ANISA judul profesionalisme guru dalam m (1)
PROFESIONALISME GURU
DALAM PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN PADA ERA
GLOBAL
MAKALAH
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah profesi kependidikan
Dosen : Jajat Sudrajat, S.pd.,M.pd.
Disusun oleh :
Anisa
PROGRAM STUDY PENDIDIKAN MAEMATIKA
SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU
PENDIDIKAN
SEBELAS APRIL SUMEDANG
2017/2018
Abstrak
Di era globalisasi saat ini, Indonesia harus mampu meningkatkan mutu
pendidikan, sehingga tidak kalah bersaing dengan negara lain. Negara kita harus
mencetak orang-orang yang berjiwa mandiri dan mampu berkompetisi di tingkat dunia.
Saat ini, Indonesia membutuhkan orang-orang yang dapat berfikir secara efektif, efisien
dan juga produktif. Hal tersebut dapat diwujudkan jika kita mempunyai tenaga pendidik
yang handal dan mampu mencetak generasi bangsa yang pintar dan bermoral.
Sebagaimana telah dimaklumi bahwa dalam lingkup pendidikan yang terkecil yaitu sekolah,
guru memegang peranan yang amat penting dan strategis. Kelancaran proses seluruh kegiatan
pendidikan terutama sekolah, sepenuhnya berada dalam tanggung jawab para guru. Dalam
Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen merupakan tuntutan dari
pentingnya keberadaan guru dan dosen sebagai pendidik yang harus dihargai kerja dan
pengabdiannya untuk mencerdaskan bangsa. Di samping itu, Undang-Undang Nomor 20
Tahun 2003 Tentang Sitem Pendidikan Nasional yang mensyaratkan bahwa untuk menjamin
perluasan dan pemerataan akses, peningkatan mutu dan relevansi, serta tata pemerintahan
yang baik dan akuntabilitas pendidikan yang mampu menghadapi tantangan sesuai dengan
tuntutan perubahan kehidupan lokal, nasional, dan global perlu dilakukan pemberdayaan dan
peningkatan mutu guru secara terencana, terarah dan berkesinambungan
Profesionalisme merupakan performance quality dan sekaligus sebagai
tuntutan perilaku profesional dalam melaksanakan tugasnya. Profesionalisme.Guru
adalahpekerja profesi oleh karena itu harus menjunjung profesionalisme. Pengertian
umum profesionalisme menunjukkan kerja keras secara terlatih tanpa adalanya
persyaratan tertentu. Profesionalisme guru menghadapi problematika pendidikan yang
masih banyak terjadi di negeri ini seperti, sistem yang berubah-ubah dan SDM yang
masih kalah dengan negara-negara tetangga. Tantanggan profesinalisme guru kedepan
adalah perkembangan teknologi informasi, desentralisasi dan sentralisasi pendidikan,
dan pasar bebas ASEAN.
Kata Kunci: profesionalisme, guru, mutu pendidikan
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas berkat rahmat dan hidayahNya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “PROFESIONALISME
GURU DAN PROFESSIONAL GURU DALAM PEMBELAJARAN
” dengan tepat pada waktunya. Penulisan makalah ini dibuat dalam rangka memenuhi
Tugas mata kuliah pengantar pendidikan pada perkuliahan semester I ini.
Dalam menyusun makalah ini kami mengalami banyak rintangan dan kesulitan seperti
kurangnya wawancara langsung sebagai sumber referensi, waktu penulisan yang terbatas
dalam melakukan pencarian sumber dan kesulitan lainnya yang menghambat dalam
menyusun makalah ini. Namun kami dapat menyelesaikan kesulitan tersebut berkat dukungan
dan bantuan semua pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima
kasih kepada:
1. Bapak Jajat Sudrajat, S.pd.,M.pd.
Selaku dosen pengantar pendidikan yang telah
membimbing penulis dalam menyelesaikan makalah ini.
2. Orang Tua penulis yang ikut berperan penting dalam moril dan materil.
3. Teman-teman yang ikut membantu dan memberi pendapat kepada kami pada saat penulis
menemukan masalah atau kendala dalam menyelesaikan makalah ini.
Dalam menyusun makalah ini, kami sangat menyadari bahwa banyak kekurangan
dan kesalahan. Oleh karena itu penulis mengharapkan adanya kritik dan saran dari pembaca
yang membangun demi kesempurnaan makalah ini. Semoga penulisan makalah karya tulis ini
dapat bermanfaat bagi pembaca, khususnya bagi penulis. Akhir kata penulis mengucapkan
terima kasih.
Sumedang, 12 Desember 2016
Tim Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ....................................................................................................... i
DAFTAR ISI ................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................. 1
1.1
Latar Belakang ................................................................................................... 1
1.2
Rumusan Masalah .............................................................................................. 1
1.3
Tujuan ................................................................................................................ 1
BAB 2 PEMBAHASAN ................................................................................................ 2
2.1
Promatika pendidikan ........................................................................................ 2
2.2
Perkembangan teknologi ……........................................................................... 5
2.3
Peran guu professional dalampembelajaran ………........................................... 6
2.4
Faktor yang mempengaruhi guru profession………………………………........8
2.5
Upaya-Upaya untuk Meningkatkan Profesionalisme Guru..................................10
2.6
Dunia pendidikan Indonesia menghadapi MEA………………………………… 15
2.7
Solusi kedepan …………………………………………………………………...20
BAB 3 PENUTUP........................................................................................................... 28
3.1
Kesimpulan ......................................................................................................... 28
3.2
Saran ................................................................................................................... 28
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................29
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Di era globalisasi saat ini, Indonesia harus mampu meningkatkan mutu
pendidikan, sehingga tidak kalah bersaing dengan negara lain. Negara kita harus
mencetak orang-orang yang berjiwa mandiri dan mampu berkompetisi di tingkat dunia.
Saat ini, Indonesia membutuhkan orang-orang yang dapat berfikir secara efektif, efisien
dan juga produktif. Hal tersebut dapat diwujudkan jika kita mempunyai tenaga pendidik
yang handal dan mampu mencetak generasi bangsa yang pintar dan bermoral.
Sebagaimana telah dimaklumi bahwa dalam lingkup pendidikan yang terkecil
yaitu sekolah, guru memegang peranan yang amat penting dan strategis. Kelancaran
proses seluruh kegiatan pendidikan terutama sekolah, sepenuhnya berada dalam tanggung
jawab para guru. Dalam Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen
merupakan tuntutan dari pentingnya keberadaan guru dan dosen sebagai pendidik yang
harus dihargai kerja dan pengabdiannya untuk mencerdaskan bangsa. Di samping itu,
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sitem Pendidikan Nasional yang
mensyaratkan bahwa untuk menjamin perluasan dan pemerataan akses, peningkatan mutu
dan relevansi, serta tata pemerintahan yang baik dan akuntabilitas pendidikan yang
mampu menghadapi tantangan sesuai dengan tuntutan perubahan kehidupan lokal,
nasional, dan global perlu dilakukan pemberdayaan dan peningkatan mutu guru secara
terencana, terarah dan berkesinambungan.
Guru adalah seseorang pemimpin yang harus mengatur, mengawasi dan
mengelola seluruh kegiatan proses pembelajaran di sekolah yang menjadi lingkup
tanggung jawabnya, serta merupakan orang yang sangat berpengaruh dalam proses
belajar mengajar. Sudah selayaknya seorang guru itu diberikan kesejahteraan berupa
sertifikasi. Dapat dipahami bahwa sertifikasi adalah proses pemberian sertifikat pendidik
kepada guru yang telah memenuhi persyaratan tertentu, yaitu memiliki kualifikasi
akademik, kompetensi, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk
mewujudkan tujuan pendidikan nasional yang disertai dengan peningkatan kesejahteraan
yang layak.
Sejumlah penelitian membuktikan bahwa guru yang professional merupakan salah
satu indikator penting dari sekolah berkualitas. Guru yang professional akan sangat
membantu proses pencapaian visi misi sekolah. Mengingat strategisnya peran yang
dimiliki oleh seorang guru, usaha-usaha untuk mengenali dan mengembangkan
profesionalisme guru menjadi sangat penting untuk dilakukan.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Apa yang dimaksud dengan probematika pendidikan ?
1.2.2 Apa yang dimaksud dengan profesionalisme guru
1.2.3 Bagaimana peran guru professional dalam proses pembelajaran ?
1.2.4 Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi profesionalisme guru ?
1.2.5 Apa saja syarat- syarat menjadi guru profesionalisme ?
1.2.6 Apa saja upaya untuk meningkatkan profesionalisme guru
1.2.7 Bagaimana solusi kedepan
1.3 Tujuan Penelitian
Penelitian dilakukan dengan tujuan sebagai berikut:
1.3.1 Mengetahui pengertian tentang probematika pendidikan
1.3.2 Mengatahui pengertian tentang dengan profesionalisme guru
1.3.3 Mengetahui peran guru professional dalam proses pembelajaran
1.3.4 Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi profesionalisme guru
1.3.5 Mengetahui syarat- syarat menjadi guru profesionalisme
1.3.6 Mengetahui cara meningkatkan profesionalisme guru dalam membangun
pendidikan yang berkualitas
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Problematika Mutu Pendidikan
Sebelum melangkah lebih jauh dalam mengkaji peran guru dalam peningkatan mutu
pendidikan, ada baiknya melihat problematika mutu pendidikan saat ini. Hal ini sebagai. Hal
ini sebagai overview untuk kemudian mengantarkan pada
182 pemahaman diman dan seperti apa sebenanrnya kompetensi dan profesionalitas guru
secara ideal, seperti halnya juga yang dicantumkan dalam pengaturan Udang-undang guru
dan dosen saat ini. Pendidikan merupakan salah satu subsistem yang sentral, sehingga
senantiasa perlumendapatkan perhatian dan perbaikan dalam menjaga kontinuitas proses
kehidupandalam berbagai aspek di tengah-tengah masyarakat , negara-negara tersebut (inputproses-output). Karena itu, mutu pendidikan perlu menjadi perhatian berbagai pihak untuk
kemudian mampu bersama memajukannya. Perlu diingat kita bahha mutu pendidikan
Indonesia belum beranjak dari prestasinya yang cukup rendah bahkan ditingkatan ASIA.
Memang ada paradigma yang terbangun di dalam sistem pendidikan kita bahwa ganti menteri
ganti kurikulum dan kebijakan pendidikan. Hal ini tentu dapat berpengaruh pada upaya
singkronisasi peningkatan mutu pendidikan. Dalam upaya untuk memperbaiki sistem
pendidikan nasional ternyata memerlukan adanya perbaikan pula dalam aspek sistemik
(regulasi-regulasi) serta meningkatnya kontrol sosial dari masyarakat, selain itu pendidikan
sangat dipengaruhi oleh kondisi sosial politik, termasuk persoalan stabilitas dan keamanan,
sebab pelaksanaan pendidikan membutuhkan rasa aman (Malik Fadjar, 2001). Hasil survey
Political and Economic Risk Consultancy (PERC) yang menyebutkan bahwa sistem
pendidikan di Indonesia terburuk di kawasan Asia, yaitu dari 12 negara yang disurvei oleh
lembaga yang berkantor pusat di Hongkong itu, Korea Selatan dinilai memiliki sistem
pendidikan terbaik, disusul Singapura, Jepang dan Taiwan, India, Cina,serta Malaysia.
