Aliran aliran Dalam Perkembangan Anak Us
Aliran-aliran Dalam Perkembangan Anak Usia Dini
OLEH
Devy Intan Pujiawati, S. Pd
147855040
UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
PROGRAM PASCASARJANA
KONSENTRASI PENDIDIKAN ANAK USIA DINI
2015
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Di dalam suatu kehidupan semua makhluk hidup mengalami perkembangan dan
pertumbuhan termasuk juga dengan manusia yang mengalami perkembangan atau secara singkat
dapat disebut dengan proses menuju kematangan (kedewasaan). Pentingnya pendidikan telah
dirasakan oleh manusia, setiap manusia memerlukan pendidikan. Hingga pendidikan sangat
diprioritaskan dalam suatu negara, khusunya di Indonesia. Pendidikan merupakan upaya untuk
mengembangkan potensi pesrta didik. Dalam perkembangannya, istilah pendidikan berarti
bimbingan yang diberikan secara sengaja oleh pendidik kepada anak didik agar menjadi dewasa.
Atau dapat dikatakn bahwa pendidikan adalah tuntunan kepada pertumbuhan manusia mulai dari
lahir sampai tercapainya kedewasaan dalam jasmaniyah dan rokhaniyah. Selain itu, pendidikan
adalah hal yang mutlak pada diri manusia.
Dilihat dari kehidupan sehari-hari perkembangan berlangsung dalam waktu yang cukup
lama berbagi macam teori pun muncul yang membahas tentang perkembangan manusia. Untuk
dapat mendidik dan mengembangkan pendidikan tesebut, maka banyak macam-macam aliran
pendidikan yang digunakan untuk memecahkan itu semua. Diantara aliran tersebut adalah aliran
empirisme, aliran nativisme, dan aliran konvergensi. Teori-teori tersebut dikemukakan oleh
psikolog yang berbeda-beda dan tentu saja pandangan dan pendapat yang mereka kemukakan
pun berbeda-beda. Dalam makalah ini kami menguraikan faktor-faktor yang mempengaruhi
perkembangan yang meliputi aliran nativisme, empirisme, dan konvergensi.
B. Rumusan masalah
1.
Apakah anak perlu bersosialisasi?
2.
Apa sajakah faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pentingnya Sosialisasi Bagi AUD
Proses sosialisasi sangat penting bagi manusia karena proses sosialisasi berlangsung
sepanjang hidup dan karena manusia adalah makhluk sosial,makhluk yang tidak bisa hidup
tanpa orang lain,yang sangat membutuhkan teman,membutuhkan bantuan,membutuhkan
keakraban,membutuhkan komunikasi serta membutuhkan interaksi dengan orang lain,dll.
Melalui sosialisasi seseorang akan terbentuk kepribadian,pembentukan kepribadiannya melalui
proses sosialisasi yang dilakukan melalui interaksi sosial, proses sosialisasi yang dilakukan
melalui proses pendidikan dan pengajaran,dll.
Anak memang dilahirkan seorang diri, namun anak tetap membutuhkan sosialisasi. Dapat
dilihat ketika dalam kandunganpun ia sudah bersosialisasi dengan ibunya. Beberapa ahli
neurologi mengatakan bahwa selama 9 bulan masa kandungan, dalam setiap menit di produksi
kurang lebih 250.000 sel otak. Stimulasi yang terjadi dalam sel otak ini yang membuat otak bayi
dapat berkembang. Disaat otak anak berkembang pesat, anak mampu menyerap semua
rangsangan yang didapatnya dari lingkungan seperti mendengarkan musik atau suara yang
bersifat religious, serta suara ayah dan ibunya sekalipun. Sejak dini orang tua harus memberikan
pendidikan dan berbagai sosialisasi dengan sebaik-baiknya, karena semua yang diterima anak
akan terekam dan terbawa sepanjang hidupnya.
Anak yang sudah terbiasa untuk bersosialisai dengan orang lain sejak kecil akan lebih
mudah bergaul dan memiliki percaya diri yang cukup tinggi. Tingginya tingkat kecerdasan anak
tidak menjamin bahwa ia akan menjadi anak yang berprestasi, begitu pula anak yang berprestasi
belum tentu menjadi anak yang memiliki pribadi yang memiliki moral yang baik jika ia tidak
mendapat pendidikan yang baik dari orang tuanya. Perkembangan yang terjadi di usia emas (o-6
tahun) seperti perkembangan fisik, motorik, kognitif, emosional, bahasa dan sosial berlangsung
begitu pesat. Apabila kita memberikan kesempatan kepada anak untuk bersosialisasi dengan
lingkungan sekitarnya, maka diharapkan mereka akan banyak mempelajari sesuatu yang akan
berguna bagi kehidupannya kelak, seperti belajar mengendalikan diri, belajar berempati pada
orang lain, bersikap toleransi, keinginan untuk berbagi, dan lainnya yang akan berhubungan
dengan kecerdasan emosi anak.
B. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan
1. Aliran Nativisme – Teori Kematangan (Maturasional Theory)
Aliran ini berpendapat bahwa pertumbuhan dan perkembangan individu lebih ditentukan
oleh faktor keturunan, bawaan atau faktor internal atau endogen. Salah satu teori yang beraliran
nativisme adalah teori kematangan, dikemukakan oleh Arnold Gessel (1954), di pengaruhi oleh
teori “rekapitulasi” yang didalamnya terdapat pandangan bahwa perkembangan individu
mencerminkan bahwa perkembangan umum pada speciesnya (species adalah rumpun makhluk
hidup).
