STRATEGI STRATEGI PEMBELAJARAN PAUD (1)
STRATEGI - STRATEGI PEMBELAJARAN PAUD
Siti mar’atun saleha
Abstrak
Pembelajaran pada anak usia dini pada hakikatnya adalah
pengembangan kurikulum secara konkret berupa seperangkat
rencana yang berisi sejumlah pengalaman belajar melalui bermain
yang diberikan kepada anak usia dini berdasarkan potensi dan
tugas perkembangan yang harus dikuasainya dalam rangka
pencapaian kompetensi yang harus dimiliki oleh anak.
Pembelajaran anak usia dini memiliki dua jenis model yaitu
pembelajaran yang berpusat pada guru dan pembelajaran yang
berpusat pada siswa. Berikut ini terdapat beberapa macam
pendekatan yang dapat diterapkan dalam pembelajaran pada anak
usia dini yaitu pendekatan discovery, pendekatan proses,
pendekatan nyata, dan pendekatan holistik.
Jenis-jenis metode belajar mengajar untuk anak usia dini
pada berbagai jenis pengembangan yaitu metode bermain, metode
bernyanyi, metode bercerita, metode karyawisata, metode
demonstrasi, dan metode pemberian tugas.
Pendahuluan
Anak usia dini adalah anak usia 0-8 tahun. Pada usia itu, anak
mengalamimasa pertumbuhan dan perkembangan yang sangat pesat.
Masa ini juga di sebut sebagai masa emas “golden periode” oleh karena
itu orang tua dan guru harus bisa mendidik anak secara tepat.Strategi
pembelajaran yang diberikan kepada anak harus sesuai dengan usiadan
tingkat kemampuan anak, sehingga guru harus pandai-pandai memilih
strategiyang tepat sehingga perkembangan yang dialami anak akan
optimal. Strategi yang bisa guru berikan pada anak yaitu melalui
strategi pendekatan kelompok, area dansentra. Strategi ini dapat di
gunakan di TK untuk mengeksplor kemampuan anaksesuai dengan
minatnya.
Pada umumnya kita mengetahui bahwa di TK masih menggunakan
cara belajar yang berpusat pada guru, dan dapat kita lihat bahwa dengan
cara belajar yangseperti itu akan membuat anak pasif dan banyak
aturan yang diberikan guru ketikaguru sedang bercerita di depan kelas.
Hal yang diberikan tidak dapat dicerna olehanak sehingga sekarang
muncullah strategi pembelajaran yang berpusat pada anakyaitu melalui
strategi pendekatan kelompok, area dan sentra.
Pembahasan
A. Strategi Pembelajaran Paud
Anak adalah manusia kecil yang memiliki potensi yang masih
harus dikembangkan. Anak memiliki karakteristik tertentu yang khas
dan tidak sama dengan orang dewasa, mereka selalu aktif, dinamis,
antusias dan ingin tahu terhadap apa yang dilihat, didengar, dirasakan,
mereka seolah-olah tidak pernah bereksplorasi dan belajar. Anak
bersifat egosentris, memiliki rasa ingin tahu secara amaliah, merupakan
makhluk sosial, unik, kaya dengan fantasi, memiliki daya perhatian
yang pendek, dan merupakan masa yang paling potensial untuk belajar.1
Pendidikan anak dapat dilaksanakan melalui jalur formal, nonformal, dan informal. Pendidikan formal (pendidikan yang dikelola oleh
pemerintah) seorang anak dapat diperoleh dari bangku PAUD, TK, SD,
SMA, dan sampai tingkat jenjang pendidikan selanjutnya. Pendidikan
non-formal (pendidikan yang dikelola oleh yayasan) dapat diperoleh
mulai dari PAUD, TPA, KB, atau sejenisnya dan sampai pada
selanjutnya. Sedangkan pendidikan informal diperoleh sejak dari masih
berada dalam kandungan seseorang ibu (pendidikan prenatal) dan dari
lingkungan anak.
6.
1 Yuliani Nurani Sujiono, Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini, (Jakarta: Indeks), hlm.
Untuk mencapai tingkat keberhasilan dalam pendidikan seorang
anak didik, sebuah lembaga pendidikan harus mempunyai strategi
pembelajaran yang memungkinkan anak dapat mengikuti pembelajaran
dengan baik yaitu ditandai dengan adanya perkembangan dan
perubahan akhlak, sosial, dan IQ anak.
Kegiatan pembelajaran pada anak usia dini pada hakikatnya adalah
pengembangan kurikulum secara konkret berupa seperangkat rencana
yang berisi sejumlah pengalaman belajar melalui bermain yang
diberikan kepada anak usia dini berdasarkan potensi dan tugas
perkembangan yang harus dikuasainya dalam rangka pencapaian
kompetensi yang harus dimiliki oleh anak (sujiono dan sujiono,
2007:26).
B. Pendekatan Pembelajaran Pada Anak Usia Dini
Berdasarkan pada peraturan pemerintah No. 19 tahun 2005 tentang
Standar Nasional Pendidikan, pasal 19 ayat 1 menyatakan bahwa proses
pembelajaran pada suatu pendidikan diselenggarakan secata interaktif,
inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk
berpartisipasi aktif, serta memberikan ruangan yang cukup bagi
prakarsa, kreativitas, kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan
perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.
Adapun istilah pendekatan (approach) dalam pembelajaran
memiliki kemiripan dengan strategi. Sebenarnya pendekatan berbeda,
baik dengan strategi titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses
pembelajaran. Istilah pendekatan merujuk pada pandangan tentang
terjadinya proses yang sifatnya masih sangat umum. Oleh karenanya,
strategi dan metode pembelajaran yang digunakan dapat bersumber dari
pendekatan tertentu.2
Pembelajaran anak usia dini memiliki dua jenis model yaitu
pembelajaran yang berpusat pada guru dan pembelajaran yang berpusat
pada siswa. Berikut terdapat beberapa macam pendekatan yang dapat
diterapkan dalam pembelajaran pada anak usia dini.
1. Pendekatan Discovery
2 Hamruni, Strategi dan Model-Model Pembelajaran Aktif Menyenangkan, (Yogyakarta),
hlm. 5.
Discovery iyalah proses mental dimana siswa/anak didik
mampu mengasimilasikan suatu konsep atau prinsip. Proses mental
yang dimaksud antara lain: mengamati, mencerna, mengerti,
menggolong-golongkan, membuat dugaan, menjelaskan, mengukur,
membuat kesimpulan dan sebagainya. Dengan teknik ini siswa
dibiarkan menemukan sendiri atau mengalami proses mental sendiri,
guru hanya membimbing dan memberikan intruksi. Dengan
demikian, pembelajaran discovery ialah suatu pembelajaran yang
dapat melibatkan siswa dalam proses kegiatan mental melalui tukar
pendapat, dengan berdiskusi, membaca sendiri dan mencoba sendiri,
agar anak dapat belajar sendiri.3
Metode pembelajaran discovery merupakan suatu metode
pengajaran yang menitikberatkan pada aktivitas siswa dalam belajar.
Pembelajaran ini memfokuskan pada kegiatan keaktifan anak.dalam
proses pembelajaran dengan metode ini, guru hanya bertindak
sebagai pembimbing dan fasilitator yang mengarahkan siswa untuk
menemukan sesuatu yang belum diketahui anak.
Dalam pembelajaran discovery (penemuan kegiatan atau
pembelajaran yang di rancang sedemikian rupa sehingga siswa
dapat menemukan konsep-konsep dan prinsip-prinsip melalui proses
mentalnya sendiri.dalam menemukan konsep,siswa melakukan
pengamatan, menggolongkan,membuat dugaan, menjelaskan,
menarik kesimpulan dan sebagainnya untuk menemukan beberapa
konsep atau prinsip.
2. Pendekatan Proses
Pada pendekatan proses, tujuan utama pembelajaran adalah
mengembangkan kemampuan siswa dalam keterampilan proses
seperti mengamati, berhipotesis, merencanakan, menafsirkan ,dan
mengomunikasikan .pendekatan keterampilan proses digunakan dan
dikembangkan sejak kurikulum 1984. Penggunaan pendekatan
proses menuntut keterlibatan langsung siswa dalm kegiatan belajar.
3 http://sulipan.wordpress.com2011/05/16/metode-pembelajaran-penemuan-discoverylearning/ di unduh hari Ahad, 08 April 2012.
Dalam pendekatan proses, ada dua hal mendasar yang harus
selalu di pegang pada setiap proses yang berlangsung dalam
pendidikan. Pertama,proses mengalami. Pendidikan harus menjadi
suatu pengalaman pribadi bagi peserta didik. Dengan proses
mengalami, pendidikan akan menjadi bagian integral dari peserta
didik, bukan lagi potongan-potongan pengalaman yang di sodorkan
untuk di terima, yang sebenarnya bukan miliknya sendiri.
3. Pendekatan Nyata
Pendekatan ini lebih menekankan pada pembelajaran yang
nyata,dalam hal ini anak dapat menangkap secara jelas terhadap
pembelajaran yang sedang dilakukan anak.dalam konsep inianak
harus diberikan pembelajaran dengan benda-benda yang nyata agar
anak tidak menerawang dan bingung. Maksudnya adalah anak
dirangsang unruk berfikir dengan metode pembelajaran yang
menggunakan benda nyata sebagai contoh materi-materi
pembelajaran. Terciptanya pengalaman melalui benda nyata
diharapkan anak lebih mengerti maksud dari materi-materi yang
diajarkan oleh guru.
