya, sehari-hari kita menghirup formalin dari lingkungan sekitar. Polusi
yang dihasilkan oleh asap knalpot dan pabrik, mengandung formalin yang mau tidak mau kita
hirup, kemudian masuk ke dalam tubuh. Asap rokok atau air hujan yang jatuh ke bumi pun
sebetulnya juga mengandung formalin.
Formalin dalam Bahan
Makanan
Page 3
Formalin sangat berbahaya jika terhirup, mengenai kulit dan tertelan. Akibat yang
ditimbulkan dapat berupa : luka bakar pada kulit, iritasi pada saluran pernafasan, reaksi alergi
dan bahaya kanker pada manusia. Jika kandungan dalam tubuh tinggi, akan bereaksi secara
kimia dengan hampir semua zat di dalam sel, sehingga menekan fungsi sel dan menyebabkan
kematian sel yang menyebabkan kerusakan pada organ tubuh. Formalin merupakan zat yang
bersifat karsinogenik atau bisa menyebabkan kanker. Beberapa penelitian terhadap tikus dan
anjing pemberian formalin dalam dosis tertentu jangka panjang secara bermakna
mengakibatkan kanker saluran cerna seperti adenocarcinoma pylorus, preneoplastic
hyperplasia pylorus dan adenocarcinoma duodenum. Penelitian lainnya menyebutkan
pengingkatan resiko kanker faring (tenggorokan), sinus dan cavum nasal (hidung) pada
pekerja tekstil akibat paparan formalin melalui hirupan.
Berdasarkan hasil investigasi dan pengujian laboratorium yang dilakukan Balai Besar
Pengawasan Obat dan Makanan (POM) di Jakarta, ditemukan sejumlah produk pangan
seperti ikan asin, mi basah, dan tahu yang memakai formalin sebagai pengawet. Produk
pangan berformalin itu dijual di sejumlah pasar dan supermarket di wilayah DKI Jakarta,
Banten, Bogor, dan Bekasi. Adanya bahan aditif dan pengawet berbahaya dalam makanan ini
sebenarnya sudah lama menjadi rahasia umum. Tetapi masalah klasik tersebut kembali
menjadi pembicaraan hangat akhir tahun ini karena temuan Balai POM. Fakta ini lebih
menyadarkan masyarakat bahwa selama ini terdapat bahaya formalin yang mengancam
kesehatan yang berasal dari konsumsi makanan sehari-hari. (http://www.depkes.go.id)
Akibat jangka pendek yang terjadi biasanya bila terpapar formalin dalam jumlah yang
banyak, Tanda dan gejala akut atau jangka pendek yang dapat terjadi adalah bersin, radang
tonsil, radang tenggorokan, sakit dada, yang berlebihan, lelah, jantung berdebar, sakit kepala,
mual, diare dan muntah. Pada konsentrasi yang sangat tinggi dapat menyebabkan kematian.
Bila terhirup formalin mengakibatkan iritasi pada hidung dan tenggorokan, gangguan
pernafasan, rasa terbakar pada hidung dan tenggorokan serta batuk-batuk. Kerusakan jaringan
sistem saluran pernafasan bisa mengganggu paru-paru berupa pneumonia (radang paru) atau
edema paru ( pembengkakan paru).
Bila terkena kulit dapat menimbulkan perubahan warna, kulit menjadi merah, mengeras, mati
rasa dan ada rasa terbakar. Apabila terkena mata dapat menimbulkan iritasi mata sehingga
mata memerah, rasanya sakit, gata-gatal, penglihatan kabur dan mengeluarkan air mata. Bila
merupakan bahan berkonsentrasi tinggi maka formalin dapat menyebabkan pengeluaran air
mata yang hebat dan terjadi kerusakan pada lensa mata.
(http://puterakembara.org/archives8/00000066.shtml)
Apabila tertelan maka mulut, tenggorokan dan perut terasa terbakar, sakit menelan,
mual, muntah dan diare, kemungkinan terjadi pendarahan , sakit perut yang hebat, sakit
kepala, hipotensi (tekanan darah rendah), kejang, tidak sadar hingga koma. Selain itu juga
dapat terjadi kerusakan hati, jantung, otak, limpa, pankreas, sistem susunan syaraf pusat dan
ginjal.