Menurut pandangan Gessel dapat dikatakan, bahwa perubahan biologis yang terjadi pada
diri anak menunjukkan perkembangan yang teratur dan mengikuti tahap-tahap unit, kecepatan.
Perkembangan pada setiap tahap perkembangan tidak sama untuk setiap individu. Individu
berkembang dengan kecepatan atau iramanya masing-masing, namun dengan mengikuti pola
urutan perkembangan yang relatif sama pada setiap individu. Gessel berpendapat bahwa yang
paling berpengaruh terhadap perkembangan individu adalah faktor internal. Dia menyatakan
bahwa kematangan sebagai suatu proses cenderung lebih dikontrol oleh faktor internal, dalam
hal ini keturunan atau bakat, faktor eksternal juga berpengaruh, namun hanya bersifat berkala.
Dengan demikian perkembangan individu yang erat kaitannya dengan masalah kematangan lebih
dipengaruhi oleh faktor keturunan atau bakat dibandingkan dengan pengaruh faktor lingkungan.
Jauh sebelum teori Gessel muncul telah lahir seorang filsuf dari prancis bernama Jean
Jacques Rousseau (1712-1778) yang inti pandangannya merupakan titik mula dari teori
kematangannya gessel. Pandangan Rousseau menjadi titik tolak dari pandangan yang menitik
beratkan faktor dunia dalam atau faktor keturunan sebagai faktor yang lebih menentukan
perkembangan peserta didik.
Karakter yang diperlihatkan oleh seseorang bersifat intrinsik, oleh karena itu pandangan
Rosseau digolongkan kepada pandangan yang beraliran “Nativisme”. Semenjak dari dalam
kandungan, janin tumbuh menjadi besar dengan sendirinya, dengan kodrat-kodrat yang
dikandungnya sendiri. Diantara faktor-faktor di dalam dirinya yang sangat berpengaruh terhadap
perkembangan individu adalah:
a. bakat atau pembawaan
Anak dilahirkan dengan membawa bakat-bakat tertentu. Bakat ini dapat diumpamakan
sebagai bibit kesanggupan atau bibit kemungkinan yang terkandung dalam diri anak. Setiap
individu memiliki bermacam-macam bakat sebagai pembawaannya, seperti bakat musik, seni,
agama, akal yang tajam dan sebagainya.
b. sifat-sifat keturunan
Sifat-sifat individu dipusakai dari orang tua atau nenek moyang dapat berupa fisik dan
mental. Mengenai fisik misalnya bentuk muka, bentuk badan, suatu penyakit. Sedangkan
mengenai mental misalnya sifat pemalas, sifat pemarah, pendiam, dan sebagainya. Dengan
demikian jelaslah bahwa sifat-sifat keturunan ikut menentukan perkembangan seseorang.
c. dorongan dan instink
Dorongan adalah kodrat hidup yang mendorong manusia melaksanakan sesuatu atau
bertindak pada saatnya. Sedang instink atau naluri adalah kesanggupan atau ilmu tersembunyi
yang menyuruh atau mebisikkan kepada manusia bagaimana cara-cara melaksanakan dorongan
batin. Dengan perkataan lain, instink adalah sesuatu sifat yang dapat menimbulkan perbuatan
yang menyampaikan pada tujuan tanpa didahului dengan latihan. Kemampuan instink ini pun
merupakan pembawaan sejak lahir, yang dalam psikologi kemampuan instink ini termasuk
kapabilitas, yaitu kemampuan berbuat ssuatu dengan tanpa melalui belajar.
Setiap anak dilahirkan dengan dorongan-instink yang dikandung di dalam jiwanya. Ada
dorongan yang selama perkembangan berlangsung atau selama hidup manusia aktif terus
mempengaruhi hidup kejiwaan., seperti dorongan mempertahankan diri, dorongan seksual, dan
dorongan sosial. Dorongan mempertahankan diri misalnya tampak pada bayi ketika mencari
makanan. Dengan instink yang dimilikinya ia berusaha mencari susu ibunya, sehingga
memperoleh makanan untuk mempertahankan hidupnya. Dorongan dan instink ini juga sangat
besar pengaruhnya dalam perkembangan social emosional tiap individu.
2.
Aliran Empirisme- Teori keperilakuan (Behavioral Theory)
Aliran ini menyatakan bahwa pertumbuhan dan perkembangan individu lebih dipengaruhi
oleh lingkungan atau engalaman atau eksternal atau endogen. Salah satu teorinya adalah teori
keperilakuan ini merupakan kebalikan dari teori kematangan. Apabila menurut teori kematangan
menganggap bahwa faktor internal (keturunan) lebih menentukan faktor perkembangan individu,
maka menurut teori keperilakuan menganggap sebaliknya bahwa faktor eksternal lah
(lingkungan) yang lebih menentuka perkembangan individu. Teori keperilakuan ini disebut pula
“teori lingkungan”.
Beberapa ahli psikologi yang telah mengembangkan teori ini antara lain: ivan pavlov, jhon
waston, edward, thorndike, B.F.Skinner, Bijou dengan don baer, dan lain-lain. menurut teori ini,
dipandang dari perspektif perilaku, individu dianggap pasif dan reaktif. Artinya individu akan
berbuat apabila ada rangsangan dari lingkungannya. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa
hubungan antara rangsangan (stimulus) dengan tanggapan (respon) merupakan bagian-bagian
dasar perilaku individu. Yang menjadi cikal bakal teori ini adalah ketika seorang filsuf dari
inggris bernama jhon locke (1632-1704) mengembangkan bahwa pengalaman dan pendidikan
merupakan faktor yang paling menentukan dalam perkembangan anak atau peserta didik.
