MAKNA KEMATIAN DAN PENGARUHNYA TERHADAP
MAKNA KEMATIAN DAN PENGARUHNYA TERHADAP FILM NARATIF DALAM
FILM KINGSMAN THE SECRET SERVICE
KAJIAN TEORI HAGIN
Disusun untuk Memenuhi Persyaratan
Ujian Akhir Semester Matakuliah Death and Dying
Oleh:
HILGA CLARARISSA AS.
NIM. 15/389071/PSA/07925
PROGRAM STUDI S2 ILMU SASTRA
PASCASARJANA FAKULTAS ILMU BUDAYA
UNIVERSITAS GADJAH MADA
2016
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
1
Sebagaimana kehidupan, kematian merupakan hal penting yang sering muncul pada
setiap karya yang dihasilkan oleh manusia. Dalam karya-karya kontemporer, kematian semakin
banyak dimunculkan untuk lebih meninggalkan kesan kepada para penikmat seni.
Penggambaran kematian dalam berbagai jenis karya sastra menjadi menarik untuk dikaji
karena ia mencerminkan kondisi sosial dan budaya dimana karya itu lahir dan berkembang.
Salah satu pengkaji makna kematian yang fenomenal dan memberikan sumbangsih
pada ranah ilmu pengetahuan ialah Boaz Hagin. Dalam bukunya yang berjudul Death in
Classical Hollywood Cinema (2010), ia menguraikan tentang bagaimana kematian disuguhkan
dalam film-film Hollywood klasik, apa makna yang ingin disampaikan oleh para sineas dalam
menggambarkannya, bagaimana kematian tersebut mempengaruhi jalannya cerita dan
perkembangan perfilman modern serta pengaruhnya terhadap tema kematian. Ia juga
menyinggung tentang bagaimana kepentingan politik juga berdampak pada gambaran kematian
dalam karya-karya insan perfilman dunia dan berita-berita yang muncul di media, seperti pada
kecenderungan media untuk meliput konflik Israel-Palestina yang tak berkesudahan.
Hagin memaparkan dalam bukunya bahwa kematian yang dimunculkan pada beberapa
genre film klasik Hollywood seperti film Western, film gangster/crime/detektif, film
melodrama dan film perang, memiliki pola naratif yang bersifat kausal dan peristiwa yang
digambarkan memiliki plot atau alur cerita yang linear; berawal dari pengantar, kemudian
muncul konflik/klimaks, lalu diakhiri dengan penyelesaian/antiklimaks. Dalam film-film klasik
tersebut, kematian yang muncul pada awal cerita (initial death), pada bagian tengah film
(intermediary death) dan pada akhir cerita (story-terminating death) mempunyai pengaruh
yang signifikan terhadap jalannya cerita.
Pada kematian yang berada di akhir dan di tengah cerita (story-terminating and
intermediary death), ia menjadi bermakna melalui hubungannya dengan kejadian di masa lalu
(in relation to the past) karena merupakan hasil dari peristiwa yang sebelumnya terjadi.
Kematian yang berada di awal dan di tengah cerita (initial and intermediary death) dapat
menemukan maknanya dengan menjadi penyebab dari peristiwa yang akan datang (in relation
to the future). Selain itu, kematian juga dapat berlangsung sebagai peristiwa yang seperti tak
berujung karena ia menjadi bermakna dalam kaitannya dengan kejadian di masa sekarang (in
relation to the present). Makna yang ingin disampaikan oleh kematian ini dapat berupa
pengungkapan suatu kebenaran (revelation of truth), penggambaran asal-usul kematian
2
(epistemology of death), pembuktian bahwa beberapa karakter/tokoh memang layak mati
(killability test), dan masih banyak lagi. Hagin melakukan kategorisasi makna kematian ini
dengan menganalisa film-film klasik Hollywood dari empat genre yang ia teliti. Ia juga
membahas fenomena menarik pada bagian akhir bukunya dengan menyoroti perkembangan
film Hollywood masa kini yang tidak lagi menuruti pola linear kausal seperti pada film klasik.
Ia menyodorkan beberapa fakta menarik dari analisanya yaitu bahwa kematian menjadi hal
yang absurd, komersial dan sarat akan simbol. Ia membuka pandangan tentang pesan kematian
dalam film Hollywood modern yang lebih dramatis dan bagaimana para sineasnya ‘bermainmain’ dengan makna kematian itu sendiri.
Berkembangnya kemajuan teknologi dalam perfilman Hollywood dan maraknya
budaya populer menyebabkan munculnya berbagai genre baru yaitu superheroes, misteri,
horor, thriller, dan science-fiction. Salah satu jenis film yang paling digemari masyarakat dunia
ialah film tentang agen rahasia/spionase/mata-mata (spy films). Berbicara mengenai film
tentang agen rahasia, sederet judul film mulai dari yang klasik seperti James Bond Series,
hingga yang mutakhir seperti Mission Impossible dan The Bourne Series, telah meramaikan
kancah perfilman Hollywood dengan franchise-nya yang laku keras di pasaran. Kingsman The
Secret Service merupakan film agen rahasia produksi Twentieth Century Fox pada tahun 2014
yang memiliki konsep yang unik dan berhasil menyedot penggemar dari seluruh dunia.
Film Kingsman The Secret Service bercerita tentang seorang pemuda yang menjadi
seorang agen rahasia Inggris handal dan kisah heroiknya menyelamatkan dunia dari kejahatan
seorang milyarder Amerika. Film yang merupakan adaptasi dari buku komik “The Secret
Service” ini disutradarai oleh Matthew Vaughn dan dibintangi oleh Colin Firth, Taron Egerton,
dan Michael Caine. Film yang merupakan box office dunia ini memiliki daya tarik tersendiri
yang berbeda dari film-film espionage lain karena memiliki pesan moral bahwa setiap orang
mempunyai potensi dalam dirinya, tinggal bagaimana ia menggali dan mengembangkannya.
Menuai respon positif dan pujian dari kritikus film, Kingsman: The Secret Service
menggabungkan sikap gentleman, aksi laga dan ironi dalam kehidupan masyarakat modern.
