Laporan Simulasi Perancangan Microwave. docx
LAPORAN SIMULASI
PERANCANGAN RADIOLINK MICROWAVE
MATA KULIAH TEKNIK KOMUNIKASI RADIO
DISUSUN OLEH :
NEFIA AYU PRASASTI
3.33.14.1.15
TK-2B
JURUSAN TEKNIK ELEKTRO
PROGRAM STUDI D3 TEKNIK TELEKOMUNIKASI
POLITEKNIK NEGERI SEMARANG
TAHUN 2016
I.
TUJUAN
1. Supaya mahasiswa dapat mengetahui cara bagaimana menggunakan Pathloss 4.0
2.
dengan baik.
Agar mahasiswa dapat mengetahui kondisi geografis suatu daerah, supaya mereka
dapat merancang pemasangan pemancar dengan baik dan benar.
II. PENDAHULUAN
Pathloss adalah suatu kerugian propagasi gelombang yang disebabkan oleh
propagasi free space seperti refleksi, difraksi, dan scattering. Pada free space pathloss
dapat meningkat sebesar 20 dB per decade (satu decade adalah ketika jarak antara
pemancar dan penerima meningkat 10x lipat) atau 6 dB per oktaf (satu oktaf adalah
ketika jarak antara pemancar dan penerima bertambah 2x lipat).
Model propagasi yang biasa digunakan di lapangan biasanya adalah model empiris.
Model ini berdasar pada pengukuran data, bersifat sederhana, dan menggunakan data
yang sederhana. Model propagasi ini merupakan yang paling sederhana/mudah, karena
pada kenyataanya memang belum ada data tentang informasi pathloss di suatu daerah.
III. DASAR TEORI
Gelombang Mikro (microwave) adalah gelombang elektromagnetik yang
bersifat transfersal dengan frekuensi super tinggi (SHF, Super High Frekuensi) diatas 3
GHz dengan panjang gelombang berkisar antara 0.3-300 cm. Sistem
transmisi
gelombang mikro bekerja pada frekuensi UHF 300 MHz-30 GHz (pada umumnya 1-3
GHz) yang mempunyai panjang gelombang dalam ruang bebas antara 1 cm-1 m.
sinyal gelombang mikro dipancarkan melalui lintasan lurus dari satu titik ke titik
yang lain, dikenal dengan istilah Line Of Sight (LOS). Stasiun yang digunakan,
baik stasium pemencar, penerima, maupun relai ditempatkan pada lokasi yang tinggi
pada menara antena yang tinggi pula, agar
yang maksimum
transmisi dapat mencakup daerah LOS
sehingga dapat diperoleh suatu lintasan gelombang yang bersifat
langsung (direct signal path). Propagasi
gelombang radio atau RF (Radio
LOS gelombang mikro menggunakan
Frequency), yang juga merupakan gelombang
elektromagnetik. Komunikasi gelombang mikro dapat digunakan untuk komunikasi
satelit maupun komunikasi terestrial.
Sistem transmisi gelombang Mikro terdiri dari dua macam yaitu:
1. Sistem transmisi gelombang Mikro Analog
Menggunakan
gelombang
radio
dengan
modulasi
FM
(Frequency
Modulation), baik dengan sistem penjamakan (Multiplexing) frekuensi (FDM) atau
waktu (TDM).
2. Sistem transmisi gelombang Mikro Digital
Menggunakan gelombang radio dengan modulasi digital ( PSK atau QAM),
dan menggunakan penjamakan (multiplexing) TDMA.
Sedangkan konfigurasi dari sistem komunikasi gelombang mikro terdiri dari
dua konfigurasi yang sering digunakan dalam komunikasi ini.
1.
Konfigurasi Point To Point
Pada konfigurasi jenis ini transmisi gelombang mikro digital yang terjadi
antara satu titik dengan satu titik lain dengan menggunakan jenis antena parabola,
yang dirancang sedemikian rupa
sehingga
gelombang
yang
dikirim
memiliki
perarahan (directivity) yang tinggi dengan daerah berkas (beam area) yang sempit,
antena jenis ini dikenal juga dengan antena directional.
