Analisis Risiko Usahatani Kedelai Di Kecamatan Jawai Selatan Kabupaten Sambas Abstract - Analisis Risiko Usahatani Kedelai Di Kecamatan Jawai Selatan Kabupaten Sambas
Analisis Risiko Usahatani Kedelai Di Kecamatan Jawai Selatan Kabupaten Sambas
Abstract
This research aimed to determine the risk of production and income in a group of farmers who use local
seeds and farmers who use superior seeds in soybean farming. The research areas are in Sambas
District, subdistrict of Jawai Selatan. The village sample selected is Sarang Burung Kolam Village with 31
farmers. Production and revenue risk analysed based on the value of coefficient of variation (CV). The
analysis showed that the risk of production and income in a group of farmers who use local seeds is
greater than the group of farmers who use superior seeds. The average of production and income
soybean farming in group of farmers who use superior seeds is greater than the group of farmers who
use local seeds.Key Words: Risk, Production, Income, Soybean Farming Pendahuluan
Kedelai merupakan salah satu jenis kacang-kacangan yang mengandung protein nabati yang tinggi, sumber lemak, vitamin dan mineral. Sejalan dengan pertambahan jumlah penduduk maka permintaan kedelai semakin meningkat. Keanekaragaman manfaat kedelai telah mendorong tingginya permintaan Kedelai didalam negeri. Selain itu, manfaat kedelai sebagai salah satu sumber protein murah membuat kedelai semakin diminati. Tangendjaja et
al dalam Rante (2013) juga melaporkan
bahwa perkembangnya industri peterna- kan, terutama unggas telah mendorong berkembangnya industri pakan ternak, yang menggunakan bungkil kedelai sebagai sumber protein dalam komposisi pakan unggas. Hal ini menunjukkan adanya peluang pasar yang cukup besar bagi pengembangan kedelai diIndonesia khususnya Kalimantan Barat. Dewi Kurniati
Kabupaten Sambas merupakan salah
Staf Pengajar Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian
satu daerah yang menghasilkan kedelai
UNTAN
meskipun jumlah produksi yang dihasil-
dewiku108@gmail.com
kan masih sangat rendah dibandingkan
Jurnal Manajemen MOTIVASI - 316
316 ISSN: 2085-1596 Dewi Kurniati
- – 2013.
Jurnal Manajemen MOTIVASI - 317
komoditas pertanian lainnya. Tabel 1 berikut menggambarkan perkembangan luas panen, produktivitas dan produksi kedelai di Kabupaten tahun 2009
Tabel 1 Perkembangan Luas Panen, Produktivi- tas dan Produksi Kedelai di Kab.Sambas Sumber : Data BPS Kabupaten Sambas, 2014
Berdasarkan data pada Tabel 1, produktivitas dan produksi kedelai lokal masih rendah. Kondisi ini diperparah dengan semakin menurunnya luas pa- nen kedelai. Tanpa perluasan areal ta- nam, upaya peningkatan produksi kede- lai sulit dilakukan karena laju pening- katan produktivitas berjalan lambat, terlebih lagi bila harga sarana produksi tinggi. Perkembangan kedelai menga- lami fluktuasi yang disebabkan beberapa faktor. Selain disebabkan oleh faktor eksternal seperti iklim, perubahan cuaca dan serangan hama penyakit, faktor internal seperti kemampuan manajemen petani turut menentukan keberhasilan dalam usahatani kedelai. Kemampuan petani dalam mengalokasikan input-input produksi yang tepat berpengaruh terha- dap produksi yang ingin dicapai. Secara umum kendala yang dihadapi oleh petani kedelai di Kabupaten Sambas khususnya Kecamatan Jawai Selatan dalam berusahatani hampir sama dengan permasalahan yang dihadapi oleh sebagian besar petani yaitu selain kemampuan manajemen, sempitnya la- han, kurangnya modal, rendahnya pro- duktivitas tenaga kerja dan teknologi, iklim serta serangan hama penyakit. Ke- mampuan menggunakan faktor produksi yang terbatas tersebut dalam hal penentuan jumlah dan kombinasi yang tepat akan membantu mengurangi biaya produksi dan mendapatkan produksi yang optimal yang pada akhirnya akan dapat meningkatkan pendapatan petani.