Sebagai produk budaya populer, film Hollywood memiliki struktur naratifnya sendiri.
Dalam penelitian ini, saya ingin mempelajari apa saja jenis kematian yang dimunculkan dalam
film Kingsman: The Secret Service, makna kematian yang seperti apa yang disampaikan dalam
film tersebut dan bagaimana pengaruhnya terhadap film naratifnya. Oleh sebab itu, saya akan
3
menggunakan teori kematian dalam film-film klasik Hollywood Hagin dan juga teori fiksi
populer sebagai pendukung argumentasi saya.
2. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian tersebut, pertanyaan yang ingin dijawab melalui makalah ini dapat
dirumuskan sebagai berikut, yaitu:
1. Jenis kematian seperti apa yang ada dalam film Kingsman The Secret Service?
2. Apakah makna kematian yang digambarkan dalam film Kingsman The Secret
Service dan bagaimana signifikasinya terhadap film naratifnya?
3. Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk menguraikan jenis kematian yang ada dalam film
Kingsman The Secret Service dan menjabarkan makna kematian tersebut sesuai dengan teori
Hagin serta menjelaskan signifikasinya terhadap film naratif dalam film tersebut.
4. Metode
Metode yang digunakan dalam penelitian ini ialah metode penelitian kualitatif
deskriptif yang memerlukan studi pustaka dan memfokuskan diri pada referensi-referensi dari
beberapa sumber yang berkaitan dengan topic penelitian ini. Dengan demikian, saya harap
dapat menghasilkan analisa yang komprehensif dan representatif dalam bagian pembahasan
serta memberikan kontribusi terhadap kemajuan studi sastra pada umumnya dan pemahaman
matakuliah Death and Dying pada khususnya.
BAB II
PEMBAHASAN
Pada bab ini, saya akan membahas mengenai jenis-jenis kematian yang muncul baik
secara eksplisit maupun implisit pada film Kingsman: The Secret Service dengan mengacu
pada teori Hagin tentang kematian pada film Hollywood klasik dalam bukunya yang berjudul
Death in Classical Hollywood Cinema (2010) dan teori fiksi populer Ida Rochani Adi dalam
bukunya yang berjudul Fiksi Populer Teori dan Metode Kajian (2011) untuk menjabarkan ide4
ide yang mendukung argumen tersebut dengan melihat dari unsur film naratif yang meliputi
penokohan dan sudut pandang, penyuntingan dan struktur narasi, dan gaya bahasa.
Secara umum, ada tiga jenis kematian dalam film ini yaitu: initial death, intermediary
death, dan story-terminating death. Pada setiap sub bab, akan dijabarkan kematian yang terjadi
di awal film, di tengah dan di akhir film. Masing-masing kematian mempunyai makna
tersendiri dan memberikan pengaruh pada jalannya cerita, serta membangun sebuah film
naratif yang unsur-unsurnya meliputi penokohan dan sudut pandang, penyuntingan dan struktur
narasi, dan gaya bahasa.
1. Initial Death
Cerita berawal dari aksi sekelompok agen rahasia Inggris yang disebut Kingsman yang
sedang dalam misi di Timur Tengah pada tahun 1997. Mereka menginterogasi seorang teroris
yang ternyata menyembunyikan granat dan meledakkannya. Salah satu agen kemudian
mengorbankan dirinya dan menyelamatkan rekan-rekannya yang lain. Pemimpin misi tersebut
yakni seorang agen berpengalaman yang bernama Harry Hart dan memiliki nama sandi
Galahad, secara langsung mendatangi istri dan anak rekannya yang meninggal tersebut di
London, Inggris untuk menyampaikan belasungkawa. Ia memberikan lencana Kingsman dan
berpesan pada si anak, Gary ‘Eggsy’ Unwin kecil, untuk menghubunginya jika mereka
memerlukan bantuan.
Tujuh belas tahun kemudian, seorang agen Kingsman bernama Lancelot melakukan
misi penyelamatan seorang diri dan menemui ajalnya. Ia meninggal di tangan seorang penjahat
atau antagonis dalam cerita yang bernama Richmond Valentine. Valentine adalah seorang
milyarder kulit hitam berkebangsaan Amerika yang terobsesi pada temuan seorang professor
ahli perubahan iklim untuk mengatasi global warming. Valentine bersama tangan kanannya,
seorang gadis bernama Gazelle yang ahli bela diri dengan kaki palsunya yang sudah
dimodifikasi sedemikian rupa sehingga menjadi senjata pisau tajam, berencana untuk
mengurangi jumlah populasi bumi dengan alasan menjaga keseimbangan bumi.
Dua kematian di atas, yaitu kematian ayah Eggsy dan Lancelot telah memberikan
signifikasi yang besar sebagai pembangun cerita. Seperti yang diungkapkan Hagin, “Deaths
can also influence the storyline by setting up goals, that is altering, or helping the characters
to discover what they desire. Death could trigger an immediate and obvious emotional effect
which sets up a new desired goal for one of the characters (2010: 49)”. Kematian ayah Eggsy
5
telah menyebabkan bergabungnya Lancelot menjadi agen Kingsman setelah sebelumnya ia
masih dalam masa training. Kemudian, kematian Lancelot menjadi suatu pertanda bagi
Galahad/Harry Hart untuk merekrut Eggsy yang telah beranjak dewasa untuk menjadi agen
Kingsman seperti ayahnya. Harry Hart melakukan semua hal bisa ia lakukan untuk membalas
budi rekan yang telah menyelamatkan nyawanya dengan menjamin pendidikan dan kehidupan
anaknya, Eggsy. Namun, hidup menjadi sangat keras dan sulit bagi Eggsy ketika ibunya yang
telah jatuh miskin menikah lagi dengan seorang pecundang sehingga Eggsy terpaksa berhenti
sekolah dan menjadi berandalan. Harry Hart yang merasa bertanggung jawab atas hidup Eggsy
kemudian menawarinya pekerjaan sebagai agen Kingsman dengan syarat Eggsy mau melalui
masa latihan/training. Eggsy kemudian menerima tawaran Harry karena ia ingin mengubah
hidupnya menjadi orang yang lebih baik dan lebih berguna untuk orang lain. Seperti yang
tersirat dari penggalan dialog antara Harry dan Eggsy berikut ini:
Harry :
What do you see?