Anak usia dini dapat menyerap pengalaman dengan mudah
melalui benda-benda yang bersifat konkret (nyata). Oleh karena itu,
sebaiknya menggunakan media yang nyata untuk memberikan
pembelajaran terhadap anak.
4. Pendekatan Holistik
Pengembangan anak usia dini mempunyai arah pada
pengembangan segenap aspek pertumbuhan dan perkembangan
jasmani dan rohani anak. Pelaksanaannya terintegrasi dalam satu
kesatuam program utuh dan proporsional.
Secara makro, prinsip holistik dan terpadu mengandung arti
penyelenggaraan PAUD dilakukan terintegrasi dengan sistem sosial
yang ada di masyarakat dan menyertakan segenap komponen
masyarakat sesuai tanggung jawab dan kewenangannya. Dalam hal
ini, diharapkan adanya keselarasan antara pendidikan yang
dilakukan di berbagai unit pendidikan, yaitu keluarga, sekolah dan
masyarakat atau tripusat pendidikan.
C. Jenis-Jenis Metode Belajar Mengajar untuk Anak Usia Dini pada
Berbagai Jenis Pengembangan
Pembelajaran anak usia dini memiliki dua jenis model yaitu
pembelajaran yang berpusat pada guru dan pembelajaran yang berpusat
pada siswa. Metode pembelajaran dengan menggunakan pembelajaran
memberikan kesempatan dan kebebasan pada anak untuk
mengemukakan pemikirannya, mereka mengemukakan pemikirannya
sendiri dan mengidentifikasikan kegiatannya. Pembelajaran yang
berpusat pada anak memandang kebutuhan anak adalah kebutuhan
individu yang unik dan bernilai.
Metode pembelajaran yang berpusat pada guru atau dikenal dengan
istilah pengajaran langsung merupakan sifat dimana guru atau fasilitator
atau instruktur memberikan petunjuk dan pengarahan langsung pada
anak tentang apa yang harus dilakukan oleh anak kemudian guru
mengevaluasi kegiatan anak berdasarkan perilaku atau tindakan yang
muncul dari dalam diri anak.
Secara khusus proses pembelajaran pada anak usia dini haruslah
didasarkan pada prinsip-prinsip perkembangan anak usia dini sebagai
berikut ini:4
1. Proses kegiatan belajar pada anak usia dini harus dilaksanakan
berdasarkan prinsip belajar melalui bermain.
2. Proses kegiatan belajar anak usia dini dilaksanakan dalam
lingkungan yang kondusif dan inovatif, baik di dalam ruangan
maupun di luar ruangan.
3. Proses kegiatan belajar anak usia dini dilaksanakan dengan
pendekatan tematik dan terpadu.
4. Proses kegiatan belajar anak usia dini harus diarahkan pada
pengembangan potensi kecerdasan secara menyeluruh dan terpadu.
Mengacu pada karakteristik tujuan pembelajaran dan karakteristik anak
usia dini, metode yang tepat untuk pembelajaran anak usia dini di
antaranya adalah:5
1. Metode bermain
4 Loc. Cit, hlm. 141.
5 Modul Metode Pembelajaran Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)
Bermain adalah kegiatan yang anak-anak lakukan sepanjang
hari karena bagi anak bermain adalah hidup dan hidup adalah
permainan (mayesty, 1990:196-197). Anak usia dini tidak
membedakan antara bermain, belajar, dan bekerja. Anak-anak
umumnya sangat menikmati permainan dan akan terus
melakukannya di mana pun mereka memiliki kesempatan. Bermain
bagi anak usia dini merupakan kebutuhan, sama seperti kebutuhan
yang lain, seperti kebutuhan akan makan dan minum, kesehatan,
kasih sayang, pakaian, keamanan, kenyamanan dan lain-lain,
sehingga ada sinyalemen yang menyatakan bahwa dunia anak
adalah dunia bermain, anak belajar melalui bermain dan bermain
seraya belajar.
2. Metode bernyanyi
Bernyanyi merupakan salah satu kegiatan yang sangat
digemari oleh anak-anak. Hampir setiap anak sangat menikmati
lagu-lagu atau nyanyian yang didengarkan, lebih-lebih jika
nyanyian tersebut dibawakan oleh anak-anak seusianya dan diikuti
dengan gerakan-gerakan tubuh yang sederhana.
Dengan bernyanyi potensi belahan otak kanan dapat dioptimalkan,
sehingga pesan-pesan yang kita berikan akan lebih lama mengendap
di memori anak (ingatan jangka panjang). Dengan demikian anak
akan selalu ingat pesan-pesan yang diterimanya.
3. Metode bercerita
Bercerita atau mendongeng merupakan warisan budaya yang
sudah lama kita kenal, bahkan dijadikan sebagai kebiasaan atau
tradisi bagi para orang tua untuk menidurkan anak-anaknya. Melalui
cerita atau dongeng banyak hal tentang hidup dan kehidupan yang
dapat kita informasikan kepada anak-anak. Begitu juga pesan-pesan
moral dan nilai-nilai agama dapat kita tanamkan kepada anak-anak
melalui tokoh-tokoh yang ada dalam cerita atau dongeng tersebut.
4. Metode karyawisata
Karyawisata merupakan salah satu metode pembelajaran yang
memberi kesempatan kepada anak-anak untuk mengamati atau
mengobservasi, memperoleh informasi dan mengkaji dunia secara
langsung, seperti bintang, tanaman, dan benda-benda lain yang ada
disekitar anak. Melalui kegiatan karyawisata, anak-anak akan
memperoleh pengalaman belajar secara langsung dengan
menggunakan seluruh pancaindra, sehingga apa yang diperoleh dari
lapangan dapat lebih berkesan dan pada gilirannya akan lebih lama
mengendap di memori anak.
5. Metode demonstrasi
Metode ini menekan pada cara-cara mengerjakan sesuatu
dengan penjelasan, petunjuk dan peragaan secar langsung dari guru.
Melalui metode ini diharapkan anak-anak dapat mengenal dan
mencermati langkah-langkah pelaksanaan dalam melakukan suatu
kegiatan, yang pada gilirannya anak-anak diharapkan dapat meniru
dan melakukan apa yang didemostrasikan oleh guru dengan baik
dan benar. Misalnya ketrampilan melipat kertas (origami),
menggambar sesuai pola, menggulung, menggunting dan
sebagainya.
6. Metode bercakap-cakap (berdialog)
Bercakap-cakap atau berdialog dapat diartikan saling
mengomunikasikan satu sama lain dalam hal pikiran, perasaan dan
kebutuhan secara verbal, untuk mewujudkan bahasa reseptif yang
meliputi kemampuan mendengarkan dan memahami pembicaraan
orang lain dan bahasa ekspresif yang meliputi kemampuan
mendengarkan dan memahami pembicaraan orang lain dan bahasa
ekspresif yang meliputi kemampuan menyatakan pendapat, gagasan,
perasaan dan kebutuhan kepada orang lain.
Bercakap-cakap dapat dilakukan antara pamong dengan anak, atau
anak dengan anak. Melalui kegiatan bercakap-cakap (dialog)
diharapkan dapat :
1) Meningkatkan keberanian anak untuk mengaktualisasikan
diri dengan menggunakan kemampuan berbahasa secara
ekspresif, misalnya menyatakan pendapat, perasaan,
keinginan, bertanya, dan sebagainya,
2) Meningkatkan keberanian anak untuk menyatakan secara
lisan apa yang harus dilakukan oleh diri sendiri dan anak
lain,
3) Meningkatkan keberanian anak untuk mengadakan
hubungan dengan orang lain, baik sesame teman atau
pamong,
4) Member kesempatan kepada anak untuk membangun jati
dirinya, melalui kesempatan untuk berdialog,
5) Memperluas pengetahuan, wawasan dan berbendaharaan
kata,
6) Bahasa reseptif anak, seperti mendengarkan dan memahami
pembicaraan orang lain.
7. Metode pemberian tugas
Metode pemberian tugas ini diberikan kepada anak, sematamata hanya untuk melatih persepsi pendengaran, meningkatkan
kemampuan bahasa reseptif anak, memusatkan perhatian dan
membangun motivasi anak, bukan untuk melihat hasilnya. Oleh
karena itu sebaiknya dihindari pemberian tugas yang bersifat
memaksa, mendikte, membatasi kereativitas anak, terus menerus,
dalam bentuk pekerjaan rumah, atau tugas-tugas lain yang membuat
anak justru merasa tertekan, terpaksa, membuat anak bosan bahkan
mungkin sampai pada tingkat frustasi.
Berikan tugas-tugas yang dapat meningkatkan kreativitas anak,
meningkatkan imajinasi anak, melatih motorik, membuat anak
bergairah, lebih bersemangat, merasa senang, nyaman,
menumbuhkan rasa percaya diri, meningkatkan motivasi belajar dan
tugas-tugas lain yang membuat anak merasa nyaman dan aman
ketika belajar di lembaga PAUD.
