Psikologi Islam dalam Pembelajaran Matem
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Pengetahuan awal seorang anak bermula dari orang tua dan masyarakat
yang secara tidak langsung memberikan berbagai pengetahuan dasar kepadanya,
meskipun bentuknya belum sistematis. Pengetahuan itu diperoleh sang anak
melalui berbagai cara, misalnya melalui peniruan, pengulangan, atau pembiasaan.
Tetapi, ketika sang anak sudah semakin beranjak besar, keluarga dan lingkungan
tidak mampu lagi memenuhi rasa keingintahuannya. Maka dari itu, orang tua
memerlukan sebuah lembaga khusus yang disebut “sekolah” (dalam Antonio,
Muhammad Syafii : 30). Namun, peran pendidikan di sekolah dalam membentuk
manusia yang bertakwa seperti yang diamanatkan dalam Undang-Undang, masih
jauh dari harapan. Upaya pemerintah memasukkan pendidikan karakter sebagai
bagian kurikulum pendidikan nasional belum mampu mengatasi problem moral
anak bangsa. Tauran antarpelajar dan mahasiswa yang semakin meningkat,
minuman keras, narkoba, seks bebas di kalangan para pelajar adalah bukti
kegagalan pendidikan, termasuk dalam pembelajaran matematika.
Ada kesalahan paradigma dalam menilai keberhasilan pendidikan.
Keberhasilan pendidikan sering diukur dari prestasi akademik dan pekerjaan yang
didapat setelah menyelesaikan pendidikan. Sehingga dalam proses pendidikan,
kita jarang menghubungkan prestasi anak dengan akhlak dan kepribadiannya.
Maka menjadi lumrah kita dapatkan, anak-anak cerdas secara intelektual dan skill
tinggi tapi ibadah, akhlak, dan kepribadiannya sangat memprihatinkan.
1
Untuk menjawab persoalan tersebut, ada baiknya kita kembali ke masa
lampau menggali kesuksesan Luqman dalam mendidik anaknya dan Nabi Ibrahim
‘alaihi salam dalam mendidik anak, keluarga, dan umatnya.
Bagaimana proses pendidikan Luqman dan Nabi Ibrahim ‘alaihi salam itu
terjadi akan menjadi fokus dalam tulisan ini. Oleh karena itu, dalam tulisan ini
akan membahas tentang “Konsep Pendidikan Luqman dan Nabi Ibrahim ‘alaihi
salam”
B.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang dijelaskan sebelumnya, maka dapat
dirumuskan masalah sebagai berikut:
1.
Bagaimana konsep pendidikan Luqman?
2.
Bagaimana konsep pendidikan Nabi Ibrahim ‘alaihi salam ?
3.
Bagaimana penerapan konsep pendidikan Luqman
4.
dalam
pembelajaran matematika?
Bagaimana penerapan konsep pendidikan Nabi Ibrahim ‘alaihi salam
dalam pembelajaran matematika?
C.
Tujuan Penulisan
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah, maka tujuan penulisan
makalah ini adalah:
1.
Untuk mengetahui konsep pendidikan Luqman.
2.
Untuk mengetahui konsep pendidikan Nabi Ibrahim ‘alaihi salam.
3.
Untuk mengetahui penerapan konsep pendidikan Luqman dalam
4.
A.
1.
pembelajaran matematika.
Untuk mengetahui penerapan konsep pendidikan Nabi Ibrahim ‘alaihi
salam dalam pembelajaran matematika.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Teori tentang Konsep Pendidikan Model Islam: Luqman dan Ibrahim
Konsep Pendidikan Luqman
2
Luqman adalah seorang laki-laki yang bijaksana dan saleh, bukan seorang
nabi. Berdasarkan hadis yang diriwayatkan Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhu., “Aku
mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berkata, “Luqman bukanlah
seorang nabi, tetapi dia adalah seorang hamba yang banyak berpikir, yang
memiliki keyakinan yang bagus, dan mencintai Allah subehanahu wa ta’ala,
sebab itu Allah subehanahu wa ta’ala mencintainya. Kemudian Dia anugerahkan
kepadanya
hikmah
(kebijaksanaan).
Yang
dimaksud
dengan
hikmah
(kebijaksanaan) adalah mengetahui hakikat sesuatu dengan sebenar-benarnya.
Kebijaksanaan Luqman tergambar dalam perkataannya yang sangat bagus dalam
mengungkapkan sesuatu. Perkataannya ini sering dikutip oleh para pendidik dan
para ulama.
Ada yang mengatakan bahwa Luqman disuruh memilih antara hikmah dan
kenabian, dia memilih hikmah. Ketika dia tengah tidur, malaikat jibril
mendatanginya dan menyebutkan hikmah kepadanya atau menyiramkan hikmah
kepadanya sehingga dalam pembicaraannya selalu mengandung hikmah.
Kemudian ada seseorang yang bertanya kepada Luqman, “Mengapa kamu
memilih hikmah, sedangkan Allah subehanahu wa ta’ala memerintahkanmu
untuk memilih antara hikmah dan kenabian?”.
Luqman menjawab, “seandainya Dia mengutus aku sebagai nabi, aku pasti
akan melaksanakan tugas kenabianku dengan sebaik-baiknya. Akan tetapi, Dia
memberikan pilihan kepadaku, aku pilih hikmah karena aku takut tidak mampu
melaksanakan dengan baik tugas kenabian.
3
Al-Qur’an dalam Surah Luqman, memberikan beberapa kaidah penting
berkaitan dengan pendidikan anak-anak. Di antara kaidah itu adalah sebagai
berikut:
a.
Mendidik berbekalkan hikmah. Dalam Surah Luqman ayat 12 Allah
subehanahu wa ta’ala menjelaskan bahwa Luqman telah dikaruniai
hikmah. Imam Ibnu Katsir menafsirkan hikmah sebagai “pemahaman,
ilmu, tadbir (yaitu pengaturan yang baik)”.
“Dan sungguh, telah Kami berikan hikmah kepada Luqman, yaitu:
"Bersyukurlah kepada Allah! Dan barangsiapa bersyukur (kepada
Allah), maka sesungguhnya dia bersyukur untuk dirinya sendiri; dan
barangsiapa tidak bersyukur, maka sesungguhnya Allah Maha Kaya,
Maha Terpuji".(Luqman: 12)
Untuk itu, orang tua harus menguasai dan memahami ilmu, terutama
ilmu agama berlandaskan Al-Qur’an dan As-Sunah. Perkataan ini
harus diikuti dengan mengatur hidup secara baik. Tanpa ilmu dan
pemahaman, orang tua akan menjadi musafir yang berjalan tanpa peta.
Luqman menyuruh anaknya untuk bertauhid dan beriman hanya
kepada Allah subehanahu wa ta’ala dan melarangnya berbuat sirik
dan kufur dengan menjelaskan keburukan akibatnya,
4
“... Wahai anakku! Janganlah engkau mempersekutukan Allah,
sesungguhnya
b.
mempersekutukan
(Allah)
adalah
benar-benar
kezaliman yang besar.” (Luqman:13)
Komunikasi yang baik. Luqman menasihati anaknya secara terusmenerus tanpa rasa bosan. Ini menunjukkan bahwa bapak memainkan
peran yang sangat penting dalam pendidikan anak-anak. Ketika
memberikan nasihat, Luqman menggunakan perumpamaan (Surah
Luqman ayat 16 dan 19) untuk memudahkan pemahaman. Hal
tersebut menunjukkan bahwa Luqman mempunyai kemahiran
berkomunikasi. Di antara aspek penting yang harus ada ketika
c.
berkomunikasi adalah kelembutan.
Penekanan terhadap akidah. Berkaitan
dengan
ini,
Luqman
menjelaskan, jika ada suatu benda yang kecil, seperti biji sawi,
disembunyikan di langit dan dalam bumi, dalam batu besar atau di
tempat-tempat lain, Allah subehanahu wa ta’ala tetap akan
mengetahuinya. Hal ini disebutkan dalam Surah Luqman ayat 16.
(Luqman berkata): "Wahai anakku! Sungguh jika ada
(sesuatu perbuatan) seberat biji sawi, dan berada
dalam batu atau di langit atau di bumi, niscaya Allah
akan memberinya (balasan). Sesungguhnya Allah Maha
Halus, Maha Teliti. (Luqman: 16)
5
Pendidikan Luqman ini bertujuan untuk melahirkan perasaan
muraqabah, yaitu merasakan bahwa Allah subehanahu wa ta’ala
senantiasa melihat gelagat hambanya di mana saja hamba itu berada.
