kloning manusia dalam prespektif filsafa (1)

Perkembangan Ilmu Medis dalam Kaitannya dengan
Moralitas (Studi Kasus Kloning pada Manusia)

Oleh:
KELOMPOK 3

Fakultas Filsafat
Universitas Gadjah Mada
2015

DAFTAR ANGGOTA
1. Beauty Anindita

09/283429/FI/03481

2. Joni Manurung

12/329324/FI/03669

3. Fajar Hidayat


13/347322/FI/03756

4. Vio Rosario P.

13/347678/FI/03774

5. Ajeng Nabila P.

13/347679/FI/03775

6. Dimas Rizki P. S.

13/347680/FI/03776

7. Haryanti Puspa Sari

13/347695/FI/03778

8. Galuh Nur Fattah


13/347705/FI/03782

9. Teguh Setiawan

13/347737/FI/03790

10. Puji Maesaroh

13/347743/FI/03794

11. Adinda Intan Sari

13/347742/FI/03795

12. Wirawan Pujo L.

13/349426/FI/03808

13. Rieke Desmita D.


13/349520/FI/03817

14. Tiro Gaben

13/349528/FI/03818

15. Riemas Ginong

13/349748/FI/03832

16. M. Riefqy Fuady

13/349759/FI/03833

17. Tiara Asti Meida

13/352144/FI/03839

18. Moh. Falaq Said M. 13/352213/FI/03842
19. Selfi Anggriani


13/347679/FI/03843

20. Edmund Handias

13/352249/FI/03848

21. Andy Santoso

13/352308/FI/03854

22. Naza Ulfa

13/352310/FI/03855

23. Elthy Graha

13/352323/FI/03859

24. Melalusa Susthira K. 13/352336/FI/03862

25. Fitri Widianingtyas

13/352343/FI/03865

26. Alysha Medyana

13/352748/FI/03869

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Ilmu medis merupakan salah satu ilmu yang terus berkembang seiring dengan
perkembangan pemikiran manusia mengenai konsep dan metode dalam ilmu pengetahuan.
Ilmu medis merupakan salah satu cabang dari klaster ilmu kedokteran yang berfokus pada
manusia, yaitu tubuhnya tentang bagaimana cara menyembuhkan suatu penyakit atau
gangguan yang di alami oleh manusia secara fisik. Sejarah ilmu medis atau kedokteran
berawal dari kebudayaan dalam masyarakat menggunakan tumbuh-tumbuhan herbal,
dan hewan untuk tindakan pengobatan. Ini sesuai dengan kepercayaan magis mereka
yakni animisme, sihir, dan dewa-dewi. Masyarakat animisme percaya bahwa benda mati

pun memiliki roh atau mempunyai hubungan dengan roh leluhur.
Ilmu kedokteran berangsur-angsur berkembang di berbagai tempat terpisah yakni
Mesir kuno, Tiongkok kuno, India kuno, Yunani kuno, Persia, dan lainnya. Sekitar tahun
1400-an terjadi sebuah perubahan besar yakni pendekatan ilmu kedokteran terhadap sains.
Hal ini mulai timbul dengan penolakan–karena tidak sesuai dengan fakta yang ada–
terhadap berbagai hal yang dikemukakan oleh tokoh-tokoh pada masa lalu (bandingkan
dengan penolakan Copernicus pada teori astronomi Ptolomeus. Beberapa tokoh baru
seperti Vesalius (seorang ahli anatomi) membuka jalan penolakan terhadap teori-teori besar
kedokteran kuno seperti teori Galen, Hippokrates, dan Avicenna. Diperkirakan hal ini
terjadi akibat semakin lemahnya kekuatan gereja dalam masyarakat pada masa itu.
Ilmu kedokteran yang seperti dipraktikkan pada masa kini berkembang pada akhir
abad ke-18, dan awal abad ke-19 di Inggris (oleh William Harvey, abad ke17),Jerman (Rudolf Virchow), dan Perancis (Jean-Martin Charcot, Claude Bernard). Ilmu
kedokteran modern, kedokteran "ilmiah" (di mana semua hasil-hasilnya telah diujicobakan)
menggantikan tradisi awal kedokteran Barat, herbalisme, humorlasime Yunani, dan semua