Eggsy :
Someone who wants to know what is going on.
Harry :
I see a young man with potential.
A young man who is loyal, who can do as he’s asked, and wants to do
something good with his life. …
All right. My point is, that the lack of a silver spoon has set you on a
certain path, but you needn’t stay on it.
If you’re prepared to adapt and learn, you can transform. …
Only, in this case, I’m offering you the opportunity to become a
Kingsman. A kingsman agent.
Eggsy :
Like a spy?
Harry :
Of sorts.
Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa kematian-kematian di awal cerita (initial death)
memberikan pengaruh yang berkaitan dengan kejadian di masa depan (in relation to the
future), atau menjadi penyebab peristiwa-peristiwa yang akan datang. Dengan demikian,
keputusan Eggsy untuk akhirnya mengikuti jalan hidup yang ditakdirkan untuknya
membangun film naratif, yakni dari sudut pandang Eggsy kemudian penonton berpihak.
Sehingga, struktur narasinya mengarah pada apa yang kemudian dilakukan Eggsy untuk
menjadi seseorang yang berguna dan bukan lagi seorang berandal, bagaimana ia melalui
latihan yang keras untuk menjadi agen Kingsman, dan aksi heroik apa yang akan terjadi
selanjutnya. Sebagaimana yang dikatakan oleh Adi dalam bukunya Fiksi Populer: Teori dan
Metode Kajian bahwa “Dalam film, tokoh-tokoh atau karakter-karakter menduduki peran
6
penting karena melalui tokoh tersebutlah suatu gagasan atau tema didramatisasikan (2011:
57)”.
2. Intermediary Death
Di bagian tengah film, ada banyak kematian yang memiliki pengaruh besar terhadap
jalannya cerita. Yang pertama yaitu kematian Amelia, rekan Eggsy sesama peserta pelatihan
agen Kingsman yang mati karena gagal melewati sesi ujian awal sehingga Eggsy dan peserta
lainnya lebih serius dan lebih giat lagi dalam menjalani sesi latihan. Kematian Amelia menjadi
bukti bahwa kematian di tengah cerita menjadi bermakna karena ia berkaitan dengan masa
sekarang (in relation to the present). Efek kematian ini dirasakan langsung oleh Eggsy dan
kawan-kawan sebagai ancaman untuk tidak menganggap enteng pelatihan Kingsman.
Meskipun kemudian Harry Hart menjelaskan kepada Eggsy bahwa Amelia tidak benar-benar
mati, hanya disetting untuk memberi para peserta pelajaran berharga tentang pentingnya
teamwork dalam pekerjaan seorang Kingsman.
Selanjutnya, kematian yang digambarkan dalam film menjadi semakin vulgar dan ironis
di saat yang bersamaan. Kematian Professor James Arnold, seorang ahli perubahan iklim yang
menjadi budak Valentine untuk mewujudkan rencana jahatnya demi menguasai dunia, menjadi
bukti bahwa Killability Test mulai dijalankan. Professor Arnold menjadi karakter yang killable
karena ia tidak punya keberanian untuk menentang Valentine dan ia tidak dapat
beradaptasi/menyesuaikan diri dengan lingkungan naratif dalam jalan cerita sehingga ia harus
menemui ajalnya.
Yang menarik ialah ketika Arthur atau Chester King, kepala agen rahasia Kingman
memutuskan untuk berkhianat dan berpihak pada rencana jahat Valentine, ia menemui ajalnya
setelah terlebih dahulu mencoba meracuni Eggsy. Namun, berkat keterampilan dan kecekatan
Eggsy, ia berhasil menukar gelas beracun tersebut dengan milik Arthur. Kematian Arthur
berhasil mengungkap kebenaran (revealing the truth) tentang skenario hari kiamat ciptaan
Valentine, dimana ia membagikan SIM card gratis ke seluruh dunia dengan iming-iming
teknologi canggih (jaringan selular, internet) yang bisa diakses semua orang secara cuma-cuma
seumur hidupnya. Namun, dengan teknologi itu pulalah Valentine mengendalikan semua orang
di dunia dengan memancarkan gelombang neurologis yang mematikan alam sadar manusia dan
memicu tindakan agresif hingga ke taraf keinginan untuk membunuh orang lain.
Oleh sebab itu, yang selanjutnya terjadi ialah kematian yang sangat absurd (absurd
death) dan dalam skala besar (mass death). Yang pertama yaitu kematian semua jemaat South
7
Glade Mission Church di Kentucky, Amerika. Pembunuhan massal yang brutal dan kejam ini
terjadi akibat uji coba Valentine terhadap teknologi SIM card buatannya sebagai
neurotransmitter. Harry Hart yang ada di tempat kejadian kemudian menjadi tak terkendali dan
secara membabi buta ikut membantai semua orang di gereja tersebut. Ia melakukannya karena
tidak sadar dan terpengaruh gelombang neurotik yang dipancarkan oleh semua telepon
genggam di ruangan tersebut. Kematian ini tidak lagi masuk akal, ia merupakan produk
dramatisasi kuatnya senjata pemusnah massal yang diciptakan Valentine.
Selanjutnya, ketika Harry ditembak mati oleh Valentine, kematiannya menetapkan
tujuan baru bagi Eggsy, yaitu untuk membalas dendam (take revenge) dan menyelamatkan
dunia bersama dua temannya yang tersisa yang dapat dipercaya, yaitu Merlin dan Roxy. Hal ini
dikarenakan SIM card yang dibagikan Valentine telah dimiliki hampir semua orang sehingga
kejahatannya kemudian menjadi global. Valentine juga mempunyai rencana lain yaitu dengan
menanam implan pada setiap pemimpin dunia dan tokoh-tokoh ternama sehingga ia dapat
mengendalikan mereka semua. Implan tersebut berfungsi untuk menangkal gelombang
neurotik yang mengubah semua orang menjadi pembunuh psycho. Dengan demikian, hanya
orang-orang tertentu saja yang sudah melalui seleksi Valentine yang bisa bertahan hidup di
bumi. Ia melakukan semua itu dengan dalih menyelamatkan planet bumi dari kehancuran
dengan memusnahkan sebagian besar populasinya.
