Perdebatan Perdebatan dalam Globalisasi docx

SOH 102 / Pengantar Globalisasi / Kelompok 16 / Tugas Minggu Ketiga
Kelompok 16 beranggotakan :
1. Florentina Yasinta Jehanu

071411231005

2. Nazelia Alifia Putri

071411231028

3. Skolastika Lilien K.

071411231051

4. Ruth Merry L.S.

071411231075

5. Arya Agung Ayu A.P

071411233024


Perdebatan-Perdebatan dalam Globalisasi
Perbedaan pendapat dalam kehidupan sehari-hari sering bermuara pada perdebatanperdebatan untuk menemukan perspektif yang paling “sesuai” dengan fenomena yang terjadi.
Dalam Hubungan Internasional sebagai sebuah disiplin ilmu dengan beragam teori
penunjangnya juga sering diwarnai oleh perdebatan-perdebatan para tokoh atau kaum tertentu
dengan perspektif masing-masing. Sebagaimana terdapat perdebatan-perdebatan besar dalam
Hubungan Internasional, globalisasi juga diwarnai dengan perdebatan-perdebatan besar di
dalamnya. Sebelum memahami macam-macam perdebatan-perdebatan Globalisasi ada
baiknya kita memahami esensi dari istilah perdebatan besar. Kata “debat”, menurut Kamus
Besar Bahasa Indonesia (KBBI) merupakan pembahasan dan pertukaran pendapat mengenai
suatu hal dengan saling memberi alasan untuk mempertahankan pendapat masing-masing.
Sedangkan “globalisasi” sendiri, menurut KBBI merupakan proses masuknya ke ruang
lingkup dunia. Berarti dapat disimpulkan bahwa perdebatan globalisasi merupakan
pembahasan mengenai sesuatu yang masuk ke ruang lingkup dunia dengan saling memberi
alasan konkrit untuk mempertahankan pendapat dari masing-masing pihak yang sedang
berdebat. Singkat kata, perdebatan-perdebatan besar globalisasi adalah perdebatan terkemuka
mengenai sesuatu yang masuk ke ruang lingkup dunia.
Perdebatan globalisasi yang berlangsung, terpisah dalam dua lingkup, yaitu dalam lingkup
akademis dan dalam lingkup masyarakat luas. Para peserta utama dalam perdebatan di
lingkup akademis menetap dan mengajar di negara-negara kaya di belahan bumi utara,

1

terutama Amerika Serikat dan Inggris. Pengaruh intelektual mereka yang tidak proporsional
tidak hanya mencerminkan hubungan kekuasaan yang ada di dunia, tetapi juga merupakan
dominansi global gagasan Anglo-Amerika. Meskipun mereka berbagi kerangka intelektual
umum, para ilmuwan ini memiliki pandangan yang sangat berbeda mengenai definisi
globalisasi, skalanya, kronologi, dampak, dan hasil kebijakan (Steger, 2002: 18).
Terdapat setidaknya tiga kelompok ilmuwan yang memiliki pendapat berbeda mengenai
globalisasi. Kelompok pertama adalah The Hyperglobalizers yang dideskripsikan Ohmae
sebagai era baru dimana masyarakat dunia menuju pada pasar global (1990; 1995). Hal ini
dapat juga dimengerti sebagai proses liberalisasi ekonomi dimana kegiatan ekonomi tidak
hanya terjadi di dalam satu negara saja namun melintasi batas negara secara internasional.
Mengglobalnya kegiatan ekonomi negara juga didukung oleh perusahaan transnasional dan
multinasional. Dan secara langsung mengubah pola ekonomi nasional menjadi lebih luas
mengikuti arus globalisasi. Pendapat kelompok ini didukung oleh kenyataan hadirnya
perusahaan-perusahaan multinasional sebagai “ikon globalisasi” seperti McDonalds, KFC,
Coca-Cola, Pizza Hut, Starbucks, Samsung, Acer dan masih banyak lagi yang telah meluas
dan meraja lela di beberapa negara.

Di sisi lain, muncul The Sceptical yang beranggapan bahwa globalisasi bukan fenomena

secara global namun hanyalah merupakan regionalisasi ekonomi dunia yang terarah pada tiga
blok besar, yaitu Eropa, Asia-Pasifik, dan Amerika Utara (Stegger 2002). Penganut anggapan
ini adalah Paul Hirst dan Graham Thompson. Sedangkan Kelompok ketiga adalah The
Transformationalist yang didukung oleh ilmuwan James N. Rossenau dan sosiologis Anthony
Giddens. Teori ini menyangkal bahwa globalisasi merupakan sebuah hal yang baru dan
berpikir bahwa sebenarnya globalisasi telah menjadi bagian dari proses sejarah.

