11 Sistem Pengendalian Manajemen (Pert.5)

1

Sistem Pengendalian Manajemen (Pert.5)
PENGAMBILAN KEPUTUSAN STRATEGIS
Setiap keputusan yang telah diambil itu merupakan perwujudan kebijakan yang telah
digariskan. Oleh karena itu analisis proses pengambilan keputsan pada hakikatnya sama saja
dengan proses kebijakan. Dunn menyatakan bahwa komponen-komponen proses kebijakan (juga
merupakan komponen proses pengambilan keputusan) meliputi :
 masalah kebijakan (policy problems)
 alternative kebijakan (policy alternatives)
 tindakan kebijakan (policy actions)
 hasil kebijakan (policy outcomes)
 pola pelaksanaan kebijakan (policy performance)
knowledge of what is (fact), what is right (values), and what to do (action) requires the
use of multiple methods of inquiry and argument to produce and transform information about
policy problems, policy alternatives, policy actions, policy outcomes, and policy performances.
Sementara itu Prajudi mengemukakan pola proses pengambilan keputusan meliputi :
Pertama, seseorang mula-mula harus menyadari dan menempatkan diri sebagai pemimpin dalam
suatu organisasi yang harus bertanggung jawab sebagai pimpinan organisasi. Sebagai pimpinan
itu harus memutuskan sesuatu jika dalam organisasinya itu terdapat masalah. Kedua, masalah
yang dihadapi lebih dulu harus ditelaah, mengingat bahwa masalah itu mempunyai bermacammacam sifat, bentuk dan kompleksitasnya. Ketiga, selain menelaah masalahnya, juga harus

dianalisis situasi yang mempengaruhi baik organisasinya maupun masalahnya. Keempat,
kemudian perlu menelaah keputusan itu sendiri yang harus di buatnya. Terutama yang ditelaah
adalah alternatif-alternatif yang dikemukakan dengan konsekuensi masing-masing, untuk
kemudian dipilih satu di antara alternative tersebut yang dianggap paling tepat. Kelima, setelah
keputusan diambil, maka keputusan itu akan saling terpengaruh dari jiwa kepemimpinan dan
manajemen dari pimpinan yang bersangkutan.
Pendapat Prajudi inipun sebenarnya tidak berbeda dengan pendapat – pendapat lainnya
sebagaimana telah disebutkan dimuka.

Kamis / 20 Oktober 2011

Yuanita Levany, SE., Ak., M.Si

2

Sistem Pengendalian Manajemen (Pert.5)
Ada pendapat lain yang ada kemiripan pendapat dengan Dunn, yaitu dalam rangka
untuk mengambil keputusan diperlukan beberapa langkah secara berturut-turut, yaitu :
 mengidentifikasi masalahnya
 menganalisis masalah

 membuat beberapa alternative pemecahan masalah
 memperbandingkan alternatif-alternatif
 memilih alternatif yang dianggapnya terbaik
 mengambil keputusan dengan pasti
 melaksanakan keputusan dan memantaunya
 mengevaluasi hasilnya.
a.d.1. Identifikasi masalah
Suatu organisasi apabila menghadapi permasalahan maka lebih dulu harus dibuat jelas
apakah itu memang masalah (problem) atau sekedar isu (issue) belaka. Yang dimaksud dengan
masalah (problem) di sini adalah persoalan yang harus dipecahkan sedangkan isu adalah
persoalan yang perlu dibicarakan saja (tidak harus dipecahkan).
Problem is a question to be solved or decided. Issue is a question that arises for
discussion (Hornby, 1974).
Dalam mengadakan identifikasi itu sendiri perlu dilakukan : segala data atau hal yang
nampaknya merupakan komponen permasalahannya dicatat untuk nantinya dianalisis lebih
lanjut. Di sini belum mengadakan pemilihan mana yang nampaknya relevan dan mana yang
nampaknya kurang relevan bagi masalah itu.
a.d.2. Mengadakan analisis permasalahannya
Hal penting yang perlu dalam menganalisis masalah tersebut adalah apakah hal itu
benar-benar masalah yang serius dan perlu dipecahkan atau sekedar isu yang cukup untuk