Salah satu faktor produksi yang ber- peran penting dalam usahatani kedelai adalah benih. Jenis benih yang diguna- kan oleh petani kedelai di Kecamatan Jawai Selatan adalah jenis benih lokal dan benih unggul. Varietas unggul ber- peran penting dalam peningkatan pro- tinggi, tahan terhadap hama penyakit dan berumur pendek mampu meningkat- kan hasil persatuan luas maupun per- satuan waktu. Salah satu masalah dalam penyebaran benih unggul adalah tidak tersedianya benih bagi petani pada saat dibutuhkan. Pada umumnya petani merasakan harga benih unggul lebih mahal, terutama dirasakan bagi daerah- daerah yang jauh dari sumber benih. Oleh karena itu masih banyak petani yang lebih memilih tetap menggunakan benih lokal.
Kegiatan usahatani kedelai yang dilakukan oleh petani selalu dihadapkan dengan situasi risiko dan ketidakpastian dimana besar kecilnya risiko yang dia- lami seorang petani tergantung pada keberanian untuk mengambil suatu keputusan. Sehingga apabila produksi
Jurnal Manajemen MOTIVASI - 318
kedelai mengalami kegagalan akan berpengaruh terhadap keputusan petani untuk berusahatani berikutnya. Keputus- an petani untuk mengalokasikan input dalam kegiatan usahatani kedelai sangat dipengaruhi oleh perilaku petani terha- dap risiko yang harus dihadapi. Hal tersebut bergantung pada sikap dan perilaku individu petani serta keadaan lingkungannya. Indikasi adanya risiko ditunjukkan oleh fluktuasi produksi mau- pun harga yang akhirnya menyebabkan fluktuasi pendapatan usahatani.
Berdasarkan permasalahan di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui besarnya risiko produksi dan risiko pendapatan usahatani kedelai pada kelompok petani pengguna benih lokal dan kelompok petani pengguna
Kerangka Teoritis
Tanaman kedelai (Glicine max) yang berasal dari Cina dan kemudian dikem- bangkan ke berbagai negara, adalah tanaman semusim yang termasuk family
Leguminosae. Keunggulan teknis budi-
daya yang sederhana telah memungkin- kan kedelai dapat dibudidayakan di daerah sub-tropis dan tropis dengan skala masif. Kandungan gizi kedelai cukup tinggi, terutama proteinnya men- capai 34%, sehingga sangat diminati sebagai sumber protein nabati yang relatif murah dibandingkan dengan pro- tein hewani. Selain sebagai sumber protein nabati, kedelai juga sebagai pa- ngan fungsional untuk mencegah timbul- nya penyakit degeneratif, seperti jantung koroner dan hipertensi. Bahkan kan- dungan zat isoflavon pada kedelai ternyata berfungsi sebagai antioksidan. Perkembangan teknologi terakhir menunjukkan bahwa saat ini kedelai banyak digunakan sebagai sumber energi alternatif (Rante, 2013).
Faktor produksi merupakan hal pen- ting yang diperlukan dalam usahatani. Soekartawi (1990) menyatakan bahwa produk-produk pertanian dihasilkan dari kombinasi faktor produksi berupa lahan, tenaga kerja, modal (pupuk, benih, dan obat-obatan). Dalam pembangunan pertanian, teknologi penggunaan faktor- faktor produksi memegang peranan penting karena kurang tepatnya jumlah dan kombinasi faktor produksi mengaki- batkan rendahnya produksi yang dihasil- kan atau tingginya biaya rendahnya
Kegiatan usahatani yang dilakukan oleh petani selalu dihadapkan dengan situasi risiko dan ketidakpastian dimana besar kecilnya risiko yang dialami seo- rang petani tergantung pada keberanian untuk mengambil suatu keputusan. Dalam usahatani risiko sulit untuk diduga karena faktor-faktor yang mempengaruhi kegiatan usahatani sebagian besar belum dikuasai secara sempurna oleh manusia, misalnya faktor perubahan iklim (Rodjak, 2002). Kegiatan pada sektor pertanian yang menyangkut pro- ses produksi selalu dihadapkan dengan situasi risiko (risk) dan ketidakpastian (uncertainty).
