A. Pendahuluan  - 04 Arsitektur Perbankan Indonesia ( A P I )

  GARIS  BESAR PROGRAM PEMBELAJARAN 

BANK  & LEMBAGA KEUANGAN 1 

 

IV. ARSITEKTUR  PERBANKAN INDONESIA ( A P I )  A.

  Pendahuluan   Arsitektur   Perbankan  Indonesia  (API)  merupakan  suatu  kerangka  dasar  sistem   perbankan  Indonesia  yang  bersifat  menyeluruh  dan  memberikan  arah,   bentuk,   dan  tatanan  industri  perbankan  untuk  rentang  waktu  lima  sampai

    sepuluh  tahun  ke  depan.    Arah  kebijakan  pengembangan  industri  perbankan  di masa datang yang dirumuskan dalam API dilandasi oleh visi  mencapai   suatu  sistem  perbankan  yang  sehat,  kuat  dan  efisien  guna  menciptakan   kestabilan  sistem  keuangan  dalam  rangka  membantu  mendorong  pertumbuhan ekonomi nasional.  Berpijak  dari adanya kebutuhan blue print perbankan nasional dan sebagai  kelanjutan   dari  program  restrukturisasi  perbankan  yang  sudah  berjalan  sejak   tahun  1998,  maka  Bank  Indonesia  pada  tanggal  9  Januari  2004  telah  meluncurkan

    API  sebagai  suatu  kerangka  menyeluruh  arah  kebijakan  pengembangan   industri  perbankan  Indonesia  ke  depan.   Peluncuran  API  tersebut   tidak  terlepas  pula  dari  upaya  Pemerintah  dan  Bank  Indonesia  untuk   membangun  kembali  perekonomian  Indonesia  melalui  penerbitan  buku  putih Pemerintah sesuai dengan Inpres No. 5 Tahun 2003, dimana API  menjadi  salah satu program utama dalam buku putih tersebut.   Bertitik   tolak  dari keinginan  untuk memiliki fundamental  perbankan  yang  lebih   kuat  dan  dengan  memperhatikan  masukan‐masukan  yang  diperoleh  dalam   mengimplementasikan  API  selama  dua  tahun  terakhir,  maka  Bank  Indonesia   merasa  perlu  untuk  menyempurnakan  program‐program  kegiatan   yang  tercantum  dalam  API.   Penyempurnaan  program‐program  kegiatan   API  tersebut  tidak  terlepas  pula  dari  perkembangan‐ perkembangan

    yang  terjadi  pada  perekonomian  nasional  maupun  internasional.    Penyempurnaan  terhadap  program‐program  API  tersebut  antara   lain  mencakup  strategi‐strategi  yang  lebih  spesifik  mengenai  pengembangan  perbankan syariah, BPR, dan UMKM ke depan sehingga API  diharapkan

    memiliki  program  kegiatan  yang  lebih  lengkap  dan  komprehensif  yang mencakup sistem perbankan secara menyeluruh terkait  Bank   umum  dan  BPR,  baik  konvensional  maupun  syariah,  serta   pengembangan  UMKM. 

B. Enam  Pilar Arsitektur Perbankan Indonesia 

  Guna  mempermudah pencapaian visi API sebagaimana diuraikan di muka, maka  ditetapkan

   beberapa sasaran yang ingin dicapai, yaitu:  1.

  Menciptakan  struktur  perbankan  domestik  yang  sehat  yangmampu   memenuhi  kebutuhan  masyarakat  dan  mendorong  pembangunan  ekonomi nasional yang berkesinambungan.  2. Menciptakan  sistem  pengaturan  dan  pengawasan  bank  yang  efektif  dan mengacu pada standar internasional. 

  3. Menciptakan  industri  perbankan  yang  kuat  dan  memiliki  dayasaing   yang  tinggi  serta  memiliki  ketahanan  dalam  menghadapi  risiko.  4. Menciptakan  good  corporate  governance  dalam  rangka  memperkuat  kondisi  internal perbankan nasional. 

  5. Mewujudkan  infrastruktur  yang  lengkap  untuk  mendukung  terciptanya  industri perbankan yang sehat. 

  6. Mewujudkan  pemberdayaan  dan  perlindungan  konsumen  jasa  perbankan.  

  Keenam  sasaran yang ingin dicapai API tersebut dituangkan kedalam enam Pilar  yang

   saling terkait satu sama lain guna menunjang pencapaian visi API. Enam Pilar  API

   tersebut dapat dilihat pada gambar berikut.  

     

C. Tantangan  Perbankan di Masa Depan 

  ntuk  mewujudkan perbankan Indonesia yang lebih kokoh, perbaikan harus 

  U

  dilakukan  di berbagai bidang, terutama untuk menjawab tantangan‐tantangan  yang   dihadapi  perbankan  dalam  beberapa  tahun  belakangan  ini.  Tantangan‐ tantangan

   tersebut adalah sebagai berikut:  1.

   Kapasitas pertumbuhan kredit perbankan yang masih rendah 

  Untuk  mencapai pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi dalam waktu  lima   tahun  ke  depan,  diperlukan  pertumbuhan  kredit  perbankan  yang  cukup   besar.  Sementara  itu,  kemampuan  permodalan  perbankan  Indonesia

    saat  ini  mengindikasikan  bahwa  pertumbuhan  kredit  yang  cukup   tinggi  tersebut  sulit  dicapai  jika  perbankan  nasional  tidak  memperbaiki   kondisi  permodalannya.  Selain  hambatan  dalam  hal  permodalan  bank, penyaluran kredit dalam banyak hal juga terhambat   oleh   keengganan  sebagian  bank  untuk  menyalurkan  kredit  karena  kemampuan

   manajemen risiko dan core banking skills yang relatif belum  baik,  dan biaya operasional yang relatif tinggi.  2.