Jhon
locke
memperkenalkan
teorinya
yang
dikenal
dengan
“tabularasa”.
Ia
mengumpamakan bayi yang baru lahir sebagai secarik kertas yang masih bersih. Jadi goresan
yang ditinggalkan pada kertas itu, menentukan bagaimana kertas tersebut jadinya.
Pandangan/aliran
jhon
locke
dikenal
dengan
“empirisme”
(pengalaman)
atau
“environtmentalisme” (lingkungan).
Sebagaimana telah dijelaskan bahwa perkembangan ialah dorongan dari dalam, dan
dorongan itu dapat melaju atau terhambat oleh faktor-faktor yang berada diluar dirinya. Diantara
faktor-faktor luar yang mempengaruhi perkembangan individu adalah:
a.
Makanan
Makanan meruopakan salah satu faktor yang mempengaruhi perkembangan individu. Hal
ini terutama pada tahun-tahun pertama dari kehidupan anak, makanan merupakan faktor yang
sangat penting bagi pertumbuhan yang normal dari setiap individu. Oleh sebab itu dalam rangka
perkembangan dan pertumbuhan anak menjadi sehat dan kuat, perlu memperhatikan makanan,
tidak saja dari segi kuantitas (jumlah) makanan yang dimakan, melainkan juga dari segi kualitas
(mutu) makanan itu sendiri.
b.
Iklim
Iklim atau keadaan cuaca juga berpengaruh terhadap perkembangan dan kehidupan anak.
Sifat-sifat iklim alam dan udara mempengaruhi pula sifat-sifat individu dan jiwa bangsa yang
berada dalam iklim yang bersangkutan. Seseorang yang hidup dalam iklim tropis yang kaya raya
misalnya, akan terlihat jiwanya lebih tenang, lebih “nrimo”, dibandingkan dengan seseorang
yang hidup dalam iklim dingin, karena iklim tropis keadaan alamnya tidak sekeras di iklim
dingin, sehingga perjuangan hidupnya pun cenderung lebih santai.
Hal ini juga terlihat pada besar tubuh seorang anak, kesehatan dan kematangan usianya
banyak dipengaruhi oleh banyaknya udara yang segar dan bersih serta sinar matahari yang
diperolehnya, khususnya pada tahun-tahun pertama dari kehidupannya. Kenyataan itu akan lebih
nyata jika kita membandingkan antara anak-anak yang hidup dilingkungan yang baik dan sehat
dengan anak-anak yang hidup di lingkungan yang buruk (kumuh) dan tidak sehat.
Keadaan iklim dan llingkungan tersebut cukup berpengaruh terhadap pertumbuhan fisik
dan perkembangan mental anak, meskipun para ahli masih terus berdebat tentang sejauh mana
pengaruh-pengaruh itu terjadi pada perkembangan anak.
c.
Kebudayaan
Latar belakang kebudayaan suatu bangsa sedikit banyak juga mempengaruhi
perkembangan seseorang. Misalnya latar belakang budaya desa, keadaan jiwanya masih murni,
masih yakin akan kebesaran dan kekuasaan Tuhan, akan terlihat lebih tenang, karena jiwanya
masih berada dalam lingkungan kultur, kebudayaan bangsa sendiri yang mengandung petunjukpetunjuk dan falsafah yang diramu dari pandangan hidup keagamaan. Lain halnya dengan
seseorang yang hidup dalam kebudayaan kota yang sudah dipengaruhi oleh kebudayaan asing.
d. Ekonomi
Latar belakang ekonomi juga berpengaruh terhadap perkembangan anak. Orang tua yang
ekonominya lemah, yang tidak sanggup memenuhi kebutuhan pokok anak-anaknya dengan baik,
sering kurang memperhatikan pertumbuhan dan perkembangan anak-anaknya. Mereka menderita
kekurangan-kekurangan secara ekonomis, sehingga menghambat pertumbuhan jasmani dan
perkembangan jiwa anak-anaknya. Bahkan tidak jarang tekanan ekonomi mengakibatkan pada
tekanan jiwa, yang pada gilirannya menimbulkan konflik antara ibu dan bapak, antara anak dan
orang tua, sehingga melahirkan rasa rendah diri pada anak.
e.
Kedudukan anak dalam lingkungan keluarga
Kedudukan anak dalam lingkungan keluarga juga mempengaruhi perkembangannya. Bila
anak itu merupakan anak tunggal, biasanya perhatian orang tua tercurah kepadanya, sehingga ia
cenderung memiliki sifat-sifat seperti: manja, kurang bisa bergaul dengan teman-teman
sebayanya,menarik perhatian dengan cara kekanak-kanakkan, dan sebagainya. Sebaliknya,
seorang anak yang mempunyai banyak saudara, jelas orang tua akan sibuk membagi perhatian
terhadap saudara-saudaranya itu. Oleh sebab itu anak kedua, ketiga keempat, dan seterusnya
dalam suatu keluarga menunjukkan perkembangan social emosional yang lebih cepat
dibandingkan dengan anak yang pertama. Hal ini dimungkinkan karena anak-anak yang lebih
muda akan banyak meniru dan belajar dari kakak-kakaknya.
