Penegakan Hukum di Indonesia (3)

Tema : Demokrasi Pancasila
Penegakan Hukum di Indonesia
Demokrasi sebagai sistem penyelenggaraan pemerintah di Indonesia merupakan suatu
hal yang sangat penting. Abraham Lincoln memberikan pengertian demokrasi yakni
“government of the people, by the people, and for the people”. Menurut etimologi/bahasa,
demokrasi berasal dari bahasa yunani yaitu dari demos yang artinya rakyat dan cratos atau
cratein yang artinya pemerintahan atau kekuasaan. Demokrasi berarti pemerintahan rakyat
atau kekuasaan rakyat. Oleh karena itu dalam sistem demokrasi rakyat mendapat kedudukan
penting didasarkan adanya rakyat memegang kedaulatan.
Tidak semata hanya di Indonesia, banyak negara lainnya juga menggunakan paham
demokrasi ini. Indonesia sendiri menerapkan Demokrasi Pancasila yakni demokrasi yang
berdasarkan kekeluargaan dan gotong-royong yang ditujukan kepada kesejahteraan rakyat,
mengandung unsur-unsur berkesadaran religius, berdasarkan kebenaran, kecintaan dan budi
pekerti luhur, berkepribadian Indonesia dan berkesinambungan.
Demokrasi Pancasila ini, oleh karena Pancasila sebagai ideology negara, pandangan
hidup bangsa Indonesia, dasar negara Indonesia dan sebagai identitas nasional Indonesia.
Sebagai ideology nasional, Pancasila sebagai cita-cita masyarakat dan sebagai pedoman
membuat keputusan politik. Sebagai pemersatu masyarakat yang menjadi prosedur
penyelesaian konflik. Ada banyak nilai-nilai demokrasi yang terjabar dari nilai-nilai
Pancasila, salah satunya yaitu negara berdasar atas hukum. Nilai demokrasi tersebut pun
cukup jelas tersirat dalam Undang-Undang Dasar 1945, dalam Pasal 1 ayat (3) tertulis

“Negara Indonesia adalah Negara Hukum”.
Demokrasi dan negara hukum adalah dua konsepsi mekanisme kekuasan dalam
menjalankan roda pemerintahan negara. Kedua konsepsi tersebut saling berkaitan yang satu
sama lainnya tidak dapat dipisahkan, karena pada satu sisi demokrasi memberikan landasan
dan mekanisme kekuasaan berdasarkan prinsip persamaan dan kesederajatan manusia, pada
sisi yang lain negara hukum memberikan patokan bahwa yang memerintah dalam suatu
negara bukanlah manusia, tetapi hukum.
Indonesia adalah negara hukum yang didasarkan atas prinsip-prinsip demokrasi dan
keadilan. Dimana hukum seyogianya senantiasa harus mengacu pada cita-cita masyarakat
bangsa, yaitu tegaknya negara hukum yang demokratis dan berkeadilan sosial. Meski
demikian ada pendapat yang mengemukakan, bahwa adalah tidak benar seluruhnya jika

hukum adalah alat masyarakat untuk menegakkan demokrasi. Penekanan fungsi hukum
cenderung lebih mendukung kekuasaan pemerintah serta implementasinya, baik untuk
mendapatkan basis penggunaan kekuasaan yang kukuh dalam melaksanakan pembangunan.
Tegak atau berfungsinya hukum sebagaimana mestinya tergantung dari semangat
penyelenggara negara dan sistem politik yang dipakai yang menjadi penopang tegaknya
hukum. Diakui bahwa hukum tidak dapat dijalankan tanpa kekuasaan, tetapi apabila
kekuasaan tidak terkendali yang muncul justru kekuasaan dan kesewenang-wenangan dan
ketidak adilan.