3. Story-terminating Death
Dari penggambaran yang telah diuraikan tentang tokoh Valentine, dapat disimpulkan
bahwa ia adalah sosok yang pantas mati (killable). Ia adalah karakter yang bad to the bone,
tanpa adanya penjelasan lebih lanjut mengenai alasan ia menjadi jahat, kematian Valentine dan
Gazelle mengakhiri konflik dan membuktikan bahwa kebaikan akan selalu menang. Kematian
kedua tokoh villain ini merupakan story-terminating death yang memiliki makna karena
hubungannya dengan peristiwa di masa lalu (in relation to the past). Hal ini menggambarkan
bagaimana tindakan-tindakan yang dilakukan oleh Valentine merupakan kejahatan besar
dengan menyebabkan banyak orang tidak berdosa mati karena perintah dan keinginannya.
Termasuk kematian Harry Hart, Lancelot, Professor Arnold, Arthur, dan banyak kematian lain
yang tak terhitung jumlahnya (mass-killing). Meskipun apabila dicermati, yang benar-benar
mati di tangan Valentine ‘hanya’ Harry Hart karena selebihnya dilakukan oleh orang
kepercayaannya, Gazelle dan dengan alat ciptaannya.
8
Namun demikian, karakter Valentine merupakan gambaran Hagin tentang The Logic of
Singular Evil. Seperti yang ia nyatakan dalam bukunya yaitu:
Hollywood … created its very own unique and singular villain. Neither an
inevitable result of nor one of heredity criminality, the Hollywood bad guy is bad to the
bone but for no one clear reason (2010: 43).
Maka dari itu, satu-satunya cara untuk menghentikan perbuatan jahatnya yaitu dengan
membuatnya mati. Hal ini disebabkan oleh tidak adanya kemungkinan bagi para penjahat ini
untuk bertobat atau untuk berubah menjadi baik.
Karakter Valentine apabila dihubungkan dengan unsur gaya bahasa dalam film naratif
pada teori fiksi populer dapat menggambarkan isu rasisme dimana orang kulit hitam
dimarjinalkan sebagai simbol sosok yang bad to the bone, tanpa alasan atau motif yang jelas.
Hal ini menarik karena dalam film ini, orang-orang Amerika yang diwakili oleh tokoh villain
Valentine yang notabene adalah seorang kulit hitam, sangat tidak menyukai kekerasan. Dalam
artian, ia selalu mual apabila melihat darah, membuatnya seolah-olah innocent. Saya melihat
ironi yang menjengahkan bahwa sebenarnya film ini mengandung sindiran bagi para petinggi
kulit putih yang seringkali memiliki motif terselubung di balik tindakan politisnya, tidak
seperti Valentine yang jelas-jelas bad to the bone tetapi sangat membenci kekerasan.
Selain itu, Adi juga menyarankan tentang adanya pengontrasan yang diceritakan secara
berdampingan dalam struktur narasi film (2011: 62). Misalnya, tentang konsep gentleman yang
diusung oleh Inggris dan konsep serampangan/eksentrik yang ditonjolkan oleh Amerika;
kehidupan Eggsy ketika memiliki ayah seorang agen Kingsman dengan rumahnya yang mewah
dengan kemerosotan yang dialaminya setelah ayahnya meninggal dimana ia harus hidup dalam
kesulitan ekonomi; dan penggambaran Kingsman sebagai agen rahasia berkelas yang elegan
dengan motto hidup “Manners maketh man”, dengan kesembronoan preman-preman lokal
yang dipimpin oleh ayah tiri Eggsy yang mannerless.
9
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Kematian dalam film Kingsman: The Secret Service yang mewakili genre spy films
dalam fiksi populer dimunculkan pada bagian awal, tengah dan akhir cerita. Pada initial death,
kematian berfungsi sebagai pembangun cerita dan menciptakan tujuan bagi tokoh-tokohnya.
Intermediary death merupakan pengungkapan kebenaran dan pembuat tujuan baru. Storyterminating death menjustifikasi bahwa sang penjahat tunggal harus mati untuk mengakhiri
jalannya cerita.
Kematian tersebut memiliki arti yang signifikan untuk menciptakan film naratif yang
utuh dari alur yang bersifat kausal. Unsur penokohan, sudut pandang, penyuntingan, struktur
narasi dan gaya bahasa dalam film Kingsman: The Secret Service turut serta memberikan
pengaruh bagi makna kematian dan pesan yang ingin disampaikan di balik kematian itu, serta
banyak hal menarik lain yang bisa dicermati dari film ini seperti kecenderungan untuk
mengkontraskan nilai gentleman yang digambarkan oleh agen rahasia Inggris dengan
keeksentrikan seorang American villain.
2. Saran
Saya menyadari bahwa penelitian ini masih jauh dari sempurna, maka kritik dan saran
sangat diharapkan untuk perkembangan keilmuan dan untuk memperluas wawasan saya. Saya
sangat menghargai apabila ada yang dapat memberikan masukan dan revisi terhadap makalah
ini. Bagi para peneliti selanjutnya, saya menyarankan untuk dapat menggali teori makna
kematian Hagin maupun teori Fiksi Populer Adi dengan menganalisa karya seni dan karya
sastra lainnya.
10
REFERENSI
Adi, Ida Rochani. 2011. Fiksi Populer Teori dan Metode Kajian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Hagin, Boaz. 1974. Death in Classical Hollywood Cinema. London: The John Hopkins
University Press.
