PEMBENTUKAN KARAKTER REMAJA MELALUI PEMB

PEMBENTUKAN KARAKTER REMAJA
MELALUI PEMBIASAAN SANTUN BERBAHASA
Oleh: Made Ratna Savitri Indraswari
(Siswa SMA Negeri 1 Negara; NIS: 12018)
Pepatah bijak mengatakan bahwa tinggi rendahnya martabat suatu bangsa
dapat dilihat dari cara masyarakatnya berbahasa. Kedudukan bahasa menjadi
sangat penting bagi suatu negara karena bahasa bukan hanya sebagai sarana
komunikasi namun juga dapat menjadi sarana pemersatu serta pembentuk
wibawa. Hal ini juga berlaku bagi negara Indonesia, dimana bahasa Indonesia
digunakan sebagai bahasa nasional yang sudah tentu ketepatan dalam
penggunaannya akan sangat menentukan harkat dan martabat negara.
Sebagai seorang remaja dan juga sebagai bagian dari suatu masyarakat,
tentunya bagaimana etika kita dalam berbahasa serta sopan santun dalam
berbahasa haruslah menjadi suatu hal yang diperhatikan. Santun atau tidaknya
seorang remaja dalam berbahasa menjadi pencerminan terhadap karakter yang
dimilikinya. Oleh karena itu nampaknya menjadi menarik untuk dibahas
mengenai apakah remaja Indonesia saat ini telah melakukan komunikasi dengan
bahasa Indonesia yang santun?
Fenomena Remaja dan Karakternya
Seperti yang telah kita ketahui, remaja merupakan generasi muda bangsa
yang nantinya akan menjadi penerus kehidupan berbangsa dan bernegara. Peran

remaja akan sangat besar terutama dalam kedudukannya sebagai agent of change
yaitu dimana remaja bertindak sebagai agen-agen yang membawa napas
perubahan bagi bangsa.
Apabila kita berpikir bahwa sebagai agent of change kaum remaja akan
selalu memberikan perubahan ke arah yang positif, agaknya kita harus berpikir
ulang. Kita harus menyadari bahwa segala bentuk perubahan yang terjadi tidak
selalu dalam wujud yang positif karena terkadang ada penyimpanganpenyimpangan yang terjadi sehingga mengarah pada hal tidak diinginkan.

Dibalik segudang peran dan potensi positif remaja dalam memberikan
sumbangsih untuk perubahan ke arah yang lebih baik, mari kita ingat-ingat lagi
bahwa seringkali ada beberapa remaja yang melakukan tindakan-tindakan yang
mencerminkan degradasi karakter dan moral remaja saat ini.
Globalisasi sangat berpengaruh terhadap kehidupan masyarakat Indonesia
terlebih lagi remaja. Sebab remaja merupakan masa pertumbuhan menuju dewasa
yang umumnya mereka masih bersifat labil. Itu dilakukan agar tidak dianggap
ketinggalan jaman atau di ejek “kalau nggak gini iya nggak gaul!”. Hal itu
semakin memperparah krisis moral di kalangan remaja. Globalisasi yang terus
menuntut kita untuk bermetamorfosa kadang memang membawa banyak dampak
baik. Tapi jangan salah, dampak buruk pun mengikutinya di belakang. Coba
sejenak kita amati foto-foto remaja tempo dulu. Kita nilai mereka dari aspek