Meskipun dalam jumlah kecil, dalam jangka panjang formalin juga bisa mengakibatkan
banyak gangguan organ tubuh. Apabila terhirup dalam jangka lama maka akan menimbulkan
sakit kepala, gangguan sakit kepala, gangguan pernafasan, batuk-batuk, radang selaput lendir
hidung, mual, mengantuk, luka pada ginjal dan sensitasi pada paru. Gangguan otak
mengakibatk efek neuropsikologis meliputi gangguan tidur, cepat marah, gangguan emosi,
Formalin dalam Bahan
Makanan
Page 4
keseimbangan terganggu, kehilangan konsentrasi, daya ingat berkurang dan gangguan
perilaku lainnya.
Dalam jangka panjang dapat terjadi gangguan haid dan kemandulan pada perempuan. Kanker
pada hidung, ronggga hidung, mulut, tenggorokan, paru dan otak juga bisa terjadi.
Apabila terkena kulit, kulit terasa panas, mati rasa, gatal-gatal serta memerah,
kerusakan pada jari tangan, pengerasan kulit dan kepekaan pada kulit, dan terjadi radang kulit
yang menimbulkan gelembung. Jika terkena mata, bahaya yang paling menonjol adalah
terjadinya radang selaput mata. Jika tertelan akan menimbulkan iritasi pada saluran
pernafasan, muntah-muntah dan kepala pusing, rasa terbakar pada tenggorokan, penurunan
suhu badan dan rasa gatal di dada.
Sebagian besar makanan yang di jual di sekitar kita, menggunakan bahan pengawet karena
faktor kesengajaan. Untuk dapat menghindari bahaya tersebut, kita dapat mengenali ciri-ciri
makanan yang mengandung bahan pengawet :
Jajanan di pinggir jalan yang murah, makanan yang tidak jelas, dan tidak higienis.
Tahu yang bentuknya sangat bagus, kenyal, tidak mudah hancur, awet beberapa hari, dan
tidak mudah busuk .
Mie basah yang awet beberapa hari dan tidak mudah basi dibandingkan dengan yang
tidak mengandung formalin.
Ayam potong yang berwarna putih bersih, awet, dan tidak mudah busuk
Ikan basah yang berwarna putih bersih, kenyal, insangnya berwarna merah tua bukan
merah segar, awet sampai beberapa hari dan tidak cepat busuk.
Makanan Bakso yang biasa di konsumsi, teksturnya lebih keras, rasanya kenyal, agak
berbau zat kimia, tahan lama dan tidak mudah basi.
(http://www.depkes.go.id)
3. Penanganan Bila Terpapar Formalin
Bila terkena hirupan atau terkena kontak langsung formalin, tindakan awal yang harus
dilakukan adalah menghindarkan penderita dari daerah paparan ke tempat yang aman. Bila
penderita sesak berat, kalau perlu gunakan masker berkatup atau peralatan sejenis untuk
melakukan pernafasan buatan. Bila terkena kulit lepaskan pakaian, perhiasan dan sepatu yang
terkena formalin. Cuci kulit selama 15-20 menit dengan sabun atau deterjen lunak dan air
yang banyak dan dipastikan tidak ada lagi bahan yang tersisa di kulit. Pada bagian yang
terbakar, lindungi luka dengan pakaian yag kering, steril dan longgar.
Bilas mata dengan air mengalir yang cukup banyak sambil mata dikedip-kedipkan.
Pastikan tidak ada lagi sisa formalin di mata. Aliri mata dengan larutan dengan larutan garam
dapur 0,9 persen (seujung sendok teh garam dapur dilarutkan dalam segelas air) secara terusmenerus sampai penderita siap dibawa ke rumah sakit atau ke dokter. Bila tertelan segera
minum susu atau norit untuk mengurangi penyerapan zat berbahaya tersebut. Bila diperlukan
segera hubungi dokter atau dibawa ke rumah sakit.
( http://id.medicine-and-health/formalin-dan-bahayanya)
Yang lebih menyulitkan adalah pemantauan efek samping jangka panjang. Biasanya hal
ini terjadi akibat paparan terhadap formalin dalam jumlah kecil. Dalam jangka pendek akibat
Formalin dalam Bahan
Makanan
Page 5
yang ditimbulkan seringkali tanpa gejala atau gejala sangat ringan. Jangka waktu tertentu
gangguan dan gejala baru timbul.