dibicarakan saja. Kalau hal itu merupakan masalah yang serius, maka perlu ditetapkan batasbatas permasalahannya. Dengan demikian, maka pemecahannya menjadi lebih terarah. Jadi perlu
diketemukan unsure pembatasnya dan unsure penentunya. Di situ data-data permasalahan mulai
dipilah-pilah. Mana yang nampaknya relevan dan mana yang nampaknya kurang relevan untuk
masalah yang dihadapinya. Kemudian juga harus diteliti dan dianalisis apa yang menjadi

Kamis / 20 Oktober 2011

Yuanita Levany, SE., Ak., M.Si

3

Sistem Pengendalian Manajemen (Pert.5)
penyebab timbulnya masalah. Tanpa mengetahui penyebab timbulnya masalah, maka
pemecahannya akan sembarangan, tidak terarah.
a.d.3. Membuat beberapa alternative pemecahan
Untuk dapat membuat alternatif – alternatif pemecahan, maka lebih dulu harus
diketahui penyebab timbulnya masalah. Kemudian setelah diketahui penyebabnya, maka
dibuatkan beberapa alternatif pemecahannya (jangan hanya satu alternative saja). Dengan
berprinsip pada efisiensi, perlunya beberapa alternative dibuat sekaligus, kalau alternative yang
dipilihnya ternyata tidak dapat memecahkan masalah dengan baik, maka digunakanlah

alternative lainnya yang telah tersedia. Pembuatan beberapa alternative, sebaiknya dilakukan
oleh Unit Pengelolaan Data, mengingat pimpinan tugas dan tanggung jawabnya cukup luas dan
sangat berat.
a.d.4. Membandingkan beberapa alternatif
Untuk mengambil keputusan telah tersedia beberapa alternatif pemecahan masalah.
Masing-masing alternative juga telah disertai keunggulan dan kelemahan. Bobot timbang tinggal
memilih alternative mana yang dianggap paling cocok untuk memecahkan masalah yang sedang
dihadapinya. Pemilihan dan penentuan alternative mana yang akan dipakai ini dapat dilakukan
oleh pimpinan itu sendiri. Tetapi juga tidak tertutup kemungkinan disarankan (recommendation),
oleh Unit Pengolah Data. Keputusan akhir alternatif mana yang akan dipilih itu tetap pada
pimpinan.
a.d.5. Mengambil keputusan dengan pasti
Kalau sudah ada alternatif pemecahan masalah yang dipilihnya, maka pimpinan harus
tegas untuk menetapkan dengan pasti keputusan yang diambilnya. Dengan demikian, maka
pimpinan itu sendiri dan atau para pelaksanaan keputusan juga mendapat pegangan dalam
bertindak.
a.d.6. Melaksanakan keputusan dan memantaunya
Kalau keputusan telah ditentukan, maka pada saat yang telah ditetapkan keputusan itu
dijalankan. Setiap langkah atau tahap dalam perjalanan pelaksanaan harus selalu diikuti dengan
pemantauan (monitoring). Dari situ akan dapat diketahui apakah pelaksanaan itu masih sesuai

dengan harapannya atau tidak. Mungkin pada tahap-tahap perjalanan awal masih sesuai, tetapi
pada perjalanan selanjutnya mungkin mulai ada penyimpangan (tidak sesuai lagi). Hal ini dapat