Seperti biasa, selalu ada pro dan kontra dalam berbagai hal terhadap pendapat atau sesuatu
yang memiliki pengaruh terhadap dunia. Seperti contohnya pada globalisasi. Tidak semua
masyarakat dunia menganggap bahwa globalisasi adalah hal yang membawa kebaikan.
Memang, mayoritas banyak yang menilai bahwa globalisasi adalah sebuah perubahan
mendunia yang baik dan dapat diterima. Tetapi ada pula yang menilai bahwa globalisasi
membawa dampak yang buruk. Dua pendapat yang berbeda inilah yang menjadi perdebatan
dalam dunia globalisasi.
2

Marxis, ahli teori sistem-dunia, fungsionalis, Weberian, dan ahli teori contemporary lain
berpendapat bahwa globalisasi adalah tren pembeda masa kini. Beberapa ahli menuturkan
bahwa globalisasi adalah sebuah konsep kapitalisme dan imperialisme yang global. Orangorang yang pro akan globalisasi menyatakan bahwa globalisasi adalah hal yang
menguntungkan, membangkitkan peluang ekonomi yang fresh, demokratisasi politik,

keanekaragaman budaya, dan sebagai jembatan pembuka dunia baru (Douglas, 2002: 285286). Selain itu, globalisasi cenderung berkaitan dengan ekonomi dan teknologi.

Menurut Bryan R. Daves (2000: 110), terdapat dua pendapat tentang globalisasi. Pertama,
globalisasi berhubungan dengan peningkatan pertukaran internasional dalam kebaikan,
pelayanan, dan modal. Yang kedua, globalisasi berhubungan dengan sebuah divisi dalam
bekerja keras yang menghapus perbedaan antara ekonomi nasional. Dua konsepsualisasi yang
berbeda ini memiliki implikasi yang dalam. Para kritisi yang kontra terhadap globalisasi
melihat bahwa globalisasi adalah hal yang berbahaya, membawa dominasi atas negara yang
kaya dan sangat maju terhadap negara miskin dan kurang maju atau berkembang (Douglas,
2002: 286).

Debat besar hadir disebabkan adanya perbedaan pandangan dan pemikiran mengenai
globalisasi. Seperti menjawab konsep terbaik mengenai globalisasi, bagaimana manusia
menyikapi globalisasi yang dinamis, dan pertanyaan-pertanyaan yang dapat menjadi dasar
pembelajaran globalisasi. Dengan adanya perdebatan ini membuat kita menjadi semakin
paham dan mengerti dimana pijakan yang benar dalam mempelajari globalisasi. Atas adanya
debat besar ini disinyalir juga menjadi cikal bakal hadirnya kajian mengenai globalisasi. Dan
ketika globalisasi telah diangkat menjadi bagian dari studi yang dipelajari, debat besar adalah
bagian sejarah globalisasi yang memperkaya ilmu itu sendiri.


Dari uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa dalam globalisasi juga terdapat
perdebatan-perdebatan besar, dimana perdebatan-perdebatan tersebut adalah perdebatanperdebatan dengan latar belakang yang beragam, seperti kronologinya, aspek-aspek apa
dalam kehidupan yang terpengaruh globalisasi, pro dan kontra terhadap pengaruh yang
diberikan, dan lain sebagainya. Terlepas dari perdebatan-perdebatan yang terjadi, arus
3

globalisasi adalah arus yang tak terhindarkan dan harus kita sikapi dengan bijak. Perbedaan
perspektif yang berujung pada perdebatan-perdebatan dalam globalisasi pada hakikatnya
adalah alat untuk membantu kita dalam memahami dan menyikapi globalisasi sebagai
tuntutan hidup kini dan masa depan.

Referensi :
Daves, Bryan R. 2000. “A Small World After All: the Reach and Grasp of the Globalization
Debate, Review Essays, Journal of InterAmerican Studies and World Affairs, Vol. 42,
No. 2, pp. 109-121.
Kellner, Douglas. 2002. “Theorizing Globalization”, Sociological Theory, Vol. 20, No. 3, pp.
285-305.
Steger, Manfred B. 2002. “the Academic Debate over Globalization”, dalam Globalism: the
New Market Ideology, Oxford: Rowman & Littlefield Publisher, Inc., pp. 17-41.


4

Tanda tangan anggota kelompok 16 Pengantar Globalisasi untuk tugas minggu ketiga
( Selasa, 10 Maret 2015) :

1. Florentina Yasinta Jehanu

071411231005

2. Nazelia Alifia Putri

071411231028

3. Skolastika Lilien K.

071411231051

4. Ruth Merry L.S.

071411231075


5. Arya Agung Ayu A.P

071411233024

5