Dapat atau tidaknya hukum sebagai penegak demokrasi dan keadilan tergantung
kepada sistem politik yang dipakai. Dari sistem politiklah, apakah hukum dapat berfungsi
sebagai alat penegakkan demokrasi dan keadilan. Sebab sistem politik yang dipakai suatu
negara menentukan produk hukum. Sistem politik otoriter atau non-demokratis melahirkan
hukum-hukum yang cendrung ortodok/ konservatif. Sedangkan sistem politik demokratis
melahirkan hukum-hukum yang responsif/populistik. Adalah sulit untuk menempatkan
hukum sebagai alat penegakan demokrasi apabila bangunan dasar hukum represip,
ortodok/konservatif.
Negara Indonesia yang berdasarkan atas hukum, ada 3 prinsip dasar yakni supermasi
hukum (supremacy of law), kesetaraan di hadapan hukum (equality before the law), dan
penegakan hukum dengan cara yang tidak bertentangan dengan hukum (due process of law).
Dengan penjabaran selanjutnya, adanya cirri-ciri:
1. Jaminan perlindungan hak-hak asasi manusia.
2. Kekuasaan kehakiman atau peradilan yang merdeka.
3. Legalitas dalam arti hukum, yaitu bahwa baik pemerintah/negara maupun warga
negara dalam bertindak harus berdasar atas dan melalui hukum.
Dalam pasal lainnya pun masih tertulis konsepsi negara hukum yang ada di Indonesia
yakni dalam UUD 1945 Pasal 27 ayat (1) yang menegaskan bahwa “Segala warga negara
bersamaan dengan kedudukannya di dalam hukum dan pemerintahan dan wajib menjunjung
hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya”. Kemudian yang menjadi

pertanyaan adalah sudah sejauh mana penegakan hukum di Indonesia, sudahkan berkeadilan,
atau malah penegakan hukum yang tumpul ke atas dan runcing ke bawah.
Dan pada kenyataannya masih begitu banyak problematika mengenai penegakan
hukum di Indonesia. Hukum sekarang cenderung hanya untuk kepentingan semata oleh para
penguasa negara yang tidak adil untuk rakyat miskin. Contohnya kasus pencurian sandal jepit
oleh anak yang berusia 15 tahun yang dihukum penjara selama 5 tahun yang sebenarnya

keputusan ini dinilai tidak adil dan bisa mengganggu psikologis AAL sebagai anak di bawah
umur. Dan contoh kasus pencurian sebuah semangka di kebun Darwati di Kelurahan
Ngampel, Kecamatan Mojoroto, Kediri, Jawa Timur, dituntut dengan hukuman penjara dua
bulan 10 hari yang langsung divonis oleh hakim. Masih banyak hal yang serupa dengan
contoh kasus tersebut yang terjadi di Indonesia, tetapi kasus tersebut berbanding terbalik
dengan para koruptor yang mengambil uang rakyat bermiliar-miliar untuk kepentingan
pribadi atau kelompok tertentu dengan tuntutan yang semestinya berat tapi kini kasusnya
tidak langsung segera diadili. Persamaan di hadapan hukum dan penegakan hukum yang
berkeadilan yang selama ini dikampanyekan oleh pemerintah nyatanya tidak berjalan dengan
efektif.
Hukum di Indonesia ini dapat diselewengkan atau disuap dengan mudahnya, dengan
inkonsistensi penegakan hukum di Indonesia. Selain lembaga peradilan, ternyata aparat
kepolisianpun tidak lepas dari penyelewengan hukum. Misalnya saat terkena tilang polisi