Isu adanya formalin yang terdapat dalam bahan makanan dan alat makan seharí-hari ini
memang harus diwaspadai. Tetapi sebaiknya tidak harus disikapi secara berlebihan. Bukan
berarti kita harus sama sekali tidak makan tahu, bakso, mi basah atau ikan asin. Atau kita
tidak harus menghindari bahan plastik atau melamin untuk alat makan kita. Karena tidak
semua bahan makanan atau alat makan tersebut mengandung formalin. Yang penting
konsumen harus jeli dengan memperhatikan kualitas makanan dan alat makan yang dibeli
atau dipakai.
Untuk alat makan berasal dari plastik atau melamin, kalau mudah sekali pudar atau
kusam, berarti bahannya banyak yang terkikis maka produk seperti ini perlu dihindari. Jika
tidak yakin akan kualitas produk melamin yang Anda punya, sebaiknya jangan gunakan
piranti makan tersebut untuk makanan serta minuman panas. Untuk makanan dingin,
biasanya tidak berbahaya. Formalin yang sudah membentuk polimer dalam keadaan dingin
sulit untuk terurai. Dalam mengonsumsi bahan makanan kita harus mencermati makanan
yang mengandung formalin. Kalau tahu tahan sampai berhari-hari, kenyal dan padat sangat
mungkin mengandung formalin. Sebetulnya, makanan yang mengandung formalin memiliki
bau yang khas, sehingga bisa dideteksi oleh orang awam sekalipun.
Pencegahan paparan langsung terhadap formalin harus dilakukan, khususnya bagi
pekerja industri yang memakai formalin. Agar tidak terhirup gunakan alat pelindung
pernafasan, seperti masker, kain atau alat lainnya yang dapat mencegah kemungkinan
masuknya formalin ke dalam hidung atau mulut. Lengkapi sistem ventilasi dengan penghisap
udara (exhaust fan) yang tahan ledakan. Gunakan pelindung mata atau kacamata pengaman
yang tahan terhadap percikan. Sediakan kran air untuk mencuci mata di tempat kerja yang
berguna apabila terjadi keadaan darurat. Pencegahan paparan pada kulit sebaiknya
menggunakan sarung tangan dan pakaian pelindung bahan kimia yang tahan terhadap bahan
kimia. Hindari makan, minum dan merokok selama bekerja atau cuci tangan sebelum makan.
PENUTUP
Meskipun dampaknya sangat berbahaya jika terakumulasi di dalam tubuh, sangatlah
tidak bijaksana jika melarang penggunaan formalin. Banyak industri memerlukan formalin
sehingga harus bijaksana dalam menggunakannya. Paling utama adalah dengan tidak
menggunakannya pada makanan, karena masih ada pengawet makanan yang aman. Depkes
atau Badan POM beserta instansi terkait harus mengawasi secara ketat dan terus menerus
dalam masalah ini. Adapun merupakan tanggung jawab kita bersama untuk mencegah
penyalahgunaan formalin sebagai pengawet makanan demi kesehatan bersama.
DAFTAR PUSTAKA
Kompas 1 Oktober 2010
http://id.wikipedia.org/wiki/Formaldehida
http://id.medicine-and-health/formalin-dan-bahayanya
Formalin dalam Bahan
Makanan
Page 6
http:// id.Profil Fakultas Teknologi Pangan UNISRI Solo/2007
http://puterakembara.org/archives8/00000066.shtml
http://www.depkes.go.id
Formalin dalam Bahan
Makanan
Page 7
Oleh
Kelompok I
ABSTRAK
Yang dimaksud pengawet adalah bahan tambahan makanan yang mencegah atau menghambat
pengasaman atau peruraian lain terhadap makanan yang disebabkan oleh mikroorganisme.
Penggunaan pengawet dalam makanan harus tepat, baik jenis maupun dosisnya. Formalin
merupakan nama dagang untuk formaldehid yang dilarutkan dalam air dengan konsentrasi
37%. Formalin berperan dalam bidang kesehatan, industri kimia, dan fotografi. Formalin
kadang digunakan sebagai pengawet makanan misalnya pada mie basah, tahu, bakso, ikan
segar, ikan asin, dan lain-lain. Formalin sangat berbahaya bagi kesehatan karena beracun,
karsinogenik, mutagenic, korosif dan iritatif. Formalin berpengaruh negatif terhadap saluran
pernapasan, mata, saluran pencernaan, saraf, dan lain-lain. Oleh karena itu, dalam Permenkes
RI No. 722/Menkes/Per/IX/88, formalin merupakan salah satu bahan yang dilarang
digunakan sebagai pengawet.
