Kebijakan Fiskal Dalam Ekonomi Shariah
1
MAKALAH
KEBIJAKAN FISKAL DALAM EKONOMI SHARIAH
Oleh:
Moch. Miftachul Jinan
Dosen pengampu:
Masruchin, M.E.I.
PROGRAM STUDI EKONOMI SHARI’AH
INSTITUT AGAMA ISLAM BANI FATTAH (IAI BAFA)
TAMBAKBERAS JOMBANG
2014/2015
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Ekonomi Islam merupakan bagian dari shari’ah islam. Yang aturannya bersifat fleksibel
sehingga dapat mengikuti setiap perubahan, perkembangan ekonomi, dan bisnis manusia.
Sejatinya sistem ekonomi ini telah lahir seiring dengan kelahiran shari’ah Islam yang dibawa
Nabi Muhammad Saw ke jagad raya ini. Kemudian beliau mempraktikkan dan dicontohkan
secara langsung dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara pada masa itu. Setelah masa
ke-emasan seiring dengan kejayaan daulah-daulah Islamiyah, sistem ekonomi ini akhirnya
terkubur di saat melemahnya kekuasaan daulah Islam dengan konsep de-Islamisasi yang
dilakukan negara-negara barat.
Realitas baru menunjukkan ekonomi Islam tumbuh dan berkembang di tengah-tengah
sistem ekonomi konvensional (kapitalis-sosialis) yang di nilai selalu menjadi penyebab krisis
ekonomi. Ekonomi Islam hadir menjadi solusi dari problem ekonomi dunia saat ini. Beliau
mengajarkan nilai-nilai keadilan, keseimbangan, kejujuran, mengharamkan riba, dan
spekulasi yang diyakini dapat mewujudkan sistem ekonomi yang mampu menjawab krisis
ekonomi ini.
Untuk mewujudkan sistem ekonomi Islam harus dijadikan sebagai sistem ekonomi
bangsa. Gerakan sistem ekonomi Islam harus dimulai dari gerakan spiritual dan kultural, yaitu
dengan menanamkan nilai etis secara luas dalam perilaku ekonomi. Beliau memulai melalui
transformasi nilai-nilai Islam yang membentuk kerangka serta perangkat kelembagaan dan
pranata ekonomi yang hidup dan berproses dalam kehidupan masyarakat.
Ekonomi shari’ah sepertinya telah menjadi pilihan bagi pengembangan ekonomi dunia.
Salah satu indikator yang bisa dilihat adalah dengan semakin banyaknya perbankan asing
yang membuka layanan bank shari’ah. Bahkan di Inggris dan Amerika Serikat juga tumbuh
dengan subur sistem ekonomi shari’ah yang dilakukan oleh perbankan di sana.
Kehadiran sistem ekonomi ini harus diimbangi dengan pemahaman yang benar dan
berdasarkan Al-Qur’an dan hadith. Untuk itu makalah ini akan membahas tentang kebijakan
fiskal dalam prinsip-prinsip ekonomi shari’ah dengan teori-teori ekonomi yang telah
dilahirkan oleh ulama-ulama klasik.1
B. RUMUSAN MASALAH
1 Rozalinda, Ekonomi Islam: Teori dan Aplikasinya pada Aktifitas Ekonomi. (Jakarta: PT RajaGrafindo Pers 2014).
v-vi.
3
Berdasarkan latar belakang yang telah penulis paparkan di atas, maka yang menjadi
rumusan masalah dalam penulisan ini adalah:
1. Bagaimana prinsip-prinsip kebijakan fiskal dalam Ekonomi Islam?
2. Bagaimana prinsip-prinsip Kebijakan fiskal dari masa ke masa?
C. TUJUAN PENULISAN
Adapun tujuan penulisan dalam makalah ini adalah:
1. Untuk mengetahui prinsip-prinsip kebijakan fiskal dalam Ekonomi Islam.
2. Untuk mengetahui prinsip-prinsip kebijakan fiskal dari masa ke masa.
4
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN KEBIJAKAN FISKAL DALAM EKONOMI ISLAM .
Kebijakan Fiskal adalah merupakan sebuah kebijakan ekonomi yang digunakan
pemerintah untuk mengelola perekonomian ke dalam kondisi yang lebih baik dengan cara
mengubah penerimaan dan pengeluaran pemerintah untuk menjaga stabilitas ekonomi dalam
rangka mendorong pertumbuhan ekonomi dan kebijakan pemerintah dalam memungut pajak,
membelanjakan pajak untuk membiayai kegiatan dalam ekonomi. Kebijakan fiskal dapat juga
diartikan sebagai tindakan yang diambil oleh pemerintah dalam bidang anggaran belanja
negara dengan maksud untuk mempengaruhi jalannya perekonomian.2
Kebijakan fiskal dilakukan oleh pemerintah dalam rangka melayani umat. Kemudian
dilihat dari berbagai fakta permasalahan secara mendalam terungkap bahwa permasalahan
ekonomi terletak pada bagaimana distribusi harta dan jasa di tengah-tengah masyarakat, titik
berat permasalahan ekonomi adalah bagaimana menciptakan suatu mekanisme distribusi
ekonomi yang adil.3
Pada dasarnya pemerintah harus menjadi panutan bagi masyarakat. Pemerintah haruslah
belanja sesuai dengan pendapatan. Keadaan inilah yang dinamakan dengan anggaran belanja
berimbang. Apabila belanja pemerintah melebihi penerimaan sehingga mengharuskan
pemerintah meminjam dari masyarakat atau mencetak uang baru, tentulah tindakan ini sangat
tidak bijak. Zaman sekarang pemerintah dikebanyakan negara selalu berusaha agar belanjanya
dalam keadaan seimbang. Apabila tingkat kegiatan ekonomi rendah dan terdapat banyak
pengangguran, kemiskinan, musibah. Pemerintah akan melakukan belanja yang akan melebihi
pendapatan. Keadaan inilah yang menimbulkan defisit anggaran.4 Akan tetapi, apabila tingkat
2
Ibid., 205-206.
3 Ismail Nawawi, Ekonomi Islam: Perspektif Teori, Sistem dan Aplikasi Hukum, (Surabaya: CV. Putra Media
Nusantara 2009), 193-194.
4Dalam menyikapi masalah anggaran negara defisit, dikalangan pakar ekonomi Islam berkomentar, dalam suatu
negara Islam seharusnya tidak melakukan anggaran defisit, karena hal ini akan menyebabkan terjadinya inflasi,
melemahnya nilai tukar uang yang memaksa pemerintah meminjam dengan sistem bunga. Pada umumnya
pemerintah meminjam dari investor dengan menjual surat utang negara atau obligasi yang bersuku bunga. Namun
MA. Manan berpendapat, dalam suatu negara bisa saja terjadi anggaran defisit. Pemerintah dapat saja
5
perekonomian baik, kesempatan kerja penuh tercapai, kenaikan harga seimbang, belanja
negara dapat dihemat, sehingga pemerintah dapat melakukan saving terhadap pendapatannya.
Keadaan inilah yang dinamakan dengan anggaran belanja surplus.5
B. PRINSIP-PRINSIP KEBIJAKAN FISKAL DALAM EKONOMI ISLAM
Dalam prinsip Islam tentang kebijakan fiskal dan anggaran belanja negara bertujuan
untuk mengembangkan suatu masyarakat yang didasarkan atas distribusi kekayaan berimbang
dengan menempatkan nilai-nilai material dan spiritual pada tingkatan dan standar yang sama.