berpakaian. Sebagian besar mereka kebanyakan menggunakan pakaian dengan
bahan (tertutup). Memang ada satu dua yang memilih pakaian terbuka di era lalu,
namun perbandingannya lebih banyak yang mengenakan pakaian tertutup.
Kontras dengan kenyataan di abad 20 ini. Kalau dulu yang berpakaian memancing
kebanyakan para pelaku entertainer, kalau sekarang tak peduli entertainer atau
bukan sama saja.
Masih segar di ingatan kita, baru-baru ini seorang remaja yang dengan
sangat percaya diri melontarkan perkataan yang kurang pantas ke khalayak ramai
melalu media sosial, dan juga sempat dengan jelas mengunggah video berdurasi
pendek dimana ia mengganti salah satu kata dalam lirik lagu kebangsaan
Indonesia Raya menjadi lirik lagu yang sangat tidak pantas.
Selain permasalahan tersebut cobalah kita melihat di lingkungan sekolah
misalnya, ada begitu banyak siswa yang terbiasa berkata kasar antar sesama teman
sepermainan dan bahkan pada orang yang lebih tua. Ditambah lagi dengan
tindakan siswa yang dengan sengaja menjatuhkan martabat guru atau dosen yaitu
dengan melakukan pemukulan bahkan pembunuhan akibat kemarahan yang tidak
dapat mereka kendalikan (out of control) serta masih banyak lagi perilakuperilaku menyimpang yang merupakan suatu wujud nyata degradasi karakter anak
bangsa yang kian menjadi tren. Dimana sesuatu yang tidak sewajarnya dianggap
sebagai suatu hal yang wajar. Kata-kata bernada kekerasan tersebut lebih banyak


digunakan dalam berinteraksi dengan teman-teman sebaya, dibandingkan dengan
kalangan yang lain. Sementara itu, kata-kata bernada kekerasan lebih banyak
digunakan dalam pergaulan di lingkungan sekolah dan masyarakat. Bahkan ada
beberapa siswa yang mengaku bahwa penggunaan bahasa bernada kekerasan
tersebut bukan untuk mengejek, namun hanya bercanda (just kidding) dan sebagai
simbol keakraban dalam pergaulan mereka. Buktinya, teman tidak merasa
tersinggung dengan perkataan ataupun perlakuan tersebut.
Ada banyak penyebab yang bisa kita rumuskan terkait dengan degradasi
karakter remaja yang terjadi saat ini. Dari hal yang paling sederhana namun yang
paling besar berperan adalah faktor lingkungan keluarga. Seperti kata pepatah
“buah jatuh tidak akan jauh dari pohonnya” dimana perilaku seorang anak tidak
akan jauh berbeda dari orang tua anak itu. Ketika seorang anak terbiasa dengan
kata-kata kurang atau tidak santun maka hal ini akan ambil bagian dalam
perilakunya sehingga karakter anak tersebut menjadi buruk pula. Hal ini juga
dapat terjadi dalam lingkungan masyarakat atau pergaulan dimana seorang anak
tumbuh dan melakukan proses interaksi sosial.
Berdasarkan kenyataan itu, mari kita analogikan jika seorang anak tumbuh
di dalam lingkungan yang terbiasa dengan bahasa tidak santun ia akan menjadi
pribadi yang tidak santun pula; maka keadaan ini juga sepertinya akan berlaku
apabila situasinya dirubah yaitu dengan membiasakan seorang remaja dengan

bahasa yang sesuai dengan norma kesopanan akan membentuk kepribadian remaja
yang sopan dan santun pula.
Santun Berbahasa dalam Paradigma Kehidupan Modern
Seiring dengan perkembangan zaman yang begitu pesat di era globalisasi
ini, banyak perubahan dalam tatanan hidup seluruh masyarakat dunia yang telah
terjadi termasuk di Indonesia yang tidak bisa kita hindari. Perkembangan ini
tentunya tidak bisa terwujud apabila tidak ada sarana sebagai pemersatu untuk
menyampaikan maksud dan tujuan, oleh karena itu keberadaan bahasa sangat
penting dalam menyokong kemajuan di berbagai aspek kehidupan.
Tidaklah berlebihan jika kita menyebutkan bawa bahasa adalah salah satu
roda yang akan menentukan bagaimana jalannya kehidupan berbagsa. Namun

karena bahasa digunakan sebagai sarana dalam perkembangan zaman, nantinya
tanpa kita sadari perlahan-lahan bahasa Indonesia juga akan mengalami
perubahan-perubahan. Hal ini harus kita waspadai, karena melalui bahasa
nantinya dapat mengalir suatu bentuk pengaruh yang positif ataupun pengaruh
negatif ke dalam suatu lingkup masyarakat. Meminimalisir kemungkinan dampak
negatif yang ada, bagaimana menjaga agar penggunaan bahasa dapat mengikuti
perkembangan zaman namun tidak terlepas dengan kaidah-kaidah berbahasa serta
tetap mengindahkan suatu norma kesopanan yang ada sangat penting dilakukan.