Indonesia menduduki urutan ke 12, setingkat di bawah Vietnam. Sedangkan laporan dari
United Nations Development Program (UNDP) tahun 2010 dan 2011, menyatakan bahwa
indeks pembangunan manusia di Indonesia ternyata tetap buruk. Tahun 2010 Indonesia
menempati urutan ke 111 dari 175 negara ditambah . Lebih sempit lagi pada kawasan
ASEAN, menurut UNDP menyatakan posisi Indonesia dibandingkan dengan negara-negara
anggota ASEAN masih tertinggal cukup jauh, Singapura pada urutan 25, Brunei pada urutan
33, Malaysia pada urutan 58, sementara Indonesia berda pada urutan 111. Kondisi ini
menunjukan adanya hubungan yang berarti antara penyelenggaraan pendidikan dengan
kualitas pembangunan sumber daya manusia indonesia yang dihasilkan selama ini, meskipun
masih ada faktor-faktor lain yang juga mempengaruhinya. Landasan
183 Pendidikan marupakan salah satu kajian yangdikembangkan dalam berkaitannya dengan
dunia pendidikan. Untuk diyakini bahwa dalam bidang pendidikan, yang dimaksud dengan
mutu memiliki pengertian sesuai dengan makna yang terkandung dalam siklus pembelajaran.
Secara ringkas dapat diartikan beberapa kata kunci mengeni pengertian mutu, yaitu sesuai
perkembangan kebutuhan, sesuai penggunaan pelanggan, sesuai perkembangan kebutuhan,
dan sesuai kebutuhan lingkungan global Ibrahim (2000:6). Sehingga untuk melihat hasil dari
mutu pendidikan yang tak biasa lepas dari hal tersebut adalah ketersediaan professional guru
dan aturan yang mengatur kerja guru, yang saling bersinergi dalam mewujudkan mutu
pendidikan yang baik
2.2 Pengertian Profesionalisme Guru
Ahmad Tafsir Mendefisinikan bahwa profesionalisme adalah paham yang
mengajarkan bahwa setiap pekerjaan harus dilakukan oleh orang yang professional. Istilah
professional aslinya adalah kata sifat dari kata “profession” (pekerjaan)yang berarti sangat
mampu melakukan pekerjaan. Sebagai kata benda, professional lebih berarti orang yang
melaksanakan sebuah profesi dengan menggunakan profesi sebagai mata pencarian (Mc.
Leod,1989). Dalam kamus bahasa Indonesia edisi kedua (1991), guru diartikan sebagai orang
yang pekerjaannya (mata pencariannya) mengajar. Dalam bahasa arab disebut “Mu’alim”
dalam bahasa inggris “teacher” memiliki arti sederhana yakni “A person whose occupation is
teaching others” (Mc. Leod,1989) artinya seseorang yang pekerjaannya mengajar orang lain.
Di dalam UU sistem pendidikan nasional tahun 2003 pada pasal 39 ayat 2
menjelaskan: “Pendidik merupakan tenaga professional yang bertugas merencanakan dan
melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan
dan pelatihan serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat. “
Profesionalisme guru merupakan kondisi, arah, nilai, tujuan, dan kualitas suatu
keahlian dan kewenangan dalam bidang pendidikan dan pengajaran yang berkaitan dengan
pekerjaan seseorang yang menjadi mata pencaharian. Adapun guru yang professional itu
sendiri adalah guru yang berkualitas, berkompeten dan guru yang dikehendaki untuk
mendatangkan prestasi belajar serta mampu mempengaruhi proses belajar siswa yang
nantinya akan menghasilkan prestasi belajar siswa yang lebih baik.
Secara sederhana pekerjaan yang bersifat professional adalah pekerjaan yang hanya
dapat dilakukan oleh mereka yang secara kusus disiapkan untuk itu dan bukan pekerjaan
yang dilakukan oleh mereka yang karena tidak dapat atau tidak memperoleh pekerjaan yang
lainnya. Profesionalisme yang berdasarkan keterbukaan dan kebijakan terhadap ide-ide
pembaharuan itulah yang akan mampu melestarikan eksitensi sekolah.
2.3 Perkembangan Teknologi Informasi
Dalam rangka meningkatkan profesionalisme guru, terjadinya revolusi teknologi informasi
merupakan sebuah tantangan yang harus mampu dipecahkan secara mendesak. Adanya
perkembangan teknologi informasi yang demikian akan mengubah pola hubungan guru-
murid, teknologi instruksional dan sistem pendidikan secara keseluruhan. Kemampuan guru
dituntut untuk menyesuaikan hal demikian itu. Adanya revolusi informasi harus dapat
dimanfaatkan oleh bidang pendidikan sebagai alat mencapai tujuannya dan bukan sebaliknya
justru menjadi penghambat. Untuk itu, perlu didukung oleh suatu kehendak dan etika yang
dilandasi oleh ilmu pendidikan dengan dukungan berbagai pengalaman para praktisi
pendidikan di lapangan. Perkembangan teknologi (terutama teknologi informasi)
menyebabkan peranan sekolah sebagai lembaga pendidikan akan mulai bergeser. Sekolah
tidak lagi akan menjadi satu-satunya pusat pembelajaran karena aktivitas belajar tidak lagi
terbatasi oleh ruang dan waktu. Peran guru juga tidak akan menjadi satu-satunya sumber
belajar karena banyak sumber belajar dan sumber informasi yang mampu memfasilitasi
seseorang untuk belajar. Teknologi mempunyai gagasan mereformasi sistem pendidikan masa
depan. Apabila anak diajarkan untuk mampu belajar sendiri, mencipta, dan menjalani
kehidupannya dengan berani dan percaya diri atas fasilitasi lingkungannya (keluarga dan
masyarakat) serta peran sekolah tidak hanya menekankan untuk mendapatkan nilai-nilai ujian
yang baik saja, maka akan jauh lebih baik dapat menghasilkan generasi masa depan.
Orientasi pendidikan yang terlupakan adalah bagaimana agar lulusan suatu sekolah dapat
cukup pengetahuannya dan kompeten dalam bidangnya, tapi juga matang dan sehat
kepribadiannya. Bahkan konsep tentang sekolah di masa yang akan datang, menurutnya akan
berubah secara drastis. Ada sisi-sisi tertentu dari fungsi dan peranan sekolah yang tidak dapat
tergantikan, misalnya hubungan guru-murid dalam fungsi mengembangkan kepribadian atau
membina hubungan sosial, rasa kebersamaan, kohesi sosial, dan lain-lain. Teknologi
informasi hanya mungkin menjadi pengganti fungsi penyebaran informasi dan sumber belajar
atau sumber bahan ajar. Bahan ajar yang semula disampaikan di sekolah secara klasikal, lalu
dapat diubah menjadi pembelajaran yang diindividualisasikan melalui jaringan internet yang
dapat diakses oleh siapapun dari manapun secara individu. Inilah tantangan profesi guru.
Apakah perannya akan
186 digantikan oleh teknologi informasi, atau guru yang memanfaatkan teknologi informasi
untuk menunjang peran profesinya. Melalui penerapan dan pemilihan teknologi informasi
yang tepat (sebagai bagian dari teknologi pendidikan), maka perbaikan mutu yang
berkelanjutan dapat diharapkan. Perbaikan yang berlangsung terus menerus secara
konsisten/konstan akan mendorong orientasi pada perubahan untuk memperbaiki secara terus
menerus dunia pendidikan. Adanya revolusi informasi dapat menjadi tantangan bagi lembaga
pendidikan karena mungkin kita belum siap menyesuaikan. Sebaliknya, hal ini akan menjadi
peluang yang baik bila lembaga pendidikan mampu menyikapi dengan penuh keterbukaan
dan berusaha memilih jenis teknologi informasi yang tepat, sebagai penunjang pencapaian
mutu pendidikan. Pemilihan jenis media sebagai bentuk aplikasi teknologi dalam pendidikan
harus dipilih secara tepat, cermat dan sesuai kebutuhan, serta bermakna bagi peningkatan
mutu pendidikan kita.
2.4 Peran Guru Professional Dalam Proses Pembelajaran
Guru yang professional dituntut harus mampu berperan selaku manajer yang baik
yang didalamnya harus mampu melangsungkan seluruh tahap-tahap aktivitas dan proses
pembelajaran dengan manajerial yang baik sehingga tujuan pembelajaran yang diharapkan
dapat diraih dengan hasil yang memuaskan.
Peran guru professional atau tenaga kependidikan adalah :
a) Tenaga kependidikan sebagai pendidik dan pengajar yakni tenaga
kependidikan yang harus memiliki kestabilan emosi, ingin memajukan peserta
didik, bersifat realitis, bersikap jujur dan terbuka, peka terhadap
perkembangan terutama inovasi pendidikan.
b) Tenaga kependidikan sebagai anggota masyarakat, untuk itu harus menguasai
psikologi sosial, memiliki pengetahuan tentang hubungan antar manusia dan
sebagai anggota masyarakat harus memiliki keterampilan membina kelompok,
keterampilan bekerja sama.
c) Tenaga kependidikan perlu memiliki kepribadian menguasai ilmu
kepemimpinan menguasai prinsip hubungan manusia, teknik berkomunikasi
serta menguasai berbagai aspek kegiatan organisasi yang ada disekolah.
d) Tenaga kependidikan sebagai pengelola proses belajar mengajar yakni tenaga
kependidikan yang harus mampu dan menguasai berbagai metode mengajar
dan harus mampu menguasai situasi belajar mengajar didalam kelas maupun
diluar kelas
2.5 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Guru Profesional
Secara garis besarnya faktor-faktor yang mempengaruhi guru professional antara lain
sebagai berikut:
a) Status Akademik
Pekerjaan guru adalah pekerjaan yang bersifat profesi. Secara sederhana
pekerjaan yang bersifat profesi adalah pekerjaan yang hanya dilakukan oleh mereka
yang secara khusus dsisiapkan untuk itu dan bukan pekerjaan lainnya.
Untuk menciptakan tenaga-tenaga professional tersebut pada dasarnya
disekolah dibina dan dikembangkan dari berbagai segi diantaranya:
1. Segi toritis yaitu dilembaga atau sekolah-sekolah keguruan yang
membina dan menciptakan tenaga-tenaga professional ini diberikan
ilmu-ilmu pengetahuan selain ilmu pengetahuan yang harus
disampaikan kepada anak didik, juga diberikan ilmu-ilmu pengetahuan
khusus untuk menunjang keprofesionalannya sebagai guru yang berupa
ilmu mendidik, ilmu jiwa dan sebagainya.
2. Segi praktis yaitu secara praktis dapat diartikan dengan berdasarkan
praktek adalah cara melakukan apa yang tersebut dalam teori (W.J.S.