Dalam masalah pengeluaran Al-Qur’an telah menetapkan suatu kebijakan pengeluaran yang
sangat luas untuk distribusi pendapatan kekayaan yang berimbang. Dalam Al-Qur’an Allah
telah berfirman :
يسألونك عن الخمر والميسر قل فيهما إثم كبير ومنافع للناس
وإثمهما أكبر من نفعهما
“dan mereka bertanya kepadamu apa yang mereka nafkahkan, katakanlah yang lebih
dari keperluan.” (QS Al-Baqarah [2]:219).
Anggaran belanja pada masa awal pemerintahan Islam adalah sangat sederhana dan
tidak serumit sistem anggaran modern. Dasar anggarannya pada awal pemerintahan Islam
adalah pengeluaran ditentukan oleh jumlah penghasilan yang tersedia dan ketika ini kebijakan
anggaran belum beriorentasi pada pertumbuhan.
Prinsip dasar muamalah adalah setiap muslim bebas melakukan apa saja yang
dikehendakinya sepanjang tidak dilarang oleh Allah, dan berdasarkan Al-Qur’an dan AsSunnah. Untuk mewujudkan kemaslahatan umat dalam kehidupan di bidang ekonomi, perlu
dikembangkan beberapa instrumen ekonomi. Salah satu instrumen yang sangat penting saat
ini adalah Lembaga Keuangan Shariah (LKS), pengelolaan Lembaga Keuangan Shariah yang
sesuai dengan prinsip shari’ah bagi umat Islam adalah merupakan salah satu bentuk
pengabdian (ibadah) dalam artian yang luas. Dan lembaga ini di jalankan sesuai shari’ah
merupakan aplikasi dari cermin keimanan dalam tatanan kehidupan manusia yang di
pantulkan dari norma-norma dan ketentuan shari’ah.6
mengumpulkan dana dengan menerbitkan sertifikat investasi atau obligasi berdasarkan profit and lost sharing.
Sekali pemerintah melaksanakan anggaran defisit, pengeluaran tambahannya harus direncanakan dengan cermat
dan uang yang dikeluarkan pemerintah jangan hanya menyebabkan kenaikan dalam volume (GNP), harus
dipastikan siapa yang menjadi penerima utama pengeluaran tambahan pemerintah karena pembiayaan defisit.
M.A. Mannan, Islamic economic Theory and practice (A comparative study), (India: Idarah Al-Adabiyah, 1988),
17.
5 Ibid., 309.
6 Fathurrahman Djamil, Hukum Ekonomi Islam: Sejarah, Teori dan Konsep. (Jakarta: Sinar Grafika, 2013). 152.
6
Adapun ciri-ciri kebijakan fiskal dalam sistem ekonomi Islam adalah:
1. Pengeluaran negara dilakukan sesuai pendapatan sehingga jarang terjadi defisit anggaran.
2. Sistem pajak proporsional, pajak dalam ekonomi Islam dibebankan berdasarkan tingkat
produktivitas. Misalnya pada kharaj, besarnya pajak ditentukan sesuai tingkat kesuburan
3.
tanah, sistem irigasi.
Penghitungan zakat berdasarkan hasil keuntungan bukan pada jumlah barang.
Adapun struktur APBN dalam sistem pemerintah Islam yang digunakan adalah:
1.
2.
Pendapatan negara terdiri dari pendapatan tetap seperti zakat, kharaj, jizyah, usyur, dan
pendapatan tidak tetap yaitu khums, infak, shodaqoh, wakaf, hibah dll.
Pengeluaran negara dalam sistem pemerintah Islam yang digunakan untuk:
a. Penyebaran Islam.
b. Pendidikan, kebudayaan dan juga pengembangan ilmu pengetahuan.
c. Pembangunan infrastruktur.
d. Pembangunan armada perang.
e. Penyediaan layanan kesejahteraan sosial.
Dalam struktur APBN, terdapat beberapa instrumen yang digunakan pemerintah untuk
menghimpun dana, yaitu:
1. Melakukan bisnis, misalnya mendirikan Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Dari
perusahaan ini pemerintah mendapat keuntungan yang digunakan sebagai sumber
pendapatan negara.
2. Pajak, penghimpunan umum yang dilakukan di beberapa negara yaitu dengan cara menarik
pajak dari masyarakat.
3. Meminjam uang, Pemerintah dapat meminjam uang kepada masyarakat dengan cara
menjual obligasi.
Adapun fungsi kebijakan fiskal di pandang dari sisi ekonomi Islam dan dari sisi
ekonomi konvensional yaitu:
1. Fungsi dari pada sektor fiskal menurut Islam:
a. Memelihara terhadap hukum, keadilan dan juga pertahanan.
b. Perumusan dan pelaksanaan terhadap kebijakan ekonomi.
c. Manajemen kekayaan pemerintah yang ada di dalam BUMN.
7
d. Intervensi ekonomi oleh pemerintah jika diperlukan.
2.
Fungsi fiskal menurut konvensional adalah sebuah fungsi dalam tataran perekonomian
yang sangat identik kemampuan yang ada pada pemerintah dalam masalah menghasilkan
pendapatan untuk menutupi kebutuhannya, lalu mengalokasikan anggarannya yang ada
atau bisa disebut dengan anggaran belanja Negara dan juga mendistribusikanya agar
tercapai apa yang dinamakan dengan efisiensi anggaran. Sedangkan instrumen fiskal
yang bisa digunakan adalah pajak dan anggaran. Dalam pandangan ekonomi Islam
pendapatan dan anggaran merupakan alat yang efektif dalam rangka untuk mencapai
tujuan ekonomi.7
1.
Adapun contoh menjalankan instrumen kebijakan fiskal dalam ekonomi Islam adalah:
Operasi pasar terbuka
Operasi pasar terbuka adalah cara mengendalikan uang yang beredar dengan
menjual atau membeli surat berharga pemerintah. Jika ingin menambah uang beredar
maka akan membeli surat berharga pemerintah. Namun, bila ingin jumlah uang beredar
berkurang, maka pemerintah akan menjual surat berharga pemerintah kepada masyarakat.
Surat berharga pemerintah antara lain: Sertifikat Bank Indonisia (SBI), dan juga Surat
2.
Berharga Pasar Uang (SBPU).
Rasio cadangan wajib
Rasio cadangan wajib adalah mengatur jumlah uang yang beredar dengan
memainkan jumlah dana cadangan perbankan yang harus disimpan pada pemerintah.
Untuk menambah jumlah uang, pemerintah menurunkan rasio cadangan wajib. Untuk
menurunkan jumlah uang beredar pemerintah menaikkan rasio.
3. Himbauan moral
Himbauan moral adalah kebijakan moneter untuk mengatur jumlah uang yang
beredar dengan cara memberi himbauan kepada pelaku ekonomi. Contohnya seperti
menghimbau perbankan pemberi kredit untuk berhati-hati dalam mengeluarkan kredit
untuk mengurangi jumlah uang beredar dan menghimbau agar bank meminjam uang
lebih ke bank sentral untuk memperbanyak jumlah uang beredar pada perekonomian.
