A. Pendahuluan - 04 Arsitektur Perbankan Indonesia ( A P I )
GARIS BESAR PROGRAM PEMBELAJARAN
BANK & LEMBAGA KEUANGAN 1
IV. ARSITEKTUR PERBANKAN INDONESIA ( A P I ) A.
Pendahuluan Arsitektur Perbankan Indonesia (API) merupakan suatu kerangka dasar sistem perbankan Indonesia yang bersifat menyeluruh dan memberikan arah, bentuk, dan tatanan industri perbankan untuk rentang waktu lima sampai
sepuluh tahun ke depan. Arah kebijakan pengembangan industri perbankan di masa datang yang dirumuskan dalam API dilandasi oleh visi mencapai suatu sistem perbankan yang sehat, kuat dan efisien guna menciptakan kestabilan sistem keuangan dalam rangka membantu mendorong pertumbuhan ekonomi nasional. Berpijak dari adanya kebutuhan blue print perbankan nasional dan sebagai kelanjutan dari program restrukturisasi perbankan yang sudah berjalan sejak tahun 1998, maka Bank Indonesia pada tanggal 9 Januari 2004 telah meluncurkan
API sebagai suatu kerangka menyeluruh arah kebijakan pengembangan industri perbankan Indonesia ke depan. Peluncuran API tersebut tidak terlepas pula dari upaya Pemerintah dan Bank Indonesia untuk membangun kembali perekonomian Indonesia melalui penerbitan buku putih Pemerintah sesuai dengan Inpres No. 5 Tahun 2003, dimana API menjadi salah satu program utama dalam buku putih tersebut. Bertitik tolak dari keinginan untuk memiliki fundamental perbankan yang lebih kuat dan dengan memperhatikan masukan‐masukan yang diperoleh dalam mengimplementasikan API selama dua tahun terakhir, maka Bank Indonesia merasa perlu untuk menyempurnakan program‐program kegiatan yang tercantum dalam API. Penyempurnaan program‐program kegiatan API tersebut tidak terlepas pula dari perkembangan‐ perkembangan
yang terjadi pada perekonomian nasional maupun internasional. Penyempurnaan terhadap program‐program API tersebut antara lain mencakup strategi‐strategi yang lebih spesifik mengenai pengembangan perbankan syariah, BPR, dan UMKM ke depan sehingga API diharapkan
memiliki program kegiatan yang lebih lengkap dan komprehensif yang mencakup sistem perbankan secara menyeluruh terkait Bank umum dan BPR, baik konvensional maupun syariah, serta pengembangan UMKM.
B. Enam Pilar Arsitektur Perbankan Indonesia
Guna mempermudah pencapaian visi API sebagaimana diuraikan di muka, maka ditetapkan
beberapa sasaran yang ingin dicapai, yaitu: 1.
Menciptakan struktur perbankan domestik yang sehat yangmampu memenuhi kebutuhan masyarakat dan mendorong pembangunan ekonomi nasional yang berkesinambungan. 2. Menciptakan sistem pengaturan dan pengawasan bank yang efektif dan mengacu pada standar internasional.
3. Menciptakan industri perbankan yang kuat dan memiliki dayasaing yang tinggi serta memiliki ketahanan dalam menghadapi risiko. 4. Menciptakan good corporate governance dalam rangka memperkuat kondisi internal perbankan nasional.
5. Mewujudkan infrastruktur yang lengkap untuk mendukung terciptanya industri perbankan yang sehat.
6. Mewujudkan pemberdayaan dan perlindungan konsumen jasa perbankan.
Keenam sasaran yang ingin dicapai API tersebut dituangkan kedalam enam Pilar yang
saling terkait satu sama lain guna menunjang pencapaian visi API. Enam Pilar API
tersebut dapat dilihat pada gambar berikut.
C. Tantangan Perbankan di Masa Depan
ntuk mewujudkan perbankan Indonesia yang lebih kokoh, perbaikan harus
U
dilakukan di berbagai bidang, terutama untuk menjawab tantangan‐tantangan yang dihadapi perbankan dalam beberapa tahun belakangan ini. Tantangan‐ tantangan
tersebut adalah sebagai berikut: 1.
Kapasitas pertumbuhan kredit perbankan yang masih rendah
Untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi dalam waktu lima tahun ke depan, diperlukan pertumbuhan kredit perbankan yang cukup besar. Sementara itu, kemampuan permodalan perbankan Indonesia
saat ini mengindikasikan bahwa pertumbuhan kredit yang cukup tinggi tersebut sulit dicapai jika perbankan nasional tidak memperbaiki kondisi permodalannya. Selain hambatan dalam hal permodalan bank, penyaluran kredit dalam banyak hal juga terhambat oleh keengganan sebagian bank untuk menyalurkan kredit karena kemampuan
manajemen risiko dan core banking skills yang relatif belum baik, dan biaya operasional yang relatif tinggi. 2.