Porwadarminta 1999:99)
b) Pengalaman Belajar
Dalam menghadapi anak didik tidaklah mudah untuk mengorganisir
mereka, dan hal tersebut banyak menjadi keluhan, serta banyak pula dijumpai
guru yang mengeluh karena sulit untuk menciptakan suasana kegiatan belajar
mengajar yang menyenangkan. Hal tersebut dikarenakan guru kurang mampu
untuk menguasai dan menyesuaikan diri terhadap proses belajar mengajar
yang berlangsung.
c) Mencintai profesi sebagai guru
Rasa cinta tumbuh dari naluri kemanusiaan dan rasa cinta akan
mendorong individu untuk melakukan sesuatu sebagai usaha dan
pengorbanan. Seseorang yang melakukan sesuatu dengan tanpa adanya rasa
cinta biasanya orang yang keadaanya dalam paksaan orang lain, maka dalam
melaksanankan haknya itu dengan merasa terpaksa. Dalam melakukan sesuatu
akan lebih berhasil apabila disertai dengan adanya rasa cinta terhadap apa
yang dilakukannya itu.
d) Berkepribadian
Secara bahasa kepribadian adalah keseluruhan sifat-sifat yang
merupakan watak-watak seseorang. Dalam proses belajar mengajar
kepribadian seorang guru ikut serta menentukan watak kepada siswanya.
Dalam proses belajar kepribadian seorang guru sangat menentukan terhadap
pembentukan kepribadian siswa untuk menanamkan akhlak yang baik sebagai
umat manusia.
Guru sebagai pelaksana proses pendidikan, perlu memiliki keahlian
dalam melaksanakan tugasnya. Oleh karenanya keberhasilan proses belajar
mengajar sangat tergantung kepada bagaimana guru mengajar. Agar guru
dapat melaksanakan tugasnya dengan efektif dan efisien, maka guru perlu
memiliki kompetensi yang dapat menunjang tugasnya, yang disebut
kompetensi guru profesional. Kompetensi tersebut antara lain sebagaid berikut
:
1. Kompetensi Pribadi
Adalah kemampuan personal yang mencerminkan kepribadian
yang mantap, stabil, dewasa, arif dan berwibawa, menjadi teladan bagi
peserta didik, dan berakhlak mulia. Sub kompetensi dalam kompetensi
kepribadian melliputi :
a) Kepribadian yang mantap dan stabil meliputi bertindak sesuai dengan
norma sosial, bangga menjadi guru, dan memiliki konsistensi dalam
bertindak sesuai dengan norma.
b) Kepribadian yang dewasa yaitu menampilkan kemandirian dalam
bertindak sebagai pendidik dan memiliki etos kerja sebagai guru.
c) Kepribadian yang arif adalah menampilkan tindakan yang didasarkan
pada kemanfatan peserta didik, sekolah dan masyarakat dan
menunjukan keterbukaan dalam berfikir dan bertindak.
d) Kepribadian yang berwibawa meliputi memilii perilaku yang
berpengaruh positif terhadap peserta didik memiliki perilaku yang
disegani.
e) Berakhlak mulia dan dapat menjadi teladan meliputi bertindak sesuai
norma religious (imtaq, jujur, ikhlas, suka menolong) dan memiliki
perilaku yang diteladani peserta didik.
2. Kompetensi Profesional
Adalah penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam,
yang mencakup penguasaan materi kurikulum mata pelajaran di sekolah
dan substansi keilmuan yang menaungi materinya, serta penguasaan
tehadap struktur dan metodologi keilmuannya. Sub kompetensi dalam
kompetensi professional adalah:
a) Mengerti dan dapat menerapkan landasan kependidikan bai filosofi dan
psikologis
b) Mengerti dan dapat menerapkan teodi belhar sesuaii dengan tingkat
perkembangan perilaku peserta didik
c) Mampu menangani mata pelajaran atau bidan studi yang ditugaskan
kepadanya
d) Mengerti dan dapat menerapkann metode mengajar yang sesuai
e) Mampu menggunakan berbagai alat pelajaran dan media serta fasilitas
yang lain
f) Mampu mengorganisasikan dan melaksanakan program pengajaran
g) Mampu melaksanakan evaluasi belajar
h) Mampu menumbuhkan kepribadian peserta didik.
3. Kompetensi Sosial
Kemampuan sosial tenaga kependidikan adalah salah satu daya atau
kemampuan tenaga kependidikan untuk mempersiapkan perserta didik
menjadi anggota masyarakat yang baik serta kemampuan untuk mendidik,
membimbing masyarakat dalam menghadapu kehidupan yang akan dating.
Tenaga kepribadian harus mampu berkomunikasi dengan masyarakat,
mampu bergaul dan melayani masyarakat dengan baik, mampu mendorong
dan menunjang kreatifitas masyarakat, dan menjaga emosi dan perilaku
yang tidak baik.
4. Kompetensi Pedagogik
Kemampuan pemahaman terhadap peserta didik, perancangan dan
pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan
peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang
dimilikinya. Sub kompetensi dalam kompetensi Pedagogik adalah:
a) Memahami peserta didik secara mendalam yang meliputi
memahami peserta didik dengan memanfaatkan prinsip-prinsip
perkembangan kognitif, prinsip-prinsip kepribadian, dan
mengidentifikasi bekal ajar awal peserta didik.
b) Merancang pembelajaran, termasuk memahami landasan
pendidikan untuk kepentingan pembelajaran yang meliputi
memahami landasan pendidikan, menerapkan teori belajar dan
pembelajaran, menentukan strategi pembelajaran berdasarkan
karakteristik pesera didik, kompetensi yang ingin dicapai, dan
materi ajar, serta menyusun rancangan pembelajaran berdasarkan
strategi yang dipilih.
c) Melaksanakan pembelajaran yang meliputi menata latar
pembelajaran dan melaksanakan pembelajaran yang kondusif.
d) Mengembangkan peseta didik untuk mengaktualisasikan berbagai
potensinya meliputi memgasilitasi peserta didik yntuk
pengembangan berbagai potensi akademik, dan memfasilitasi
peserta didk untuk mengembangkan berbagai potensi non
akademik
2.6 Upaya-Upaya untuk Meningkatkan Profesionalisme Guru
Profesionalisme guru merupakan acuan yang sangat penting bagi peningkatan
dunia pendidikan. Banyak cara yang dilakukan untuk meningkatkan profesionalsme
guru. Jalan yang dapat dilakukan untuk meningkatkan Profesionalisme guru antara
lain:
1. Peningkatan kesejahteraan. Agar seorang guru bermartabat dan mampu
“membangun” manusia dengan penuh percaya diri, guru memiliki kesejahteraan
yang cukup (gaji yang memadai). Perlu ditata ulang sistem penggajian guru agar
gaji yang diterimanya setiap bulan dapat mencukupi kebutuhan hidup dirinya dan
keluarganya dan pendidikan putra-putrinya. Dengan penghasilan yang mencukupi,
tidak perlu guru bersusah payah untuk mencari nafkah tambahan di luar jam
kerjanya. Guru akan lebih konsentrasi ada profesinya, tanpa harus
menghawatirkan kehidupan rumah tangganya serta khawatir akan pendidikan
putra-purtinya. Guru mempunyai waktu yang cukup untuk mempersiapkan diri
tampil prima di depan kelas. Jika mungkin, seorang guri dapat meningkatkan
profesinya dengan menulis buku materi pelajaran yang dapat digunakan diri
sendiri untuk mengajar dan membantu guru-guru lain yang belum mencapai
tingkatnya. Hal ini dapar lebih menyejahterakan kehidupan guru dan akan lebih
meningkatkan status sosial guru. Guru akan lebih dihormati dan dikagumi oleh
anak didiknya. Jika anak didik mengagumi gurunya maka motivasi belajar siswa
akan meningkat dan pendidikan pasti akan lebih berhasil.
2. Kurangi beban guru dari tugas-tugas administrasi yang sangat menyita waktu.
Sebaiknya tugas-tugas administrasi yang selama ini harus dikerjakan seorang
guru, dibuat oleh suatu tim di Diknas atau Musyawarah Guru Mata Pelajaran
(MGMP) yang disesuaikan dengan kondisi daerah dan bersifat fleksibel (bukan
harga mati) lalu disosialisasikan kepada guru melalui sekolah-sekolah. Hal ini
dapat dijadikan sebagai pegangan guru mengajar dalam mengajar dan membantu
guru-guru pemula untuk mengajar tanpa membebani tugas-tugas rutin guru.
3. Penyelenggaraan pelatihan dan sarana. Salah satu usaha untuk meningkatkan
profesionalitas guru adalah pendalaman materi pelajaran melalui pelatihanpelatihan tanpa beban biaya atau melengkapi sarana dan kesempatan agar guru
dapat banyak membaca buku-buku materi pelajaran yang dibutuhkan guru untuk
memoerdalam pengetahuannya.
4. Pembinaan perilaku kerja. Studi-studi sosiologi sejak zaman Max Weber di awal
abad ke-20 dan penelitian manajemen dua puluh tahun belakangan bermuara pada
satu kesimpulan utama bahwa keberhasilan pada berbagai wilayah kehidupan
ternyata ditentukan oleh perilaku manusia, terutama perilaku kerja.
5. Penciptaan waktu luang. Waktu luang sudah lama menjadi sebuah bagian proses
pembudayaan. Salah satu tujuan pendidikan klasik (Yunani-Romawi) adalah
menjadikan manusia makin menjadi “penganggur terhormat”, dalam arti semakin
memiliki banyak waktu luang untuk mempertajam intelektualitas dan kepribadian.
6. Memahami tuntutan standar profesi yang ada. Upaya memahami tuntutan standar
profesi yang ada (di Indonesia dan yang berlaku di dunia) harus ditempatkan
sebagai prioritas utama jika guru ktita ingin meningkatkan profesionalitasmenya.
Hal ini didasarkan kepada beberapa alasan sebagai berikut: Pertama, persaingan
global sekarang memungkinkan adanya mobilitas guru secara lintas Negara.
Kedua, sebagai professional seorang guru harus mengikuti tuntutan perkembangan
profesi secara global, dan tuntutan masyarakat yang menghendaki pelayanan yang
lebih baik. Cara satu-satunya untuk memenuhi standar profesi ini adalah dengan
membuka diri yakni mau mendengar dan melihat perkembangan baru di
bidangnya.
7. Mencapai kualifikasi dan kompetensi yang di persyaratkan. Kemudian upaya
mencapao kualifikasi dan kompetensi yang dipersyaratkan juga tidak kalah
pentingnya bagi guru. Dengan dipenuhinya kualifikasi dan kompetensi yang
memadai maka guru memiliki posisi tawar yang kuat dan memenuhi syarat yang
dibutuhkan.
8. Membangun hubungan kerjawatan yang baik dan luas temasuk lewat organisasi
profesi. Upaya membangun hubungan kerjawatan yang baik dan luas dapat
dilakukan dengan membina jaringan kerja atau networking. Guru harus berusaha
untuk mengetahui aoa yang telah dilakukan oleh sejawatnya yang sukses.
9. Mengembangkan etos kerja atau budaya kerja yang mengutamakan pelayanan
bermutu tinggi. Selanjutnya upaya menmbangun etos kerja atau budaya kerja yang
mengutamakan pelayanan bermutu tinggi kepada konstituen merupakan suatu
keharusan di zaman sekarang. Semua bidang dituntut untuk memberikan
pelayanan prima kepada konstituennya yaitu siswa, orangtua dan sekolah. Terlebih
lagi pelayanan pendidikan adalah termasuk pelayanan publik yang didanai,
diandakan, dikontrol oleh dan untuk kepentingan publik. Oleh karena itu guru
harus mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugasnya kepada publik.