4.Fasilitas diskonto
Fasilitas diskonto adalah pengaturan jumlah uang yang beredar dengan memainkan
tingkat bunga bank sentral pada bank umum. Untuk membuat jumlah uang bertambah,
7 M. Nur Rianto Al-Arif, Teori Makro Ekonomi Islam Konsep, Teori, dan Analisis,( Bandung: Alfabeta, 2010), 149150.
8
pemerintah menurunkan tingkat bunga bank sentral, serta sebaliknya menaikkan tingkat
bunga demi membuat uang yang beredar berkurang.8
C. KEBIJAKAN FISKAL DARI MASA KE MASA
1. MASA RASULULLAH
Pada masa pemerintahan Rasulullah, beliau telah meletakkan dasar-dasar berupa
nilai-nilai dan hukum-hukum yang mengatur tingkah laku manusia dalam melakukan
aktifitas perekonomian. Dan sistem ekonomi yang diterapkan beliau berakar dari prinsipprinsip Qur’ani, ketika itu Al-Qur’an menjadi sumber rujukan dan dasar dalam
menentukan aturan yang mengatur manusia dalam semua aspek kehidupan yang
dijalaninya, salah satunya termasuk perilaku ekonomi.
Dalam bidang perdagangan, Beliau telah meletakkan aturan yang harus/wajib di
lakukan oleh manusia, misalnya dalam melakukan jual beli harus jujur, larangan
melakukan jual beli yang mengandung unsur tipuan, pelarangan riba. Mekanisme pasar
yang diterapkan Nabi adalah sistem pasar bebas, harga-harga barang dipasar diserahkan
interaksi permintaan dan penawaran. Adapun yang menjadi sumber pendapatan negara
pada masa Rasulullah adalah:
a. Zakat mal
b. Khums min al-ghanaim
c. Jizyah
d. Kharaj
e. Usyur
f. Fai
g. Harta warisan kalalah.
h. Wakaf, sedekah.9
8Ilham, Kebijakan fiskal dalam perekonomian, dalam http://fileperbankansyariah.blogsport.com/artikel (18 januari
2015)
9 Rozalinda, Ekonomi Islam: Teori dan Aplikasinya pada Ekonomi. 52-54.
9
Segala kegiatan yang dilakukan oleh Rasulullah pada zaman itu dilakukan dengan
berdasarkan keihlasan sebagai kegiatan dari dakwah yang ada. Dengan adanya perang
badar pada abad ke-2 Hijriah, negara mulai mempunyai pendapatan 1/5 rampasan perang
(ghanimah) yang disebut Khums, sesuai dengan firman Allah dalam Surat Al-Anfal ayat 41
ن لل للله خمسلله وللرسللول ولللذي
واعلموا أنما غنمتللم مللن شلليء فللأ ل
القربى واليتامى والمساكين وابن السللبيل إن كنتللم آمنتللم بللاللله ومللا
:
أنزلنا على عبدنا يوم الفرقلان يلوم التقلى الجمع ان والللله عللى كلل
شيء قدير
“Ketahuilah, sesungguhnya apa saja yang dapat kamu peroleh sebagai rampasan perang,
maka sesungguhnya seperlima untuk Allah, Rosul, kerabat Rosul anak-anak yatim, orangorang miskin dan Ibnu Sabil, jika kamu beriman kepada Allah dan kepada apa yang kami
turunkan kepada hamba Kami (Muhammad) di hari Furqaan, yaitu di hari bertemunya
dua pasukan dan Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.”10
2. PADA MASA KHULAFAURRASYIDIN
Dalam sistem ekonomi Islam dan kebijakan fiskal pada masa sahabat, sebenarnya
tidak mengalami perubahan yang signifikan. Para sahabat masih meneruskan apa yang
telah dirintis dan di tegakkan oleh beliau.
a. Pada masa Abu Bakar (51 SH-13H/584-644 M):
1.) Tugas berat yang pertama harus dilalui dan dihadapi adalah memerangi orang
murtad.
2.) Menegakkan hukum bagi orang yang tidak mau membayar zakat dan pajak.
3.) Memerangi nabi palsu.
4.) Secara individu Abu Bakar seorang praktisi akad-akad perdagangan.
b. Pada masa Umar ibn Khatab (40 SH-23H/584-644 M):
1.) Undang-undang perubahan milik tanah.
2.) Pengembangan pajak pertanian.
3.) Pemerintah bertanggung jawab terhadap pemenuhan kebutuhan makanan dan
pakaian terhadap warganya.
c. Pada masa Usman Bin Affan (47 SH-35H/577-656 M):
1.) Pembangunan pengairan.
2.) Pembangunan gedung-gedung pengadilan.
3.) Pembentukan organisasi kepolisian untuk menjaga keamanan perdagangan.
d. Pada masa Ali Bin Abi Thalib (40 H/600-661 M):
1.) Adanya kebijakan pengetatan anggaran.
2.) Pengeluaran angkatan laut dihilangkan.11
10Nawawi, Ekonomi Islam: Perspektif Teori, Sistem, dan Aspek Hukum. 194.
11Ibid., 200-202.
10
3. PADA ABAT PERTENGAHAN
Pada masa Bani Umaiyyah dalam mendukung pembangunan ekonomi ini Khalifah
Abdul Malik ibn Marwan melakukan pembangunan sektor pertanian dan perindustrian.
Hasilnya, di pasarkan ke India dan Asia Tengah melalui Iskandariah dan Konstantinopel.
Pusat perdagangan pada masa ini adalah Damaskus, Baghdad, dan Makkah. Pada masa ini
kekayaannya digunakan untuk membangun infrastruktur, seperti pembangunan gedung
pemerintahan, pabrik-pabrik, jalan yang dilengkapi dengan sumur agar kafilah dapat
minum ketika melewati jalan tersebut.
Pada masa Abasyiah merupakan masa keemasan (awal abad ke-2 sampai
pertengahan abad ke-4 H) daulah Islamiah. Pada masa ini Islam mencapai puncak kejayaan
dalam seluruh sektor, politik, budaya, ekonomi dan ilmu pengetahuan. Kebijakan yang
dilakukan oleh pendiri daulah Abasiyah Abu Mansur as-safah dalam bidang ekonomi
adalah memindahkan ibu kota negara dari Damaskus ke Baghdad. Dan kebijakan di sektor
perdagangan
yaitu
memberikan
kebebasan
kepada
pedagang
asing
untuk
memperdagangkan barang dagangan mereka di wilayah abasiyah. Di samping itu juga,
didirikan baitul mal untuk membantu proses perdagangan luar negri. Untuk membantu
pada sektor pertanian, pemerintah membangun irigasi, memperluas area pertanian dan
membangun sarana trasportasi. Dan dalam sektor industri yaitu pemerintah menaruh
perhatian yang cukup besar dengan melakukan eksplorasi dan pembangunan sumber daya
alam, pertambangan seperti biji besi, emas dan perak.12
4. KEBIJAKAN FISKAL DI INDONESIA
Di negara Indonesia kebijakan pemerintah ini di muat dalam Rencana Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN), dalam hal ini diajukan pemerintah kepada
Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) untuk kemudian disahkan menjadi Undang-Undang
APBN. Dan dalam APBN ini merupakan gambaran dari kegiatan yang dilakukan
pemerintah dalam memperoleh pendapatan dan pengeluaran untuk menyelenggarakan roda
pemerintahan dan pembangunan negara. Secara sederhana APBN Indonesia terdiri dari:
A. PENDAPATAN NEGARA DAN HIBAH
1. PENERIMAAN DALAM NEGARA
12 Rozalinda, Ekonomi Islam: Teori dan Aplikasinya pada Ekonomi. hlm. 58-60.
11
a. Penerimaan perpajak.
1) Pajak dalam negeri.
a) Pajak penghasilan.
(1) PPh Migas.