3.
Aliran Konvergensi- Teori Kognitif (cognitive theory)
Aliran ini menjelaskan bahwa pertumbuhan dan perkembangan individu dipengaruhi oleh
pembawaan maupun lingkungan. Pengaruh yang lebih kuat dari keturunan atau lingkungan yang
akan lebih mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan individu. Teorinya adalah teori
kognitif ini yang meupakan teori perpaduan (konfergensi) antara teori kematangan dan teori
keperilakuan. Konsepsi konvergensi dirumuskan secara baik oleh william stern dari jerman.
Aliran konvergensi ini berpendapat bahwa dalam perkembangan individu itu baik bakat
(pembawaan) maupun lingkungan memainkan peran penting. Dia menggabungkan kedua
pandangan nativisme dan empirisme kedalam pandangan konvergensi yang menyatakan bahwa
pertumbuhan dan perkembangan yang dialami anak adalah pengaruh dari unsur lingkungan dan
pembawaan atau eksterna dan internal, kedua pengaruh itu dimisalkan dengan dua buah garis
yang bertemu atau bergabung pada satu tempat kemudian menjadi satu garis yang kuat.
Salah satu lain mengembangkan teori ini adalah jean piaget (1952). Ia mengemukakan
bahwa individu dapat mempengaruhi lingkungan
dan sebaliknya
lingkungan dapat
mempengaruhi individu (terjadi interaksi). Menurut teori ini proses perkembangan individu
dipengaruhi oleh pertumbuhan biologis, pengalaman, hubungan sosial dan setiap orang dewasa
terutama orang tuanya serta sifat yang ada pada diri manusia pada umumnya yang cenderung
mencari keseimbangan dengan lingkungan dan dalam dirinya sendiri.
Tokoh lain yang beraliran konvergensi adalah anne anastasi (1958), seorang psikolog
wanita terkenal yang pernha menjabat presiden dari “American Psichological association” ia
mengajukan sebuah makalah yang dianggap bisa memuaskan semua pihak, setidaknya
meredakan pertentangan antara aliran nativisme dan aliran empirisme.
Beberapa pernyataan yang dikemukakannya antara lain:
a. Faktor lingkungan dan faktor konstitusi menjadi sumber timbulnya setiap perkembangan
tingkah laku,
b. Kedua faktor ini tidak dapat berfungsi secara terpisah, melainkan saling berhubungan,
c. Bentuk interaksi social yang terjadi dapat dikonseptualisasikan sebagai bentuk hubungan yang
majemuk, artinya suatu hubungan yang terjadi mempengaruhi hubungan-hubungan lain yang
akan terjadi.
Maka dapat disimpulkan menurut teori konvergensi hasil pendidikan anak dipengaruhi oleh
dua faktor, yaitu pembawaan dan lingkungan. Diakui bahwa anak lahir telah memiliki potensi
yang berupa pembawaan. Namun pembawaan yang sifatnya potensial itu harus dikembangkan
melalui pengaruh lingkungan, termasuk lingkungan pendidikan, oleh sebab itu tugas pendidik
adalah menghantarkan perkembangan social emosional anak semaksimal mungkin potensi anak
sehingga kelak menjadi orang yang berguna bagi diri, keluarga, masyarakat, nusa, dan
bangsanya.
BAB III
KESIMPULAN
Proses sosialisasi sangat penting bagi manusia karena proses sosialisasi berlangsung
sepanjang hidup dan karena manusia adalah makhluk sosial,makhluk yang tidak bisa hidup tanpa
orang lain, yang sangat membutuhkan teman, membutuhkan bantuan, membutuhkan keakraban,
membutuhkan komunikasi serta membutuhkan interaksi dengan orang lain,dll. Melalui
sosialisasi seseorang akan terbentuk kepribadian, pembentukan kepribadiannya melalui proses
sosialisasi yang dilakukan melalui interaksi sosial, proses sosialisasi yang dilakukan melalui
proses pendidikan dan pengajaran, dll. Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa
perkembangan adalah suatu proses dimana dari yang semula bersifat global (menyeluruh)
semakin lama semakin jelas. Dalam arti perkembangan itu adalah proses kematangan seseorang
atau proses pendewasaan. Dalam perkembangan seseorang dapat dipengaruhi oleh lingkungan
tempat dia bersosialisasi, dimana kepribadian seseorang akan menjadi baik ketika lingkungannya
memberi efek baik pada orang tersebut begitupun sebaliknya.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan yaitu: (1) Aliran Nativisme – Teori
Kematangan (Maturasional Theory); Aliran ini berpendapat bahwa pertumbuhan dan
perkembangan individu lebih ditentukan oleh faktor keturunan, bawaan atau faktor internal atau
endogen. (2) Aliran Empirisme- Teori keperilakuan (Behavioral Theory); Aliran ini menyatakan
bahwa pertumbuhan dan perkembangan individu lebih dipengaruhi oleh lingkungan atau
engalaman atau eksternal atau endogen (3) Aliran Konvergensi- Teori Kognitif (cognitive
theory); Aliran ini menjelaskan bahwa pertumbuhan dan perkembangan individu dipengaruhi
oleh pembawaan maupun lingkungan.
DAFTAR PUSTAKA
Husdarta, Nurlan Kusmaedi, 2010. pertumbuhan & perkembangan peserta didik, Bandung:
Alfabeta.
