JURNAL SKRIPSI MUSNAL 1010005600030 .pdf
PELAKSANAAN PEMUNGUTAN PAJAK PROGRESIF KENDARAAN
BERMOTOR DI KOTA PARIAMAN BERDASARKAN PERATURAN
DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 4 TAHUN 2011
TENTANG PAJAK DAERAH
(MUSNAL, 1010005600030, FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS
TAMANSISWA PADANG, 65 HALAMAN, TAHUN 2015).
ABSTRAK
Negara Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah propinsi dan daerah propinsi
terdiri atas daerah Kabupaten dan Kota. Daerah-daerah tersebut mempunyai hak
dan kewajiban mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahannya untuk
melaksanakan kemandirian dan mengurus urusan rumah tangganya, pemerintah
daerah memerlukan sumber pembiayaan. Sumber pendapatan daerah berasal dari
Pendapatan asli Daerah, Dana Perimbangan, dan lain-lain pendapatan daerah yang
sah. Pajak merupakan salah satu sumber Pendapatan Asli Daerah, setelah
diberlakukannya UU No.28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi
Daerah, Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) diterapkan tariff progresif. Tarif
Progresif dikenakan atas kepemilikan kendaraan bermotor lebih dari 1 (satu), dan
hal ini tidak sesuai dengan teori yang berkaitan dengan tarif dimana seharusnya
yang mempengaruhi besarnya tarif adalah dasar pengenaan dalam hal ini adalah
harga kendaraan bermotor. Berdasarkan hal tersebut maka penulis tertarik untuk
melakukan penelitian mengenai Pelaksanaan Pemungutan Pajak Progresif
Kendaraan Bermotor di Kota Pariaman berdasarkan Perda Propinsi Sumatera
Barat Nomor 4 Tahun 2011 Tentang Pajak Daerah, apa saja kendala yang ditemui
dan cara mengatasi. Penulisan skripsi ini menggunakan metode yuridis-sosiologis
yang bersifat deskriptif, yakni mengkaji dan melihat bagaimana suatu peraturan
perundang-undangan yang berlaku dikaitkan dengan fakta dilapangan berdasrkan
data primer dan sekunder yang diperoleh dari wawancara semi terstruktur dengan
pegawai UPTD P3 (Samsat) Kota Pariaman. Dari hasil penelitian diketahui bahwa
1) Penerapan Tarif Progresif pada prinsipnya berjalan sesuai dengan ketentuan
yang telah ditetapkan, dimana dilaksanakan melalui Kantor UPTD P3/Samsat
Kota Pariaman dengan membuat perencanaan penerimaan atau target. Realisasi
perencanaan atau target tersebut pada Kantor UPTD P3/ Samsat Kota Pariaman
terealisasi dengan baik. 2) Kendala-kendala yang terjadi dalam pelaksanaan
pembayaran pajak kendaraan bermotor pada Kantor UPTD P3/Samsat Kota
Pariaman pada dasarnya tidak mempengaruhi secara signifikan terhadap target
penerimaan yang telah direncanakan oleh Kantor UPTD P3/Samsat Kota
Pariaman, dimana kendala yang terjadi seperti: Identitas Pemilik, keakuratan data,
banyaknya objek tunggakan pajak kendaraan bermotor, dan data Super KPKB
yang kurang akurat.
i
I.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Negara Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah provinsi dan daerah
provinsi terdiri atas daerah kabupaten dan kota. Daerah-daerah tersebut
mempunyai hak dan kewajiban mengatur dan mengurus sendiri urusan
pemerintahannya, sesuai dengan ketentuan yang dirumuskan dalam pasal 18
Undang-Undang Dasar 1945 yang berbunyi “Pemerintah daerah provinsi, daerah
kabupaten, dan kota mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan
menurut azas otonomi dan tugas pembantuan”.
Dengan diberlakukannya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
pemerintahan daerah dan undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang
Pertimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah,
memberikan dampak yang sangat luas terhadap perkembangan pemerintahan di
daerah, hal ini dijelaskan pada bagian konsideran huruf (b) Undang-Undang
Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. Otonomi yang
diberikan kepada Pemerintahan Daerah merupakan otonomi yang luas, nyata dan
bertanggung jawab. Adanya pemberian otonomi daerah memberikan implikasi
timbulnya kewenangan dan kewajiban bagi daerah untuk melaksanakan berbagai
kegiatan lebih mandiri. Pengalihan, pembagian dan pemanfaatan sumber daya
alam, sumber daya manusia, serta kewenangan pemungutan jenis-jenis pajak
daerah didasarkan atas dasar prinsip keadilan berdasarkan kewenangan yang
diberikan kepada daerah.
Untuk melaksanakan kemandirian dan mengurus urusan rumah tangganya,
pemerintah daerah memerlukan sumber pembiayaan. Sumber pendapatan daerah
berasal dari pendapatan asli daerah (selanjutnya disingkat PAD), Dana
Perimbangan, dan lain-lain Pendapatan Daerah yang sah, sebagaimana yang telah
diatur dalam Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004.
Pajak daerah merupakan salah satu sumber pendanaan yang sangat penting
bagi daerah dalam rangka penyelenggaraan dan pembangunan daerah. Mengenai
pengaturan pajak daerah diatur dalam Undang-Undang Nomor 28 tahun 2009
tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (yang selanjutnya disingkat PDRD),
Pemerintah Provinsi Sumatera Barat membentuk Peraturan Daerah Provinsi
Sumatera Barat Nomor 4 Tahun 2011 tentang Pajak Daerah (selanjutnya disebut
perda pajak daerah) yang disesuaikan dengan Undang-Undang tersebut. Didalam
perda tersebut pajak daerah terdiri atas, pajak kendaraan bermotor, bea balik nama
kendaraan bermotor, dan pajak air permukaan.
Pajak kendaraan bermotor merupakan salah satu pajak provinsi, dimana
pajak yang terutang dipungut oleh wilayah kabupaten/kota tempat kendaraan
bermotor terdaftar, dikenakan untuk masa pajak 12 bulan berturut-turut, terhitung
mulai saat pendaftaran, dan dibayar sekaligus dimuka. Pasal 3 perda tentang pajak
daerah menjelaskan bahwa “Pajak kendaraan bermotor adalah pajak yang
dipungut atas kepemilikan dan/atau penguasaan atas kendaraan bermotor.”
UPTD P3 kota pariaman merupakan unsur pelaksana pemerintah provinsi
di daerah, dimana salah satu tugas pokoknya adalah melaksanakan kewenangan
desentralisasi di bidang pendapatan daerah. UPTD P3 dituntut untuk terus
1
mengupayakan pencapaian target dan peningkatan pendapatan secara
berkelanjutan guna mendukung peningkatan pendapatan asli daerah. Hasil
penerimaan pajak kendaraan bermotor kemudian disetor ke provinsi dan dari
provinsi kemudian dibagi hasilkan ke kabupaten/kota untuk peningkatan PAD.
Berdasarkan perumusan masalah diatas maka penulis tertarik untuk meneliti lebih
lanjut dengan mengambil judul :
“PELAKSANAAN PEMUNGUTAN PAJAK PROGRESIF KENDARAAN
BERMOTOR DI KOTA PARIAMANBERDASARKAN PERDA PROVINSI
SUMATERA BARATNOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK DAERAH”
B. Perumusan Masalah
1. Bagaimanakah pelaksanaan pemungutan pajak progresif di kota pariaman
berdasarkan peraturan daerah provinsi sumatera barat nomor 4 tahun 2011
tentang pajak daerah?
2. Apakah kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan pemungutan pajak
progresif kendaraan bermotor di kota pariaman?
3. Apakah upaya yang dilakukan untuk mengatasi kendala oleh kantor dalam
pelaksanaan pemungutan pajak progresif kendaraan bermotor di kota
pariaman?
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui pelaksanaan pemungutan pajak progresif terhadap
wajib pajak kendaraan bermotor di kota pariaman berdasarkan peraturan
daerah provinsi sumatera barat nomor 4 tahun 2011 tentang pajak daerah.
2. Untuk mengetahui apa kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan
pemungutan pajak progresif kendaraan bermotor terhadap wajib pajak
kendaraan bermotor di kota pariaman?
3. Untuk mengetahui bagaimana solusi yang dilakukan oleh kantor bersama
samsat kota pariaman guna mengatasi hambatan dalam pelaksanaan
pemungutan pajak progresif terhadap wajib pajak kendaraan bermotor.
D. Manfaat Penelitian
1. Secara Teoritis
untuk menambah wawasan bagi penulis di bidang ilmu hukum serta untuk
menambah perbendaharaan literature di bidang hukum khususnya
mengenai pelaksanaan pemungutan pajak progresif kendaraan bermotor di
kota pariaman berdasarkan perda provinsi sumatera barat nomor 4 tahun
2011.
2. Secara praktis
Manfaat praktis dari penelitian ini adalah untuk dijadikan bahan atau
sumber penulisan skripsi agar diperoleh hasil dan pembahasan yang sesuai
dengan rumusan masalah yang diangkat, sehingga dapat diajukan sebagai
syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Hukum pada Fakultas Hukum
Universitas Tamansiswa dan menyelesaikan pendidikan. Selain itu dapat
dimanfaatkan untuk menambah bahan perpustakaan dan masukanmasukan bagi pengembangan ilmu pengetahuan.
2
E. Metode Penelitian
Dalam melaksanakan penelitian digunakan beberapa metode untuk
memudahkan dalam mencari data dan informasi yang diperlukan. Sehingga
metode yang digunakan dalam penelitian ini, untuk mendapatkan data dan
informasi yang di perlukan mencakup :
1. Pendekatan Masalah
Pendekatan masalah yang digunakan adalah metode pendekatan yuridis
empiris yaitu melalui penelitian hukum kelapangan dengan melihat norma
hukum yang berlaku dan menghubungkan dengan fakta yang ada dalam
masyarakat sehubungan dengan permasalahan yang ditemui dalam penelitian.
2. Sifat Penelitian
Penelitian yang dilakukan bersifat deskriptif analisis. Secara deskriptif akan
dianalisis objek yang akan diteliti, dalam hal Pelaksanaan Pemungutan Pajak
Progresif Terhadap Wajib Pajak Kendaraan Bermotor di Kota Pariaman
Berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Barat Nomor 4 Tahun 2011
Tentang Pajak Daerah. Sedangkan secara analisis akan dilihat tanggung
jawab samsat dalam hal terjadinya tolakan pada pembayaran pajak Progresif.
3. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Kantor Bersama SAMSAT Kota Pariaman, Jenis
Data
1. Data Primer yaitu data yang diperoleh di lapangan (field research).
Dalam penelitian ini dengan cara meneliti pihak-pihak yang berkaitan
langsung dengan masalah yang diteliti, seperti mewawancarai petugas
atau pegawai kantor bersama SAMSAT kota Pariaman.
2. Data Sekunder yaitu data yang diperoleh melalui penelitian kepustakaan
(library research) yang terdiri dari :
1. Bahan hukum primer yaitu bahan hukum perundang-undangan, dalam
hal ini adalah Perda Provinsi Sumatera Barat Nomor 4 Tahun 2011
Tentang pajak daerah.
2. Bahan hukum sekunder yaitu karya ilmiah yang memberikan
penjelasan tentang bahan hukum primer seperti buku, dokumen atau
kasus yang dikumpulkan oleh lembaga atau badan yang terkait serta
bahan-bahan yang diperoleh dari tulisan-tulisan yang erat kaitannya
dengan masalah yang diteliti seperti buku, koran, majalah, dan
internet.
3. Bahan hukum tertier, yakni bahan yang memberikan petunjuk maupun
penjelasan terhadap bahan hukum primer dan sekunder contohnya
adalah kamus hukum.
4. Teknik Pengumpulan Data dan Alat Pengumpul
Sumber data dalam penelitian dapat dilakukan melalui :
1. Wawancara (interview).
Wawancara dilakukan untuk memperoleh data primer. Wawancara
dilakukan dengan semi terstruktur dengan membuat daftar pertanyaan.
Namun pertanyaan yang diajukan tidak selalu berpedoman pada daftar
pertanyaan yang dibuat sebelumnya. Wawancara dilakukan dengan kepala
Kantor Bersama SAMSAT Kota Pariaman. Pemilihan responden dipilih
3
berdasarkan pertimbangan subjektif dari penelitian, jadi dalam hal ini
penulis menentukan sendiri responden mana yang dianggap dapat
mewakili populasi dengan meneliti data-data yang ada di Kantor Bersama
SAMSAT Kota Pariaman.
2. Studi Dokumen dan Bahan Pustaka
pengumpulan data yang dilakukan melalui data tertulis dengan
menganalisis isi data tersebut. Dalam mengumpulkan data terlebih dahulu
dikumpulkan materi tertulis yang berhubungan dengan materi proposal.
Kemudian dipilih buku (literature) dan Peraturan Daerah Provinsi
Sumatera Barat Nomor 4 tahun 2011 tentang Pajak Daerah.
3. Data Dilapangan
Catatan terdiri atas dua bagian, yakni:
1. Deskripsi yaitu tentang apa yang sesungguhnya kita amati, yang
benar-benar terjadi menurut apa yang kita lihat, dengar dan amati
dengan alat indra.
2. Komentar, tafsiran, refleksi, pemikiran atau pandangan sesuatu yang
kita amati.
Deskripsi ialah uraian obyektif tentang apa yang sebenarnya terjadi
menurut apa yang kita lihat dan dengar, tanpa diwarnai oleh pandangan
atau tafsiran kita. Komentar adalah pandangan, penilaian, penafsiran
terhadap sesuatu.
4. Observasi
Observasi merupakan pengamatan lansung kelapangan guna memperoleh
data yang akurat, tentang Pelaksanaan pemungutan pajak progresif pada
Kantor Bersama SAMSAT Kota Pariaman.
5.
Pengolahan dan Analisis Data
a. Pengolahan data adalah data-data yang telah terkumpul diolah dengan
melakukan klasifikasi sesuai kategori masing-masing sehingga dapat
disajikan secara sistematis melalui proses dari data yang telah terkumpul
secara lengkap dan telah dicek kebenarannya lalu diproses melalui
langkah-langkah yang umum yakni:
1. Editing yaitu mengelompokkan data hasil penelitian dan menyeleksinya
beberapa kali sehingga tidak ada yang terlupakan, tujuannya adalah
untuk membetulkan semua data yang kurang jelas atau kurang lengkap.
2. Coding yaitu data yang sudah di edit, penulis akan memberi tanda atau
kode pada setiap data dengan tujuan untuk lebih memudahkan
menganalisa. Dan setelah data pengkodean terhadap semua data maka
dilakukan pengelompokan sesuai dengan bab dan sub bab.
b. Data yang telah diolah dianalisis secara yuridis kualitatif dan nantinya
akan di deskriptifkan dalam skripsi ini sehingga dipermudahkan para
pembaca untuk memahaminya.
4
II.
TINJAUAN TENTANG PAJAK KENDARAAN BERMOTOR (PKB)
A. Pengertian Pajak dan Pengaturan Tentang Pajak
Dalam undang-undang No.28 Tahun 2007 Tentang ketentuan Umum dan
Tata cara Perpajakan, pada paasal 1 butir 1 menegaskan, bahwa pajak adalah
kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh pribadi atau badan yang
bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan tidak mendapatkan
imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesarbesarnya kemakmuran rakyat.