Gambar 1. konfigurasi point to point
2.
Konfigurasi point to multiple point
Pada jenis konfigurasi ini transmisi gelombang mikro digital yang terjadi
antara satu titik (master) ke banyak titik (remote), atau sebaliknya. Menara yang
berfungsi sebagai master dielengkapai dengan antena yang bersifat segala arah (omni
directional), agar dapat menerima dan mengirimkan informasi ke
arah, sehingga dapat menjangkau ke daerah- daerah
lokasi
dari dan ke banyak
remote yang
luas.
Sedangkan menara remote menggunakan antena terarah (directional), pada umumnya
yang digunakan adalah berbentuk parabola.
Transmisi dengan jarak 30-60 km atau lebih digunakan repeater sebagai
regenerator
sinyal, agar informasi yang diterima sesuai
dengan
data yang
ditransmisikan. Transmisi pada area relatif sempit tidak membutuhkan repeater karena
jarak antara pengirim dan penerima tidak
terlalu
jauh, pada keadaan ini variable
jarak tidak banyak berpengaruh pada transmisi sinyal. Master dan remote masingmasing dilengkapi dengan modul radio dan multiplexer, yang selanjutnya dihubungkan
ke piranti komunikasi seperti PABX (Private Automatic Branch Exchange) unttuk
layanan telepon, ke modem untuk transmisi data dan sebagainya.
Gambar 2. Konfigurasi point to multiple point
IV. ALAT DAN BAHAN
1.
2.
3.
Laptop / Komputer (PC)
Software Google Earth
Software Pathloss 4.0
V. LANGKAH KERJA
1. Instal software Google earth, lalu tentukan lokasi perancangan
2. Tentukan koordinat daerah tempat simulasi perancangan
3. Lalu konfigurasikan di module summary seperti tabel dibawah ini
Keterangan :
Site name adalah nama tempat yang digunakanuntuk RF planning
Call sign adalah tanda pengenal untuk stasiun pemancar
Situation code adalah kode stasiun yang digunakan untuk perhitungan link budget
State adalah lokasi provinsi atau Negara yang digunakan untuk perhitungan link budget
Owner code adalah kode pemilik atau perusahaan yang akan digunakan untuk RF
planning
longitude adalah garis membujur yang menghubungkan antara sisi utara dan sisi selatan
bumi (kutub). Garis bujur ini digunakan untuk mengukur sisi barat-timur koordinat suatu
titik di belahan bumi.
Latitude adalah garis yang melintang di antara kutub utara dan kutub selatan, yang
menghubungkan antara sisi timur dan barat bagian bumi. Garis ini memiliki posisi
membentangi bumi, sama halnya seperti garis equator (khatulistiwa), tetapi dengan
kondisi nilai tertentu. Garis lintang inilah yang dijadikan ukuran dalam mengukur sisi
utara-selatan koordinat suatu titik di belahan bumi.
True Azimuth adalah sudut yang dibentuk antara arah referensi (utara) dan garis dari
pengamat ke tempat tujuan diproyeksikan pada bidang yang sama dengan arah referensi
Calculated Distance adalah hasil perhitungan jarak antara lokasi latitude dan longitude
dari site 1 dan site 2
Profile distance adalah jarak pada profil distance hanya muncul di full report
Ellipsoid adalah permukaan koordinat
Elevation adalah tinggi daratan di atas permukaan laut
Tower Hight adalah tinggi tower yang digunakan untuk perhitungan power link budget
TR Antena height adalah tinggi antenna yang digunakan untuk RF planning
TX loss adalah loss yang dihitung di transmitter
RX loss adalah loss yang terhitung di receiver
Operator code adalah kode yang dimiliki operatorradio pemancar dan penerima
Radio model adalah model radio yang digunakan untuk perhitungan power link budget
Emission designator adalah kode yang terkait frekuensi yang memberikan informasi
tentang bandwidth frekuensi dan sifat sinyal pada frekuensi
Traffic code adalah kode lalu lintas yang digunakan pada perencanaan perhitungan link
budget
TX power adalah daya yang dipancarkan oleh radio
Frekuensi adalah ukuran jumlah putaran ulang per peristiwa dalam satuan waktu yang
diberikan.