Kata Kunci : Pengawet, Makanan,
PENDAHULUAN
Seperti yang sudah sangat mendasar bagi kehidupan manusia, manusia tidak akan bisa
terlepas dari makanan. Sebab dengan makanan manusia akan bisa bertahan hidup. Dan
diharapkan agar kandungan dalam makanan tersebut mengandung kadar yang dibutuhkan
oleh tubuh yaitu zat gizi seperti karbohidrat, lemak, protein, vitamin, mineral dan zat gizi
lain. Namun sesuai dengan perkembangan zaman dan meningkatnya tehnologi dan ilmu
pengetahuan. Banyak bahan makanan yang di dalamnya sudah terkandung bahan tambahan
baik berupa penambah kelezatan ataupun pewarna dan yang paling serius adalah penambahan
bahan pengawet dalam bahan makanan yang akan dikonsumsi. Pengawet pada makanan
memiliki efektifitas yang berbeda-beda, ada yang efektif terhadap bakteri, khamir/kapang, ada yang
efektif terhadap aktifitas enzim. Jadi pemakaian pengawet harus disesuaikan dengan kebutuhan
Seperti halnya formalin,zat pengawet yang sangat berbahaya yang akhir- akhir ini beralih
fungsi dari pengawet mayat, atau preparat biologi, antiseptik toilet, dan disinfektan menjadi
pengawet makanan.
Terkait dengan kasus maraknya penggunaan formalin pada pengawetan ikan Peneliti
dari UBH baru-baru ini menemukan pemakaian formalin dan boraks untuk mengawetkan
ikan asin di tiga pasar di Kabupaten Lima Puluh Kota dan Kota Payakumbuh. Ikan asin dari
kedua daerah itu diperoleh dari Kota Padang. Penelitian tentang kelayakan ikan sudah
dilakukan beberapa tahun terakhir, dan hasilnya selalu positif terdapat kandungan formalin
atau boraks untuk pengawetan.( Kompas 1 Oktober 2010 )
Formalin dalam Bahan
Makanan
Page 1
1. Formalin
Pengawet pada makanan memiliki efektifitas yang berbeda-beda, ada yang efektif
terhadap bakteri, khamir/kapang, ada yang efektif terhadap aktifitas enzim. Jadi pemakaian
pengawet harus disesuaikan dengan kebutuhan. Jangan sampai salah pilih pengawet karena
ada pengawet yang dilarang ditambahkan pada makanan. Pengawet yang dilarang ini sangat
berbahaya bagi kesehatan manusia. Bahan pengawet yang dilarang digunakan pada makanan
salah satunya yaitu formalin.
Formalin adalah berupa cairan dalam suhu ruangan, tidak berwarna, bau sangat
menyengat, mudah larut dalam air dan alkohol. Senyawa kimia formaldehida (juga
disebut metanal, atau formalin) merupakan aldehida dengan rumus kimia H2CO, yang
berbentuknya gas, atau cair yang dikenal sebagai formalin, atau padatan yang dikenal
sebagai paraformaldehyde atau trioxane. Formaldehida awalnya disintesis oleh
kimiawan Rusia Aleksander Butlerov tahun 1859, tapi diidentifikasi oleh Hoffman
tahun 1867.
Formalin merupakan larutan komersial dengan konsentrasi 10-40% dari formaldehid. Bahan
ini biasanya digunakan sebagai antiseptic, germisida, dan pengawet. Formalin mempunyai
banyak nama kimia diantaranya adalah : Formol, Methylene aldehyde, Paraforin, Morbicid,
Oxomethane, Polyoxymethylene glycols, Methanal, Formoform, Superlysoform, Formic
aldehyde, Formalith, Tetraoxymethylene, Methyl oxide, Karsan, Trioxane, Oxymethylene dan
Methylene glycol. Di pasaran, formalin bisa ditemukan dalam bentuk yang sudah diencerkan,
dengan kandungan formaldehid 10-40 persen.