Pada risiko peluang terjadinya kemungkinan merugi dapat diketahui terlebih dahulu, sedangkan ketidak- pastian merupakan sesuatu yang tidak
318 ISSN: 2085-1596 Dewi Kurniati
Jurnal Manajemen MOTIVASI - 319
X X x Keterangan : KV = Koefisien Variasi produksi / pendapatan σ = Standar Deviasi Produksi/Pendapatan (varian)
2
n x
X KV
Analisis mengetahui risiko produksi dan pendapatan dapat diukur dengan besarnya koefisien variasi, yang secara matematis ditulis sebagai berikut :
bisa diramalkan sebelumnya karena peluang terjadinya merugi belum diketa- hui. Sumber ketidakpastian yang penting di sektor pertanian adalah fluktuasi hasil pertanian dan fluktuasi harga. Ketidak- pastian hasil pertanian disebabkan oleh faktor alam seperti iklim, hama dan penyakit serta kekeringan. Jadi produksi menjadi gagal dan berpengaruh terha- dap keputusan petani untuk berusaha- tani berikutnya (Soekartawi et al, 1993).
Jenis data yang digunakan adalah da- cara (karakteristik responden, penggu- naan input produksi, harga input output, dan jumlah produksi) dan data sekunder (dari BPS Kabupaten Sambas dan instansi lain yang terkait).
Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Sambas Kecamatan Jawai Selatan. Pertimbangan pemilihan keca- matan karena merupakan salah satu daerah yang menghasilkan kedelai. Sampel desa terpilih adalah Desa Sa- rang Burung Kolam dengan pertim- bangan desa tersebut terdapat populasi petani yang melakukan usahatani kede- lai dengan menggunakan bibit lokal dan bibit unggul. Jumlah petani pengguna bibit lokal sebanyak 19 orang dan jumlah petani pengguna bibit unggul sebanyak 12 orang.
Metodelogi
pendapatan dapat diukur dengan besarnya varians dan standar varians.
et.al,1999) menunjukkan bahwa risiko
Pengukuran terhadap risiko usahatani dapat dianalisis dengan menentukan besarnya koefisien variasi (CV). Cara ini dilakukan dengan menggunakan data produksi, biaya, harga dan pendapatan usahatani kedelai. Koefisien variasi merupakan ukuran risiko relatif yang diperoleh dengan membagi standar deviasi dengan nilai rata-rata yang diharapkan (Pappas dan Hirschey, 1995). Hasil penelitian Kimbal (Chen
Darmawi (2004) mendefinisikan risiko menjadi beberapa arti, yaitu risiko seba- gai kemungkinan merugi, risiko yang merupakan ketidakpastian, risiko meru- pakan penyebaran hasil aktual dari hasil yang diharapkan dan risiko sebagai probabilitas sesuatu hasil berbeda dari hasil yang diharapkan. Ketidakpastian dan peluangnya tidak bisa ditentukan. Ketidakpastian merupakan diskripsi karakter dan lingkungan ekonomi yang dihadapi oleh petani, dimana lingkungan tersebut mengandung beragam ketidak- pastian yang direspon oleh petani ber- dasarkan kepercayaan subyektif petani (Ellis, 1988).
X = Rata-rata Produksi / pendapatan N = jumlah sampel
Jurnal Manajemen MOTIVASI - 320 Menghitung pendapatan usahatani kedelai diukur dengan rumus: Pd = Penerimaan – Biaya Produksi Biaya Produksi = Biaya tetap + Biaya variabel Hasil dan Pembahasan Karakteristik Petani
Karakteristik petani merupakan salah satu faktor penting dalam melakukan penelitian tentang usahatani, karena dengan mengetahui karakteristik petani maka dapat diketahui gambaran secara umum tentang keadaan dan latar bela- kang petani di daerah penelitian. Karak- teristik petani dalam penelitian ini meli- puti umur petani, pendidikan, jumlah anggota rumah tangga, pengalaman melakukan usahatani, dan luas lahan garapan. Karakteristik petani kedelai di Kecamatan Jawai Selatan disajikan
Tabel 2 Karakteristik Petani di Desa Sarang Burung Kolam Kecamatan Jawai Selatan Sumber : Analisis Data Primer, 2014
Tabel 2 menunjukkan bahwa rata-rata umur petani adalah 48 tahun, termasuk golongan usia produktif. Usia produktif berpengaruh terhadap kemampuan fisik petani dalam mengelola usahataninya. Rata-rata petani berpendidikan SMP, semakin tinggi tingkat pendidikan maka semakin baik petani dalam mengadopsi teknologi dan informasi berkaitan de- ngan keberhasilan usahataninya. Petani telah memiliki pengalaman rata-rata se- lama 12 tahun dalam usahatani kedelai. Semakin lama pengalaman petani mela- kukan kegiatan usahatani kedelai sema- kin mampu petani mengambil keputusan yang lebih baik dalam mengelola usaha- taninya.