   Struktur perbankan yang belum optimal 

  Belum   optimalnya  struktur  perbankan  di  Indonesia  ditandai  oleh  terkonsentrasinya  struktur perbankan hanya  pada 11  bank  besar  (yang  menguasai

    75%  asset  perbankan  Indonesia).  Namun  demikian  bank‐ bank   kecil  dalam  hal  ini  perlu  mendapat  perhatian  karena  selain  jumlahnya

    relatif  banyak,  bank‐bank  kecil  tersebut  juga  memiliki  cakupan   usaha  yang  relative  sama  dengan  bank‐bank  besar  namun  dengan   kemampuan  operasional,  manajemen  risiko,  dan  corporate 

  governance   yang  relatif  lebih  terbatas.  Demikian  pula,  dibandingkan 

  dengan   negara‐negara  lain,  kepemilikan  pemerintah  Indonesia  dalam  perbankan  nampak cukup tinggi, bahkan tertinggi di kawasan Asia. Hal  ini   juga  merupakan  persoalan  tersendiri  terhadap  struktur  perbankan  karena  dapatmenimbulkan konflik kepentingan yang akan mengganggu  efisiensi

   pasar.  3.

   Pemenuhan  kebutuhan  masyarakat  terhadap  pelayanan  perbankan  yang  dinilai oleh masyarakat masih kurang 

  Kurangnya   pemenuhan  kebutuhan  masyarakat  atas  pelayanan  perbankan   ditandai  dengan  seringnya  terdengar  keluhan  dari  masyarakat

    mengenai  kurangnya  akses  terhadap  kredit  dan  tingginya  suku   bunga  kredit  serta  masih  banyaknya  praktek  penyediaan  jasa  keuangan   informal.  Pandangan  masyarakat  semacam  ini  cukup  beralasan,   karena  walaupun  kredit  korporasi  dan  UKM  sudah  mulai  tumbuh,   tingkat  penetrasi  kredit  masih  relative  rendah.  Selain  itu,  meningkatnya

    kompleksitas  jasa  dan  produk  keuangan  sebagai  akibat  dari   globalisasi  sektor  keuangan  juga  memerlukan  respons  yang  memadai   dari  berbagai  pihak  yang  terkait.  Hal  ini  semakin  penting  mengingat

    masyarakat  pengguna  jasa  keuangan  khususnya  perbankan  semakin   menuntut  kualitas  pelayanan  dan  akses  perbankan  yang  semakin  tinggi.  4.

   Pengawasan bank yang masih perlu ditingkatkan 

  Pengawasan   bank  juga  merupakan  bidang  yang  memerlukan  peningkatan   dan  penyempurnaan.  Hal  ini  disebabkan  karena  masih  terdapatnya

    beberapa  prinsip‐prinsip  prudensial  yang  masih  belum  diterapkan   secara  baik,  koordinasi  pengawasan  yang  masih  perlu  ditingkatkan,   kemampuan  SDM pengawasan  yang  belum optimal,  dan  pelaksanaan  law‐enforcement pengawasan yang belum efektif.  Secara   keseluruhan,  upaya  peningkatan  kapabilitas  pengawasan  ini  sejalan   dengan  usaha  Bank  Indonesia  untuk  menerapkan  25  Basel  Core 

  Principles  for Effective Banking Supervision, termasuk meningkatkan sarana 

  teknologi  pengawasan. Mengingat pengawasan bank merupakan bidang  yang

   sangat  dinamis dan  luas cakupannya, maka  peningkatan kualitas  pengawasan   merupakan  upaya  yang  patut  dilaksanakan  secara  terus  menerus   oleh  Bank  Indonesia  maupun  oleh  lembaga  lainnya  seperti  Otoritas

   Jasa Keuangan (OJK) pada saatnya nanti. 

5. Kapabilitas perbankan yang masih lemah 

  Lemahnya   kapabilitas  perbankan  ditandai  dengan  kurangnya  corporate 

  governance   dan  core  banking  skills  pada  sebagian  besar  perbankan 

  sehingga   diperlukan  perbaikan  yang  cukup  mendasar  pada  dua  hal  tersebut.  Meskipun kapabilitas beberapa bank besar sudah cukup kuat,  namun

   kapabilitas perbankan secara umum masih di bawah international 

  best   practices.  Demikian  pula  kemampuan  bank  dalam  me‐respon 

  meningkatnya  risiko operasional masih perlu terus diperbaiki, terutama  penekanannya  pada pentingnya internal control dan kepatuhan terhadap  prinsip ‐prinsip prudensial.  6.

   Profitabilitas dan efisiensi operasional bank yang tidak sustainable 

  Tingkat   profitabilitas  dan  efisiensi  operasional  yang  dicapai  oleh  perbankan

   pada umumnya bukan merupakan profitabilitas dan efisiensi  yang   sustainable.  Hal  ini  disebabkan  oleh  lemahnya  struktur  aktiva  produktif   bank‐bank.  Margin  yang  diperoleh  bank‐bank  semakin  Faktor   lain  dari  tidak  sustainable‐nya  profitibilitas  dan  efisiensi  adalah  karena

    sebagian  pendapatan  perbankan  berasal  dari  aktivitas  trading  yang  fluktuatif serta rendahnya rasio asset per nasabah yang membuat  biaya   operasional  perbankan  Indonesia  relatif  tinggi  dibandingkan  negara

  ‐negara lain.  7.