Jika perasaan ini menguasai hati seseorang, ia akan menjadi penasihat
d.
dan penyelamat bagi orang itu.
Shalat itu penting. Dalam Surah Luqman ayat 17, Luqman menyuruh
anaknya menegakkan shalat.
“Wahai anakku! Laksanakanlah shalat dan suruhlah (manusia)
berbuat yang makruf dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang
mungkar
dan
bersabarlah
terhadap
apa
yang
menimpamu,
sesungguhnya yang demikian itu termasuk perkara yang penting.”
(Luqman: 17).
Menegakkan shalat maksudnya adalah shalat secara terus-menerus
dengan memelihara waktu-waktu dan tata caranya, di samping
mementingkan khusyuk ketika shalat. Shalat ada pengaruhnya
terhadap anak-anak. Dalam Surah Al-Ankabut ayat 45 Allah
berfirman,
“Sesungguhnya, shalat dapat mencegah seseorang dari perbuatan
keji dan munkar.”
6
e.
Berdakwah dan berperan serta. Anak-anak harus dididik agar ikut
berperan serta dengan mengajak rekan-rekan mereka kepada makruf
dan mencegah mereka dari kemungkaran. Hal ini disebutkan dalam
Surah Luqman ayat 17. Dengan nilai dan sikap yang benar ini, anakanak tidak akan menjadi golongan yang terpengaruh, sebaliknya
f.
menjadi golongan yang memengaruhi.
Sabar dalam ujian. Dalam Surah Luqman ayat 17 Luqman
mengingatkan anaknya tentang pentingnya sabar dalam hidup. Sabar
berkaitan erat dengan sikap yang positif. Dengan penekanan ini, anakanak akan mampu menghadapi zaman yang penuh ujian dan liku-liku
dalam kehidupan. Anak-anak juga perlu diingatkan bahwa sabar
adalah proses menuju keberhasilan. Nabi bersabda, “Sesungguhnya,
keberhasilan bersama dengan kesabaran, kelapangan bersama
dengan kesusahan dan sesungguhnya kepayahan bersama dengan
g.
kesenangan.” Hadis ini diriwayatkan oleh Imam Tirmizi.
Mementingkan akhlak. Dalam surah Luqman ayat 14 dan 15 Luqman
menasihati anaknya agar berbuat baik kepada kedua orang tua, sopan
santun
kepada
keduanya,
menaati
perintahnya,
dan
memperlakukannya dengan baik.
7
“dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada kedua
orang tuanya. Ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah
yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam usia dua tahun.
Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada kedua orang tuamu, hanya
kepada Aku kembalimu. Dan jika keduanya memaksamu untuk
mempersekutukan Aku dengan sesuatu yang engkau tidak mempunyai
ilmu tentang itu, maka janganlah engkau menaati keduanya, dan
pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang
yang kembali kepada-Ku. Kemudian hanya kepada-Ku tempat
kembalimu, maka akan Aku beritahukan kepadamu apa yang telah
kamu kerjakan.” (Luqman: 14-15). Tampak bahwa wasiatnya untuk
berbuat baik kepada ibu bapak merupakan salah satu tata krama dalam
bermasyarakat.
Dalam surah Luqman ayat 18 dan 19 Luqman menasihati anaknya
agar bersikap tawadu dan tidak sombong ketika bergaul dengan
manusia. Beliau juga mengingatkan anaknya agar bersifat sederhana
dalam hidup dan tidak meninggikan suara ketika berbicara.
“Dan janganlah kamu memalingkan wajah dari manusia
(karena sombong) dan janganlah berjalan di bumi
dengan angkuh. Sungguh, Allah tidak menyukai orang-
8
orang yang sombong dan membanggakan diri. Dan
sederhanakanlah
dalam
berjalan
dan
lunakkanlah
suaramu. Sesungguhnya seburuk-buruk suara ialah
suara keledai.”
(Luqman: 18-19)
Akhlak yang mulia berkaitan erat dengan iman seseorang.
Sehubungan dengan ini, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam pernah
ditanya, “Ya Rasulullah, mukmin manakah yang lebih utama
imannya?” Nabi menjawab, “Yang terbaik akhlaknya.”
Apabila kita menganalisis konsep pendidikan Luqman, dapat
disimpulkan bahwa konsep ini mengandung tujuh ciri penting, yaitu
penekanan terhadap ilmu, komunikasi, akidah, ibadah, pikiran positif,
akhlak mulia, dan dakwah.
2.
Konsep Pendidikan Nabi Ibrahim ‘alaihi salam
Nabi Ibrahim ‘alaihi salam dalam mendidik keluarga dan umatnya, sangat
mengutamakan aqidah dan ketauhidan. Tauhid menjadi landasan pertama dakwah
nabi Ibrahim ‘alaihi salam karena memang tauhid harus menjadi tujuan hidup
manusia didunia, yaitu tidak menyembah sesuatu selain Allah subehanahu wa
ta’ala yang menciptakan, mengatur, dan memelihara alam semesta. Hal ini
semakin urgen karena ini menjadi penggerak terhadap cara berpikir manusia,
bertindak serta berprilaku.
Dalam upaya transfer pengetahuan dan internalisasi ajaran agama, Nabi
Ibrahim ‘alaihi salam menggunakan beberapa pendekatan:
a.
Keteladanan
9
Keteladanan merupakan salah satu metode dalam pendidikan Islam
yang pengaruhnya luar biasa bagi peserta didik. Allah subehanahu wa
ta’ala menjadikan Nabi Ibrahim ‘alaihi salam sebagai teladan bagi
keluarga, anak, dan umatnya dalam menunaikan perintah-perintah Allah
subehanahu wa ta’ala dan menjauhi larangan-Nya, demikian juga akhlak
kesehariannya. Keteladan yang diberikan oleh Nabi Ibrahim ‘alaihi salam
bagi keluarganya, umatnya, dan juga umat Nabi Muhammad shallallahu
‘alaihi wasallam yang tersebar di berbagai surah dalam Al-Qur’an,
diantaranya:
1)
2)
3)
b.
Keteladanan dalam kesabaran,
Keteladanan dalam keimanan,
Keteladanan dalam bersyukur tehadap nikmat-nikmat yang
Allah berikan,
4)
Keteladanan dalam kehanifannya.
Nasihat
Metode nasihat dalam Al-Qur’an digunakan untuk menyentuh hati
supaya manusia mengarah kepada tujuan yang diharapkan. Metode ini juga
menempati posisi yang sangat penting dalam proses pendidikan Islam dan
penanaman nilai-nilai sebagaimana firman Allah subehanahu wa ta’ala:
Q.S. An Nahl: 125
“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan
pengajaran yang baik dan berdebatlah dengan mereka dengan cara yang
baik. Sesungguhnya Tuhanmu, Dialah yang lebih mengetahui siapa yang
10
sesat dari jalan-Nya dan Dia-lah yang lebih mengetahui siapa yang
mendapat petunjuk. (Q.S An Nahl: 125)
Hikmah yang dimaksud adalah perkataan yang tegas dan benar yang
dapat membedakan antara yang hak dengan yang batil. Nasihat atau juga
bisa dengan sebutan wasiat atau pesan yang baik dengan cara yang baik dan
disesuaikan dengan situasi dan kondisi yang tepat akan sangat berpengaruh
pada diri peserta didik. Nabi Ibrahim ‘alaihi salam menggunakan metode ini
dalam pendidikan anak-anaknya tergambar dalam firman Allah subehanahu
wa ta’ala QS. Al Baqarah:132
Dan Ibrahim mewasiatkan (ucapan) itu kepada anak-anaknya,
demikian
pula
Ya’kub.
(Ibrahim
berkata):
Wahai
anak-anakku!
Sesungguhnya Allah telah memilih agama ini untukmu, maka janganlah
kamu mati kecuali dalam keadaan Muslim.” (QS Al Baqarah:132)
Demikian juga nasihat beliau kepada bapak dan juga kaumnya.