Struktur perbankan yang belum optimal
Belum optimalnya struktur perbankan di Indonesia ditandai oleh terkonsentrasinya struktur perbankan hanya pada 11 bank besar (yang menguasai
75% asset perbankan Indonesia). Namun demikian bank‐ bank kecil dalam hal ini perlu mendapat perhatian karena selain jumlahnya
relatif banyak, bank‐bank kecil tersebut juga memiliki cakupan usaha yang relative sama dengan bank‐bank besar namun dengan kemampuan operasional, manajemen risiko, dan corporate
governance yang relatif lebih terbatas. Demikian pula, dibandingkan
dengan negara‐negara lain, kepemilikan pemerintah Indonesia dalam perbankan nampak cukup tinggi, bahkan tertinggi di kawasan Asia. Hal ini juga merupakan persoalan tersendiri terhadap struktur perbankan karena dapatmenimbulkan konflik kepentingan yang akan mengganggu efisiensi
pasar. 3.
Pemenuhan kebutuhan masyarakat terhadap pelayanan perbankan yang dinilai oleh masyarakat masih kurang
Kurangnya pemenuhan kebutuhan masyarakat atas pelayanan perbankan ditandai dengan seringnya terdengar keluhan dari masyarakat
mengenai kurangnya akses terhadap kredit dan tingginya suku bunga kredit serta masih banyaknya praktek penyediaan jasa keuangan informal. Pandangan masyarakat semacam ini cukup beralasan, karena walaupun kredit korporasi dan UKM sudah mulai tumbuh, tingkat penetrasi kredit masih relative rendah. Selain itu, meningkatnya
kompleksitas jasa dan produk keuangan sebagai akibat dari globalisasi sektor keuangan juga memerlukan respons yang memadai dari berbagai pihak yang terkait. Hal ini semakin penting mengingat
masyarakat pengguna jasa keuangan khususnya perbankan semakin menuntut kualitas pelayanan dan akses perbankan yang semakin tinggi. 4.
Pengawasan bank yang masih perlu ditingkatkan
Pengawasan bank juga merupakan bidang yang memerlukan peningkatan dan penyempurnaan. Hal ini disebabkan karena masih terdapatnya
beberapa prinsip‐prinsip prudensial yang masih belum diterapkan secara baik, koordinasi pengawasan yang masih perlu ditingkatkan, kemampuan SDM pengawasan yang belum optimal, dan pelaksanaan law‐enforcement pengawasan yang belum efektif. Secara keseluruhan, upaya peningkatan kapabilitas pengawasan ini sejalan dengan usaha Bank Indonesia untuk menerapkan 25 Basel Core
Principles for Effective Banking Supervision, termasuk meningkatkan sarana
teknologi pengawasan. Mengingat pengawasan bank merupakan bidang yang
sangat dinamis dan luas cakupannya, maka peningkatan kualitas pengawasan merupakan upaya yang patut dilaksanakan secara terus menerus oleh Bank Indonesia maupun oleh lembaga lainnya seperti Otoritas
Jasa Keuangan (OJK) pada saatnya nanti.
5. Kapabilitas perbankan yang masih lemah
Lemahnya kapabilitas perbankan ditandai dengan kurangnya corporate
governance dan core banking skills pada sebagian besar perbankan
sehingga diperlukan perbaikan yang cukup mendasar pada dua hal tersebut. Meskipun kapabilitas beberapa bank besar sudah cukup kuat, namun
kapabilitas perbankan secara umum masih di bawah international
best practices. Demikian pula kemampuan bank dalam me‐respon
meningkatnya risiko operasional masih perlu terus diperbaiki, terutama penekanannya pada pentingnya internal control dan kepatuhan terhadap prinsip ‐prinsip prudensial. 6.
Profitabilitas dan efisiensi operasional bank yang tidak sustainable
Tingkat profitabilitas dan efisiensi operasional yang dicapai oleh perbankan
pada umumnya bukan merupakan profitabilitas dan efisiensi yang sustainable. Hal ini disebabkan oleh lemahnya struktur aktiva produktif bank‐bank. Margin yang diperoleh bank‐bank semakin Faktor lain dari tidak sustainable‐nya profitibilitas dan efisiensi adalah karena
sebagian pendapatan perbankan berasal dari aktivitas trading yang fluktuatif serta rendahnya rasio asset per nasabah yang membuat biaya operasional perbankan Indonesia relatif tinggi dibandingkan negara
‐negara lain. 7.
Perlindungan nasabah yang masih harus ditingkatkan
Perlindungan terhadap nasabah merupakan tantangan perbankan yang berpengaruh secara langsung terhadap sebagian besar masyarakat kita.
Oleh karena itu, menjadi tantangan yang sangat besar bagi perbankan dan Bank Indonesia serta masyarakat luas untuk secara bersama‐sama menciptakan
standarstandar yang jelas dalam membentuk mekanisme pengaduan nasabah dan transparansi informasi produk perbankan. Di samping itu, edukasi pada masyarakat mengenai jasa dan produk yang ditawarkan oleh perbankan perlu segera diupayakan sehingga masyarakat luas dapat lebih memahami risiko dan keuntungan yang akan
dihadapi dalam menggunakan jasa dan produk perbankan. 8.
