MAKALAH PROBLEMATIKA BIDANG STUDI BIMBIN

MAKALAH
PROBLEMATIKA
BIDANG STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING

Dosen Pengampu: Dr.Blasius Boli Lasan, M.Pd

Oleh: Ujang Abdul Basir
NIM: 160111180171

UNIVERSITAS NEGERI MALANG
PASCASARJANA
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING
FEBRUARI 2017

i

KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, karena hanya dengan izin
dan kuasa-Nyalah kami dapat menyusun makalah ini dengan baik. Adapun
maksud dan tujuan pembuatan makalah ini, sebagai tugas mata kuliah

Problematika Bidang Studi Bimbingan dan Konseling . Ucapan terima kasih,
kepada Bapak dosen pengampu yang telah memberikan bimbingan serta
pengarahan dalam hal struktur maupun penyusunan makalah ini, sehingga kami
dapat menyelesaikan penulisan makalah ini dengan baik.
Dalam penyusunan makalah ini tidak sedikit hambatan yang maupun
rintangan yang kami temukan, namun berkat bimbingan dari berbagai pihak
akhirnya kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik. Akan tetapi dalam
penyusunan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan oleh sebab itu saran dan
kritik yang bersifat membangun masih sangat diharapkan guna kesempurnaan
laporan ini. Adapun bahasan yang kami bahas dalam makalah

ini

yaitu

“PROBLEMATIKA BK”.
Akhirnya semoga makalah ini dapat bermanfaat khususnya untuk penulis
dan umumnya untuk kita semua. Dan mudah-mudahan Allah SWT memberikan
rahmat dan karunianya pada kita umat manusia.


Malang, 10 februari 2017

Penyusun

ii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................... i
DAFTAR ISI........................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang................................................................................... 4
B. Rumusan Masalah.............................................................................. 5
C. Tujuan................................................................................................ 5
BAB II PEMBAHASAN
A. Faktor Internal Dan Eksternal Problematika BK............................... 6
B. Problematika Eksternal (Masyarakat)................................................ 6
C. Problematika Internal (Konselor)...................................................... 8
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan........................................................................................ 12

DAFTAR PUSTAKA

4

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
“Peran guru BK dalam implemetasi kurikulum 2013 akan semakin penting,
pasalnya di tingkat SMA sederajat penjurusan ditiadakan, diganti dengan
kelompok peminatan,” tegas guru besar bimbingan dan konseling Prof Mungin
Eddy Wibowo, ketika menjadi pembicara pada seminar nasional bimbingan dan
konseling di hotel Grasia Semarang, Sabtu (4/15).
Bimbingan dan konseling adalah pelayanan bantuan untuk peserta didik,
baik secara perorangan maupun kelompok agar mandiri dan bisa berkembang
secara optimal, dalam bimbingan pribadi, sosial, belajar maupun karier melalui
berbagai jenis layanan dan kegiatan pendukung berdasarkan norma-norma yang
berlaku (SK Mendikbud No. 025/D/1995)
Bimbingan dan konseling merupakan upaya proaktif dan sistematik dalam
memfasilitasi


individu

mencapai

tingkat

perkembangan

yang

optimal,

pengembangan perilaku yang efektif, pengembangan lingkungan, dan peningkatan
fungsi atau manfaat individu dalam lingkungannya. Semua perubahan perilaku
tersebut merupakan proses perkembangan individu, yakni proses interaksi antara
individu dengan lingkungan melalui interaksi yang sehat dan produktif.
Bimbingan dan konseling memegang tugas dan tanggung jawab yang penting
untuk mengembangkan lingkungan, membangun interaksi dinamis antara individu
dengan lingkungan, membelajarkan individu untuk mengembangkan, merubah

dan memperbaiki perilaku.
Namun, guru BK yang terjadi saat ini dilapangan sesuai dengan pernyataan
beberapa guru BK yang sempat di wawancarai yaitu “kebanyakan orang
memandang guru BK adalah guru yang mengatasi siswa-siswa yang sering bolos
sekolah, merokok di sekolah, melanggar aturan sekolah, menghukum siswa yang
ketahuan terlambat datang ke sekolah dan lain-lain. Sehingga di beberapa sekolah

5

guru BK itu kesulitan dalam mengembalikan ruh dan hakikat BK itu sendiri. Dan
diperkeruh lagi dengan guru-guru BK yang tidak bisa bekerja secara profesional.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang ada

maka rumusan masalah pada

makalah ini adalah:
1. Apa saja broblematika guru BK yang terjadi di lapangan?
2. Bagaimana penjelasan dari setiap problematika guru BK yang terjadi di
lapangan?