   Perlindungan nasabah yang masih harus ditingkatkan 

  Perlindungan  terhadap nasabah merupakan tantangan perbankan yang  berpengaruh  secara langsung terhadap sebagian besar masyarakat kita. 

  Oleh   karena  itu,  menjadi  tantangan  yang  sangat  besar  bagi  perbankan  dan   Bank  Indonesia  serta  masyarakat  luas  untuk  secara  bersama‐sama  menciptakan

    standarstandar  yang  jelas  dalam  membentuk  mekanisme  pengaduan   nasabah  dan  transparansi  informasi  produk  perbankan.  Di  samping  itu, edukasi pada masyarakat mengenai jasa dan produk yang  ditawarkan   oleh  perbankan  perlu  segera  diupayakan  sehingga  masyarakat   luas  dapat  lebih  memahami  risiko  dan  keuntungan  yang  akan

   dihadapi dalam menggunakan jasa dan produk perbankan.  8.

   Perkembangan Teknologi Informasi 

  Kemajuan  teknologi informasi ikut menambah tantangan yang dihadapi  oleh   perbankan.  Perkembangan  teknologi  informasi  (TI)  menyebabkan  makin  pesatnya perkembangan jenis dan kompleksitas produk dan jasa  bank

    sehingga  risikorisiko  yang  muncul  menjadi  lebih  besar  dan  bervariasi.

   Disamping itu, persaingan industri  perbankan   yang  cenderung  bersifat  global  juga  menyebabkan  persaingan

    antar  bank  menjadi  semakin  ketat  sehingga  bank‐bank  nasional   harus  mampu  beroperasi  secara  lebih  efisien  dengan  memanfaatkan  teknologi informasi.  

   

  D. Visi  Baru Perbankan 

  E. Program  Kegiatan API 

  una   mewujudkan  visi  API  dan  sasaran  yang  ditetapkan,  serta  mengacu 

  G

  kepada   tantangan‐tantangan  yang  dihadapi  perbankan,  maka  ke‐enam  pilar 

  API   sebagaimana  diuraikan  di  depan  akan  dilaksanakan  melalui  beberapa  program  kegiatan sebagai berikut: 

1. Program penguatan struktur perbankan nasional 

  Program   ini  bertujuan  untuk  memperkuat  permodalan  bank  umum  bank   mengelola  usaha  maupun  risiko,  mengembangkan  teknologi  informasi,

    maupun  meningkatkan  skala  usahanya  guna  mendukung  peningkatan   kapasitas  pertumbuhan  kredit  perbankan.  Implementasi  program   penguatan  permodalan  bank  dilaksanakan  secara  bertahap.   Upaya

   peningkatan modal bank‐bank tersebut dapat dilakukan dengan  membuat   business  plan  yang  memuat  target  waktu,  cara  dan  tahap  pencapaian.

   Adapun cara pencapaiannya dapat dilakukan melalui:  a. Penambahan modal baru baik dari shareholder lama maupun investor  baru;   b.

  Merger  dengan  bank  (atau  beberapa  bank)  lain  untuk  mencapai  persyaratan  modal minimum baru;  c. Penerbitan saham baru atau secondary offering di pasar modal;  d.

  Penerbitan subordinated loan    Dengan   demikian  dalam  waktu  sepuluh  sampai  limabelas  tahun  ke  depan   program  peningkatan  permodalan  tersebut  diharapkan  akan  mengarah  pada terciptanya struktur perbankan yang lebih optimal, yaitu  terdapatnya:

    ‐ 2 sampai 3 bank yang mengarah kepada bank internasional dengan  kapasitas   kemampuan

    dan   untuk  beroperasi  di  wilayah  internasional  serta memiliki modal di atas Rp50 triliun;  ‐ 3  sampai  5  bank  nasional  yang  memiliki  cakupan  usaha  yang  sangat   luas  dan  beroperasi  secara  nasional  serta  memiliki  modal  antara

   Rp10 triliun sampai dengan Rp50 triliun;   ‐ 30 sampai 50 bank yang kegiatan usahanya terfokus pada segmen  usaha   tertentu  sesuai  dengan  kapabilitas  dan  kompetensi  masingmasing

    bank.  Bank‐bank  tersebut  memiliki  modal  antara  Rp100  miliar sampai dengan Rp10 triliun;  

  ‐ Bank  Perkreditan  Rakyat  (BPR)  dan  bank  dengan  kegiatan usaha  terbatas  yang memiliki modal di bawah Rp100 miliar.  

    Secara   keseluruhan,  struktur  perbankan  Indonesia  dalam  kurun  waktu  sepuluh   sampai  limabelas  tahun  ke  depan  diharapkan  akan  terbentuk  sebagaimana

   digambarkan sebagai berikut: 

   

  2. Program peningkatan kualitas pengaturan perbankan 

  Program  ini bertujuan untuk meningkatkan efektivitas pengaturan serta  memenuhi

    standar  pengaturan  yang  mengacu  pada  international  best 

  practices.  Program tersebut dapat dicapai dengan penyempurnaan proses 

  penyusunan   kebijakan  perbankan  serta  penerapan  25  Basel  Core 

  Principles   for  Effective  Banking  Supervision  secara  bertahap  dan  menyeluruh.