(2) PPh Non migas.
b) Pajak Pertambahan Nilai.
c) Pajak Bumi dan Bangunan.
d) BPHTB.
e) Cukai.
f) Pajak lainnya.
2) Pajak Perdagangan Internasional.
a) Bea Masuk.
b) Bea Keluar.
b. Penerimaan Negara Bukan Pajak.
1) Penerimaan SDA
a) Migas
(1) Minyak bumi
(2) Gas alam
b) Non Migas
(1) Pertambangan umum
(2) Kehutanan
12
(3) Perikanan
(4) Pertambangan Panas Bumi
2) Bagian Laba BUMN
3) PNBP Lainnya
4) Pendapatan BLU
2. HIBAH
B. BELANJA NEGARA
C. KESEIMBANGAN PRIMER
D. SURPLUS/DEFISIT ANGGARAN
E. PEMBIAYAAN
1. Pembiayaan Dalam Negeri
2. Pembiayaan Luar Negeri13
Di negara Indonesia pemerintah mengatur dalam kebijakan fiskal yang sesuai dengan
prinsip shari’ah.14
Sebenarnya cukup banyak referensi atau pendapat dari ahli mengenai definisi dari
kebijakan fiskal itu sendiri. Pengartian tersebut tentunya tepat merujuk kepada fungsi dari
kebijakan fiskal, meskipun dengan sudut pandang yang berbeda. Pada dasarnya kebijakan
fiskal atau yang oleh sebagian pihak disebut juga dengan nama politik fiskal merupakan
beberapa tindakan yang dilakukan oleh pemerintah sehubungan dengan anggaran belanja
negara. Tindakan tersebut dilakukan untuk memberikan pengaruh positif terhadap jalannya
sistem perekonomian yang ada di Indonesia. Dalam hal ini dikenal juga dua istilah yang
berpengaruh dalam kebijakan fiskal yaitu pungutan pajak negara dan pengeluaran negara
baik dalam bentuk biaya belanja atau biaya transfer. Kedua hal tersebutlah yang menjadi
fokus dari kebijakan fiskal di Indonesia.
13 Ibid., 206-208.
14 Muhammad Syafi’I Antonio, Bank Syariah: Dari Teori ke Praktik, (Jakarta: Gema Istana, 2001), hlm. 223-224.
13
Menurut salah satu ahli ekonomi Sadono Sukirno menyatakan bahwa kebijakan
fiskal adalah langkah yang dibuat oleh pemerintah untuk melakukan perubahan-perubahan
pada pajak dan pengeluaran negara untuk mengatasi masalah ekonomi yang ada. Ahli
ekonomi yang lain yaitu Tulus TH Tambunan menyatakan mengenai pertanyaan jelaskan
kebijakan fiskal, ia beranggapan yang paling pokok pada kebijakan tersebut adalah
bagaimana mengatasi defisit Anggaran Pendapatan Dan Belanja Negara (APBN) dan yang
kedua adalah bagaimana menstabilkan ekonomi makro yang ada di Indonesia. Dari
pendapat kedua ahli tersebut tentunya sudah semakin jelas arah tujuan dari
diberlakukannya kebijakan fiskal di Indonesia.
Berdasarkan semua penjelasan di atas kita dapat menyimpulkan bahwa kebijakan
fiskal adalah sebuah kebijakan dalam bidang ekonomi yang diterapkan oleh pemerintah
dalam hal manajemen keuangan dari negara yang dilakukan dengan tujuan untuk
membawa keadaan perekonomian yang lebih baik serta mengatasi permasalahanpermasalahan ekonomi yang ada, namun tetap terbatas pada hal penerimaan dan
pengeluaran negara yang telah tertulis pada APBN.15
15 Hendrawinata Eddy Siddharta, jelaskan kebijakan fiskal di Indonesia, dalam http://www.fiskal.co.id/berita (16
februari 2015)
14
BAB III
PENUTUP
A. SIMPULAN
Setelah penulis menyelesaikan hasil dan pembahasan studi di atas, penulis mengambil
kesimpulan sebagai berikut:
1. Secara global kebijakan fiskal adalah sebuah kebijakan pemerintah dalam pemungutan
pajak dan pembelanjaan pajak, yang dimana kebijakan tersebut untuk membiayai kegiatan
ekonomi dan juga kebijakan pemerintah dalam mengatur setiap pendapatan, pengeluaran
negara yang digunakan untuk menjaga stabilitas ekonomi dalam rangka untuk mendorong
pertumbuhan ekonomi agar tidak ada hambatan dalam menjalankan roda perekonomian.
2. Adapun prinsip-prinsip kebijakan fiskal dalam Islam adalah berdasarkan Al-Qur’an dan
hadith, yang dimana kebijakan fiskal dalam suatu negara tentulah diharapkan sesuai
dengan prinsip dan nilai-nilai Islam karena tujuan pokok agama Islam adalah mencapai
kesejahteraan umat manusia secara menyeluruh.
3. Adapun fungsi kebijakan fiskal menurut Islam adalah:
a. Memelihara terhadap hukum, keadilan dan juga petahanan dalam suatu negara.
15
b. Perumusan dan melakukan pelaksanaan terhadap kebijakan ekonomi yang berdasarkan
Al-Qur’an dan hadith.
c. Manajemen kekayaan pemerintah yang ada dalam APBN.
d. Intervensi ekonomi oleh pemerintah jika diperlukan.
e. Untuk pembangunan insfratuktur dalam negeri.
f. Penyediaan layanan kesejahteraan sosial, dll.
4. Dalam kebijakan di bidang ekonomi pada masa Rasulullah beliau menerapkan dari prinsipprinsip Qur’ani, pada masa ini Al-Qur’an merupakan sumber rujukannya, dibidang
perdagangan beliau telah meletakkan aturan misalnya harus jujur dalam perdagangan,
pelarangan riba dll. Sedangkan kebijakan fiskal pada masa sahabat tidak mengalami
perubahan, hanya saja pada masa ini para sahabat lebih merinci dan juga membagi
pemasukan, pengeluaran agar kebijakannya lebih merata.
Dalam Negara Indonesia kebijakan pemerintah di muat dalam Rencana Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) yang dimana untuk disahkan menjadi UU
APBN. APBN ini merupakan gambaran dari kegiatan yang dilakukan pemerintah dalam
memperoleh pendapatan pengeluaran untuk menyelenggarakan roda pemerintahan dan
juga pembangunan negara.
16
DAFTAR PUSTAKA
Antonio, Muhammad Syafi’i. 2009. Bank Syariah dari Teori ke Praktik. Jakarta: Gema Insani.
Djamil, Fathurrahman. 2013. Hukum Ekonomi Islam: Sejarah, Teori dan Konsep. Jakarta: Sinar
Grafika.
Nawawi, Ismail. 2009. Ekonomi Islam: Perspektif Teori, Sistem dan Aplikasi Hukum. Surabaya:
CV. Putra Media Nusantara.
Rozalinda. 2014. Ekonomi Islam: Teori dan Aplikasinya pada Aktifitas ekonomi. Jakarta:
Rajawali pers.
Ilham, Kebijakan fiskal dalam perekonomiaan, dalam http://fileperbankansyariah.blogsport.com/
artikel (18 januari 2015).
Safitri, Imas, Kebijakan fiskal dalam Islam, dalam http://jendelailmusebi.blogspot.com/ artikel
(18 januari 2015).