Pemerintah daerah harus mampu meyediakan dana guna pembiayaan
penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan yang menjadi kewajiban
pemerintah daerah, dibiayai dari sumber Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah (APBD) yang menggambarkan kemampuan daerah dalam memobilisai
potensi keuangannya. Penerimaan dari penerimaan sumber daerah cukup besar
maka akan mengurangi ketergantungna daerah terhadap pemerintah pusat dan
dengan sendirinya akan meningkatkan pula pemberian pelayanan kepada anggota
masyarakat oleh pemerintah daerahnya.
Faktor utama yang dianggap cukup dominan dalam masalah keuangan
daerah adalah peranan Pendapatan Asli Daerah (PAD), karena merupakan salah
satu sumber penerimaan bagi daerah yang sangat diandalkan.
sesuai dengan Pasal 157 Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 jo Pasal
6 Undang-undang No.33 Tahun 2004 disebutkan bahwa sumber-sumber
pendapatan daerah terdiri dari:
a. Pendapatan Asli Daerah
Merupakan pendapatan yang diperoleh Daerah atas pungutan berdasarkan
Peraturan Daerah sesuai dengan Peraturan Perundang-Undangan, Seperti:
1. Hasil Pajak Daerah;
2. Hasil Retribusi Daerah;
3. Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang dipisahkan;
4. Lain-lain.
b. Dana Perimbangan
Merupakan Dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan
kepada Daerah untuk mendanai kebutuhan Daerah, dana perimbangan terbagi
tiga:
1. Dana Bagi Hasil
2. Dana Alokasi Umum
3. Dana Alokasi Khusus
c. Lain-lain Pendapatan Daerah yang Syah, sebagaimana diatur dala, pasal 164
ayat 1 Undang-Undang 32 Tahun 2004 “merupakan seluruh pendapatan
daerah selain pendapatan asli daerah dan dana perimbangan, yang meliputi
hibah, dana darurat, dan lain-lain pendapatan yang diatur daerah”
Berkaitan dengan pengaturan pajak, baik secara umum maupun pajak
daerah dan kaitannya dengan pajak progresif sebagaiman topik bahasan tulisan
ini, antara lain:
a. Undang-undang Nomor 24 Tahun 2004 tentang pemerintahan daerah;
5
b. Peraturan pemerintah Nomor 56 Tahun 2005 tentang pedoman penyusunan dan
Pelaksanaan standar pelayanan minimal.
c. Insruksi presiden No.7 Tahun 1999 tentang Akuntabilitas kinerja instansi
pemrintahan.
d. Instruksi presiden No.1 Tahun 1995 tentang perbaikan mutu pelayanan
Aparatur Pemerintahan Kepada Masyarakat.
e. Keputusan mentri pendayagunaan aparatur Negara No.63/KEP/M.PAN/2003
tentang pedoman umum penyelenggaraan pelayanan puplik.
f. Peraturan mentri dalam negeri No.7 Tahun 2006 tentang standarisai sarana dan
prasarana kerja pemerintah daerah.
g. Peraturan mentri dalam negeri No.24 Tahun 2006 tentang pedoman
penyelenggaraan pelayanan terpadu satu pintu.
h. Keputusan mentri pendayagunaan aparatur Negara Kep/25/M.PAN/2/2004
tentang pedoman umum penyusunan indeks kepuasan masyarakat unit
pelayanan instansi pemerintah.
i. Keputusan mentri pendayagunaan aparatur Negara No Kep/26/M.PAN/2/2004
tentang petunjuk teknis transparansi dan akuntabilitas dalam penyelenggaran
pelayanan pupil.
j. Surat keputusan bersama mentri pertahanan keamanan/panglima ABRI, mentri
keuangan dan mentri dalam negeri nomor Pol/KEP/13/XII/1976, Nomor
KEP.1693/MK/TU/12/1976 dan Nomor 311 Tahun 1976, tentang peningkatan
kerjasama antara pemerintah daerak tingkat I, KOmando daerah kepolisian dan
Aparat departemen keuangan dalam rangka peningkatan pelayanan kepada
masyarakat serta peningkatan pendapatan daerah khusus nya mengenai pajak
kendaraan bermotor.
k. Peraturan daerah Nomor 4 Tahun 2003 tentang pajak kendaraan bermotor dan
kendaraan diatas air.
l. Peraturan daerah nomor 5 tahun 2003 tentang bea balik nama kendaraan
bermotor dan kendaraan diatas air.
m. Peraturan daerah Provinsi sumatera barat No.4 Tahun 2011 tentang pajak
daerah.
n. Peraturan daerah Nomor 3 Tahun 1973 tentang pembentukan Dinas pendapatan
daerah.
o. Surat keputusan bersama direktur lalu lintas kepolisian daerah sumatera barat
dan kepala dinaspendapatan daerah Provinsi sumatera barat dan kepala cabang
jasa raharja (PERSERO) sumatera barat Nomor: B/24/I/2006/DITLANTAS/per
Nomor: 973/043/PAJAK-2006/ Nomor:P/1/SPP/2006, tanggal 24 Januari 2006,
tentang standar pelayanan Minimal penerbitan STNK, pembayaran pajak
kendaraan bermotor (PKB), Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor (BBNKB),
dan sumbangan Wajib Dana kecelakaan Lalu Lintas Jalan (SWDKLLJ), pada
kantor bersama SAMSAT di Sumatera Barat.
B. Macam-macam Pajak
pajak dapat ditinjau dari segi kewenangan pemungutannya terdiri atas dua
(2) macam:
1. Pajak Pusat
6
Pajak pusat merupakan pajak yang menjadi kewenangan pemungutannya oleh
pemerintah pusat. Pajak pusat tersebut, seperti Pajak Penghasilan (PPh), Pajak
Pertambahan Nilai Barang dan Jasa Pajak atas Penjualan Barang Mewah (PPN
dan PPn BM),Pajak Bumi Bangunan (PBB), Bea Materai, Cukai, Bea
Perolehan Hak atas Tanah dan atau Bangunan (BPHTB).
2. Pajak Daerah
Pajak daerah merupakan pajak yang menjadi kewenangan pemungutan oleh
pemerintahan daerah. Pajak ini juga terbagi atas 2 (dua) bagian yakni pajak
daerah tingkat Provinsi dan pajak daerah kabupaten/Kota. Pajak Provinsi antara
lain Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) dan Kendaraan diatas air, bea Balik
Nama Kendaraan Bermotor (BBN-KBm) dan kendaraan diatas air dan lainlain. Sedangkan yang termasuk dalam pajak daerah Kabupaten/Kota, seperti
pajak hiburan, pajak restoran, pajak reklame, pajak hotel, pajak penerangan
jalan, dan lain-lain.
Jika dilihat dari segi administrasif yuridisnya, antara lain :
1. Pajak Langsung
Pajak langsung merupakan pajak yang dipungut secara periodic, artinya, pajak
tersebut dipungut secara berulang-ulang, tidak hanya satu kali pumgut saja,
dengan menggunakan penetapan sebagai dasar nya yang kohir. Jika dilihat dari
segi ekonomis apabila beban pajak tidak dapat dilimpahkan kepada pihak lain,
jadi dalam hal ini antara pihak yang dikenai kewajiban atau ditetapkan untuk
membayar pajak dengan pihak yang benar-benar memikul beban pajak,
merupakan pihak yang sama. Contohnya adalah pajak penghasilan (PPh).
2. Pajak Tidak Langsung
Jenis pajak ini dari segi yuridisnya yakni pajak yang dipungut secara incidental
atau tidak berulang-ulang dan tidak menggunakan kohir. Jadi pajak tidak
langsung hanya dipungut sesekali ketika terpenuhi tujuan tertentu seperti yang
dikehendaki oleh ketentuan undang-undang. Dari segi ekonomisnya, apabila
pihak wajib pajak dapat mengalihkan beban wajib pajaknya kepada pihak lain
atau dengan kata lain antara mereka yang wajib pajak dengan yang benar-benar
memikul beban pajak itu merupakan pihak yang berbeda. Seperti Pajak
Pertambahan Nilai (PPN). Demikian juga pajak dapat dibedakan atas titik
tol;ak pemungutannya, yang dibedakan atas 2 (dua) jenis yakni :
1) Pajak Subyektif
Adalah pajak yang penggenaannya berpangkal pada diri orang atau badan
yang dikenai pajak (Wajib Pajak). Pajak subyektif dimulai dengan
menetapkan orangnya baru kemudian dicari syarat-syarat obyektifnya.
Contohnya adalah Pajak Penghasilan (PPh).
2) Pajak Obyektif
Adalah pajak yang pengenaanya berpangkal pada obyek yang dikenai
pajak, dan untuk mengenakan pajakanya harus dicari subyeknya.
Contohnya Pajak Pertambahan Nilai (PPN).
C. Sistem Dalam Pemungutan Pajak
Sistem dalam pemungutan pajak tersebut menurut R.Handoyo, dibagi
atas 3 (tiga) yaitu :
7
1. Official Assesment Sistem
Adalah suatu sisitem pemungutan pajak yang member wewenang kepada
pemerintah (fiskus) untuk menentukan besarnya pajak yang terutang.
Cirri-ciri official assessment system: wewenang untuk menentukan
beasarnya pajak terutang berada pada fiskus, dimana wajib pajak bersifat
pasif, utang pajak timbul setelah dikeluarkan surat ketetapan pajak oleh
fiskus.
2. Self Assesment Sistem
Dari asal katanya self assessment terdiri dari kata self yang artinya sendiri
dan asses yang artinya menilai, menghitung, menaksir, dengan demekian
self assessment berarti menghitung sendiri dalam hal ini adalah kewajiban
perpajakannya, sedangkan self assessment system adalah suatu system
pemungutan pajak yang memberi wewenang, kepercayaan, tanggung
jawab kepada wajib pajak untuk menghitung, memperhitungkan,
membayar dan melaporkan sendiri besarnya pajak yang harus dibayar
sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.
3. Withholding Tax Sistem
Adalah suatu system pemungutan pajak yang member wewenang dan
kewawjiban kepada pihak ketiga untuk memotong atau memungut
besarnya pajak yang terutang oleh wajib pajak. Hal ini tergambar dari
ketentuan tentang pajak itu sendiri, dalam redaksionalnya menegaskan,
bahwa “setiap waib pajak wajib membayar pajak yang terutang
berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan, dengan
tidak menggantungkan pada adanya Surat ketentuan pajak. Hal itu
ditegaskan dalam beberapa ketentuan undang – undang pajak NO. 28
Tahun 2007, seperti pasal 4 ayat ( 2 ) ,Pasal 21 dan beberapa ketentuan
lain nya .
D. Pajak Kendaraan Bermotor sebagai Sumber Pendapatan Asli Daerah
dan Tinjauan Tentang Pajak Kendaraan Bermotor (PKB)
1. Pengertian dan pengaturan pendapatan asli daerah
Pendapatan Asli Daerah selanjutnya disebut PAD adalah pendapatan
yang diperoleh dari sumber-sumber pendapatan yang potensial didaerah
dan dikelola sendiri oleh Pemerintah Daerah.
2. Sumber-sumber pendapatan daerah
sumber pendapat daerah terdiri atas:
1. Pendapat asli daerah (PAD), yaitu:
a. Hasil pajak daerah;
b. Hasil retribusi daerah;
c. Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan; dan
d. lain – lain PAD yang sah.
2. Dana perimbangan, merupakan dana yang bersumber dari
Pendapatan APBN yang di alokasikan kepada Daerah untuk
mendanai kebutuhan Daerah, dana perimbangan terbagi tiga yakni:
1. Dana Bagi hasil
2. Dana Alokasi Umum
8
3. Dana Alokasi Khusus
3. Lain – lain pendapatan, sebagaimana yang diatur dalam pasal 164
ayat 1 Undang-Undang 32 Tahun 2004 “merupakan seluruh
pendapatan daerah selain Pendapatan Asli Daerah dan dana
Perimbangan yang meliputi hibah, dana darurat, dan lain-lain
Pendapatan yang diatur pemerintah”
sumber pendapatan daerah yang menjadi tugas dan kewenangannya dari
UPTD P3/SAMSAT adalah :
a. Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) Diatur Berdasarkan Peraturan
Daerah Nomor 4 Tahun 2003 Tentang Pajak Kendaraan Bermotor
Dan Kendaraan Diatas Air Yang Telah Diganti Dengan Keluarnya
Praturan Daerah Provinsi Sumatera Barat No.4 Tahun 2011 Tentang
Pajak Daerah.
b. Bea balik nama kendaraan bermotor (BBNKB) diatur berdasarkan
Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun 2003 Tentang Bea Balik Nama
Kendaraan Bermotor Dan Kendaraan Diatas Air.
c. Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan Air Bawah Tanah Dan Air
Permukaan, Diatur Berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun
2002.
d. Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor (PBBKB).
e. Pajak alat-alat berat dan alat-alat besar.
f. Pajak Kendaraan Diatas Air Diatur Berdasarkan Peraturan Daerah
Nomor 4 Tahun 2003 Tentang Pajak Kendaraan Bermotor.
E. Tinjauan Umum Lokasi Penelitian
Kantor Bersama SAMSAT Kota Pariaman terletak di Kampung Jawa II,
Kecamatan Pariaman Tengah, Kota Pariaman. Kantor Bersama SAMSAT Kota
Pariaman merupakan sebuah instansi yang bertugas dan berwenang untuk
melakukan pemungutan Pajak Kendaraan Bermotor (PKB), selain itu Kantor
bersama SAMSAT Kota Pariaman merupakan wadah yang melaksanakan tugas
secara bersama 3 Instansi Yaitu Dinas Pengeloanlaan Keuangan Daerah Provinsi
(DPKD), Kepolisian Repuplik Indonesia (POLRI), dan PT. Jasa Raharja
(PERSERO) untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat dalam memenuhi
kewajiban dalam bidang pendaftaran kendaraan bermotor, pembayaran pajak
kendaraan bermotor (PKB), Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor (BBNKB),
Serta Sumbangan Wajib Dana Kecelakaan Lalu Lintas Jalan (SWDKLLJ).
Untuk kelancaran jalannya pelaksanaan tugas pokok dan fungsi serta tugas-tugas
lainnya tersebut dibentuk pula susunan organisasinya, susunan organisasi UPTD
P3/Samsat Kota Pariaman :
1.
2.
3.
4.