   Dalam jangka waktu lima tahun ke depan diharapkan Bank  Indonesia   telah  sejajar  dengan  negara‐negara  lain  dalam  penerapan 

  international   best  practices  termasuk  25  Basel  Core  Principles  for  Effective  Banking   Supervision.  Dari  sisi  proses  penyusunan  kebijakan  perbankan 

  diharapkan   dalam  waktu  dua  tahun  ke  depan  Bank  Indonesia  telah  memiliki

    sistem  penyusunan  kebijakan  perbankan  yang  efektif  yang  telah  melibatkan pihakpihak terkait dalam proses penyusunannya. 

  3. Program peningkatan fungsi pengawasan 

  Program  ini bertujuan untuk meningkatkan independensi dan efektivitas  pengawasan   perbankan  yang  dilakukan  oleh  Bank  Indonesia.  Hal  ini  dicapai

   dengan peningkatkan kompetensi pemeriksa bank, peningkatan  koordinasi berbasis   risiko,  peningkatkan  efektivitas  enforcement,  dan  konsolidasi  organisasi

   sektor perbankan di Bank Indonesia. Dalam jangka waktu dua  tahun   ke  depan  diharapkan  fungsi  pengawasan  bank  yang  dilakukan  oleh  Bank  Indonesia akan lebih efektif dan  sejajar  dengan pengawasan  yang

   dilakukan oleh otoritas pengawas di negara lain.  4.

   Program peningkatan kualitas manajemen dan operasional perbankan 

  Program   ini  bertujuan  untuk  meningkatkan  good  corporate  governance 

  (GCG),   kualitas  manajemen  risiko  dan  kemampuan  operasional  manajemen.   Semakin  tingginya  standar  GCG  dengan  didukung  oleh  kemampuan   operasional  (termasuk  manajemen  risiko)  yang  handal  diharapkan

   dapat meningkatkan kinerja operasional perbankan. Dalam  waktu   dua  sampai  lima  tahun  ke  depan  diharapkan  kondisi  internal  perbankan  nasional menjadi semakin kuat. 

  5. Program pengembangan infrastruktur perbankan 

  Program   ini  bertujuan  untuk  mengembangkan  sarana  pendukung  operasional   perbankan  yang  efektif  seperti  credit  bureau,  lembaga  pemeringkat

    kredit  domestik,  dan  pengembangan  skim  penjaminan  kredit.   Pengembangan  credit  bureau  akan  membantu  perbankan  dalam  meningkatkan   kualitas  keputusan  kreditnya.  Penggunaan  lembaga  pemeringkat   kredit  dalam  publicly‐traded  debt  yang  dimiliki  bank  akan  meningkatkan

    transparansi  dan  efektivitas  manajemen  keuangan  perbankan.   Sedangkan  pengembangan  skim  penjaminan  kredit  akan  meningkatkan  akses kredit bagi masyarakat. Dalam waktu tiga tahun ke  depan   diharapkan  telah  tersedia  infrastruktur  pendukung  perbankan  yang  mencukupi. 

  6. Program peningkatan perlindungan nasabah 

  Program   ini  bertujuan  untuk  memberdayakan  nasabah  melalui  penetapan

    standar  penyusunan  mekanisme  pengaduan  nasabah,  pendirian   lembaga  mediasi  independen,  peningkatan  transparansi  informasi   produk  perbankan  dan  edukasi  bagi  nasabah.  Dalam  waktu  dua  sampai lima tahun ke depan diharapkan program‐program tersebut  dapat

   meningkatkan kepercayaan nasabah pada system  

F. Rekomendasi  Kebijakan 

  Pro g ra m-p ro g a m ke g ia ta n API a ka n d ija b a rka n ke d a la m 19 re ko me nd a si ke b ija ka n ya ng b e rsifa t ko mp re he nsif d a n me nc a kup se mua a sp e k p e rb a nka n d a ri ke e na m p ila r API.

  1. Memperkuat  Permodalan Bank  Me ning ka tka n p e rmo d a la n b a nk umum me nja d i minimum se b e sa r Rp 100 milia r d a la m ja ng ka wa ktu p a nja ng , ya ng b e rtujua n untuk me mp e rkua t ka p a sita s ind ustri p e rb a nka n itu se nd iri me ng ing a t mo d a l me rup a ka n p ro xy d a ri ke ma mp ua n b a nk untuk me ng e lo la usa ha ma up un risiko nya . De ng a n mo d a l ya ng kua t, b a nk-b a nk a ka n d imung kinka n untuk me miliki syste m info rma si ya ng le b ih b a ik se hing g a ma mp u b e ro p e ra si d e ng a n le b ih e fisie n.

  Pe rsya ra ta n untuk me miliki mo d a l minimum Rp 100 milia r te rse b ut ha nya d ip e runtukka n b a g i b a nk-b a nk umum ya ng sud a h b e ro p e ra si sa a t ini d a n b uka n d itujuka n p a d a p e nd iria n b a nk b a ru ka re na p e rsya ra ta n mo d a l untuk p e nd iria n b a nk umum b a ru te ta p me ma ka i p e rsya ra ta n ya ng sud a h a d a .

  2. Memperkuat  Daya Saing BPR  BPR se b a g a i b a g ia n d a ri ind ustri p e rb a nka n na sio na l te la h me mb e rika n a nd il ya ng c ukup b e sa r untuk p e re ko no mia n na sio na l.

  C a kup a n ke g ia ta n usa ha BPR ya ng le b ih b a nya k te rfo kus untuk UMKM ha rus d ib e rika n ke se mp a ta n ya ng le b ih b e sa r la g i untuk me la ya ni ke lo mp o k ma sya ra ka t ke c il d a n me ne ng a h te rse b ut. Da ya sa ing untuk BPR itu se nd iri ha rus d ip e rkua t se hing g a BPR tid a k ha nya ma mp u untuk b e rsa ing d e ng a BPR la innya , me la inka n jug a ma mp u untuk b e rsa ing d e ng a n b a nk-b a nk umum d a la m ha l p e mb e ria n kre d it untuk UMKM.