Siddharta, Hendrawinata Eddy, jelaskan kebijakan fiskal di Indonesia, dalam
http://www.fiskal.co.id/berita (16 februari 2015)
MAKALAH
KEBIJAKAN FISKAL DALAM EKONOMI SHARIAH
Oleh:
Moch. Miftachul Jinan
Dosen pengampu:
Masruchin, M.E.I.
PROGRAM STUDI EKONOMI SHARI’AH
INSTITUT AGAMA ISLAM BANI FATTAH (IAI BAFA)
TAMBAKBERAS JOMBANG
2014/2015
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Ekonomi Islam merupakan bagian dari shari’ah islam. Yang aturannya bersifat fleksibel
sehingga dapat mengikuti setiap perubahan, perkembangan ekonomi, dan bisnis manusia.
Sejatinya sistem ekonomi ini telah lahir seiring dengan kelahiran shari’ah Islam yang dibawa
Nabi Muhammad Saw ke jagad raya ini. Kemudian beliau mempraktikkan dan dicontohkan
secara langsung dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara pada masa itu. Setelah masa
ke-emasan seiring dengan kejayaan daulah-daulah Islamiyah, sistem ekonomi ini akhirnya
terkubur di saat melemahnya kekuasaan daulah Islam dengan konsep de-Islamisasi yang
dilakukan negara-negara barat.
Realitas baru menunjukkan ekonomi Islam tumbuh dan berkembang di tengah-tengah
sistem ekonomi konvensional (kapitalis-sosialis) yang di nilai selalu menjadi penyebab krisis
ekonomi. Ekonomi Islam hadir menjadi solusi dari problem ekonomi dunia saat ini. Beliau
mengajarkan nilai-nilai keadilan, keseimbangan, kejujuran, mengharamkan riba, dan
spekulasi yang diyakini dapat mewujudkan sistem ekonomi yang mampu menjawab krisis
ekonomi ini.
Untuk mewujudkan sistem ekonomi Islam harus dijadikan sebagai sistem ekonomi
bangsa. Gerakan sistem ekonomi Islam harus dimulai dari gerakan spiritual dan kultural, yaitu
dengan menanamkan nilai etis secara luas dalam perilaku ekonomi. Beliau memulai melalui
transformasi nilai-nilai Islam yang membentuk kerangka serta perangkat kelembagaan dan
pranata ekonomi yang hidup dan berproses dalam kehidupan masyarakat.
Ekonomi shari’ah sepertinya telah menjadi pilihan bagi pengembangan ekonomi dunia.
Salah satu indikator yang bisa dilihat adalah dengan semakin banyaknya perbankan asing
yang membuka layanan bank shari’ah. Bahkan di Inggris dan Amerika Serikat juga tumbuh
dengan subur sistem ekonomi shari’ah yang dilakukan oleh perbankan di sana.
Kehadiran sistem ekonomi ini harus diimbangi dengan pemahaman yang benar dan
berdasarkan Al-Qur’an dan hadith. Untuk itu makalah ini akan membahas tentang kebijakan
fiskal dalam prinsip-prinsip ekonomi shari’ah dengan teori-teori ekonomi yang telah
dilahirkan oleh ulama-ulama klasik.1
B. RUMUSAN MASALAH
1 Rozalinda, Ekonomi Islam: Teori dan Aplikasinya pada Aktifitas Ekonomi. (Jakarta: PT RajaGrafindo Pers 2014).
v-vi.
3
Berdasarkan latar belakang yang telah penulis paparkan di atas, maka yang menjadi
rumusan masalah dalam penulisan ini adalah:
1. Bagaimana prinsip-prinsip kebijakan fiskal dalam Ekonomi Islam?
2. Bagaimana prinsip-prinsip Kebijakan fiskal dari masa ke masa?
C. TUJUAN PENULISAN
Adapun tujuan penulisan dalam makalah ini adalah:
1. Untuk mengetahui prinsip-prinsip kebijakan fiskal dalam Ekonomi Islam.
2. Untuk mengetahui prinsip-prinsip kebijakan fiskal dari masa ke masa.
4
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN KEBIJAKAN FISKAL DALAM EKONOMI ISLAM .
Kebijakan Fiskal adalah merupakan sebuah kebijakan ekonomi yang digunakan
pemerintah untuk mengelola perekonomian ke dalam kondisi yang lebih baik dengan cara
mengubah penerimaan dan pengeluaran pemerintah untuk menjaga stabilitas ekonomi dalam
rangka mendorong pertumbuhan ekonomi dan kebijakan pemerintah dalam memungut pajak,
membelanjakan pajak untuk membiayai kegiatan dalam ekonomi. Kebijakan fiskal dapat juga
diartikan sebagai tindakan yang diambil oleh pemerintah dalam bidang anggaran belanja
negara dengan maksud untuk mempengaruhi jalannya perekonomian.2
Kebijakan fiskal dilakukan oleh pemerintah dalam rangka melayani umat. Kemudian
dilihat dari berbagai fakta permasalahan secara mendalam terungkap bahwa permasalahan
ekonomi terletak pada bagaimana distribusi harta dan jasa di tengah-tengah masyarakat, titik
berat permasalahan ekonomi adalah bagaimana menciptakan suatu mekanisme distribusi
ekonomi yang adil.3
Pada dasarnya pemerintah harus menjadi panutan bagi masyarakat. Pemerintah haruslah
belanja sesuai dengan pendapatan. Keadaan inilah yang dinamakan dengan anggaran belanja
berimbang. Apabila belanja pemerintah melebihi penerimaan sehingga mengharuskan
pemerintah meminjam dari masyarakat atau mencetak uang baru, tentulah tindakan ini sangat
tidak bijak. Zaman sekarang pemerintah dikebanyakan negara selalu berusaha agar belanjanya
dalam keadaan seimbang. Apabila tingkat kegiatan ekonomi rendah dan terdapat banyak
pengangguran, kemiskinan, musibah. Pemerintah akan melakukan belanja yang akan melebihi
pendapatan. Keadaan inilah yang menimbulkan defisit anggaran.4 Akan tetapi, apabila tingkat
2
Ibid., 205-206.
3 Ismail Nawawi, Ekonomi Islam: Perspektif Teori, Sistem dan Aplikasi Hukum, (Surabaya: CV. Putra Media
Nusantara 2009), 193-194.
4Dalam menyikapi masalah anggaran negara defisit, dikalangan pakar ekonomi Islam berkomentar, dalam suatu
negara Islam seharusnya tidak melakukan anggaran defisit, karena hal ini akan menyebabkan terjadinya inflasi,
melemahnya nilai tukar uang yang memaksa pemerintah meminjam dengan sistem bunga. Pada umumnya
pemerintah meminjam dari investor dengan menjual surat utang negara atau obligasi yang bersuku bunga. Namun
MA. Manan berpendapat, dalam suatu negara bisa saja terjadi anggaran defisit. Pemerintah dapat saja
5
perekonomian baik, kesempatan kerja penuh tercapai, kenaikan harga seimbang, belanja
negara dapat dihemat, sehingga pemerintah dapat melakukan saving terhadap pendapatannya.
Keadaan inilah yang dinamakan dengan anggaran belanja surplus.5
B. PRINSIP-PRINSIP KEBIJAKAN FISKAL DALAM EKONOMI ISLAM
Dalam prinsip Islam tentang kebijakan fiskal dan anggaran belanja negara bertujuan
untuk mengembangkan suatu masyarakat yang didasarkan atas distribusi kekayaan berimbang
dengan menempatkan nilai-nilai material dan spiritual pada tingkatan dan standar yang sama.