Perkembangan Teknologi Informasi
Kemajuan teknologi informasi ikut menambah tantangan yang dihadapi oleh perbankan. Perkembangan teknologi informasi (TI) menyebabkan makin pesatnya perkembangan jenis dan kompleksitas produk dan jasa bank
sehingga risikorisiko yang muncul menjadi lebih besar dan bervariasi.
Disamping itu, persaingan industri perbankan yang cenderung bersifat global juga menyebabkan persaingan
antar bank menjadi semakin ketat sehingga bank‐bank nasional harus mampu beroperasi secara lebih efisien dengan memanfaatkan teknologi informasi.
D. Visi Baru Perbankan
E. Program Kegiatan API
una mewujudkan visi API dan sasaran yang ditetapkan, serta mengacu
G
kepada tantangan‐tantangan yang dihadapi perbankan, maka ke‐enam pilar
API sebagaimana diuraikan di depan akan dilaksanakan melalui beberapa program kegiatan sebagai berikut:
1. Program penguatan struktur perbankan nasional
Program ini bertujuan untuk memperkuat permodalan bank umum bank mengelola usaha maupun risiko, mengembangkan teknologi informasi,
maupun meningkatkan skala usahanya guna mendukung peningkatan kapasitas pertumbuhan kredit perbankan. Implementasi program penguatan permodalan bank dilaksanakan secara bertahap. Upaya
peningkatan modal bank‐bank tersebut dapat dilakukan dengan membuat business plan yang memuat target waktu, cara dan tahap pencapaian.
Adapun cara pencapaiannya dapat dilakukan melalui: a. Penambahan modal baru baik dari shareholder lama maupun investor baru; b.
Merger dengan bank (atau beberapa bank) lain untuk mencapai persyaratan modal minimum baru; c. Penerbitan saham baru atau secondary offering di pasar modal; d.
Penerbitan subordinated loan Dengan demikian dalam waktu sepuluh sampai limabelas tahun ke depan program peningkatan permodalan tersebut diharapkan akan mengarah pada terciptanya struktur perbankan yang lebih optimal, yaitu terdapatnya:
‐ 2 sampai 3 bank yang mengarah kepada bank internasional dengan kapasitas kemampuan
dan untuk beroperasi di wilayah internasional serta memiliki modal di atas Rp50 triliun; ‐ 3 sampai 5 bank nasional yang memiliki cakupan usaha yang sangat luas dan beroperasi secara nasional serta memiliki modal antara
Rp10 triliun sampai dengan Rp50 triliun; ‐ 30 sampai 50 bank yang kegiatan usahanya terfokus pada segmen usaha tertentu sesuai dengan kapabilitas dan kompetensi masingmasing
bank. Bank‐bank tersebut memiliki modal antara Rp100 miliar sampai dengan Rp10 triliun;
‐ Bank Perkreditan Rakyat (BPR) dan bank dengan kegiatan usaha terbatas yang memiliki modal di bawah Rp100 miliar.
Secara keseluruhan, struktur perbankan Indonesia dalam kurun waktu sepuluh sampai limabelas tahun ke depan diharapkan akan terbentuk sebagaimana
digambarkan sebagai berikut:
2. Program peningkatan kualitas pengaturan perbankan
Program ini bertujuan untuk meningkatkan efektivitas pengaturan serta memenuhi
standar pengaturan yang mengacu pada international best
practices. Program tersebut dapat dicapai dengan penyempurnaan proses
penyusunan kebijakan perbankan serta penerapan 25 Basel Core
Principles for Effective Banking Supervision secara bertahap dan menyeluruh.
Dalam jangka waktu lima tahun ke depan diharapkan Bank Indonesia telah sejajar dengan negara‐negara lain dalam penerapan
international best practices termasuk 25 Basel Core Principles for Effective Banking Supervision. Dari sisi proses penyusunan kebijakan perbankan
diharapkan dalam waktu dua tahun ke depan Bank Indonesia telah memiliki
sistem penyusunan kebijakan perbankan yang efektif yang telah melibatkan pihakpihak terkait dalam proses penyusunannya.
3. Program peningkatan fungsi pengawasan
Program ini bertujuan untuk meningkatkan independensi dan efektivitas pengawasan perbankan yang dilakukan oleh Bank Indonesia. Hal ini dicapai
dengan peningkatkan kompetensi pemeriksa bank, peningkatan koordinasi berbasis risiko, peningkatkan efektivitas enforcement, dan konsolidasi organisasi
sektor perbankan di Bank Indonesia. Dalam jangka waktu dua tahun ke depan diharapkan fungsi pengawasan bank yang dilakukan oleh Bank Indonesia akan lebih efektif dan sejajar dengan pengawasan yang
dilakukan oleh otoritas pengawas di negara lain. 4.