D. Strategi Pembelajaran Paud
Anak adalah manusia kecil yang memiliki potensi yang masih
harus dikembangkan. Anak memiliki karakteristik tertentu yang khas
dan tidak sama dengan orang dewasa, mereka selalu aktif, dinamis,
antusias dan ingin tahu terhadap apa yang dilihat, didengar, dirasakan,
mereka seolah-olah tidak pernah bereksplorasi dan belajar. Anak
bersifat egosentris, memiliki rasa ingin tahu secara amaliah, merupakan
makhluk sosial, unik, kaya dengan fantasi, memiliki daya perhatian
yang pendek, dan merupakan masa yang paling potensial untuk belajar.6
Pendidikan anak dapat dilaksanakan melalui jalur formal, nonformal, dan informal. Pendidikan formal (pendidikan yang dikelola oleh
pemerintah) seorang anak dapat diperoleh dari bangku PAUD, TK, SD,
SMA, dan sampai tingkat jenjang pendidikan selanjutnya. Pendidikan
non-formal (pendidikan yang dikelola oleh yayasan) dapat diperoleh
mulai dari PAUD, TPA, KB, atau sejenisnya dan sampai pada
selanjutnya. Sedangkan pendidikan informal diperoleh sejak dari masih
berada dalam kandungan seseorang ibu (pendidikan prenatal) dan dari
lingkungan anak.
Untuk mencapai tingkat keberhasilan dalam pendidikan seorang
anak didik, sebuah lembaga pendidikan harus mempunyai strategi
pembelajaran yang memungkinkan anak dapat mengikuti pembelajaran
dengan baik yaitu ditandai dengan adanya perkembangan dan
perubahan akhlak, sosial, dan IQ anak.
Kegiatan pembelajaran pada anak usia dini pada hakikatnya adalah
pengembangan kurikulum secara konkret berupa seperangkat rencana
yang berisi sejumlah pengalaman belajar melalui bermain yang
diberikan kepada anak usia dini berdasarkan potensi dan tugas
perkembangan yang harus dikuasainya dalam rangka pencapaian
kompetensi yang harus dimiliki oleh anak (sujiono dan sujiono,
2007:26).
E. Pendekatan Pembelajaran Pada Anak Usia Dini
Berdasarkan pada peraturan pemerintah No. 19 tahun 2005 tentang
Standar Nasional Pendidikan, pasal 19 ayat 1 menyatakan bahwa proses
pembelajaran pada suatu pendidikan diselenggarakan secata interaktif,
inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk
berpartisipasi aktif, serta memberikan ruangan yang cukup bagi
prakarsa, kreativitas, kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan
perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.
6.
6 Yuliani Nurani Sujiono, Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini, (Jakarta: Indeks), hlm.
Adapun istilah pendekatan (approach) dalam pembelajaran
menurut sanjaya (2007) memiliki kemiripan dengan strategi.
Sebenarnya pendekatan berbeda, baik dengan strategi titik tolak atau
sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran. Istilah pendekatan
merujuk pada pandangan tentang terjadinya proses yang sifatnya masih
sangat umum. Oleh karenanya, strategi dan metode pembelajaran yang
digunakan dapat bersumber dari pendekatan tertentu.7
Pembelajaran anak usia dini memiliki dua jenis model yaitu
pembelajaran yang berpusat pada guru dan pembelajaran yang berpusat
pada siswa. Berikut terdapat beberapa macam pendekatan yang dapat
diterapkan dalam pembelajaran pada anak usia dini.
1. Pendekatan Discovery
Discovery iyalah proses mental dimana siswa/anak didik
mampu mengasimilasikan suatu konsep atau prinsip. Proses mental
yang dimaksud antara lain: mengamati, mencerna, mengerti,
menggolong-golongkan, membuat dugaan, menjelaskan, mengukur,
membuat kesimpulan dan sebagainya. Dengan teknik ini siswa
dibiarkan menemukan sendiri atau mengalami proses mental sendiri,
guru hanya membimbing dan memberikan intruksi. Dengan
demikian, pembelajaran discovery ialah suatu pembelajaran yang
dapat melibatkan siswa dalam proses kegiatan mental melalui tukar
pendapat, dengan berdiskusi, membaca sendiri dan mencoba sendiri,
agar anak dapat belajar sendiri.8
Metode pembelajaran discovery merupakan suatu metode
pengajaran yang menitikberatkan pada aktivitas siswa dalam belajar.
Pembelajaran ini memfokuskan pada kegiatan keaktifan anak.dalam
proses pembelajaran dengan metode ini, guru hanya bertindak
sebagai pembimbing dan fasilitator yang mengarahkan siswa untuk
menemukan sesuatu yang belum diketahui anak.
Dalam pembelajaran discovery (penemuan kegiatan atau
pembelajaran yang di rancang sedemikian rupa sehingga siswa
7 Hamruni, Strategi dan Model-Model Pembelajaran Aktif Menyenangkan, (Yogyakarta),
hlm. 5.
8 http://sulipan.wordpress.com2011/05/16/metode-pembelajaran-penemuan-discoverylearning/ di unduh hari Ahad, 08 April 2012.
dapat menemukan konsep-konsep dan prinsip-prinsip melalui proses
mentalnya sendiri.dalam menemukan konsep,siswa melakukan
pengamatan, menggolongkan,membuat dugaan, menjelaskan,
menarik kesimpulan dan sebagainnya untuk menemukan beberapa
konsep atau prinsip.
2. Pendekatan Proses
Pada pendekatan proses, tujuan utama pembelajaran adalah
mengembangkan kemampuan siswa dalam keterampilan proses
seperti mengamati, berhipotesis, merencanakan, menafsirkan ,dan
mengomunikasikan .pendekatan keterampilan proses digunakan dan
dikembangkan sejak kurikulum 1984. Penggunaan pendekatan
proses menuntut keterlibatan langsung siswa dalm kegiatan belajar.
Dalam pendekatan proses, ada dua hal mendasar yang harus
selalu di pegang pada setiap proses yang berlangsung dalam
pendidikan. Pertama,proses mengalami. Pendidikan harus menjadi
suatu pengalaman pribadi bagi peserta didik. Dengan proses
mengalami, pendidikan akan menjadi bagian integral dari peserta
didik, bukan lagi potongan-potongan pengalaman yang di sodorkan
untuk di terima, yang sebenarnya bukan miliknya sendiri.
3. Pendekatan Nyata
Pendekatan ini lebih menekankan pada pembelajaran yang
nyata,dalam hal ini anak dapat menangkap secara jelas terhadap
pembelajaran yang sedang dilakukan anak.dalam konsep inianak
harus diberikan pembelajaran dengan benda-benda yang nyata agar
anak tidak menerawang dan bingung. Maksudnya adalah anak
dirangsang unruk berfikir dengan metode pembelajaran yang
menggunakan benda nyata sebagai contoh materi-materi
pembelajaran. Terciptanya pengalaman melalui benda nyata
diharapkan anak lebih mengerti maksud dari materi-materi yang
diajarkan oleh guru.
Anak usia dini dapat menyerap pengalaman dengan mudah
melalui benda-benda yang bersifat konkret (nyata). Oleh karena itu,
sebaiknya menggunakan media yang nyata untuk memberikan
pembelajaran terhadap anak.
4. Pendekatan Holistik
Pengembangan anak usia dini mempunyai arah pada
pengembangan segenap aspek pertumbuhan dan perkembangan
jasmani dan rohani anak. Pelaksanaannya terintegrasi dalam satu
kesatuam program utuh dan proporsional.
Secara makro, prinsip holistik dan terpadu mengandung arti
penyelenggaraan PAUD dilakukan terintegrasi dengan sistem sosial
yang ada di masyarakat dan menyertakan segenap komponen
masyarakat sesuai tanggung jawab dan kewenangannya. Dalam hal
ini, diharapkan adanya keselarasan antara pendidikan yang
dilakukan di berbagai unit pendidikan, yaitu keluarga, sekolah dan
masyarakat atau tripusat pendidikan.
F. Jenis-Jenis Metode Belajar Mengajar untuk Anak Usia Dini pada
Berbagai Jenis Pengembangan
Pembelajaran anak usia dini memiliki dua jenis model yaitu
pembelajaran yang berpusat pada guru dan pembelajaran yang berpusat
pada siswa. Metode pembelajaran dengan menggunakan pembelajaran
memberikan kesempatan dan kebebasan pada anak untuk
mengemukakan pemikirannya, mereka mengemukakan pemikirannya
sendiri dan mengidentifikasikan kegiatannya. Pembelajaran yang
berpusat pada anak memandang kebutuhan anak adalah kebutuhan
individu yang unik dan bernilai.
Metode pembelajaran yang berpusat pada guru atau dikenal dengan
istilah pengajaran langsung merupakan sifat dimana guru atau fasilitator
atau instruktur memberikan petunjuk dan pengarahan langsung pada
anak tentang apa yang harus dilakukan oleh anak kemudian guru
mengevaluasi kegiatan anak berdasarkan perilaku atau tindakan yang
muncul dari dalam diri anak.
Secara khusus proses pembelajaran pada anak usia dini haruslah
didasarkan pada prinsip-prinsip perkembangan anak usia dini sebagai
berikut ini:9
1. Proses kegiatan belajar pada anak usia dini harus dilaksanakan
berdasarkan prinsip belajar melalui bermain.