Dalam masalah pengeluaran Al-Qur’an telah menetapkan suatu kebijakan pengeluaran yang
sangat luas untuk distribusi pendapatan kekayaan yang berimbang. Dalam Al-Qur’an Allah
telah berfirman :
يسألونك عن الخمر والميسر قل فيهما إثم كبير ومنافع للناس
وإثمهما أكبر من نفعهما
“dan mereka bertanya kepadamu apa yang mereka nafkahkan, katakanlah yang lebih
dari keperluan.” (QS Al-Baqarah [2]:219).
Anggaran belanja pada masa awal pemerintahan Islam adalah sangat sederhana dan
tidak serumit sistem anggaran modern. Dasar anggarannya pada awal pemerintahan Islam
adalah pengeluaran ditentukan oleh jumlah penghasilan yang tersedia dan ketika ini kebijakan
anggaran belum beriorentasi pada pertumbuhan.
Prinsip dasar muamalah adalah setiap muslim bebas melakukan apa saja yang
dikehendakinya sepanjang tidak dilarang oleh Allah, dan berdasarkan Al-Qur’an dan AsSunnah. Untuk mewujudkan kemaslahatan umat dalam kehidupan di bidang ekonomi, perlu
dikembangkan beberapa instrumen ekonomi. Salah satu instrumen yang sangat penting saat
ini adalah Lembaga Keuangan Shariah (LKS), pengelolaan Lembaga Keuangan Shariah yang
sesuai dengan prinsip shari’ah bagi umat Islam adalah merupakan salah satu bentuk
pengabdian (ibadah) dalam artian yang luas. Dan lembaga ini di jalankan sesuai shari’ah
merupakan aplikasi dari cermin keimanan dalam tatanan kehidupan manusia yang di
pantulkan dari norma-norma dan ketentuan shari’ah.6
mengumpulkan dana dengan menerbitkan sertifikat investasi atau obligasi berdasarkan profit and lost sharing.
Sekali pemerintah melaksanakan anggaran defisit, pengeluaran tambahannya harus direncanakan dengan cermat
dan uang yang dikeluarkan pemerintah jangan hanya menyebabkan kenaikan dalam volume (GNP), harus
dipastikan siapa yang menjadi penerima utama pengeluaran tambahan pemerintah karena pembiayaan defisit.
M.A. Mannan, Islamic economic Theory and practice (A comparative study), (India: Idarah Al-Adabiyah, 1988),
17.
5 Ibid., 309.
6 Fathurrahman Djamil, Hukum Ekonomi Islam: Sejarah, Teori dan Konsep. (Jakarta: Sinar Grafika, 2013). 152.
6
Adapun ciri-ciri kebijakan fiskal dalam sistem ekonomi Islam adalah:
1. Pengeluaran negara dilakukan sesuai pendapatan sehingga jarang terjadi defisit anggaran.
2. Sistem pajak proporsional, pajak dalam ekonomi Islam dibebankan berdasarkan tingkat
produktivitas. Misalnya pada kharaj, besarnya pajak ditentukan sesuai tingkat kesuburan
3.
tanah, sistem irigasi.
Penghitungan zakat berdasarkan hasil keuntungan bukan pada jumlah barang.
Adapun struktur APBN dalam sistem pemerintah Islam yang digunakan adalah:
1.
2.
Pendapatan negara terdiri dari pendapatan tetap seperti zakat, kharaj, jizyah, usyur, dan
pendapatan tidak tetap yaitu khums, infak, shodaqoh, wakaf, hibah dll.
Pengeluaran negara dalam sistem pemerintah Islam yang digunakan untuk:
a. Penyebaran Islam.
b. Pendidikan, kebudayaan dan juga pengembangan ilmu pengetahuan.
c. Pembangunan infrastruktur.
d. Pembangunan armada perang.
e. Penyediaan layanan kesejahteraan sosial.
Dalam struktur APBN, terdapat beberapa instrumen yang digunakan pemerintah untuk
menghimpun dana, yaitu:
1. Melakukan bisnis, misalnya mendirikan Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Dari
perusahaan ini pemerintah mendapat keuntungan yang digunakan sebagai sumber
pendapatan negara.
2. Pajak, penghimpunan umum yang dilakukan di beberapa negara yaitu dengan cara menarik
pajak dari masyarakat.
3. Meminjam uang, Pemerintah dapat meminjam uang kepada masyarakat dengan cara
menjual obligasi.
Adapun fungsi kebijakan fiskal di pandang dari sisi ekonomi Islam dan dari sisi
ekonomi konvensional yaitu:
1. Fungsi dari pada sektor fiskal menurut Islam:
a. Memelihara terhadap hukum, keadilan dan juga pertahanan.
b. Perumusan dan pelaksanaan terhadap kebijakan ekonomi.
c. Manajemen kekayaan pemerintah yang ada di dalam BUMN.
7
d. Intervensi ekonomi oleh pemerintah jika diperlukan.
2.
Fungsi fiskal menurut konvensional adalah sebuah fungsi dalam tataran perekonomian
yang sangat identik kemampuan yang ada pada pemerintah dalam masalah menghasilkan
pendapatan untuk menutupi kebutuhannya, lalu mengalokasikan anggarannya yang ada
atau bisa disebut dengan anggaran belanja Negara dan juga mendistribusikanya agar
tercapai apa yang dinamakan dengan efisiensi anggaran. Sedangkan instrumen fiskal
yang bisa digunakan adalah pajak dan anggaran. Dalam pandangan ekonomi Islam
pendapatan dan anggaran merupakan alat yang efektif dalam rangka untuk mencapai
tujuan ekonomi.7
1.
Adapun contoh menjalankan instrumen kebijakan fiskal dalam ekonomi Islam adalah:
Operasi pasar terbuka
Operasi pasar terbuka adalah cara mengendalikan uang yang beredar dengan
menjual atau membeli surat berharga pemerintah. Jika ingin menambah uang beredar
maka akan membeli surat berharga pemerintah. Namun, bila ingin jumlah uang beredar
berkurang, maka pemerintah akan menjual surat berharga pemerintah kepada masyarakat.
Surat berharga pemerintah antara lain: Sertifikat Bank Indonisia (SBI), dan juga Surat
2.
Berharga Pasar Uang (SBPU).
Rasio cadangan wajib
Rasio cadangan wajib adalah mengatur jumlah uang yang beredar dengan
memainkan jumlah dana cadangan perbankan yang harus disimpan pada pemerintah.
Untuk menambah jumlah uang, pemerintah menurunkan rasio cadangan wajib. Untuk
menurunkan jumlah uang beredar pemerintah menaikkan rasio.
3. Himbauan moral
Himbauan moral adalah kebijakan moneter untuk mengatur jumlah uang yang
beredar dengan cara memberi himbauan kepada pelaku ekonomi. Contohnya seperti
menghimbau perbankan pemberi kredit untuk berhati-hati dalam mengeluarkan kredit
untuk mengurangi jumlah uang beredar dan menghimbau agar bank meminjam uang
lebih ke bank sentral untuk memperbanyak jumlah uang beredar pada perekonomian.