Kepala UPTD P3
KASUBAG Tata Usaha
KASI Penetapan
KASI Penagihan
9
III. PELAKSANAAN PEMUNGUTAN PAJAK PROGRESIF
KENDARAAN BERMOTOR DI KOTA PARIAMAN
BERDASARKAN PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA
BARAT NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK DAERAH
A. Pelaksanaan Pemungutan Pajak Progresif di Kota Pariaman
Berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Barat Nomor 4
Tahun 2011 Tentang Pajak Daerah
a. Dasar Hukum Pembentukan UPTD Pelayanan Pendapatan Provinsi di
Kota Pariaman (SAMSAT Kota Pariaman)
UPTD P3 Pelayanan Pendapatan Provinsi di Kota Pariaman (SAMSAT
Kota Pariaman) pertama kali diatur dengan Peraturan Daerah Sumatera Barat
No.3 Tahun 2003, yang mempedomani keputusan bersama mentri
pendayagunaan aparatur negara dan mentri dalam negeri No
01/SKB/M.PAN/4/2003, No 17 Tahun 2003 Tentang Petunjuk Pelaksana
Peraturan Pemerintah No 8 Tahun 2003 Tentang Pedoman Organisasi Perangkat
Daerah.
Dengan berlakunya Undang-undang no 32 tahun 2004 tentang
pemerintah daerah dan undang-undang no 33 tahun 2004 tentang perimbangn
keuangan pemerintah pusat dan daerah, memberikan peluang serta tantangan
bagi daerah untuk lebih eksis dalam pembangunan daerah dengan berpajak pada
prinsip demokrasi, partisipasi, dan peran serta masyarakat melalui pememfaatan
sumber daya dan keanekaragaman potensi sesuai dengan kondisi daerah yang
bersangkutan.
b. Tugas Pokok dan Fungsi UPTD Pelayanan Pendapatan Provinsi di
Kota Pariaman (SAMSAT Kota Pariaman)
1. Tugas Pokok
Dinas Pengelolaan Keuangan Daerah (DKPD) Sumatera Barat
mempunyai tugas untuk melaksanakan kewenangan Otonomi Daerah
dalam rangka pelaksanaan dibidang Pendapatan Daerah untuk
menyelenggarakan urusan rumah tangganya.
2. Fungsi.
Untuk menyelengarakn tugas sebagaimana dimaksud, Dinas Pengelolaan
Keunagan Daerah (DKPD) Sumatera Barat mempunyai fungsi sebagai
berikut :
a. Membantu Bupati dalam bidang pengelolaan pendapatan daerah.
b. Mengkoordinir pengelolaan sumber-sumber pendapatan daerah.
c. Menggali, menggembangkan dan meningkatkan pendapatan daerah.
d. Menyusun strategi kebijakan peningkatan pendapatan daerah.
e. Melaksanakan pembinaan teknis terhadap Dinas/ Perangkat Daerah
penagih pendapatan daerah.
f. Menyebarluaskan kebijakan daerah-daerah dalam pendapatan.
g. Menyusun rencana penerimaan dan pinjaman daerah.
h. Mengumpulkan, mempersiapkan dan mengakurasikan data sumbersumber pendapatan daerah.
10
i. Mengumpulkan dan mengelola data sumber-sumber pendapatan
lainnya diluar Pendapatan Asli Daerah.
j. Membuat surat teguran kepada Dinas/Perangkat Daerah
Pengelola/Pelaksana penagihan pendapatan daerah yang belum
mencapai tahap target daerah.
k. Mengupayakan Pendapatan Daerah dari Dana Perimbangan.
l. Memberikan pertimbangan kepada Bupati tentang keberatan wajib
pajak atas surat penetapan pajak daerah dan surat ketetapan retribusi
daerah (SKPD).
m. Melaksanakan tugas-tugas lainnya yang diserahkan Kepala Daerah
berdasarkan tugas pokok sesuai dengan tugasnya.
c. Target dan Realisasi Penerimaan Pajak Kendaraan Bermotor di UPTD
P3 (SAMSAT) Kota Pariaman
Berikut adalah realisasi Pajak Kendaraan Bemotor di UPTD Kota Pariaman :
Tabel 1
Target dan Realisasi Pungutan PKB di UPTD P3 (SAMSAT) Kota Pariaman
Tahun 2013
PKB
BULAN
JANUARI
FEBRUARI
MARET
APRIL
MEI
JUNI
JULI
AGUSTUS
SEPTEMBER
OKTOBER
NOVEMBER
DESEMBER
JUMLAH
UNIT
2.322
2.131
2.313
1.114
2.54
2.53
2.53
2.555
2.548
2.543
2.543
2.552
28.221
TARGET
RUPIAH
Rp 680,000,000
Rp 630,000,000
Rp 655,000,000
Rp 705,000,000
Rp 688,924,000
Rp 665,000,000
Rp 700,000,000
Rp 705,000,000
Rp 730,000,000
Rp 700,000,000
Rp 700,000,000
Rp 700,000,000
Rp 8,258,924,000
UNIT
2.202
2.119
2.342
2.436
2.269
1.801
2.211
1.987
2.369
2.391
2.357
2.396
26.880
BBNKB
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
REALISASI
RUPIAH
684,568,700
661,570,550
699,525,400
732,305,250
670,074,750
572,024,500
687,326,250
629,320,900
663,159,600
717,298,200
783,419,100
813,522,950
8,314,116,150
%
100.67
105.01
106.80
103.87
97.26
86.02
98.19
89.27
90.84
102.47
111.92
116.22
100.71
UNIT
46
38
43
49
39
39
39
43
39
38
40
40
493
TARGET
RUPIAH
Rp 12,078,800
Rp 11,260,700
Rp
9,498,500
Rp 14,134,100
Rp 10,510,200
Rp 14,328,600
Rp
7,759,300
Rp
9,182,200
Rp 11,594,200
Rp 13,519,600
Rp 11,003,500
Rp 14,375,300
Rp 139,245,000
UNIT
85
64
64
54
57
38
60
48
56
50
38
41
655
REALISASI
RUPIAH
Rp 13,921,700
Rp 14,162,000
Rp 11,264,350
Rp 14,134,150
Rp 11,937,000
Rp 7,607,250
Rp 12,654,000
Rp 11,186,150
Rp 14,047,250
Rp 7,934,850
Rp 6,182,000
Rp 7,629,000
Rp 132,659,700
%
115.26
125.76
118.59
100
113.58
53.09
163.08
121.82
121.39
58.69
56.18
53.07
100.04
Sumber : UPTD P3 SAMSAT Kota Pariaman
Tabel 2
Target dan Realisasi Pungutan PKB di UPTD P3 (SAMSAT) Kota Pariaman
Tahun 2014
PKB
BULAN
JANUARI
FEBRUARI
MARET
APRIL
MEI
JUNI
JULI
AGUSTUS
SEPTEMBER
OKTOBER
NOVEMBER
DESEMBER
JUMLAH
UNIT
2.375
2.206
2.114
2.419
2.432
2.249
2.46
2.426
2.47
2.303
2.314
2.307
28.075
TARGET
RUPIAH
Rp 723,417,000
Rp 671,920,000
Rp 643,854,000
Rp 736,930,000
Rp 740,961,000
Rp 685,148,000
Rp 749,234,000
Rp 739,065,000
Rp 752,517,000
Rp 701,577,000
Rp 704,943,000
Rp 702,544,000
Rp 8,552,110,000
UNIT
2.218
2.231
2.324
2.294
2.111
1.907
1.850
2.342
2.359
2.457
2.175
2.594
26.862
BBNKB
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
REALISASI
RUPIAH
729,589,100
749,119,300
792,371,950
737,100,950
710,232,750
721,341,200
633,542,700
770,350,000
783,385,350
839,510,950
797,778,750
915,964,700
9,180,287,700
%
100.85
110.89
123.07
100.02
95.85
105.28
84.56
104.23
104.10
119.66
113.17
130.38
107.67
UNIT
56
51
54
55
54
55
60
59
59
50
50
52
655
TARGET
RUPIAH
Rp 11,371,000
Rp 10,376,000
Rp 11,026,000
Rp 11,053,000
Rp 11,013,000
Rp 11,079,000
Rp 12,114,000
Rp 11,982,000
Rp 11,982,000
Rp 10,204,000
Rp 10,137,000
Rp 10,350,000
Rp 132,687,000
UNIT
60
56
45
53
32
31
29
53
54
54
46
57
570
REALISASI
RUPIAH
Rp 13,918,000
Rp 15,743,000
Rp 37,602,000
Rp 15,059,800
Rp 9,865,000
Rp 8,307,000
Rp 5,838,000
Rp 12,621,000
Rp 11,105,250
Rp 15,517,700
Rp 10,672,000
Rp 12,916,000
Rp 169,164,750
%
122.4
151.73
341.03
136.25
89.58
74.98
48.19
105.33
92.68
152.07
105.28
124.79
128.69
Sumber : UPTD P3 SAMSAT Kota Pariaman
11
Tabel 3
Realisasi Pungutan Pajak Progresif di UPTD P3 (SAMSAT) Kota Pariaman
Tahun 2013-2014
BULAN
JANUARI
FEBRUARI
MARET
APRIL
MEI
JUNI
JULI
AGUSTUS
SEPTEMBER
OKTOBER
NOVEMBER
DESEMBER
JUMLAH
PENERIMAAN PROGRESIF
TAHUN 2013
TAHUN 2014
Rp
7,577,500
Rp
12,073,600
Rp
10,983,850
Rp
11,410,000
Rp
12,180,100
Rp
18,080,250
Rp
14,514,000
Rp
13,539,100
Rp
12,423,500
Rp
13,450,000
Rp
9,914,700
Rp
13,074,800
Rp
12,495,350
Rp
11,214,000
Rp
11,936,000
Rp
13,647,500
Rp
15,165,700
Rp
14,677,450
Rp
17,257,000
Rp
17,839,000
Rp
10,533,450
Rp
8,598,000
Rp
17,421,300
Rp
13,805,500
Rp 152,402,450
Rp
161,409,200
Sumber : UPTD P3/ Samsat Kota Pariaman
Dari tabel 1 dan Tabel 2 diatas dapat kita lihat bahwa pajak kendaraan bermotor
terus mengalami peningkatan setiap tahunnya, dan selalu mencapai target yang
telah ditentukan dalam anggaran. Seperti pada tahun 2013 dimana target PKB
sebesar Rp.8,258,924,000 sedangkan realisasi pada tahun 2013 tersebut adalah
sebesar Rp.8,314,116,150 dan melebihi target sebesar 0.99%. pada tahun 2014
pun realisasi PKB melebihi target, yang mana target penerimaan pajak progresif
pada tahun tersebut adalah Rp.8,552,110,000 sedangkan realisasi yang didapat
adalah Rp.9,180,287,700 yang melebihi target sebesar 0,931%.
Untuk penerimaan Pelaksanaan tarif progresif kendaraan bermotor pada UPTD
P3/samsat kota pariaman dapat dilihat pada Tabel 3, pada tahun 2013 sebesar
Rp.152,402,450 dan Tahun 2014 sebesar Rp.161,409,200 mengalami peningkatan
sebesar 0,9%
d. Pelaksanaan Pembayaran Pajak Kendaraan Bermotor di Kota Pariaman
Pada dasarnya pelaksanaan pemungutan Pajak Kendaraan Bermotor,
disesuaikan dengan standar pelayanan pada UPTD P3 kota pariaman/samsat di
provinsi sumatera barat yang harus disesuiakan dengan prosedur pelayanannya
dalam garis kebijkan pemerintah provinsi sumatera barat.
Secara umum dapat dikemukakan bahwa prosedur standar yang dilakukan
oleh wajib pajak adalah, pada saat jatuh tempo masa pembayaran pajak kendaraan
bermotor sebagimana tertera dalam notice pajak/STNK, wajib pajak diminta
untuk memenuhi kewajibannya membayar pajak kendaraan bermotor. Dalam
proses pembayaran Pajak Kendaraan Bermotor (PKB), pengesahan STNK dapat
diselesaikan dalam waktu kurang dari satu jam sejak saat pendaftaran/penyerahan
berkas permohonan. Pajak kendaraan bermotor itu sendiri dibayar setiap setahun
sekali sedangkan STNK berlaku untuk 5 (lima) tahun tetapi setiap tahun dilakukan
pengesahan bersamaan pada saat pembayaran PKB.
persyaratan yang harus dibawa pada saat pembayara PKB yang bersamaan
dengan pengesahan STNK di UPTD P3/Samsat adalah, STNK asli, identitas
pemilik dan foto kopi BPKB. Setelah persyaratan lengkap, wajib pajak
12
menyerahkan berkas tersebut pada bagian pendaftaran untuk kemudian dilakukan
penetapan atas besarnya pajak terhutang.
Sejalan dengan itu, pada KASI penagihan PKB, bahwa yang bertanggung jawab
atas pembayaran PKB adalah :
a. Untuk orang pribadi adalah orang yang bersangkutan atau kuasanya atau ahli
warisnya
b. Untuk badan adalah pengurus atau kuasanya. Tahun dan saat pajak terutang :
1. Masa pajak atau tahun pajak untuk PKB adalah jangka waktu 12 (dua
belas) bulan atau berturut-turut, mulai saat pendaftaran kendaraan
bermotor.
2. Kewajiban yang terakhir sebelum 12 bulan, besarnya pajak terutang
dihitung berdasarkan jumlah bulan berjalan. Sedangkan bagian bulan yang
melebihi 15 hari dihitung berdasarkan bulan penuh.
3. Saat pajak terutang adalah saat terjadinya penyerahan kendaraan bermotor
atau penerbitan Surat Ketetapan Pajak Daerah (SKPD).
Dari hasil penelitian diperoleh penjelasan pada seksi penetapan
penerimaan, diperoleh penjelasan bahwa tata cara pendaftaran untuk dapat
melaksanakan penghiutngan besarnya PKB harus dilakukan pendafataran terhadap
objek pajak, yaitu dengan cara sebagai berikut :
1. Setiap wajib pajak harus mengisi surat pendaftaran dan pendataan kendaraan
bermotor (SPPKB) dengan jelas, lengkap dan benar sesuai dengan identitas
kendaraan bermotor dan wajib pajak yang bersanngkutan serta di tandatangani
oleh wajib pajak kusanya.
2. Surat pendaftataran dan pendataraan kendaran bermotor (SPPKB) harus di.
Sampaikan selambat lambatnya 14 hari sejak saat kepemilikan dan atu
penguasaan, untuk kendaraan bermotor baru. Sampai dengan tanggal berakhir
nya masa pajak bagi kendaraan bermotor lama. Dalam pada itu, mengenai surat
keterangan fiskal, jangka waktu nya adalah 30 hari sejak tanggal surat
keterangan fiskal antar daerah, bagi kendaraan bermotor pindah dari luar
daerah (mutasi masuk).
3. Apabila terjadi perubahan atas kendaraan bermotor dalam masa pajak, baik
perubahan bentuk, fungsi maupun penggantian mesin suatu kendaraan
bermotor, wajib dilaporkan dengan menggunakan SPPKB.
4. Penetapan pajak kendaraan bermotor
Setelah diketahui dengan jelas dan pasti obyek dan subyek PKB berdasar
SPPKB, kemudian diterbitkan Surat Ketetapan Pajak Daerah (SKPD) yang
merupakan pemberitahuan ketetapan besarnya pajak yang terhutang.
5. Pembayaran Pajak Kendaraan Bermotor :
1. Pembayaran atas PKB harus dilunasi sekaligus dimuka untuk 12 bulan.
2. Pajak dilunasi selambat-lambatnya 1 (satu) bulan sejak diterbitkannya
SKPD.