Program peningkatan kualitas manajemen dan operasional perbankan
Program ini bertujuan untuk meningkatkan good corporate governance
(GCG), kualitas manajemen risiko dan kemampuan operasional manajemen. Semakin tingginya standar GCG dengan didukung oleh kemampuan operasional (termasuk manajemen risiko) yang handal diharapkan
dapat meningkatkan kinerja operasional perbankan. Dalam waktu dua sampai lima tahun ke depan diharapkan kondisi internal perbankan nasional menjadi semakin kuat.
5. Program pengembangan infrastruktur perbankan
Program ini bertujuan untuk mengembangkan sarana pendukung operasional perbankan yang efektif seperti credit bureau, lembaga pemeringkat
kredit domestik, dan pengembangan skim penjaminan kredit. Pengembangan credit bureau akan membantu perbankan dalam meningkatkan kualitas keputusan kreditnya. Penggunaan lembaga pemeringkat kredit dalam publicly‐traded debt yang dimiliki bank akan meningkatkan
transparansi dan efektivitas manajemen keuangan perbankan. Sedangkan pengembangan skim penjaminan kredit akan meningkatkan akses kredit bagi masyarakat. Dalam waktu tiga tahun ke depan diharapkan telah tersedia infrastruktur pendukung perbankan yang mencukupi.
6. Program peningkatan perlindungan nasabah
Program ini bertujuan untuk memberdayakan nasabah melalui penetapan
standar penyusunan mekanisme pengaduan nasabah, pendirian lembaga mediasi independen, peningkatan transparansi informasi produk perbankan dan edukasi bagi nasabah. Dalam waktu dua sampai lima tahun ke depan diharapkan program‐program tersebut dapat
meningkatkan kepercayaan nasabah pada system
F. Rekomendasi Kebijakan
Pro g ra m-p ro g a m ke g ia ta n API a ka n d ija b a rka n ke d a la m 19 re ko me nd a si ke b ija ka n ya ng b e rsifa t ko mp re he nsif d a n me nc a kup se mua a sp e k p e rb a nka n d a ri ke e na m p ila r API.
1. Memperkuat Permodalan Bank Me ning ka tka n p e rmo d a la n b a nk umum me nja d i minimum se b e sa r Rp 100 milia r d a la m ja ng ka wa ktu p a nja ng , ya ng b e rtujua n untuk me mp e rkua t ka p a sita s ind ustri p e rb a nka n itu se nd iri me ng ing a t mo d a l me rup a ka n p ro xy d a ri ke ma mp ua n b a nk untuk me ng e lo la usa ha ma up un risiko nya . De ng a n mo d a l ya ng kua t, b a nk-b a nk a ka n d imung kinka n untuk me miliki syste m info rma si ya ng le b ih b a ik se hing g a ma mp u b e ro p e ra si d e ng a n le b ih e fisie n.
Pe rsya ra ta n untuk me miliki mo d a l minimum Rp 100 milia r te rse b ut ha nya d ip e runtukka n b a g i b a nk-b a nk umum ya ng sud a h b e ro p e ra si sa a t ini d a n b uka n d itujuka n p a d a p e nd iria n b a nk b a ru ka re na p e rsya ra ta n mo d a l untuk p e nd iria n b a nk umum b a ru te ta p me ma ka i p e rsya ra ta n ya ng sud a h a d a .
2. Memperkuat Daya Saing BPR BPR se b a g a i b a g ia n d a ri ind ustri p e rb a nka n na sio na l te la h me mb e rika n a nd il ya ng c ukup b e sa r untuk p e re ko no mia n na sio na l.
C a kup a n ke g ia ta n usa ha BPR ya ng le b ih b a nya k te rfo kus untuk UMKM ha rus d ib e rika n ke se mp a ta n ya ng le b ih b e sa r la g i untuk me la ya ni ke lo mp o k ma sya ra ka t ke c il d a n me ne ng a h te rse b ut. Da ya sa ing untuk BPR itu se nd iri ha rus d ip e rkua t se hing g a BPR tid a k ha nya ma mp u untuk b e rsa ing d e ng a BPR la innya , me la inka n jug a ma mp u untuk b e rsa ing d e ng a n b a nk-b a nk umum d a la m ha l p e mb e ria n kre d it untuk UMKM.
3. Meningkatkan Akses Kredit Pe rb a nka n me miliki p e ra na n ya ng sa ng a t b e sa r d a la m me mb a ntu p e mb a ng una n e ko no mi. O le h ka re na itu, up a ya ya ng b e rtujua n untuk me ning ka tka n p e ra na n p e mb ia ya a n d a ri se kto r p e rb a nka n ke se c to r riil ha rus d ip e rta ha nka n se c a ra b e rke sina mb ung a n. Sa la h sa tu up a ya te rse b ut a d a la h d e ng a n me ning ka tka n a sa s kre d it p e rb a nka n untuk se kto r-se kto r te rte ntu ya ng d ira sa ma sik me me rluka n p e mb ia ya a n usa ha ya ng c ukup b e sa r, misa lnya p e rta nia n, p e rika na n, ke la uta n, d a n se b a g a inya . Ke g ia ta n te rse b ut p e rlu d ila kuka n g una me nd o ro ng p e rtumb uha n e ko no mi p a d a se kto r- se kto r usa ha te rte ntu se hing g a usa ha te rse b ut d a p a t tumb uh d a n b e rke mb a ng d e ng a n b a ik.