Sedari tadi kita sudah menyinggung tentang santun berbahasa, lalu apakah
yang dimaksud dengan santun berbahasa itu? Kesantunan berbahasa merupakan
salah satu aspek kebahasaan yang dapat meningkatkan kecerdasan emosional
penuturnya karena didalam komunikasi, penutur dan petutur tidak hanya dituntut
menyampaikan kebenaran, tetapi harus tetap berkomitmen untuk menjaga
keharmonisan hubungan. Keharmonisan hubungan penutur dan petutur tetap
terjaga

apabila

masing-masing

peserta

tutur

senantiasa

tidak


saling

mempermalukan. Dengan perkataan lain, baik penutur maupun petutur memiliki
kewajiban

yang

sama

untuk

menjaga

muka.

Kesantunan

(politeness),

kesopansantunan atau etiket adalah tatacara, adat, atau kebiasaan yang berlaku

dalam masyarakat. Kesantunan berbahasa tercermin dalam tatacara berkomunikasi
lewat tanda verbal atau tatacara berbahasa. Ketika berkomunikasi, kita tunduk
pada norma-norma budaya, tidak hanya sekedar menyampaikan ide yang kita
pikirkan. Tatacara berbahasa harus sesuai dengan unsur unsur budaya yang ada
dalam masyarakat tempat hidup dan dipergunakannya suatu bahasa dalam
berkomunikasi.
Pembiasaan Santun Berbahasa Sebagai Pembentuk Karakter Remaja
Melihat fenomena-fenomena yang terjadi di kalangan masyarakat terutama
remaja, masalah terbesar yang terjadi saat ini adalah penggunaan bahasa tidak
mengindahkan kaidah dan norma kesopanan yang ada sehingga terkesan kurang
santun. Etika kaum remaja dalam berkomunikasi dan berbahasa mayoritas
menunjukkan adanya pergeseran ke arah yang tidak baik terutama dalam
penggunaan kata-kata yang cenderung kurang tepat.

Pembentukan

karakter

harus


dilakukan

secara

sistematis

dan

berkesinambungan yang melibatkan aspek “knowledge, feeling, loving, dan
acting”. Pada dasarnya, anak yang kualitas karakternya rendah adalah anak yang
tingkat perkembangan emosi-sosialnya rendah, sehingga anak beresiko besar
mengalami kesulitan dalam belajar, berinteraksi sosial, dan tidak mampu
mengontrol diri.
Kesantunan dalam berbahasa harus tetap dipertahankan agar dapat
mencegah terjadinya perilaku-perilaku menyimpang, seperti yang terjadi saat ini
bahasa tidak hanya digunakan sebagai sarana komunikasi dan informasi namun
juga sebagai sarana untuk mencapai dan mempertahankan kekuasaan serta sebagai
sarana untuk kekerasan. Mengapa demikian? Hal ini sangat berkaitan dengan
kurangnya kepedulian dalam menggunakan bahasa yang santun untuk
komunikasi. Simpen dalam orasi ilmiahnya yang berjudul Fungsi Bahasa dan