10. Mengadopsi inovasi atau mengembangkan kreativitas dalam pemanfaatan
teknologi komunikasi dan informasi mutakhir agar senantiasa tidak ketinggalan
dalam kemampuannya mengelola pembelajaran. Guru dapat memanfaatkan media
dan ide-ide baru bidan teknologi pendidikan seperti media presentasi, computer
dan juga pendekatan-pendekatan baru bidang teknologi pendidikan.
Upaya-upaya guru untuk meningkatkan profesionalismenya tersebut pada
akhirnya memerlukan adanya dukungan dari semua puhak yang terkait agar benarbenar terwujud. Pihak-pihak yang harus memberikan dukungannya tersebut adalah
organisasi profesi seperti PGRI, pemerintah dan juga masyarakat.
2.7 Dunia Pendidikan Indonesia Menghadapi MEA Pada tahun 2015 kesepakatan
Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) atau Pasar Ekonomi ASEAN mulai berlaku.
Kesepakatan ini tak hanya berdampak pada sektor ekonomi, tapi juga sektor-sektor
lainnya. Tak terkecuali “pendidikan” sebagai modal membangun sumber daya
manusia yang kompetitif. Era perdagangan bebas ASEAN, harus disambut oleh dunia
pendidikan dengan cepat, agar sumber daya manusia Indonesia siap menghadapi
persaingan yang semakin ketat dengan negara-negara lain.. Mengacu pada faktor
penentu kemajuan suatu negara yaitu, penguasaan inovasi (45%), penguasaan
jaringan/networking (25%), penguasaan teknologi (20%), serta
188 kekayaan sumberdaya alam hanya (10%), maka pendidikan di Indonesia harus
lebih menekankan pada tiga kemampuan tersebut untuk meningkatkan kemajuan di
Indonesia. Berkaitan dengan hal tersebut, pemerintah harus mampu menyiapkan
sekolah-sekolah khusus yang sesuai dengan kebutuhan di lapangan kerja, misalnya
sekolah pertanian, sekolah peternakan, sekolah perikanan, sekolah teknik mesin,
sekolah teknik bangunan, dan sebagainya. Sekolah-sekolah tersebut harus benar-benar
mampu membekali kompetensi untuk berinovasi dan untuk membangun
jaringan/networking. Kompetensi berinovasi dapat dilakukan dengan peningkatan
berbagai ketrampilan yang ada. Ketrampilan ini bisa diupayakan dengan cepat karena
siswa akan diajarkan bagaimana cara bekerja yang kreatif dan inovatif. Sedangkan
kompetensi membangun jaringan dilakukan dengan pengembanga sikap dan
mengelola sumber daya manusia seperti, kepemimpinan, kerja sama serta komunikasi.
Disamping itu peningkatan peran pemerintah dalam menyelesaikan masalah
pendidikan, yaitu dengan mengalokasikan anggaran pendidikan yang memadai
disertai dengan pengawasan pelaksanaan anggaran, agar dapat benar-benar
dimanfaatkan untuk memperbaiki pendidikan di Indonesia. Seperti program
pembangunan infrastruktur sekolah yang merata, menyusun kurikulum yang lebih
representatif agar dapat menggali potensi siswa ( tidak sekedar hardskill, namun juga
softskill ). Pemerintah juga harus lebih memperhatikan kualitas, distribusi serta
kesejahteraan guru di Indonesia, karena guru merupakan salah satu tonggak untuk
mendukung jalannya pendidikan, dan sangat berperan penting dalam menciptakan
siswa yang cerdas, terampil, bermoral dan berpengetahuan luas. Sehingga sepantasnya
pemerintah dapat membuat peraturan untuk menuju penyelenggaraan pendidikan yang
berkualitas, serta dapat dijangkau oleh seluruh lapisan masyarakat Indonesia. Dengan
demikian, apabila pendidikan di Indonesia mampu membekali siswa dengan
pengetahuan serta keterampilan yang memadai, maka lulusan pendidikan Indonesia
akan memiliki rasa percaya diri serta motivasi yang tinggi untuk mengembangkan diri
secara optimal, sehingga dapat diyakini bahwa Indonesia mampu bersaing secara
global dan mampu menghadapi MEA 2015
2.8 Solusi Ke Depan Penerapan profesionalisme tentunya bukan hanya tanggung
jawab semata dari guru tersebut, akan tetapi semua elemen yang mendukung dalam
tugas guru. Berbagai masalah
189 dalam mencapi profesionalisme guru kedepan sangatlah kompleks, dengan
kondusi tersebut apabila tidak ada kesiapan secara baik akan berdampak terhadap
kualitas pendidikan di Indonesia. Sementara saat ini, negara-negara di sekitar
Indonesia memendang peningkatan mutu pendidikan melalui perbaikan kinerja guru
sudah berkembang dengan pesat. Perbaikan sumber daya dalam hal ini adalah guru
merupakan prioritas,perbaikan dalam hal jangka panjang untuk menyiapkan
kemampuan guru, misalnya dalam kemampuan penguasaan teknologi informasi.
Penguasaan teknologi informasi saat ini merupakan hal yang sangat penting, melihat
perkembangan teknologi informasi yang sangat pesat pada saat ini. Perkembangan
tersebut tentunya berdampak pula pada dunia pendidikan, bagaimana pendidikan
mampu beradaptasi dengan perkembangan tersebut. Hal tersebut akan terwujud
apabila komponen-komponen di dalam pendidikan mampu beradaptasi pula. Guru
sebagai salah satu komponen pendidikan harus mampu beradaptasi juga, langkah awal
yang harus dilakukan adalah menumbuhkan minat guru terhadap teknologi informasi
melalui stimulus-stimulus yang mengharuskan guru berhubungn langsung dengan
teknologi informasi. Sebagai contoh sekolah memberikan instruksi kepada guru agar
setiap kegiatan pembelajaran menggunakan media teknologi. Dengan begitu secara
terbiasa guru akan mudah menguasai teknologi informasi, tentunya juga harus
didukung sarana yang memadai dari sekolah. Pengembangan kemampuan guru dalam
menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) yang perlu disaiapkan
adalahkepemimpinan, public speaking, penguasaan bahasa asing, dan jaringan.
Apabila hal tersebut mampu dikuasai oleh guru, maka akan mudah guru untuk
menghadapai MEA dan siap bersaing dengan SDM dari negara anggota MEA serta
mempunyai profesionalisme yang baik dalam bekerja.
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Problematika pendidikan Indonesia saat ini terletak pada sistem dan sumber daya
manusia nya yang masih belum bisa bersinergi, sehingga aturan yang dibuat kadang kala
tidak menyesuaikan kemampuan SDM yang di lapanagan, begitupun sebaliknya SDM
terkadang enggan untuk menuruti aturan yang berlaku. Masalah tersebut mempunyai
190 dampak yang sangat besar terhadap pendidikan, karena hubungan nya langsung dengan
bagaimana guru menjalankan kegiatannya dan mampu dikatakan profesional.
Profesionalisme merupakan performance quality dan sekaligus sebagai tuntutan perilaku
profesional dalam melaksanakan tugasnya. Konsekuensinya guru sebagai profesional dituntut
untuk bisa bekerja dalam koridor profesionalisme.Guru adalah pekerja profesi oleh karena itu
harus menjunjung profesionalisme. Pengertian umum profesionalisme menunjukkan kerja
keras secara terlatih tanpa adalanya persyaratan tertentu. Tantangan yang menghadang di
depan dalam mewujudkan profesionalisme guru adalah bagaimana guru mampu menguasai
teknologi dan informasi, desentralisasi dan sentralisasi dalam pendidikan sehingga terkadnag
membatasi gerak guru untuk menggeluarkan kemempuannya. Dan tantangan yang paling
besar adalah adanya MEA yang mengharuskan SDM di Indonesia mampu bersaing dengn
SDM dari luar yang kan masuk ke Indonesia
Matematika sebagai pelajaran esensial yang diajarkan kepada anak pada tiap tingkat
pendidikan. Bahkan pada pendidikan anak usia dini matematika sudah mulai
diperkenalkan. Ini menunjukkan bahwa matematika itu sangat berkaitan dengan
kehidupan sehari-hari
Dengan Penguasaan
Ilmu
Matematika
yang
maju,
serta
memperhatikan
perkembangan dan kemajuan zaman dengan sendirinya pemanfaatan dan penguasaan
IPTEK mutlak diperlukan untuk mencapai kesejahteraan bangsa, serta visi dan misi
IPTEK dirumuskan sebagai panduan untuk mengoptimalkan setiap sumber daya
IPTEK yang dimiliki oleh bangsa Indonesia
Pentingnya matematika tidak lepas dari perannya dalam segala jenis dimensi
kehidupan, misalnya banyak persoalan kehidupan yang memerlukan kemampuan
menghitung dan mengukur. Dengan demiian, ilmu matematika memiliki peran yang
begitu banyak dalam pengembangan IPTEK di Indonesia.
3.2 Saran
Mewujudkan profesionalisme guru merupakan tugas setiap stakeholder pendidikan,
baik dari jajaran pembuat keputusan sampai pelaksana keputusan. Sinergi semua lini harus
dilakukan agar perbaikan mutu guru dalam berbagai kemampuan dapat terwujud. Melihat
tantangan yang ada di depan yang snagat terjal, solusinya memang harus saling
bahumembahu dalam perbaikan profesionalisme guru
Seluruh pihak perlu bekerja sama untuk meningkatkan kualitas pembelajaran
matematika serta kuantitas-kualitas penelitian matematika di Indonesia. Selain itu, juga harus
melakukan evaluasi agar ditemukan berbagai solusi dalam menghadapi ancaman dan
tantangan globalisasi, khususnya dibidang IPTEK dengan pelajaran matematika. Bila hal
tersebut dilakukan dengan perencanaan yang matang dan pelaksanaan yang intensif, niscaya
IPTEK di Indonesia tidak akan tertinggal karena aspek pembelajaran matematika telah
berkembang kearah yang lebih baik lagi.
DAFTAR RUJUKAN
-
Drs. H. Sugito,M.Si, Pendidikan Sejarah Perjuangan dan Jati Diri PGRI (Jakarta :
-
YPLP/PPLP PGRI Pusat, 2011).
Prof . Dr. Sudarwan Danim, Dr. H. Khairil proresi kependidikan, Bandung : Jl
-
Gegerkalong hilir
http://file.upi.edu/Direktori/Fpmipa/PROD._ILMU_KOMPUTER/19660101199103IWAWAN_SETIAWAN/22._profesionalisme_guru.pdf
-
Jurnal Aziz Shofi Nurdiansyah, PROFESIONALISME GURU DAN TANTANGAN
KEDEPAN
-
DALAM PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN
Mantja, W. 2007. Profesionalisasi Tenaga Kependidikan: manajemen pendidikan dan
-
supervisi pengajaran.
Supriyadi, D. 1999. Menggangkat Citra dan Martabat Guru. Yogyakarta: Adicita
-
Karya Nusa.