Up a ya la in ya ng a ka n d ila kuka n o le h Ba nk Ind o ne sia untuk me ning ka tka n a kse s kre d it p e rb a nka n ke se c to r riil a d a la h d e ng a n me mfa silita si b e mb e ntuka n skim p e nja mina n kre d it. Da ri sisi mikro skim , p e nja mina n kre d it ini sa ng a t d ip e rluka n o le h p e rb a nka n ma uo un d e b itur untuk me c o ve r ke rug ia n ya ng a ka n munc uk se b a g a i a kib a t d e b itur tid a k ma mp u la g i me la ksa na ka n ke wa jib a n p e mb ia ya a n ke p a d a b a nk. Se me nta ra itu d a ri a sp e k mikro , ma mp u me ning ka tka n a kse s kre d it p e rb a nka n se hing g a d a p a t me nd o ro ng p e rtumb uha n ke g ia ta n usa ha p a d a se c to r-se kto r e ko no mi se c a ra ke se luruha n
4. Memformalkan Proses Sindikasi dalam Membuat Kebijakan Perbankan Untuk me nc ip ta ka n syste m p e ng a tura n p e rb a nka n ya ng e fe ktif, Ba nk Ind o ne sia a ka n me mfo rma lka n p ro se s sind ika si d a la m me mb ua t ke b ija ka n p e rb a nka n se hing g a se g a la ke b ija ka n d a n p e ng a tura n p e rb a nka n ya ng na ntinya a ka n b e na r-b e na r me ng a ko mo d a si d a n me mp e rha tika n se g a la ma c a m ke p e nting a n. Pro se s sind ika si te rse b ut a ka n me lib a tka n p e nd a p a t d a n ma suka n p iha k-p iha k la in ya ng te rlib a t d e ng a n p e rb a nka n, b a ik itu d i d a la m ma up un d i lua r ne g e ri.
Implementasi Secara Bertahap 25 Basel Core Principles for Effective 5.
Banking Supervision Peraturan perbankan yang modern dan efektif merupakan salah satu syarat yang mendasar yang harus dipenuhi guna menciptakan system perbankan yang sehat dan stabil. Untuk itu Bank Indonesia akan terus memperkuat pengaturan perbankan nasional sejalan dengan perkembangan yang terjadi di dunia internasional. Bank Indonesia secara bertahap mengimplementasikan 25 Basel Core Prinsiple for Effektive Banking Supervision bagi industri perbankan nasional. Pelaksanaan implementasi tersebut dilakukan sesuai dengan kondisi dan kemapuan perbankan nasional dari waktu ke waktu sehingga tidak menganggu kinerja bank‐bank.
6. Meningkatkan Koordinasi Antarlembaga Pengawas Rua ng ling kup ke g ia ta n o p e ra sio na l b a nk ya ng se ma kin lua s d a n ko mp le ks me nye b a b ka n up a ya p e ng a wa sa n te rha d a p ke g ia ta n o p e ra sio na l jug a se ma kin me ning ka t. Ba nk se b a g a i le mb a g a ke ua ng a n sa a t ini tid a k ha nya me njua l ja sa p e rb a nka n ko nve nsio na l, ma la inka n jug a me nye d ia ka n p ro d uk d a n ja sa ke ua ng a n la innya ya ng se b e lumnya d ila kuka n o le h le mb a g a ke ua ng a n d ilua r p e rb a nka n. De ng a n d e mikia n me nya tuka n p ro d uk d a n ja sa p e rb a nka n d e ng a n p ro d uk d a n ja sa le mb a g a ke ua ng a n b uka n b a nk la innya , risiko ya ng d iha d a p i b a nk me nja d i se ma kin b e sa r d a n ko mp le ks. Da la m ko nte k inila h p e ng a wa sa n le mb a g a p e rb a nka n tid a k c ukup d ila kuka n o le h Ba nk Ind o ne sia sa ja , me la inka n jug a p e rlu d ukung a n d a ri o to rita s le mb a g a ke ua ng a n la innya . Ke rja sa ma d e ng a n o to rita s p e ng a wa s le mb a g a ke ua ng a n la innya te rse b ut sa ng a t d ip e rluka n d a la m se g a la b e ntuk d a n ting ka t d a la m ra ng ka me nd ukung te rc ip ta nya ind ustry p e rb a nka n ua ng se ha t d a n sta b il.
7. Melakukan Konsolidasi Sektor Perbankan Bank Indonesia Tug a s p e ng a wa sa n b a nk ya ng d ila kuka n o le h Ba nk Ind o ne sia a ka n te rus me ng a la mi p e rub a ha n se iring d e ng a n p e rke mb a ng a n p e rb a nka n ya ng jug a me ng a la mi p e rub a ha n d a ri wa ktu ke wa ktu. Ke g ia ta n usa ha b a nk ya ng se ma kin b e rva ria si d a n ko mp le k me me rluka n o rg a nisa si-o rg a nisa si p e ng a wa sa n d i Ba nk Ind o ne sia .