Internet Movie Data Base (IMDb). http://www.imdb.com/title/tt2802144/. Diakses pada 28
Mei 2016 Pukul 14.15 WIB.
11
FILM KINGSMAN THE SECRET SERVICE
KAJIAN TEORI HAGIN
Disusun untuk Memenuhi Persyaratan
Ujian Akhir Semester Matakuliah Death and Dying
Oleh:
HILGA CLARARISSA AS.
NIM. 15/389071/PSA/07925
PROGRAM STUDI S2 ILMU SASTRA
PASCASARJANA FAKULTAS ILMU BUDAYA
UNIVERSITAS GADJAH MADA
2016
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
1
Sebagaimana kehidupan, kematian merupakan hal penting yang sering muncul pada
setiap karya yang dihasilkan oleh manusia. Dalam karya-karya kontemporer, kematian semakin
banyak dimunculkan untuk lebih meninggalkan kesan kepada para penikmat seni.
Penggambaran kematian dalam berbagai jenis karya sastra menjadi menarik untuk dikaji
karena ia mencerminkan kondisi sosial dan budaya dimana karya itu lahir dan berkembang.
Salah satu pengkaji makna kematian yang fenomenal dan memberikan sumbangsih
pada ranah ilmu pengetahuan ialah Boaz Hagin. Dalam bukunya yang berjudul Death in
Classical Hollywood Cinema (2010), ia menguraikan tentang bagaimana kematian disuguhkan
dalam film-film Hollywood klasik, apa makna yang ingin disampaikan oleh para sineas dalam
menggambarkannya, bagaimana kematian tersebut mempengaruhi jalannya cerita dan
perkembangan perfilman modern serta pengaruhnya terhadap tema kematian. Ia juga
menyinggung tentang bagaimana kepentingan politik juga berdampak pada gambaran kematian
dalam karya-karya insan perfilman dunia dan berita-berita yang muncul di media, seperti pada
kecenderungan media untuk meliput konflik Israel-Palestina yang tak berkesudahan.
Hagin memaparkan dalam bukunya bahwa kematian yang dimunculkan pada beberapa
genre film klasik Hollywood seperti film Western, film gangster/crime/detektif, film
melodrama dan film perang, memiliki pola naratif yang bersifat kausal dan peristiwa yang
digambarkan memiliki plot atau alur cerita yang linear; berawal dari pengantar, kemudian
muncul konflik/klimaks, lalu diakhiri dengan penyelesaian/antiklimaks. Dalam film-film klasik
tersebut, kematian yang muncul pada awal cerita (initial death), pada bagian tengah film
(intermediary death) dan pada akhir cerita (story-terminating death) mempunyai pengaruh
yang signifikan terhadap jalannya cerita.
Pada kematian yang berada di akhir dan di tengah cerita (story-terminating and
intermediary death), ia menjadi bermakna melalui hubungannya dengan kejadian di masa lalu
(in relation to the past) karena merupakan hasil dari peristiwa yang sebelumnya terjadi.
Kematian yang berada di awal dan di tengah cerita (initial and intermediary death) dapat
menemukan maknanya dengan menjadi penyebab dari peristiwa yang akan datang (in relation
to the future). Selain itu, kematian juga dapat berlangsung sebagai peristiwa yang seperti tak
berujung karena ia menjadi bermakna dalam kaitannya dengan kejadian di masa sekarang (in
relation to the present). Makna yang ingin disampaikan oleh kematian ini dapat berupa
pengungkapan suatu kebenaran (revelation of truth), penggambaran asal-usul kematian
2
(epistemology of death), pembuktian bahwa beberapa karakter/tokoh memang layak mati
(killability test), dan masih banyak lagi. Hagin melakukan kategorisasi makna kematian ini
dengan menganalisa film-film klasik Hollywood dari empat genre yang ia teliti. Ia juga
membahas fenomena menarik pada bagian akhir bukunya dengan menyoroti perkembangan
film Hollywood masa kini yang tidak lagi menuruti pola linear kausal seperti pada film klasik.
Ia menyodorkan beberapa fakta menarik dari analisanya yaitu bahwa kematian menjadi hal
yang absurd, komersial dan sarat akan simbol. Ia membuka pandangan tentang pesan kematian
dalam film Hollywood modern yang lebih dramatis dan bagaimana para sineasnya ‘bermainmain’ dengan makna kematian itu sendiri.
Berkembangnya kemajuan teknologi dalam perfilman Hollywood dan maraknya
budaya populer menyebabkan munculnya berbagai genre baru yaitu superheroes, misteri,
horor, thriller, dan science-fiction. Salah satu jenis film yang paling digemari masyarakat dunia
ialah film tentang agen rahasia/spionase/mata-mata (spy films). Berbicara mengenai film
tentang agen rahasia, sederet judul film mulai dari yang klasik seperti James Bond Series,
hingga yang mutakhir seperti Mission Impossible dan The Bourne Series, telah meramaikan
kancah perfilman Hollywood dengan franchise-nya yang laku keras di pasaran. Kingsman The
Secret Service merupakan film agen rahasia produksi Twentieth Century Fox pada tahun 2014
yang memiliki konsep yang unik dan berhasil menyedot penggemar dari seluruh dunia.
Film Kingsman The Secret Service bercerita tentang seorang pemuda yang menjadi
seorang agen rahasia Inggris handal dan kisah heroiknya menyelamatkan dunia dari kejahatan
seorang milyarder Amerika. Film yang merupakan adaptasi dari buku komik “The Secret
Service” ini disutradarai oleh Matthew Vaughn dan dibintangi oleh Colin Firth, Taron Egerton,
dan Michael Caine. Film yang merupakan box office dunia ini memiliki daya tarik tersendiri
yang berbeda dari film-film espionage lain karena memiliki pesan moral bahwa setiap orang
mempunyai potensi dalam dirinya, tinggal bagaimana ia menggali dan mengembangkannya.
Menuai respon positif dan pujian dari kritikus film, Kingsman: The Secret Service
menggabungkan sikap gentleman, aksi laga dan ironi dalam kehidupan masyarakat modern.