9 Loc. Cit, hlm. 141.
2. Proses kegiatan belajar anak usia dini dilaksanakan dalam
lingkungan yang kondusif dan inovatif, baik di dalam ruangan
maupun di luar ruangan.
3. Proses kegiatan belajar anak usia dini dilaksanakan dengan
pendekatan tematik dan terpadu.
4. Proses kegiatan belajar anak usia dini harus diarahkan pada
pengembangan potensi kecerdasan secara menyeluruh dan
terpadu.
Mengacu pada karakteristik tujuan pembelajaran dan karakteristik anak
usia dini, metode yang tepat untuk pembelajaran anak usia dini di
antaranya adalah:10
1. Metode bermain
Bermain adalah kegiatan yang anak-anak lakukan sepanjang
hari karena bagi anak bermain adalah hidup dan hidup adalah
permainan (mayesty, 1990:196-197). Anak usia dini tidak
membedakan antara bermain, belajar, dan bekerja. Anak-anak
umumnya sangat menikmati permainan dan akan terus
melakukannya di mana pun mereka memiliki kesempatan. Bermain
bagi anak usia dini merupakan kebutuhan, sama seperti kebutuhan
yang lain, seperti kebutuhan akan makan dan minum, kesehatan,
kasih sayang, pakaian, keamanan, kenyamanan dan lain-lain,
sehingga ada sinyalemen yang menyatakan bahwa dunia anak adalah
dunia bermain, anak belajar melalui bermain dan bermain seraya
belajar.
2. Metode bernyanyi
Bernyanyi merupakan salah satu kegiatan yang sangat
digemari oleh anak-anak. Hampir setiap anak sangat menikmati
lagu-lagu atau nyanyian yang didengarkan, lebih-lebih jika
nyanyian tersebut dibawakan oleh anak-anak seusianya dan diikuti
dengan gerakan-gerakan tubuh yang sederhana.
Dengan bernyanyi potensi belahan otak kanan dapat dioptimalkan,
sehingga pesan-pesan yang kita berikan akan lebih lama mengendap
10 Modul Metode Pembelajaran Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)
di memori anak (ingatan jangka panjang). Dengan demikian anak
akan selalu ingat pesan-pesan yang diterimanya.
3. Metode bercerita
Bercerita atau mendongeng merupakan warisan budaya yang
sudah lama kita kenal, bahkan dijadikan sebagai kebiasaan atau
tradisi bagi para orang tua untuk menidurkan anak-anaknya. Melalui
cerita atau dongeng banyak hal tentang hidup dan kehidupan yang
dapat kita informasikan kepada anak-anak. Begitu juga pesan-pesan
moral dan nilai-nilai agama dapat kita tanamkan kepada anak-anak
melalui tokoh-tokoh yang ada dalam cerita atau dongeng tersebut.
4. Metode karyawisata
Karyawisata merupakan salah satu metode pembelajaran yang
memberi kesempatan kepada anak-anak untuk mengamati atau
mengobservasi, memperoleh informasi dan mengkaji dunia secara
langsung, seperti bintang, tanaman, dan benda-benda lain yang ada
disekitar anak. Melalui kegiatan karyawisata, anak-anak akan
memperoleh pengalaman belajar secara langsung dengan
menggunakan seluruh pancaindra, sehingga apa yang diperoleh dari
lapangan dapat lebih berkesan dan pada gilirannya akan lebih lama
mengendap di memori anak.
5. Metode demonstrasi
Metode ini menekan pada cara-cara mengerjakan sesuatu
dengan penjelasan, petunjuk dan peragaan secar langsung dari guru.
Melalui metode ini diharapkan anak-anak dapat mengenal dan
mencermati langkah-langkah pelaksanaan dalam melakukan suatu
kegiatan, yang pada gilirannya anak-anak diharapkan dapat meniru
dan melakukan apa yang didemostrasikan oleh guru dengan baik
dan benar. Misalnya ketrampilan melipat kertas (origami),
menggambar sesuai pola, menggulung, menggunting dan
sebagainya.
6. Metode bercakap-cakap (berdialog)
Bercakap-cakap atau berdialog dapat diartikan saling
mengomunikasikan satu sama lain dalam hal pikiran, perasaan dan
kebutuhan secara verbal, untuk mewujudkan bahasa reseptif yang
meliputi kemampuan mendengarkan dan memahami pembicaraan
orang lain dan bahasa ekspresif yang meliputi kemampuan
mendengarkan dan memahami pembicaraan orang lain dan bahasa
ekspresif yang meliputi kemampuan menyatakan pendapat, gagasan,
perasaan dan kebutuhan kepada orang lain.
Bercakap-cakap dapat dilakukan antara pamong dengan anak, atau
anak dengan anak. Melalui kegiatan bercakap-cakap (dialog)
diharapkan dapat :
1) Meningkatkan keberanian anak untuk mengaktualisasikan
diri dengan menggunakan kemampuan berbahasa secara
ekspresif, misalnya menyatakan pendapat, perasaan,
keinginan, bertanya, dan sebagainya,
2) Meningkatkan keberanian anak untuk menyatakan secara
lisan apa yang harus dilakukan oleh diri sendiri dan anak
lain,
3) Meningkatkan keberanian anak untuk mengadakan
hubungan dengan orang lain, baik sesame teman atau
pamong,
4) Member kesempatan kepada anak untuk membangun jati
dirinya, melalui kesempatan untuk berdialog,
5) Memperluas pengetahuan, wawasan dan berbendaharaan
kata,
6) Bahasa reseptif anak, seperti mendengarkan dan memahami
pembicaraan orang lain.
7. Metode pemberian tugas
Metode pemberian tugas ini diberikan kepada anak, sematamata hanya untuk melatih persepsi pendengaran, meningkatkan
kemampuan bahasa reseptif anak, memusatkan perhatian dan
membangun motivasi anak, bukan untuk melihat hasilnya. Oleh
karena itu sebaiknya dihindari pemberian tugas yang bersifat
memaksa, mendikte, membatasi kereativitas anak, terus menerus,
dalam bentuk pekerjaan rumah, atau tugas-tugas lain yang membuat
anak justru merasa tertekan, terpaksa, membuat anak bosan bahkan
mungkin sampai pada tingkat frustasi.
Berikan tugas-tugas yang dapat meningkatkan kreativitas anak,
meningkatkan imajinasi anak, melatih motorik, membuat anak
bergairah, lebih bersemangat, merasa senang, nyaman,
menumbuhkan rasa percaya diri, meningkatkan motivasi belajar dan
tugas-tugas lain yang membuat anak merasa nyaman dan aman
ketika belajar di lembaga PAUD.
Kesimpulan
1. Kegiatan pembelajaran pada anak usia dini pada hakikatnya adalah
pengembangan kurikulum secara konkret berupa seperangkat rencana yang
berisi sejumlah pengalaman belajar melalui bermain yang diberikan
kepada anak usia dini berdasarkan potensi dan tugas perkembangan yang
harus dikuasainya dalam rangka pencapaian kompetensi yang harus
dimiliki oleh anak
2. Adapun istilah pendekatan (approach) dalam pembelajaran memiliki
kemiripan dengan strategi. Sebenarnya pendekatan berbeda, baik dengan
strategi titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran.
Istilah pendekatan merujuk pada pandangan tentang terjadinya proses yang
sifatnya masih sangat umum
3. Pembelajaran anak usia dini memiliki dua jenis model yaitu pembelajaran
yang berpusat pada guru dan pembelajaran yang berpusat pada siswa.
Metode pembelajaran dengan menggunakan pembelajaran memberikan
kesempatan dan kebebasan pada anak untuk mengemukakan
pemikirannya, mereka mengemukakan pemikirannya sendiri dan
mengidentifikasikan kegiatannya. Pembelajaran yang berpusat pada anak
memandang kebutuhan anak adalah kebutuhan individu yang unik dan
bernilai.
4. Kegiatan pembelajaran pada anak usia dini pada hakikatnya adalah
pengembangan kurikulum secara konkret berupa seperangkat rencana yang
berisi sejumlah pengalaman belajar melalui bermain yang diberikan
kepada anak usia dini berdasarkan potensi dan tugas perkembangan yang
harus dikuasainya dalam rangka pencapaian kompetensi yang harus
dimiliki oleh anak
5. Pembelajaran anak usia dini memiliki dua jenis model yaitu pembelajaran
yang berpusat pada guru dan pembelajaran yang berpusat pada siswa.
Metode pembelajaran dengan menggunakan pembelajaran memberikan
kesempatan dan kebebasan pada anak untuk mengemukakan
pemikirannya, mereka mengemukakan pemikirannya sendiri dan
mengidentifikasikan kegiatannya. Pembelajaran yang berpusat pada anak
memandang kebutuhan anak adalah kebutuhan individu yang unik dan
bernilai.
Daftar pustaka
Yuliani Nurani Sujiono, Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini, (Jakarta: Indeks), hlm. 6.