3. Kepada wajib pajak yang telah membayar lunas pajaknya diberi tanda
pelunasan pajak.
13
e.
Tarif Pajak Progresif kendaraan Bermotor di UPTD P3/SAMSAT Kota
Pariaman
Tarif adalah suatu persentase tertentu yang telah diatur oleh UndangUndang Tarif Progresif merupakan tarif yang persentasenya meningkat seiring
dengan peningkatan dasar pengenaan pajaknya. Dalam Pasal 6 (1) Peraturan
Gubernur Sumatera Barat Nomor 56 Tahun 2011 tentang Pelaksanaan
Pemungutan Pajak Kendaraan Bermotor dan Bea Balik Nama Kendaraan
bermotor dikatakan bahwa dasar pengenaan PKB adalah nilai jual kendaraan
bermotor. Dasar pengenaan terdiri atas dua unsur utama yakni :
1) Nilai Jual
Unsur nilai jual diperoleh berdasarkan harga pasaran umum (harga ratarata yang diperoleh dari berbagai sumber data), seperti agen tunggal pemegang
merek, asosiasi penjual kendaraan bermotor atau suatu kendaraan bermotor, harga
pasaran umum minggu pertama Bulan Desember tahun pajak sebelumnya. Jika
tidak diketahui nilai jualnya ditentukan oleh factor-faktor berikut :
a.
b.
c.
d.
Isi silinder dan/atau satuan daya
Penggunaan
Jenis
Merek tahun pembuatan berat total dan banyaknya penumpang yang
diizinkan
e. Dokumen impor untuk jenis kendaraan bermotor tertentu
2) Bobot
Unsur bobot adalah unsur yang mencerminkan secara relative kadar
kerusakan jalan dan pencemaran lingkungan yang diakibatkan oleh penggunaan
kendaraan bermotor, bobot dinyatakan sebagai koefisien tertentu, koefisien bobot
sama dengan 1 (satu), berarti kendaraan bermotor tersebut membawa pengaruh
terhadap kerusakan jalan dan pencemaran lingkungan.
Bobot dihitung berdasarkan faktor-faktor berikut :
a. Tekanan Ganda yang dibedakan atas jumlah sumbu/as, roda dan berat
kendaraan bermotor.
b. Jenis bahan bakar kendaraan bermotor yang dibedakan menurut solar,
bensin, gas, listrik, tenaga surya, atau jenios bahan bakar lainnya.
c. Jenis, penggunaan, tahun pembuatan, dan cirri-ciri mesin kendaraan
bermotor, yang dibedakan berdasarkan jenis mesin 2 tak atau 4 tak dan isi
silinder.
Untuk memudahkan dasar pengenaan dinyatakan dalam suatu tabel yang
ditetapkan oleh Menteri Dalam Negri dengan pertimbangan Menteri Keuangan,
besaran tarif PKB sebelum berlakunya Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009
tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (PDRD) dibagi atas 3 bagian yaitu :
a. 1,5% untuk bukan umum
b. 1% untuk umum, dan
c. 0,5% untuk alat-alat berat dan alat-alat besar
14
Penghitungan PKB pada Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000 tentang
perubahan atas Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan
Retribusi Daerah, telah sesuai dengan teori Tentang Hukum Pajak, karena yang
menjadi dasar pengenaan pajak adalah harga kendaraan.
Setelah diberlakukannya Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang
Pajak Daerah dan Retribusi Daerah menggantikan Undang-Undang Nomor 34
Tahun 2000 tentang perubahan atas Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1997
tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, Tarif Progresif pun diberlakukan
untuk Pajak Kendaraan Bermotor.
Dalam pasal 6 ayat 1 Peraturan Gubernur Sumatera Barat Nomor 56
Tahun 2011 tentang pelaksanaan pemungutan Pajak Kendaraan Bermotor dan Bea
Balik Nama Kendaraan Bermotor dikatakan bahwa dasar pengenaan PKB adalah
Nilai Jual Kendaraan bermotor, tapi pada pasal 7 PerGub tersebut dikatakan
bahwa Pajak Progresif dikenakan atas kepemilikan kendaraan bermotor pribadi
kedua dan seterusnya. Pasal Peraturan Gubernur tersebut menentukan besar
persentase atas pemungutan pajak atas kendaraan bermotor, yaitu:
1. Untuk kepemilikan kendaraan bermotor pertama sebesar 1,5%
2. Untuk kepemilikan kendaraan nermotor kedua dan selanjutnya
ditetapkan secara progresif yaitu :
a. Kendaraan kepemilika kedua sebesar 2%
b. Ketiga sebesar 2,5%
c. Keempat sebesar 3%
d. Kelima dan seterusnya sebesar 3,5%.
B. Kendala-Kendala yang Ditemui Dalam Pelaksanaan Tarif Pajak
Progresif di UPTD P3/Samsat Kota Pariaman.
Terdapat beberapa kendala yang ditemui dalam Pelaksanaan tarif progresif
dalam pemungutan PKB di UPTD P3/Samsat Kota Pariaman, faktor kendala
tersebut ada yang berasal dari Intern dan Ekstern :
1. Kendala Intern yaitu kendala yang berasal dari dalam UPTD P3
a. Kurangnya Sumber Daya Manusia (SDM) pada UPTD P3/Samsat
Kota Pariaman yang dibutuhkan dalam pelaksanaan proses
pemungutan pajak kendaraan bermotor.
b. Kurangnya pelatihan atau seminar serta pembekalan yang diberikan
kepada pegawai UPTD P3/Samsat Kota Pariaman sehubungan
dengan peningkatan kinerja sehingga kinerja yang diberikan belum
maksimal.
2. Kendala Ekstern yaitu kendala yang berasal dari luar UPTD P3/Samsat:
a. Menurut Peraturan Daerah Provinsi No. 4 Tahun 2011 yang
dikenakan Pajak Progresif didasarkan atas nama dan/atau alamat
yang sama. Nama dan/atau Alamat yang sama sebagaimana yang
dimaksud didasarkan atas kepemilikan kendaraan bermotor dalam 1
15
(satu) keluarga yang dibuktikan dalam satu susunan Kartu Keluarga
yang diterbitkan oleh instansi berwenang.
Pada kantor UPTD P3/Samsat Kota Pariaman, kepemilikan
kendaraan bermotor didasarkan atas Nama dan Alamat yang sama
karena yang lainnya belum efektif, dikarenakan ada kendala dalam
pendataan disebabkan alamat rumah yang tidak memiliki Nomor
Rumah khususnya di Kota Pariaman banyak sekali Rumah-rumah
tertanggung pajak tidak memiliki nomor.
b.
c.
Kurangnya pengetahuan masyarakat tentang Pelaksanaan tarif
progresif pada PKB, sehingga banyak wajib pajak pada saat akan
membayar pajak protes atas mahalnya PKB yang harus dibayarkan.
Dalam hal kendaraan yang diperjualbelikan apabila kendaraan
tersebut belum dibalik namakan maka sipenjual atau sipembeli pun
masih dikenakan tarif progresif pada saat menbayar PKB,
kebanyakan masyarakat masih meminjam KTP (Kartu Tanda
Penduduk) pemilik sebelumnya untuk melakukan pembayaran PKB
sehingga tarif pajak yang dikenakanpun menjadi tinggi dan tentunya
pajak yang dibayarkan menjadi bertambah, hal ini dikarenakan
masyarakat yang kurang mengetahui dan memahami tentang tarif
pajak progresif.
C. Upaya untuk Mengatasi Kendala-Kendala Pelaksanaan Tarif Pajak
Progresif di UPTD P3/Samsat Kota Pariaman
Untuk mengatasi kendala-kendala diatas, maka UPTD P3/Samsat Kota
Pariaman melakukan beberapa usaha, yakni :
1. Menyangkut kendala Intern yang terjadi di UPTD P3/Samsat Kota
Pariaman.
Dengan memberikan pelatihan, seminar ataupun studi banding untuk
Pegawai/Karyawan UPTD P3/Samsat Kota Pariaman untuk
memperbaiki kualitas SDM dan menambah ilmu pengetahuan dan
teknologi bagi Pegawai/Karyawan dalam rangka peningkatan kinerja
kerja untuk memberikan pelayanan yang lebih baik pada masyarakat
wajib pajak.
2. Terkait kendala ekstern
1. DPKD sebagai koordinator dan hanya menerima laporan realisasi
pajak secara keseluruhan, sementara operasionalnya ada dimasingmasing UPTD sudah seyogya nya Pelaksanaan sistim E-KTP sudah
dapat dimamfaatkan dan terealisasi bukan hanya di UPTD
P3/Samsat Kota Pariaman guna untuk sistim pendataan yang akurat
sehingga tidak ada lagi kerancuan dalan hal untuk keakuratan dan
keabsahan data pribadi masing-masing wajib pajak yang
tertanggung kewajibannya masing-masing.
2. Megenai ketidaktahuan masyarakat mengenai Pelaksanaan tarif
progresif pada pemungutan PKB, pemerintah melakukan upaya-
16
upaya sosialisasi mengenai tarif progresif pada PKB kepada
masyarakat.
3. Untuk kendaraan yang di perjual-belikan hendaknya dilakukan
proses balik nama untuk menghindari terkena tarif progresif.
IV. PENUTUP
A. Kesimpulan
Ada beberapa hal yang dapat disimpulkan dari hasil penelitian dan
pembahasan tersebut, antara lain :
1. Untuk penerimaan pelaksanaan tarif pajak progresif kendaraan bermotor
pada UPTD P3/SAMSAT kota pariaman, pada tahun 2013 sebesar
Rp.152,402,450 dan Tahun 2014 sebesar Rp.161,409,200 mengalami
peningkatan sebesar 0,9%
2. Kendala-kendala yang terjadi dalam pelaksanaan pembayaran pajak
kendaraan bermotor pada Kantor SAMSAT Kota Pariaman pada dasarnya
tidak mempengaruhi secara signifikan terhadap target penerimaan yang
telah direncanakan oleh Kantor SAMSAT Kota Pariaman, dimana kendala
yang terjadi seperti :
a. Identitas Pemilik
b. Keakuratan Data
c. Banyaknya objek tunggakan pajak kendaraan bermotor
d. Data Super KPKB yang kurang akurat
3. Untuk mengatasi kendala tersebut, upaya yang dilakukan oleh Kantor
UPTD P3/Samsat Kota Pariaman adalah dengan melakukan evaluasi
terhadap Kendala-kendala yang ada dengan cara mencari solusi untuk
mengatasi kendala yang dihadapi tersebut, serta dengan melakukan
berbagai pelatihan bagi karyawan dan pegawai Kantor UPTD P3/Samsat
Kota Pariaman demi untuk menumbuhkan dan mengembangkan kualitas
Sumber Daya Manusia di lingkungan Kantor UPTD P3/Samsat Kota
Pariaman. Dilain hal juga dengan melakukan penyuluhan dan sosialisasi
kepada masyarakat akan pentingnya membayar pajak terutama pajak
kendaraan bermotor.
B. Saran
Penulis coba memberikan beberapa saran dalam Penulisan ini, antara lain :
1. Perlunya evaluasi dan peningkatan oleh pihak Kantor UPTD P3/Samsat
Kota Pariaman dalam hal pelayanan kepada masyarakat wajib pajak
kendaraan bermotor, sehingga adanya kenyamanan bagi masyarakat yang
akan melakukan pembayaran pajak kendaraan bermotor mereka.
2. Melakukan peningkatan penguasaan teknologi khususnya dibidang
teknologi dan informasi bagi pegawai dan karyawan Kantor UPTD
P3/Samsat Kota Pariaman untuk mempermudah dan memperlancar semua
urusan yang berkaitan dengan sistem Administrasi dan dalam hal
17
pembayaran pajak kendaraan bermotor diwilayah kerja Kantor UPTD
P3/Samsat Kota Pariaman.
3. Adanya peningkatan dalam hal evaluasi dan peningkatan dalam
menumbuh kembangakan kualitas Sumber Daya Manusia di jajaran
Kantor UPTD P3/Samsat Kota Pariaman, agar semua target dan
pencapaian dapat terlaksana dengan baik dan lancar.
18
V. DAFTAR PUSTAKA
A. Buku-buku
Achmad Tjahyono & Muh.Taufik Husein, 2002, perpajakan di Indonesia,
YKPM; Yokyakarta;
Brotodiharjo, R. Santoso, 1971, Pengantar Ilmu Hukum Pajak, Eresco,
Bandung;
Hassan Shadili, 1997, Ensiklopedia Umum, Kanisius, Yokyakarta;
Hilman hadikusuma, 1995. Metode Pembuatan Kertas Kerja atau Skripsi
Ilmu Hukum. Mandar Maju, Bandar Lampung;
Hanif Nurcholish, 2005, Teori dan Praktek Pemerintahan dan Otonomi
Daerah, PT. Grasindo, Jakarta;
J. Supranto, 2003, Metode Penelitian Hukum dan Statistik. Rineka Cipta,
Jakarata;
Muqodim, 2000, Perpajakan Buku Satu, UII Press dan Ekonesia,
Jogyakarta;
R. Brotodiharjo Santoso, 1993, Pengantar Ilmu Hukum Pajak Eresco,
Bandung;
Richard Burton, 2001, Hukum Pajak, Salemba Empat, Jakarta;
Rochmat Soemitro, 1991, Pajak Ditinjau Dari Segi Hukum, Eresco,
Bandung;
Rochmat Soemitro, 2005, Perpajakan. Achmad Tjahjono, Jakarta;
Rochmat Soemitro, 1992. Pengantar Singkat Hukum Pajak, Eresco,
Bandung;
Rukiah Handoko, 2000, Pengantar Hukum Pajak, UI Press, Depok;
Sarundajang, 1999, Arus Balik Kekuasaan Pusat ke Daerah, Pustaka Sinar
Harapan, Jakarta;
Salamun.A.T. 2000, Pajak Citra dan Upaya Pembaruannya, Bina Rena,
Jakarta;
Soerjono Soekanto dan Sri Mamuji, 2006, Penelitian Hukum Normatif,
Suatu Tinjauan Singkat, Rajawali Pers, Jakarta;
Soetijo, 1990, Hubungan Pemerintah Pusat dan Pemerintah daerah,
Rineka Cipta, Jakarta;
Widodo Widi., dan Djefris Dedy. (2008). Tax Payer’s Right. Bandung:
Alfabeta;
Waluyo & Iiyar Wirawan. B, 2003, Perpajakan Indonesia, Salemba
Empat, Jakarta;
Y. Sri Pudyatmoko, 2002, Pengantar Hukum Pajak, Andi, Yokyakarta;
B. Undang – Undang dan Peraturan Lainnya :
Undang-undang Nomor 34 Tahun 2000 Tentang Perubahan Undang-undang
Nomor 18 Tahun 1997 Tentang Pajak daerah dan Retribusi Daerah
Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah.
19
Undang-undang Nomor 28 Tahun 2007 Tentang perubahan ketiga atas
undang-undang nomor 6 tahun 1993 tentang ketentuan umum dan tata cara
perpajakan.