Polarization adalah arah dan vector medan listrik yang diradiasikan oleh antenna
Free space loss adalah sinyal radio yang berpropagasi diudara dan akan mengalami
redaman di udara
EIRP adalah Effective isotrophic radiated power yang digunakan untukmenggambarkan
untuk kerja suatu perangkat transmisi
RX signal adalah kekuatan sinyal yang diterima oleh radio penerima dalam satuan dBm
Radio configuration adalah konfigurasi yang dilakukan pada radio
4. Masuk ke Geographic Defaults
5. Masuk ke Configure Terrain Database seperti gambar dibawah.
6.
Dibawah SRTM klik Setup Primary..tampilannya akan seperti ini..trus pilih BIL-HDR-BLW dalam
menu Files
7.
cari file SRTM lalu masukkan semuanya kedalam site
8.
setelah masuk semua, klik file-close
9.
Setelah itu isikan seperti dibawah ini mengenai informasi site nya, minimal yang harus diisi adalah
(Site Name, Latitude&Longitude, TR Antenna Height, Frequency Antenna yg dipakai)
10. Simpan terlebih dahulu dengan klik file-save
11. Kemudian masuk ke module pilih network
12.
13. Lalu simpan terlebih dahulu, file-save
14. Setelah itu masuk site data lalu create background
Lalu akan muncul tampilan peta seperti ini
15. masuk ke module pilih terain data. Dari Terrain Data lalu masuk ke Operations pilih Generate
Profile seperti gambar dibawah
16. setelah itu akan muncul tampilan seperti ini. lalu klik generate
17. setelah itu close jika sudah muncul profilenya
18. doble klik pada Structure nya
19. Lalu pilih type range structurenya mau tree/building. Karena ini daerah perbukitan dan banyak pohon
tingginya structurenya dipilih tree. Atur pula ketinggian serta rangenya.
20. Setelah itu masuk ke module diffraction lalu klik optimize (gambar calculator) , klik centang
Warna hijau
21. Masuk ke module lagi, pilih worksheet
22. Dari menu Worksheet set dulu Rain (load Rain Filenya)
23. Setelah itu set pada Operations bagian Reliability Methods muncul pilihan dibawah klik OK
24. Lalu klik pada gambar Antennanya. Isikan parameter antennanya terutama bagian Diameter Antenna,
ketinggian Antenna(kalau mau diatur lagi ketinggiannya) dan Gain Antennanya.
25. Klik bagian feedernya Isikan juga parameter feeder/cable yang dipakai.
26. Klik lagi pada bagian TR (Radio Equipmentnya). Isikan juga sesuai spesifikasi radio yang
digunakan. Yang penting isikan TX Power, dan RX threshold levelnya
27. Jadilah hitung-hitungan Link Path Calculation/Link Budgetnya. Untuk melihat hasilnya secara
lengkap klik di reportnya pilih full report
28. Tampilan setelah di full report
29. Untuk melihat print profile nya, klik file-close lalu masuk ke module-print profile. Tampilan print
profile seperti dibawah
30. Terakhir klik module – multipath
31. Pada langkah diatas menggunakan daerah yang tak ada penghalangnya (LOS)
32. Untuk daerah yang ada penghalangnya (obstale) caranya sama, hanya berbeda saat mengatur
koordinatnya (longitude, latitude).
VI. HASIL PERCOBAAN
Daerah yang dipilih adalah Nganjuk (Kec. Sawahan – Kec. Candirejo)sebagai
tempat simulasi Radio Link yang baik dengan propagasi LOS dan Kec. Loceret dan Kec.
Sawahan sebagai tempat simulasi Radio Link dengan obstacle perbukitan.
a.
Koordinat Kec. Sawahan
Longitude : 111 46 26.63 E
Latitude
: 07 45 06.31 S
Koordinat Kec. Candirejo
Longitude
: 111 53 30.65 E
Latitude
: 07 38 14.16 S
b. Tampilan Summary untuk daerah Sawahan – Candirejo
c.