  3. Meningkatkan  Akses Kredit  Pe rb a nka n me miliki p e ra na n ya ng sa ng a t b e sa r d a la m me mb a ntu p e mb a ng una n e ko no mi. O le h ka re na itu, up a ya ya ng b e rtujua n untuk me ning ka tka n p e ra na n p e mb ia ya a n d a ri se kto r p e rb a nka n ke se c to r riil ha rus d ip e rta ha nka n se c a ra b e rke sina mb ung a n. Sa la h sa tu up a ya te rse b ut a d a la h d e ng a n me ning ka tka n a sa s kre d it p e rb a nka n untuk se kto r-se kto r te rte ntu ya ng d ira sa ma sik me me rluka n p e mb ia ya a n usa ha ya ng c ukup b e sa r, misa lnya p e rta nia n, p e rika na n, ke la uta n, d a n se b a g a inya . Ke g ia ta n te rse b ut p e rlu d ila kuka n g una me nd o ro ng p e rtumb uha n e ko no mi p a d a se kto r- se kto r usa ha te rte ntu se hing g a usa ha te rse b ut d a p a t tumb uh d a n b e rke mb a ng d e ng a n b a ik.

  Up a ya la in ya ng a ka n d ila kuka n o le h Ba nk Ind o ne sia untuk me ning ka tka n a kse s kre d it p e rb a nka n ke se c to r riil a d a la h d e ng a n me mfa silita si b e mb e ntuka n skim p e nja mina n kre d it. Da ri sisi mikro skim , p e nja mina n kre d it ini sa ng a t d ip e rluka n o le h p e rb a nka n ma uo un d e b itur untuk me c o ve r ke rug ia n ya ng a ka n munc uk se b a g a i a kib a t d e b itur tid a k ma mp u la g i me la ksa na ka n ke wa jib a n p e mb ia ya a n ke p a d a b a nk. Se me nta ra itu d a ri a sp e k mikro , ma mp u me ning ka tka n a kse s kre d it p e rb a nka n se hing g a d a p a t me nd o ro ng p e rtumb uha n ke g ia ta n usa ha p a d a se c to r-se kto r e ko no mi se c a ra ke se luruha n

  4. Memformalkan   Proses  Sindikasi  dalam  Membuat  Kebijakan  Perbankan   Untuk me nc ip ta ka n syste m p e ng a tura n p e rb a nka n ya ng e fe ktif, Ba nk Ind o ne sia a ka n me mfo rma lka n p ro se s sind ika si d a la m me mb ua t ke b ija ka n p e rb a nka n se hing g a se g a la ke b ija ka n d a n p e ng a tura n p e rb a nka n ya ng na ntinya a ka n b e na r-b e na r me ng a ko mo d a si d a n me mp e rha tika n se g a la ma c a m ke p e nting a n. Pro se s sind ika si te rse b ut a ka n me lib a tka n p e nd a p a t d a n ma suka n p iha k-p iha k la in ya ng te rlib a t d e ng a n p e rb a nka n, b a ik itu d i d a la m ma up un d i lua r ne g e ri.

  Implementasi  Secara Bertahap 25 Basel Core Principles for Effective  5.

  Banking  Supervision  Peraturan  perbankan yang modern dan efektif merupakan salah satu  syarat  yang mendasar yang harus dipenuhi guna menciptakan system  perbankan   yang  sehat  dan  stabil.    Untuk  itu  Bank  Indonesia  akan  terus   memperkuat  pengaturan  perbankan  nasional  sejalan  dengan  perkembangan   yang  terjadi  di  dunia  internasional.  Bank  Indonesia  secara   bertahap  mengimplementasikan  25  Basel  Core  Prinsiple  for  Effektive   Banking  Supervision  bagi  industri  perbankan  nasional.  Pelaksanaan  implementasi tersebut dilakukan sesuai dengan kondisi  dan   kemapuan  perbankan  nasional  dari  waktu  ke  waktu  sehingga  tidak  menganggu kinerja bank‐bank.

  6. Meningkatkan  Koordinasi Antarlembaga Pengawas  Rua ng ling kup ke g ia ta n o p e ra sio na l b a nk ya ng se ma kin lua s d a n ko mp le ks me nye b a b ka n up a ya p e ng a wa sa n te rha d a p ke g ia ta n o p e ra sio na l jug a se ma kin me ning ka t. Ba nk se b a g a i le mb a g a ke ua ng a n sa a t ini tid a k ha nya me njua l ja sa p e rb a nka n ko nve nsio na l, ma la inka n jug a me nye d ia ka n p ro d uk d a n ja sa ke ua ng a n la innya ya ng se b e lumnya d ila kuka n o le h le mb a g a ke ua ng a n d ilua r p e rb a nka n. De ng a n d e mikia n me nya tuka n p ro d uk d a n ja sa p e rb a nka n d e ng a n p ro d uk d a n ja sa le mb a g a ke ua ng a n b uka n b a nk la innya , risiko ya ng d iha d a p i b a nk me nja d i se ma kin b e sa r d a n ko mp le ks. Da la m ko nte k inila h p e ng a wa sa n le mb a g a p e rb a nka n tid a k c ukup d ila kuka n o le h Ba nk Ind o ne sia sa ja , me la inka n jug a p e rlu d ukung a n d a ri o to rita s le mb a g a ke ua ng a n la innya . Ke rja sa ma d e ng a n o to rita s p e ng a wa s le mb a g a ke ua ng a n la innya te rse b ut sa ng a t d ip e rluka n d a la m se g a la b e ntuk d a n ting ka t d a la m ra ng ka me nd ukung te rc ip ta nya ind ustry p e rb a nka n ua ng se ha t d a n sta b il.