(http://puterakembara.org/archives8/00000066.shtml)
Secara umum kegunaan formalin diantaranya:
Pembalsam atau pengawet mayat,
Pengawetan hewan-hewan, baik yang dilakukan para pemburu maupun para siswa
dan mahasiswa di laboratorium,
Sebagai desinfektan (pembunuh kuman) sehingga dimanfaatkan sebagai pencampur
untuk pembersih lantai, kapal, gudang dan pakaian,
Pembasmi lalat dan sejumlah serangga,
Sebagai bahan pembuatan zat pewarna, cermin kaca, dan bahan peledak,
Dalam dunia fotografi biasanya digunakan untuk pengeras lapisan gelatin dan kertas,
Bahan pembuatan pupuk dalam bentuk urea,
Bahan pengawet produk kecantikan dan pengeras kuku,
Pencegah korosi untuk sumur minyak,
Bahan untuk pembuatan produk parfum,
Bahan perekat untuk produk kayu lapis (playwood).
Karena resin formaldehida dipakai dalam bahan konstruksi seperti kayu lapis/tripleks,
karpet, dan busa semprot dan isolasi, serta karena resin ini melepaskan formaldehida pelanpelan, formaldehida merupakan salah satu polutan dalam ruangan yang sering ditemukan.
Apabila kadar di udara lebih dari 0,1 mg/kg, formaldehida yang terhisap bisa menyebabkan
iritasi kepala dan membran mukosa, yang menyebabkan keluarnya air mata, pusing,
teggorokan serasa terbakar, serta kegerahan.
Jika terpapar formaldehida dalam jumlah banyak, misalnya terminum, bisa
menyebabkan kematian. Dalam tubuh manusia, formaldehida dikonversi menjadi asam
Formalin dalam Bahan
Makanan
Page 2
format yang meningkatkan keasaman darah, tarikan napas
sering, hipotermia, juga koma, atau sampai kepada kematiannya.
menjadi
pendek
dan
Di dalam tubuh, formaldehida bisa menimbulkan terikatnya DNA oleh protein,
sehingga mengganggu ekspresi genetik yang normal. Binatang percobaan yang menghisap
formaldehida terus-terusan terserang kanker dalam hidung dan tenggorokannya, sama juga
dengan yang dialami oleh para pegawai pemotongan papan artikel. Tapi, ada studi yang
menunjukkan apabila formaldehida dalam kadar yang lebih sedikit, seperti yang digunakan
dalam bangunan, tidak menimbulkan pengaruh karsinogenik terhadap makhluk hidup yang
terpapar zat tersebut. (http://id.wikipedia.org/wiki/Formaldehida)
2. Penyalahgunaan Formalin
Dalam jumlah sedikit, formalin akan larut dalam air, serta akan dibuang ke luar
bersama cairan tubuh. Sehingga formalin sulit dideteksi keberadaannya di dalam darah.
Imunitas tubuh sangat berperan dalam berdampak tidaknya formalin di dalam tubuh. Jika
imunitas tubuh rendah atau mekanisme pertahanan tubuh rendah, sangat mungkin formalin
dengan kadar rendah pun bisa berdampak buruk terhadap kesehatan. Usia anak khususnya
bayi dan balita adalah salah satu yang rentan untuk mengalami gangguan ini. Secara mekanik
integritas mukosa (permukaan) usus dan peristaltik (gerakan usus) merupakan pelindung
masuknya zat asing masuk ke dalam tubuh. Secara kimiawi asam lambung dan enzim
pencernaan menyebabkan denaturasi zat berbahaya tersebut. Secara imunologik sIgA
(sekretori Imunoglobulin A) pada permukaan mukosa dan limfosit pada lamina propia dapat
menangkal zat asing masuk ke dalam tubuh. Pada usia anak, usus imatur (belum sempurna)
atau sistem pertahanan tubuh tersebut masih lemah dan gagal berfungsi sehingga
memudahkan bahan berbahaya masuk ke dalam tubuh sulit untuk dikeluarkan. Hal ini juga
akan lebih mengganggu pada penderita gangguan saluran cerna yang kronis seperti pada
penderita Autism, penderita alergi dan sebagainya.