lalu lintas, ada beberapa oknum polisi yang mau atau bahkan terkadang minta suap agar
kasus tilang tidak diperpanjang, polisinya pun mendapatkan keuntungan materi dengan cepat
namun salah tempat. Ini merupakan contoh kongkrit yang sering terjadi di lingkungan kita.
Dan kasus besar yang terbaru dan masih berjalan hingga kini adalah kasus KPK vs
Polri, kasus yang seharusnya tidak perlu terjadi karena keduanya merupakan lembaga hukum.
Kasus yang menimpa pimpinan KPK ini dinilai oleh masyarakat untuk melumpuhkan
lembaga KPK, yang berarti menguntungkan para koruptor namun membuat rakyat Indonesia
makin sengsara. Kasus ini juga membuat kepercayaan masyarakat terhadap Polri makin
menurun dan seolah Polri dikebiri oleh masyarakat.
Perseteruan Polri dan KPK bukanlah perang sesungguhnya, karena peperangan yang
semestinya adalah penegakkan hukum itu sendiri. Menjadi naif, jika aparat penegak hukum
justru menggunakan hukum untuk kepentingan kelompoknya. Hukum tak boleh porak
poranda, hukum tak boleh dibuat layaknya permainan anak-anak, hukum haruslah
ditempatkan sebagai puncak dari segala bentuk sengketa dan perselisihan. Hukum seharusnya
menyelasaikan permasalahan bukan memunculkan permasalahan.
Lalu muncul pertanayaan: siapa yang seharusnya bertanggung jawab dengan segala
permasalahan penegakan hukum yang terjadi di Indonesia? Menajawab pertanyaan tersebut,
beberapa permasalahan mengenai penegakan hukum tentunya tidak dapat terlepas dari
kenyataan bahwa berfungsinya hukum sangatlah tergantung pada hubungan yang serasi
antara hukum itu sendiri, penegak hukum, fasilitasnya dan masyarakat yang diaturnya.

Kesemua faktor atau komponen tersebut haruslah berjalan sejajar dan saling terkait satu sama

lain. Penegakan hukum harusnya yang akuntabel yakni upaya pelaksanaan penegakan hukum
yang dapat dipertanggungjawabkan kepada masyarakat, bangsa dan negara yang menyangkut
adanya kepastian hukum dalam sistem hukum yang berlaku, kemanfaatan hukum dan
keadilan bagi masyarakat. Oleh karena itu, proses penegakan hukum dapat diwujudkan oleh
penegak hukum bersama-sama dengan seluruh komponen yang ada di masyarakat.
Perlu ada reformasi yang sebenarnya, karena permasalahan hukum yang terjadi ini
merupakan permasalahan dasar suatu negara hukum, bagaimana masyarakat bisa terjamin
keamanannya atau bagaimana masyarakat bisa merasakan keadilan yang sebenarnya,
hukumlah yang mengatur semua itu, dan perlu digarisqbawahi bahwa hukum sebenarnya
telah sesuai dengan kehidupan masyarakat, tetapi pihak-pihak yang ingin mengambil
keuntungan baik pribadi maupun kelompok yang merupakan penggagas segala kebobrokan
hukum di negeri ini.
Perlu banyak evaluasi-evaluasi yang harus dilakukan, harus ada penindaklanjutan
yang jelas mengenai penyelewengan hukum yang kian hari kian menjadi. Perlu ada ketegasan
tersendiri dan kesadaran yang hierarki dari individu atau kelompok yang terlibat di dalamnya.
Perlu ditanamkan mental yang kuat, sikap malu dan pendirian iman dan takwa yang sejak
kecil harus diberikan kepada kader-kader pemimpin dan pelaksana aparatur negara atau
pihak-pihak berkepentingan lainnya serta kepada masyarakat Indonesia keseluruhan. Karena

baik untuk hukum Indonesia, baik pula untuk bangsa Indonesia. Dan buruk untuk hukum di
negara ini, buruk pula konsekuensi yang akan diterima oleh masayarakat dan Negara.
Bangsa yang besar tidak hanya berdasarkan luasan wilayahnya ataupun betapa
banyaknya jumlah penduduk dan sumber daya alamnya, tetapi bangsa yang besar adalah
bangsa yang bisa menghargai perjuangan para pahlawan terdahulu dan dibuktikan salah
satunya dengan menjalankan ketentuan hukum yang berlaku demi terciptanya keamanan,
ketentraman dan kesejahteraan masyarakat Indonesia seluruhnya.