C. Tujuan
1. Apa saja broblematika guru BK yang terjadi di lapangan?
2. Bagaimana penjelasan dari setiap problematika guru BK yang terjadi di
lapangan?

6

BAB II
PEMBAHASAN

A. Faktor Internal Dan Eksternal Problematika BK
Bimbingan dan Konseling dalam perjalanannya masih banyak
menghadapi beberapa hambatan dan problematika. Bimbingan dan Konseling
masih jalan tersendat-sendat dalam pelaksanaanya, baik itu dalam lingkup
sekolah, masyarakat, kerja ataupun organisasi.
Hambatan dan problematika itu sendiri sebenarnya bukandisebabkan
faktor eksternal saja tetapi pada dasarnya bersumber dari faktor internal.
Bimbingan dan konseling hingga kini masih dipandang sebelah mata oleh
masyarakat. Pandangan ini timbul disebabkan karena memang kurangnya
profesionalitas dan dedikasi yang tinggi dari orang-orang yang menekuni

bidang bimbingan dan konseling.
Pernyataan di atas di dukung dengan pernyataan Fathur Rahman (2010)
dalam Papernya, berdasarkan pengalaman yang didapat selama dua tahun
menjadi dosen pembimbing program Praktik Pengalaman Lapangan (PPL)
Universitas Negeri Yogyakarta di beberapa sekolah di kota yogyakarta,
ternyata terdapat banyak disorientasi peran dan fungsi konselor sekolah yang
terjadi dalam jangka waktu yang sangat lama. Tugas pokok memberikan
layanan BK tidak berjalan efektif, karena bagian BK pada sekolah tersebut
hanya menjalankan tugas-tugas administrasi kesiswaan.
B. Contoh Problematika Eksternal (Masyarakat)
Problematika dalam pelaksanaan BK yang ada dianggapan masyarakat
pada dasarnya disebabkan karena adanya pandangan yang keliru dari
masyarakat tentang peran dan fungsi BK itu sendiri. Pandangan yang keliru
tersebut antara lain :

7

1. Konselor di sekolah dianggap sebagai polisi sekolah.
Konselor = polisi sekolah, stigma ini sering kali melekat pada
konselor disekolah. Karena masih banyak yang menganggap bahwa

konselor di sekolah harus menjaga dan mempertahankan tata tertib,
disiplin dan keamanan di sekolah. Tidak jarang , konselor juga diberi
tugas untuk mengusut perkelahian ataupun pencurian, bahkan diberi
wewenang bagi siswa yang bersalah (Sunaryo.2006).
2. Adanya Anggapan Sebagian Orang Layanan BK Bisa Di Lakukan
Oleh Siapa Saja
Benarkah pekerjaan bimbingan konseling dapat dilakukan oleh siapa
saja? Jawabannya bisa saja “benar” dan bisa pula “tidak”. Jawaban
”benar”, jika bimbingan dan konseling dianggap sebagai pekerjaan yang
mudah dan dapat dilakukan secara amatiran belaka. Sedangkan jawaban
”tidak”, jika bimbingan dan konseling itu dilaksanakan berdasarkan
prinsip-prinsip keilmuan dan teknologi (yaitu mengikuti filosopi, tujuan,
metode, dan asas-asas tertentu), dengan kata lain dilaksanakan secara
profesional. Salah satu ciri keprofesionalan bimbingan dan konseling
adalah bahwa pelayanan itu harus dilakukan oleh orang-orang yang ahli
dalam bidang bimbingan dan konseling (Prayitno, 2004).
Sebagian orang berpandangan bahwa BK itu ada karena adanya
masalah, berdasarkan Praktik Pengalaman Lapangan penulis, jika tidak
ada maka BK tidak diperlukan, dan BK itu diperlukan untuk membantu
menyelesaikan masalah saja. Keahliannya itu diperoleh melalui

pendidikan dan latihan yang cukup lama di Perguruan Tinggi, serta
pengalaman-pengalaman.
3. Adanya Anggapan Fokus Layanan Bimbingan dan Konseling Untuk
Siswa yang Bermasalah.
Memang tidak dipungkiri bahwa salah satu tugas utama bimbingan
dan konseling adalah untuk membantu dalam menyelesaikan masalah.