Penggunaan bahan pengawet formalin yang tidak disetujui oleh Menteri Kesehatan
(Peraturan Menteri kesehatan No.1168/Menkes/PER/X/1999) untuk mengawetkan produk
pangan masih saja digunakan oleh paraprodusen. Untuk memperpanjang umur simpan tahu
dan bahkan disinyalir pula bahwa formalin dipergunakan untuk mengawetkan daging ayam
segar oleh para pedagang.(http:// Profil Fakultas Teknologi Pangan UNISRI Solo/2007)
Formalin memang terbukti mampu memperpanjang umur simpan tahu, seperti
dibuktikan oleh hasil penelitian Winarno tahun 1978 berikut ini: perendaman dalam larutan
formalin 2% selama 3 menit saja, terbukti mampu memperpanjang umur simpan tahu sampai
4 – 5 hari, sedangkan tahu yang direndam air hanya mampu bertahan 1 – 2 hari. Yang
menjadi masalah formalin bukan merupakan BTP – Bahan Tambahan Pangan (Food
additive).
Formalin masuk ke dalam tubuh manusia melalui dua jalan, yaitu mulut dan
pernapasan. Sebetulnya, sehari-hari kita menghirup formalin dari lingkungan sekitar. Polusi
yang dihasilkan oleh asap knalpot dan pabrik, mengandung formalin yang mau tidak mau kita
hirup, kemudian masuk ke dalam tubuh. Asap rokok atau air hujan yang jatuh ke bumi pun
sebetulnya juga mengandung formalin.
Formalin dalam Bahan
Makanan
Page 3
Formalin sangat berbahaya jika terhirup, mengenai kulit dan tertelan. Akibat yang
ditimbulkan dapat berupa : luka bakar pada kulit, iritasi pada saluran pernafasan, reaksi alergi
dan bahaya kanker pada manusia. Jika kandungan dalam tubuh tinggi, akan bereaksi secara
kimia dengan hampir semua zat di dalam sel, sehingga menekan fungsi sel dan menyebabkan
kematian sel yang menyebabkan kerusakan pada organ tubuh. Formalin merupakan zat yang
bersifat karsinogenik atau bisa menyebabkan kanker. Beberapa penelitian terhadap tikus dan
anjing pemberian formalin dalam dosis tertentu jangka panjang secara bermakna
mengakibatkan kanker saluran cerna seperti adenocarcinoma pylorus, preneoplastic
hyperplasia pylorus dan adenocarcinoma duodenum. Penelitian lainnya menyebutkan
pengingkatan resiko kanker faring (tenggorokan), sinus dan cavum nasal (hidung) pada
pekerja tekstil akibat paparan formalin melalui hirupan.
Berdasarkan hasil investigasi dan pengujian laboratorium yang dilakukan Balai Besar
Pengawasan Obat dan Makanan (POM) di Jakarta, ditemukan sejumlah produk pangan
seperti ikan asin, mi basah, dan tahu yang memakai formalin sebagai pengawet. Produk
pangan berformalin itu dijual di sejumlah pasar dan supermarket di wilayah DKI Jakarta,
Banten, Bogor, dan Bekasi. Adanya bahan aditif dan pengawet berbahaya dalam makanan ini
sebenarnya sudah lama menjadi rahasia umum. Tetapi masalah klasik tersebut kembali
menjadi pembicaraan hangat akhir tahun ini karena temuan Balai POM. Fakta ini lebih
menyadarkan masyarakat bahwa selama ini terdapat bahaya formalin yang mengancam
kesehatan yang berasal dari konsumsi makanan sehari-hari. (http://www.depkes.go.id)
Akibat jangka pendek yang terjadi biasanya bila terpapar formalin dalam jumlah yang
banyak, Tanda dan gejala akut atau jangka pendek yang dapat terjadi adalah bersin, radang
tonsil, radang tenggorokan, sakit dada, yang berlebihan, lelah, jantung berdebar, sakit kepala,
mual, diare dan muntah. Pada konsentrasi yang sangat tinggi dapat menyebabkan kematian.
Bila terhirup formalin mengakibatkan iritasi pada hidung dan tenggorokan, gangguan
pernafasan, rasa terbakar pada hidung dan tenggorokan serta batuk-batuk. Kerusakan jaringan
sistem saluran pernafasan bisa mengganggu paru-paru berupa pneumonia (radang paru) atau
edema paru ( pembengkakan paru).