Firman Allah:
“(ingatlah) ketika dia berkata kepada ayahnya dan kaumnya:
“Apakah yang kamu sembah itu? Apakah kamu menghendaki kebohongan
dengan sembahan selain Allah itu? Maka bagaimana anggapanmu
terhadap Tuhan seluruh alam? (QS. Ash Shaffat: 85-87)
c.
Dialog
11
Salah satu metode yang digunakan Nabi Ibrahim ‘alaihi salam adalah
metode dialog. Metode ini digunakan untuk mengetahui dan memantapkan
pengetahuan peserta didik yang ia miliki. Dialog yang begitu mengharukan
sekaligus sarat dengan pendidikan sekaligus menggambarkan tingkat
keimanan yang sangat tinggi dari pendidik (Nabi Ibrahim) dan peserta didik
(Nabi Ismail).
“Maka ketika anak itu sampai (pada umur) sanggup berusaha
bersamanya, (Ibrahim) berkata: “Wahai anakku!Sesungguhnya aku
bermimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah bagaimana
pendapatmu!” Dia (Ismail) menjawab: “Wahai ayahku! Lakukanlah apa
yang
diperintahkan
(Allah)
kepadamu;
Insya
Allah
engkauakan
mendapatiku termasuk orang yang sabar”.(QS Ash Shaffat: 102)
Subhanallah terlihat jelas, sang ayah yang salih ini menuntun dan
mendidik anaknya dengan cara yang bijak agar sama-sama patuh kepada
semua perintah Allah betapapun beratnya. Beliau menggunakan metode
dialogis dengan seolah-olah meminta pendapat putranya, “Wahai anakku!
Sesungguhnya aku bermimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah
bagaimana pendapatmu!”. Kebijakan sang ayah ini pun dijawab dengan
ketegasan dan kesabaran seorang anak, “Wahai ayahku! Lakukanlah apa
yang diperintahkan (Allah) kepadamu; Insya Allah engkau akan
mendapatiku termasuk orang yang sabar”. Dari dialog tersebut kita melihat
12
bagaimana seorang anak dapat memahami betapa ayahnya mendapat
perintah Allah subehanahu wa ta’ala yang begitu berat. Lalu dengan segala
kerendahan hatinya dan tak lupa menyebut kata Insya Allah, Ismail berusaha
meyakinkan ayahnya bahwa ia siap membantu ayahnya untuk mentaati
perintah Allah subehanahu wa ta’ala tersebut.
d.
Doa
Keberhasilan proses pendidikan yang dilakukan oleh manusia tidak
telepas dari intervensi Allah subehanahu wa ta’ala Oleh karena itu, dalam
menjalankan dakwahnya, Nabi Ibrahim ‘alaihi salam selalu menyertainya
dengan doa. Seperti dalam QS. Ibrahim:40.
“Ya Tuhanku, jadikanlah aku dan anak cucuku orang yang tetap
melaksanakan shalat. Ya Tuhan kami, perkenankanlah doaku. (QS.
Ibrahim:40)
Doa memiliki kedudukan yang tinggi dalam agama. Doa adalah kunci
kebaikan dan penutup pintu kejelekan, mendatangkan manfaat, dan menolak
berbagai malapetaka. Doa adalah kekuatan terbesar di muka bumi. Doa
adalah obat yang paling manjur. Doa sebagaimana kesimpulan pakar
psikologi merupakan kekuatan terbesar yang tersedia bagi seseorang dalam
memecahkan masalah pribadinya, baik dalam keadaan sempit maupun
lapang.
Begitu pentingnya doa, maka kita para orang tua maupun guru
hendaknya menjadikan doa bagian tak terpisahkan dari proses pendidikan.
13
“Dan
Tuhanmu
berfirman,
“Berdoalah
kepada-Ku
niscaya
akan
Kuperkenankanbagimu’.” (QS Al Ghafir: 60)
Di samping doa, Nabi Ibrahim ‘alaihi salam juga mengajarkan agar
doa selalu diikuti dengan usaha yang maksimal, ketika Nabi Ibrahim ‘alaihi
salam berdoa agar anak keturunannya istiqomah mendirikan shalat, beliau
mengambil langkah-langkah konkret untuk merealisasikan harapannya,
langkah selanjutnya yang beliau ambil adalah memilih lingkungan yang
kondusif yang dapat mendukung nilai-nilai keagamaan, dan merenovasi
Ka’bah sebagai sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah subehanahu
B.
1.
wa ta’ala
Penerapan dalam Matematika
Penerapan konsep pendidikan
Luqman
dalam
pembelajaran
matematika.
Komunikasi yang baik perlu dilakukan oleh pendidik dalam proses
pembelajaran sebagaimana Luqman menasihati anaknya secara terus-menerus
tanpa rasa bosan. Pendidik perlu menerapkan ‘proses ulangi’ dalam pembelajaran.
Salah satu cara yakni dengan memberikan soal-soal untuk dikerjakan secara
individu oleh peserta didik setelah demonstrasi dilakukan oleh pendidik dan
setelah peserta didik berdiskusi dengan teman kelompoknya. Pendidik harus
menyampaikan materi pelajaran dengan komunikasi yang baik. Diantara aspek
penting yang harus ada ketika berkomunikasi adalah kelembutan, sehingga situasi
dalam pembelajaran, khususnya matematika, tidak menegangkan.
Metode lainnya dalam penerapan konsep pendidikan Luqman pada
pembelajaran matematika adalah dengan melibatkan peserta didik dalam
14
pembelajaran. Peserta didik harus telibat aktif dalam proses penemuan dalam
pembelajaran matematika. Selain itu, bisa juga dengan menerapkan tutor sebaya
yakni peserta didik yang telah memahami materi pelajaran, diminta untuk
mengajari temannya yang belum memahami materi.
Metode tersebut sesuai dengan kisah Luqman dalam mendidik anaknya
untuk berhadapan dengan pandangan manusia. Luqman al Hakim telah membawa
anaknya dan keledai ke pasar tempat orang ramai. Mulanya, Luqman al Hakim
telah menaiki keledai itu, anaknya pula yang mengendalikan keledai itu sambil
berjalan kaki, maka orang ramai berkata : "Inilah orang tua yang tidak
mengasihani anaknya, dia bersenang senang di atas keledai, anaknya pula berjalan
kaki!"
Berikutnya, Luqman al Hakim menaikkan anaknya ke atas keledai dan
beliau sendiri pula yang mengendalikan keledai dengan berjalan kaki, maka orang
ramai berkata :"Sungguh biadap anak itu, orang tua dibiarkan berjalan kaki, dia
pula bersenang senang di atas keledai!".
Seterusnya, Luqman al Hakim bersama anaknya menaiki keledai itu
bersama sama, maka berkata pula orang ramai : "Lihat!, seekor keledai membawa
dua orang!, alangkah siksanya keledai itu membawa beban berganda! "
Akhirnya, Luqman al Hakim dan anaknya tidak menaiki keledai itu dan
membiarkan ia kosong saja, orang ramai berkata lagi :"Alangkah anehnya, keledai
dibiarkan kosong tidak ditunggangi, tuannya pula berjalan kaki saja!"
Berkata Luqman al Hakim kepada anandanya selepas kisah keledai di atas :
15
"Sesungguhnya tiada terlepas seseorang itu dari percakapan manusia. Maka orang
yang berakal tiadalah dia mengambil pertimbangan melainkan kepada Allah
subehanahu wa ta’ala saja. Barangsiapa mengenal kebenaran, itulah yang menjadi
pertimbangannya dalam tiap-tiap satu" (dalam Anonim : belajar dari Luqman alhakim).
Pendidik juga perlu mengajarkan sikap positif terhadap peserta didik.
Dengan mengajarkan peserta didik sabar dalam mengerjakan tiap langkah atau
proses untuk mendapatkan hasil akhir dari pertanyaan matematika. Kesabaran
dibutuhkan dalam proses menuju keberhasilan. Selain itu, mementingkan akhlak
dalam pembelajaran matematika sangat penting agar peserta didik yang telah
memahami materi matematika tidak sombong, tetapi mau membagi kepada
temannya, membantu temannya memahami materi dengan tutur kata yang baik.
Adapun salah satu contoh materi yang dapat diterapkan adalah dalam
penemuan dan penerapan luas persegi panjang dengan menggunakan pendekatan
induktif-deduktif.
N
o
1.
2.
3.
4.
5.