4.Fasilitas diskonto
Fasilitas diskonto adalah pengaturan jumlah uang yang beredar dengan memainkan
tingkat bunga bank sentral pada bank umum. Untuk membuat jumlah uang bertambah,
7 M. Nur Rianto Al-Arif, Teori Makro Ekonomi Islam Konsep, Teori, dan Analisis,( Bandung: Alfabeta, 2010), 149150.
8
pemerintah menurunkan tingkat bunga bank sentral, serta sebaliknya menaikkan tingkat
bunga demi membuat uang yang beredar berkurang.8
C. KEBIJAKAN FISKAL DARI MASA KE MASA
1. MASA RASULULLAH
Pada masa pemerintahan Rasulullah, beliau telah meletakkan dasar-dasar berupa
nilai-nilai dan hukum-hukum yang mengatur tingkah laku manusia dalam melakukan
aktifitas perekonomian. Dan sistem ekonomi yang diterapkan beliau berakar dari prinsipprinsip Qur’ani, ketika itu Al-Qur’an menjadi sumber rujukan dan dasar dalam
menentukan aturan yang mengatur manusia dalam semua aspek kehidupan yang
dijalaninya, salah satunya termasuk perilaku ekonomi.
Dalam bidang perdagangan, Beliau telah meletakkan aturan yang harus/wajib di
lakukan oleh manusia, misalnya dalam melakukan jual beli harus jujur, larangan
melakukan jual beli yang mengandung unsur tipuan, pelarangan riba. Mekanisme pasar
yang diterapkan Nabi adalah sistem pasar bebas, harga-harga barang dipasar diserahkan
interaksi permintaan dan penawaran. Adapun yang menjadi sumber pendapatan negara
pada masa Rasulullah adalah:
a. Zakat mal
b. Khums min al-ghanaim
c. Jizyah
d. Kharaj
e. Usyur
f. Fai
g. Harta warisan kalalah.
h. Wakaf, sedekah.9
8Ilham, Kebijakan fiskal dalam perekonomian, dalam http://fileperbankansyariah.blogsport.com/artikel (18 januari
2015)
9 Rozalinda, Ekonomi Islam: Teori dan Aplikasinya pada Ekonomi. 52-54.
9
Segala kegiatan yang dilakukan oleh Rasulullah pada zaman itu dilakukan dengan
berdasarkan keihlasan sebagai kegiatan dari dakwah yang ada. Dengan adanya perang
badar pada abad ke-2 Hijriah, negara mulai mempunyai pendapatan 1/5 rampasan perang
(ghanimah) yang disebut Khums, sesuai dengan firman Allah dalam Surat Al-Anfal ayat 41
ن لل للله خمسلله وللرسللول ولللذي
واعلموا أنما غنمتللم مللن شلليء فللأ ل
القربى واليتامى والمساكين وابن السللبيل إن كنتللم آمنتللم بللاللله ومللا
:
أنزلنا على عبدنا يوم الفرقلان يلوم التقلى الجمع ان والللله عللى كلل
شيء قدير
“Ketahuilah, sesungguhnya apa saja yang dapat kamu peroleh sebagai rampasan perang,
maka sesungguhnya seperlima untuk Allah, Rosul, kerabat Rosul anak-anak yatim, orangorang miskin dan Ibnu Sabil, jika kamu beriman kepada Allah dan kepada apa yang kami
turunkan kepada hamba Kami (Muhammad) di hari Furqaan, yaitu di hari bertemunya
dua pasukan dan Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.”10
2. PADA MASA KHULAFAURRASYIDIN
Dalam sistem ekonomi Islam dan kebijakan fiskal pada masa sahabat, sebenarnya
tidak mengalami perubahan yang signifikan. Para sahabat masih meneruskan apa yang
telah dirintis dan di tegakkan oleh beliau.
a. Pada masa Abu Bakar (51 SH-13H/584-644 M):
1.) Tugas berat yang pertama harus dilalui dan dihadapi adalah memerangi orang
murtad.
2.) Menegakkan hukum bagi orang yang tidak mau membayar zakat dan pajak.
3.) Memerangi nabi palsu.
4.) Secara individu Abu Bakar seorang praktisi akad-akad perdagangan.
b. Pada masa Umar ibn Khatab (40 SH-23H/584-644 M):
1.) Undang-undang perubahan milik tanah.
2.) Pengembangan pajak pertanian.
3.) Pemerintah bertanggung jawab terhadap pemenuhan kebutuhan makanan dan
pakaian terhadap warganya.
c. Pada masa Usman Bin Affan (47 SH-35H/577-656 M):
1.) Pembangunan pengairan.
2.) Pembangunan gedung-gedung pengadilan.
3.) Pembentukan organisasi kepolisian untuk menjaga keamanan perdagangan.
d. Pada masa Ali Bin Abi Thalib (40 H/600-661 M):
1.) Adanya kebijakan pengetatan anggaran.
2.) Pengeluaran angkatan laut dihilangkan.11
10Nawawi, Ekonomi Islam: Perspektif Teori, Sistem, dan Aspek Hukum. 194.
11Ibid., 200-202.
10
3. PADA ABAT PERTENGAHAN
Pada masa Bani Umaiyyah dalam mendukung pembangunan ekonomi ini Khalifah
Abdul Malik ibn Marwan melakukan pembangunan sektor pertanian dan perindustrian.
Hasilnya, di pasarkan ke India dan Asia Tengah melalui Iskandariah dan Konstantinopel.
Pusat perdagangan pada masa ini adalah Damaskus, Baghdad, dan Makkah. Pada masa ini
kekayaannya digunakan untuk membangun infrastruktur, seperti pembangunan gedung
pemerintahan, pabrik-pabrik, jalan yang dilengkapi dengan sumur agar kafilah dapat
minum ketika melewati jalan tersebut.
Pada masa Abasyiah merupakan masa keemasan (awal abad ke-2 sampai
pertengahan abad ke-4 H) daulah Islamiah. Pada masa ini Islam mencapai puncak kejayaan
dalam seluruh sektor, politik, budaya, ekonomi dan ilmu pengetahuan. Kebijakan yang
dilakukan oleh pendiri daulah Abasiyah Abu Mansur as-safah dalam bidang ekonomi
adalah memindahkan ibu kota negara dari Damaskus ke Baghdad. Dan kebijakan di sektor
perdagangan
yaitu
memberikan
kebebasan
kepada
pedagang
asing
untuk
memperdagangkan barang dagangan mereka di wilayah abasiyah. Di samping itu juga,
didirikan baitul mal untuk membantu proses perdagangan luar negri. Untuk membantu
pada sektor pertanian, pemerintah membangun irigasi, memperluas area pertanian dan
membangun sarana trasportasi. Dan dalam sektor industri yaitu pemerintah menaruh
perhatian yang cukup besar dengan melakukan eksplorasi dan pembangunan sumber daya
alam, pertambangan seperti biji besi, emas dan perak.12
4. KEBIJAKAN FISKAL DI INDONESIA
Di negara Indonesia kebijakan pemerintah ini di muat dalam Rencana Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN), dalam hal ini diajukan pemerintah kepada
Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) untuk kemudian disahkan menjadi Undang-Undang
APBN. Dan dalam APBN ini merupakan gambaran dari kegiatan yang dilakukan
pemerintah dalam memperoleh pendapatan dan pengeluaran untuk menyelenggarakan roda
pemerintahan dan pembangunan negara. Secara sederhana APBN Indonesia terdiri dari:
A. PENDAPATAN NEGARA DAN HIBAH
1. PENERIMAAN DALAM NEGARA
12 Rozalinda, Ekonomi Islam: Teori dan Aplikasinya pada Ekonomi. hlm. 58-60.
11
a. Penerimaan perpajak.
1) Pajak dalam negeri.
a) Pajak penghasilan.
(1) PPh Migas.