Syamsudin, A. 2006. Profesi Keguruan. Jakarta
DALAM PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN PADA ERA
GLOBAL
MAKALAH
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah profesi kependidikan
Dosen : Jajat Sudrajat, S.pd.,M.pd.
Disusun oleh :
Anisa
PROGRAM STUDY PENDIDIKAN MAEMATIKA
SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU
PENDIDIKAN
SEBELAS APRIL SUMEDANG
2017/2018
Abstrak
Di era globalisasi saat ini, Indonesia harus mampu meningkatkan mutu
pendidikan, sehingga tidak kalah bersaing dengan negara lain. Negara kita harus
mencetak orang-orang yang berjiwa mandiri dan mampu berkompetisi di tingkat dunia.
Saat ini, Indonesia membutuhkan orang-orang yang dapat berfikir secara efektif, efisien
dan juga produktif. Hal tersebut dapat diwujudkan jika kita mempunyai tenaga pendidik
yang handal dan mampu mencetak generasi bangsa yang pintar dan bermoral.
Sebagaimana telah dimaklumi bahwa dalam lingkup pendidikan yang terkecil yaitu sekolah,
guru memegang peranan yang amat penting dan strategis. Kelancaran proses seluruh kegiatan
pendidikan terutama sekolah, sepenuhnya berada dalam tanggung jawab para guru. Dalam
Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen merupakan tuntutan dari
pentingnya keberadaan guru dan dosen sebagai pendidik yang harus dihargai kerja dan
pengabdiannya untuk mencerdaskan bangsa. Di samping itu, Undang-Undang Nomor 20
Tahun 2003 Tentang Sitem Pendidikan Nasional yang mensyaratkan bahwa untuk menjamin
perluasan dan pemerataan akses, peningkatan mutu dan relevansi, serta tata pemerintahan
yang baik dan akuntabilitas pendidikan yang mampu menghadapi tantangan sesuai dengan
tuntutan perubahan kehidupan lokal, nasional, dan global perlu dilakukan pemberdayaan dan
peningkatan mutu guru secara terencana, terarah dan berkesinambungan
Profesionalisme merupakan performance quality dan sekaligus sebagai
tuntutan perilaku profesional dalam melaksanakan tugasnya. Profesionalisme.Guru
adalahpekerja profesi oleh karena itu harus menjunjung profesionalisme. Pengertian
umum profesionalisme menunjukkan kerja keras secara terlatih tanpa adalanya
persyaratan tertentu. Profesionalisme guru menghadapi problematika pendidikan yang
masih banyak terjadi di negeri ini seperti, sistem yang berubah-ubah dan SDM yang
masih kalah dengan negara-negara tetangga. Tantanggan profesinalisme guru kedepan
adalah perkembangan teknologi informasi, desentralisasi dan sentralisasi pendidikan,
dan pasar bebas ASEAN.
Kata Kunci: profesionalisme, guru, mutu pendidikan
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas berkat rahmat dan hidayahNya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “PROFESIONALISME
GURU DAN PROFESSIONAL GURU DALAM PEMBELAJARAN
” dengan tepat pada waktunya. Penulisan makalah ini dibuat dalam rangka memenuhi
Tugas mata kuliah pengantar pendidikan pada perkuliahan semester I ini.
Dalam menyusun makalah ini kami mengalami banyak rintangan dan kesulitan seperti
kurangnya wawancara langsung sebagai sumber referensi, waktu penulisan yang terbatas
dalam melakukan pencarian sumber dan kesulitan lainnya yang menghambat dalam
menyusun makalah ini. Namun kami dapat menyelesaikan kesulitan tersebut berkat dukungan
dan bantuan semua pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima
kasih kepada:
1. Bapak Jajat Sudrajat, S.pd.,M.pd.
Selaku dosen pengantar pendidikan yang telah
membimbing penulis dalam menyelesaikan makalah ini.
2. Orang Tua penulis yang ikut berperan penting dalam moril dan materil.
3. Teman-teman yang ikut membantu dan memberi pendapat kepada kami pada saat penulis
menemukan masalah atau kendala dalam menyelesaikan makalah ini.
Dalam menyusun makalah ini, kami sangat menyadari bahwa banyak kekurangan
dan kesalahan. Oleh karena itu penulis mengharapkan adanya kritik dan saran dari pembaca
yang membangun demi kesempurnaan makalah ini. Semoga penulisan makalah karya tulis ini
dapat bermanfaat bagi pembaca, khususnya bagi penulis. Akhir kata penulis mengucapkan
terima kasih.
Sumedang, 12 Desember 2016
Tim Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ....................................................................................................... i
DAFTAR ISI ................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................. 1
1.1
Latar Belakang ................................................................................................... 1
1.2
Rumusan Masalah .............................................................................................. 1
1.3
Tujuan ................................................................................................................ 1
BAB 2 PEMBAHASAN ................................................................................................ 2
2.1
Promatika pendidikan ........................................................................................ 2
2.2
Perkembangan teknologi ……........................................................................... 5
2.3
Peran guu professional dalampembelajaran ………........................................... 6
2.4
Faktor yang mempengaruhi guru profession………………………………........8
2.5
Upaya-Upaya untuk Meningkatkan Profesionalisme Guru..................................10
2.6
Dunia pendidikan Indonesia menghadapi MEA………………………………… 15
2.7
Solusi kedepan …………………………………………………………………...20
BAB 3 PENUTUP........................................................................................................... 28
3.1
Kesimpulan ......................................................................................................... 28
3.2
Saran ................................................................................................................... 28
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................29
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Di era globalisasi saat ini, Indonesia harus mampu meningkatkan mutu
pendidikan, sehingga tidak kalah bersaing dengan negara lain. Negara kita harus
mencetak orang-orang yang berjiwa mandiri dan mampu berkompetisi di tingkat dunia.
Saat ini, Indonesia membutuhkan orang-orang yang dapat berfikir secara efektif, efisien
dan juga produktif. Hal tersebut dapat diwujudkan jika kita mempunyai tenaga pendidik
yang handal dan mampu mencetak generasi bangsa yang pintar dan bermoral.
Sebagaimana telah dimaklumi bahwa dalam lingkup pendidikan yang terkecil
yaitu sekolah, guru memegang peranan yang amat penting dan strategis. Kelancaran
proses seluruh kegiatan pendidikan terutama sekolah, sepenuhnya berada dalam tanggung
jawab para guru. Dalam Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen
merupakan tuntutan dari pentingnya keberadaan guru dan dosen sebagai pendidik yang
harus dihargai kerja dan pengabdiannya untuk mencerdaskan bangsa. Di samping itu,
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sitem Pendidikan Nasional yang
mensyaratkan bahwa untuk menjamin perluasan dan pemerataan akses, peningkatan mutu
dan relevansi, serta tata pemerintahan yang baik dan akuntabilitas pendidikan yang
mampu menghadapi tantangan sesuai dengan tuntutan perubahan kehidupan lokal,
nasional, dan global perlu dilakukan pemberdayaan dan peningkatan mutu guru secara
terencana, terarah dan berkesinambungan.
Guru adalah seseorang pemimpin yang harus mengatur, mengawasi dan
mengelola seluruh kegiatan proses pembelajaran di sekolah yang menjadi lingkup
tanggung jawabnya, serta merupakan orang yang sangat berpengaruh dalam proses
belajar mengajar. Sudah selayaknya seorang guru itu diberikan kesejahteraan berupa
sertifikasi. Dapat dipahami bahwa sertifikasi adalah proses pemberian sertifikat pendidik
kepada guru yang telah memenuhi persyaratan tertentu, yaitu memiliki kualifikasi
akademik, kompetensi, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk
mewujudkan tujuan pendidikan nasional yang disertai dengan peningkatan kesejahteraan
yang layak.
Sejumlah penelitian membuktikan bahwa guru yang professional merupakan salah
satu indikator penting dari sekolah berkualitas. Guru yang professional akan sangat
membantu proses pencapaian visi misi sekolah. Mengingat strategisnya peran yang
dimiliki oleh seorang guru, usaha-usaha untuk mengenali dan mengembangkan
profesionalisme guru menjadi sangat penting untuk dilakukan.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Apa yang dimaksud dengan probematika pendidikan ?
1.2.2 Apa yang dimaksud dengan profesionalisme guru
1.2.3 Bagaimana peran guru professional dalam proses pembelajaran ?
1.2.4 Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi profesionalisme guru ?
1.2.5 Apa saja syarat- syarat menjadi guru profesionalisme ?
1.2.6 Apa saja upaya untuk meningkatkan profesionalisme guru
1.2.7 Bagaimana solusi kedepan
1.3 Tujuan Penelitian
Penelitian dilakukan dengan tujuan sebagai berikut:
1.3.1 Mengetahui pengertian tentang probematika pendidikan
1.3.2 Mengatahui pengertian tentang dengan profesionalisme guru
1.3.3 Mengetahui peran guru professional dalam proses pembelajaran
1.3.4 Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi profesionalisme guru
1.3.5 Mengetahui syarat- syarat menjadi guru profesionalisme
1.3.6 Mengetahui cara meningkatkan profesionalisme guru dalam membangun
pendidikan yang berkualitas
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Problematika Mutu Pendidikan
Sebelum melangkah lebih jauh dalam mengkaji peran guru dalam peningkatan mutu
pendidikan, ada baiknya melihat problematika mutu pendidikan saat ini. Hal ini sebagai. Hal
ini sebagai overview untuk kemudian mengantarkan pada
182 pemahaman diman dan seperti apa sebenanrnya kompetensi dan profesionalitas guru
secara ideal, seperti halnya juga yang dicantumkan dalam pengaturan Udang-undang guru
dan dosen saat ini. Pendidikan merupakan salah satu subsistem yang sentral, sehingga
senantiasa perlumendapatkan perhatian dan perbaikan dalam menjaga kontinuitas proses
kehidupandalam berbagai aspek di tengah-tengah masyarakat , negara-negara tersebut (inputproses-output). Karena itu, mutu pendidikan perlu menjadi perhatian berbagai pihak untuk
kemudian mampu bersama memajukannya. Perlu diingat kita bahha mutu pendidikan
Indonesia belum beranjak dari prestasinya yang cukup rendah bahkan ditingkatan ASIA.
Memang ada paradigma yang terbangun di dalam sistem pendidikan kita bahwa ganti menteri
ganti kurikulum dan kebijakan pendidikan. Hal ini tentu dapat berpengaruh pada upaya
singkronisasi peningkatan mutu pendidikan. Dalam upaya untuk memperbaiki sistem
pendidikan nasional ternyata memerlukan adanya perbaikan pula dalam aspek sistemik
(regulasi-regulasi) serta meningkatnya kontrol sosial dari masyarakat, selain itu pendidikan
sangat dipengaruhi oleh kondisi sosial politik, termasuk persoalan stabilitas dan keamanan,
sebab pelaksanaan pendidikan membutuhkan rasa aman (Malik Fadjar, 2001). Hasil survey
Political and Economic Risk Consultancy (PERC) yang menyebutkan bahwa sistem
pendidikan di Indonesia terburuk di kawasan Asia, yaitu dari 12 negara yang disurvei oleh
lembaga yang berkantor pusat di Hongkong itu, Korea Selatan dinilai memiliki sistem
pendidikan terbaik, disusul Singapura, Jepang dan Taiwan, India, Cina,serta Malaysia.