Desmita, 2012. Psikologi perkembangan peserta didik, Bandung: Rosda Karya.
OLEH
Devy Intan Pujiawati, S. Pd
147855040
UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
PROGRAM PASCASARJANA
KONSENTRASI PENDIDIKAN ANAK USIA DINI
2015
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Di dalam suatu kehidupan semua makhluk hidup mengalami perkembangan dan
pertumbuhan termasuk juga dengan manusia yang mengalami perkembangan atau secara singkat
dapat disebut dengan proses menuju kematangan (kedewasaan). Pentingnya pendidikan telah
dirasakan oleh manusia, setiap manusia memerlukan pendidikan. Hingga pendidikan sangat
diprioritaskan dalam suatu negara, khusunya di Indonesia. Pendidikan merupakan upaya untuk
mengembangkan potensi pesrta didik. Dalam perkembangannya, istilah pendidikan berarti
bimbingan yang diberikan secara sengaja oleh pendidik kepada anak didik agar menjadi dewasa.
Atau dapat dikatakn bahwa pendidikan adalah tuntunan kepada pertumbuhan manusia mulai dari
lahir sampai tercapainya kedewasaan dalam jasmaniyah dan rokhaniyah. Selain itu, pendidikan
adalah hal yang mutlak pada diri manusia.
Dilihat dari kehidupan sehari-hari perkembangan berlangsung dalam waktu yang cukup
lama berbagi macam teori pun muncul yang membahas tentang perkembangan manusia. Untuk
dapat mendidik dan mengembangkan pendidikan tesebut, maka banyak macam-macam aliran
pendidikan yang digunakan untuk memecahkan itu semua. Diantara aliran tersebut adalah aliran
empirisme, aliran nativisme, dan aliran konvergensi. Teori-teori tersebut dikemukakan oleh
psikolog yang berbeda-beda dan tentu saja pandangan dan pendapat yang mereka kemukakan
pun berbeda-beda. Dalam makalah ini kami menguraikan faktor-faktor yang mempengaruhi
perkembangan yang meliputi aliran nativisme, empirisme, dan konvergensi.
B. Rumusan masalah
1.
Apakah anak perlu bersosialisasi?
2.
Apa sajakah faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pentingnya Sosialisasi Bagi AUD
Proses sosialisasi sangat penting bagi manusia karena proses sosialisasi berlangsung
sepanjang hidup dan karena manusia adalah makhluk sosial,makhluk yang tidak bisa hidup
tanpa orang lain,yang sangat membutuhkan teman,membutuhkan bantuan,membutuhkan
keakraban,membutuhkan komunikasi serta membutuhkan interaksi dengan orang lain,dll.
Melalui sosialisasi seseorang akan terbentuk kepribadian,pembentukan kepribadiannya melalui
proses sosialisasi yang dilakukan melalui interaksi sosial, proses sosialisasi yang dilakukan
melalui proses pendidikan dan pengajaran,dll.
Anak memang dilahirkan seorang diri, namun anak tetap membutuhkan sosialisasi. Dapat
dilihat ketika dalam kandunganpun ia sudah bersosialisasi dengan ibunya. Beberapa ahli
neurologi mengatakan bahwa selama 9 bulan masa kandungan, dalam setiap menit di produksi
kurang lebih 250.000 sel otak. Stimulasi yang terjadi dalam sel otak ini yang membuat otak bayi
dapat berkembang. Disaat otak anak berkembang pesat, anak mampu menyerap semua
rangsangan yang didapatnya dari lingkungan seperti mendengarkan musik atau suara yang
bersifat religious, serta suara ayah dan ibunya sekalipun. Sejak dini orang tua harus memberikan
pendidikan dan berbagai sosialisasi dengan sebaik-baiknya, karena semua yang diterima anak
akan terekam dan terbawa sepanjang hidupnya.
Anak yang sudah terbiasa untuk bersosialisai dengan orang lain sejak kecil akan lebih
mudah bergaul dan memiliki percaya diri yang cukup tinggi. Tingginya tingkat kecerdasan anak
tidak menjamin bahwa ia akan menjadi anak yang berprestasi, begitu pula anak yang berprestasi
belum tentu menjadi anak yang memiliki pribadi yang memiliki moral yang baik jika ia tidak
mendapat pendidikan yang baik dari orang tuanya. Perkembangan yang terjadi di usia emas (o-6
tahun) seperti perkembangan fisik, motorik, kognitif, emosional, bahasa dan sosial berlangsung
begitu pesat. Apabila kita memberikan kesempatan kepada anak untuk bersosialisasi dengan
lingkungan sekitarnya, maka diharapkan mereka akan banyak mempelajari sesuatu yang akan
berguna bagi kehidupannya kelak, seperti belajar mengendalikan diri, belajar berempati pada
orang lain, bersikap toleransi, keinginan untuk berbagi, dan lainnya yang akan berhubungan
dengan kecerdasan emosi anak.
B. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan
1. Aliran Nativisme – Teori Kematangan (Maturasional Theory)
Aliran ini berpendapat bahwa pertumbuhan dan perkembangan individu lebih ditentukan
oleh faktor keturunan, bawaan atau faktor internal atau endogen. Salah satu teori yang beraliran
nativisme adalah teori kematangan, dikemukakan oleh Arnold Gessel (1954), di pengaruhi oleh
teori “rekapitulasi” yang didalamnya terdapat pandangan bahwa perkembangan individu
mencerminkan bahwa perkembangan umum pada speciesnya (species adalah rumpun makhluk
hidup).