Print profile
d. Multipath
e.
Full Report
f.
Koordinat Sawahan
Longitude : 111 45 56.16 E
Latitude
: 07 46 09.00 S
Koordinat Loceret
Longitude
: 111 52 08.58 E
Latitude
: 07 45 09.67 S
g.
Tampilan Summary untuk daerah Sawahan-Loceret
h. Print profile
i.
Multipath
j.
Full report
VII. ANALISA
Daerah yang dipilih adalah Nganjuk (Kec. Sawahan - Kec. Candirejo) sebagai
tempat simulasi Radio Link yang baik dengan propagasi LOS dan (Kec. Sawahan – Kec.
Loceret) sebagai tempat simulasi Radio Link dengan obstacle perbukitan.
Perancangan Radio Link yang baik adalah Radio Link yang memiliki RSL lebih
besar dari Tresshold. Sedangkan perancangan Radio Link yang buruk adalah Radio Link
yang memiliki RSL lebih kecil dari Treeshold.
Seperti pada contoh Kec. Sawahan – Kec. Candirejo,RSL yang didapat lebih besar
dari Threesholdnya. Dengan RSL -70,17 dan Threesholdnya -73,70. Sedangkan simulasi
di daerah Kec. Sawahan – Kec. Loceret didapat RSL lebih kecil dari Treesholdnya.
Dengan RSL -140,43 dan Threesholdnya -76,00.
VIII.
KESIMPULAN
a. Radio Link yang termasuk dalam kriteria baik memiliki nilai RSL yang lebih
besar dari pada Treeshold, dan Radio Link yang masuk dalam kriteria buruk
mempunyai nilai RSL yang lebih kecil dari pada Treeshold.
b. Banyaknya penghalang seperti Gedung-gedung tinggi, Pohon, dan Bukit dapat
mengakibatkan terjadinya Diffraction, Reflections, dan Scattering yang akan
mempengaruhi kualitas sinyal antara pemancar dan penerima.
PERANCANGAN RADIOLINK MICROWAVE
MATA KULIAH TEKNIK KOMUNIKASI RADIO
DISUSUN OLEH :
NEFIA AYU PRASASTI
3.33.14.1.15
TK-2B
JURUSAN TEKNIK ELEKTRO
PROGRAM STUDI D3 TEKNIK TELEKOMUNIKASI
POLITEKNIK NEGERI SEMARANG
TAHUN 2016
I.
TUJUAN
1. Supaya mahasiswa dapat mengetahui cara bagaimana menggunakan Pathloss 4.0
2.
dengan baik.
Agar mahasiswa dapat mengetahui kondisi geografis suatu daerah, supaya mereka
dapat merancang pemasangan pemancar dengan baik dan benar.
II. PENDAHULUAN
Pathloss adalah suatu kerugian propagasi gelombang yang disebabkan oleh
propagasi free space seperti refleksi, difraksi, dan scattering. Pada free space pathloss
dapat meningkat sebesar 20 dB per decade (satu decade adalah ketika jarak antara
pemancar dan penerima meningkat 10x lipat) atau 6 dB per oktaf (satu oktaf adalah
ketika jarak antara pemancar dan penerima bertambah 2x lipat).
Model propagasi yang biasa digunakan di lapangan biasanya adalah model empiris.
Model ini berdasar pada pengukuran data, bersifat sederhana, dan menggunakan data
yang sederhana. Model propagasi ini merupakan yang paling sederhana/mudah, karena
pada kenyataanya memang belum ada data tentang informasi pathloss di suatu daerah.