Indonesia menduduki urutan ke 12, setingkat di bawah Vietnam. Sedangkan laporan dari
United Nations Development Program (UNDP) tahun 2010 dan 2011, menyatakan bahwa
indeks pembangunan manusia di Indonesia ternyata tetap buruk. Tahun 2010 Indonesia
menempati urutan ke 111 dari 175 negara ditambah . Lebih sempit lagi pada kawasan
ASEAN, menurut UNDP menyatakan posisi Indonesia dibandingkan dengan negara-negara
anggota ASEAN masih tertinggal cukup jauh, Singapura pada urutan 25, Brunei pada urutan
33, Malaysia pada urutan 58, sementara Indonesia berda pada urutan 111. Kondisi ini
menunjukan adanya hubungan yang berarti antara penyelenggaraan pendidikan dengan
kualitas pembangunan sumber daya manusia indonesia yang dihasilkan selama ini, meskipun
masih ada faktor-faktor lain yang juga mempengaruhinya. Landasan
183 Pendidikan marupakan salah satu kajian yangdikembangkan dalam berkaitannya dengan
dunia pendidikan. Untuk diyakini bahwa dalam bidang pendidikan, yang dimaksud dengan
mutu memiliki pengertian sesuai dengan makna yang terkandung dalam siklus pembelajaran.
Secara ringkas dapat diartikan beberapa kata kunci mengeni pengertian mutu, yaitu sesuai
perkembangan kebutuhan, sesuai penggunaan pelanggan, sesuai perkembangan kebutuhan,
dan sesuai kebutuhan lingkungan global Ibrahim (2000:6). Sehingga untuk melihat hasil dari
mutu pendidikan yang tak biasa lepas dari hal tersebut adalah ketersediaan professional guru
dan aturan yang mengatur kerja guru, yang saling bersinergi dalam mewujudkan mutu
pendidikan yang baik
2.2 Pengertian Profesionalisme Guru
Ahmad Tafsir Mendefisinikan bahwa profesionalisme adalah paham yang
mengajarkan bahwa setiap pekerjaan harus dilakukan oleh orang yang professional. Istilah
professional aslinya adalah kata sifat dari kata “profession” (pekerjaan)yang berarti sangat
mampu melakukan pekerjaan. Sebagai kata benda, professional lebih berarti orang yang
melaksanakan sebuah profesi dengan menggunakan profesi sebagai mata pencarian (Mc.
Leod,1989). Dalam kamus bahasa Indonesia edisi kedua (1991), guru diartikan sebagai orang
yang pekerjaannya (mata pencariannya) mengajar. Dalam bahasa arab disebut “Mu’alim”
dalam bahasa inggris “teacher” memiliki arti sederhana yakni “A person whose occupation is
teaching others” (Mc. Leod,1989) artinya seseorang yang pekerjaannya mengajar orang lain.
Di dalam UU sistem pendidikan nasional tahun 2003 pada pasal 39 ayat 2
menjelaskan: “Pendidik merupakan tenaga professional yang bertugas merencanakan dan
melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan
dan pelatihan serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat. “
Profesionalisme guru merupakan kondisi, arah, nilai, tujuan, dan kualitas suatu
keahlian dan kewenangan dalam bidang pendidikan dan pengajaran yang berkaitan dengan
pekerjaan seseorang yang menjadi mata pencaharian. Adapun guru yang professional itu
sendiri adalah guru yang berkualitas, berkompeten dan guru yang dikehendaki untuk
mendatangkan prestasi belajar serta mampu mempengaruhi proses belajar siswa yang
nantinya akan menghasilkan prestasi belajar siswa yang lebih baik.
Secara sederhana pekerjaan yang bersifat professional adalah pekerjaan yang hanya
dapat dilakukan oleh mereka yang secara kusus disiapkan untuk itu dan bukan pekerjaan
yang dilakukan oleh mereka yang karena tidak dapat atau tidak memperoleh pekerjaan yang
lainnya. Profesionalisme yang berdasarkan keterbukaan dan kebijakan terhadap ide-ide
pembaharuan itulah yang akan mampu melestarikan eksitensi sekolah.
2.3 Perkembangan Teknologi Informasi
Dalam rangka meningkatkan profesionalisme guru, terjadinya revolusi teknologi informasi
merupakan sebuah tantangan yang harus mampu dipecahkan secara mendesak. Adanya
perkembangan teknologi informasi yang demikian akan mengubah pola hubungan guru-
murid, teknologi instruksional dan sistem pendidikan secara keseluruhan. Kemampuan guru
dituntut untuk menyesuaikan hal demikian itu. Adanya revolusi informasi harus dapat
dimanfaatkan oleh bidang pendidikan sebagai alat mencapai tujuannya dan bukan sebaliknya
justru menjadi penghambat. Untuk itu, perlu didukung oleh suatu kehendak dan etika yang
dilandasi oleh ilmu pendidikan dengan dukungan berbagai pengalaman para praktisi
pendidikan di lapangan. Perkembangan teknologi (terutama teknologi informasi)
menyebabkan peranan sekolah sebagai lembaga pendidikan akan mulai bergeser. Sekolah
tidak lagi akan menjadi satu-satunya pusat pembelajaran karena aktivitas belajar tidak lagi
terbatasi oleh ruang dan waktu. Peran guru juga tidak akan menjadi satu-satunya sumber
belajar karena banyak sumber belajar dan sumber informasi yang mampu memfasilitasi
seseorang untuk belajar. Teknologi mempunyai gagasan mereformasi sistem pendidikan masa
depan. Apabila anak diajarkan untuk mampu belajar sendiri, mencipta, dan menjalani
kehidupannya dengan berani dan percaya diri atas fasilitasi lingkungannya (keluarga dan
masyarakat) serta peran sekolah tidak hanya menekankan untuk mendapatkan nilai-nilai ujian
yang baik saja, maka akan jauh lebih baik dapat menghasilkan generasi masa depan.
Orientasi pendidikan yang terlupakan adalah bagaimana agar lulusan suatu sekolah dapat
cukup pengetahuannya dan kompeten dalam bidangnya, tapi juga matang dan sehat
kepribadiannya. Bahkan konsep tentang sekolah di masa yang akan datang, menurutnya akan
berubah secara drastis. Ada sisi-sisi tertentu dari fungsi dan peranan sekolah yang tidak dapat
tergantikan, misalnya hubungan guru-murid dalam fungsi mengembangkan kepribadian atau
membina hubungan sosial, rasa kebersamaan, kohesi sosial, dan lain-lain. Teknologi
informasi hanya mungkin menjadi pengganti fungsi penyebaran informasi dan sumber belajar
atau sumber bahan ajar. Bahan ajar yang semula disampaikan di sekolah secara klasikal, lalu
dapat diubah menjadi pembelajaran yang diindividualisasikan melalui jaringan internet yang
dapat diakses oleh siapapun dari manapun secara individu. Inilah tantangan profesi guru.
Apakah perannya akan
186 digantikan oleh teknologi informasi, atau guru yang memanfaatkan teknologi informasi
untuk menunjang peran profesinya. Melalui penerapan dan pemilihan teknologi informasi
yang tepat (sebagai bagian dari teknologi pendidikan), maka perbaikan mutu yang
berkelanjutan dapat diharapkan. Perbaikan yang berlangsung terus menerus secara
konsisten/konstan akan mendorong orientasi pada perubahan untuk memperbaiki secara terus
menerus dunia pendidikan. Adanya revolusi informasi dapat menjadi tantangan bagi lembaga
pendidikan karena mungkin kita belum siap menyesuaikan. Sebaliknya, hal ini akan menjadi
peluang yang baik bila lembaga pendidikan mampu menyikapi dengan penuh keterbukaan
dan berusaha memilih jenis teknologi informasi yang tepat, sebagai penunjang pencapaian
mutu pendidikan. Pemilihan jenis media sebagai bentuk aplikasi teknologi dalam pendidikan
harus dipilih secara tepat, cermat dan sesuai kebutuhan, serta bermakna bagi peningkatan
mutu pendidikan kita.
2.4 Peran Guru Professional Dalam Proses Pembelajaran
Guru yang professional dituntut harus mampu berperan selaku manajer yang baik
yang didalamnya harus mampu melangsungkan seluruh tahap-tahap aktivitas dan proses
pembelajaran dengan manajerial yang baik sehingga tujuan pembelajaran yang diharapkan
dapat diraih dengan hasil yang memuaskan.
Peran guru professional atau tenaga kependidikan adalah :
a) Tenaga kependidikan sebagai pendidik dan pengajar yakni tenaga
kependidikan yang harus memiliki kestabilan emosi, ingin memajukan peserta
didik, bersifat realitis, bersikap jujur dan terbuka, peka terhadap
perkembangan terutama inovasi pendidikan.
b) Tenaga kependidikan sebagai anggota masyarakat, untuk itu harus menguasai
psikologi sosial, memiliki pengetahuan tentang hubungan antar manusia dan
sebagai anggota masyarakat harus memiliki keterampilan membina kelompok,
keterampilan bekerja sama.
c) Tenaga kependidikan perlu memiliki kepribadian menguasai ilmu
kepemimpinan menguasai prinsip hubungan manusia, teknik berkomunikasi
serta menguasai berbagai aspek kegiatan organisasi yang ada disekolah.
d) Tenaga kependidikan sebagai pengelola proses belajar mengajar yakni tenaga
kependidikan yang harus mampu dan menguasai berbagai metode mengajar
dan harus mampu menguasai situasi belajar mengajar didalam kelas maupun
diluar kelas
2.5 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Guru Profesional
Secara garis besarnya faktor-faktor yang mempengaruhi guru professional antara lain
sebagai berikut:
a) Status Akademik
Pekerjaan guru adalah pekerjaan yang bersifat profesi. Secara sederhana
pekerjaan yang bersifat profesi adalah pekerjaan yang hanya dilakukan oleh mereka
yang secara khusus dsisiapkan untuk itu dan bukan pekerjaan lainnya.
Untuk menciptakan tenaga-tenaga professional tersebut pada dasarnya
disekolah dibina dan dikembangkan dari berbagai segi diantaranya:
1. Segi toritis yaitu dilembaga atau sekolah-sekolah keguruan yang
membina dan menciptakan tenaga-tenaga professional ini diberikan
ilmu-ilmu pengetahuan selain ilmu pengetahuan yang harus
disampaikan kepada anak didik, juga diberikan ilmu-ilmu pengetahuan
khusus untuk menunjang keprofesionalannya sebagai guru yang berupa
ilmu mendidik, ilmu jiwa dan sebagainya.
2. Segi praktis yaitu secara praktis dapat diartikan dengan berdasarkan
praktek adalah cara melakukan apa yang tersebut dalam teori (W.J.S.