Menurut pandangan Gessel dapat dikatakan, bahwa perubahan biologis yang terjadi pada
diri anak menunjukkan perkembangan yang teratur dan mengikuti tahap-tahap unit, kecepatan.
Perkembangan pada setiap tahap perkembangan tidak sama untuk setiap individu. Individu
berkembang dengan kecepatan atau iramanya masing-masing, namun dengan mengikuti pola
urutan perkembangan yang relatif sama pada setiap individu. Gessel berpendapat bahwa yang
paling berpengaruh terhadap perkembangan individu adalah faktor internal. Dia menyatakan
bahwa kematangan sebagai suatu proses cenderung lebih dikontrol oleh faktor internal, dalam
hal ini keturunan atau bakat, faktor eksternal juga berpengaruh, namun hanya bersifat berkala.
Dengan demikian perkembangan individu yang erat kaitannya dengan masalah kematangan lebih
dipengaruhi oleh faktor keturunan atau bakat dibandingkan dengan pengaruh faktor lingkungan.
Jauh sebelum teori Gessel muncul telah lahir seorang filsuf dari prancis bernama Jean
Jacques Rousseau (1712-1778) yang inti pandangannya merupakan titik mula dari teori
kematangannya gessel. Pandangan Rousseau menjadi titik tolak dari pandangan yang menitik
beratkan faktor dunia dalam atau faktor keturunan sebagai faktor yang lebih menentukan
perkembangan peserta didik.
Karakter yang diperlihatkan oleh seseorang bersifat intrinsik, oleh karena itu pandangan
Rosseau digolongkan kepada pandangan yang beraliran “Nativisme”. Semenjak dari dalam
kandungan, janin tumbuh menjadi besar dengan sendirinya, dengan kodrat-kodrat yang
dikandungnya sendiri. Diantara faktor-faktor di dalam dirinya yang sangat berpengaruh terhadap
perkembangan individu adalah:
a. bakat atau pembawaan
Anak dilahirkan dengan membawa bakat-bakat tertentu. Bakat ini dapat diumpamakan
sebagai bibit kesanggupan atau bibit kemungkinan yang terkandung dalam diri anak. Setiap
individu memiliki bermacam-macam bakat sebagai pembawaannya, seperti bakat musik, seni,
agama, akal yang tajam dan sebagainya.
b. sifat-sifat keturunan
Sifat-sifat individu dipusakai dari orang tua atau nenek moyang dapat berupa fisik dan
mental. Mengenai fisik misalnya bentuk muka, bentuk badan, suatu penyakit. Sedangkan
mengenai mental misalnya sifat pemalas, sifat pemarah, pendiam, dan sebagainya. Dengan
demikian jelaslah bahwa sifat-sifat keturunan ikut menentukan perkembangan seseorang.
c. dorongan dan instink
Dorongan adalah kodrat hidup yang mendorong manusia melaksanakan sesuatu atau
bertindak pada saatnya. Sedang instink atau naluri adalah kesanggupan atau ilmu tersembunyi
yang menyuruh atau mebisikkan kepada manusia bagaimana cara-cara melaksanakan dorongan
batin. Dengan perkataan lain, instink adalah sesuatu sifat yang dapat menimbulkan perbuatan
yang menyampaikan pada tujuan tanpa didahului dengan latihan. Kemampuan instink ini pun
merupakan pembawaan sejak lahir, yang dalam psikologi kemampuan instink ini termasuk
kapabilitas, yaitu kemampuan berbuat ssuatu dengan tanpa melalui belajar.
Setiap anak dilahirkan dengan dorongan-instink yang dikandung di dalam jiwanya. Ada
dorongan yang selama perkembangan berlangsung atau selama hidup manusia aktif terus
mempengaruhi hidup kejiwaan., seperti dorongan mempertahankan diri, dorongan seksual, dan
dorongan sosial. Dorongan mempertahankan diri misalnya tampak pada bayi ketika mencari
makanan. Dengan instink yang dimilikinya ia berusaha mencari susu ibunya, sehingga
memperoleh makanan untuk mempertahankan hidupnya. Dorongan dan instink ini juga sangat
besar pengaruhnya dalam perkembangan social emosional tiap individu.
2.
Aliran Empirisme- Teori keperilakuan (Behavioral Theory)
Aliran ini menyatakan bahwa pertumbuhan dan perkembangan individu lebih dipengaruhi
oleh lingkungan atau engalaman atau eksternal atau endogen. Salah satu teorinya adalah teori
keperilakuan ini merupakan kebalikan dari teori kematangan. Apabila menurut teori kematangan
menganggap bahwa faktor internal (keturunan) lebih menentukan faktor perkembangan individu,
maka menurut teori keperilakuan menganggap sebaliknya bahwa faktor eksternal lah
(lingkungan) yang lebih menentuka perkembangan individu. Teori keperilakuan ini disebut pula
“teori lingkungan”.
Beberapa ahli psikologi yang telah mengembangkan teori ini antara lain: ivan pavlov, jhon
waston, edward, thorndike, B.F.Skinner, Bijou dengan don baer, dan lain-lain. menurut teori ini,
dipandang dari perspektif perilaku, individu dianggap pasif dan reaktif. Artinya individu akan
berbuat apabila ada rangsangan dari lingkungannya. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa
hubungan antara rangsangan (stimulus) dengan tanggapan (respon) merupakan bagian-bagian
dasar perilaku individu. Yang menjadi cikal bakal teori ini adalah ketika seorang filsuf dari
inggris bernama jhon locke (1632-1704) mengembangkan bahwa pengalaman dan pendidikan
merupakan faktor yang paling menentukan dalam perkembangan anak atau peserta didik.