Jumlah anggota keluarga rata-rata yang dimiliki petani adalah sebanyak 5 orang. Besarnya anggota keluarga mem- pengaruhi curahan waktu yang dapat dialokasikan untuk usahatani kedelai, semakin banyak anggota keluarga maka semakin banyak tenaga kerja yang da- pat dialokasikan untuk kegiatan usaha- taninya. Luas lahan rata-rata yang dikuasai petani sebesar 0,33 ha. Besar- nya luas lahan berpengaruh terhadap produksi kedelai yang diterima petani. Semakin luas lahan maka semakin tinggi
Penggunaan Faktor-faktor Produksi dan Jumlah Produksi Kedelai
Pada bagian ini pembahasan dibagi menjadi 2 kelompok penggunaan faktor produksi dan jumlah produksi yakni kelompok petani yang menggunakan bibit lokal dan kelompok petani yang menggunakan bibit unggul untuk per usahatani maupun pe hektar. Pada usahatani kedelai di Kabupaten Sambas, 320Faktor produksi yang digunakan antara lain lahan, benih, pupuk NPK, pupuk urea, insektisida, herbisida dan tenaga kerja. Rata-rata penggunaan Faktor pro-duksi pada usahatani kedelai disajikan pada Tabel 3.
Tabel 3 menunjukkan bahwa besar- nya penggunaan faktor produksi benih, pupuk NPK, pupuk Urea, insektisida,
Jurnal Manajemen MOTIVASI - 321
herbisida dan tenaga kerja pada kelom- pok petani yang menggunakan bibit
Tabel 3 Rata-rata Penggunaan Faktor Produksi dan Jumlah Produksi Usahatani Kedelai Sumber: Analisis Data Primer, 2014
unggul lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok petani yang menggunakan bibit lokal per hektarnya. Potensi hasil varietas unggul dapat saja lebih tinggi atau lebih rendah pada lokasi tertentu dengan penggunaan masukan dan pengelolaan tertentu pula. Biasanya untuk mendapatkan hasil yang lebih tinggi dari penggunaan varietas unggul diperlukan pengelolaan yang lebih in- tensif dan perhatian serius serta kondisi lahan yang optimal. Agar memperoleh hasil yang optimal di atas rata-rata maka perolehan varietas unggul harus sesuai (tepat varietas, jumlah, mutu, waktu, lokasi, dan tepat harga).
Untuk jumlah produksi yang diperoleh petani pada kelompok petani pengguna bibit unggul lebih tinggi dibandingkan dengan jumlah produksi yang diterima oleh kelompok petani pengguna bibit lokal. Hal ini membuktikan bahwa penggunaan bibit unggul merupakan salah satu cara yang mudah untuk meningkatkan produktivitas kedelai. Penggunaan bibit varietas unggul tidak hanya dapat meningkatkan produktivitas namun dapat pula mendorong peningkatan pendapatan petani kedelai.
Biaya Produksi, Penerimaan dan Pendapatan Usahatani Kedelai
Besarnya penggunaan faktor produksi tentunya akan berkaitan dengan besar- nya pengorbanan dalam memperoleh faktor produksi tersebut. Semakin besar penggunaan faktor produksi maka semakin tinggi korbanan biaya yang harus dikeluarkan petani kedelai. Biaya produksi yang diperhitungkan adalah biaya yang berasal dari penjumlahan biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap meliputi biaya penyusutan pera- latan, sedangkan biaya variabel meliputi biaya benih, biaya pupuk NPK, biaya pupuk Urea, biaya insektisida, biaya her- bisida dan biaya tenaga kerja. Semen- jumlah produksi dikalikan dengan harga yang berlaku pada tahun penelitian.