Porwadarminta 1999:99)
b) Pengalaman Belajar
Dalam menghadapi anak didik tidaklah mudah untuk mengorganisir
mereka, dan hal tersebut banyak menjadi keluhan, serta banyak pula dijumpai
guru yang mengeluh karena sulit untuk menciptakan suasana kegiatan belajar
mengajar yang menyenangkan. Hal tersebut dikarenakan guru kurang mampu
untuk menguasai dan menyesuaikan diri terhadap proses belajar mengajar
yang berlangsung.
c) Mencintai profesi sebagai guru
Rasa cinta tumbuh dari naluri kemanusiaan dan rasa cinta akan
mendorong individu untuk melakukan sesuatu sebagai usaha dan
pengorbanan. Seseorang yang melakukan sesuatu dengan tanpa adanya rasa
cinta biasanya orang yang keadaanya dalam paksaan orang lain, maka dalam
melaksanankan haknya itu dengan merasa terpaksa. Dalam melakukan sesuatu
akan lebih berhasil apabila disertai dengan adanya rasa cinta terhadap apa
yang dilakukannya itu.
d) Berkepribadian
Secara bahasa kepribadian adalah keseluruhan sifat-sifat yang
merupakan watak-watak seseorang. Dalam proses belajar mengajar
kepribadian seorang guru ikut serta menentukan watak kepada siswanya.
Dalam proses belajar kepribadian seorang guru sangat menentukan terhadap
pembentukan kepribadian siswa untuk menanamkan akhlak yang baik sebagai
umat manusia.
Guru sebagai pelaksana proses pendidikan, perlu memiliki keahlian
dalam melaksanakan tugasnya. Oleh karenanya keberhasilan proses belajar
mengajar sangat tergantung kepada bagaimana guru mengajar. Agar guru
dapat melaksanakan tugasnya dengan efektif dan efisien, maka guru perlu
memiliki kompetensi yang dapat menunjang tugasnya, yang disebut
kompetensi guru profesional. Kompetensi tersebut antara lain sebagaid berikut
:
1. Kompetensi Pribadi
Adalah kemampuan personal yang mencerminkan kepribadian
yang mantap, stabil, dewasa, arif dan berwibawa, menjadi teladan bagi
peserta didik, dan berakhlak mulia. Sub kompetensi dalam kompetensi
kepribadian melliputi :
a) Kepribadian yang mantap dan stabil meliputi bertindak sesuai dengan
norma sosial, bangga menjadi guru, dan memiliki konsistensi dalam
bertindak sesuai dengan norma.
b) Kepribadian yang dewasa yaitu menampilkan kemandirian dalam
bertindak sebagai pendidik dan memiliki etos kerja sebagai guru.
c) Kepribadian yang arif adalah menampilkan tindakan yang didasarkan
pada kemanfatan peserta didik, sekolah dan masyarakat dan
menunjukan keterbukaan dalam berfikir dan bertindak.
d) Kepribadian yang berwibawa meliputi memilii perilaku yang
berpengaruh positif terhadap peserta didik memiliki perilaku yang
disegani.
e) Berakhlak mulia dan dapat menjadi teladan meliputi bertindak sesuai
norma religious (imtaq, jujur, ikhlas, suka menolong) dan memiliki
perilaku yang diteladani peserta didik.
2. Kompetensi Profesional
Adalah penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam,
yang mencakup penguasaan materi kurikulum mata pelajaran di sekolah
dan substansi keilmuan yang menaungi materinya, serta penguasaan
tehadap struktur dan metodologi keilmuannya. Sub kompetensi dalam
kompetensi professional adalah:
a) Mengerti dan dapat menerapkan landasan kependidikan bai filosofi dan
psikologis
b) Mengerti dan dapat menerapkan teodi belhar sesuaii dengan tingkat
perkembangan perilaku peserta didik
c) Mampu menangani mata pelajaran atau bidan studi yang ditugaskan
kepadanya
d) Mengerti dan dapat menerapkann metode mengajar yang sesuai
e) Mampu menggunakan berbagai alat pelajaran dan media serta fasilitas
yang lain
f) Mampu mengorganisasikan dan melaksanakan program pengajaran
g) Mampu melaksanakan evaluasi belajar
h) Mampu menumbuhkan kepribadian peserta didik.
3. Kompetensi Sosial
Kemampuan sosial tenaga kependidikan adalah salah satu daya atau
kemampuan tenaga kependidikan untuk mempersiapkan perserta didik
menjadi anggota masyarakat yang baik serta kemampuan untuk mendidik,
membimbing masyarakat dalam menghadapu kehidupan yang akan dating.
Tenaga kepribadian harus mampu berkomunikasi dengan masyarakat,
mampu bergaul dan melayani masyarakat dengan baik, mampu mendorong
dan menunjang kreatifitas masyarakat, dan menjaga emosi dan perilaku
yang tidak baik.
4. Kompetensi Pedagogik
Kemampuan pemahaman terhadap peserta didik, perancangan dan
pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan
peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang
dimilikinya. Sub kompetensi dalam kompetensi Pedagogik adalah:
a) Memahami peserta didik secara mendalam yang meliputi
memahami peserta didik dengan memanfaatkan prinsip-prinsip
perkembangan kognitif, prinsip-prinsip kepribadian, dan
mengidentifikasi bekal ajar awal peserta didik.
b) Merancang pembelajaran, termasuk memahami landasan
pendidikan untuk kepentingan pembelajaran yang meliputi
memahami landasan pendidikan, menerapkan teori belajar dan
pembelajaran, menentukan strategi pembelajaran berdasarkan
karakteristik pesera didik, kompetensi yang ingin dicapai, dan
materi ajar, serta menyusun rancangan pembelajaran berdasarkan
strategi yang dipilih.
c) Melaksanakan pembelajaran yang meliputi menata latar
pembelajaran dan melaksanakan pembelajaran yang kondusif.
d) Mengembangkan peseta didik untuk mengaktualisasikan berbagai
potensinya meliputi memgasilitasi peserta didik yntuk
pengembangan berbagai potensi akademik, dan memfasilitasi
peserta didk untuk mengembangkan berbagai potensi non
akademik
2.6 Upaya-Upaya untuk Meningkatkan Profesionalisme Guru
Profesionalisme guru merupakan acuan yang sangat penting bagi peningkatan
dunia pendidikan. Banyak cara yang dilakukan untuk meningkatkan profesionalsme
guru. Jalan yang dapat dilakukan untuk meningkatkan Profesionalisme guru antara
lain:
1. Peningkatan kesejahteraan. Agar seorang guru bermartabat dan mampu
“membangun” manusia dengan penuh percaya diri, guru memiliki kesejahteraan
yang cukup (gaji yang memadai). Perlu ditata ulang sistem penggajian guru agar
gaji yang diterimanya setiap bulan dapat mencukupi kebutuhan hidup dirinya dan
keluarganya dan pendidikan putra-putrinya. Dengan penghasilan yang mencukupi,
tidak perlu guru bersusah payah untuk mencari nafkah tambahan di luar jam
kerjanya. Guru akan lebih konsentrasi ada profesinya, tanpa harus
menghawatirkan kehidupan rumah tangganya serta khawatir akan pendidikan
putra-purtinya. Guru mempunyai waktu yang cukup untuk mempersiapkan diri
tampil prima di depan kelas. Jika mungkin, seorang guri dapat meningkatkan
profesinya dengan menulis buku materi pelajaran yang dapat digunakan diri
sendiri untuk mengajar dan membantu guru-guru lain yang belum mencapai
tingkatnya. Hal ini dapar lebih menyejahterakan kehidupan guru dan akan lebih
meningkatkan status sosial guru. Guru akan lebih dihormati dan dikagumi oleh
anak didiknya. Jika anak didik mengagumi gurunya maka motivasi belajar siswa
akan meningkat dan pendidikan pasti akan lebih berhasil.
2. Kurangi beban guru dari tugas-tugas administrasi yang sangat menyita waktu.
Sebaiknya tugas-tugas administrasi yang selama ini harus dikerjakan seorang
guru, dibuat oleh suatu tim di Diknas atau Musyawarah Guru Mata Pelajaran
(MGMP) yang disesuaikan dengan kondisi daerah dan bersifat fleksibel (bukan
harga mati) lalu disosialisasikan kepada guru melalui sekolah-sekolah. Hal ini
dapat dijadikan sebagai pegangan guru mengajar dalam mengajar dan membantu
guru-guru pemula untuk mengajar tanpa membebani tugas-tugas rutin guru.
3. Penyelenggaraan pelatihan dan sarana. Salah satu usaha untuk meningkatkan
profesionalitas guru adalah pendalaman materi pelajaran melalui pelatihanpelatihan tanpa beban biaya atau melengkapi sarana dan kesempatan agar guru
dapat banyak membaca buku-buku materi pelajaran yang dibutuhkan guru untuk
memoerdalam pengetahuannya.
4. Pembinaan perilaku kerja. Studi-studi sosiologi sejak zaman Max Weber di awal
abad ke-20 dan penelitian manajemen dua puluh tahun belakangan bermuara pada
satu kesimpulan utama bahwa keberhasilan pada berbagai wilayah kehidupan
ternyata ditentukan oleh perilaku manusia, terutama perilaku kerja.
5. Penciptaan waktu luang. Waktu luang sudah lama menjadi sebuah bagian proses
pembudayaan. Salah satu tujuan pendidikan klasik (Yunani-Romawi) adalah
menjadikan manusia makin menjadi “penganggur terhormat”, dalam arti semakin
memiliki banyak waktu luang untuk mempertajam intelektualitas dan kepribadian.
6. Memahami tuntutan standar profesi yang ada. Upaya memahami tuntutan standar
profesi yang ada (di Indonesia dan yang berlaku di dunia) harus ditempatkan
sebagai prioritas utama jika guru ktita ingin meningkatkan profesionalitasmenya.
Hal ini didasarkan kepada beberapa alasan sebagai berikut: Pertama, persaingan
global sekarang memungkinkan adanya mobilitas guru secara lintas Negara.
Kedua, sebagai professional seorang guru harus mengikuti tuntutan perkembangan
profesi secara global, dan tuntutan masyarakat yang menghendaki pelayanan yang
lebih baik. Cara satu-satunya untuk memenuhi standar profesi ini adalah dengan
membuka diri yakni mau mendengar dan melihat perkembangan baru di
bidangnya.
7. Mencapai kualifikasi dan kompetensi yang di persyaratkan. Kemudian upaya
mencapao kualifikasi dan kompetensi yang dipersyaratkan juga tidak kalah
pentingnya bagi guru. Dengan dipenuhinya kualifikasi dan kompetensi yang
memadai maka guru memiliki posisi tawar yang kuat dan memenuhi syarat yang
dibutuhkan.
8. Membangun hubungan kerjawatan yang baik dan luas temasuk lewat organisasi
profesi. Upaya membangun hubungan kerjawatan yang baik dan luas dapat
dilakukan dengan membina jaringan kerja atau networking. Guru harus berusaha
untuk mengetahui aoa yang telah dilakukan oleh sejawatnya yang sukses.
9. Mengembangkan etos kerja atau budaya kerja yang mengutamakan pelayanan
bermutu tinggi. Selanjutnya upaya menmbangun etos kerja atau budaya kerja yang
mengutamakan pelayanan bermutu tinggi kepada konstituen merupakan suatu
keharusan di zaman sekarang. Semua bidang dituntut untuk memberikan
pelayanan prima kepada konstituennya yaitu siswa, orangtua dan sekolah. Terlebih
lagi pelayanan pendidikan adalah termasuk pelayanan publik yang didanai,
diandakan, dikontrol oleh dan untuk kepentingan publik. Oleh karena itu guru
harus mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugasnya kepada publik.