Jhon
locke
memperkenalkan
teorinya
yang
dikenal
dengan
“tabularasa”.
Ia
mengumpamakan bayi yang baru lahir sebagai secarik kertas yang masih bersih. Jadi goresan
yang ditinggalkan pada kertas itu, menentukan bagaimana kertas tersebut jadinya.
Pandangan/aliran
jhon
locke
dikenal
dengan
“empirisme”
(pengalaman)
atau
“environtmentalisme” (lingkungan).
Sebagaimana telah dijelaskan bahwa perkembangan ialah dorongan dari dalam, dan
dorongan itu dapat melaju atau terhambat oleh faktor-faktor yang berada diluar dirinya. Diantara
faktor-faktor luar yang mempengaruhi perkembangan individu adalah:
a.
Makanan
Makanan meruopakan salah satu faktor yang mempengaruhi perkembangan individu. Hal
ini terutama pada tahun-tahun pertama dari kehidupan anak, makanan merupakan faktor yang
sangat penting bagi pertumbuhan yang normal dari setiap individu. Oleh sebab itu dalam rangka
perkembangan dan pertumbuhan anak menjadi sehat dan kuat, perlu memperhatikan makanan,
tidak saja dari segi kuantitas (jumlah) makanan yang dimakan, melainkan juga dari segi kualitas
(mutu) makanan itu sendiri.
b.
Iklim
Iklim atau keadaan cuaca juga berpengaruh terhadap perkembangan dan kehidupan anak.
Sifat-sifat iklim alam dan udara mempengaruhi pula sifat-sifat individu dan jiwa bangsa yang
berada dalam iklim yang bersangkutan. Seseorang yang hidup dalam iklim tropis yang kaya raya
misalnya, akan terlihat jiwanya lebih tenang, lebih “nrimo”, dibandingkan dengan seseorang
yang hidup dalam iklim dingin, karena iklim tropis keadaan alamnya tidak sekeras di iklim
dingin, sehingga perjuangan hidupnya pun cenderung lebih santai.
Hal ini juga terlihat pada besar tubuh seorang anak, kesehatan dan kematangan usianya
banyak dipengaruhi oleh banyaknya udara yang segar dan bersih serta sinar matahari yang
diperolehnya, khususnya pada tahun-tahun pertama dari kehidupannya. Kenyataan itu akan lebih
nyata jika kita membandingkan antara anak-anak yang hidup dilingkungan yang baik dan sehat
dengan anak-anak yang hidup di lingkungan yang buruk (kumuh) dan tidak sehat.
Keadaan iklim dan llingkungan tersebut cukup berpengaruh terhadap pertumbuhan fisik
dan perkembangan mental anak, meskipun para ahli masih terus berdebat tentang sejauh mana
pengaruh-pengaruh itu terjadi pada perkembangan anak.
c.
Kebudayaan
Latar belakang kebudayaan suatu bangsa sedikit banyak juga mempengaruhi
perkembangan seseorang. Misalnya latar belakang budaya desa, keadaan jiwanya masih murni,
masih yakin akan kebesaran dan kekuasaan Tuhan, akan terlihat lebih tenang, karena jiwanya
masih berada dalam lingkungan kultur, kebudayaan bangsa sendiri yang mengandung petunjukpetunjuk dan falsafah yang diramu dari pandangan hidup keagamaan. Lain halnya dengan
seseorang yang hidup dalam kebudayaan kota yang sudah dipengaruhi oleh kebudayaan asing.
d. Ekonomi
Latar belakang ekonomi juga berpengaruh terhadap perkembangan anak. Orang tua yang
ekonominya lemah, yang tidak sanggup memenuhi kebutuhan pokok anak-anaknya dengan baik,
sering kurang memperhatikan pertumbuhan dan perkembangan anak-anaknya. Mereka menderita
kekurangan-kekurangan secara ekonomis, sehingga menghambat pertumbuhan jasmani dan
perkembangan jiwa anak-anaknya. Bahkan tidak jarang tekanan ekonomi mengakibatkan pada
tekanan jiwa, yang pada gilirannya menimbulkan konflik antara ibu dan bapak, antara anak dan
orang tua, sehingga melahirkan rasa rendah diri pada anak.
e.
Kedudukan anak dalam lingkungan keluarga
Kedudukan anak dalam lingkungan keluarga juga mempengaruhi perkembangannya. Bila
anak itu merupakan anak tunggal, biasanya perhatian orang tua tercurah kepadanya, sehingga ia
cenderung memiliki sifat-sifat seperti: manja, kurang bisa bergaul dengan teman-teman
sebayanya,menarik perhatian dengan cara kekanak-kanakkan, dan sebagainya. Sebaliknya,
seorang anak yang mempunyai banyak saudara, jelas orang tua akan sibuk membagi perhatian
terhadap saudara-saudaranya itu. Oleh sebab itu anak kedua, ketiga keempat, dan seterusnya
dalam suatu keluarga menunjukkan perkembangan social emosional yang lebih cepat
dibandingkan dengan anak yang pertama. Hal ini dimungkinkan karena anak-anak yang lebih
muda akan banyak meniru dan belajar dari kakak-kakaknya.