III. DASAR TEORI
Gelombang Mikro (microwave) adalah gelombang elektromagnetik yang
bersifat transfersal dengan frekuensi super tinggi (SHF, Super High Frekuensi) diatas 3
GHz dengan panjang gelombang berkisar antara 0.3-300 cm. Sistem
transmisi
gelombang mikro bekerja pada frekuensi UHF 300 MHz-30 GHz (pada umumnya 1-3
GHz) yang mempunyai panjang gelombang dalam ruang bebas antara 1 cm-1 m.
sinyal gelombang mikro dipancarkan melalui lintasan lurus dari satu titik ke titik
yang lain, dikenal dengan istilah Line Of Sight (LOS). Stasiun yang digunakan,
baik stasium pemencar, penerima, maupun relai ditempatkan pada lokasi yang tinggi
pada menara antena yang tinggi pula, agar
yang maksimum
transmisi dapat mencakup daerah LOS
sehingga dapat diperoleh suatu lintasan gelombang yang bersifat
langsung (direct signal path). Propagasi
gelombang radio atau RF (Radio
LOS gelombang mikro menggunakan
Frequency), yang juga merupakan gelombang
elektromagnetik. Komunikasi gelombang mikro dapat digunakan untuk komunikasi
satelit maupun komunikasi terestrial.
Sistem transmisi gelombang Mikro terdiri dari dua macam yaitu:
1. Sistem transmisi gelombang Mikro Analog
Menggunakan
gelombang
radio
dengan
modulasi
FM
(Frequency
Modulation), baik dengan sistem penjamakan (Multiplexing) frekuensi (FDM) atau
waktu (TDM).
2. Sistem transmisi gelombang Mikro Digital
Menggunakan gelombang radio dengan modulasi digital ( PSK atau QAM),
dan menggunakan penjamakan (multiplexing) TDMA.
Sedangkan konfigurasi dari sistem komunikasi gelombang mikro terdiri dari
dua konfigurasi yang sering digunakan dalam komunikasi ini.
1.
Konfigurasi Point To Point
Pada konfigurasi jenis ini transmisi gelombang mikro digital yang terjadi
antara satu titik dengan satu titik lain dengan menggunakan jenis antena parabola,
yang dirancang sedemikian rupa
sehingga
gelombang
yang
dikirim
memiliki
perarahan (directivity) yang tinggi dengan daerah berkas (beam area) yang sempit,
antena jenis ini dikenal juga dengan antena directional.
Gambar 1. konfigurasi point to point
2.
Konfigurasi point to multiple point
Pada jenis konfigurasi ini transmisi gelombang mikro digital yang terjadi
antara satu titik (master) ke banyak titik (remote), atau sebaliknya. Menara yang
berfungsi sebagai master dielengkapai dengan antena yang bersifat segala arah (omni
directional), agar dapat menerima dan mengirimkan informasi ke
arah, sehingga dapat menjangkau ke daerah- daerah
lokasi
dari dan ke banyak
remote yang
luas.
Sedangkan menara remote menggunakan antena terarah (directional), pada umumnya
yang digunakan adalah berbentuk parabola.
Transmisi dengan jarak 30-60 km atau lebih digunakan repeater sebagai
regenerator
sinyal, agar informasi yang diterima sesuai
dengan
data yang
ditransmisikan. Transmisi pada area relatif sempit tidak membutuhkan repeater karena
jarak antara pengirim dan penerima tidak
terlalu
jauh, pada keadaan ini variable
jarak tidak banyak berpengaruh pada transmisi sinyal. Master dan remote masingmasing dilengkapi dengan modul radio dan multiplexer, yang selanjutnya dihubungkan
ke piranti komunikasi seperti PABX (Private Automatic Branch Exchange) unttuk
layanan telepon, ke modem untuk transmisi data dan sebagainya.
Gambar 2. Konfigurasi point to multiple point
IV. ALAT DAN BAHAN
1.
2.
3.
Laptop / Komputer (PC)
Software Google Earth
Software Pathloss 4.0
V. LANGKAH KERJA
1. Instal software Google earth, lalu tentukan lokasi perancangan
2. Tentukan koordinat daerah tempat simulasi perancangan
3. Lalu konfigurasikan di module summary seperti tabel dibawah ini
Keterangan :
Site name adalah nama tempat yang digunakanuntuk RF planning
Call sign adalah tanda pengenal untuk stasiun pemancar
Situation code adalah kode stasiun yang digunakan untuk perhitungan link budget
State adalah lokasi provinsi atau Negara yang digunakan untuk perhitungan link budget
Owner code adalah kode pemilik atau perusahaan yang akan digunakan untuk RF
planning
longitude adalah garis membujur yang menghubungkan antara sisi utara dan sisi selatan
bumi (kutub). Garis bujur ini digunakan untuk mengukur sisi barat-timur koordinat suatu
titik di belahan bumi.