Bila terkena kulit dapat menimbulkan perubahan warna, kulit menjadi merah, mengeras, mati
rasa dan ada rasa terbakar. Apabila terkena mata dapat menimbulkan iritasi mata sehingga
mata memerah, rasanya sakit, gata-gatal, penglihatan kabur dan mengeluarkan air mata. Bila
merupakan bahan berkonsentrasi tinggi maka formalin dapat menyebabkan pengeluaran air
mata yang hebat dan terjadi kerusakan pada lensa mata.
(http://puterakembara.org/archives8/00000066.shtml)
Apabila tertelan maka mulut, tenggorokan dan perut terasa terbakar, sakit menelan,
mual, muntah dan diare, kemungkinan terjadi pendarahan , sakit perut yang hebat, sakit
kepala, hipotensi (tekanan darah rendah), kejang, tidak sadar hingga koma. Selain itu juga
dapat terjadi kerusakan hati, jantung, otak, limpa, pankreas, sistem susunan syaraf pusat dan
ginjal.
Meskipun dalam jumlah kecil, dalam jangka panjang formalin juga bisa mengakibatkan
banyak gangguan organ tubuh. Apabila terhirup dalam jangka lama maka akan menimbulkan
sakit kepala, gangguan sakit kepala, gangguan pernafasan, batuk-batuk, radang selaput lendir
hidung, mual, mengantuk, luka pada ginjal dan sensitasi pada paru. Gangguan otak
mengakibatk efek neuropsikologis meliputi gangguan tidur, cepat marah, gangguan emosi,
Formalin dalam Bahan
Makanan
Page 4
keseimbangan terganggu, kehilangan konsentrasi, daya ingat berkurang dan gangguan
perilaku lainnya.
Dalam jangka panjang dapat terjadi gangguan haid dan kemandulan pada perempuan. Kanker
pada hidung, ronggga hidung, mulut, tenggorokan, paru dan otak juga bisa terjadi.
Apabila terkena kulit, kulit terasa panas, mati rasa, gatal-gatal serta memerah,
kerusakan pada jari tangan, pengerasan kulit dan kepekaan pada kulit, dan terjadi radang kulit
yang menimbulkan gelembung. Jika terkena mata, bahaya yang paling menonjol adalah
terjadinya radang selaput mata. Jika tertelan akan menimbulkan iritasi pada saluran
pernafasan, muntah-muntah dan kepala pusing, rasa terbakar pada tenggorokan, penurunan
suhu badan dan rasa gatal di dada.
Sebagian besar makanan yang di jual di sekitar kita, menggunakan bahan pengawet karena
faktor kesengajaan. Untuk dapat menghindari bahaya tersebut, kita dapat mengenali ciri-ciri
makanan yang mengandung bahan pengawet :
Jajanan di pinggir jalan yang murah, makanan yang tidak jelas, dan tidak higienis.
Tahu yang bentuknya sangat bagus, kenyal, tidak mudah hancur, awet beberapa hari, dan
tidak mudah busuk .
Mie basah yang awet beberapa hari dan tidak mudah basi dibandingkan dengan yang
tidak mengandung formalin.
Ayam potong yang berwarna putih bersih, awet, dan tidak mudah busuk
Ikan basah yang berwarna putih bersih, kenyal, insangnya berwarna merah tua bukan
merah segar, awet sampai beberapa hari dan tidak cepat busuk.
Makanan Bakso yang biasa di konsumsi, teksturnya lebih keras, rasanya kenyal, agak
berbau zat kimia, tahan lama dan tidak mudah basi.
(http://www.depkes.go.id)
3. Penanganan Bila Terpapar Formalin
Bila terkena hirupan atau terkena kontak langsung formalin, tindakan awal yang harus
dilakukan adalah menghindarkan penderita dari daerah paparan ke tempat yang aman. Bila
penderita sesak berat, kalau perlu gunakan masker berkatup atau peralatan sejenis untuk
melakukan pernafasan buatan. Bila terkena kulit lepaskan pakaian, perhiasan dan sepatu yang
terkena formalin. Cuci kulit selama 15-20 menit dengan sabun atau deterjen lunak dan air
yang banyak dan dipastikan tidak ada lagi bahan yang tersisa di kulit. Pada bagian yang
terbakar, lindungi luka dengan pakaian yag kering, steril dan longgar.
Bilas mata dengan air mengalir yang cukup banyak sambil mata dikedip-kedipkan.