Gambar
Persegi
panjang
A
B
C
D
E
Panjang
(p)
Lebar
(l)
Luas
(L)
3
satuan
3
satuan
4
satuan
5
satuan
6
satuan
1
satuan
2
satuan
3
satuan
3
satuan
4
satuan
3 satuan
6 satuan
12
satuan
15
satuan
24
satuan
16
Dari contoh soal di atas siswa dapat menemukan sendiri luas persegi
panjang, yaitu:
2.
Penerapan konsep pendidikan Nabi Ibrahim ‘alaihi salam dalam
pembelajaran matematika.
Dalam pembelajaran matematika, konsep pendidikan Nabi Ibrahim ‘alaihi
Rumus Luas persegi panjang = Panjang x Lebar
salam dapat diterapkan. Pendidik dalam mengajarkan suatu materi harus
memberikan langkah kerja yang benar, dalam hal ini menerapkan konsep
keteladanan terhadap peserta didik. Selanjutnya, pendidik dapat memberi arahan
kepada peserta didik dengan menerapkan konsep ‘nasihat’, misalnya seorang
peserta didik mengerjakan soal cerita berkaitan dengan luas persegi panjang, maka
pendidik mengarahkan peserta didik untuk menulis apa yang diketahui, apa yang
ditanyakan dari soal, dan mengarahkan prosedur atau langkah kerja apa yang bisa
digunakan untuk menyelesaikan soal cerita tersebut.
Adapun salah satu contoh materi yang dapat diberikan sesuai dengan kisah
nabi Ibrahim ‘alaihi salam (dalam Khalid, amru:160) yang menceritakan tentang
nabi Ibrahim ‘alaihi salam yang merusak patung-patung berhala dan hanya
meninggalkan patung yang paling besar dengan kapak di atasnya. Kemudian
penduduk negeri sangat marah dan mencurigai nabi Ibrahim ‘alaihi salam sebagai
pelakunya karena perkataannya yang pernah mencela berhala. Akhirnya, nabi
Ibrahim ‘alaihi salam diinterogasi oleh penduduk dan nabi Ibrahim ‘alaihi salam
hanya menjawab dengan logikanya bahwa “Silahkan anda tanya patung yang
paling besar, siapa pelakunya”. Berdasarkan kisah tersebut salah satu materi
17
matematika yang sesuai adalah logika matematika dengan pengajaran langsung.
Sebagai contoh negasi (ingkaran) dari pernyataan-pernyataan berikut:
p : Semua dokter memakai baju putih saat bekerja.
p : Semua jenis burung bisa terbang
p : Semua anak mengikuti ujian fisika hari ini.
Pernyataan yang memuat kata "Semua" atau "Setiap" negasinya memuat
kata "Beberapa" atau "Ada" seperti berikut:
~p : Ada dokter tidak memakai baju putih saat bekerja.
~p : Beberapa jenis burung tidak bisa terbang
~p : Beberapa anak tidak mengikuti ujian fisika hari ini.
Pendidikan yang bertujuan memanusiakan manusia dilakukan Nabi
Ibrahim ‘alaihi salam dengan metode dialogis. Dialog sebagai upaya untuk
membuka jalur informasi antara pendidik dan anak didik. Pendidik dapat
mengukur kemampuan anak didik melalui dialog. Dengan berdialog akan
ditemukan kesamaan persepsi tentang visi dan misi pendidikan yang akan
dilakukan. Metode dialogis membangun interaksi pendidikan menjadi harmonis.
Metode ini didasarkan pada prinsip bahwa peserta didik memiliki kemampuan
memahami isu yang kompleks, mencari atau mengembangkan penyelesaian hal
yang baru dan unik terhadap persoalan atau isu melalui penerapan kemampuan
berpikir kritis dan kreatif, menghargai dan menarik manfaat dari gagasan dan
pandangan teman sejawatnya. Sebagai contoh: dalam pembelajaran kelompok
tentang menyelesaikan soal program linear, peserta didik yang mewakili suatu
kelompok mempresentasikan hasil kerja mereka, kemudian peserta didik lainnya
diminta mengomentari, mengkritisi, bertanya, atau memberi saran terhadap hasil
kerja kelompok tersebut, dan pendidik sebagai fasilitator. Dalam metode tersebut,
guru bukan satu-satunya pemegang monopoli pembelajaran di dalam kelas,
walaupun posisinya tetap narasumber penting. Guru sepatutnya mendorong
18
peserta didik untuk mengekspresikan apa yang ada dalam pikiran peserta didik.
Selain itu, juga merangsang peserta didik mempersoalkan berbagai substansi
pembelajaran yang mereka terima secara kritis.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Adapun kesimpulan berdasarkan kajian pustaka pada bab II adalah:
1.
Konsep pendidikan menurut Luqman mengandung tujuh ciri penting,
yaitu penekanan terhadap tauhid (melarang berbuat syirik), ilmu,
komunikasi, akidah, ibadah, pikiran positif, akhlak mulia, dan
2.
dakwah.
Nilai-nilai pendidikan Nabi Ibrahim ‘alaihi salam yaitu tujuan utama
pendidikan yakni penanaman nilai akidah dan tauhid dengan
menggunakan empat metode pendidikan, yaitu keteladanan, nasihat,
3.
dialog, dan doa.
Penerapan konsep
pendidikan
Luqman
dalam
pembelajaran
matematika dengan komunikasi yang baik, melibatkan peserta didik
4.
dalam proses belajar, tutor sebaya, dan pendekatan induktif-deduktif.
Penerapan konsep pendidikan Nabi Ibrahim ‘alaihi salam dalam
pembelajaran matematika dengan menanamkan konsep yang benar,
dan dengan dialog atau diskusi dan salah satunya dengan
B.
menggunakan pengajaran langsung.
Saran
Pembelajaran dengan menggunakan konsep pendidikan Luqman dan Nabi
Ibrahim ‘alaihi salam dalam pembelajaran matematika dalam bentuk tersirat.
Setelah menelaah lebih dalam ditemukan bahwa begitu banyak metode
pengajaran, pendekatan, ataupun model pembelajaran yang bisa kita dapatkan dan
19
gunakan dalam proses belajar mengajar. Dengan menggunakan konsep
pembelajaran yang islami, salah satunya dengan menggunakan konsep
pembelajran Luqman dan Nabi Ibrahim‘alaihi salam, diharapkan peserta didik
tidak hanya bisa mengetahui materi pembelajaran matematika khususnya tetapi
juga dapat mengaplikasikan nilai-nilai islam dalam sikap dan perilakunya.
Jadi dengan menggunakan konsep pembelajaran islam ini diharapkan bukan
hanya kebutuhan IQnya saja terpenuhi tapi kebutuhan ESQnya insya Allah bisa
terpenuhi jika peserta didik dapat mengaplikasikan nilai-nilai islam dalam
kehidupan sehari-harinya baik di lingkungan sekolah, keluarga, maupun
lingkungan masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
Abduh, M. Pendidikan ala Nabi Ibrahim ‘alaihi salam. Artikel diakses tanggal
11/10/2014.
Abidin, D.Z. 2008. Alquran for Life Excellence. Jakarta: Hikmah.
Al-Khadili, S. 2000. Kisah-kisah Alquran: pelajaran dari orang-orang dahulu.
Jakarta: Gema Insani Press.
Antonio, Muhammad Syafii. 2010. Ensiklopedia Leadership & Manajemen
Muhammad Shallallahu ‘alahi wasallam The Super Leader Super
Manager”. Jakarta : Tazkia
Halim, A.M. A. 2007. Kisah Bapak Anak dalam Alquran. Jakarta: Gema Insani.
Khalid, Amru. 2007. Membaca Kisah Mengungkap Hikmah Teladan para Nabi”.
Jakarta : Publishing Embung
20
Riyah, F.N. 2011. Konsep Pendidikan Agama Islam untuk Anak dalam Keluarga
Muslim. Jakarta: Skripsi UIN Syarif Hidayatullah.
http://khotimhanifudinnajib.blogspot.com/2012/05/konsep-pendidikan-dalamsurat-lukman.html. Diakses tanggal 11/10/2014.
http://supervisiaceh2012.blogspot.com/2013/12/konsep-pendidikan-dalam-suratash.html. Diakses tanggal 11/10/2014.
http://ertihiduppadamemberi.blogspot.com/2011/02/belajar-dari-luqman-alhakim.html. Diakses tanggal 21/10/2014.