  7. Melakukan  Konsolidasi Sektor Perbankan Bank Indonesia  Tug a s p e ng a wa sa n b a nk ya ng d ila kuka n o le h Ba nk Ind o ne sia a ka n te rus me ng a la mi p e rub a ha n se iring d e ng a n p e rke mb a ng a n p e rb a nka n ya ng jug a me ng a la mi p e rub a ha n d a ri wa ktu ke wa ktu. Ke g ia ta n usa ha b a nk ya ng se ma kin b e rva ria si d a n ko mp le k me me rluka n o rg a nisa si-o rg a nisa si p e ng a wa sa n d i Ba nk Ind o ne sia .

  Untuk itula h Ba nk Ind o ne sia a ka n me la kuka n ko nso lid a si inte rn d e ng a n me nye mp urna ka n struktur o rg a nisa si p e ng a wa sa n d i Ba nk Ind o ne sia a g a r fung si p e ng a wa sa n p e rb a nka n d a p a t d ila kuka n se c a ra ind e p e nd e n d a n le b ih e fisie n. Pe nye mp urna a n o rg a nisa si p e ng a wa sa n te rse b ut se ka lig us a ka n me nc ip ta ka n o rg a nisa si p e ng a wa sa n ya ng b e rsifa t de dic a te te a m se hing g a tug a s-tug a s p e ng a wa sa n d a n p e me riksa a n ya ng te rja d i p a d a sa a t ini b isa d iid e ntifika si d a n d ise le sa ika n d e ng a n le b ih c e p a t. Pe nye mp urna a n o rg a nisa si p e ng a wa sa n d i Ba nk Ind o ne sia jug a b e rtujua n untuk me ng o p tima lka n fung si te rha d a p se mua ke te ntua n

e nfo rc e me nt

d a n ke b ija ka n p e rb a nka n ya ng te la h d ite ta p ka n o le h Ba nk Ind o ne sia .

  8. Meningkatkan  Kompetensi Pemeriksa  Da la m ra ng ka me nye le sa ika n tug a s-tug a s d a n me ng a ta si p e rma sa la ha n p e rb a nka n ya ng se ma kin ko mp le ks d a n b e rke mb a ng d e ng a n p e sa t, Ba nk Ind o ne sia a ka n te rus me ning ka tka n ko mp e te nsi d a n ke a hlia n te na g a p e me riksa d a n p e ng a wa sn b a nk, b a ik d a la m ja ng ka p e nd e k, ma up un ja ng ka p a nja ng . Untuk ja ng ka p e nd e k Ba nk Ind o ne sia a ka n me la kuka n b e rb a g a i ma c a m p ro g ra m p e ning ka ta n ko mp e te nsi d a n ke a hlia n te na g a p e me riksa d a n p e ng a wa s b a nk a g a r ma mp u me ng a ta si se g a la p e rub a ha n ya ng te rja d i se ja la n d e ng a n p e rke mb a ng a n ind ustry p e rb a nka n. Pro g ra m-p ro g ra m te rse b ut a nta ra la in a d a la h p e ng irima n te na g a p e me riksa d a n p e ng a wa sa n b a nk untuk ma g a ng a ta u me ng ikuti tug a s p e ng a wa sa n p a d a o to rita s p e ng a wa sa n b a nk d i Ne g a ra la in, p e nug a sa n te na g a p e me riksa d a n p e ng a wa s b a nk p a d a b a nk ko me rsia l a ta u le mb a g a ke ua ng a n la in d a n se b a g a inya .

  Untuk ja ng ka p a nja ng , p e ning ka ta n kua lita s sumb e r d a ya p e me riksa d a n p e ng a wa s jug a te la h me nja d i p e rha tia n ya ng se rius b a g i Ba nk Ind o ne sia . Untuk itu Ba nk Ind o ne sia a ka n me la kuka n p ro g ra m p e ning ka ta n ko mp e te nsi te na g a p e ng a wa s d a n p e me riksa b a nk d a la m ja ng ka p a nja ng se b a g a i sa tu ke sa tua n d e ng a n p ro g ra m p e ning ka ta n te na g a p e me riksa d a n p e ng a wa s b a nk d a la m ja ng ka p e nd e k. Pe ning ka ta n ko mp e te nsi d a n ke a hlia n te na g a p e me riksa d a n p e ng a wa s b a nk d a la m ja ng ka p a nja ng a ka n d ila kuka n a nta ra la in me la lui ra ng ka ia n p e nd id ika n d a n p e la tiha n ya ng b e rsifa t ko mp re he nsif d a n te rp a d u se rta se tifika si p e me riksa d a n p e ng a wa s