10. Mengadopsi inovasi atau mengembangkan kreativitas dalam pemanfaatan
teknologi komunikasi dan informasi mutakhir agar senantiasa tidak ketinggalan
dalam kemampuannya mengelola pembelajaran. Guru dapat memanfaatkan media
dan ide-ide baru bidan teknologi pendidikan seperti media presentasi, computer
dan juga pendekatan-pendekatan baru bidang teknologi pendidikan.
Upaya-upaya guru untuk meningkatkan profesionalismenya tersebut pada
akhirnya memerlukan adanya dukungan dari semua puhak yang terkait agar benarbenar terwujud. Pihak-pihak yang harus memberikan dukungannya tersebut adalah
organisasi profesi seperti PGRI, pemerintah dan juga masyarakat.
2.7 Dunia Pendidikan Indonesia Menghadapi MEA Pada tahun 2015 kesepakatan
Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) atau Pasar Ekonomi ASEAN mulai berlaku.
Kesepakatan ini tak hanya berdampak pada sektor ekonomi, tapi juga sektor-sektor
lainnya. Tak terkecuali “pendidikan” sebagai modal membangun sumber daya
manusia yang kompetitif. Era perdagangan bebas ASEAN, harus disambut oleh dunia
pendidikan dengan cepat, agar sumber daya manusia Indonesia siap menghadapi
persaingan yang semakin ketat dengan negara-negara lain.. Mengacu pada faktor
penentu kemajuan suatu negara yaitu, penguasaan inovasi (45%), penguasaan
jaringan/networking (25%), penguasaan teknologi (20%), serta
188 kekayaan sumberdaya alam hanya (10%), maka pendidikan di Indonesia harus
lebih menekankan pada tiga kemampuan tersebut untuk meningkatkan kemajuan di
Indonesia. Berkaitan dengan hal tersebut, pemerintah harus mampu menyiapkan
sekolah-sekolah khusus yang sesuai dengan kebutuhan di lapangan kerja, misalnya
sekolah pertanian, sekolah peternakan, sekolah perikanan, sekolah teknik mesin,
sekolah teknik bangunan, dan sebagainya. Sekolah-sekolah tersebut harus benar-benar
mampu membekali kompetensi untuk berinovasi dan untuk membangun
jaringan/networking. Kompetensi berinovasi dapat dilakukan dengan peningkatan
berbagai ketrampilan yang ada. Ketrampilan ini bisa diupayakan dengan cepat karena
siswa akan diajarkan bagaimana cara bekerja yang kreatif dan inovatif. Sedangkan
kompetensi membangun jaringan dilakukan dengan pengembanga sikap dan
mengelola sumber daya manusia seperti, kepemimpinan, kerja sama serta komunikasi.
Disamping itu peningkatan peran pemerintah dalam menyelesaikan masalah
pendidikan, yaitu dengan mengalokasikan anggaran pendidikan yang memadai
disertai dengan pengawasan pelaksanaan anggaran, agar dapat benar-benar
dimanfaatkan untuk memperbaiki pendidikan di Indonesia. Seperti program
pembangunan infrastruktur sekolah yang merata, menyusun kurikulum yang lebih
representatif agar dapat menggali potensi siswa ( tidak sekedar hardskill, namun juga
softskill ). Pemerintah juga harus lebih memperhatikan kualitas, distribusi serta
kesejahteraan guru di Indonesia, karena guru merupakan salah satu tonggak untuk
mendukung jalannya pendidikan, dan sangat berperan penting dalam menciptakan
siswa yang cerdas, terampil, bermoral dan berpengetahuan luas. Sehingga sepantasnya
pemerintah dapat membuat peraturan untuk menuju penyelenggaraan pendidikan yang
berkualitas, serta dapat dijangkau oleh seluruh lapisan masyarakat Indonesia. Dengan
demikian, apabila pendidikan di Indonesia mampu membekali siswa dengan
pengetahuan serta keterampilan yang memadai, maka lulusan pendidikan Indonesia
akan memiliki rasa percaya diri serta motivasi yang tinggi untuk mengembangkan diri
secara optimal, sehingga dapat diyakini bahwa Indonesia mampu bersaing secara
global dan mampu menghadapi MEA 2015
2.8 Solusi Ke Depan Penerapan profesionalisme tentunya bukan hanya tanggung
jawab semata dari guru tersebut, akan tetapi semua elemen yang mendukung dalam
tugas guru. Berbagai masalah
189 dalam mencapi profesionalisme guru kedepan sangatlah kompleks, dengan
kondusi tersebut apabila tidak ada kesiapan secara baik akan berdampak terhadap
kualitas pendidikan di Indonesia. Sementara saat ini, negara-negara di sekitar
Indonesia memendang peningkatan mutu pendidikan melalui perbaikan kinerja guru
sudah berkembang dengan pesat. Perbaikan sumber daya dalam hal ini adalah guru
merupakan prioritas,perbaikan dalam hal jangka panjang untuk menyiapkan
kemampuan guru, misalnya dalam kemampuan penguasaan teknologi informasi.
Penguasaan teknologi informasi saat ini merupakan hal yang sangat penting, melihat
perkembangan teknologi informasi yang sangat pesat pada saat ini. Perkembangan
tersebut tentunya berdampak pula pada dunia pendidikan, bagaimana pendidikan
mampu beradaptasi dengan perkembangan tersebut. Hal tersebut akan terwujud
apabila komponen-komponen di dalam pendidikan mampu beradaptasi pula. Guru
sebagai salah satu komponen pendidikan harus mampu beradaptasi juga, langkah awal
yang harus dilakukan adalah menumbuhkan minat guru terhadap teknologi informasi
melalui stimulus-stimulus yang mengharuskan guru berhubungn langsung dengan
teknologi informasi. Sebagai contoh sekolah memberikan instruksi kepada guru agar
setiap kegiatan pembelajaran menggunakan media teknologi. Dengan begitu secara
terbiasa guru akan mudah menguasai teknologi informasi, tentunya juga harus
didukung sarana yang memadai dari sekolah. Pengembangan kemampuan guru dalam
menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) yang perlu disaiapkan
adalahkepemimpinan, public speaking, penguasaan bahasa asing, dan jaringan.
Apabila hal tersebut mampu dikuasai oleh guru, maka akan mudah guru untuk
menghadapai MEA dan siap bersaing dengan SDM dari negara anggota MEA serta
mempunyai profesionalisme yang baik dalam bekerja.
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Problematika pendidikan Indonesia saat ini terletak pada sistem dan sumber daya
manusia nya yang masih belum bisa bersinergi, sehingga aturan yang dibuat kadang kala
tidak menyesuaikan kemampuan SDM yang di lapanagan, begitupun sebaliknya SDM
terkadang enggan untuk menuruti aturan yang berlaku. Masalah tersebut mempunyai
190 dampak yang sangat besar terhadap pendidikan, karena hubungan nya langsung dengan
bagaimana guru menjalankan kegiatannya dan mampu dikatakan profesional.
Profesionalisme merupakan performance quality dan sekaligus sebagai tuntutan perilaku
profesional dalam melaksanakan tugasnya. Konsekuensinya guru sebagai profesional dituntut
untuk bisa bekerja dalam koridor profesionalisme.Guru adalah pekerja profesi oleh karena itu
harus menjunjung profesionalisme. Pengertian umum profesionalisme menunjukkan kerja
keras secara terlatih tanpa adalanya persyaratan tertentu. Tantangan yang menghadang di
depan dalam mewujudkan profesionalisme guru adalah bagaimana guru mampu menguasai
teknologi dan informasi, desentralisasi dan sentralisasi dalam pendidikan sehingga terkadnag
membatasi gerak guru untuk menggeluarkan kemempuannya. Dan tantangan yang paling
besar adalah adanya MEA yang mengharuskan SDM di Indonesia mampu bersaing dengn
SDM dari luar yang kan masuk ke Indonesia
Matematika sebagai pelajaran esensial yang diajarkan kepada anak pada tiap tingkat
pendidikan. Bahkan pada pendidikan anak usia dini matematika sudah mulai
diperkenalkan. Ini menunjukkan bahwa matematika itu sangat berkaitan dengan
kehidupan sehari-hari
Dengan Penguasaan
Ilmu
Matematika
yang
maju,
serta
memperhatikan
perkembangan dan kemajuan zaman dengan sendirinya pemanfaatan dan penguasaan
IPTEK mutlak diperlukan untuk mencapai kesejahteraan bangsa, serta visi dan misi
IPTEK dirumuskan sebagai panduan untuk mengoptimalkan setiap sumber daya
IPTEK yang dimiliki oleh bangsa Indonesia
Pentingnya matematika tidak lepas dari perannya dalam segala jenis dimensi
kehidupan, misalnya banyak persoalan kehidupan yang memerlukan kemampuan
menghitung dan mengukur. Dengan demiian, ilmu matematika memiliki peran yang
begitu banyak dalam pengembangan IPTEK di Indonesia.
3.2 Saran
Mewujudkan profesionalisme guru merupakan tugas setiap stakeholder pendidikan,
baik dari jajaran pembuat keputusan sampai pelaksana keputusan. Sinergi semua lini harus
dilakukan agar perbaikan mutu guru dalam berbagai kemampuan dapat terwujud. Melihat
tantangan yang ada di depan yang snagat terjal, solusinya memang harus saling
bahumembahu dalam perbaikan profesionalisme guru
Seluruh pihak perlu bekerja sama untuk meningkatkan kualitas pembelajaran
matematika serta kuantitas-kualitas penelitian matematika di Indonesia. Selain itu, juga harus
melakukan evaluasi agar ditemukan berbagai solusi dalam menghadapi ancaman dan
tantangan globalisasi, khususnya dibidang IPTEK dengan pelajaran matematika. Bila hal
tersebut dilakukan dengan perencanaan yang matang dan pelaksanaan yang intensif, niscaya
IPTEK di Indonesia tidak akan tertinggal karena aspek pembelajaran matematika telah
berkembang kearah yang lebih baik lagi.
DAFTAR RUJUKAN
-
Drs. H. Sugito,M.Si, Pendidikan Sejarah Perjuangan dan Jati Diri PGRI (Jakarta :
-
YPLP/PPLP PGRI Pusat, 2011).
Prof . Dr. Sudarwan Danim, Dr. H. Khairil proresi kependidikan, Bandung : Jl
-
Gegerkalong hilir
http://file.upi.edu/Direktori/Fpmipa/PROD._ILMU_KOMPUTER/19660101199103IWAWAN_SETIAWAN/22._profesionalisme_guru.pdf
-
Jurnal Aziz Shofi Nurdiansyah, PROFESIONALISME GURU DAN TANTANGAN
KEDEPAN
-
DALAM PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN
Mantja, W. 2007. Profesionalisasi Tenaga Kependidikan: manajemen pendidikan dan
-
supervisi pengajaran.
Supriyadi, D. 1999. Menggangkat Citra dan Martabat Guru. Yogyakarta: Adicita
-
Karya Nusa.
Syamsudin, A. 2006. Profesi Keguruan. Jakarta