21
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Pengetahuan awal seorang anak bermula dari orang tua dan masyarakat
yang secara tidak langsung memberikan berbagai pengetahuan dasar kepadanya,
meskipun bentuknya belum sistematis. Pengetahuan itu diperoleh sang anak
melalui berbagai cara, misalnya melalui peniruan, pengulangan, atau pembiasaan.
Tetapi, ketika sang anak sudah semakin beranjak besar, keluarga dan lingkungan
tidak mampu lagi memenuhi rasa keingintahuannya. Maka dari itu, orang tua
memerlukan sebuah lembaga khusus yang disebut “sekolah” (dalam Antonio,
Muhammad Syafii : 30). Namun, peran pendidikan di sekolah dalam membentuk
manusia yang bertakwa seperti yang diamanatkan dalam Undang-Undang, masih
jauh dari harapan. Upaya pemerintah memasukkan pendidikan karakter sebagai
bagian kurikulum pendidikan nasional belum mampu mengatasi problem moral
anak bangsa. Tauran antarpelajar dan mahasiswa yang semakin meningkat,
minuman keras, narkoba, seks bebas di kalangan para pelajar adalah bukti
kegagalan pendidikan, termasuk dalam pembelajaran matematika.
Ada kesalahan paradigma dalam menilai keberhasilan pendidikan.
Keberhasilan pendidikan sering diukur dari prestasi akademik dan pekerjaan yang
didapat setelah menyelesaikan pendidikan. Sehingga dalam proses pendidikan,
kita jarang menghubungkan prestasi anak dengan akhlak dan kepribadiannya.
Maka menjadi lumrah kita dapatkan, anak-anak cerdas secara intelektual dan skill
tinggi tapi ibadah, akhlak, dan kepribadiannya sangat memprihatinkan.
1
Untuk menjawab persoalan tersebut, ada baiknya kita kembali ke masa
lampau menggali kesuksesan Luqman dalam mendidik anaknya dan Nabi Ibrahim
‘alaihi salam dalam mendidik anak, keluarga, dan umatnya.
Bagaimana proses pendidikan Luqman dan Nabi Ibrahim ‘alaihi salam itu
terjadi akan menjadi fokus dalam tulisan ini. Oleh karena itu, dalam tulisan ini
akan membahas tentang “Konsep Pendidikan Luqman dan Nabi Ibrahim ‘alaihi
salam”
B.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang dijelaskan sebelumnya, maka dapat
dirumuskan masalah sebagai berikut:
1.
Bagaimana konsep pendidikan Luqman?
2.
Bagaimana konsep pendidikan Nabi Ibrahim ‘alaihi salam ?
3.
Bagaimana penerapan konsep pendidikan Luqman
4.
dalam
pembelajaran matematika?
Bagaimana penerapan konsep pendidikan Nabi Ibrahim ‘alaihi salam
dalam pembelajaran matematika?
C.
Tujuan Penulisan
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah, maka tujuan penulisan
makalah ini adalah:
1.
Untuk mengetahui konsep pendidikan Luqman.
2.
Untuk mengetahui konsep pendidikan Nabi Ibrahim ‘alaihi salam.
3.
Untuk mengetahui penerapan konsep pendidikan Luqman dalam
4.
A.
1.
pembelajaran matematika.
Untuk mengetahui penerapan konsep pendidikan Nabi Ibrahim ‘alaihi
salam dalam pembelajaran matematika.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Teori tentang Konsep Pendidikan Model Islam: Luqman dan Ibrahim
Konsep Pendidikan Luqman
2
Luqman adalah seorang laki-laki yang bijaksana dan saleh, bukan seorang
nabi. Berdasarkan hadis yang diriwayatkan Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhu., “Aku
mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berkata, “Luqman bukanlah
seorang nabi, tetapi dia adalah seorang hamba yang banyak berpikir, yang
memiliki keyakinan yang bagus, dan mencintai Allah subehanahu wa ta’ala,
sebab itu Allah subehanahu wa ta’ala mencintainya. Kemudian Dia anugerahkan
kepadanya
hikmah
(kebijaksanaan).
Yang
dimaksud
dengan
hikmah
(kebijaksanaan) adalah mengetahui hakikat sesuatu dengan sebenar-benarnya.
Kebijaksanaan Luqman tergambar dalam perkataannya yang sangat bagus dalam
mengungkapkan sesuatu. Perkataannya ini sering dikutip oleh para pendidik dan
para ulama.
Ada yang mengatakan bahwa Luqman disuruh memilih antara hikmah dan
kenabian, dia memilih hikmah. Ketika dia tengah tidur, malaikat jibril
mendatanginya dan menyebutkan hikmah kepadanya atau menyiramkan hikmah
kepadanya sehingga dalam pembicaraannya selalu mengandung hikmah.
Kemudian ada seseorang yang bertanya kepada Luqman, “Mengapa kamu
memilih hikmah, sedangkan Allah subehanahu wa ta’ala memerintahkanmu
untuk memilih antara hikmah dan kenabian?”.
Luqman menjawab, “seandainya Dia mengutus aku sebagai nabi, aku pasti
akan melaksanakan tugas kenabianku dengan sebaik-baiknya. Akan tetapi, Dia
memberikan pilihan kepadaku, aku pilih hikmah karena aku takut tidak mampu
melaksanakan dengan baik tugas kenabian.
3
Al-Qur’an dalam Surah Luqman, memberikan beberapa kaidah penting
berkaitan dengan pendidikan anak-anak. Di antara kaidah itu adalah sebagai
berikut:
a.
Mendidik berbekalkan hikmah. Dalam Surah Luqman ayat 12 Allah
subehanahu wa ta’ala menjelaskan bahwa Luqman telah dikaruniai
hikmah. Imam Ibnu Katsir menafsirkan hikmah sebagai “pemahaman,
ilmu, tadbir (yaitu pengaturan yang baik)”.
“Dan sungguh, telah Kami berikan hikmah kepada Luqman, yaitu:
"Bersyukurlah kepada Allah! Dan barangsiapa bersyukur (kepada
Allah), maka sesungguhnya dia bersyukur untuk dirinya sendiri; dan
barangsiapa tidak bersyukur, maka sesungguhnya Allah Maha Kaya,
Maha Terpuji".(Luqman: 12)
Untuk itu, orang tua harus menguasai dan memahami ilmu, terutama
ilmu agama berlandaskan Al-Qur’an dan As-Sunah. Perkataan ini
harus diikuti dengan mengatur hidup secara baik. Tanpa ilmu dan
pemahaman, orang tua akan menjadi musafir yang berjalan tanpa peta.
Luqman menyuruh anaknya untuk bertauhid dan beriman hanya
kepada Allah subehanahu wa ta’ala dan melarangnya berbuat sirik
dan kufur dengan menjelaskan keburukan akibatnya,
4
“... Wahai anakku! Janganlah engkau mempersekutukan Allah,
sesungguhnya
b.
mempersekutukan
(Allah)
adalah
benar-benar
kezaliman yang besar.” (Luqman:13)
Komunikasi yang baik. Luqman menasihati anaknya secara terusmenerus tanpa rasa bosan. Ini menunjukkan bahwa bapak memainkan
peran yang sangat penting dalam pendidikan anak-anak. Ketika
memberikan nasihat, Luqman menggunakan perumpamaan (Surah
Luqman ayat 16 dan 19) untuk memudahkan pemahaman. Hal
tersebut menunjukkan bahwa Luqman mempunyai kemahiran
berkomunikasi. Di antara aspek penting yang harus ada ketika
c.
berkomunikasi adalah kelembutan.
Penekanan terhadap akidah. Berkaitan
dengan
ini,
Luqman
menjelaskan, jika ada suatu benda yang kecil, seperti biji sawi,
disembunyikan di langit dan dalam bumi, dalam batu besar atau di
tempat-tempat lain, Allah subehanahu wa ta’ala tetap akan
mengetahuinya. Hal ini disebutkan dalam Surah Luqman ayat 16.
(Luqman berkata): "Wahai anakku! Sungguh jika ada
(sesuatu perbuatan) seberat biji sawi, dan berada
dalam batu atau di langit atau di bumi, niscaya Allah
akan memberinya (balasan). Sesungguhnya Allah Maha
Halus, Maha Teliti. (Luqman: 16)
5
Pendidikan Luqman ini bertujuan untuk melahirkan perasaan
muraqabah, yaitu merasakan bahwa Allah subehanahu wa ta’ala
senantiasa melihat gelagat hambanya di mana saja hamba itu berada.