Hamruni, Strategi dan Model-Model Pembelajaran Aktif Menyenangkan, (Yogyakarta),
hlm. 5
http://sulipan.wordpress.com2011/05/16/metode-pembelajaran-penemuan-discoverylearning/ di unduh hari Ahad, 08 April 2012
Modul Metode Pembelajaran Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)
Siti mar’atun saleha
Abstrak
Pembelajaran pada anak usia dini pada hakikatnya adalah
pengembangan kurikulum secara konkret berupa seperangkat
rencana yang berisi sejumlah pengalaman belajar melalui bermain
yang diberikan kepada anak usia dini berdasarkan potensi dan
tugas perkembangan yang harus dikuasainya dalam rangka
pencapaian kompetensi yang harus dimiliki oleh anak.
Pembelajaran anak usia dini memiliki dua jenis model yaitu
pembelajaran yang berpusat pada guru dan pembelajaran yang
berpusat pada siswa. Berikut ini terdapat beberapa macam
pendekatan yang dapat diterapkan dalam pembelajaran pada anak
usia dini yaitu pendekatan discovery, pendekatan proses,
pendekatan nyata, dan pendekatan holistik.
Jenis-jenis metode belajar mengajar untuk anak usia dini
pada berbagai jenis pengembangan yaitu metode bermain, metode
bernyanyi, metode bercerita, metode karyawisata, metode
demonstrasi, dan metode pemberian tugas.
Pendahuluan
Anak usia dini adalah anak usia 0-8 tahun. Pada usia itu, anak
mengalamimasa pertumbuhan dan perkembangan yang sangat pesat.
Masa ini juga di sebut sebagai masa emas “golden periode” oleh karena
itu orang tua dan guru harus bisa mendidik anak secara tepat.Strategi
pembelajaran yang diberikan kepada anak harus sesuai dengan usiadan
tingkat kemampuan anak, sehingga guru harus pandai-pandai memilih
strategiyang tepat sehingga perkembangan yang dialami anak akan
optimal. Strategi yang bisa guru berikan pada anak yaitu melalui
strategi pendekatan kelompok, area dansentra. Strategi ini dapat di
gunakan di TK untuk mengeksplor kemampuan anaksesuai dengan
minatnya.
Pada umumnya kita mengetahui bahwa di TK masih menggunakan
cara belajar yang berpusat pada guru, dan dapat kita lihat bahwa dengan
cara belajar yangseperti itu akan membuat anak pasif dan banyak
aturan yang diberikan guru ketikaguru sedang bercerita di depan kelas.
Hal yang diberikan tidak dapat dicerna olehanak sehingga sekarang
muncullah strategi pembelajaran yang berpusat pada anakyaitu melalui
strategi pendekatan kelompok, area dan sentra.
Pembahasan
A. Strategi Pembelajaran Paud
Anak adalah manusia kecil yang memiliki potensi yang masih
harus dikembangkan. Anak memiliki karakteristik tertentu yang khas
dan tidak sama dengan orang dewasa, mereka selalu aktif, dinamis,
antusias dan ingin tahu terhadap apa yang dilihat, didengar, dirasakan,
mereka seolah-olah tidak pernah bereksplorasi dan belajar. Anak
bersifat egosentris, memiliki rasa ingin tahu secara amaliah, merupakan
makhluk sosial, unik, kaya dengan fantasi, memiliki daya perhatian
yang pendek, dan merupakan masa yang paling potensial untuk belajar.1
Pendidikan anak dapat dilaksanakan melalui jalur formal, nonformal, dan informal. Pendidikan formal (pendidikan yang dikelola oleh
pemerintah) seorang anak dapat diperoleh dari bangku PAUD, TK, SD,
SMA, dan sampai tingkat jenjang pendidikan selanjutnya. Pendidikan
non-formal (pendidikan yang dikelola oleh yayasan) dapat diperoleh
mulai dari PAUD, TPA, KB, atau sejenisnya dan sampai pada
selanjutnya. Sedangkan pendidikan informal diperoleh sejak dari masih
berada dalam kandungan seseorang ibu (pendidikan prenatal) dan dari
lingkungan anak.
6.
1 Yuliani Nurani Sujiono, Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini, (Jakarta: Indeks), hlm.
Untuk mencapai tingkat keberhasilan dalam pendidikan seorang
anak didik, sebuah lembaga pendidikan harus mempunyai strategi
pembelajaran yang memungkinkan anak dapat mengikuti pembelajaran
dengan baik yaitu ditandai dengan adanya perkembangan dan
perubahan akhlak, sosial, dan IQ anak.
Kegiatan pembelajaran pada anak usia dini pada hakikatnya adalah
pengembangan kurikulum secara konkret berupa seperangkat rencana
yang berisi sejumlah pengalaman belajar melalui bermain yang
diberikan kepada anak usia dini berdasarkan potensi dan tugas
perkembangan yang harus dikuasainya dalam rangka pencapaian
kompetensi yang harus dimiliki oleh anak (sujiono dan sujiono,
2007:26).
B. Pendekatan Pembelajaran Pada Anak Usia Dini
Berdasarkan pada peraturan pemerintah No. 19 tahun 2005 tentang
Standar Nasional Pendidikan, pasal 19 ayat 1 menyatakan bahwa proses
pembelajaran pada suatu pendidikan diselenggarakan secata interaktif,
inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk
berpartisipasi aktif, serta memberikan ruangan yang cukup bagi
prakarsa, kreativitas, kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan
perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.
Adapun istilah pendekatan (approach) dalam pembelajaran
memiliki kemiripan dengan strategi. Sebenarnya pendekatan berbeda,
baik dengan strategi titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses
pembelajaran. Istilah pendekatan merujuk pada pandangan tentang
terjadinya proses yang sifatnya masih sangat umum. Oleh karenanya,
strategi dan metode pembelajaran yang digunakan dapat bersumber dari
pendekatan tertentu.2
Pembelajaran anak usia dini memiliki dua jenis model yaitu
pembelajaran yang berpusat pada guru dan pembelajaran yang berpusat
pada siswa. Berikut terdapat beberapa macam pendekatan yang dapat
diterapkan dalam pembelajaran pada anak usia dini.
1. Pendekatan Discovery
2 Hamruni, Strategi dan Model-Model Pembelajaran Aktif Menyenangkan, (Yogyakarta),
hlm. 5.
Discovery iyalah proses mental dimana siswa/anak didik
mampu mengasimilasikan suatu konsep atau prinsip. Proses mental
yang dimaksud antara lain: mengamati, mencerna, mengerti,
menggolong-golongkan, membuat dugaan, menjelaskan, mengukur,
membuat kesimpulan dan sebagainya. Dengan teknik ini siswa
dibiarkan menemukan sendiri atau mengalami proses mental sendiri,
guru hanya membimbing dan memberikan intruksi. Dengan
demikian, pembelajaran discovery ialah suatu pembelajaran yang
dapat melibatkan siswa dalam proses kegiatan mental melalui tukar
pendapat, dengan berdiskusi, membaca sendiri dan mencoba sendiri,
agar anak dapat belajar sendiri.3
Metode pembelajaran discovery merupakan suatu metode
pengajaran yang menitikberatkan pada aktivitas siswa dalam belajar.
Pembelajaran ini memfokuskan pada kegiatan keaktifan anak.dalam
proses pembelajaran dengan metode ini, guru hanya bertindak
sebagai pembimbing dan fasilitator yang mengarahkan siswa untuk
menemukan sesuatu yang belum diketahui anak.
Dalam pembelajaran discovery (penemuan kegiatan atau
pembelajaran yang di rancang sedemikian rupa sehingga siswa
dapat menemukan konsep-konsep dan prinsip-prinsip melalui proses
mentalnya sendiri.dalam menemukan konsep,siswa melakukan
pengamatan, menggolongkan,membuat dugaan, menjelaskan,
menarik kesimpulan dan sebagainnya untuk menemukan beberapa
konsep atau prinsip.
2. Pendekatan Proses
Pada pendekatan proses, tujuan utama pembelajaran adalah
mengembangkan kemampuan siswa dalam keterampilan proses
seperti mengamati, berhipotesis, merencanakan, menafsirkan ,dan
mengomunikasikan .pendekatan keterampilan proses digunakan dan
dikembangkan sejak kurikulum 1984. Penggunaan pendekatan
proses menuntut keterlibatan langsung siswa dalm kegiatan belajar.
3 http://sulipan.wordpress.com2011/05/16/metode-pembelajaran-penemuan-discoverylearning/ di unduh hari Ahad, 08 April 2012.
Dalam pendekatan proses, ada dua hal mendasar yang harus
selalu di pegang pada setiap proses yang berlangsung dalam
pendidikan. Pertama,proses mengalami. Pendidikan harus menjadi
suatu pengalaman pribadi bagi peserta didik. Dengan proses
mengalami, pendidikan akan menjadi bagian integral dari peserta
didik, bukan lagi potongan-potongan pengalaman yang di sodorkan
untuk di terima, yang sebenarnya bukan miliknya sendiri.
3. Pendekatan Nyata
Pendekatan ini lebih menekankan pada pembelajaran yang
nyata,dalam hal ini anak dapat menangkap secara jelas terhadap
pembelajaran yang sedang dilakukan anak.dalam konsep inianak
harus diberikan pembelajaran dengan benda-benda yang nyata agar
anak tidak menerawang dan bingung. Maksudnya adalah anak
dirangsang unruk berfikir dengan metode pembelajaran yang
menggunakan benda nyata sebagai contoh materi-materi
pembelajaran. Terciptanya pengalaman melalui benda nyata
diharapkan anak lebih mengerti maksud dari materi-materi yang
diajarkan oleh guru.
