Dalam Penderitaan Masihkah Kehadiran Tu
Keluaran 32:15-20
Bpk/Ibu, Sdr/i yksh dalam Yesus Kristus,
Teks yang kita baca pada hari ini tentu tidak bisa dilepaskan dari teks – teks/ayat2 sebelum dan
sesudahnya. Jadi untuk dapat mengerti kisah ini, tentu kita harus membaca secara utuh. Tetapi saya kira, perikop
mengenai anak lembu emas ini adalah salah satu kisah Alkitab yang sudah cukup akrab di telinga kita. Waktu saya
sekolah minggu dulu, saya punya buku cerita Alkitab, yang di dalamnya ada kisah anak lembu emas yang kita baca
hari ini, dan buku tersebut disertai dengan gambar, jadi pasti menarik, dan ini membuktikan bahwa sesuatu yang
divisualisasikan, sesuatu yang dapat dilihat langsung oleh mata (tidak hanya didengar), selalu menjadi hal yang lebih
menarik minat/perhatian.
Dan itu jugalah yang menjadi salah satu inti dari teks yang kita baca pada hari ini. Ada beberapa point
penting yang saya catat sebagai pengantar kita untuk masuk ke dalam diskusi PA pada hari ini:
-
Ada kecenderungan bangsa Israel untuk memvisualisasikan Allah; ada kecenderungan untuk merasakan
kehadiran Allah secara lahiriah, yang bisa dilihat secara fisik, sehingga mereka memaksakan kehendak kepada
-
Harun untuk “membuat” bagi mereka allah yang dapat berjalan di depan mereka.
Allah hendak menguji kesetiaan Israel. Sebagai umat pilihan, sebenarnya bangsa Israel telah begitu melupakan
status bahwa mereka berbeda di bandingkan dengan bangsa – bangsa lain di sekitarnya. Mereka adalah
bangsa yang telah menyaksikan keajaiban – keajaiban Tuhan, satu-satunya bangsa yang memiliki gelar “the
people of God” atau umat pilihan Allah. Tapi ternyata dalam status tersebut, Israel tetap saja menjadi bangsa
yang tidak peka dalam memahami kehendak Allah. Itu terbukti dari sikap mereka yang memaksakan kehendak,
tidak sabar dengan waktu yang telah ditetapkan Tuhan untuk Musa turun dari Gunung Sinai. Saking tidak
sabarnya, mereka justru menyembah patung, sementara kita tahu bahwa 2 loh batu yang di bawa Musa dari
Gunung Sinai mengandung isi: Jangan ada padamu ilah lain di hadapanKu, jgn membuat bagimu patung yang
-
menyerupai apapun dan jangan menyembah kepadanya.
Reaksi Musa ketika menyaksikan perilaku bangsa Israel. Ia melemparkan kedua loh batu hingga pecah, lalu
membakar patung lembu emas, digiling sampai halus lalu orang Israel disuruh meminumnya. Kemarahan Musa
pada bagian ini sebenarnya merupakan representasi/perwakilan dari sikap atau kemarahan Allah kepada umat
yang menyimpang. Dan emas yang digiling hingga hancur lalu diminumkan kpd bgs Israel dapat kita lihat
sebagai hukuman yang menjadi akibat dari apa yang telah mereka perbuat. Ini menandakan bahwa Allah adil:
menghukum siapapun yang bersalah; bahkan jika itu adalah umat pilihan sekalipun.
Pertanyaan bagi kita untuk didiskusikan berdasarkan point – point yang telah kita dengarkan bersama:
1.
Ketidaksabaran bangsa Israel dalam menantikan waktu Tuhan (berkaitan dengan waktu turunnya Musa dari
Gunung Sinai) dapat kita sejajarkan dengan keadaan kita orang percaya di masa kini. Dalam penderitaan
misalnya, masihkah kehadiran Tuhan dapat kita rasakan, meskipun tanpa melihat-Nya secara fisik? (Sebab
tidak jarang orang percaya merasa putus asa ketika berada dalam penderitaan, dan melihat ke seberang:
2.
kepercayaan lain misalnya; untuk memperoleh jawaban atas persoalan hidupnya).
Mari kita mengevaluasi diri kita: Apa – apa sajakah yang masih menjadi “anak lembu emas masa kini” di
dalam kehidupan kita selaku civitas akademika di kampus tercinta ini?