Jika perasaan ini menguasai hati seseorang, ia akan menjadi penasihat
d.
dan penyelamat bagi orang itu.
Shalat itu penting. Dalam Surah Luqman ayat 17, Luqman menyuruh
anaknya menegakkan shalat.
“Wahai anakku! Laksanakanlah shalat dan suruhlah (manusia)
berbuat yang makruf dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang
mungkar
dan
bersabarlah
terhadap
apa
yang
menimpamu,
sesungguhnya yang demikian itu termasuk perkara yang penting.”
(Luqman: 17).
Menegakkan shalat maksudnya adalah shalat secara terus-menerus
dengan memelihara waktu-waktu dan tata caranya, di samping
mementingkan khusyuk ketika shalat. Shalat ada pengaruhnya
terhadap anak-anak. Dalam Surah Al-Ankabut ayat 45 Allah
berfirman,
“Sesungguhnya, shalat dapat mencegah seseorang dari perbuatan
keji dan munkar.”
6
e.
Berdakwah dan berperan serta. Anak-anak harus dididik agar ikut
berperan serta dengan mengajak rekan-rekan mereka kepada makruf
dan mencegah mereka dari kemungkaran. Hal ini disebutkan dalam
Surah Luqman ayat 17. Dengan nilai dan sikap yang benar ini, anakanak tidak akan menjadi golongan yang terpengaruh, sebaliknya
f.
menjadi golongan yang memengaruhi.
Sabar dalam ujian. Dalam Surah Luqman ayat 17 Luqman
mengingatkan anaknya tentang pentingnya sabar dalam hidup. Sabar
berkaitan erat dengan sikap yang positif. Dengan penekanan ini, anakanak akan mampu menghadapi zaman yang penuh ujian dan liku-liku
dalam kehidupan. Anak-anak juga perlu diingatkan bahwa sabar
adalah proses menuju keberhasilan. Nabi bersabda, “Sesungguhnya,
keberhasilan bersama dengan kesabaran, kelapangan bersama
dengan kesusahan dan sesungguhnya kepayahan bersama dengan
g.
kesenangan.” Hadis ini diriwayatkan oleh Imam Tirmizi.
Mementingkan akhlak. Dalam surah Luqman ayat 14 dan 15 Luqman
menasihati anaknya agar berbuat baik kepada kedua orang tua, sopan
santun
kepada
keduanya,
menaati
perintahnya,
dan
memperlakukannya dengan baik.
7
“dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada kedua
orang tuanya. Ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah
yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam usia dua tahun.
Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada kedua orang tuamu, hanya
kepada Aku kembalimu. Dan jika keduanya memaksamu untuk
mempersekutukan Aku dengan sesuatu yang engkau tidak mempunyai
ilmu tentang itu, maka janganlah engkau menaati keduanya, dan
pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang
yang kembali kepada-Ku. Kemudian hanya kepada-Ku tempat
kembalimu, maka akan Aku beritahukan kepadamu apa yang telah
kamu kerjakan.” (Luqman: 14-15). Tampak bahwa wasiatnya untuk
berbuat baik kepada ibu bapak merupakan salah satu tata krama dalam
bermasyarakat.
Dalam surah Luqman ayat 18 dan 19 Luqman menasihati anaknya
agar bersikap tawadu dan tidak sombong ketika bergaul dengan
manusia. Beliau juga mengingatkan anaknya agar bersifat sederhana
dalam hidup dan tidak meninggikan suara ketika berbicara.
“Dan janganlah kamu memalingkan wajah dari manusia
(karena sombong) dan janganlah berjalan di bumi
dengan angkuh. Sungguh, Allah tidak menyukai orang-
8
orang yang sombong dan membanggakan diri. Dan
sederhanakanlah
dalam
berjalan
dan
lunakkanlah
suaramu. Sesungguhnya seburuk-buruk suara ialah
suara keledai.”
(Luqman: 18-19)
Akhlak yang mulia berkaitan erat dengan iman seseorang.
Sehubungan dengan ini, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam pernah
ditanya, “Ya Rasulullah, mukmin manakah yang lebih utama
imannya?” Nabi menjawab, “Yang terbaik akhlaknya.”
Apabila kita menganalisis konsep pendidikan Luqman, dapat
disimpulkan bahwa konsep ini mengandung tujuh ciri penting, yaitu
penekanan terhadap ilmu, komunikasi, akidah, ibadah, pikiran positif,
akhlak mulia, dan dakwah.
2.
Konsep Pendidikan Nabi Ibrahim ‘alaihi salam
Nabi Ibrahim ‘alaihi salam dalam mendidik keluarga dan umatnya, sangat
mengutamakan aqidah dan ketauhidan. Tauhid menjadi landasan pertama dakwah
nabi Ibrahim ‘alaihi salam karena memang tauhid harus menjadi tujuan hidup
manusia didunia, yaitu tidak menyembah sesuatu selain Allah subehanahu wa
ta’ala yang menciptakan, mengatur, dan memelihara alam semesta. Hal ini
semakin urgen karena ini menjadi penggerak terhadap cara berpikir manusia,
bertindak serta berprilaku.
Dalam upaya transfer pengetahuan dan internalisasi ajaran agama, Nabi
Ibrahim ‘alaihi salam menggunakan beberapa pendekatan:
a.
Keteladanan
9
Keteladanan merupakan salah satu metode dalam pendidikan Islam
yang pengaruhnya luar biasa bagi peserta didik. Allah subehanahu wa
ta’ala menjadikan Nabi Ibrahim ‘alaihi salam sebagai teladan bagi
keluarga, anak, dan umatnya dalam menunaikan perintah-perintah Allah
subehanahu wa ta’ala dan menjauhi larangan-Nya, demikian juga akhlak
kesehariannya. Keteladan yang diberikan oleh Nabi Ibrahim ‘alaihi salam
bagi keluarganya, umatnya, dan juga umat Nabi Muhammad shallallahu
‘alaihi wasallam yang tersebar di berbagai surah dalam Al-Qur’an,
diantaranya:
1)
2)
3)
b.
Keteladanan dalam kesabaran,
Keteladanan dalam keimanan,
Keteladanan dalam bersyukur tehadap nikmat-nikmat yang
Allah berikan,
4)
Keteladanan dalam kehanifannya.
Nasihat
Metode nasihat dalam Al-Qur’an digunakan untuk menyentuh hati
supaya manusia mengarah kepada tujuan yang diharapkan. Metode ini juga
menempati posisi yang sangat penting dalam proses pendidikan Islam dan
penanaman nilai-nilai sebagaimana firman Allah subehanahu wa ta’ala:
Q.S. An Nahl: 125
“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan
pengajaran yang baik dan berdebatlah dengan mereka dengan cara yang
baik. Sesungguhnya Tuhanmu, Dialah yang lebih mengetahui siapa yang
10
sesat dari jalan-Nya dan Dia-lah yang lebih mengetahui siapa yang
mendapat petunjuk. (Q.S An Nahl: 125)
Hikmah yang dimaksud adalah perkataan yang tegas dan benar yang
dapat membedakan antara yang hak dengan yang batil. Nasihat atau juga
bisa dengan sebutan wasiat atau pesan yang baik dengan cara yang baik dan
disesuaikan dengan situasi dan kondisi yang tepat akan sangat berpengaruh
pada diri peserta didik. Nabi Ibrahim ‘alaihi salam menggunakan metode ini
dalam pendidikan anak-anaknya tergambar dalam firman Allah subehanahu
wa ta’ala QS. Al Baqarah:132
Dan Ibrahim mewasiatkan (ucapan) itu kepada anak-anaknya,
demikian
pula
Ya’kub.
(Ibrahim
berkata):
Wahai
anak-anakku!
Sesungguhnya Allah telah memilih agama ini untukmu, maka janganlah
kamu mati kecuali dalam keadaan Muslim.” (QS Al Baqarah:132)
Demikian juga nasihat beliau kepada bapak dan juga kaumnya.