Latitude adalah garis yang melintang di antara kutub utara dan kutub selatan, yang
menghubungkan antara sisi timur dan barat bagian bumi. Garis ini memiliki posisi
membentangi bumi, sama halnya seperti garis equator (khatulistiwa), tetapi dengan
kondisi nilai tertentu. Garis lintang inilah yang dijadikan ukuran dalam mengukur sisi
utara-selatan koordinat suatu titik di belahan bumi.
True Azimuth adalah sudut yang dibentuk antara arah referensi (utara) dan garis dari
pengamat ke tempat tujuan diproyeksikan pada bidang yang sama dengan arah referensi
Calculated Distance adalah hasil perhitungan jarak antara lokasi latitude dan longitude
dari site 1 dan site 2
Profile distance adalah jarak pada profil distance hanya muncul di full report
Ellipsoid adalah permukaan koordinat
Elevation adalah tinggi daratan di atas permukaan laut
Tower Hight adalah tinggi tower yang digunakan untuk perhitungan power link budget
TR Antena height adalah tinggi antenna yang digunakan untuk RF planning
TX loss adalah loss yang dihitung di transmitter
RX loss adalah loss yang terhitung di receiver
Operator code adalah kode yang dimiliki operatorradio pemancar dan penerima
Radio model adalah model radio yang digunakan untuk perhitungan power link budget
Emission designator adalah kode yang terkait frekuensi yang memberikan informasi
tentang bandwidth frekuensi dan sifat sinyal pada frekuensi
Traffic code adalah kode lalu lintas yang digunakan pada perencanaan perhitungan link
budget
TX power adalah daya yang dipancarkan oleh radio
Frekuensi adalah ukuran jumlah putaran ulang per peristiwa dalam satuan waktu yang
diberikan.
Polarization adalah arah dan vector medan listrik yang diradiasikan oleh antenna
Free space loss adalah sinyal radio yang berpropagasi diudara dan akan mengalami
redaman di udara
EIRP adalah Effective isotrophic radiated power yang digunakan untukmenggambarkan
untuk kerja suatu perangkat transmisi
RX signal adalah kekuatan sinyal yang diterima oleh radio penerima dalam satuan dBm
Radio configuration adalah konfigurasi yang dilakukan pada radio
4. Masuk ke Geographic Defaults
5. Masuk ke Configure Terrain Database seperti gambar dibawah.
6.
Dibawah SRTM klik Setup Primary..tampilannya akan seperti ini..trus pilih BIL-HDR-BLW dalam
menu Files
7.
cari file SRTM lalu masukkan semuanya kedalam site
8.
setelah masuk semua, klik file-close
9.
Setelah itu isikan seperti dibawah ini mengenai informasi site nya, minimal yang harus diisi adalah
(Site Name, Latitude&Longitude, TR Antenna Height, Frequency Antenna yg dipakai)
10. Simpan terlebih dahulu dengan klik file-save
11. Kemudian masuk ke module pilih network
12.
13. Lalu simpan terlebih dahulu, file-save
14. Setelah itu masuk site data lalu create background
Lalu akan muncul tampilan peta seperti ini
15. masuk ke module pilih terain data. Dari Terrain Data lalu masuk ke Operations pilih Generate
Profile seperti gambar dibawah
16. setelah itu akan muncul tampilan seperti ini. lalu klik generate
17. setelah itu close jika sudah muncul profilenya
18. doble klik pada Structure nya
19. Lalu pilih type range structurenya mau tree/building. Karena ini daerah perbukitan dan banyak pohon
tingginya structurenya dipilih tree. Atur pula ketinggian serta rangenya.