Kamis / 20 Oktober 2011

Yuanita Levany, SE., Ak., M.Si

4

Sistem Pengendalian Manajemen (Pert.5)
terjadi apabila hasil pemecahan masalah baru akan dapat diketahui setelah sekian lama. Dengan
kata lain membutuhkan waktu untuk mengetahui apakah berhasil atau gagal.
a.d.7. Mengevaluasi hasilnya
Ada kemungkinan bahwa hasil dari pelaksanaan keputusan memecahkan masalah itu
membutuhkan waktu yang cukup lama. Namun dalam setiap langkah pelaksanaan harus diikuti
dengan evaluasi. Setiap langkah diadakan pemantauan, hasilnya segera dievaluasi untuk
menentukan apakah pelaksanaannya itu masih sesuai dengan yang diharapkan.
MACAM STRATEGI PENGAMBILAN KEPUTUSAN
A.


Keputusan yang Dibuat oleh Seseorang
Kebaikannya antara lain :
1. keputusannya cepat ditentukan atau diambil, karena tidak usah menunggu persetujuan
dari rekan lainnya
2. tidak akan terjadi pertentangan pendapat
3. kalau pimpinan yang mengambil keputusan itu mempunyai kemampuan yang tinggi dan
berpengalaman yang luas dalam bidang yang akan diputuskan, keputusannya banyak
tepatnya.
Kelemahannya antara lain :
1.

kepandaian dan kemampuan pemimpin, tetapi kemampuan pasti terbatas juga.

2. keputusan yang terlalu cepat diambil dan tidak minta nasihat orang lain kerap kali
meleset, kerap kali tidak sesuai dengan harapannya
3. kalau terjadi kesalahan pengambilan keputusan, itu merupakan beban berat bagi
pimpinan seorang diri.
B.

Keputusan Kelompok (Group Decision)

Dalam organisasi yang besar pemecahan masalah atau pencapaian tujuan tertentu
harus dilakukan oleh sekelompok pimpinan yang merupakan satu tim atau panitia. Adapun
yang termasuk keputusan yang harus diambil oleh kelompok pimpinan antara lain :
penetapan tujuan organisasi, perumusan rencana organisasi yang menyeluruh, kebijaksanaan
strategis. Keputusan kelompok ini misalnya apabila pucuk pimpinannya lebih dari satu
orang, misalnya direksi yang terdiri dari Direktur Utama dan beberapa Direktur Bidang.

Kamis / 20 Oktober 2011

Yuanita Levany, SE., Ak., M.Si

5

Sistem Pengendalian Manajemen (Pert.5)
Dapat juga keputusan kelompok ini diambil oleh suatu tim yang terdiri dari Direktur Utama
dan beberapa Direktur Bidang. Dapat juga keputusan kelompok ini diambil oleh suatu tim
yang terdiri dari Direktur dengan para Kepala Divisi dalam suatu perusahaan besar.
Kelompok itu dapat juga berupa suatu panitia, misalnya Panitia Eksekutif. Dapat juga
keputusan yang diambil di DPR, dan lain-lainnya.
Ciri dari keputusan yang perlu diambil oleh suatu tim atau kelompok adalah :

1. Apabila masalah atau tujuan yang ingin dicapai itu akan menyangkut kelangsungan hidup
organisasinya.
2. Apabila masalah atau tujuan itu membuat risiko berat bagi organisasinya
3. Apabila menyangkut berbagai aspek atau bidang di mana seorang diri tidak mungkin
menguasainya dengan baik; dan tidak cukup diberi masukan dari para ahli dalam
bidangnya.
Kebaikan dari Keputusan Kelompok
1. Tugas dan tanggung jawab pucuk pimpinan menjadi lebih ringan. Tanggung jawab dalam
hal ini terutama tanggung jawab moral
2. Pemikiran oleh beberapa orang akan lebih baik hasilnya jika dibandingkan dengan
pikiran oleh seorang diri
3. Kerjasama di antara pimpinan menjadi lebih baik, karena rasa tanggung jawab
bersamanya (integrasi) terpatri dalam bentuk keputusan kelompok.
4. Hasil pemikiran beberapa orang itu saling melengkapi
5. Pertimbangan lebih matang.
Kelemahan dari Keputusan Kelompok
1. Kalau tidak terdapat kata sepakat dan masing-masing tetap bertahan pada pendiriannya,
maka akan menimbulkan ketegangan
2. Ketegangan yang timbul kerap kali menimbulkan rasa tidak senang secara pribadi,
sehingga dalam banyak hal akan selalu berusaha saling menjatuhkan atau menjegal