  9. Mengembangkan  Sistem Pengawasan Berbasis Risiko  Dive rsifika si p ro d uk d a n ja sa p e rb a nka n ya ng se ma kin b e rke mb a ng d e ng a n p e sa t te la h me nye b a b ka n ke g ia ta n usa ha b a nk se ma kin b e rva ria si d a n ko mp le ks. Ko mp le ksita s d a n p e ning ka ta n ke g ia ta n usa ha b a nk te rse b ut p a d a a khirnya a ka n me ning ka tka n fa kto r-fa kto r risiko ya ng d iha d a p i o le h b a nk itu se nd iri. Pe ning ka ta n je nis d a n kua lita s risiko ya ng d iha d a p i o le h b a nk te rse b ut ha rus d ire sp o n d e ng a n p e ng a wa sa n b a nk ya ng jug a b re o rie nta si te rha d a p risiko ( ) se rta d id ukung d e ng a n te kno lo g i risk b a se d sup e rvisio n p e ng a ma na n ya ng me ma d a i. Dne g a n me ng e mb a ng ka n syste m p e ng a wa sa n ya ng b e rb a sis risiko te rse b ut, a lo ka si p e ng g una a n sumb e rd a ya a ka n me nja d i le b ih e fisie n se hing g a fung si p e ng a wa sa n a ka n d a p a t d ila kuka n d e ng a n le b ih o p tima l.

  10. Meningkatkan  Efektivitas  Ko mp le ksita s d a n p e ning ka ta n ke g ia ta n usa ha b a nj te rse b ut p a d a a khirnya a ka n me nig ka tka n fa kto r-fa kto r risiko b a nk itu se nd iri.

  De ng a n me ng e mb a ng ka n syste m p e ng a wa sa n ya ng b e rb a sis risiko te rse b ut, a lo ka si p e ng g una a n sumb e r d a ya a ka n me nja d i le b ih e fisie n se hing g a fung si p e ng a wa sa n a ka n d a p a t d ila kuka n d e ng a n le b ih o p tima l.

  11. Meningkatkan  Efektivitas Enforcement  Masalah   penegakan  hukum  terhadap  fungsi  pengawasn  yang  dilakukan

    oleh  Bank  Indonesia  akan  terus  ditingkatkan  denga  berbagai  upaya. Upaya tersebut antara lain dengan menyempurnakan  proses   investigasi  kejahatan  perbankan,  meningkatkan  transparansi  pelaksanaan   kegiatan  pengawasan  maupun  enforcement  itu  sendiri,  membentuk

    internal  ombudsman  untuk  meningkatkan  efektivitas  enforcement   tersebut  diharapkan  akan  tercipta  market  discipline  yang  baik  tentang penyelenggaraan perbankan yang sehat dan prudent.

  Meningkatkan  Good Corporate Governace  12.

  Peningkatan   kegiatan  operasional  bank  haruslah  diiringi  dengan  peningkatan   good  corporate  governance  sehingga  faktor‐fktor  yang  menjadi

    penyebab  timbulnya  risiko  maupun  penyimpangan  dapat  diminimalkan.   Good  corporate  governance  sangat  diperlukan  dalam  setiap  kegiatan operasi bank karene merupakan pertahanan pertama  bagi  bank dalam menghadapi segala risiko yang muncul.  Upaya   lain  untuk  meningkatkan  pelaksanaan  dan  fungsi  good  corporate   governance  tersebut  adalah  dengan  mendorong  bank‐bank  sehingga  kepemilikan modal kepada masyarakat akan menyebabkan  fungsi   control  masyarakat  terhadap  bank  menjadi  semakin  meningkat,

   dan pada akhirnya akan menciptakan transparansi yang  lebih  besar.

  13. Meningkatkan  Kualitas Manajemen Risiko Perbankan  Ke g ia ta n usa ha b a nk ya ng se ma kin b e risiko te la h me nd o ro ng b a nk- b a nk untuk me miliki ma na je me n ya ng b e rkua lita s d a n ko mp e te n d a la m b id a ng tug a snya . Ba nk Ind o ne sia se nd iri te la h me nya d a ri b e ta p a p e nting nya p e ra na n ma na je me n b a nk d a la m ke g ia ta n se ha ri-ha ri se hing g a me wa jib ka n b a nk-b a nk untuk me nse rtifika si ma na je r risiko ( ). risk ma na g e r

  14. Meningkatkan  Kemampuan Operasional Bank  Ma sa la h me nd a sa r o p e ra sio na l p e rb a nka n ya ng d iha d a p i se ka ra ng ini a d a la h ma sih ting g inya b ia ya -b ia ya o p e ra sio na l d a n re nd a hnya ha mp ir se mua b a nk. Untuk me ng a ta si ha l te rse b ut Ba nk skill le ve l Ind o ne sia a ka n me nfa silita si ke b utuha n p e nd id ika n ya ng b e rka ita n d e ng a n ke g ia ta n o p e ra sio na l b a nk, te ruta ma BPR d a n sya ria h.

  Up a ya la in untuk me ning ka tka n ke ma mp ua n o p e ra sio na l b a nk a d a la h d e ng a n me nd o ro ng b a nk-b a nk untuk me ng g una ka n fa silita s o p e ra sio na l se c a ra b e rsa ma -sa ma g una me ne ka n b ia ya se rta me ning ka tka n d a ya sa ing . Dila in p iha k Ba nk Ind o ne sia jug a a ka n me mp ub lika sika n ind ika to r-ind ika to r kine rja d a n o p e ra sio na l p e rb a nka n ke p a d a p ub lic se c a ra b e rka la .

  15. Mengembangkan  Biro Kredit  Sa la h sa tu c a ra ya ng d ila kuka n Ba nk Ind o ne sia d a la m me nd o ro ng b a nk-b a nk me ning ka tka n e ksp a nsi kre d itnya d a la h d e ng a n c a ra me nd irika n c re dit b e re a u . Pe nd iria n c re dit b e re a u ini a d a la h sa la h sa tu c a ra ya ng d a p a t d ig una ka n untuk me ng ura ng i risiko kre d it ya ng d isa lurka n o le h b a nk ke p a d a d e b itur-d e b iturnya . ha l ini d imung kinka n ka re na me nye d ia ka n info rma si ya ng c re dit b e ra e u d a p a t d ip e rc a ya se hing g a a ka n me mp e rb a iki kua lita s p inja ma n d a n ma na je me n risiko .