Kekerasan Verbal dalam Masyarakat menyatakan bahwa kekerasan verbal lahir
dari penyelewengan atau pengawafungsian bahasa. Menurutnya, tindakan yang
menyebabkan tidak nyamannya orang lain, tertekannya orang lain, kecemasan
orang lain, kekhawatiran orang lain, ketakutan orang lain, dan terancamnya orang
lain. Hal tersebut tercantum dalam kutipan berikut.
Penyelewengan atau pengawafungsian bahasalah yang melahirkan
kekerasan verbal, yaitu tindakan berbahasa yang menyebabkan tidak
nyamannya orang lain, tertekannya orang lain, kecemasan orang lain,
kekhawatiran orang lain, ketakutan orang lain, atau terancamnya orang lain
(Simpen, 2011: 9).
Jika kemarahan, ketertekanan, ketakutan, ketidaknyamanan, dan kecemasan
orang lain tersebut diwujudkan melalui tindak verbal, tuturan tersebut
dikategorikan dalam tindak tutur yang mengandung kekerasan verbal.
Pembiasaan kepada remaja untuk berbahasa yang santun menjadi salah
satu cara untuk menanggulangi degradasi moral yang kian menjadi-jadi di
kalangan remaja. Bahasa yang merupakan suatu kebutuhan dalam setiap
kehidupan dapat sebagai pembentuk pribadi. Dalam mempertahankan karakterkarakter bangsa yang menjadi jati diri bangsa Indonesia sudah barang tentu remaja
ambil andil. Remaja harus dengan tegas ikut dalam menjaga dan melestarikan
nilai-nilai adiluhung terutama dalam hal berbahasa. Bahasa dapat membawa
perubahan, sehingga mempertahankan esensi bahasa Indonesia agar selalu


membawa perubahan positif adalah tanggung jawab bersama dalam rangka
membentuk karakter remaja.
Penutup
Secara umum, permasalahan yang menyangkut karakter remaja saat ini
berhubungan dengan hilangnya kebiasaan menggunakan bahasa yang santun
dalam pergaulan sosial. Pengaruh perkembangan zaman yang diterima secara
tidak selektif oleh kaum remaja menyebabkan pola kehidupan remaja cenderung
menjadi liberal. Remaja secara tidak sadar menggunakan bahasa sebagai alat
untuk mencari kepopuleran, kekuasaan dan kekerasan. Sikap remaja seperti yang
telah kita bahas sebelumnya merupakan suatu bukti nyata masuknya pengaruh
buruk melalui bahasa. Bahasa dengan perlahan-lahan dapat mempengaruhi tatanan
perilaku seseorang, baik itu menuju ke arah yang positif atau bahkan ke arah yang
mendegradasi moral seseorang.
Bahasa sebagai kekuatan utama pembentuk karakter bangsa Indonesia
terutama karakter remaja, kesantunan dalam penggunaannya merupakan hal yang
penting. Secara tidak langsung, pembiasaan kepada remaja agar menggunakan
bahasa Indonesia dengan santun dapat berkontribusi untuk membentuk karakter
yang baik. Hal ini harus didukung oleh seluruh komponen sosial sehingga melalui
bahasa kita dapat berperan dalam menjaga martabat bangsa.

Kita memang tidak dapat mencegah adanya perubahan, karena pada
dasarnya perubahan bertujuan untuk hal yang baik. Begitupun dalam berbahasa,
hanya

saja

terkadang

penyimpangan-penyimpangan

dalam

prakteknya

menimbulkan virus yang dapat merusak norma dan nilai apabila kita sendiri tidak
menjadikan bahasa Indonesia yang baik sebagai keharusan yang mutlak.
Daftar Pustaka.
Efianingrum, Ariefa. 2006. Wacana Kekerasan dalam Interaksi Remaja Kasus
Perkelahian
Pelajar
di
Yogyakarta*.
staff.uny.ac.id/sites/default/files/Artikel
%20Humaniora%202006.pdf. Diakses tanggal 24
Oktober 2016, pukul 15.35 WITA

BIODATA PESERTA
NAMA

Made Ratna Savitri Indraswari

NIP

12018

TTL

Denpasar, 8 Oktober 1999

SEKOLAH
ALAMAT

SMA Negeri 1 Negara
Jalan Ngurah Rai 155 Negara Telepon (0365)

SEKOLAH

43309
Banjar Dangin Marga, Desa Delodbrawah,

ALAMAT RUMAH

Kecamatan Mendoyo, Kabupaten Jembrana