Sebagai produk budaya populer, film Hollywood memiliki struktur naratifnya sendiri.
Dalam penelitian ini, saya ingin mempelajari apa saja jenis kematian yang dimunculkan dalam
film Kingsman: The Secret Service, makna kematian yang seperti apa yang disampaikan dalam
film tersebut dan bagaimana pengaruhnya terhadap film naratifnya. Oleh sebab itu, saya akan
3
menggunakan teori kematian dalam film-film klasik Hollywood Hagin dan juga teori fiksi
populer sebagai pendukung argumentasi saya.
2. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian tersebut, pertanyaan yang ingin dijawab melalui makalah ini dapat
dirumuskan sebagai berikut, yaitu:
1. Jenis kematian seperti apa yang ada dalam film Kingsman The Secret Service?
2. Apakah makna kematian yang digambarkan dalam film Kingsman The Secret
Service dan bagaimana signifikasinya terhadap film naratifnya?
3. Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk menguraikan jenis kematian yang ada dalam film
Kingsman The Secret Service dan menjabarkan makna kematian tersebut sesuai dengan teori
Hagin serta menjelaskan signifikasinya terhadap film naratif dalam film tersebut.
4. Metode
Metode yang digunakan dalam penelitian ini ialah metode penelitian kualitatif
deskriptif yang memerlukan studi pustaka dan memfokuskan diri pada referensi-referensi dari
beberapa sumber yang berkaitan dengan topic penelitian ini. Dengan demikian, saya harap
dapat menghasilkan analisa yang komprehensif dan representatif dalam bagian pembahasan
serta memberikan kontribusi terhadap kemajuan studi sastra pada umumnya dan pemahaman
matakuliah Death and Dying pada khususnya.
BAB II
PEMBAHASAN
Pada bab ini, saya akan membahas mengenai jenis-jenis kematian yang muncul baik
secara eksplisit maupun implisit pada film Kingsman: The Secret Service dengan mengacu
pada teori Hagin tentang kematian pada film Hollywood klasik dalam bukunya yang berjudul
Death in Classical Hollywood Cinema (2010) dan teori fiksi populer Ida Rochani Adi dalam
bukunya yang berjudul Fiksi Populer Teori dan Metode Kajian (2011) untuk menjabarkan ide4
ide yang mendukung argumen tersebut dengan melihat dari unsur film naratif yang meliputi
penokohan dan sudut pandang, penyuntingan dan struktur narasi, dan gaya bahasa.
Secara umum, ada tiga jenis kematian dalam film ini yaitu: initial death, intermediary
death, dan story-terminating death. Pada setiap sub bab, akan dijabarkan kematian yang terjadi
di awal film, di tengah dan di akhir film. Masing-masing kematian mempunyai makna
tersendiri dan memberikan pengaruh pada jalannya cerita, serta membangun sebuah film
naratif yang unsur-unsurnya meliputi penokohan dan sudut pandang, penyuntingan dan struktur
narasi, dan gaya bahasa.
1. Initial Death
Cerita berawal dari aksi sekelompok agen rahasia Inggris yang disebut Kingsman yang
sedang dalam misi di Timur Tengah pada tahun 1997. Mereka menginterogasi seorang teroris
yang ternyata menyembunyikan granat dan meledakkannya. Salah satu agen kemudian
mengorbankan dirinya dan menyelamatkan rekan-rekannya yang lain. Pemimpin misi tersebut
yakni seorang agen berpengalaman yang bernama Harry Hart dan memiliki nama sandi
Galahad, secara langsung mendatangi istri dan anak rekannya yang meninggal tersebut di
London, Inggris untuk menyampaikan belasungkawa. Ia memberikan lencana Kingsman dan
berpesan pada si anak, Gary ‘Eggsy’ Unwin kecil, untuk menghubunginya jika mereka
memerlukan bantuan.
Tujuh belas tahun kemudian, seorang agen Kingsman bernama Lancelot melakukan
misi penyelamatan seorang diri dan menemui ajalnya. Ia meninggal di tangan seorang penjahat
atau antagonis dalam cerita yang bernama Richmond Valentine. Valentine adalah seorang
milyarder kulit hitam berkebangsaan Amerika yang terobsesi pada temuan seorang professor
ahli perubahan iklim untuk mengatasi global warming. Valentine bersama tangan kanannya,
seorang gadis bernama Gazelle yang ahli bela diri dengan kaki palsunya yang sudah
dimodifikasi sedemikian rupa sehingga menjadi senjata pisau tajam, berencana untuk
mengurangi jumlah populasi bumi dengan alasan menjaga keseimbangan bumi.
Dua kematian di atas, yaitu kematian ayah Eggsy dan Lancelot telah memberikan
signifikasi yang besar sebagai pembangun cerita. Seperti yang diungkapkan Hagin, “Deaths
can also influence the storyline by setting up goals, that is altering, or helping the characters
to discover what they desire. Death could trigger an immediate and obvious emotional effect
which sets up a new desired goal for one of the characters (2010: 49)”. Kematian ayah Eggsy
5
telah menyebabkan bergabungnya Lancelot menjadi agen Kingsman setelah sebelumnya ia
masih dalam masa training. Kemudian, kematian Lancelot menjadi suatu pertanda bagi
Galahad/Harry Hart untuk merekrut Eggsy yang telah beranjak dewasa untuk menjadi agen
Kingsman seperti ayahnya. Harry Hart melakukan semua hal bisa ia lakukan untuk membalas
budi rekan yang telah menyelamatkan nyawanya dengan menjamin pendidikan dan kehidupan
anaknya, Eggsy. Namun, hidup menjadi sangat keras dan sulit bagi Eggsy ketika ibunya yang
telah jatuh miskin menikah lagi dengan seorang pecundang sehingga Eggsy terpaksa berhenti
sekolah dan menjadi berandalan. Harry Hart yang merasa bertanggung jawab atas hidup Eggsy
kemudian menawarinya pekerjaan sebagai agen Kingsman dengan syarat Eggsy mau melalui
masa latihan/training. Eggsy kemudian menerima tawaran Harry karena ia ingin mengubah
hidupnya menjadi orang yang lebih baik dan lebih berguna untuk orang lain. Seperti yang
tersirat dari penggalan dialog antara Harry dan Eggsy berikut ini:
Harry :
What do you see?