Firman Allah:
“(ingatlah) ketika dia berkata kepada ayahnya dan kaumnya:
“Apakah yang kamu sembah itu? Apakah kamu menghendaki kebohongan
dengan sembahan selain Allah itu? Maka bagaimana anggapanmu
terhadap Tuhan seluruh alam? (QS. Ash Shaffat: 85-87)
c.
Dialog
11
Salah satu metode yang digunakan Nabi Ibrahim ‘alaihi salam adalah
metode dialog. Metode ini digunakan untuk mengetahui dan memantapkan
pengetahuan peserta didik yang ia miliki. Dialog yang begitu mengharukan
sekaligus sarat dengan pendidikan sekaligus menggambarkan tingkat
keimanan yang sangat tinggi dari pendidik (Nabi Ibrahim) dan peserta didik
(Nabi Ismail).
“Maka ketika anak itu sampai (pada umur) sanggup berusaha
bersamanya, (Ibrahim) berkata: “Wahai anakku!Sesungguhnya aku
bermimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah bagaimana
pendapatmu!” Dia (Ismail) menjawab: “Wahai ayahku! Lakukanlah apa
yang
diperintahkan
(Allah)
kepadamu;
Insya
Allah
engkauakan
mendapatiku termasuk orang yang sabar”.(QS Ash Shaffat: 102)
Subhanallah terlihat jelas, sang ayah yang salih ini menuntun dan
mendidik anaknya dengan cara yang bijak agar sama-sama patuh kepada
semua perintah Allah betapapun beratnya. Beliau menggunakan metode
dialogis dengan seolah-olah meminta pendapat putranya, “Wahai anakku!
Sesungguhnya aku bermimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah
bagaimana pendapatmu!”. Kebijakan sang ayah ini pun dijawab dengan
ketegasan dan kesabaran seorang anak, “Wahai ayahku! Lakukanlah apa
yang diperintahkan (Allah) kepadamu; Insya Allah engkau akan
mendapatiku termasuk orang yang sabar”. Dari dialog tersebut kita melihat
12
bagaimana seorang anak dapat memahami betapa ayahnya mendapat
perintah Allah subehanahu wa ta’ala yang begitu berat. Lalu dengan segala
kerendahan hatinya dan tak lupa menyebut kata Insya Allah, Ismail berusaha
meyakinkan ayahnya bahwa ia siap membantu ayahnya untuk mentaati
perintah Allah subehanahu wa ta’ala tersebut.
d.
Doa
Keberhasilan proses pendidikan yang dilakukan oleh manusia tidak
telepas dari intervensi Allah subehanahu wa ta’ala Oleh karena itu, dalam
menjalankan dakwahnya, Nabi Ibrahim ‘alaihi salam selalu menyertainya
dengan doa. Seperti dalam QS. Ibrahim:40.
“Ya Tuhanku, jadikanlah aku dan anak cucuku orang yang tetap
melaksanakan shalat. Ya Tuhan kami, perkenankanlah doaku. (QS.
Ibrahim:40)
Doa memiliki kedudukan yang tinggi dalam agama. Doa adalah kunci
kebaikan dan penutup pintu kejelekan, mendatangkan manfaat, dan menolak
berbagai malapetaka. Doa adalah kekuatan terbesar di muka bumi. Doa
adalah obat yang paling manjur. Doa sebagaimana kesimpulan pakar
psikologi merupakan kekuatan terbesar yang tersedia bagi seseorang dalam
memecahkan masalah pribadinya, baik dalam keadaan sempit maupun
lapang.
Begitu pentingnya doa, maka kita para orang tua maupun guru
hendaknya menjadikan doa bagian tak terpisahkan dari proses pendidikan.
13
“Dan
Tuhanmu
berfirman,
“Berdoalah
kepada-Ku
niscaya
akan
Kuperkenankanbagimu’.” (QS Al Ghafir: 60)
Di samping doa, Nabi Ibrahim ‘alaihi salam juga mengajarkan agar
doa selalu diikuti dengan usaha yang maksimal, ketika Nabi Ibrahim ‘alaihi
salam berdoa agar anak keturunannya istiqomah mendirikan shalat, beliau
mengambil langkah-langkah konkret untuk merealisasikan harapannya,
langkah selanjutnya yang beliau ambil adalah memilih lingkungan yang
kondusif yang dapat mendukung nilai-nilai keagamaan, dan merenovasi
Ka’bah sebagai sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah subehanahu
B.
1.
wa ta’ala
Penerapan dalam Matematika
Penerapan konsep pendidikan
Luqman
dalam
pembelajaran
matematika.
Komunikasi yang baik perlu dilakukan oleh pendidik dalam proses
pembelajaran sebagaimana Luqman menasihati anaknya secara terus-menerus
tanpa rasa bosan. Pendidik perlu menerapkan ‘proses ulangi’ dalam pembelajaran.
Salah satu cara yakni dengan memberikan soal-soal untuk dikerjakan secara
individu oleh peserta didik setelah demonstrasi dilakukan oleh pendidik dan
setelah peserta didik berdiskusi dengan teman kelompoknya. Pendidik harus
menyampaikan materi pelajaran dengan komunikasi yang baik. Diantara aspek
penting yang harus ada ketika berkomunikasi adalah kelembutan, sehingga situasi
dalam pembelajaran, khususnya matematika, tidak menegangkan.
Metode lainnya dalam penerapan konsep pendidikan Luqman pada
pembelajaran matematika adalah dengan melibatkan peserta didik dalam
14
pembelajaran. Peserta didik harus telibat aktif dalam proses penemuan dalam
pembelajaran matematika. Selain itu, bisa juga dengan menerapkan tutor sebaya
yakni peserta didik yang telah memahami materi pelajaran, diminta untuk
mengajari temannya yang belum memahami materi.
Metode tersebut sesuai dengan kisah Luqman dalam mendidik anaknya
untuk berhadapan dengan pandangan manusia. Luqman al Hakim telah membawa
anaknya dan keledai ke pasar tempat orang ramai. Mulanya, Luqman al Hakim
telah menaiki keledai itu, anaknya pula yang mengendalikan keledai itu sambil
berjalan kaki, maka orang ramai berkata : "Inilah orang tua yang tidak
mengasihani anaknya, dia bersenang senang di atas keledai, anaknya pula berjalan
kaki!"
Berikutnya, Luqman al Hakim menaikkan anaknya ke atas keledai dan
beliau sendiri pula yang mengendalikan keledai dengan berjalan kaki, maka orang
ramai berkata :"Sungguh biadap anak itu, orang tua dibiarkan berjalan kaki, dia
pula bersenang senang di atas keledai!".
Seterusnya, Luqman al Hakim bersama anaknya menaiki keledai itu
bersama sama, maka berkata pula orang ramai : "Lihat!, seekor keledai membawa
dua orang!, alangkah siksanya keledai itu membawa beban berganda! "
Akhirnya, Luqman al Hakim dan anaknya tidak menaiki keledai itu dan
membiarkan ia kosong saja, orang ramai berkata lagi :"Alangkah anehnya, keledai
dibiarkan kosong tidak ditunggangi, tuannya pula berjalan kaki saja!"
Berkata Luqman al Hakim kepada anandanya selepas kisah keledai di atas :
15
"Sesungguhnya tiada terlepas seseorang itu dari percakapan manusia. Maka orang
yang berakal tiadalah dia mengambil pertimbangan melainkan kepada Allah
subehanahu wa ta’ala saja. Barangsiapa mengenal kebenaran, itulah yang menjadi
pertimbangannya dalam tiap-tiap satu" (dalam Anonim : belajar dari Luqman alhakim).
Pendidik juga perlu mengajarkan sikap positif terhadap peserta didik.
Dengan mengajarkan peserta didik sabar dalam mengerjakan tiap langkah atau
proses untuk mendapatkan hasil akhir dari pertanyaan matematika. Kesabaran
dibutuhkan dalam proses menuju keberhasilan. Selain itu, mementingkan akhlak
dalam pembelajaran matematika sangat penting agar peserta didik yang telah
memahami materi matematika tidak sombong, tetapi mau membagi kepada
temannya, membantu temannya memahami materi dengan tutur kata yang baik.
Adapun salah satu contoh materi yang dapat diterapkan adalah dalam
penemuan dan penerapan luas persegi panjang dengan menggunakan pendekatan
induktif-deduktif.
N
o
1.
2.
3.
4.
5.