teori pra-modern. Pusat perkembangan ilmu kedokteran berganti ke Britania Raya,
dan Amerika Serikat pada awal tahun 1900-an (oleh William Osler, Harvey Cushing).
Kedokteran berdasarkan bukti (evidence-based medicine) adalah tindakan yang kini
dilakukan untuk memberikan cara kerja yang efektif, dan menggunakan metode
ilmiah serta informasi sains global yang modern. Kini, ilmu genetika telah mempengaruhi

ilmu kedokteran. Hal ini dimulai dengan ditemukannya gen penyebab berbagai penyakit
akibat kelainan genetik, dan perkembangan teknik biologi molekuler.
Ilmu herbalisme berkembang menjadi farmakologi. Masa modern benar-benar
dimulai dengan penemuan Heinrich Hermann Robert Koch bahwa penyakit disebarkan
melalui bakteria (sekitar tahun 1880), yang kemudian disusul penemuan antibiotik (sekitar
tahun 1900-an). Antibiotik yang pertama kali ditemukan adalah obat Sulfa, yang diturunkan
dari anilina. Penanganan terhadap penyakit infeksi berhasil menurunkan tingkat infeksi
pada masyarakat Barat. Oleh karena itu dimulailah industri obat.
Beranjak dari penjelasan yang menjadi perkembangan mengenai ilmu medis
terdapat suatu inovasi yang di lakukan manusia sebagai bentuk pengembangan ilmu
pengetahuan dalam bidang medis yaitu kloning manusia. Dalam komunitas ilmiah,
reproduksi kloning hanya merujuk kepada penciptaan identik genetik kehidupan. "Identik
genetik" tidak berarti semuanya sama; kloning semacam ini tidak menghasilkan sesuatu
yang hidup dari kenangan atau pengalaman atau memori sebelumnya, misalnya. Namun,
dalam diskusi Raëlianism, kloning kadang tampaknya tidak hanya merujuk ke kloning
reproduksi, tetapi juga kloning reproduksi manusia dengan tambahan pikiran dan / atau
mentransfer otak / memory sebelumnya ketubuh baru, atau proses klon dewasa. Raëlians
mengambil kesimpulan ini dan bahwa kemanusiaan dapat mencapai kehidupan kekal hanya
melalui ilmu kloning.
Menurut buku "Ya untuk Kloning manusia", Tahap pertama ini adalah proses

kloning yang panjang adalah membuat embrio manusia melalui kloning manusia. Salah
satu pembimbing Raëlian dan CEO Clonaid Brigitte Boisselier menyatakan bahwa ada
salah satu perempuan Amerika telah mengalami prosedur kloning dari jenis ini dan telah

melahirkan seorang gadis bernama Eve di 26 Desember, 2002. Rael memberitahu bahwa
larangan pengembangan kloning manusia sama saja dengan pelarangan kemajuan medis
seperti "antibiotik, darah transfusions, dan vaksin.", yang dalam sejarah selalu terulang.
Tahap kedua dalam kloning, menurut Raëlians, adalah pengklonan manusia menjadi
cepat dewasa. Rael mengatakan bahwa di masa mendatang, para ilmuwan akan menemukan
sebuah "proses percepatan pertumbuhan", dimana sebuah proses seperti perakitan-sendiri
yaitu mengembangkan sel secara cepat atau bahkan pembuatan sel seluruh tubuh manusia
secara nanoteknologi dengan proses yang singkat.
Tahap ketiga adalah transfer dari memori dan kepribadian yang asli ke klon dewasa.
Untuk proses pemeliharaan satu cabang satu kepribadian dan satu memori, karena
bertentangan dengan dua, rekaman masing-masing ingatan dari pikiran manusia akan
diperlukan sebelum waktu kematian, dan akan ditransfer ke tubuh klon dewasa setelah
tubuh yang asli telah mati.
Pada akhir tahap adalah pengembangan, hingga kini tidak diketahui informasi
dalam DNA yang rusak yang akan cukup untuk membawa kembali lagi orang lain yang
telah mati termasuk memori dan kepribadian.Hal ini akan dilakukan dengan cara

mengambil sampel kecil dari tubuh seseorang dan melestarikan pada saat tingkat efisiensi
dari otak dan pengetahuan yang tertinggi dimana orang tersebut merasa nyaman. Pada hari
kematian, sel yang akan diambil dari sampel untuk proses kloning yang akan dilakukan,
dan kenangan dan kepribadian akan dikembalikan kembali seperti sebelum meninggal
kembali ke keadaan dimana seseorang yang diklon tersebut merasa paling nyaman.
Kemudian yang menajadi permasalahan lain adalah masalah moralitas yang dimiliki oleh
manusia. Apakah hal tersebut dapat di terima atau tidak.