3. Keputusan yang diambil oleh kelompok biasanya memakan waktu yang lebih lama
4. Kalau keputusan yang diambil oleh kelompok itu kerap kali dilakukan, maka akan
mengurangi kewibawaan pucuk pimpinan, apalagi kalau dalam proses pengambilan
keputusan ternyata pucuk pimpinan kurang berperan (karena kurang mampu
dibandingkan dengan anggota kelompok lainnya)

Kamis / 20 Oktober 2011

Yuanita Levany, SE., Ak., M.Si

6

Sistem Pengendalian Manajemen (Pert.5)
5. Rasa tanggung jawab masing-masing berkurang.
6. Kalau terjadi kegagalan, mungkin akan saling melemparkan kesalahan apalagi pimpinan
kurang mendapat kesempatan memperoleh nasehat/saran-saran dan pada konsultannya
(consultative superpisior)
TEORI PENGAMBILAN KEPUTUSAN
A. TEORI PENGAMBILAN KEPUTUSAN
1. Teori Klasik

Menurut teori klasik, pengambilan keputusan itu haruslah bersifat rasional.
Keputusan itu diambil dalam situasi yang serba pasti, pengambil keputusan harus
memiliki informasi sepenuhnya dan menguasai permasalahannya. Teori pengambilan
keputusan ini mendasarkan diri pada asumsi dari orang yang mempunyai pikiran
ekonomi rasional untuk mendapatkan hasil atau manfaat yang semaksimal mungkin.
Segala sesuatunya itu mengarah pada kepastian.
Kritik terhadap teori ini antara lain adalah pengambilan keputusan itu harus
berorientasi pada apa yang seharusnya dilakukan bukan pada apa yang ia ingin lakukan.
Kritik berikutnya adalah kita ini tidak selalu serba mengetahui dengan pasti, ada hal-hal
yang belum kita ketahui dengan pasti.
2. Teori Perilaku
Teori perilaku (berhavioral theory) disebut juga Administrative man theory. Pada
pokoknya, teori ini mendasarkan diri pada keterbatasan kemampuan pimpinan untuk
berpikir rasional penuh dalam menangani masalah. Dari informasi yang ada dan beberapa
alternative yang tersedia atau disediakan oleh unit pengolah data, maka apabila pimpinan
telah merasa puas dengan salah satu alternatif pemecahan masalah, maka alternative
B. TINGKATAN KEPUTUSAN
Meskipun secara umum keputusan itu dibedakan dalam : keputusan yang sederhana
dan keputusan yang kompleks, namun dalam rangka penanganan keputusan yang lebih
terinci perlu di bedakan lebih lanjut berdasarkan tingkatannya. Hal inidimaksudkan untuk

menghindari agar keputusan yang dibuatnya tidak termasuk keputusan yang kurang tepat.

Kamis / 20 Oktober 2011

Yuanita Levany, SE., Ak., M.Si

7

Sistem Pengendalian Manajemen (Pert.5)
Dalam hal ini Irwin D. Bross membedakan keputusan menurut tingkatannya ke dalam : 1)
Keputusan otomatis, 2) Keputusan memori, dan 3) Keputusan kognitif
1. Keputusan Otomatis
Pada dasarnya merupakan keputusan yang bersifat biologis atau fisis. Lebih
tegasnya lagi keputusan otomatis ini adalah keputusan yang berdasarkan gerak refleks
atau instring. Pada umumnya keputusan ini tidak berubah atau akan disempurnakan
kembali karena bukan berdasarkan pikiran atau otak. Sebagai contoh sederhana kalau
lebah membuat sarang, maka sepanjang masa sarang lebah tertentu akan berbentuk sama,
tidak ada keinginan untuk mengubahnya agar misalnya lebih artistik. Contoh lain, kalau
seseorang itu akan dipukul secara mendadak, maka keputusan yang dibuat juga secara
mendadak dengan gerakan refleks menangkisnya.
2.