Pastikan tidak ada lagi sisa formalin di mata. Aliri mata dengan larutan dengan larutan garam
dapur 0,9 persen (seujung sendok teh garam dapur dilarutkan dalam segelas air) secara terusmenerus sampai penderita siap dibawa ke rumah sakit atau ke dokter. Bila tertelan segera
minum susu atau norit untuk mengurangi penyerapan zat berbahaya tersebut. Bila diperlukan
segera hubungi dokter atau dibawa ke rumah sakit.
( http://id.medicine-and-health/formalin-dan-bahayanya)
Yang lebih menyulitkan adalah pemantauan efek samping jangka panjang. Biasanya hal
ini terjadi akibat paparan terhadap formalin dalam jumlah kecil. Dalam jangka pendek akibat
Formalin dalam Bahan
Makanan
Page 5
yang ditimbulkan seringkali tanpa gejala atau gejala sangat ringan. Jangka waktu tertentu
gangguan dan gejala baru timbul.
Isu adanya formalin yang terdapat dalam bahan makanan dan alat makan seharí-hari ini
memang harus diwaspadai. Tetapi sebaiknya tidak harus disikapi secara berlebihan. Bukan
berarti kita harus sama sekali tidak makan tahu, bakso, mi basah atau ikan asin. Atau kita
tidak harus menghindari bahan plastik atau melamin untuk alat makan kita. Karena tidak
semua bahan makanan atau alat makan tersebut mengandung formalin. Yang penting
konsumen harus jeli dengan memperhatikan kualitas makanan dan alat makan yang dibeli
atau dipakai.
Untuk alat makan berasal dari plastik atau melamin, kalau mudah sekali pudar atau
kusam, berarti bahannya banyak yang terkikis maka produk seperti ini perlu dihindari. Jika
tidak yakin akan kualitas produk melamin yang Anda punya, sebaiknya jangan gunakan
piranti makan tersebut untuk makanan serta minuman panas. Untuk makanan dingin,
biasanya tidak berbahaya. Formalin yang sudah membentuk polimer dalam keadaan dingin
sulit untuk terurai. Dalam mengonsumsi bahan makanan kita harus mencermati makanan
yang mengandung formalin. Kalau tahu tahan sampai berhari-hari, kenyal dan padat sangat
mungkin mengandung formalin. Sebetulnya, makanan yang mengandung formalin memiliki
bau yang khas, sehingga bisa dideteksi oleh orang awam sekalipun.
Pencegahan paparan langsung terhadap formalin harus dilakukan, khususnya bagi
pekerja industri yang memakai formalin. Agar tidak terhirup gunakan alat pelindung
pernafasan, seperti masker, kain atau alat lainnya yang dapat mencegah kemungkinan
masuknya formalin ke dalam hidung atau mulut. Lengkapi sistem ventilasi dengan penghisap
udara (exhaust fan) yang tahan ledakan. Gunakan pelindung mata atau kacamata pengaman
yang tahan terhadap percikan. Sediakan kran air untuk mencuci mata di tempat kerja yang
berguna apabila terjadi keadaan darurat. Pencegahan paparan pada kulit sebaiknya
menggunakan sarung tangan dan pakaian pelindung bahan kimia yang tahan terhadap bahan
kimia. Hindari makan, minum dan merokok selama bekerja atau cuci tangan sebelum makan.
PENUTUP
Meskipun dampaknya sangat berbahaya jika terakumulasi di dalam tubuh, sangatlah
tidak bijaksana jika melarang penggunaan formalin. Banyak industri memerlukan formalin
sehingga harus bijaksana dalam menggunakannya. Paling utama adalah dengan tidak
menggunakannya pada makanan, karena masih ada pengawet makanan yang aman. Depkes
atau Badan POM beserta instansi terkait harus mengawasi secara ketat dan terus menerus
dalam masalah ini. Adapun merupakan tanggung jawab kita bersama untuk mencegah
penyalahgunaan formalin sebagai pengawet makanan demi kesehatan bersama.
DAFTAR PUSTAKA
Kompas 1 Oktober 2010
http://id.wikipedia.org/wiki/Formaldehida
http://id.medicine-and-health/formalin-dan-bahayanya
Formalin dalam Bahan
Makanan
Page 6
http:// id.Profil Fakultas Teknologi Pangan UNISRI Solo/2007
http://puterakembara.org/archives8/00000066.shtml
http://www.depkes.go.id
Formalin dalam Bahan
Makanan
Page 7