1.2 Rumusan Masalah
Sebagaimana yang telah di jelaskan di dalam latar belakang diatas maka rumusan
masalah yang akan dirumuskan adalah:
a. Apa yang mendasari perkembangan ilmu medis dalam hal kloning?
b. Apakah kloning pada manusia dapat di benarkan demi menunjang ilmu
pengetahuan?
c. Bagaimana gambaran umum pada realitas sekarang?
1.3 Tunjuan
Tujuan dari penelitian atau pembuatan makalah ini adalah untuk :
a. Mengetahui hal yang mendasari perkembangan ilmu medis dalam hal cloning.
b. Mengetahui tindakan cloning pada manusia dapat dibenarkan demi menunjang ilmu
pengetahuan.

c. Mengetahui gambaran umum pada realitas sekarang.
1.4 Tinjauan pustaka
Penulitasan makalah ini berlandaskan pada penelitian yang di lakukan oleh
UNESCO pada tahun 2005 yang berjudul Human Cloning “Ethical Issues” dimana
dalam peneleitian di jelaskan bagaimana aspek ilmu pengetahuan dan moralitas
memandang hal tersebut di tambah lagi dengan beberapa contoh kasus yang dari
pengkloningan hewan dan beberapa isu mengenai kloning pada manusia dan juga
organisasi yang bergerak pada bidang itu. Dalam jurnal penelitian tersebutpun di
jelaskan sangat terperinci mengenai bagaimana proses kloning dapat terjadi sehingga
sangat memungkinkan peneliti selanjutnya menelti dalam prespektif yang lain sehingga
jalan untuk menyelesaikan hal tersebutpun akan semakin besar dan dapat terpahami
secara keseluruhan.

BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Perkembangan Flisafat Ilmu Dan Ilmu Pengetahuan
Dalam perkembangnnya, ilmu selalu berkaitan dengan aspek manusia yang lain.
Dalam beberapa kasus banyak sekali perkembangan ilmu yang kemudian dianggap sebagai
bentuk pembangkangan terhadap suatu otoritas di zamannya. Sebagai contoh adalah kasus
Gallileo Gallilei yang harus di eksekusi oleh gereja karena menentang dogma Gereja yang

menjelasakan bahwa sesungguhnya Bumi itu rata atau datar secara horizontal. Namun
Gallileo saat itu menentangnya karena menurutnya bahwa bumi ini berbentuk bulat
layaknya bola. Namun karena mempertahankan pendepatnya tersebut dia harus di eksekusi
mati oleh Gereja. Kaitannya dengan kloning disini adalah masih tingginya moralitas,
khususnya moralitas agama yang memenentang hal tersebut sehingga banyak kontroversi di
sana-sini.
Dari kasus di atas mungkin dapat di jelaskan dengan pendekatan teori performatif
dimana teori ini menjelaskan bahwa suatu kebenaran ilmu hanya dapat di tentukan oleh
otoritas yang memegang kendali atas itu semua, itu semuanya biasanya terjadi karena suatu
kelompok tidak berani untuk mengambil keputusan di luar hal yang di anggap mutlak.
Selain teori itu dapat juga di jelaskan melalui teori konsensus dimana suatu kebenaran suatu
ilmu pengetahuan dapat di peroleh jika terdapat konsensus untuk mengkaji itu semua,
dalam hal ini yang menjadi konsensusnya adalah lingkungan akademis dan para penelti
yang berkutat didalamnya.

BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Pendangan Ilmu Terhadap Kasus Kloning Pada Manusia
Mendengar dari berbagai isu yang memberitakan menggenai kloning khususnya
kloning pada manusia, dapat terlihat banyaknya kontroversi bahkan dengan sesama
ilmuwan. Akan tetapi, perlu diperhatikan bahwa pengembangan ilmu pengetahuan dalam
kloning tersebut menawarkan berbagai keuntungan bagi manusia di masa depan. Meskipun
begitu, persentase kesuksesnya belum dapat dikatakan sebagai angka aman yang dapat
menjamin kesuksesannya, namun banyak sekali yang terus melakukan riset untuk mencapai
angka aman terebut. Salah satu yang melakukan hal tersebut adalah suatu sekte keagamaan
yang bernama Raelians, yaitu suatu sekte yang tidak mempercayai kekuatan super Tuhan
namun mempercayai ketidakterbatasan alam semesta. Mereka meyakini bahwa asal mula
manusia berawal dari eksperimen makhluk luar angkasa yang berasal dari luar planet ini
yang kemudian menciptakan manusia melalui implantasi suatu DNA pada salah satu
makhluk primata di bumi ini. kemudian setelah berhasil mereka meninggalkan planet ini.
Para penganut Raelians yang mayoritas adalah para ilmuan meyakini bahwa ada ilmuan
lain yang berada diluar planet ini yang terus berinovasi dan mengembangkan peradaban
pada level tertentu. Kemudian mereka dengan suatu cita –cita mengembangkan potensi
manusia dengan menciptakan suatu organisme manusia yang unggul dari berbagai aspek
mulai dari tingkat kecerdasan sampai pada tingkat produktifitas yang tinggi. Bahkan
kelompok tersebut ingin menciptkan suatu kondisi yang memungkinkan manusia untuk
hidup kekal abadi dengan menggunakan teknologi kloning tersebut. Yaitu dengan
mentransplantasikan ingatan dalam organisme yang telah mati, melalui sel otak yang
dipindahkan pada manusia hasil kloning yang diciptakan dari organisme yang telah mati.
Hal ini memungkinkan ingatan kesadaran dan ingatan dari organise yang telah mati tadi
akan berpindah, dengan kata lain organisme itu akan abadi dan tak akan pernah mati.

Inilah yang kemudian menjadi perdebatan dalam perkembangn ilmu pengetahuan.
Apakah dapat di terima atau tidak karena dalam sebauh teori mengenai sumber
pengetahuan yaitu teori performatif suatu pengetahuan dapat di katakan benar jika di
memang di setuju oleh yang memiliki otoritas. Dalam hal ini adalah kekuasaan agama dan
PBB, namun disini masih saling berbenturan dan saling memperdebatkannya. Namun disisi
lain para ilmuan sebagai suatu konsensus masih terus mengupayakan hal tersebut, dan jika
di tinjau dari teori konsensus maka hal tersebut dapat di benarkan. Namun yang menjadi
permasalahan lainnya terjadi benturan antara 2 teori yaitu teori performatif dan teori
konsensus sehingga terkesan di sembunyi-bunyikan dan di tutup-tutupi riset mengenai
kloning pada manusia.
Namun dalam perkembangan ilmu medis kloning sangat membantu manusia dalam
menyediakan bahan percoban yang berasal dari binatang dan tumbuhan. Sedangkan
rekayasa genetik yang di lakukan pada manusia nantinya akan menjadikan manusia
menjadi lebih tinggi kualitasnya dibandingkan dengan yang ada sekarang, sehingga
perkembangan pada ilmu medis sendiri menjadi progresif dengan kesuksesan manusia hasil
kloning.
3.2 Kloning pada manusia dalam perspektif etika
Kloning pada manusia yang menjadi bukti kemajuan ilmu pengetahuan pada era
modern ini. Dalam kasus “eve” manusia pertama yang berasal dari proses teknologi dewasa
ini yaitu Kloning pada manusia. Clonaid, perusahaan Bioteknologi di Bahama, Amerika
Serikat bagian utara. Sukses menghasilkan kloning manusia pertama di dunia dengan
lahirnya Eve, 26 Desember 2002 lalu. Eve merupakan bayi pertama yang lahir dari 10
implantasi yang dilakukan Clonaid tahun 2002. Dari 10 implan, lima gagal. Empat bayi
cloning lainnya akan dilahirkan tahun ini. Clonaid berencana mengimplantasi 20 clone
manusia Januari ini. Pada saat bersamaan, para ahli independen akan diundang untuk
melihat prosesnya sehingga bisa menyaksikan bagaimana contoh cloning, pertumbuhan
embryo dan implantansinya. Kini Eve, berusia 6 tahun, sehat dan kini mulai menginjak
pendidikan Taman Kanak Kanak di pinggiran kota Bahama.