Eggsy :
Someone who wants to know what is going on.
Harry :
I see a young man with potential.
A young man who is loyal, who can do as he’s asked, and wants to do
something good with his life. …
All right. My point is, that the lack of a silver spoon has set you on a
certain path, but you needn’t stay on it.
If you’re prepared to adapt and learn, you can transform. …
Only, in this case, I’m offering you the opportunity to become a
Kingsman. A kingsman agent.
Eggsy :
Like a spy?
Harry :
Of sorts.
Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa kematian-kematian di awal cerita (initial death)
memberikan pengaruh yang berkaitan dengan kejadian di masa depan (in relation to the
future), atau menjadi penyebab peristiwa-peristiwa yang akan datang. Dengan demikian,
keputusan Eggsy untuk akhirnya mengikuti jalan hidup yang ditakdirkan untuknya
membangun film naratif, yakni dari sudut pandang Eggsy kemudian penonton berpihak.
Sehingga, struktur narasinya mengarah pada apa yang kemudian dilakukan Eggsy untuk
menjadi seseorang yang berguna dan bukan lagi seorang berandal, bagaimana ia melalui
latihan yang keras untuk menjadi agen Kingsman, dan aksi heroik apa yang akan terjadi
selanjutnya. Sebagaimana yang dikatakan oleh Adi dalam bukunya Fiksi Populer: Teori dan
Metode Kajian bahwa “Dalam film, tokoh-tokoh atau karakter-karakter menduduki peran
6
penting karena melalui tokoh tersebutlah suatu gagasan atau tema didramatisasikan (2011:
57)”.
2. Intermediary Death
Di bagian tengah film, ada banyak kematian yang memiliki pengaruh besar terhadap
jalannya cerita. Yang pertama yaitu kematian Amelia, rekan Eggsy sesama peserta pelatihan
agen Kingsman yang mati karena gagal melewati sesi ujian awal sehingga Eggsy dan peserta
lainnya lebih serius dan lebih giat lagi dalam menjalani sesi latihan. Kematian Amelia menjadi
bukti bahwa kematian di tengah cerita menjadi bermakna karena ia berkaitan dengan masa
sekarang (in relation to the present). Efek kematian ini dirasakan langsung oleh Eggsy dan
kawan-kawan sebagai ancaman untuk tidak menganggap enteng pelatihan Kingsman.
Meskipun kemudian Harry Hart menjelaskan kepada Eggsy bahwa Amelia tidak benar-benar
mati, hanya disetting untuk memberi para peserta pelajaran berharga tentang pentingnya
teamwork dalam pekerjaan seorang Kingsman.
Selanjutnya, kematian yang digambarkan dalam film menjadi semakin vulgar dan ironis
di saat yang bersamaan. Kematian Professor James Arnold, seorang ahli perubahan iklim yang
menjadi budak Valentine untuk mewujudkan rencana jahatnya demi menguasai dunia, menjadi
bukti bahwa Killability Test mulai dijalankan. Professor Arnold menjadi karakter yang killable
karena ia tidak punya keberanian untuk menentang Valentine dan ia tidak dapat
beradaptasi/menyesuaikan diri dengan lingkungan naratif dalam jalan cerita sehingga ia harus
menemui ajalnya.
Yang menarik ialah ketika Arthur atau Chester King, kepala agen rahasia Kingman
memutuskan untuk berkhianat dan berpihak pada rencana jahat Valentine, ia menemui ajalnya
setelah terlebih dahulu mencoba meracuni Eggsy. Namun, berkat keterampilan dan kecekatan
Eggsy, ia berhasil menukar gelas beracun tersebut dengan milik Arthur. Kematian Arthur
berhasil mengungkap kebenaran (revealing the truth) tentang skenario hari kiamat ciptaan
Valentine, dimana ia membagikan SIM card gratis ke seluruh dunia dengan iming-iming
teknologi canggih (jaringan selular, internet) yang bisa diakses semua orang secara cuma-cuma
seumur hidupnya. Namun, dengan teknologi itu pulalah Valentine mengendalikan semua orang
di dunia dengan memancarkan gelombang neurologis yang mematikan alam sadar manusia dan
memicu tindakan agresif hingga ke taraf keinginan untuk membunuh orang lain.
Oleh sebab itu, yang selanjutnya terjadi ialah kematian yang sangat absurd (absurd
death) dan dalam skala besar (mass death). Yang pertama yaitu kematian semua jemaat South
7
Glade Mission Church di Kentucky, Amerika. Pembunuhan massal yang brutal dan kejam ini
terjadi akibat uji coba Valentine terhadap teknologi SIM card buatannya sebagai
neurotransmitter. Harry Hart yang ada di tempat kejadian kemudian menjadi tak terkendali dan
secara membabi buta ikut membantai semua orang di gereja tersebut. Ia melakukannya karena
tidak sadar dan terpengaruh gelombang neurotik yang dipancarkan oleh semua telepon
genggam di ruangan tersebut. Kematian ini tidak lagi masuk akal, ia merupakan produk
dramatisasi kuatnya senjata pemusnah massal yang diciptakan Valentine.
Selanjutnya, ketika Harry ditembak mati oleh Valentine, kematiannya menetapkan
tujuan baru bagi Eggsy, yaitu untuk membalas dendam (take revenge) dan menyelamatkan
dunia bersama dua temannya yang tersisa yang dapat dipercaya, yaitu Merlin dan Roxy. Hal ini
dikarenakan SIM card yang dibagikan Valentine telah dimiliki hampir semua orang sehingga
kejahatannya kemudian menjadi global. Valentine juga mempunyai rencana lain yaitu dengan
menanam implan pada setiap pemimpin dunia dan tokoh-tokoh ternama sehingga ia dapat
mengendalikan mereka semua. Implan tersebut berfungsi untuk menangkal gelombang
neurotik yang mengubah semua orang menjadi pembunuh psycho. Dengan demikian, hanya
orang-orang tertentu saja yang sudah melalui seleksi Valentine yang bisa bertahan hidup di
bumi. Ia melakukan semua itu dengan dalih menyelamatkan planet bumi dari kehancuran
dengan memusnahkan sebagian besar populasinya.