Peraturan pemerintah Repuplik Indonesia Nomor 65 Tahun 2001 Tentang
Pajak Daerah
Peraturan Daerah Propinsi Sumatera Barat No. 4 Tahun 2011 Tentang Pajak
Daerah
20
BERMOTOR DI KOTA PARIAMAN BERDASARKAN PERATURAN
DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 4 TAHUN 2011
TENTANG PAJAK DAERAH
(MUSNAL, 1010005600030, FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS
TAMANSISWA PADANG, 65 HALAMAN, TAHUN 2015).
ABSTRAK
Negara Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah propinsi dan daerah propinsi
terdiri atas daerah Kabupaten dan Kota. Daerah-daerah tersebut mempunyai hak
dan kewajiban mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahannya untuk
melaksanakan kemandirian dan mengurus urusan rumah tangganya, pemerintah
daerah memerlukan sumber pembiayaan. Sumber pendapatan daerah berasal dari
Pendapatan asli Daerah, Dana Perimbangan, dan lain-lain pendapatan daerah yang
sah. Pajak merupakan salah satu sumber Pendapatan Asli Daerah, setelah
diberlakukannya UU No.28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi
Daerah, Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) diterapkan tariff progresif. Tarif
Progresif dikenakan atas kepemilikan kendaraan bermotor lebih dari 1 (satu), dan
hal ini tidak sesuai dengan teori yang berkaitan dengan tarif dimana seharusnya
yang mempengaruhi besarnya tarif adalah dasar pengenaan dalam hal ini adalah
harga kendaraan bermotor. Berdasarkan hal tersebut maka penulis tertarik untuk
melakukan penelitian mengenai Pelaksanaan Pemungutan Pajak Progresif
Kendaraan Bermotor di Kota Pariaman berdasarkan Perda Propinsi Sumatera
Barat Nomor 4 Tahun 2011 Tentang Pajak Daerah, apa saja kendala yang ditemui
dan cara mengatasi. Penulisan skripsi ini menggunakan metode yuridis-sosiologis
yang bersifat deskriptif, yakni mengkaji dan melihat bagaimana suatu peraturan
perundang-undangan yang berlaku dikaitkan dengan fakta dilapangan berdasrkan
data primer dan sekunder yang diperoleh dari wawancara semi terstruktur dengan
pegawai UPTD P3 (Samsat) Kota Pariaman. Dari hasil penelitian diketahui bahwa
1) Penerapan Tarif Progresif pada prinsipnya berjalan sesuai dengan ketentuan
yang telah ditetapkan, dimana dilaksanakan melalui Kantor UPTD P3/Samsat
Kota Pariaman dengan membuat perencanaan penerimaan atau target. Realisasi
perencanaan atau target tersebut pada Kantor UPTD P3/ Samsat Kota Pariaman
terealisasi dengan baik. 2) Kendala-kendala yang terjadi dalam pelaksanaan
pembayaran pajak kendaraan bermotor pada Kantor UPTD P3/Samsat Kota
Pariaman pada dasarnya tidak mempengaruhi secara signifikan terhadap target
penerimaan yang telah direncanakan oleh Kantor UPTD P3/Samsat Kota
Pariaman, dimana kendala yang terjadi seperti: Identitas Pemilik, keakuratan data,
banyaknya objek tunggakan pajak kendaraan bermotor, dan data Super KPKB
yang kurang akurat.
i
I.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Negara Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah provinsi dan daerah
provinsi terdiri atas daerah kabupaten dan kota. Daerah-daerah tersebut
mempunyai hak dan kewajiban mengatur dan mengurus sendiri urusan
pemerintahannya, sesuai dengan ketentuan yang dirumuskan dalam pasal 18
Undang-Undang Dasar 1945 yang berbunyi “Pemerintah daerah provinsi, daerah
kabupaten, dan kota mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan
menurut azas otonomi dan tugas pembantuan”.
Dengan diberlakukannya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
pemerintahan daerah dan undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang
Pertimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah,
memberikan dampak yang sangat luas terhadap perkembangan pemerintahan di
daerah, hal ini dijelaskan pada bagian konsideran huruf (b) Undang-Undang
Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. Otonomi yang
diberikan kepada Pemerintahan Daerah merupakan otonomi yang luas, nyata dan
bertanggung jawab. Adanya pemberian otonomi daerah memberikan implikasi
timbulnya kewenangan dan kewajiban bagi daerah untuk melaksanakan berbagai
kegiatan lebih mandiri. Pengalihan, pembagian dan pemanfaatan sumber daya
alam, sumber daya manusia, serta kewenangan pemungutan jenis-jenis pajak
daerah didasarkan atas dasar prinsip keadilan berdasarkan kewenangan yang
diberikan kepada daerah.
Untuk melaksanakan kemandirian dan mengurus urusan rumah tangganya,
pemerintah daerah memerlukan sumber pembiayaan. Sumber pendapatan daerah
berasal dari pendapatan asli daerah (selanjutnya disingkat PAD), Dana
Perimbangan, dan lain-lain Pendapatan Daerah yang sah, sebagaimana yang telah
diatur dalam Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004.
Pajak daerah merupakan salah satu sumber pendanaan yang sangat penting
bagi daerah dalam rangka penyelenggaraan dan pembangunan daerah. Mengenai
pengaturan pajak daerah diatur dalam Undang-Undang Nomor 28 tahun 2009
tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (yang selanjutnya disingkat PDRD),
Pemerintah Provinsi Sumatera Barat membentuk Peraturan Daerah Provinsi
Sumatera Barat Nomor 4 Tahun 2011 tentang Pajak Daerah (selanjutnya disebut
perda pajak daerah) yang disesuaikan dengan Undang-Undang tersebut. Didalam
perda tersebut pajak daerah terdiri atas, pajak kendaraan bermotor, bea balik nama
kendaraan bermotor, dan pajak air permukaan.
Pajak kendaraan bermotor merupakan salah satu pajak provinsi, dimana
pajak yang terutang dipungut oleh wilayah kabupaten/kota tempat kendaraan
bermotor terdaftar, dikenakan untuk masa pajak 12 bulan berturut-turut, terhitung
mulai saat pendaftaran, dan dibayar sekaligus dimuka. Pasal 3 perda tentang pajak
daerah menjelaskan bahwa “Pajak kendaraan bermotor adalah pajak yang
dipungut atas kepemilikan dan/atau penguasaan atas kendaraan bermotor.”
UPTD P3 kota pariaman merupakan unsur pelaksana pemerintah provinsi
di daerah, dimana salah satu tugas pokoknya adalah melaksanakan kewenangan
desentralisasi di bidang pendapatan daerah. UPTD P3 dituntut untuk terus
1
mengupayakan pencapaian target dan peningkatan pendapatan secara
berkelanjutan guna mendukung peningkatan pendapatan asli daerah. Hasil
penerimaan pajak kendaraan bermotor kemudian disetor ke provinsi dan dari
provinsi kemudian dibagi hasilkan ke kabupaten/kota untuk peningkatan PAD.
Berdasarkan perumusan masalah diatas maka penulis tertarik untuk meneliti lebih
lanjut dengan mengambil judul :
“PELAKSANAAN PEMUNGUTAN PAJAK PROGRESIF KENDARAAN
BERMOTOR DI KOTA PARIAMANBERDASARKAN PERDA PROVINSI
SUMATERA BARATNOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK DAERAH”
B. Perumusan Masalah
1. Bagaimanakah pelaksanaan pemungutan pajak progresif di kota pariaman
berdasarkan peraturan daerah provinsi sumatera barat nomor 4 tahun 2011
tentang pajak daerah?
2. Apakah kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan pemungutan pajak
progresif kendaraan bermotor di kota pariaman?
3. Apakah upaya yang dilakukan untuk mengatasi kendala oleh kantor dalam
pelaksanaan pemungutan pajak progresif kendaraan bermotor di kota
pariaman?
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui pelaksanaan pemungutan pajak progresif terhadap
wajib pajak kendaraan bermotor di kota pariaman berdasarkan peraturan
daerah provinsi sumatera barat nomor 4 tahun 2011 tentang pajak daerah.
2. Untuk mengetahui apa kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan
pemungutan pajak progresif kendaraan bermotor terhadap wajib pajak
kendaraan bermotor di kota pariaman?
3. Untuk mengetahui bagaimana solusi yang dilakukan oleh kantor bersama
samsat kota pariaman guna mengatasi hambatan dalam pelaksanaan
pemungutan pajak progresif terhadap wajib pajak kendaraan bermotor.
D. Manfaat Penelitian
1. Secara Teoritis
untuk menambah wawasan bagi penulis di bidang ilmu hukum serta untuk
menambah perbendaharaan literature di bidang hukum khususnya
mengenai pelaksanaan pemungutan pajak progresif kendaraan bermotor di
kota pariaman berdasarkan perda provinsi sumatera barat nomor 4 tahun
2011.
2. Secara praktis
Manfaat praktis dari penelitian ini adalah untuk dijadikan bahan atau
sumber penulisan skripsi agar diperoleh hasil dan pembahasan yang sesuai
dengan rumusan masalah yang diangkat, sehingga dapat diajukan sebagai
syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Hukum pada Fakultas Hukum
Universitas Tamansiswa dan menyelesaikan pendidikan. Selain itu dapat
dimanfaatkan untuk menambah bahan perpustakaan dan masukanmasukan bagi pengembangan ilmu pengetahuan.
2
E. Metode Penelitian
Dalam melaksanakan penelitian digunakan beberapa metode untuk
memudahkan dalam mencari data dan informasi yang diperlukan. Sehingga
metode yang digunakan dalam penelitian ini, untuk mendapatkan data dan
informasi yang di perlukan mencakup :
1. Pendekatan Masalah
Pendekatan masalah yang digunakan adalah metode pendekatan yuridis
empiris yaitu melalui penelitian hukum kelapangan dengan melihat norma
hukum yang berlaku dan menghubungkan dengan fakta yang ada dalam
masyarakat sehubungan dengan permasalahan yang ditemui dalam penelitian.
2. Sifat Penelitian
Penelitian yang dilakukan bersifat deskriptif analisis. Secara deskriptif akan
dianalisis objek yang akan diteliti, dalam hal Pelaksanaan Pemungutan Pajak
Progresif Terhadap Wajib Pajak Kendaraan Bermotor di Kota Pariaman
Berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Barat Nomor 4 Tahun 2011
Tentang Pajak Daerah. Sedangkan secara analisis akan dilihat tanggung
jawab samsat dalam hal terjadinya tolakan pada pembayaran pajak Progresif.
3. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Kantor Bersama SAMSAT Kota Pariaman, Jenis
Data
1. Data Primer yaitu data yang diperoleh di lapangan (field research).
Dalam penelitian ini dengan cara meneliti pihak-pihak yang berkaitan
langsung dengan masalah yang diteliti, seperti mewawancarai petugas
atau pegawai kantor bersama SAMSAT kota Pariaman.
2. Data Sekunder yaitu data yang diperoleh melalui penelitian kepustakaan
(library research) yang terdiri dari :
1. Bahan hukum primer yaitu bahan hukum perundang-undangan, dalam
hal ini adalah Perda Provinsi Sumatera Barat Nomor 4 Tahun 2011
Tentang pajak daerah.
2. Bahan hukum sekunder yaitu karya ilmiah yang memberikan
penjelasan tentang bahan hukum primer seperti buku, dokumen atau
kasus yang dikumpulkan oleh lembaga atau badan yang terkait serta
bahan-bahan yang diperoleh dari tulisan-tulisan yang erat kaitannya
dengan masalah yang diteliti seperti buku, koran, majalah, dan
internet.
3. Bahan hukum tertier, yakni bahan yang memberikan petunjuk maupun
penjelasan terhadap bahan hukum primer dan sekunder contohnya
adalah kamus hukum.
4. Teknik Pengumpulan Data dan Alat Pengumpul
Sumber data dalam penelitian dapat dilakukan melalui :
1. Wawancara (interview).
Wawancara dilakukan untuk memperoleh data primer. Wawancara
dilakukan dengan semi terstruktur dengan membuat daftar pertanyaan.
Namun pertanyaan yang diajukan tidak selalu berpedoman pada daftar
pertanyaan yang dibuat sebelumnya. Wawancara dilakukan dengan kepala
Kantor Bersama SAMSAT Kota Pariaman. Pemilihan responden dipilih
3
berdasarkan pertimbangan subjektif dari penelitian, jadi dalam hal ini
penulis menentukan sendiri responden mana yang dianggap dapat
mewakili populasi dengan meneliti data-data yang ada di Kantor Bersama
SAMSAT Kota Pariaman.
2. Studi Dokumen dan Bahan Pustaka
pengumpulan data yang dilakukan melalui data tertulis dengan
menganalisis isi data tersebut. Dalam mengumpulkan data terlebih dahulu
dikumpulkan materi tertulis yang berhubungan dengan materi proposal.
Kemudian dipilih buku (literature) dan Peraturan Daerah Provinsi
Sumatera Barat Nomor 4 tahun 2011 tentang Pajak Daerah.
3. Data Dilapangan
Catatan terdiri atas dua bagian, yakni:
1. Deskripsi yaitu tentang apa yang sesungguhnya kita amati, yang
benar-benar terjadi menurut apa yang kita lihat, dengar dan amati
dengan alat indra.
2. Komentar, tafsiran, refleksi, pemikiran atau pandangan sesuatu yang
kita amati.
Deskripsi ialah uraian obyektif tentang apa yang sebenarnya terjadi
menurut apa yang kita lihat dan dengar, tanpa diwarnai oleh pandangan
atau tafsiran kita. Komentar adalah pandangan, penilaian, penafsiran
terhadap sesuatu.
4. Observasi
Observasi merupakan pengamatan lansung kelapangan guna memperoleh
data yang akurat, tentang Pelaksanaan pemungutan pajak progresif pada
Kantor Bersama SAMSAT Kota Pariaman.
5.
Pengolahan dan Analisis Data
a. Pengolahan data adalah data-data yang telah terkumpul diolah dengan
melakukan klasifikasi sesuai kategori masing-masing sehingga dapat
disajikan secara sistematis melalui proses dari data yang telah terkumpul
secara lengkap dan telah dicek kebenarannya lalu diproses melalui
langkah-langkah yang umum yakni:
1. Editing yaitu mengelompokkan data hasil penelitian dan menyeleksinya
beberapa kali sehingga tidak ada yang terlupakan, tujuannya adalah
untuk membetulkan semua data yang kurang jelas atau kurang lengkap.
2. Coding yaitu data yang sudah di edit, penulis akan memberi tanda atau
kode pada setiap data dengan tujuan untuk lebih memudahkan
menganalisa. Dan setelah data pengkodean terhadap semua data maka
dilakukan pengelompokan sesuai dengan bab dan sub bab.
b. Data yang telah diolah dianalisis secara yuridis kualitatif dan nantinya
akan di deskriptifkan dalam skripsi ini sehingga dipermudahkan para
pembaca untuk memahaminya.
4
II.
TINJAUAN TENTANG PAJAK KENDARAAN BERMOTOR (PKB)
A. Pengertian Pajak dan Pengaturan Tentang Pajak
Dalam undang-undang No.28 Tahun 2007 Tentang ketentuan Umum dan
Tata cara Perpajakan, pada paasal 1 butir 1 menegaskan, bahwa pajak adalah
kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh pribadi atau badan yang
bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan tidak mendapatkan
imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesarbesarnya kemakmuran rakyat.