Kloning manusia pertama (Eve) merupakan sebuah keberhasilan para ilmuwan
Barat dalam memanfaatkan sains yang akhirnya mampu membuat sebuah kemajuan pesat
yang telah melampaui seluruh ramalan manusia. Betapa tidak, cara ini dianggap sebagai
jalan untuk memperbaiki kualitas keturunan: lebih cerdas, kuat, rupawan, ataupun untuk
memperbanyak keturunan tanpa membutuhkan proses reproduksi konvensional.
Kloning dari segi etik
Dilihat dari tujuan kloning dikatakan etis apabila digunakan untuk tujuan kesehatan
atau tujuan klinik. Penelitian yang berlangsung menyangkut diri manusia harus bertujuan
untuk menyempurnakan tata cara diagnostic, terapeutik dan pencegahan serta pengetahuan
tentang etiologi dan tatogenesis. Dan juga kloning tidak disalahgunakan untuk kepentingan
pribadi yang dari pengembangannya untuk tujuan ekonomi, militerisme dan tindakantindakan kriminal.
Kloning dari segi Moral,
Dilihat dari segi moral,resiko kloning pada manusia juga harus dipertimbangkan.
dimana pada keberhasilan bayi eve, Perlu diperhatikan bahwa sampai saat ini keberhasilan
teknologi kloning belum maksimal seratus persen. Untuk kasus Eve saja dibutuhkan banyak
percobaan.

Bila penelitian terus dilakukan terhadap seorang perempuan, berapa kali

mereka harus melahirkan anak-anak abnormal akibat kesalahan prosedur ? Dari sudut
pandang gender, penerapan kloning manusia tetap saja mendeskreditkan harkat dan
martabat perempuan.

BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Ilmu medis merupakan salah satu ilmu yang terus berkenbang seiring dengan
perkembangan pemikiran mengenai konsep dan metode dalam ilmu pengetahuan yang
holistik. Ilmu medis berfokus pada manusia secara material yaitu tubuhnya tentang bagaimana cara
menyembuhkan suatu penyakit atau gangguan yang di alami oleh manusia secara fisik. Seiring
berkembangnya ilmu medis, para ilmuwan banyak melakukan rekayasa-rekayasa dalam usahanya
menyembuhkan, memperbaiki dan merencanakan hadirnya suatu organisme yang unggul dan
sempurna salah satu adalah kloning.
Perkembangan ilmu kloning khususnya kloning pada manusia banyak sekali terjadi

kontroversi dikalangan para ilmuwan. Meskipun kloning menawarkan berbagai keuntungan
bagi manusia di masa depan, tetapi tidak ada jaminan bahwa percobaan tersebut akan
sukses bahkan bisa dibilang presentasenya sangatlah kecil. Meskipun mendapat kontroversi
para ilmuwan yang pro dengan kloning terus-menerus melakukan riset agar tingkat
keberhasilannya mencapai angka aman. Salah satu yang melakukan hal tersebut adalah
suatu sekte keagamaan yang bernama Raelians, yaitu suatu sekte yang tidak mempercaya
kekuatan super tuhan namun mempercaya ketidakterbatasan alam semesta.
Kloning manusia pertama (Eve) merupakan sebuah keberhasilan para ilmuwan
Barat dalam memanfaatkan sains yang akhirnya mampu membuat sebuah kemajuan pesat
yang telah melampaui seluruh ramalan manusia. Cara ini (kloning) dianggap sebagai jalan
untuk memperbaiki kualitas keturunan: lebih cerdas, kuat, rupawan, ataupun untuk
memperbanyak keturunan tanpa membutuhkan proses reproduksi konvensional.
Dilihat dari tujuan kloning dikatakan etis apabila digunakan untuk tujuan
kesehatan atau tujuan klinik, bukan disalahgunakan untuk kepentingan pribadi yang dari

pengembangannya untuk tujuan ekonomi, militerisme dan tindakan-tindakan kriminal.
Sementara apabila dilihat secara moral, kloning harus dipertimbangkan berdasarkan tingkat
kesuksesannya. Dari sudut pandang gender, penerapan kloning manusia tetap saja
mendeskreditkan harkat dan martabat perempuan.

DAFTAR PUSTAKA


UNITED

NATIONS

EDUCATIONAL,

SCIENTIFIC

AND

CULTURAL

ORGANIZATION (UNESCO), 2005, Human Cloning: Ethical Issues. Printed in
France. Place de Fontenoy F-75352 Paris 07 SP.


Rachels, James. 2003. The Elements Of Moral Philosophy. New York: McGraw-Hill
Companies, inc.



Mangunhardjana, A., 1997, Isme Isme dalam Etika dari A sampai Z. Yogyakarta:
Kanisius.



http://biologimediacentre.com/eve-kloning-manusia-pertama/



http://biologimediacentre.com/bioteknologi-2-teknologi-cloning-untukmenciptakan-makhluk-hidup-tanpa-perkawinan/