20. Setelah itu masuk ke module diffraction lalu klik optimize (gambar calculator) , klik centang
Warna hijau
21. Masuk ke module lagi, pilih worksheet
22. Dari menu Worksheet set dulu Rain (load Rain Filenya)
23. Setelah itu set pada Operations bagian Reliability Methods muncul pilihan dibawah klik OK
24. Lalu klik pada gambar Antennanya. Isikan parameter antennanya terutama bagian Diameter Antenna,
ketinggian Antenna(kalau mau diatur lagi ketinggiannya) dan Gain Antennanya.
25. Klik bagian feedernya Isikan juga parameter feeder/cable yang dipakai.
26. Klik lagi pada bagian TR (Radio Equipmentnya). Isikan juga sesuai spesifikasi radio yang
digunakan. Yang penting isikan TX Power, dan RX threshold levelnya
27. Jadilah hitung-hitungan Link Path Calculation/Link Budgetnya. Untuk melihat hasilnya secara
lengkap klik di reportnya pilih full report
28. Tampilan setelah di full report
29. Untuk melihat print profile nya, klik file-close lalu masuk ke module-print profile. Tampilan print
profile seperti dibawah
30. Terakhir klik module – multipath
31. Pada langkah diatas menggunakan daerah yang tak ada penghalangnya (LOS)
32. Untuk daerah yang ada penghalangnya (obstale) caranya sama, hanya berbeda saat mengatur
koordinatnya (longitude, latitude).
VI. HASIL PERCOBAAN
Daerah yang dipilih adalah Nganjuk (Kec. Sawahan – Kec. Candirejo)sebagai
tempat simulasi Radio Link yang baik dengan propagasi LOS dan Kec. Loceret dan Kec.
Sawahan sebagai tempat simulasi Radio Link dengan obstacle perbukitan.
a.
Koordinat Kec. Sawahan
Longitude : 111 46 26.63 E
Latitude
: 07 45 06.31 S
Koordinat Kec. Candirejo
Longitude
: 111 53 30.65 E
Latitude
: 07 38 14.16 S
b. Tampilan Summary untuk daerah Sawahan – Candirejo
c.
Print profile
d. Multipath
e.
Full Report
f.
Koordinat Sawahan
Longitude : 111 45 56.16 E
Latitude
: 07 46 09.00 S
Koordinat Loceret
Longitude
: 111 52 08.58 E
Latitude
: 07 45 09.67 S
g.
Tampilan Summary untuk daerah Sawahan-Loceret
h. Print profile
i.
Multipath
j.
Full report
VII. ANALISA
Daerah yang dipilih adalah Nganjuk (Kec. Sawahan - Kec. Candirejo) sebagai
tempat simulasi Radio Link yang baik dengan propagasi LOS dan (Kec. Sawahan – Kec.
Loceret) sebagai tempat simulasi Radio Link dengan obstacle perbukitan.
Perancangan Radio Link yang baik adalah Radio Link yang memiliki RSL lebih
besar dari Tresshold. Sedangkan perancangan Radio Link yang buruk adalah Radio Link
yang memiliki RSL lebih kecil dari Treeshold.
Seperti pada contoh Kec. Sawahan – Kec. Candirejo,RSL yang didapat lebih besar
dari Threesholdnya. Dengan RSL -70,17 dan Threesholdnya -73,70. Sedangkan simulasi
di daerah Kec. Sawahan – Kec. Loceret didapat RSL lebih kecil dari Treesholdnya.
Dengan RSL -140,43 dan Threesholdnya -76,00.
VIII.
KESIMPULAN
a. Radio Link yang termasuk dalam kriteria baik memiliki nilai RSL yang lebih
besar dari pada Treeshold, dan Radio Link yang masuk dalam kriteria buruk
mempunyai nilai RSL yang lebih kecil dari pada Treeshold.
b. Banyaknya penghalang seperti Gedung-gedung tinggi, Pohon, dan Bukit dapat
mengakibatkan terjadinya Diffraction, Reflections, dan Scattering yang akan
mempengaruhi kualitas sinyal antara pemancar dan penerima.