“Selamat ber-PA, God bless”
Bpk/Ibu, Sdr/i yksh dalam Yesus Kristus,
Teks yang kita baca pada hari ini tentu tidak bisa dilepaskan dari teks – teks/ayat2 sebelum dan
sesudahnya. Jadi untuk dapat mengerti kisah ini, tentu kita harus membaca secara utuh. Tetapi saya kira, perikop
mengenai anak lembu emas ini adalah salah satu kisah Alkitab yang sudah cukup akrab di telinga kita. Waktu saya
sekolah minggu dulu, saya punya buku cerita Alkitab, yang di dalamnya ada kisah anak lembu emas yang kita baca
hari ini, dan buku tersebut disertai dengan gambar, jadi pasti menarik, dan ini membuktikan bahwa sesuatu yang
divisualisasikan, sesuatu yang dapat dilihat langsung oleh mata (tidak hanya didengar), selalu menjadi hal yang lebih
menarik minat/perhatian.
Dan itu jugalah yang menjadi salah satu inti dari teks yang kita baca pada hari ini. Ada beberapa point
penting yang saya catat sebagai pengantar kita untuk masuk ke dalam diskusi PA pada hari ini:
-
Ada kecenderungan bangsa Israel untuk memvisualisasikan Allah; ada kecenderungan untuk merasakan
kehadiran Allah secara lahiriah, yang bisa dilihat secara fisik, sehingga mereka memaksakan kehendak kepada
-
Harun untuk “membuat” bagi mereka allah yang dapat berjalan di depan mereka.
Allah hendak menguji kesetiaan Israel. Sebagai umat pilihan, sebenarnya bangsa Israel telah begitu melupakan
status bahwa mereka berbeda di bandingkan dengan bangsa – bangsa lain di sekitarnya. Mereka adalah
bangsa yang telah menyaksikan keajaiban – keajaiban Tuhan, satu-satunya bangsa yang memiliki gelar “the
people of God” atau umat pilihan Allah. Tapi ternyata dalam status tersebut, Israel tetap saja menjadi bangsa
yang tidak peka dalam memahami kehendak Allah. Itu terbukti dari sikap mereka yang memaksakan kehendak,
tidak sabar dengan waktu yang telah ditetapkan Tuhan untuk Musa turun dari Gunung Sinai. Saking tidak
sabarnya, mereka justru menyembah patung, sementara kita tahu bahwa 2 loh batu yang di bawa Musa dari
Gunung Sinai mengandung isi: Jangan ada padamu ilah lain di hadapanKu, jgn membuat bagimu patung yang
-
menyerupai apapun dan jangan menyembah kepadanya.
Reaksi Musa ketika menyaksikan perilaku bangsa Israel. Ia melemparkan kedua loh batu hingga pecah, lalu
membakar patung lembu emas, digiling sampai halus lalu orang Israel disuruh meminumnya. Kemarahan Musa
pada bagian ini sebenarnya merupakan representasi/perwakilan dari sikap atau kemarahan Allah kepada umat
yang menyimpang. Dan emas yang digiling hingga hancur lalu diminumkan kpd bgs Israel dapat kita lihat
sebagai hukuman yang menjadi akibat dari apa yang telah mereka perbuat. Ini menandakan bahwa Allah adil:
menghukum siapapun yang bersalah; bahkan jika itu adalah umat pilihan sekalipun.
Pertanyaan bagi kita untuk didiskusikan berdasarkan point – point yang telah kita dengarkan bersama:
1.
Ketidaksabaran bangsa Israel dalam menantikan waktu Tuhan (berkaitan dengan waktu turunnya Musa dari
Gunung Sinai) dapat kita sejajarkan dengan keadaan kita orang percaya di masa kini. Dalam penderitaan
misalnya, masihkah kehadiran Tuhan dapat kita rasakan, meskipun tanpa melihat-Nya secara fisik? (Sebab
tidak jarang orang percaya merasa putus asa ketika berada dalam penderitaan, dan melihat ke seberang:
2.
kepercayaan lain misalnya; untuk memperoleh jawaban atas persoalan hidupnya).
Mari kita mengevaluasi diri kita: Apa – apa sajakah yang masih menjadi “anak lembu emas masa kini” di
dalam kehidupan kita selaku civitas akademika di kampus tercinta ini?
“Selamat ber-PA, God bless”