Tabel 4 Rata-rata Biaya Produksi, Penerimaan dan Pendapatan Usahatani Kedelai Sumber: Analisis Data Primer, 2014
Tabel 4 menunjukkan bahwa pada kelompok petani yang menggunakan bibit unggul memiliki biaya produksi, penerimaan dan pendapatan yang lebih besar dibanding kelompok petani yang menggunakan bibit lokal per hektarnya. Harga output yang diterima petani peng- guna bibit unggul dan bibit lokal adalah sama yaitu Rp 5.000,00 per kg. Hasil
Jurnal Manajemen MOTIVASI - 322
perhitungan pendapatan menunjukkan bahwa pendapatan kelompok petani pengguna bibit unggul lebih besar dari pada pendapatan kelompok petani pengguna bibit lokal per hektarnya. Hal ini membuktikan peran dari penggunaan bibit varietas unggul dalam usahatani kedelai memberikan kontribusi yang be- sar bagi peningkatan pendapatan petani kedelai di Kecamatan Jawai Selatan.
Risiko Produksi dan Risiko Pendapatan Usahatani Kedelai Tabel 5 Risiko Produksi dan Pendapatan Usaha-tani Kedelai Sumber: Analisis Data Primer, 2014
Tabel 5 menunjukkan bahwa risiko produksi dan risiko pendapatan yang diterima kelompok petani yang menggu- nakan bibit lokal lebih besar dibanding- kan dengan kelompok petani yang menggunakan bibit unggul.
Kesimpulan
Berdasarkan dari hasil analisis maka terdapat beberapa yang dapat disimpul- kan yaitu : Produksi kedelai rata-rata pada kelompok petani yang menggunakan bibit lokal adalah 1772,89 kg per hektar, sedangkan jumlah produksi kedelai rata-rata pada kelompok pe- tani yang menggunakan bibit unggul adalah 2132,52 kg per hektar.
Pendapatan rata-rata kelompok petani kelompok petani kedelai yang meng- gunakan bibit lokal adalah Rp 6.529.078 per hektar, sedangkan pendapatan rata-rata kelompok petani kedelai yang menggunakan bibit ung- gul adalah Rp 8.853.167 per hektar.
Risiko produksi pada kelompok petani yang menggunakan bibit lokal lebih besar dibandingkan pada kelompok petani yang menggunakan bibit unggul.
Risiko pendapatan pada kelompok petani yang menggunakan bibit lokal lebih besar dibandingkan pada kelompok petani yang menggunakan bibit unggul.
Saran
Berdasarkan hasil penelitian, adapun saran yang dapat diberikan sebagai upaya perbaikan yaitu: Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa produksi dan pendapatan yang diperoleh dengan menggunakan bibit unggul menunjukkan hasil yang lebih tinggi sehingga petani diharapkan dapat mengaplikasikan penggunaan bibit unggul dengan baik.
Perlunya ketersediaan bibit unggul yang mencukupi saat dibutuhkan petani terutama untuk daerah yang lokasinya jauh dari sumber bibit.
Perlu adanya pendampingan dari tenaga ahli dalam bentuk penyuluhan atau pelatihan mengenai teknologi tepat guna berkaitan dengan usahatani kedelai.
322 ISSN: 2085-1596 Dewi Kurniati
Daftar Pustaka
Rante, Y, 2013. Strategi Pengembangan BPS, 2014, Sambas Dalam Angka, Ka- Kedelai Untuk Pemberdayaan Eko- bupaten Sambas, Kalimantan Barat. nomi Rakyat di Kabupaten Keerom Darmawi, Herman. 2004. Manajemen Propinsi Papua. Jurnal Manajemen
Risiko. Jakarta : Bumi Aksara. Dan Kewirausahaan, Vol.15, No. 1, Ellis F. 1988. Peasant Economics: Farm Maret 2013: 75-88. Household and Agricultural Develop- Rodjak, Abdul. 2002. Manajemen Usa- ment. Cambridge: Cambridge Univer- ha-tani. Penerbit Pustaka Giratuna. sity Press. Bandung. Kadarsan, H.1992. Keuangan Pertanian Soekartawi, A, 1990. Teori Ekonomi Pro- dan Pembiayaan Perusahaan Agribis- duksi Dengan Pokok Bahasan Anali- nis. PT Gramedia. Jakarta. sis Fungsi Cobb Douglas CV. Pappas, J.L. dan Hirschey, 1995. Eko- Rajawali, Jakarta. nomi Manajerial, Jilid 1. Edisi Ke Soekartawi, Rusmadi dan Effi Damaijati., enam. Binarupa Aksara. Jakarta. 1993. Resiko dan ketidakpastian dalam Agribisnis. Manajemen PT Raja Grafindo, Jakarta.
Jurnal Manajemen MOTIVASI - 323
Jurnal Manajemen MOTIVASI - 324