Gambar
Persegi
panjang
A
B
C
D
E
Panjang
(p)
Lebar
(l)
Luas
(L)
3
satuan
3
satuan
4
satuan
5
satuan
6
satuan
1
satuan
2
satuan
3
satuan
3
satuan
4
satuan
3 satuan
6 satuan
12
satuan
15
satuan
24
satuan
16
Dari contoh soal di atas siswa dapat menemukan sendiri luas persegi
panjang, yaitu:
2.
Penerapan konsep pendidikan Nabi Ibrahim ‘alaihi salam dalam
pembelajaran matematika.
Dalam pembelajaran matematika, konsep pendidikan Nabi Ibrahim ‘alaihi
Rumus Luas persegi panjang = Panjang x Lebar
salam dapat diterapkan. Pendidik dalam mengajarkan suatu materi harus
memberikan langkah kerja yang benar, dalam hal ini menerapkan konsep
keteladanan terhadap peserta didik. Selanjutnya, pendidik dapat memberi arahan
kepada peserta didik dengan menerapkan konsep ‘nasihat’, misalnya seorang
peserta didik mengerjakan soal cerita berkaitan dengan luas persegi panjang, maka
pendidik mengarahkan peserta didik untuk menulis apa yang diketahui, apa yang
ditanyakan dari soal, dan mengarahkan prosedur atau langkah kerja apa yang bisa
digunakan untuk menyelesaikan soal cerita tersebut.
Adapun salah satu contoh materi yang dapat diberikan sesuai dengan kisah
nabi Ibrahim ‘alaihi salam (dalam Khalid, amru:160) yang menceritakan tentang
nabi Ibrahim ‘alaihi salam yang merusak patung-patung berhala dan hanya
meninggalkan patung yang paling besar dengan kapak di atasnya. Kemudian
penduduk negeri sangat marah dan mencurigai nabi Ibrahim ‘alaihi salam sebagai
pelakunya karena perkataannya yang pernah mencela berhala. Akhirnya, nabi
Ibrahim ‘alaihi salam diinterogasi oleh penduduk dan nabi Ibrahim ‘alaihi salam
hanya menjawab dengan logikanya bahwa “Silahkan anda tanya patung yang
paling besar, siapa pelakunya”. Berdasarkan kisah tersebut salah satu materi
17
matematika yang sesuai adalah logika matematika dengan pengajaran langsung.
Sebagai contoh negasi (ingkaran) dari pernyataan-pernyataan berikut:
p : Semua dokter memakai baju putih saat bekerja.
p : Semua jenis burung bisa terbang
p : Semua anak mengikuti ujian fisika hari ini.
Pernyataan yang memuat kata "Semua" atau "Setiap" negasinya memuat
kata "Beberapa" atau "Ada" seperti berikut:
~p : Ada dokter tidak memakai baju putih saat bekerja.
~p : Beberapa jenis burung tidak bisa terbang
~p : Beberapa anak tidak mengikuti ujian fisika hari ini.
Pendidikan yang bertujuan memanusiakan manusia dilakukan Nabi
Ibrahim ‘alaihi salam dengan metode dialogis. Dialog sebagai upaya untuk
membuka jalur informasi antara pendidik dan anak didik. Pendidik dapat
mengukur kemampuan anak didik melalui dialog. Dengan berdialog akan
ditemukan kesamaan persepsi tentang visi dan misi pendidikan yang akan
dilakukan. Metode dialogis membangun interaksi pendidikan menjadi harmonis.
Metode ini didasarkan pada prinsip bahwa peserta didik memiliki kemampuan
memahami isu yang kompleks, mencari atau mengembangkan penyelesaian hal
yang baru dan unik terhadap persoalan atau isu melalui penerapan kemampuan
berpikir kritis dan kreatif, menghargai dan menarik manfaat dari gagasan dan
pandangan teman sejawatnya. Sebagai contoh: dalam pembelajaran kelompok
tentang menyelesaikan soal program linear, peserta didik yang mewakili suatu
kelompok mempresentasikan hasil kerja mereka, kemudian peserta didik lainnya
diminta mengomentari, mengkritisi, bertanya, atau memberi saran terhadap hasil
kerja kelompok tersebut, dan pendidik sebagai fasilitator. Dalam metode tersebut,
guru bukan satu-satunya pemegang monopoli pembelajaran di dalam kelas,
walaupun posisinya tetap narasumber penting. Guru sepatutnya mendorong
18
peserta didik untuk mengekspresikan apa yang ada dalam pikiran peserta didik.
Selain itu, juga merangsang peserta didik mempersoalkan berbagai substansi
pembelajaran yang mereka terima secara kritis.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Adapun kesimpulan berdasarkan kajian pustaka pada bab II adalah:
1.
Konsep pendidikan menurut Luqman mengandung tujuh ciri penting,
yaitu penekanan terhadap tauhid (melarang berbuat syirik), ilmu,
komunikasi, akidah, ibadah, pikiran positif, akhlak mulia, dan
2.
dakwah.
Nilai-nilai pendidikan Nabi Ibrahim ‘alaihi salam yaitu tujuan utama
pendidikan yakni penanaman nilai akidah dan tauhid dengan
menggunakan empat metode pendidikan, yaitu keteladanan, nasihat,
3.
dialog, dan doa.
Penerapan konsep
pendidikan
Luqman
dalam
pembelajaran
matematika dengan komunikasi yang baik, melibatkan peserta didik
4.
dalam proses belajar, tutor sebaya, dan pendekatan induktif-deduktif.
Penerapan konsep pendidikan Nabi Ibrahim ‘alaihi salam dalam
pembelajaran matematika dengan menanamkan konsep yang benar,
dan dengan dialog atau diskusi dan salah satunya dengan
B.
menggunakan pengajaran langsung.
Saran
Pembelajaran dengan menggunakan konsep pendidikan Luqman dan Nabi
Ibrahim ‘alaihi salam dalam pembelajaran matematika dalam bentuk tersirat.
Setelah menelaah lebih dalam ditemukan bahwa begitu banyak metode
pengajaran, pendekatan, ataupun model pembelajaran yang bisa kita dapatkan dan
19
gunakan dalam proses belajar mengajar. Dengan menggunakan konsep
pembelajaran yang islami, salah satunya dengan menggunakan konsep
pembelajran Luqman dan Nabi Ibrahim‘alaihi salam, diharapkan peserta didik
tidak hanya bisa mengetahui materi pembelajaran matematika khususnya tetapi
juga dapat mengaplikasikan nilai-nilai islam dalam sikap dan perilakunya.
Jadi dengan menggunakan konsep pembelajaran islam ini diharapkan bukan
hanya kebutuhan IQnya saja terpenuhi tapi kebutuhan ESQnya insya Allah bisa
terpenuhi jika peserta didik dapat mengaplikasikan nilai-nilai islam dalam
kehidupan sehari-harinya baik di lingkungan sekolah, keluarga, maupun
lingkungan masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
Abduh, M. Pendidikan ala Nabi Ibrahim ‘alaihi salam. Artikel diakses tanggal
11/10/2014.
Abidin, D.Z. 2008. Alquran for Life Excellence. Jakarta: Hikmah.
Al-Khadili, S. 2000. Kisah-kisah Alquran: pelajaran dari orang-orang dahulu.
Jakarta: Gema Insani Press.
Antonio, Muhammad Syafii. 2010. Ensiklopedia Leadership & Manajemen
Muhammad Shallallahu ‘alahi wasallam The Super Leader Super
Manager”. Jakarta : Tazkia
Halim, A.M. A. 2007. Kisah Bapak Anak dalam Alquran. Jakarta: Gema Insani.
Khalid, Amru. 2007. Membaca Kisah Mengungkap Hikmah Teladan para Nabi”.
Jakarta : Publishing Embung
20
Riyah, F.N. 2011. Konsep Pendidikan Agama Islam untuk Anak dalam Keluarga
Muslim. Jakarta: Skripsi UIN Syarif Hidayatullah.
http://khotimhanifudinnajib.blogspot.com/2012/05/konsep-pendidikan-dalamsurat-lukman.html. Diakses tanggal 11/10/2014.
http://supervisiaceh2012.blogspot.com/2013/12/konsep-pendidikan-dalam-suratash.html. Diakses tanggal 11/10/2014.
http://ertihiduppadamemberi.blogspot.com/2011/02/belajar-dari-luqman-alhakim.html. Diakses tanggal 21/10/2014.
21