(2) PPh Non migas.
b) Pajak Pertambahan Nilai.
c) Pajak Bumi dan Bangunan.
d) BPHTB.
e) Cukai.
f) Pajak lainnya.
2) Pajak Perdagangan Internasional.
a) Bea Masuk.
b) Bea Keluar.
b. Penerimaan Negara Bukan Pajak.
1) Penerimaan SDA
a) Migas
(1) Minyak bumi
(2) Gas alam
b) Non Migas
(1) Pertambangan umum
(2) Kehutanan
12
(3) Perikanan
(4) Pertambangan Panas Bumi
2) Bagian Laba BUMN
3) PNBP Lainnya
4) Pendapatan BLU
2. HIBAH
B. BELANJA NEGARA
C. KESEIMBANGAN PRIMER
D. SURPLUS/DEFISIT ANGGARAN
E. PEMBIAYAAN
1. Pembiayaan Dalam Negeri
2. Pembiayaan Luar Negeri13
Di negara Indonesia pemerintah mengatur dalam kebijakan fiskal yang sesuai dengan
prinsip shari’ah.14
Sebenarnya cukup banyak referensi atau pendapat dari ahli mengenai definisi dari
kebijakan fiskal itu sendiri. Pengartian tersebut tentunya tepat merujuk kepada fungsi dari
kebijakan fiskal, meskipun dengan sudut pandang yang berbeda. Pada dasarnya kebijakan
fiskal atau yang oleh sebagian pihak disebut juga dengan nama politik fiskal merupakan
beberapa tindakan yang dilakukan oleh pemerintah sehubungan dengan anggaran belanja
negara. Tindakan tersebut dilakukan untuk memberikan pengaruh positif terhadap jalannya
sistem perekonomian yang ada di Indonesia. Dalam hal ini dikenal juga dua istilah yang
berpengaruh dalam kebijakan fiskal yaitu pungutan pajak negara dan pengeluaran negara
baik dalam bentuk biaya belanja atau biaya transfer. Kedua hal tersebutlah yang menjadi
fokus dari kebijakan fiskal di Indonesia.
13 Ibid., 206-208.
14 Muhammad Syafi’I Antonio, Bank Syariah: Dari Teori ke Praktik, (Jakarta: Gema Istana, 2001), hlm. 223-224.
13
Menurut salah satu ahli ekonomi Sadono Sukirno menyatakan bahwa kebijakan
fiskal adalah langkah yang dibuat oleh pemerintah untuk melakukan perubahan-perubahan
pada pajak dan pengeluaran negara untuk mengatasi masalah ekonomi yang ada. Ahli
ekonomi yang lain yaitu Tulus TH Tambunan menyatakan mengenai pertanyaan jelaskan
kebijakan fiskal, ia beranggapan yang paling pokok pada kebijakan tersebut adalah
bagaimana mengatasi defisit Anggaran Pendapatan Dan Belanja Negara (APBN) dan yang
kedua adalah bagaimana menstabilkan ekonomi makro yang ada di Indonesia. Dari
pendapat kedua ahli tersebut tentunya sudah semakin jelas arah tujuan dari
diberlakukannya kebijakan fiskal di Indonesia.
Berdasarkan semua penjelasan di atas kita dapat menyimpulkan bahwa kebijakan
fiskal adalah sebuah kebijakan dalam bidang ekonomi yang diterapkan oleh pemerintah
dalam hal manajemen keuangan dari negara yang dilakukan dengan tujuan untuk
membawa keadaan perekonomian yang lebih baik serta mengatasi permasalahanpermasalahan ekonomi yang ada, namun tetap terbatas pada hal penerimaan dan
pengeluaran negara yang telah tertulis pada APBN.15
15 Hendrawinata Eddy Siddharta, jelaskan kebijakan fiskal di Indonesia, dalam http://www.fiskal.co.id/berita (16
februari 2015)
14
BAB III
PENUTUP
A. SIMPULAN
Setelah penulis menyelesaikan hasil dan pembahasan studi di atas, penulis mengambil
kesimpulan sebagai berikut:
1. Secara global kebijakan fiskal adalah sebuah kebijakan pemerintah dalam pemungutan
pajak dan pembelanjaan pajak, yang dimana kebijakan tersebut untuk membiayai kegiatan
ekonomi dan juga kebijakan pemerintah dalam mengatur setiap pendapatan, pengeluaran
negara yang digunakan untuk menjaga stabilitas ekonomi dalam rangka untuk mendorong
pertumbuhan ekonomi agar tidak ada hambatan dalam menjalankan roda perekonomian.
2. Adapun prinsip-prinsip kebijakan fiskal dalam Islam adalah berdasarkan Al-Qur’an dan
hadith, yang dimana kebijakan fiskal dalam suatu negara tentulah diharapkan sesuai
dengan prinsip dan nilai-nilai Islam karena tujuan pokok agama Islam adalah mencapai
kesejahteraan umat manusia secara menyeluruh.
3. Adapun fungsi kebijakan fiskal menurut Islam adalah:
a. Memelihara terhadap hukum, keadilan dan juga petahanan dalam suatu negara.
15
b. Perumusan dan melakukan pelaksanaan terhadap kebijakan ekonomi yang berdasarkan
Al-Qur’an dan hadith.
c. Manajemen kekayaan pemerintah yang ada dalam APBN.
d. Intervensi ekonomi oleh pemerintah jika diperlukan.
e. Untuk pembangunan insfratuktur dalam negeri.
f. Penyediaan layanan kesejahteraan sosial, dll.
4. Dalam kebijakan di bidang ekonomi pada masa Rasulullah beliau menerapkan dari prinsipprinsip Qur’ani, pada masa ini Al-Qur’an merupakan sumber rujukannya, dibidang
perdagangan beliau telah meletakkan aturan misalnya harus jujur dalam perdagangan,
pelarangan riba dll. Sedangkan kebijakan fiskal pada masa sahabat tidak mengalami
perubahan, hanya saja pada masa ini para sahabat lebih merinci dan juga membagi
pemasukan, pengeluaran agar kebijakannya lebih merata.
Dalam Negara Indonesia kebijakan pemerintah di muat dalam Rencana Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) yang dimana untuk disahkan menjadi UU
APBN. APBN ini merupakan gambaran dari kegiatan yang dilakukan pemerintah dalam
memperoleh pendapatan pengeluaran untuk menyelenggarakan roda pemerintahan dan
juga pembangunan negara.
16
DAFTAR PUSTAKA
Antonio, Muhammad Syafi’i. 2009. Bank Syariah dari Teori ke Praktik. Jakarta: Gema Insani.
Djamil, Fathurrahman. 2013. Hukum Ekonomi Islam: Sejarah, Teori dan Konsep. Jakarta: Sinar
Grafika.
Nawawi, Ismail. 2009. Ekonomi Islam: Perspektif Teori, Sistem dan Aplikasi Hukum. Surabaya:
CV. Putra Media Nusantara.
Rozalinda. 2014. Ekonomi Islam: Teori dan Aplikasinya pada Aktifitas ekonomi. Jakarta:
Rajawali pers.
Ilham, Kebijakan fiskal dalam perekonomiaan, dalam http://fileperbankansyariah.blogsport.com/
artikel (18 januari 2015).
Safitri, Imas, Kebijakan fiskal dalam Islam, dalam http://jendelailmusebi.blogspot.com/ artikel
(18 januari 2015).
Siddharta, Hendrawinata Eddy, jelaskan kebijakan fiskal di Indonesia, dalam
http://www.fiskal.co.id/berita (16 februari 2015)