Anak usia dini dapat menyerap pengalaman dengan mudah
melalui benda-benda yang bersifat konkret (nyata). Oleh karena itu,
sebaiknya menggunakan media yang nyata untuk memberikan
pembelajaran terhadap anak.
4. Pendekatan Holistik
Pengembangan anak usia dini mempunyai arah pada
pengembangan segenap aspek pertumbuhan dan perkembangan
jasmani dan rohani anak. Pelaksanaannya terintegrasi dalam satu
kesatuam program utuh dan proporsional.
Secara makro, prinsip holistik dan terpadu mengandung arti
penyelenggaraan PAUD dilakukan terintegrasi dengan sistem sosial
yang ada di masyarakat dan menyertakan segenap komponen
masyarakat sesuai tanggung jawab dan kewenangannya. Dalam hal
ini, diharapkan adanya keselarasan antara pendidikan yang
dilakukan di berbagai unit pendidikan, yaitu keluarga, sekolah dan
masyarakat atau tripusat pendidikan.
C. Jenis-Jenis Metode Belajar Mengajar untuk Anak Usia Dini pada
Berbagai Jenis Pengembangan
Pembelajaran anak usia dini memiliki dua jenis model yaitu
pembelajaran yang berpusat pada guru dan pembelajaran yang berpusat
pada siswa. Metode pembelajaran dengan menggunakan pembelajaran
memberikan kesempatan dan kebebasan pada anak untuk
mengemukakan pemikirannya, mereka mengemukakan pemikirannya
sendiri dan mengidentifikasikan kegiatannya. Pembelajaran yang
berpusat pada anak memandang kebutuhan anak adalah kebutuhan
individu yang unik dan bernilai.
Metode pembelajaran yang berpusat pada guru atau dikenal dengan
istilah pengajaran langsung merupakan sifat dimana guru atau fasilitator
atau instruktur memberikan petunjuk dan pengarahan langsung pada
anak tentang apa yang harus dilakukan oleh anak kemudian guru
mengevaluasi kegiatan anak berdasarkan perilaku atau tindakan yang
muncul dari dalam diri anak.
Secara khusus proses pembelajaran pada anak usia dini haruslah
didasarkan pada prinsip-prinsip perkembangan anak usia dini sebagai
berikut ini:4
1. Proses kegiatan belajar pada anak usia dini harus dilaksanakan
berdasarkan prinsip belajar melalui bermain.
2. Proses kegiatan belajar anak usia dini dilaksanakan dalam
lingkungan yang kondusif dan inovatif, baik di dalam ruangan
maupun di luar ruangan.
3. Proses kegiatan belajar anak usia dini dilaksanakan dengan
pendekatan tematik dan terpadu.
4. Proses kegiatan belajar anak usia dini harus diarahkan pada
pengembangan potensi kecerdasan secara menyeluruh dan terpadu.
Mengacu pada karakteristik tujuan pembelajaran dan karakteristik anak
usia dini, metode yang tepat untuk pembelajaran anak usia dini di
antaranya adalah:5
1. Metode bermain
4 Loc. Cit, hlm. 141.
5 Modul Metode Pembelajaran Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)
Bermain adalah kegiatan yang anak-anak lakukan sepanjang
hari karena bagi anak bermain adalah hidup dan hidup adalah
permainan (mayesty, 1990:196-197). Anak usia dini tidak
membedakan antara bermain, belajar, dan bekerja. Anak-anak
umumnya sangat menikmati permainan dan akan terus
melakukannya di mana pun mereka memiliki kesempatan. Bermain
bagi anak usia dini merupakan kebutuhan, sama seperti kebutuhan
yang lain, seperti kebutuhan akan makan dan minum, kesehatan,
kasih sayang, pakaian, keamanan, kenyamanan dan lain-lain,
sehingga ada sinyalemen yang menyatakan bahwa dunia anak
adalah dunia bermain, anak belajar melalui bermain dan bermain
seraya belajar.
2. Metode bernyanyi
Bernyanyi merupakan salah satu kegiatan yang sangat
digemari oleh anak-anak. Hampir setiap anak sangat menikmati
lagu-lagu atau nyanyian yang didengarkan, lebih-lebih jika
nyanyian tersebut dibawakan oleh anak-anak seusianya dan diikuti
dengan gerakan-gerakan tubuh yang sederhana.
Dengan bernyanyi potensi belahan otak kanan dapat dioptimalkan,
sehingga pesan-pesan yang kita berikan akan lebih lama mengendap
di memori anak (ingatan jangka panjang). Dengan demikian anak
akan selalu ingat pesan-pesan yang diterimanya.
3. Metode bercerita
Bercerita atau mendongeng merupakan warisan budaya yang
sudah lama kita kenal, bahkan dijadikan sebagai kebiasaan atau
tradisi bagi para orang tua untuk menidurkan anak-anaknya. Melalui
cerita atau dongeng banyak hal tentang hidup dan kehidupan yang
dapat kita informasikan kepada anak-anak. Begitu juga pesan-pesan
moral dan nilai-nilai agama dapat kita tanamkan kepada anak-anak
melalui tokoh-tokoh yang ada dalam cerita atau dongeng tersebut.
4. Metode karyawisata
Karyawisata merupakan salah satu metode pembelajaran yang
memberi kesempatan kepada anak-anak untuk mengamati atau
mengobservasi, memperoleh informasi dan mengkaji dunia secara
langsung, seperti bintang, tanaman, dan benda-benda lain yang ada
disekitar anak. Melalui kegiatan karyawisata, anak-anak akan
memperoleh pengalaman belajar secara langsung dengan
menggunakan seluruh pancaindra, sehingga apa yang diperoleh dari
lapangan dapat lebih berkesan dan pada gilirannya akan lebih lama
mengendap di memori anak.
5. Metode demonstrasi
Metode ini menekan pada cara-cara mengerjakan sesuatu
dengan penjelasan, petunjuk dan peragaan secar langsung dari guru.
Melalui metode ini diharapkan anak-anak dapat mengenal dan
mencermati langkah-langkah pelaksanaan dalam melakukan suatu
kegiatan, yang pada gilirannya anak-anak diharapkan dapat meniru
dan melakukan apa yang didemostrasikan oleh guru dengan baik
dan benar. Misalnya ketrampilan melipat kertas (origami),
menggambar sesuai pola, menggulung, menggunting dan
sebagainya.
6. Metode bercakap-cakap (berdialog)
Bercakap-cakap atau berdialog dapat diartikan saling
mengomunikasikan satu sama lain dalam hal pikiran, perasaan dan
kebutuhan secara verbal, untuk mewujudkan bahasa reseptif yang
meliputi kemampuan mendengarkan dan memahami pembicaraan
orang lain dan bahasa ekspresif yang meliputi kemampuan
mendengarkan dan memahami pembicaraan orang lain dan bahasa
ekspresif yang meliputi kemampuan menyatakan pendapat, gagasan,
perasaan dan kebutuhan kepada orang lain.
Bercakap-cakap dapat dilakukan antara pamong dengan anak, atau
anak dengan anak. Melalui kegiatan bercakap-cakap (dialog)
diharapkan dapat :
1) Meningkatkan keberanian anak untuk mengaktualisasikan
diri dengan menggunakan kemampuan berbahasa secara
ekspresif, misalnya menyatakan pendapat, perasaan,
keinginan, bertanya, dan sebagainya,
2) Meningkatkan keberanian anak untuk menyatakan secara
lisan apa yang harus dilakukan oleh diri sendiri dan anak
lain,
3) Meningkatkan keberanian anak untuk mengadakan
hubungan dengan orang lain, baik sesame teman atau
pamong,
4) Member kesempatan kepada anak untuk membangun jati
dirinya, melalui kesempatan untuk berdialog,
5) Memperluas pengetahuan, wawasan dan berbendaharaan
kata,
6) Bahasa reseptif anak, seperti mendengarkan dan memahami
pembicaraan orang lain.
7. Metode pemberian tugas
Metode pemberian tugas ini diberikan kepada anak, sematamata hanya untuk melatih persepsi pendengaran, meningkatkan
kemampuan bahasa reseptif anak, memusatkan perhatian dan
membangun motivasi anak, bukan untuk melihat hasilnya. Oleh
karena itu sebaiknya dihindari pemberian tugas yang bersifat
memaksa, mendikte, membatasi kereativitas anak, terus menerus,
dalam bentuk pekerjaan rumah, atau tugas-tugas lain yang membuat
anak justru merasa tertekan, terpaksa, membuat anak bosan bahkan
mungkin sampai pada tingkat frustasi.
Berikan tugas-tugas yang dapat meningkatkan kreativitas anak,
meningkatkan imajinasi anak, melatih motorik, membuat anak
bergairah, lebih bersemangat, merasa senang, nyaman,
menumbuhkan rasa percaya diri, meningkatkan motivasi belajar dan
tugas-tugas lain yang membuat anak merasa nyaman dan aman
ketika belajar di lembaga PAUD.