Untuk itula h Ba nk Ind o ne sia a ka n me la kuka n ko nso lid a si inte rn d e ng a n me nye mp urna ka n struktur o rg a nisa si p e ng a wa sa n d i Ba nk Ind o ne sia a g a r fung si p e ng a wa sa n p e rb a nka n d a p a t d ila kuka n se c a ra ind e p e nd e n d a n le b ih e fisie n. Pe nye mp urna a n o rg a nisa si p e ng a wa sa n te rse b ut se ka lig us a ka n me nc ip ta ka n o rg a nisa si p e ng a wa sa n ya ng b e rsifa t de dic a te te a m se hing g a tug a s-tug a s p e ng a wa sa n d a n p e me riksa a n ya ng te rja d i p a d a sa a t ini b isa d iid e ntifika si d a n d ise le sa ika n d e ng a n le b ih c e p a t. Pe nye mp urna a n o rg a nisa si p e ng a wa sa n d i Ba nk Ind o ne sia jug a b e rtujua n untuk me ng o p tima lka n fung si te rha d a p se mua ke te ntua n
e nfo rc e me nt
d a n ke b ija ka n p e rb a nka n ya ng te la h d ite ta p ka n o le h Ba nk Ind o ne sia .8. Meningkatkan Kompetensi Pemeriksa Da la m ra ng ka me nye le sa ika n tug a s-tug a s d a n me ng a ta si p e rma sa la ha n p e rb a nka n ya ng se ma kin ko mp le ks d a n b e rke mb a ng d e ng a n p e sa t, Ba nk Ind o ne sia a ka n te rus me ning ka tka n ko mp e te nsi d a n ke a hlia n te na g a p e me riksa d a n p e ng a wa sn b a nk, b a ik d a la m ja ng ka p e nd e k, ma up un ja ng ka p a nja ng . Untuk ja ng ka p e nd e k Ba nk Ind o ne sia a ka n me la kuka n b e rb a g a i ma c a m p ro g ra m p e ning ka ta n ko mp e te nsi d a n ke a hlia n te na g a p e me riksa d a n p e ng a wa s b a nk a g a r ma mp u me ng a ta si se g a la p e rub a ha n ya ng te rja d i se ja la n d e ng a n p e rke mb a ng a n ind ustry p e rb a nka n. Pro g ra m-p ro g ra m te rse b ut a nta ra la in a d a la h p e ng irima n te na g a p e me riksa d a n p e ng a wa sa n b a nk untuk ma g a ng a ta u me ng ikuti tug a s p e ng a wa sa n p a d a o to rita s p e ng a wa sa n b a nk d i Ne g a ra la in, p e nug a sa n te na g a p e me riksa d a n p e ng a wa s b a nk p a d a b a nk ko me rsia l a ta u le mb a g a ke ua ng a n la in d a n se b a g a inya .
Untuk ja ng ka p a nja ng , p e ning ka ta n kua lita s sumb e r d a ya p e me riksa d a n p e ng a wa s jug a te la h me nja d i p e rha tia n ya ng se rius b a g i Ba nk Ind o ne sia . Untuk itu Ba nk Ind o ne sia a ka n me la kuka n p ro g ra m p e ning ka ta n ko mp e te nsi te na g a p e ng a wa s d a n p e me riksa b a nk d a la m ja ng ka p a nja ng se b a g a i sa tu ke sa tua n d e ng a n p ro g ra m p e ning ka ta n te na g a p e me riksa d a n p e ng a wa s b a nk d a la m ja ng ka p e nd e k. Pe ning ka ta n ko mp e te nsi d a n ke a hlia n te na g a p e me riksa d a n p e ng a wa s b a nk d a la m ja ng ka p a nja ng a ka n d ila kuka n a nta ra la in me la lui ra ng ka ia n p e nd id ika n d a n p e la tiha n ya ng b e rsifa t ko mp re he nsif d a n te rp a d u se rta se tifika si p e me riksa d a n p e ng a wa s
9. Mengembangkan Sistem Pengawasan Berbasis Risiko Dive rsifika si p ro d uk d a n ja sa p e rb a nka n ya ng se ma kin b e rke mb a ng d e ng a n p e sa t te la h me nye b a b ka n ke g ia ta n usa ha b a nk se ma kin b e rva ria si d a n ko mp le ks. Ko mp le ksita s d a n p e ning ka ta n ke g ia ta n usa ha b a nk te rse b ut p a d a a khirnya a ka n me ning ka tka n fa kto r-fa kto r risiko ya ng d iha d a p i o le h b a nk itu se nd iri. Pe ning ka ta n je nis d a n kua lita s risiko ya ng d iha d a p i o le h b a nk te rse b ut ha rus d ire sp o n d e ng a n p e ng a wa sa n b a nk ya ng jug a b re o rie nta si te rha d a p risiko ( ) se rta d id ukung d e ng a n te kno lo g i risk b a se d sup e rvisio n p e ng a ma na n ya ng me ma d a i. Dne g a n me ng e mb a ng ka n syste m p e ng a wa sa n ya ng b e rb a sis risiko te rse b ut, a lo ka si p e ng g una a n sumb e rd a ya a ka n me nja d i le b ih e fisie n se hing g a fung si p e ng a wa sa n a ka n d a p a t d ila kuka n d e ng a n le b ih o p tima l.