Keputusan Memoris
Keputusan tingkatan kedua ini semata-mata mendasarkan diri pada kemampuan
mengingat akan wewenang dan tugas yang diberikan kepada yang bersangkutan. Dalam
hal ini kemampuan pengingatan kembali (memori) sangat dibutuhkan untuk kelancaran
pengambilan keputusan. Binatang yang termasuk cerdas dapat dilatih untuk melacak dan
mengamankan ranjau laut. Anjing dapat dilatih untuk mencari narkotika yang
diseludupakn. Angsa dapat dilatih untuk berteriak-teriak apabila menumpai suatu gerakan
yang mencurigakan.
A second level of decision making which is quite susceptible to improvement in
both technique and accuracy is the memory decision. Certain type of decisions, especially
where little or no certainly of outcome exists, can bermechanically programmed or
memorized.[2]

3. Keputusan Kognitif
Merupakan keputusan tingakt ketiga. Keputusan kognitif berarti keputusan yang
pembuatannya berdasarkan ilmu pengetahuan, dan ini akan berhasil apabila pembuat
keputusan itu memperhatikan factor lingkungan, pengetahuan dan pengalaman.
Tetapi pengetuhan dan dasar pengalaman ini tidaklah selalu dapat dijadikan
jaminan ketepatan pengambilan keputusan. Kalau semata-mata berdasarkan pengetahuan,
segala keputusan dalam perusahaan hendaknya berorientasi pada pertimbangan
keuntungan (ini menurut ilmu ekonomi).

Kamis / 20 Oktober 2011

Yuanita Levany, SE., Ak., M.Si

8

Sistem Pengendalian Manajemen (Pert.5)

C. PEDOMAN CARA PENGAMBILAN KEPUTUSAN
Diakui oleh banyak pihak, bahwa pengambilan keputusan yang benar-benar tepat itu
memang sulit. Namun sekedar pedoman umum cara pengambilan keputusan yang efektif
dapat diberikan seperti bawah ini :
1. Mengetahui penyebab timbulnya masalah
Segala kegiatan yang pelaksanaannya memerlukan pilihan itu sudah dianggap masalah,
yaitu masalah memilih mana yang terbaik pelaksanaannya. Apalagi masalah yang akan
merugikan organisasi atau mengganggu kelancaran kegiatan organisasi mencapai
tujuannya. Oleh karena itu dalam memecahkan masalah harus diketahui penyebab
sesungguhnya timbulnya masalah itu.
2. Mengetahuai akibatnya kalau masalah itu dibiarkan berlarut-larut.
Dengan demikian pemecahannya mutlak diperlukan agar akibat yang berkelanjutan itu
dapat dicegahnya.
3. Merumuskan masalah dengan jasa
Masalahnya harus diidentifikasikan, dispesifikasikan, diklasifikasikan, dirumuskan dan
dipahaminya. Perumusan masalah meliputi batas-batas permasalahannya dan serius
tidaknya masalah itu.
4. Usahakanlah bahwa tujuan keputusan itu tidak bertentangan dengan tujuan organisasi
sebagai keseluruhan
Dengan organisasi harus dijadikan pedoman segala kegiatan dalam organisasi itu. Semua
keputusan dan kegiatan tidak boleh bertentangan dengan tujuan umum organisasi, bahkan
seharusnya mendukung tercapainya tujuan organisasi.