8

Tetapi sebenarnya juga peranan BK itu sendiri adalah melakukan
tindakan preventif agar masalah tidak timbul dan antisipasi agar ketika
masalah yang sewaktu-waktu datang tidak berkembang menjadi masalah
yang besar (Prayitno, 2004).
Hal demikian menjadi hambatan bagi konselor yang baru
menjalankan karirnya karena harus bisa merubah tugas utama yang
diberikan oleh pihak terkait di sekolah tempat dia bekerja. (Hasil
Wawancara, 30 Januari. 2017)
4. Menganggap Hasil Pekerjaan Bimbingan Dan Konseling Harus
Segera Terlihat
Semua orang menghendaki agar masalah yang dihadapi siswa

dapat teratasi sesegera mungkin dan hasilnya dapat terlihat segera.
Namun, harapan itu sering kali tidak terjadi karena layanan bimbingan
dan konseling memiliki proses yang harus dimulai dengan melakukan
asesmen, kemudian mencari data pendukung untuk melakukan tindak
lanjut terkait siswaa tersebut. Jadi pekerjaan atau layanan BK bukanlah
sebuah kegiatan yang instan dan dapat melihat hasilnya dalam waktu yag
singkat (Jauhar & Sulistiyarini, 2014).
C. Problematika Internal (Konselor)
Selayang pandang memang sebagian problem BK itu datang dari luar
tapi pada hakikatnya problem yang timbul di luar itu sebenarnya berasal dari
para konselor itu sendiri, pandangan para konselor yang salah akan BK
menyebabkan mereka salah langkah dalam memberikan pelayana BK.
Pandangan yang salah tersebut antara lain :
1. Kurang Memiliki Kompetensi Konseling Multibudaya
Masih ada anggapan yang buruk terhadap budaya-budaya tertentu
pada pola pandang seorang konselor. Hambatan ini juga bermuatan
penilaian yang didasarkan pada sifat-sifat sebagai ciri khas yang identik

9


(typical dan identical) yang ada pada seseorang atau kelompok
masyarakat tertentu (Muslihati. 2013). Dengan demikian pandangan
buruk atau stereotip juga merupakan asumsi terhadap ciri anggota suatu
kelompok. Contoh misalnya adanya asumsi bahwa anak-anak madura itu
wataknya keras tidak bisa di ataur (pernyataan,guru BK di salah satu
SMP di Surabaya).
Ini bisa menjadi problem terutama dalam proses pelanan konseling
karena proses itu tidak berjalan dengan netral dikarenakan ada anggapan
buruk pada budaya tentntu.
2. Bimbingan dan Konseling bekerja sendiri.
Pelayanan bimbiga dan konseling bukanlah proses yang terisolasi,
melainkan proses yang sarat dengan unsur-unsur budaya, sosial, dan
lingkungan. Oleh karenanya, pelayanan bimbingan dan konseling tidak
mungkin “menyendiri”. Konselor perlu bekerja sama dengan orang-orang
yang diharapkan apat membantu penanganan masalah yang dialami siswa.
Disekolah, misalnya masalah-masalah yang terjadi pada diri siswa
tidak serta merta karena kesalahan dalam dirinya tetapi juga berkaitan
dengan orangtua, teman-teman, guru dan pihak-pihak lain serta lingkungan
rumah dan masyarakat juga dapat menjadi penyebab masalah dari siswa
tersebut (Wawancara, tanggal 30 Januari 2017).
Oleh sebab itu, penanganan tidak dapat dilakukan sendiri tetapi
juga membutuhkan pihak lain untuk membantu penyelesaian masalahnya.
Guru pembimbing harus menjalin hubungan yang saling mengerti dan
menunjang demi terbantunya siswa yang mengalami masalah itu.
3. Kelengkapan

Sarana

Prasarana

Merupakan

Faktor

Utama

Keberhasilan Proses BK.
Sering kali kita temukan pandangan bahwa kehandalan dan
kehebatan seorang konselor itu disebabkan dari ketersediaan sarana dan
prasarana yang lengkap dan mutakhir. Seorang konselor yang dinilai
tidak bagus kinerjanya, seringkali berdalih dengan alasan bahwa ia