Pemerintah daerah harus mampu meyediakan dana guna pembiayaan
penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan yang menjadi kewajiban
pemerintah daerah, dibiayai dari sumber Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah (APBD) yang menggambarkan kemampuan daerah dalam memobilisai
potensi keuangannya. Penerimaan dari penerimaan sumber daerah cukup besar
maka akan mengurangi ketergantungna daerah terhadap pemerintah pusat dan
dengan sendirinya akan meningkatkan pula pemberian pelayanan kepada anggota
masyarakat oleh pemerintah daerahnya.
Faktor utama yang dianggap cukup dominan dalam masalah keuangan
daerah adalah peranan Pendapatan Asli Daerah (PAD), karena merupakan salah
satu sumber penerimaan bagi daerah yang sangat diandalkan.
sesuai dengan Pasal 157 Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 jo Pasal
6 Undang-undang No.33 Tahun 2004 disebutkan bahwa sumber-sumber
pendapatan daerah terdiri dari:
a. Pendapatan Asli Daerah
Merupakan pendapatan yang diperoleh Daerah atas pungutan berdasarkan
Peraturan Daerah sesuai dengan Peraturan Perundang-Undangan, Seperti:
1. Hasil Pajak Daerah;
2. Hasil Retribusi Daerah;
3. Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang dipisahkan;
4. Lain-lain.
b. Dana Perimbangan
Merupakan Dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan
kepada Daerah untuk mendanai kebutuhan Daerah, dana perimbangan terbagi
tiga:
1. Dana Bagi Hasil
2. Dana Alokasi Umum
3. Dana Alokasi Khusus
c. Lain-lain Pendapatan Daerah yang Syah, sebagaimana diatur dala, pasal 164
ayat 1 Undang-Undang 32 Tahun 2004 “merupakan seluruh pendapatan
daerah selain pendapatan asli daerah dan dana perimbangan, yang meliputi
hibah, dana darurat, dan lain-lain pendapatan yang diatur daerah”
Berkaitan dengan pengaturan pajak, baik secara umum maupun pajak
daerah dan kaitannya dengan pajak progresif sebagaiman topik bahasan tulisan
ini, antara lain:
a. Undang-undang Nomor 24 Tahun 2004 tentang pemerintahan daerah;
5
b. Peraturan pemerintah Nomor 56 Tahun 2005 tentang pedoman penyusunan dan
Pelaksanaan standar pelayanan minimal.
c. Insruksi presiden No.7 Tahun 1999 tentang Akuntabilitas kinerja instansi
pemrintahan.
d. Instruksi presiden No.1 Tahun 1995 tentang perbaikan mutu pelayanan
Aparatur Pemerintahan Kepada Masyarakat.
e. Keputusan mentri pendayagunaan aparatur Negara No.63/KEP/M.PAN/2003
tentang pedoman umum penyelenggaraan pelayanan puplik.
f. Peraturan mentri dalam negeri No.7 Tahun 2006 tentang standarisai sarana dan
prasarana kerja pemerintah daerah.
g. Peraturan mentri dalam negeri No.24 Tahun 2006 tentang pedoman
penyelenggaraan pelayanan terpadu satu pintu.
h. Keputusan mentri pendayagunaan aparatur Negara Kep/25/M.PAN/2/2004
tentang pedoman umum penyusunan indeks kepuasan masyarakat unit
pelayanan instansi pemerintah.
i. Keputusan mentri pendayagunaan aparatur Negara No Kep/26/M.PAN/2/2004
tentang petunjuk teknis transparansi dan akuntabilitas dalam penyelenggaran
pelayanan pupil.
j. Surat keputusan bersama mentri pertahanan keamanan/panglima ABRI, mentri
keuangan dan mentri dalam negeri nomor Pol/KEP/13/XII/1976, Nomor
KEP.1693/MK/TU/12/1976 dan Nomor 311 Tahun 1976, tentang peningkatan
kerjasama antara pemerintah daerak tingkat I, KOmando daerah kepolisian dan
Aparat departemen keuangan dalam rangka peningkatan pelayanan kepada
masyarakat serta peningkatan pendapatan daerah khusus nya mengenai pajak
kendaraan bermotor.
k. Peraturan daerah Nomor 4 Tahun 2003 tentang pajak kendaraan bermotor dan
kendaraan diatas air.
l. Peraturan daerah nomor 5 tahun 2003 tentang bea balik nama kendaraan
bermotor dan kendaraan diatas air.
m. Peraturan daerah Provinsi sumatera barat No.4 Tahun 2011 tentang pajak
daerah.
n. Peraturan daerah Nomor 3 Tahun 1973 tentang pembentukan Dinas pendapatan
daerah.
o. Surat keputusan bersama direktur lalu lintas kepolisian daerah sumatera barat
dan kepala dinaspendapatan daerah Provinsi sumatera barat dan kepala cabang
jasa raharja (PERSERO) sumatera barat Nomor: B/24/I/2006/DITLANTAS/per
Nomor: 973/043/PAJAK-2006/ Nomor:P/1/SPP/2006, tanggal 24 Januari 2006,
tentang standar pelayanan Minimal penerbitan STNK, pembayaran pajak
kendaraan bermotor (PKB), Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor (BBNKB),
dan sumbangan Wajib Dana kecelakaan Lalu Lintas Jalan (SWDKLLJ), pada
kantor bersama SAMSAT di Sumatera Barat.
B. Macam-macam Pajak
pajak dapat ditinjau dari segi kewenangan pemungutannya terdiri atas dua
(2) macam:
1. Pajak Pusat
6
Pajak pusat merupakan pajak yang menjadi kewenangan pemungutannya oleh
pemerintah pusat. Pajak pusat tersebut, seperti Pajak Penghasilan (PPh), Pajak
Pertambahan Nilai Barang dan Jasa Pajak atas Penjualan Barang Mewah (PPN
dan PPn BM),Pajak Bumi Bangunan (PBB), Bea Materai, Cukai, Bea
Perolehan Hak atas Tanah dan atau Bangunan (BPHTB).
2. Pajak Daerah
Pajak daerah merupakan pajak yang menjadi kewenangan pemungutan oleh
pemerintahan daerah. Pajak ini juga terbagi atas 2 (dua) bagian yakni pajak
daerah tingkat Provinsi dan pajak daerah kabupaten/Kota. Pajak Provinsi antara
lain Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) dan Kendaraan diatas air, bea Balik
Nama Kendaraan Bermotor (BBN-KBm) dan kendaraan diatas air dan lainlain. Sedangkan yang termasuk dalam pajak daerah Kabupaten/Kota, seperti
pajak hiburan, pajak restoran, pajak reklame, pajak hotel, pajak penerangan
jalan, dan lain-lain.
Jika dilihat dari segi administrasif yuridisnya, antara lain :
1. Pajak Langsung
Pajak langsung merupakan pajak yang dipungut secara periodic, artinya, pajak
tersebut dipungut secara berulang-ulang, tidak hanya satu kali pumgut saja,
dengan menggunakan penetapan sebagai dasar nya yang kohir. Jika dilihat dari
segi ekonomis apabila beban pajak tidak dapat dilimpahkan kepada pihak lain,
jadi dalam hal ini antara pihak yang dikenai kewajiban atau ditetapkan untuk
membayar pajak dengan pihak yang benar-benar memikul beban pajak,
merupakan pihak yang sama. Contohnya adalah pajak penghasilan (PPh).
2. Pajak Tidak Langsung
Jenis pajak ini dari segi yuridisnya yakni pajak yang dipungut secara incidental
atau tidak berulang-ulang dan tidak menggunakan kohir. Jadi pajak tidak
langsung hanya dipungut sesekali ketika terpenuhi tujuan tertentu seperti yang
dikehendaki oleh ketentuan undang-undang. Dari segi ekonomisnya, apabila
pihak wajib pajak dapat mengalihkan beban wajib pajaknya kepada pihak lain
atau dengan kata lain antara mereka yang wajib pajak dengan yang benar-benar
memikul beban pajak itu merupakan pihak yang berbeda. Seperti Pajak
Pertambahan Nilai (PPN). Demikian juga pajak dapat dibedakan atas titik
tol;ak pemungutannya, yang dibedakan atas 2 (dua) jenis yakni :
1) Pajak Subyektif
Adalah pajak yang penggenaannya berpangkal pada diri orang atau badan
yang dikenai pajak (Wajib Pajak). Pajak subyektif dimulai dengan
menetapkan orangnya baru kemudian dicari syarat-syarat obyektifnya.
Contohnya adalah Pajak Penghasilan (PPh).
2) Pajak Obyektif
Adalah pajak yang pengenaanya berpangkal pada obyek yang dikenai
pajak, dan untuk mengenakan pajakanya harus dicari subyeknya.
Contohnya Pajak Pertambahan Nilai (PPN).
C. Sistem Dalam Pemungutan Pajak
Sistem dalam pemungutan pajak tersebut menurut R.Handoyo, dibagi
atas 3 (tiga) yaitu :
7
1. Official Assesment Sistem
Adalah suatu sisitem pemungutan pajak yang member wewenang kepada
pemerintah (fiskus) untuk menentukan besarnya pajak yang terutang.
Cirri-ciri official assessment system: wewenang untuk menentukan
beasarnya pajak terutang berada pada fiskus, dimana wajib pajak bersifat
pasif, utang pajak timbul setelah dikeluarkan surat ketetapan pajak oleh
fiskus.
2. Self Assesment Sistem
Dari asal katanya self assessment terdiri dari kata self yang artinya sendiri
dan asses yang artinya menilai, menghitung, menaksir, dengan demekian
self assessment berarti menghitung sendiri dalam hal ini adalah kewajiban
perpajakannya, sedangkan self assessment system adalah suatu system
pemungutan pajak yang memberi wewenang, kepercayaan, tanggung
jawab kepada wajib pajak untuk menghitung, memperhitungkan,
membayar dan melaporkan sendiri besarnya pajak yang harus dibayar
sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.
3. Withholding Tax Sistem
Adalah suatu system pemungutan pajak yang member wewenang dan
kewawjiban kepada pihak ketiga untuk memotong atau memungut
besarnya pajak yang terutang oleh wajib pajak. Hal ini tergambar dari
ketentuan tentang pajak itu sendiri, dalam redaksionalnya menegaskan,
bahwa “setiap waib pajak wajib membayar pajak yang terutang
berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan, dengan
tidak menggantungkan pada adanya Surat ketentuan pajak. Hal itu
ditegaskan dalam beberapa ketentuan undang – undang pajak NO. 28
Tahun 2007, seperti pasal 4 ayat ( 2 ) ,Pasal 21 dan beberapa ketentuan
lain nya .
D. Pajak Kendaraan Bermotor sebagai Sumber Pendapatan Asli Daerah
dan Tinjauan Tentang Pajak Kendaraan Bermotor (PKB)
1. Pengertian dan pengaturan pendapatan asli daerah
Pendapatan Asli Daerah selanjutnya disebut PAD adalah pendapatan
yang diperoleh dari sumber-sumber pendapatan yang potensial didaerah
dan dikelola sendiri oleh Pemerintah Daerah.
2. Sumber-sumber pendapatan daerah
sumber pendapat daerah terdiri atas:
1. Pendapat asli daerah (PAD), yaitu:
a. Hasil pajak daerah;
b. Hasil retribusi daerah;
c. Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan; dan
d. lain – lain PAD yang sah.
2. Dana perimbangan, merupakan dana yang bersumber dari
Pendapatan APBN yang di alokasikan kepada Daerah untuk
mendanai kebutuhan Daerah, dana perimbangan terbagi tiga yakni:
1. Dana Bagi hasil
2. Dana Alokasi Umum
8
3. Dana Alokasi Khusus
3. Lain – lain pendapatan, sebagaimana yang diatur dalam pasal 164
ayat 1 Undang-Undang 32 Tahun 2004 “merupakan seluruh
pendapatan daerah selain Pendapatan Asli Daerah dan dana
Perimbangan yang meliputi hibah, dana darurat, dan lain-lain
Pendapatan yang diatur pemerintah”
sumber pendapatan daerah yang menjadi tugas dan kewenangannya dari
UPTD P3/SAMSAT adalah :
a. Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) Diatur Berdasarkan Peraturan
Daerah Nomor 4 Tahun 2003 Tentang Pajak Kendaraan Bermotor
Dan Kendaraan Diatas Air Yang Telah Diganti Dengan Keluarnya
Praturan Daerah Provinsi Sumatera Barat No.4 Tahun 2011 Tentang
Pajak Daerah.
b. Bea balik nama kendaraan bermotor (BBNKB) diatur berdasarkan
Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun 2003 Tentang Bea Balik Nama
Kendaraan Bermotor Dan Kendaraan Diatas Air.
c. Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan Air Bawah Tanah Dan Air
Permukaan, Diatur Berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun
2002.
d. Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor (PBBKB).
e. Pajak alat-alat berat dan alat-alat besar.
f. Pajak Kendaraan Diatas Air Diatur Berdasarkan Peraturan Daerah
Nomor 4 Tahun 2003 Tentang Pajak Kendaraan Bermotor.
E. Tinjauan Umum Lokasi Penelitian
Kantor Bersama SAMSAT Kota Pariaman terletak di Kampung Jawa II,
Kecamatan Pariaman Tengah, Kota Pariaman. Kantor Bersama SAMSAT Kota
Pariaman merupakan sebuah instansi yang bertugas dan berwenang untuk
melakukan pemungutan Pajak Kendaraan Bermotor (PKB), selain itu Kantor
bersama SAMSAT Kota Pariaman merupakan wadah yang melaksanakan tugas
secara bersama 3 Instansi Yaitu Dinas Pengeloanlaan Keuangan Daerah Provinsi
(DPKD), Kepolisian Repuplik Indonesia (POLRI), dan PT. Jasa Raharja
(PERSERO) untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat dalam memenuhi
kewajiban dalam bidang pendaftaran kendaraan bermotor, pembayaran pajak
kendaraan bermotor (PKB), Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor (BBNKB),
Serta Sumbangan Wajib Dana Kecelakaan Lalu Lintas Jalan (SWDKLLJ).
Untuk kelancaran jalannya pelaksanaan tugas pokok dan fungsi serta tugas-tugas
lainnya tersebut dibentuk pula susunan organisasinya, susunan organisasi UPTD
P3/Samsat Kota Pariaman :
1.
2.
3.
4.
Kepala UPTD P3
KASUBAG Tata Usaha
KASI Penetapan
KASI Penagihan
9
III. PELAKSANAAN PEMUNGUTAN PAJAK PROGRESIF
KENDARAAN BERMOTOR DI KOTA PARIAMAN
BERDASARKAN PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA
BARAT NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK DAERAH
A. Pelaksanaan Pemungutan Pajak Progresif di Kota Pariaman
Berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Barat Nomor 4
Tahun 2011 Tentang Pajak Daerah
a. Dasar Hukum Pembentukan UPTD Pelayanan Pendapatan Provinsi di
Kota Pariaman (SAMSAT Kota Pariaman)
UPTD P3 Pelayanan Pendapatan Provinsi di Kota Pariaman (SAMSAT
Kota Pariaman) pertama kali diatur dengan Peraturan Daerah Sumatera Barat
No.3 Tahun 2003, yang mempedomani keputusan bersama mentri
pendayagunaan aparatur negara dan mentri dalam negeri No
01/SKB/M.PAN/4/2003, No 17 Tahun 2003 Tentang Petunjuk Pelaksana
Peraturan Pemerintah No 8 Tahun 2003 Tentang Pedoman Organisasi Perangkat
Daerah.