5. Melibatkan bawahan dalam proses pengambilan keputusan
Perlibatan ini dengan tujuan yang ganda : Keputusannya lebih berbobot karena dipikirkan
oleh orang banyak, apalagi kalau keputusannya itu meliputi bermacam-macam aspek :
teknis, administrative, human relations, keuangan dan lain sebagainya. Bawahan merasa
dihargai karena diikutsertakan dalam proses pengambilan keputusan. Tugas pimpinan

Kamis / 20 Oktober 2011

Yuanita Levany, SE., Ak., M.Si

9

Sistem Pengendalian Manajemen (Pert.5)
menjadi lebih ringan. Meskipun bawahan dilibatkan dalam proses pengambilan
keputusan. Tugas pimpinan menjadi lebih ringan. Meskipun bawahan dilibatkan dalam
proses pengambilan keputusan, namun pelibatannya itu berupa masukan – masukan dan
pendapat : sedangkan keputusan terakhirnya tetap pada pimpinan, yang berwenang
mengambil keputusan. Tetapi memang ada keputusan yang karena sifatnya merupakan
keputusan kelompok (group decision). Pada group decision, maka keputusan harus dibuat
oleh kelompok pimpinan (group of managers), bukan oleh seorang pemimpin saja.
6.

yakin bahwa pelaksanaan keputusannya itu akan berhasil baik
Keyakinan ini merupakan modal pertama bagi keberhasilan pelaksanaan keputusan,
sebab pasti sudah dipertimbangkan sebelumnya dan akan diikuti dengan usaha yang
sungguh-sungguh. Keberhasilan keputusan itutergantung pada kerja sama dan dukungan
semua pihak. Dukungan bawahan sangat penting, sedangkan kewibawaan atasan sangat
diharapkan dan dapat diperlihatkan.

7. Menilai hasil pelaksanaan keputusan
Pelaksanaan hasil keputusan perlu dinilai baik berdasarkan tujuanya maupun berdasarkan
harapannya.
8. Penddekatan yang fleksibel
Fleksibilitas ini tidak hanya dalam pengambilan keputusan saja, tetapi juga dalam
pelaksanaan keputusan. Kalau pelaksanaan tidak sesuai dengan yang diharapkan, maka
perlu ada perubahan keputusan yang akan menghasilkan pelaksanaan yang lebih baik
lagi. Oleh karena itu sebaiknya disiapkan beberapa alternative keputusan.
D. STRATEGI OPERASIONAL DALAM LEMBAGA PENDIDIKAN
Untuk mengembangkan strategi operasional, harus menggunakan metode yang sama
yaitu mempelajari kekuatan dan kelemahan, peluang dan tantangan yang ada dalam
mengoperasionalisasikan kebijakan yang dating dari hirarki yang lebih tinggi. Kembangkan
dulu berbagai strategi baru pilih dan putuskan mana yang paling sesuai. Berbagai strategi
yang mungkin digunakan antara lain :
1. Konsentrasi pelaksanaan program belajar. Hal ini berarti menghindari pemerataan dan
penjatahan yang membuat program tidak berhasil dan berdaya guna, pemerataan
cenderung asal ada.