10. Meningkatkan Efektivitas Ko mp le ksita s d a n p e ning ka ta n ke g ia ta n usa ha b a nj te rse b ut p a d a a khirnya a ka n me nig ka tka n fa kto r-fa kto r risiko b a nk itu se nd iri.
De ng a n me ng e mb a ng ka n syste m p e ng a wa sa n ya ng b e rb a sis risiko te rse b ut, a lo ka si p e ng g una a n sumb e r d a ya a ka n me nja d i le b ih e fisie n se hing g a fung si p e ng a wa sa n a ka n d a p a t d ila kuka n d e ng a n le b ih o p tima l.
11. Meningkatkan Efektivitas Enforcement Masalah penegakan hukum terhadap fungsi pengawasn yang dilakukan
oleh Bank Indonesia akan terus ditingkatkan denga berbagai upaya. Upaya tersebut antara lain dengan menyempurnakan proses investigasi kejahatan perbankan, meningkatkan transparansi pelaksanaan kegiatan pengawasan maupun enforcement itu sendiri, membentuk
internal ombudsman untuk meningkatkan efektivitas enforcement tersebut diharapkan akan tercipta market discipline yang baik tentang penyelenggaraan perbankan yang sehat dan prudent.
Meningkatkan Good Corporate Governace 12.
Peningkatan kegiatan operasional bank haruslah diiringi dengan peningkatan good corporate governance sehingga faktor‐fktor yang menjadi
penyebab timbulnya risiko maupun penyimpangan dapat diminimalkan. Good corporate governance sangat diperlukan dalam setiap kegiatan operasi bank karene merupakan pertahanan pertama bagi bank dalam menghadapi segala risiko yang muncul. Upaya lain untuk meningkatkan pelaksanaan dan fungsi good corporate governance tersebut adalah dengan mendorong bank‐bank sehingga kepemilikan modal kepada masyarakat akan menyebabkan fungsi control masyarakat terhadap bank menjadi semakin meningkat,
dan pada akhirnya akan menciptakan transparansi yang lebih besar.
13. Meningkatkan Kualitas Manajemen Risiko Perbankan Ke g ia ta n usa ha b a nk ya ng se ma kin b e risiko te la h me nd o ro ng b a nk- b a nk untuk me miliki ma na je me n ya ng b e rkua lita s d a n ko mp e te n d a la m b id a ng tug a snya . Ba nk Ind o ne sia se nd iri te la h me nya d a ri b e ta p a p e nting nya p e ra na n ma na je me n b a nk d a la m ke g ia ta n se ha ri-ha ri se hing g a me wa jib ka n b a nk-b a nk untuk me nse rtifika si ma na je r risiko ( ). risk ma na g e r
14. Meningkatkan Kemampuan Operasional Bank Ma sa la h me nd a sa r o p e ra sio na l p e rb a nka n ya ng d iha d a p i se ka ra ng ini a d a la h ma sih ting g inya b ia ya -b ia ya o p e ra sio na l d a n re nd a hnya ha mp ir se mua b a nk. Untuk me ng a ta si ha l te rse b ut Ba nk skill le ve l Ind o ne sia a ka n me nfa silita si ke b utuha n p e nd id ika n ya ng b e rka ita n d e ng a n ke g ia ta n o p e ra sio na l b a nk, te ruta ma BPR d a n sya ria h.
Up a ya la in untuk me ning ka tka n ke ma mp ua n o p e ra sio na l b a nk a d a la h d e ng a n me nd o ro ng b a nk-b a nk untuk me ng g una ka n fa silita s o p e ra sio na l se c a ra b e rsa ma -sa ma g una me ne ka n b ia ya se rta me ning ka tka n d a ya sa ing . Dila in p iha k Ba nk Ind o ne sia jug a a ka n me mp ub lika sika n ind ika to r-ind ika to r kine rja d a n o p e ra sio na l p e rb a nka n ke p a d a p ub lic se c a ra b e rka la .
15. Mengembangkan Biro Kredit Sa la h sa tu c a ra ya ng d ila kuka n Ba nk Ind o ne sia d a la m me nd o ro ng b a nk-b a nk me ning ka tka n e ksp a nsi kre d itnya d a la h d e ng a n c a ra me nd irika n c re dit b e re a u . Pe nd iria n c re dit b e re a u ini a d a la h sa la h sa tu c a ra ya ng d a p a t d ig una ka n untuk me ng ura ng i risiko kre d it ya ng d isa lurka n o le h b a nk ke p a d a d e b itur-d e b iturnya . ha l ini d imung kinka n ka re na me nye d ia ka n info rma si ya ng c re dit b e ra e u d a p a t d ip e rc a ya se hing g a a ka n me mp e rb a iki kua lita s p inja ma n d a n ma na je me n risiko .