3. Story-terminating Death
Dari penggambaran yang telah diuraikan tentang tokoh Valentine, dapat disimpulkan
bahwa ia adalah sosok yang pantas mati (killable). Ia adalah karakter yang bad to the bone,
tanpa adanya penjelasan lebih lanjut mengenai alasan ia menjadi jahat, kematian Valentine dan
Gazelle mengakhiri konflik dan membuktikan bahwa kebaikan akan selalu menang. Kematian
kedua tokoh villain ini merupakan story-terminating death yang memiliki makna karena
hubungannya dengan peristiwa di masa lalu (in relation to the past). Hal ini menggambarkan
bagaimana tindakan-tindakan yang dilakukan oleh Valentine merupakan kejahatan besar
dengan menyebabkan banyak orang tidak berdosa mati karena perintah dan keinginannya.
Termasuk kematian Harry Hart, Lancelot, Professor Arnold, Arthur, dan banyak kematian lain
yang tak terhitung jumlahnya (mass-killing). Meskipun apabila dicermati, yang benar-benar
mati di tangan Valentine ‘hanya’ Harry Hart karena selebihnya dilakukan oleh orang
kepercayaannya, Gazelle dan dengan alat ciptaannya.
8
Namun demikian, karakter Valentine merupakan gambaran Hagin tentang The Logic of
Singular Evil. Seperti yang ia nyatakan dalam bukunya yaitu:
Hollywood … created its very own unique and singular villain. Neither an
inevitable result of nor one of heredity criminality, the Hollywood bad guy is bad to the
bone but for no one clear reason (2010: 43).
Maka dari itu, satu-satunya cara untuk menghentikan perbuatan jahatnya yaitu dengan
membuatnya mati. Hal ini disebabkan oleh tidak adanya kemungkinan bagi para penjahat ini
untuk bertobat atau untuk berubah menjadi baik.
Karakter Valentine apabila dihubungkan dengan unsur gaya bahasa dalam film naratif
pada teori fiksi populer dapat menggambarkan isu rasisme dimana orang kulit hitam
dimarjinalkan sebagai simbol sosok yang bad to the bone, tanpa alasan atau motif yang jelas.
Hal ini menarik karena dalam film ini, orang-orang Amerika yang diwakili oleh tokoh villain
Valentine yang notabene adalah seorang kulit hitam, sangat tidak menyukai kekerasan. Dalam
artian, ia selalu mual apabila melihat darah, membuatnya seolah-olah innocent. Saya melihat
ironi yang menjengahkan bahwa sebenarnya film ini mengandung sindiran bagi para petinggi
kulit putih yang seringkali memiliki motif terselubung di balik tindakan politisnya, tidak
seperti Valentine yang jelas-jelas bad to the bone tetapi sangat membenci kekerasan.
Selain itu, Adi juga menyarankan tentang adanya pengontrasan yang diceritakan secara
berdampingan dalam struktur narasi film (2011: 62). Misalnya, tentang konsep gentleman yang
diusung oleh Inggris dan konsep serampangan/eksentrik yang ditonjolkan oleh Amerika;
kehidupan Eggsy ketika memiliki ayah seorang agen Kingsman dengan rumahnya yang mewah
dengan kemerosotan yang dialaminya setelah ayahnya meninggal dimana ia harus hidup dalam
kesulitan ekonomi; dan penggambaran Kingsman sebagai agen rahasia berkelas yang elegan
dengan motto hidup “Manners maketh man”, dengan kesembronoan preman-preman lokal
yang dipimpin oleh ayah tiri Eggsy yang mannerless.
9
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Kematian dalam film Kingsman: The Secret Service yang mewakili genre spy films
dalam fiksi populer dimunculkan pada bagian awal, tengah dan akhir cerita. Pada initial death,
kematian berfungsi sebagai pembangun cerita dan menciptakan tujuan bagi tokoh-tokohnya.
Intermediary death merupakan pengungkapan kebenaran dan pembuat tujuan baru. Storyterminating death menjustifikasi bahwa sang penjahat tunggal harus mati untuk mengakhiri
jalannya cerita.
Kematian tersebut memiliki arti yang signifikan untuk menciptakan film naratif yang
utuh dari alur yang bersifat kausal. Unsur penokohan, sudut pandang, penyuntingan, struktur
narasi dan gaya bahasa dalam film Kingsman: The Secret Service turut serta memberikan
pengaruh bagi makna kematian dan pesan yang ingin disampaikan di balik kematian itu, serta
banyak hal menarik lain yang bisa dicermati dari film ini seperti kecenderungan untuk
mengkontraskan nilai gentleman yang digambarkan oleh agen rahasia Inggris dengan
keeksentrikan seorang American villain.
2. Saran
Saya menyadari bahwa penelitian ini masih jauh dari sempurna, maka kritik dan saran
sangat diharapkan untuk perkembangan keilmuan dan untuk memperluas wawasan saya. Saya
sangat menghargai apabila ada yang dapat memberikan masukan dan revisi terhadap makalah
ini. Bagi para peneliti selanjutnya, saya menyarankan untuk dapat menggali teori makna
kematian Hagin maupun teori Fiksi Populer Adi dengan menganalisa karya seni dan karya
sastra lainnya.
10
REFERENSI
Adi, Ida Rochani. 2011. Fiksi Populer Teori dan Metode Kajian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Hagin, Boaz. 1974. Death in Classical Hollywood Cinema. London: The John Hopkins
University Press.
Internet Movie Data Base (IMDb). http://www.imdb.com/title/tt2802144/. Diakses pada 28
Mei 2016 Pukul 14.15 WIB.
11