  16. Mengoptimalkan  Penggunaan Credit Rating Agencies  Dalam   rangka  meningkatkan  oertumbuhan  pasar  obligasi  di  Indonesia,   Bank  Indonesia  merasa  perlu  untuk  ikut  berpartisipasi  dengan   mendorong  bank‐bank  maupun  sektor  korporasi  untuk  menerbitkan   obligasi  sebagai  alternative  pembiayaan  usahanya.  Untuk   itu  Bank  Indonesia  akan  mempersyaratkan  pemeringkatan  obligasi   yang  diterbitkan  bank  oleh  lembaga  pemeringkat  independen.

  17. Menyusun  Standar Mekanisme Pengaduan Nasabah  Da la m ra ng ka me ning ka tka n p e rlind ung a n ke p a d a na sa b a h b a nk, sa a tnya ma sa la h-ma sa la h ya ng b e rka ita n d e ng a n p e rlind ung a n na sa b a h b a nk me nd a p a tka n p e rha tia n ya ng le b ih b e sa r. Sa la h sa tu ma sa la h ya ng te rka it d e ng a n p e rlind ung a n na sa b a h b a nk ya ng sa mp a i sa a t ini me me rluka n p e rha tia n ya ng c ukup se rius a d a la h ma sih b e lum a d a nya sta nd a r me ka nisme p e ng a d ila n na sa b a h b a nk a p a b ila na sa b a h me ng ha d a p i p e rma sa la ha n d e ng a n b a nk Se la njutnya Ba nk Ind o ne sia a ka n b e ke rja sa ma d e ng a n b a nk-b a nk untuk me nyusun sta nd a r minimum me ka nisme p e ng a d ua n na sa b a h ya ng na ntinya a ka n d ig una ka n o le h b a nk-b a nk d a la m me nyusun p e d o ma n inte rn me ka nisme p e ng a d ua n na sa b a h d i b a nknya ma sing -ma sing .

  18. Membentuk  Lembaga Mediasi Independen  De ng a n te rb e ntuknya me ka nisme p e ng a d ua n na sa b a h b a nk, d iha ra p ka n ma sa la h p e rse lisiha n a nta ra na sa b a h d e ng a n b a nk a ka n d a p a t te rse le sa ika n d e ng a n b a ik. Na mun d e mikia n na sa b a h b a nk d a p a t jug a me ng a d uka n p e rma sa la hnya ke p a d a le mb a g a la in jika p e rma sa la ha nnya d ia ng g a p tid a k me mua ska n. Untuk me ng a ko mo d a si p e rma sa la ha n se p e rti itu p e rb a nka n ha rus me mb e ntuk le mb a g a me d ia si ind e p e nd e n ya ng a ng g o ta nya te rd iri d a ri p a ra p iha k ya ng me wa kili b a nk d e ng a n na sa b a h.

  19. Menyusun  Transparansi Informasi Produk Bank  Untuk me ning ka tka n p e ng e ta hua n na sa b a h b a nk ma uo un ma sya ra ka t lua s me ng e na i p ro d uk-p ro d uk d a n ja sa ya ng d ita wa rka n o le h p e rb a nka n, ma ka d ira sa ka n p e rlu se ka li a d a nya tra nsp a ra nsi me ng e na i info rma si ya ng se je la s-je la snya me ng e na i p ro d uk d a n ja sa te rse b ut. De ng a n a d a nya tra nsp a ra nsi p ro d uk d a n ja sa p e rb a nka n te rse b ut, na sa b a h b isa me nd a p a tka n p e ng e rtia n d a n me ma ha mi ke untung a n d a n risiko p a d a p ro d uk ma up un ja sa ya ng a ka n d ip ilihnya .

  20. Mempromosikan  Edukasi untuk Nasabah  Untuk me ning ka tka n p e ma ha ma n na sa b a h me ng e na i p ro d uk d a n ja sa b a nk ma up un fung si d a n ke g ia ta n b a nk itu se nd iri, d ira sa ka n p e rlu se ka li untuk me mb e rika n e d uka si ya ng me ma d a i ke p a d a na sa b a h. Ed uka si ke p a d a na sa b a h me ng e na i ke g ia ta n o p e ra sio na l ma up un p ro d uk d a n ja sa b a nk sa ng a t b e rma nfa a t untuk me ng hind a ri munc ulnya info rma si ya ng me nye sa tka n d a n me rug ika n

G. Tahap ‐tahap Implementasi AP 

  1. Program  Penguatan Struktur Perbankan Nasional 

  2. Program  Peningkatan Kualitas Pengaturan Perbankan 

  3. Program  Peningkatan Fungsi Pengawasan 

  4. Program   Peningkatan  Kualitas  Manajemen  dan  Operasional  Perbankan  

  5. Program  Pengembangan Infrastruktur Perbankan 

  6. Program  Peningkatan Perlindungan Nasabah  H.

  Konsolidasi  Perbankan 

  1. Tujuan  Konsolidasi 

  2. Tahap  Konsolidasi Perbankan 

  3. Pengertian  dan Kriteria Bank Kinerja Baik (BKB) 

I. Dampak  API bagi Perbankan Nasional 

  1. Dampak  pada Bank Umum