16. Mengoptimalkan Penggunaan Credit Rating Agencies Dalam rangka meningkatkan oertumbuhan pasar obligasi di Indonesia, Bank Indonesia merasa perlu untuk ikut berpartisipasi dengan mendorong bank‐bank maupun sektor korporasi untuk menerbitkan obligasi sebagai alternative pembiayaan usahanya. Untuk itu Bank Indonesia akan mempersyaratkan pemeringkatan obligasi yang diterbitkan bank oleh lembaga pemeringkat independen.
17. Menyusun Standar Mekanisme Pengaduan Nasabah Da la m ra ng ka me ning ka tka n p e rlind ung a n ke p a d a na sa b a h b a nk, sa a tnya ma sa la h-ma sa la h ya ng b e rka ita n d e ng a n p e rlind ung a n na sa b a h b a nk me nd a p a tka n p e rha tia n ya ng le b ih b e sa r. Sa la h sa tu ma sa la h ya ng te rka it d e ng a n p e rlind ung a n na sa b a h b a nk ya ng sa mp a i sa a t ini me me rluka n p e rha tia n ya ng c ukup se rius a d a la h ma sih b e lum a d a nya sta nd a r me ka nisme p e ng a d ila n na sa b a h b a nk a p a b ila na sa b a h me ng ha d a p i p e rma sa la ha n d e ng a n b a nk Se la njutnya Ba nk Ind o ne sia a ka n b e ke rja sa ma d e ng a n b a nk-b a nk untuk me nyusun sta nd a r minimum me ka nisme p e ng a d ua n na sa b a h ya ng na ntinya a ka n d ig una ka n o le h b a nk-b a nk d a la m me nyusun p e d o ma n inte rn me ka nisme p e ng a d ua n na sa b a h d i b a nknya ma sing -ma sing .
18. Membentuk Lembaga Mediasi Independen De ng a n te rb e ntuknya me ka nisme p e ng a d ua n na sa b a h b a nk, d iha ra p ka n ma sa la h p e rse lisiha n a nta ra na sa b a h d e ng a n b a nk a ka n d a p a t te rse le sa ika n d e ng a n b a ik. Na mun d e mikia n na sa b a h b a nk d a p a t jug a me ng a d uka n p e rma sa la hnya ke p a d a le mb a g a la in jika p e rma sa la ha nnya d ia ng g a p tid a k me mua ska n. Untuk me ng a ko mo d a si p e rma sa la ha n se p e rti itu p e rb a nka n ha rus me mb e ntuk le mb a g a me d ia si ind e p e nd e n ya ng a ng g o ta nya te rd iri d a ri p a ra p iha k ya ng me wa kili b a nk d e ng a n na sa b a h.
19. Menyusun Transparansi Informasi Produk Bank Untuk me ning ka tka n p e ng e ta hua n na sa b a h b a nk ma uo un ma sya ra ka t lua s me ng e na i p ro d uk-p ro d uk d a n ja sa ya ng d ita wa rka n o le h p e rb a nka n, ma ka d ira sa ka n p e rlu se ka li a d a nya tra nsp a ra nsi me ng e na i info rma si ya ng se je la s-je la snya me ng e na i p ro d uk d a n ja sa te rse b ut. De ng a n a d a nya tra nsp a ra nsi p ro d uk d a n ja sa p e rb a nka n te rse b ut, na sa b a h b isa me nd a p a tka n p e ng e rtia n d a n me ma ha mi ke untung a n d a n risiko p a d a p ro d uk ma up un ja sa ya ng a ka n d ip ilihnya .
20. Mempromosikan Edukasi untuk Nasabah Untuk me ning ka tka n p e ma ha ma n na sa b a h me ng e na i p ro d uk d a n ja sa b a nk ma up un fung si d a n ke g ia ta n b a nk itu se nd iri, d ira sa ka n p e rlu se ka li untuk me mb e rika n e d uka si ya ng me ma d a i ke p a d a na sa b a h. Ed uka si ke p a d a na sa b a h me ng e na i ke g ia ta n o p e ra sio na l ma up un p ro d uk d a n ja sa b a nk sa ng a t b e rma nfa a t untuk me ng hind a ri munc ulnya info rma si ya ng me nye sa tka n d a n me rug ika n
G. Tahap ‐tahap Implementasi AP
1. Program Penguatan Struktur Perbankan Nasional
2. Program Peningkatan Kualitas Pengaturan Perbankan
3. Program Peningkatan Fungsi Pengawasan
4. Program Peningkatan Kualitas Manajemen dan Operasional Perbankan
5. Program Pengembangan Infrastruktur Perbankan
6. Program Peningkatan Perlindungan Nasabah H.
Konsolidasi Perbankan
1. Tujuan Konsolidasi
2. Tahap Konsolidasi Perbankan
3. Pengertian dan Kriteria Bank Kinerja Baik (BKB)
I. Dampak API bagi Perbankan Nasional
1. Dampak pada Bank Umum