D. Strategi Pembelajaran Paud
Anak adalah manusia kecil yang memiliki potensi yang masih
harus dikembangkan. Anak memiliki karakteristik tertentu yang khas
dan tidak sama dengan orang dewasa, mereka selalu aktif, dinamis,
antusias dan ingin tahu terhadap apa yang dilihat, didengar, dirasakan,
mereka seolah-olah tidak pernah bereksplorasi dan belajar. Anak
bersifat egosentris, memiliki rasa ingin tahu secara amaliah, merupakan
makhluk sosial, unik, kaya dengan fantasi, memiliki daya perhatian
yang pendek, dan merupakan masa yang paling potensial untuk belajar.6
Pendidikan anak dapat dilaksanakan melalui jalur formal, nonformal, dan informal. Pendidikan formal (pendidikan yang dikelola oleh
pemerintah) seorang anak dapat diperoleh dari bangku PAUD, TK, SD,
SMA, dan sampai tingkat jenjang pendidikan selanjutnya. Pendidikan
non-formal (pendidikan yang dikelola oleh yayasan) dapat diperoleh
mulai dari PAUD, TPA, KB, atau sejenisnya dan sampai pada
selanjutnya. Sedangkan pendidikan informal diperoleh sejak dari masih
berada dalam kandungan seseorang ibu (pendidikan prenatal) dan dari
lingkungan anak.
Untuk mencapai tingkat keberhasilan dalam pendidikan seorang
anak didik, sebuah lembaga pendidikan harus mempunyai strategi
pembelajaran yang memungkinkan anak dapat mengikuti pembelajaran
dengan baik yaitu ditandai dengan adanya perkembangan dan
perubahan akhlak, sosial, dan IQ anak.
Kegiatan pembelajaran pada anak usia dini pada hakikatnya adalah
pengembangan kurikulum secara konkret berupa seperangkat rencana
yang berisi sejumlah pengalaman belajar melalui bermain yang
diberikan kepada anak usia dini berdasarkan potensi dan tugas
perkembangan yang harus dikuasainya dalam rangka pencapaian
kompetensi yang harus dimiliki oleh anak (sujiono dan sujiono,
2007:26).
E. Pendekatan Pembelajaran Pada Anak Usia Dini
Berdasarkan pada peraturan pemerintah No. 19 tahun 2005 tentang
Standar Nasional Pendidikan, pasal 19 ayat 1 menyatakan bahwa proses
pembelajaran pada suatu pendidikan diselenggarakan secata interaktif,
inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk
berpartisipasi aktif, serta memberikan ruangan yang cukup bagi
prakarsa, kreativitas, kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan
perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.
6.
6 Yuliani Nurani Sujiono, Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini, (Jakarta: Indeks), hlm.
Adapun istilah pendekatan (approach) dalam pembelajaran
menurut sanjaya (2007) memiliki kemiripan dengan strategi.
Sebenarnya pendekatan berbeda, baik dengan strategi titik tolak atau
sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran. Istilah pendekatan
merujuk pada pandangan tentang terjadinya proses yang sifatnya masih
sangat umum. Oleh karenanya, strategi dan metode pembelajaran yang
digunakan dapat bersumber dari pendekatan tertentu.7
Pembelajaran anak usia dini memiliki dua jenis model yaitu
pembelajaran yang berpusat pada guru dan pembelajaran yang berpusat
pada siswa. Berikut terdapat beberapa macam pendekatan yang dapat
diterapkan dalam pembelajaran pada anak usia dini.
1. Pendekatan Discovery
Discovery iyalah proses mental dimana siswa/anak didik
mampu mengasimilasikan suatu konsep atau prinsip. Proses mental
yang dimaksud antara lain: mengamati, mencerna, mengerti,
menggolong-golongkan, membuat dugaan, menjelaskan, mengukur,
membuat kesimpulan dan sebagainya. Dengan teknik ini siswa
dibiarkan menemukan sendiri atau mengalami proses mental sendiri,
guru hanya membimbing dan memberikan intruksi. Dengan
demikian, pembelajaran discovery ialah suatu pembelajaran yang
dapat melibatkan siswa dalam proses kegiatan mental melalui tukar
pendapat, dengan berdiskusi, membaca sendiri dan mencoba sendiri,
agar anak dapat belajar sendiri.8
Metode pembelajaran discovery merupakan suatu metode
pengajaran yang menitikberatkan pada aktivitas siswa dalam belajar.
Pembelajaran ini memfokuskan pada kegiatan keaktifan anak.dalam
proses pembelajaran dengan metode ini, guru hanya bertindak
sebagai pembimbing dan fasilitator yang mengarahkan siswa untuk
menemukan sesuatu yang belum diketahui anak.
Dalam pembelajaran discovery (penemuan kegiatan atau
pembelajaran yang di rancang sedemikian rupa sehingga siswa
7 Hamruni, Strategi dan Model-Model Pembelajaran Aktif Menyenangkan, (Yogyakarta),
hlm. 5.
8 http://sulipan.wordpress.com2011/05/16/metode-pembelajaran-penemuan-discoverylearning/ di unduh hari Ahad, 08 April 2012.
dapat menemukan konsep-konsep dan prinsip-prinsip melalui proses
mentalnya sendiri.dalam menemukan konsep,siswa melakukan
pengamatan, menggolongkan,membuat dugaan, menjelaskan,
menarik kesimpulan dan sebagainnya untuk menemukan beberapa
konsep atau prinsip.
2. Pendekatan Proses
Pada pendekatan proses, tujuan utama pembelajaran adalah
mengembangkan kemampuan siswa dalam keterampilan proses
seperti mengamati, berhipotesis, merencanakan, menafsirkan ,dan
mengomunikasikan .pendekatan keterampilan proses digunakan dan
dikembangkan sejak kurikulum 1984. Penggunaan pendekatan
proses menuntut keterlibatan langsung siswa dalm kegiatan belajar.
Dalam pendekatan proses, ada dua hal mendasar yang harus
selalu di pegang pada setiap proses yang berlangsung dalam
pendidikan. Pertama,proses mengalami. Pendidikan harus menjadi
suatu pengalaman pribadi bagi peserta didik. Dengan proses
mengalami, pendidikan akan menjadi bagian integral dari peserta
didik, bukan lagi potongan-potongan pengalaman yang di sodorkan
untuk di terima, yang sebenarnya bukan miliknya sendiri.
3. Pendekatan Nyata
Pendekatan ini lebih menekankan pada pembelajaran yang
nyata,dalam hal ini anak dapat menangkap secara jelas terhadap
pembelajaran yang sedang dilakukan anak.dalam konsep inianak
harus diberikan pembelajaran dengan benda-benda yang nyata agar
anak tidak menerawang dan bingung. Maksudnya adalah anak
dirangsang unruk berfikir dengan metode pembelajaran yang
menggunakan benda nyata sebagai contoh materi-materi
pembelajaran. Terciptanya pengalaman melalui benda nyata
diharapkan anak lebih mengerti maksud dari materi-materi yang
diajarkan oleh guru.
Anak usia dini dapat menyerap pengalaman dengan mudah
melalui benda-benda yang bersifat konkret (nyata). Oleh karena itu,
sebaiknya menggunakan media yang nyata untuk memberikan
pembelajaran terhadap anak.
4. Pendekatan Holistik
Pengembangan anak usia dini mempunyai arah pada
pengembangan segenap aspek pertumbuhan dan perkembangan
jasmani dan rohani anak. Pelaksanaannya terintegrasi dalam satu
kesatuam program utuh dan proporsional.
Secara makro, prinsip holistik dan terpadu mengandung arti
penyelenggaraan PAUD dilakukan terintegrasi dengan sistem sosial
yang ada di masyarakat dan menyertakan segenap komponen
masyarakat sesuai tanggung jawab dan kewenangannya. Dalam hal
ini, diharapkan adanya keselarasan antara pendidikan yang
dilakukan di berbagai unit pendidikan, yaitu keluarga, sekolah dan
masyarakat atau tripusat pendidikan.
F. Jenis-Jenis Metode Belajar Mengajar untuk Anak Usia Dini pada
Berbagai Jenis Pengembangan
Pembelajaran anak usia dini memiliki dua jenis model yaitu
pembelajaran yang berpusat pada guru dan pembelajaran yang berpusat
pada siswa. Metode pembelajaran dengan menggunakan pembelajaran
memberikan kesempatan dan kebebasan pada anak untuk
mengemukakan pemikirannya, mereka mengemukakan pemikirannya
sendiri dan mengidentifikasikan kegiatannya. Pembelajaran yang
berpusat pada anak memandang kebutuhan anak adalah kebutuhan
individu yang unik dan bernilai.
Metode pembelajaran yang berpusat pada guru atau dikenal dengan
istilah pengajaran langsung merupakan sifat dimana guru atau fasilitator
atau instruktur memberikan petunjuk dan pengarahan langsung pada
anak tentang apa yang harus dilakukan oleh anak kemudian guru
mengevaluasi kegiatan anak berdasarkan perilaku atau tindakan yang
muncul dari dalam diri anak.
Secara khusus proses pembelajaran pada anak usia dini haruslah
didasarkan pada prinsip-prinsip perkembangan anak usia dini sebagai
berikut ini:9
1. Proses kegiatan belajar pada anak usia dini harus dilaksanakan
berdasarkan prinsip belajar melalui bermain.