Kamis / 20 Oktober 2011

Yuanita Levany, SE., Ak., M.Si

10

Sistem Pengendalian Manajemen (Pert.5)
2. Mendorong tumbuhnya kesadaran masyarakat untuk mewujudkan pusat-pusat kegiatan
belajar masayrakat. Memanfaatkan sarana-sarana yang ada di masyarakat yang
memungkinkan digunakan untuk kegiatan pembelajaran. Memberikan pengertian kepada
masyarakat, sehingga mereka menjadikan pendidikan merupakan suatu kebutuhan.
3. Membuat peta situasi dimana program akan dilakukan, hal seperti ini dapat dilakukan
dengan analisis lingkungan. Apa potensi yang belum disentuh dan mungkin untuk
dimanfaatkan.
4. Mendorong tumbuhnya lembaga belajar atau organisasi kemasyarakatan yang bergerak
pada jalur pendidikan, dan mendorong mereka menjadi pengelola pusat kegiatan belajar
masyarakat tersebut, dengan harapan lembaga ini lebih cepat tumbuh di masyarakat dan
menyerap aspirasi yang tumbuh di masyarakat tersebut.
5. Melatih pengelola pusat kegiatan belajar masyarakat, keberhsilan pendidikan masyarakat
akan banyak ditentukan oleh kemampuan mengelola program yang dilaksanakan oleh
masyarakat. Karena itu perlu dilengkapi dengan seperangkat pengetahuan operasional,
sebagaimana layaknya tentara yang akan bertempur dan menginginkan kemenangan
mereka perlu dilengkapi dengan peralatan militer yang memadai.
6. Membentuk jaringan informasi dan pemasaran, hal ini erat kaitannya dengan penyaluran
hasil-hasil dari program belajar di masyarakat.
E. Merancang Strategic architecture dan Operasi dalam Dunia Pendidikan
Hal ini dilakukan setelah analisis lingkungan, lembaga pendidikan diharapkan mampu
memperoleh gambaran yang cukup utuh mengenai kondisi eksternal dan kondisi internalnya.
Dengan demikian factor-faktor yang merupakan kekuatan, kelemahan, kesempatan dan
ancaman sudah mampu terdefenisi dengan jelas. Berdasarkan hal ini, suatu institusi
pendidikan kemudian dapat menentukan dan menetapkan arah yang ingin dituju dimasa
depan.
Masa depan bagi lembaga pendidikan pada hakikatnya tidak hanya harus
dibayangkan, melainkan juga harus dibangun. Untuk itu dibutuhkan seorang arsitek strategi
dan operasi yang mampu memimpikan sesuatu yang belum diciptakan. Untuk membangun
arsitektur strategi dan operasi bukanlah pekerjaan yang mudah. Manajemen puncak suatu
institusi pendidikan harus mempunyai perspektif mengenai manfaat baru tentang

Kamis / 20 Oktober 2011

Yuanita Levany, SE., Ak., M.Si

11

Sistem Pengendalian Manajemen (Pert.5)
fungsionalitas, tentang apa yang akan ditawarkan kepada objek pendidikan dan masyarakat
dimasa depan. Perspektif mengenai apa sesungguhnya kompetensi intu baru yang akan
dibutuhkan untuk menciptakan manfaat baru. Arsitektur strategi dan operasi harus mampu
mengidentifikasikan apa yang harus dilakukan sekarang untuk memotong masa depan, harus
mengetahui kompetensi-kompetensi apa yang harus akan dibangun sekarang, sehingga
nantinya suatu institusi pendidikan bias meraih bagian yang cukup besar dari masa depan di
arena peluang yang sedang bermunculan.
Erat kaitannya dengan arsitektur strategi dan operasi, maka tentu saja menarik bagi
kita untuk melihat realitas yang ada dalam konteks Indonesia. Dengan kata lain sudah sejauh
manakah pengelola pendidikan kita memainkanp erannya sebagai arsitektur strategi dan
operasi dalam melihat masa depan pendidikan di Negara ini.
Menurut Prahald dalam Pramono dan Zulkiefliemansyah (1999) untuk memenangkan
suatu persaingan masa depan, seorang pengelola pendidikan (orang yang terjun dalam
pendidikan) harus menghabiskan waktunya minimal 60% untukmenjadi arsitek perubahan
masa depan, dan hal ini sangat diperluakn dalam menyongsong masa depan yang diinginkan,
yang perlu diingat bahwa arsitektur strategi dan operasi harus mampu mengetahui
kapabilitas-kapabilitas yang akan dibangun untuk mencapai tujuan pendidikan yang eksplisit
sebagai guidance operasional

Kamis / 20 Oktober 2011

Yuanita Levany, SE., Ak., M.Si