Dengan berlakunya Undang-undang no 32 tahun 2004 tentang
pemerintah daerah dan undang-undang no 33 tahun 2004 tentang perimbangn
keuangan pemerintah pusat dan daerah, memberikan peluang serta tantangan
bagi daerah untuk lebih eksis dalam pembangunan daerah dengan berpajak pada
prinsip demokrasi, partisipasi, dan peran serta masyarakat melalui pememfaatan
sumber daya dan keanekaragaman potensi sesuai dengan kondisi daerah yang
bersangkutan.
b. Tugas Pokok dan Fungsi UPTD Pelayanan Pendapatan Provinsi di
Kota Pariaman (SAMSAT Kota Pariaman)
1. Tugas Pokok
Dinas Pengelolaan Keuangan Daerah (DKPD) Sumatera Barat
mempunyai tugas untuk melaksanakan kewenangan Otonomi Daerah
dalam rangka pelaksanaan dibidang Pendapatan Daerah untuk
menyelenggarakan urusan rumah tangganya.
2. Fungsi.
Untuk menyelengarakn tugas sebagaimana dimaksud, Dinas Pengelolaan
Keunagan Daerah (DKPD) Sumatera Barat mempunyai fungsi sebagai
berikut :
a. Membantu Bupati dalam bidang pengelolaan pendapatan daerah.
b. Mengkoordinir pengelolaan sumber-sumber pendapatan daerah.
c. Menggali, menggembangkan dan meningkatkan pendapatan daerah.
d. Menyusun strategi kebijakan peningkatan pendapatan daerah.
e. Melaksanakan pembinaan teknis terhadap Dinas/ Perangkat Daerah
penagih pendapatan daerah.
f. Menyebarluaskan kebijakan daerah-daerah dalam pendapatan.
g. Menyusun rencana penerimaan dan pinjaman daerah.
h. Mengumpulkan, mempersiapkan dan mengakurasikan data sumbersumber pendapatan daerah.
10
i. Mengumpulkan dan mengelola data sumber-sumber pendapatan
lainnya diluar Pendapatan Asli Daerah.
j. Membuat surat teguran kepada Dinas/Perangkat Daerah
Pengelola/Pelaksana penagihan pendapatan daerah yang belum
mencapai tahap target daerah.
k. Mengupayakan Pendapatan Daerah dari Dana Perimbangan.
l. Memberikan pertimbangan kepada Bupati tentang keberatan wajib
pajak atas surat penetapan pajak daerah dan surat ketetapan retribusi
daerah (SKPD).
m. Melaksanakan tugas-tugas lainnya yang diserahkan Kepala Daerah
berdasarkan tugas pokok sesuai dengan tugasnya.
c. Target dan Realisasi Penerimaan Pajak Kendaraan Bermotor di UPTD
P3 (SAMSAT) Kota Pariaman
Berikut adalah realisasi Pajak Kendaraan Bemotor di UPTD Kota Pariaman :
Tabel 1
Target dan Realisasi Pungutan PKB di UPTD P3 (SAMSAT) Kota Pariaman
Tahun 2013
PKB
BULAN
JANUARI
FEBRUARI
MARET
APRIL
MEI
JUNI
JULI
AGUSTUS
SEPTEMBER
OKTOBER
NOVEMBER
DESEMBER
JUMLAH
UNIT
2.322
2.131
2.313
1.114
2.54
2.53
2.53
2.555
2.548
2.543
2.543
2.552
28.221
TARGET
RUPIAH
Rp 680,000,000
Rp 630,000,000
Rp 655,000,000
Rp 705,000,000
Rp 688,924,000
Rp 665,000,000
Rp 700,000,000
Rp 705,000,000
Rp 730,000,000
Rp 700,000,000
Rp 700,000,000
Rp 700,000,000
Rp 8,258,924,000
UNIT
2.202
2.119
2.342
2.436
2.269
1.801
2.211
1.987
2.369
2.391
2.357
2.396
26.880
BBNKB
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
REALISASI
RUPIAH
684,568,700
661,570,550
699,525,400
732,305,250
670,074,750
572,024,500
687,326,250
629,320,900
663,159,600
717,298,200
783,419,100
813,522,950
8,314,116,150
%
100.67
105.01
106.80
103.87
97.26
86.02
98.19
89.27
90.84
102.47
111.92
116.22
100.71
UNIT
46
38
43
49
39
39
39
43
39
38
40
40
493
TARGET
RUPIAH
Rp 12,078,800
Rp 11,260,700
Rp
9,498,500
Rp 14,134,100
Rp 10,510,200
Rp 14,328,600
Rp
7,759,300
Rp
9,182,200
Rp 11,594,200
Rp 13,519,600
Rp 11,003,500
Rp 14,375,300
Rp 139,245,000
UNIT
85
64
64
54
57
38
60
48
56
50
38
41
655
REALISASI
RUPIAH
Rp 13,921,700
Rp 14,162,000
Rp 11,264,350
Rp 14,134,150
Rp 11,937,000
Rp 7,607,250
Rp 12,654,000
Rp 11,186,150
Rp 14,047,250
Rp 7,934,850
Rp 6,182,000
Rp 7,629,000
Rp 132,659,700
%
115.26
125.76
118.59
100
113.58
53.09
163.08
121.82
121.39
58.69
56.18
53.07
100.04
Sumber : UPTD P3 SAMSAT Kota Pariaman
Tabel 2
Target dan Realisasi Pungutan PKB di UPTD P3 (SAMSAT) Kota Pariaman
Tahun 2014
PKB
BULAN
JANUARI
FEBRUARI
MARET
APRIL
MEI
JUNI
JULI
AGUSTUS
SEPTEMBER
OKTOBER
NOVEMBER
DESEMBER
JUMLAH
UNIT
2.375
2.206
2.114
2.419
2.432
2.249
2.46
2.426
2.47
2.303
2.314
2.307
28.075
TARGET
RUPIAH
Rp 723,417,000
Rp 671,920,000
Rp 643,854,000
Rp 736,930,000
Rp 740,961,000
Rp 685,148,000
Rp 749,234,000
Rp 739,065,000
Rp 752,517,000
Rp 701,577,000
Rp 704,943,000
Rp 702,544,000
Rp 8,552,110,000
UNIT
2.218
2.231
2.324
2.294
2.111
1.907
1.850
2.342
2.359
2.457
2.175
2.594
26.862
BBNKB
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
REALISASI
RUPIAH
729,589,100
749,119,300
792,371,950
737,100,950
710,232,750
721,341,200
633,542,700
770,350,000
783,385,350
839,510,950
797,778,750
915,964,700
9,180,287,700
%
100.85
110.89
123.07
100.02
95.85
105.28
84.56
104.23
104.10
119.66
113.17
130.38
107.67
UNIT
56
51
54
55
54
55
60
59
59
50
50
52
655
TARGET
RUPIAH
Rp 11,371,000
Rp 10,376,000
Rp 11,026,000
Rp 11,053,000
Rp 11,013,000
Rp 11,079,000
Rp 12,114,000
Rp 11,982,000
Rp 11,982,000
Rp 10,204,000
Rp 10,137,000
Rp 10,350,000
Rp 132,687,000
UNIT
60
56
45
53
32
31
29
53
54
54
46
57
570
REALISASI
RUPIAH
Rp 13,918,000
Rp 15,743,000
Rp 37,602,000
Rp 15,059,800
Rp 9,865,000
Rp 8,307,000
Rp 5,838,000
Rp 12,621,000
Rp 11,105,250
Rp 15,517,700
Rp 10,672,000
Rp 12,916,000
Rp 169,164,750
%
122.4
151.73
341.03
136.25
89.58
74.98
48.19
105.33
92.68
152.07
105.28
124.79
128.69
Sumber : UPTD P3 SAMSAT Kota Pariaman
11
Tabel 3
Realisasi Pungutan Pajak Progresif di UPTD P3 (SAMSAT) Kota Pariaman
Tahun 2013-2014
BULAN
JANUARI
FEBRUARI
MARET
APRIL
MEI
JUNI
JULI
AGUSTUS
SEPTEMBER
OKTOBER
NOVEMBER
DESEMBER
JUMLAH
PENERIMAAN PROGRESIF
TAHUN 2013
TAHUN 2014
Rp
7,577,500
Rp
12,073,600
Rp
10,983,850
Rp
11,410,000
Rp
12,180,100
Rp
18,080,250
Rp
14,514,000
Rp
13,539,100
Rp
12,423,500
Rp
13,450,000
Rp
9,914,700
Rp
13,074,800
Rp
12,495,350
Rp
11,214,000
Rp
11,936,000
Rp
13,647,500
Rp
15,165,700
Rp
14,677,450
Rp
17,257,000
Rp
17,839,000
Rp
10,533,450
Rp
8,598,000
Rp
17,421,300
Rp
13,805,500
Rp 152,402,450
Rp
161,409,200
Sumber : UPTD P3/ Samsat Kota Pariaman
Dari tabel 1 dan Tabel 2 diatas dapat kita lihat bahwa pajak kendaraan bermotor
terus mengalami peningkatan setiap tahunnya, dan selalu mencapai target yang
telah ditentukan dalam anggaran. Seperti pada tahun 2013 dimana target PKB
sebesar Rp.8,258,924,000 sedangkan realisasi pada tahun 2013 tersebut adalah
sebesar Rp.8,314,116,150 dan melebihi target sebesar 0.99%. pada tahun 2014
pun realisasi PKB melebihi target, yang mana target penerimaan pajak progresif
pada tahun tersebut adalah Rp.8,552,110,000 sedangkan realisasi yang didapat
adalah Rp.9,180,287,700 yang melebihi target sebesar 0,931%.
Untuk penerimaan Pelaksanaan tarif progresif kendaraan bermotor pada UPTD
P3/samsat kota pariaman dapat dilihat pada Tabel 3, pada tahun 2013 sebesar
Rp.152,402,450 dan Tahun 2014 sebesar Rp.161,409,200 mengalami peningkatan
sebesar 0,9%
d. Pelaksanaan Pembayaran Pajak Kendaraan Bermotor di Kota Pariaman
Pada dasarnya pelaksanaan pemungutan Pajak Kendaraan Bermotor,
disesuaikan dengan standar pelayanan pada UPTD P3 kota pariaman/samsat di
provinsi sumatera barat yang harus disesuiakan dengan prosedur pelayanannya
dalam garis kebijkan pemerintah provinsi sumatera barat.
Secara umum dapat dikemukakan bahwa prosedur standar yang dilakukan
oleh wajib pajak adalah, pada saat jatuh tempo masa pembayaran pajak kendaraan
bermotor sebagimana tertera dalam notice pajak/STNK, wajib pajak diminta
untuk memenuhi kewajibannya membayar pajak kendaraan bermotor. Dalam
proses pembayaran Pajak Kendaraan Bermotor (PKB), pengesahan STNK dapat
diselesaikan dalam waktu kurang dari satu jam sejak saat pendaftaran/penyerahan
berkas permohonan. Pajak kendaraan bermotor itu sendiri dibayar setiap setahun
sekali sedangkan STNK berlaku untuk 5 (lima) tahun tetapi setiap tahun dilakukan
pengesahan bersamaan pada saat pembayaran PKB.
persyaratan yang harus dibawa pada saat pembayara PKB yang bersamaan
dengan pengesahan STNK di UPTD P3/Samsat adalah, STNK asli, identitas
pemilik dan foto kopi BPKB. Setelah persyaratan lengkap, wajib pajak
12
menyerahkan berkas tersebut pada bagian pendaftaran untuk kemudian dilakukan
penetapan atas besarnya pajak terhutang.
Sejalan dengan itu, pada KASI penagihan PKB, bahwa yang bertanggung jawab
atas pembayaran PKB adalah :
a. Untuk orang pribadi adalah orang yang bersangkutan atau kuasanya atau ahli
warisnya
b. Untuk badan adalah pengurus atau kuasanya. Tahun dan saat pajak terutang :
1. Masa pajak atau tahun pajak untuk PKB adalah jangka waktu 12 (dua
belas) bulan atau berturut-turut, mulai saat pendaftaran kendaraan
bermotor.
2. Kewajiban yang terakhir sebelum 12 bulan, besarnya pajak terutang
dihitung berdasarkan jumlah bulan berjalan. Sedangkan bagian bulan yang
melebihi 15 hari dihitung berdasarkan bulan penuh.
3. Saat pajak terutang adalah saat terjadinya penyerahan kendaraan bermotor
atau penerbitan Surat Ketetapan Pajak Daerah (SKPD).
Dari hasil penelitian diperoleh penjelasan pada seksi penetapan
penerimaan, diperoleh penjelasan bahwa tata cara pendaftaran untuk dapat
melaksanakan penghiutngan besarnya PKB harus dilakukan pendafataran terhadap
objek pajak, yaitu dengan cara sebagai berikut :
1. Setiap wajib pajak harus mengisi surat pendaftaran dan pendataan kendaraan
bermotor (SPPKB) dengan jelas, lengkap dan benar sesuai dengan identitas
kendaraan bermotor dan wajib pajak yang bersanngkutan serta di tandatangani
oleh wajib pajak kusanya.
2. Surat pendaftataran dan pendataraan kendaran bermotor (SPPKB) harus di.
Sampaikan selambat lambatnya 14 hari sejak saat kepemilikan dan atu
penguasaan, untuk kendaraan bermotor baru. Sampai dengan tanggal berakhir
nya masa pajak bagi kendaraan bermotor lama. Dalam pada itu, mengenai surat
keterangan fiskal, jangka waktu nya adalah 30 hari sejak tanggal surat
keterangan fiskal antar daerah, bagi kendaraan bermotor pindah dari luar
daerah (mutasi masuk).
3. Apabila terjadi perubahan atas kendaraan bermotor dalam masa pajak, baik
perubahan bentuk, fungsi maupun penggantian mesin suatu kendaraan
bermotor, wajib dilaporkan dengan menggunakan SPPKB.
4. Penetapan pajak kendaraan bermotor
Setelah diketahui dengan jelas dan pasti obyek dan subyek PKB berdasar
SPPKB, kemudian diterbitkan Surat Ketetapan Pajak Daerah (SKPD) yang
merupakan pemberitahuan ketetapan besarnya pajak yang terhutang.
5. Pembayaran Pajak Kendaraan Bermotor :
1. Pembayaran atas PKB harus dilunasi sekaligus dimuka untuk 12 bulan.
2. Pajak dilunasi selambat-lambatnya 1 (satu) bulan sejak diterbitkannya
SKPD.
3. Kepada wajib pajak yang telah membayar lunas pajaknya diberi tanda
pelunasan pajak.
13
e.