10

kurang didukung oleh sarana dan prasarana yang bagus (Hasil
Wawancara, 30 Januari 2017).
Pada hakikatnya kehebatan konselor itu dinilai bukan dari faktor
luarnya, tetapi lebih kepada faktor kepribadian konselor itu sendiri,
termasuk didalamnya pemahaman agama, tingkah laku sehari-hari,
pergaulan dan gaya hidup (Prayitno, 2008).
4. Menyamakan pekerjaan Bimbingan dan Konseling dengan pekerjaan
dokter dan psikiater
Dalam hal-hal tertentu, terdapat persamaan antara pekerjaan
bimbingan dan konseling dengan pekerjaan dokter dan psikiater, yaitu ;
sama-sama menginginkan konseli/klien terbebas dari penderitaan yang
dialaminya. Kendati demikian, pekerjaan bimbingan dan konseling
tidaklah sama persis dengan pekerjaan dokter atau psikiater.
Konselor bekerja untuk membantu orang yang normal (sehat)
namun sedang mengalami masalah. Bimbingan dan konseling memberikan
cara-cara pemecahan masalah secara konseptual melalui perubahan
orientasi

pribadi,

penguatan

mental/psikis,

modifikasi

perilaku,

pengubahan lingkungan, upaya-upaya perbaikan dengan teknik yang khas
dengan bimbingan dan konseling (Andi Mapiare, 2010).
5. Berpedoman Pada Satu Teknik Dalam Memecahkan Masalah Konseli
Walau mungkin masalah yang dihadapi konseli sejenis atau sama
tetapi tetap saja tidak bisa disamaratakan dalam penyelesaiannya. Cara
apapun yang akan dipakai untuk mengatasi masalah haruslah disesuaikan
dengan pribadi konseli dan berbagai hal yang terkait dengannya. Tidak ada
suatu cara pun yang ampuh untuk semua konseli dan semua masalah.
Masalah yang tampaknya “sama” setelah dikaji secara mendalam mungkin
ternyata hakekatnya berbeda, sehingga diperlukan cara yang berbeda
untuk mengatasinya ( Praktik Pengalaman Lapangan, 2015) .

11

6. Layanan Bimbingan dan Konseling Hanya Dalam Bentuk Nasihat
Semata
Bimbingan dan konseling bukan hanya bantuan yang berupa
pemberian nasihat. Pemberian nasihat merupakan sebagian kecil dari
upaya-upaya layanan bimbingan dan konseling. Layanan bimbingan dan
konseling menyangkut seluruh kepentingan dalam rangka pengembangan
pribadi klien secara optimal. Sayangnya, konselor senior yang sudah terjun
kesekolah terus melakukan tradisi “pemberian nasihat” secara terus
menerus sehingga stigma ini terus melekat pada Bimbingan dan Konseling
di sekolah (Jauhar & Sulistiyarini, 2014).

12

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Problematika yang dihadapi dalam pelaksanaan BK saat ini pada
hakikatnya disebabkan dari pihak-pihak penyelenggara BK itu sendiri.
Kurangnya profesionalitas dan dedikasi yang tinggi dari para ahli BK
menyebabkan BK menjadi kurang dihargai di masyarakat. BK dipandang
sebelah mata oleh sebagian masyarakat. Hingga kehadiran BK dianggap
sebagai suatu yang biasa saja atau bahkan sia-sia belaka.
Masalah utama yang dihadapi BK saat ini adalah timbulnya persepsipersepsi keliru/salah beberapa kalangan akan arti dan hakikat bimbingan dan
konseling. Langkah utama selanjutnya adalah bagaimana caranya untuk
merubah persepsi-persepsi kalangan tersebut agar sesuai hakikat bimbingan
dan konseling itu sendiri. Hal ini tentunya dengan cara pemberian materi
yang lebih baik kepada konselor agar para konselor benar-benar memahami
hakikat dari BK itu sendiri, yang kemudian ditindak lanjuti dengan sosialisasi
kepada masyarakat. Dan selian itu konselor agar bisa menjalankan peran dan
fungsinya sesuai dengan apa yang seharusnya.

13

DAFTAR PUSTAKA
Andi Mappiare AT. 2002. Pengantar Konseling dan Psikoterapi, Jakarta : Raja
Grafindo Persada
Jauhar. Mohammad. Sulistyarini. 2014. Dasar-Dasar Konseling : Panduan
Lengkap Memahami Prinsip-Prinsip Pelaksanaan Konseling. Jakarta :
Prestasi Pustakaraya.
Muslihati. 2013. Konselin Multibudaya dan Kompetensi Multibudaya Konselor.
Malang: Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Malang
Prayitno Dan Erman Amti ,2004, Dasar-Dasar Bimbingan Dan Konseling,
Jakarta : Rineke Cipta.
Rahmad Hidayat, 2010, Konsep Dasar Bimbingan Dan Konseling, Curup : Lp2
Stain Curup.
Sunayo Kartadinata. 2006. Layanan Bimbingan dan Konseling Sarat Nilai.
Pikiran Rakyat
Guru BK Jakarta. Wawancara problematika BK. Tanggal 30 Januari 2017
Guru BK Surabaya. Wawancara problematika BK. Tanggal 28 Januari 2017