9 Loc. Cit, hlm. 141.
2. Proses kegiatan belajar anak usia dini dilaksanakan dalam
lingkungan yang kondusif dan inovatif, baik di dalam ruangan
maupun di luar ruangan.
3. Proses kegiatan belajar anak usia dini dilaksanakan dengan
pendekatan tematik dan terpadu.
4. Proses kegiatan belajar anak usia dini harus diarahkan pada
pengembangan potensi kecerdasan secara menyeluruh dan
terpadu.
Mengacu pada karakteristik tujuan pembelajaran dan karakteristik anak
usia dini, metode yang tepat untuk pembelajaran anak usia dini di
antaranya adalah:10
1. Metode bermain
Bermain adalah kegiatan yang anak-anak lakukan sepanjang
hari karena bagi anak bermain adalah hidup dan hidup adalah
permainan (mayesty, 1990:196-197). Anak usia dini tidak
membedakan antara bermain, belajar, dan bekerja. Anak-anak
umumnya sangat menikmati permainan dan akan terus
melakukannya di mana pun mereka memiliki kesempatan. Bermain
bagi anak usia dini merupakan kebutuhan, sama seperti kebutuhan
yang lain, seperti kebutuhan akan makan dan minum, kesehatan,
kasih sayang, pakaian, keamanan, kenyamanan dan lain-lain,
sehingga ada sinyalemen yang menyatakan bahwa dunia anak adalah
dunia bermain, anak belajar melalui bermain dan bermain seraya
belajar.
2. Metode bernyanyi
Bernyanyi merupakan salah satu kegiatan yang sangat
digemari oleh anak-anak. Hampir setiap anak sangat menikmati
lagu-lagu atau nyanyian yang didengarkan, lebih-lebih jika
nyanyian tersebut dibawakan oleh anak-anak seusianya dan diikuti
dengan gerakan-gerakan tubuh yang sederhana.
Dengan bernyanyi potensi belahan otak kanan dapat dioptimalkan,
sehingga pesan-pesan yang kita berikan akan lebih lama mengendap
10 Modul Metode Pembelajaran Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)
di memori anak (ingatan jangka panjang). Dengan demikian anak
akan selalu ingat pesan-pesan yang diterimanya.
3. Metode bercerita
Bercerita atau mendongeng merupakan warisan budaya yang
sudah lama kita kenal, bahkan dijadikan sebagai kebiasaan atau
tradisi bagi para orang tua untuk menidurkan anak-anaknya. Melalui
cerita atau dongeng banyak hal tentang hidup dan kehidupan yang
dapat kita informasikan kepada anak-anak. Begitu juga pesan-pesan
moral dan nilai-nilai agama dapat kita tanamkan kepada anak-anak
melalui tokoh-tokoh yang ada dalam cerita atau dongeng tersebut.
4. Metode karyawisata
Karyawisata merupakan salah satu metode pembelajaran yang
memberi kesempatan kepada anak-anak untuk mengamati atau
mengobservasi, memperoleh informasi dan mengkaji dunia secara
langsung, seperti bintang, tanaman, dan benda-benda lain yang ada
disekitar anak. Melalui kegiatan karyawisata, anak-anak akan
memperoleh pengalaman belajar secara langsung dengan
menggunakan seluruh pancaindra, sehingga apa yang diperoleh dari
lapangan dapat lebih berkesan dan pada gilirannya akan lebih lama
mengendap di memori anak.
5. Metode demonstrasi
Metode ini menekan pada cara-cara mengerjakan sesuatu
dengan penjelasan, petunjuk dan peragaan secar langsung dari guru.
Melalui metode ini diharapkan anak-anak dapat mengenal dan
mencermati langkah-langkah pelaksanaan dalam melakukan suatu
kegiatan, yang pada gilirannya anak-anak diharapkan dapat meniru
dan melakukan apa yang didemostrasikan oleh guru dengan baik
dan benar. Misalnya ketrampilan melipat kertas (origami),
menggambar sesuai pola, menggulung, menggunting dan
sebagainya.
6. Metode bercakap-cakap (berdialog)
Bercakap-cakap atau berdialog dapat diartikan saling
mengomunikasikan satu sama lain dalam hal pikiran, perasaan dan
kebutuhan secara verbal, untuk mewujudkan bahasa reseptif yang
meliputi kemampuan mendengarkan dan memahami pembicaraan
orang lain dan bahasa ekspresif yang meliputi kemampuan
mendengarkan dan memahami pembicaraan orang lain dan bahasa
ekspresif yang meliputi kemampuan menyatakan pendapat, gagasan,
perasaan dan kebutuhan kepada orang lain.
Bercakap-cakap dapat dilakukan antara pamong dengan anak, atau
anak dengan anak. Melalui kegiatan bercakap-cakap (dialog)
diharapkan dapat :
1) Meningkatkan keberanian anak untuk mengaktualisasikan
diri dengan menggunakan kemampuan berbahasa secara
ekspresif, misalnya menyatakan pendapat, perasaan,
keinginan, bertanya, dan sebagainya,
2) Meningkatkan keberanian anak untuk menyatakan secara
lisan apa yang harus dilakukan oleh diri sendiri dan anak
lain,
3) Meningkatkan keberanian anak untuk mengadakan
hubungan dengan orang lain, baik sesame teman atau
pamong,
4) Member kesempatan kepada anak untuk membangun jati
dirinya, melalui kesempatan untuk berdialog,
5) Memperluas pengetahuan, wawasan dan berbendaharaan
kata,
6) Bahasa reseptif anak, seperti mendengarkan dan memahami
pembicaraan orang lain.
7. Metode pemberian tugas
Metode pemberian tugas ini diberikan kepada anak, sematamata hanya untuk melatih persepsi pendengaran, meningkatkan
kemampuan bahasa reseptif anak, memusatkan perhatian dan
membangun motivasi anak, bukan untuk melihat hasilnya. Oleh
karena itu sebaiknya dihindari pemberian tugas yang bersifat
memaksa, mendikte, membatasi kereativitas anak, terus menerus,
dalam bentuk pekerjaan rumah, atau tugas-tugas lain yang membuat
anak justru merasa tertekan, terpaksa, membuat anak bosan bahkan
mungkin sampai pada tingkat frustasi.
Berikan tugas-tugas yang dapat meningkatkan kreativitas anak,
meningkatkan imajinasi anak, melatih motorik, membuat anak
bergairah, lebih bersemangat, merasa senang, nyaman,
menumbuhkan rasa percaya diri, meningkatkan motivasi belajar dan
tugas-tugas lain yang membuat anak merasa nyaman dan aman
ketika belajar di lembaga PAUD.
Kesimpulan
1. Kegiatan pembelajaran pada anak usia dini pada hakikatnya adalah
pengembangan kurikulum secara konkret berupa seperangkat rencana yang
berisi sejumlah pengalaman belajar melalui bermain yang diberikan
kepada anak usia dini berdasarkan potensi dan tugas perkembangan yang
harus dikuasainya dalam rangka pencapaian kompetensi yang harus
dimiliki oleh anak
2. Adapun istilah pendekatan (approach) dalam pembelajaran memiliki
kemiripan dengan strategi. Sebenarnya pendekatan berbeda, baik dengan
strategi titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran.
Istilah pendekatan merujuk pada pandangan tentang terjadinya proses yang
sifatnya masih sangat umum
3. Pembelajaran anak usia dini memiliki dua jenis model yaitu pembelajaran
yang berpusat pada guru dan pembelajaran yang berpusat pada siswa.
Metode pembelajaran dengan menggunakan pembelajaran memberikan
kesempatan dan kebebasan pada anak untuk mengemukakan
pemikirannya, mereka mengemukakan pemikirannya sendiri dan
mengidentifikasikan kegiatannya. Pembelajaran yang berpusat pada anak
memandang kebutuhan anak adalah kebutuhan individu yang unik dan
bernilai.
4. Kegiatan pembelajaran pada anak usia dini pada hakikatnya adalah
pengembangan kurikulum secara konkret berupa seperangkat rencana yang
berisi sejumlah pengalaman belajar melalui bermain yang diberikan
kepada anak usia dini berdasarkan potensi dan tugas perkembangan yang
harus dikuasainya dalam rangka pencapaian kompetensi yang harus
dimiliki oleh anak
5. Pembelajaran anak usia dini memiliki dua jenis model yaitu pembelajaran
yang berpusat pada guru dan pembelajaran yang berpusat pada siswa.
Metode pembelajaran dengan menggunakan pembelajaran memberikan
kesempatan dan kebebasan pada anak untuk mengemukakan
pemikirannya, mereka mengemukakan pemikirannya sendiri dan
mengidentifikasikan kegiatannya. Pembelajaran yang berpusat pada anak
memandang kebutuhan anak adalah kebutuhan individu yang unik dan
bernilai.
Daftar pustaka
Yuliani Nurani Sujiono, Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini, (Jakarta: Indeks), hlm. 6.
Hamruni, Strategi dan Model-Model Pembelajaran Aktif Menyenangkan, (Yogyakarta),
hlm. 5
http://sulipan.wordpress.com2011/05/16/metode-pembelajaran-penemuan-discoverylearning/ di unduh hari Ahad, 08 April 2012
Modul Metode Pembelajaran Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)