3.
Aliran Konvergensi- Teori Kognitif (cognitive theory)
Aliran ini menjelaskan bahwa pertumbuhan dan perkembangan individu dipengaruhi oleh
pembawaan maupun lingkungan. Pengaruh yang lebih kuat dari keturunan atau lingkungan yang
akan lebih mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan individu. Teorinya adalah teori
kognitif ini yang meupakan teori perpaduan (konfergensi) antara teori kematangan dan teori
keperilakuan. Konsepsi konvergensi dirumuskan secara baik oleh william stern dari jerman.
Aliran konvergensi ini berpendapat bahwa dalam perkembangan individu itu baik bakat
(pembawaan) maupun lingkungan memainkan peran penting. Dia menggabungkan kedua
pandangan nativisme dan empirisme kedalam pandangan konvergensi yang menyatakan bahwa
pertumbuhan dan perkembangan yang dialami anak adalah pengaruh dari unsur lingkungan dan
pembawaan atau eksterna dan internal, kedua pengaruh itu dimisalkan dengan dua buah garis
yang bertemu atau bergabung pada satu tempat kemudian menjadi satu garis yang kuat.
Salah satu lain mengembangkan teori ini adalah jean piaget (1952). Ia mengemukakan
bahwa individu dapat mempengaruhi lingkungan
dan sebaliknya
lingkungan dapat
mempengaruhi individu (terjadi interaksi). Menurut teori ini proses perkembangan individu
dipengaruhi oleh pertumbuhan biologis, pengalaman, hubungan sosial dan setiap orang dewasa
terutama orang tuanya serta sifat yang ada pada diri manusia pada umumnya yang cenderung
mencari keseimbangan dengan lingkungan dan dalam dirinya sendiri.
Tokoh lain yang beraliran konvergensi adalah anne anastasi (1958), seorang psikolog
wanita terkenal yang pernha menjabat presiden dari “American Psichological association” ia
mengajukan sebuah makalah yang dianggap bisa memuaskan semua pihak, setidaknya
meredakan pertentangan antara aliran nativisme dan aliran empirisme.
Beberapa pernyataan yang dikemukakannya antara lain:
a. Faktor lingkungan dan faktor konstitusi menjadi sumber timbulnya setiap perkembangan
tingkah laku,
b. Kedua faktor ini tidak dapat berfungsi secara terpisah, melainkan saling berhubungan,
c. Bentuk interaksi social yang terjadi dapat dikonseptualisasikan sebagai bentuk hubungan yang
majemuk, artinya suatu hubungan yang terjadi mempengaruhi hubungan-hubungan lain yang
akan terjadi.
Maka dapat disimpulkan menurut teori konvergensi hasil pendidikan anak dipengaruhi oleh
dua faktor, yaitu pembawaan dan lingkungan. Diakui bahwa anak lahir telah memiliki potensi
yang berupa pembawaan. Namun pembawaan yang sifatnya potensial itu harus dikembangkan
melalui pengaruh lingkungan, termasuk lingkungan pendidikan, oleh sebab itu tugas pendidik
adalah menghantarkan perkembangan social emosional anak semaksimal mungkin potensi anak
sehingga kelak menjadi orang yang berguna bagi diri, keluarga, masyarakat, nusa, dan
bangsanya.
BAB III
KESIMPULAN
Proses sosialisasi sangat penting bagi manusia karena proses sosialisasi berlangsung
sepanjang hidup dan karena manusia adalah makhluk sosial,makhluk yang tidak bisa hidup tanpa
orang lain, yang sangat membutuhkan teman, membutuhkan bantuan, membutuhkan keakraban,
membutuhkan komunikasi serta membutuhkan interaksi dengan orang lain,dll. Melalui
sosialisasi seseorang akan terbentuk kepribadian, pembentukan kepribadiannya melalui proses
sosialisasi yang dilakukan melalui interaksi sosial, proses sosialisasi yang dilakukan melalui
proses pendidikan dan pengajaran, dll. Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa
perkembangan adalah suatu proses dimana dari yang semula bersifat global (menyeluruh)
semakin lama semakin jelas. Dalam arti perkembangan itu adalah proses kematangan seseorang
atau proses pendewasaan. Dalam perkembangan seseorang dapat dipengaruhi oleh lingkungan
tempat dia bersosialisasi, dimana kepribadian seseorang akan menjadi baik ketika lingkungannya
memberi efek baik pada orang tersebut begitupun sebaliknya.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan yaitu: (1) Aliran Nativisme – Teori
Kematangan (Maturasional Theory); Aliran ini berpendapat bahwa pertumbuhan dan
perkembangan individu lebih ditentukan oleh faktor keturunan, bawaan atau faktor internal atau
endogen. (2) Aliran Empirisme- Teori keperilakuan (Behavioral Theory); Aliran ini menyatakan
bahwa pertumbuhan dan perkembangan individu lebih dipengaruhi oleh lingkungan atau
engalaman atau eksternal atau endogen (3) Aliran Konvergensi- Teori Kognitif (cognitive
theory); Aliran ini menjelaskan bahwa pertumbuhan dan perkembangan individu dipengaruhi
oleh pembawaan maupun lingkungan.
DAFTAR PUSTAKA
Husdarta, Nurlan Kusmaedi, 2010. pertumbuhan & perkembangan peserta didik, Bandung:
Alfabeta.
Desmita, 2012. Psikologi perkembangan peserta didik, Bandung: Rosda Karya.