Tarif Pajak Progresif kendaraan Bermotor di UPTD P3/SAMSAT Kota
Pariaman
Tarif adalah suatu persentase tertentu yang telah diatur oleh UndangUndang Tarif Progresif merupakan tarif yang persentasenya meningkat seiring
dengan peningkatan dasar pengenaan pajaknya. Dalam Pasal 6 (1) Peraturan
Gubernur Sumatera Barat Nomor 56 Tahun 2011 tentang Pelaksanaan
Pemungutan Pajak Kendaraan Bermotor dan Bea Balik Nama Kendaraan
bermotor dikatakan bahwa dasar pengenaan PKB adalah nilai jual kendaraan
bermotor. Dasar pengenaan terdiri atas dua unsur utama yakni :
1) Nilai Jual
Unsur nilai jual diperoleh berdasarkan harga pasaran umum (harga ratarata yang diperoleh dari berbagai sumber data), seperti agen tunggal pemegang
merek, asosiasi penjual kendaraan bermotor atau suatu kendaraan bermotor, harga
pasaran umum minggu pertama Bulan Desember tahun pajak sebelumnya. Jika
tidak diketahui nilai jualnya ditentukan oleh factor-faktor berikut :
a.
b.
c.
d.
Isi silinder dan/atau satuan daya
Penggunaan
Jenis
Merek tahun pembuatan berat total dan banyaknya penumpang yang
diizinkan
e. Dokumen impor untuk jenis kendaraan bermotor tertentu
2) Bobot
Unsur bobot adalah unsur yang mencerminkan secara relative kadar
kerusakan jalan dan pencemaran lingkungan yang diakibatkan oleh penggunaan
kendaraan bermotor, bobot dinyatakan sebagai koefisien tertentu, koefisien bobot
sama dengan 1 (satu), berarti kendaraan bermotor tersebut membawa pengaruh
terhadap kerusakan jalan dan pencemaran lingkungan.
Bobot dihitung berdasarkan faktor-faktor berikut :
a. Tekanan Ganda yang dibedakan atas jumlah sumbu/as, roda dan berat
kendaraan bermotor.
b. Jenis bahan bakar kendaraan bermotor yang dibedakan menurut solar,
bensin, gas, listrik, tenaga surya, atau jenios bahan bakar lainnya.
c. Jenis, penggunaan, tahun pembuatan, dan cirri-ciri mesin kendaraan
bermotor, yang dibedakan berdasarkan jenis mesin 2 tak atau 4 tak dan isi
silinder.
Untuk memudahkan dasar pengenaan dinyatakan dalam suatu tabel yang
ditetapkan oleh Menteri Dalam Negri dengan pertimbangan Menteri Keuangan,
besaran tarif PKB sebelum berlakunya Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009
tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (PDRD) dibagi atas 3 bagian yaitu :
a. 1,5% untuk bukan umum
b. 1% untuk umum, dan
c. 0,5% untuk alat-alat berat dan alat-alat besar
14
Penghitungan PKB pada Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000 tentang
perubahan atas Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan
Retribusi Daerah, telah sesuai dengan teori Tentang Hukum Pajak, karena yang
menjadi dasar pengenaan pajak adalah harga kendaraan.
Setelah diberlakukannya Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang
Pajak Daerah dan Retribusi Daerah menggantikan Undang-Undang Nomor 34
Tahun 2000 tentang perubahan atas Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1997
tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, Tarif Progresif pun diberlakukan
untuk Pajak Kendaraan Bermotor.
Dalam pasal 6 ayat 1 Peraturan Gubernur Sumatera Barat Nomor 56
Tahun 2011 tentang pelaksanaan pemungutan Pajak Kendaraan Bermotor dan Bea
Balik Nama Kendaraan Bermotor dikatakan bahwa dasar pengenaan PKB adalah
Nilai Jual Kendaraan bermotor, tapi pada pasal 7 PerGub tersebut dikatakan
bahwa Pajak Progresif dikenakan atas kepemilikan kendaraan bermotor pribadi
kedua dan seterusnya. Pasal Peraturan Gubernur tersebut menentukan besar
persentase atas pemungutan pajak atas kendaraan bermotor, yaitu:
1. Untuk kepemilikan kendaraan bermotor pertama sebesar 1,5%
2. Untuk kepemilikan kendaraan nermotor kedua dan selanjutnya
ditetapkan secara progresif yaitu :
a. Kendaraan kepemilika kedua sebesar 2%
b. Ketiga sebesar 2,5%
c. Keempat sebesar 3%
d. Kelima dan seterusnya sebesar 3,5%.
B. Kendala-Kendala yang Ditemui Dalam Pelaksanaan Tarif Pajak
Progresif di UPTD P3/Samsat Kota Pariaman.
Terdapat beberapa kendala yang ditemui dalam Pelaksanaan tarif progresif
dalam pemungutan PKB di UPTD P3/Samsat Kota Pariaman, faktor kendala
tersebut ada yang berasal dari Intern dan Ekstern :
1. Kendala Intern yaitu kendala yang berasal dari dalam UPTD P3
a. Kurangnya Sumber Daya Manusia (SDM) pada UPTD P3/Samsat
Kota Pariaman yang dibutuhkan dalam pelaksanaan proses
pemungutan pajak kendaraan bermotor.
b. Kurangnya pelatihan atau seminar serta pembekalan yang diberikan
kepada pegawai UPTD P3/Samsat Kota Pariaman sehubungan
dengan peningkatan kinerja sehingga kinerja yang diberikan belum
maksimal.
2. Kendala Ekstern yaitu kendala yang berasal dari luar UPTD P3/Samsat:
a. Menurut Peraturan Daerah Provinsi No. 4 Tahun 2011 yang
dikenakan Pajak Progresif didasarkan atas nama dan/atau alamat
yang sama. Nama dan/atau Alamat yang sama sebagaimana yang
dimaksud didasarkan atas kepemilikan kendaraan bermotor dalam 1
15
(satu) keluarga yang dibuktikan dalam satu susunan Kartu Keluarga
yang diterbitkan oleh instansi berwenang.
Pada kantor UPTD P3/Samsat Kota Pariaman, kepemilikan
kendaraan bermotor didasarkan atas Nama dan Alamat yang sama
karena yang lainnya belum efektif, dikarenakan ada kendala dalam
pendataan disebabkan alamat rumah yang tidak memiliki Nomor
Rumah khususnya di Kota Pariaman banyak sekali Rumah-rumah
tertanggung pajak tidak memiliki nomor.
b.
c.
Kurangnya pengetahuan masyarakat tentang Pelaksanaan tarif
progresif pada PKB, sehingga banyak wajib pajak pada saat akan
membayar pajak protes atas mahalnya PKB yang harus dibayarkan.
Dalam hal kendaraan yang diperjualbelikan apabila kendaraan
tersebut belum dibalik namakan maka sipenjual atau sipembeli pun
masih dikenakan tarif progresif pada saat menbayar PKB,
kebanyakan masyarakat masih meminjam KTP (Kartu Tanda
Penduduk) pemilik sebelumnya untuk melakukan pembayaran PKB
sehingga tarif pajak yang dikenakanpun menjadi tinggi dan tentunya
pajak yang dibayarkan menjadi bertambah, hal ini dikarenakan
masyarakat yang kurang mengetahui dan memahami tentang tarif
pajak progresif.
C. Upaya untuk Mengatasi Kendala-Kendala Pelaksanaan Tarif Pajak
Progresif di UPTD P3/Samsat Kota Pariaman
Untuk mengatasi kendala-kendala diatas, maka UPTD P3/Samsat Kota
Pariaman melakukan beberapa usaha, yakni :
1. Menyangkut kendala Intern yang terjadi di UPTD P3/Samsat Kota
Pariaman.
Dengan memberikan pelatihan, seminar ataupun studi banding untuk
Pegawai/Karyawan UPTD P3/Samsat Kota Pariaman untuk
memperbaiki kualitas SDM dan menambah ilmu pengetahuan dan
teknologi bagi Pegawai/Karyawan dalam rangka peningkatan kinerja
kerja untuk memberikan pelayanan yang lebih baik pada masyarakat
wajib pajak.
2. Terkait kendala ekstern
1. DPKD sebagai koordinator dan hanya menerima laporan realisasi
pajak secara keseluruhan, sementara operasionalnya ada dimasingmasing UPTD sudah seyogya nya Pelaksanaan sistim E-KTP sudah
dapat dimamfaatkan dan terealisasi bukan hanya di UPTD
P3/Samsat Kota Pariaman guna untuk sistim pendataan yang akurat
sehingga tidak ada lagi kerancuan dalan hal untuk keakuratan dan
keabsahan data pribadi masing-masing wajib pajak yang
tertanggung kewajibannya masing-masing.
2. Megenai ketidaktahuan masyarakat mengenai Pelaksanaan tarif
progresif pada pemungutan PKB, pemerintah melakukan upaya-
16
upaya sosialisasi mengenai tarif progresif pada PKB kepada
masyarakat.
3. Untuk kendaraan yang di perjual-belikan hendaknya dilakukan
proses balik nama untuk menghindari terkena tarif progresif.
IV. PENUTUP
A. Kesimpulan
Ada beberapa hal yang dapat disimpulkan dari hasil penelitian dan
pembahasan tersebut, antara lain :
1. Untuk penerimaan pelaksanaan tarif pajak progresif kendaraan bermotor
pada UPTD P3/SAMSAT kota pariaman, pada tahun 2013 sebesar
Rp.152,402,450 dan Tahun 2014 sebesar Rp.161,409,200 mengalami
peningkatan sebesar 0,9%
2. Kendala-kendala yang terjadi dalam pelaksanaan pembayaran pajak
kendaraan bermotor pada Kantor SAMSAT Kota Pariaman pada dasarnya
tidak mempengaruhi secara signifikan terhadap target penerimaan yang
telah direncanakan oleh Kantor SAMSAT Kota Pariaman, dimana kendala
yang terjadi seperti :
a. Identitas Pemilik
b. Keakuratan Data
c. Banyaknya objek tunggakan pajak kendaraan bermotor
d. Data Super KPKB yang kurang akurat
3. Untuk mengatasi kendala tersebut, upaya yang dilakukan oleh Kantor
UPTD P3/Samsat Kota Pariaman adalah dengan melakukan evaluasi
terhadap Kendala-kendala yang ada dengan cara mencari solusi untuk
mengatasi kendala yang dihadapi tersebut, serta dengan melakukan
berbagai pelatihan bagi karyawan dan pegawai Kantor UPTD P3/Samsat
Kota Pariaman demi untuk menumbuhkan dan mengembangkan kualitas
Sumber Daya Manusia di lingkungan Kantor UPTD P3/Samsat Kota
Pariaman. Dilain hal juga dengan melakukan penyuluhan dan sosialisasi
kepada masyarakat akan pentingnya membayar pajak terutama pajak
kendaraan bermotor.
B. Saran
Penulis coba memberikan beberapa saran dalam Penulisan ini, antara lain :
1. Perlunya evaluasi dan peningkatan oleh pihak Kantor UPTD P3/Samsat
Kota Pariaman dalam hal pelayanan kepada masyarakat wajib pajak
kendaraan bermotor, sehingga adanya kenyamanan bagi masyarakat yang
akan melakukan pembayaran pajak kendaraan bermotor mereka.
2. Melakukan peningkatan penguasaan teknologi khususnya dibidang
teknologi dan informasi bagi pegawai dan karyawan Kantor UPTD
P3/Samsat Kota Pariaman untuk mempermudah dan memperlancar semua
urusan yang berkaitan dengan sistem Administrasi dan dalam hal
17
pembayaran pajak kendaraan bermotor diwilayah kerja Kantor UPTD
P3/Samsat Kota Pariaman.
3. Adanya peningkatan dalam hal evaluasi dan peningkatan dalam
menumbuh kembangakan kualitas Sumber Daya Manusia di jajaran
Kantor UPTD P3/Samsat Kota Pariaman, agar semua target dan
pencapaian dapat terlaksana dengan baik dan lancar.
18
V. DAFTAR PUSTAKA
A. Buku-buku
Achmad Tjahyono & Muh.Taufik Husein, 2002, perpajakan di Indonesia,
YKPM; Yokyakarta;
Brotodiharjo, R. Santoso, 1971, Pengantar Ilmu Hukum Pajak, Eresco,
Bandung;
Hassan Shadili, 1997, Ensiklopedia Umum, Kanisius, Yokyakarta;
Hilman hadikusuma, 1995. Metode Pembuatan Kertas Kerja atau Skripsi
Ilmu Hukum. Mandar Maju, Bandar Lampung;
Hanif Nurcholish, 2005, Teori dan Praktek Pemerintahan dan Otonomi
Daerah, PT. Grasindo, Jakarta;
J. Supranto, 2003, Metode Penelitian Hukum dan Statistik. Rineka Cipta,
Jakarata;
Muqodim, 2000, Perpajakan Buku Satu, UII Press dan Ekonesia,
Jogyakarta;
R. Brotodiharjo Santoso, 1993, Pengantar Ilmu Hukum Pajak Eresco,
Bandung;
Richard Burton, 2001, Hukum Pajak, Salemba Empat, Jakarta;
Rochmat Soemitro, 1991, Pajak Ditinjau Dari Segi Hukum, Eresco,
Bandung;
Rochmat Soemitro, 2005, Perpajakan. Achmad Tjahjono, Jakarta;
Rochmat Soemitro, 1992. Pengantar Singkat Hukum Pajak, Eresco,
Bandung;
Rukiah Handoko, 2000, Pengantar Hukum Pajak, UI Press, Depok;
Sarundajang, 1999, Arus Balik Kekuasaan Pusat ke Daerah, Pustaka Sinar
Harapan, Jakarta;
Salamun.A.T. 2000, Pajak Citra dan Upaya Pembaruannya, Bina Rena,
Jakarta;
Soerjono Soekanto dan Sri Mamuji, 2006, Penelitian Hukum Normatif,
Suatu Tinjauan Singkat, Rajawali Pers, Jakarta;
Soetijo, 1990, Hubungan Pemerintah Pusat dan Pemerintah daerah,
Rineka Cipta, Jakarta;
Widodo Widi., dan Djefris Dedy. (2008). Tax Payer’s Right. Bandung:
Alfabeta;
Waluyo & Iiyar Wirawan. B, 2003, Perpajakan Indonesia, Salemba
Empat, Jakarta;
Y. Sri Pudyatmoko, 2002, Pengantar Hukum Pajak, Andi, Yokyakarta;
B. Undang – Undang dan Peraturan Lainnya :
Undang-undang Nomor 34 Tahun 2000 Tentang Perubahan Undang-undang
Nomor 18 Tahun 1997 Tentang Pajak daerah dan Retribusi Daerah
Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah.
19
Undang-undang Nomor 28 Tahun 2007 Tentang perubahan ketiga atas
undang-undang nomor 6 tahun 1993 tentang ketentuan umum dan tata cara
perpajakan.
Peraturan pemerintah Repuplik Indonesia Nomor 65 Tahun 2001 Tentang
Pajak Daerah
Peraturan Daerah Propinsi Sumatera Barat No. 4 Tahun 2011 Tentang Pajak
Daerah
20