BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Tanggung Jawab Pemerintah dalam Mengupayakan Perluasan Kesempatan Kerja pada Sektor Ekonomi Kreatif Menurut Undang – Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Industri kreatif di berbagai negara saat ini diyakini dapat memberikan

  kontribusi bagi perekonomian bangsanya. Beberapa studi telah dilakukan untuk melihat perkembangan serta kiprah sektor industri kreatif dalam perekonomian.

  Tahun 2000, di United Kingdom, sumbangan industri kreatif terhadap PDB-nya adalah 7,9 % dan pertumbuhannya 9%. Di New Zealand, sumbangan industri kreatif terhadap PDB-nya adalah 3,1 %, Australia sumbangan industri kreatif terhadap PDB-nya adalah 3,3%. Indonesia mulai melihat bahwa sektor industri kreatif ini merupakan sektor industri yang potensial untuk dikembangkan. Pada tahun 2002 – 2006, rata-rata kontribusi industri kreatif di Indonesia adalah Rp 104,638 trilyun atau 6,3 % terhadap PDB Indonesia mampu menyerap tenaga kerja 5,4 juta pekerja di Indonesia dengan tingkat partisipasi tenaga kerja mencapai 5,8 % serta produktivitas tenaga kerja mencapai 19,5 juta rupiah per perkerja tiap tahunnya. Produktivitas ini lebih tinggi dari produktivitas nasional

  

  yang mencapai kurang dari Rp 18 juta rupiah per pekerja tahunnya . Sedangkan pertumbuhan dari industri kreatif mencapai 7,3 % per tahun, lebih tinggi daripada

  

  pertumbuhan ekonomi nasional yang sebesar 5,6 % per tahun. Disisi lain, banyak industri kreatif tumbuh dan tahan terhadap krisis ekonomi.

  1 2 Studi Industri Kreatif Indonesia (Jakarta : Departemen Perdagangan RI, 2007), hlm.vi.

  Diambil dari Lutfi Zainuddin, “Industri Kreatif Makin Prospektif “, http://bisnisindonesia.com (diakses tanggal 26 Juni 2014)

  Melihat kondisi Indonesia yang demikian maka diperlukan kerja keras, ketekunan dan kerja sama semua pihak baik pemerintah, masyarakat maupun swasta demi pemulihan ekonomi negara khususnya di bidang kependudukan. Pembangunan ekonomi dengan tujuan utama yaitu meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan mensejahterakan masyarakat menjadi tolak ukur kemapanan suatu negara. Bagi negara berkembang, pertumbuhan ekonomi yang positif merupakan sasaran yang harus dicapai agar dapat mensejajarkan diri dengan negara – negara maju.

  Pemerintah pusat mencanangkan tahun 2009 sebagai Tahun Indonesia Kreatif. Pencanangan ini bertujuan untuk mengembangkan ekonomi gelombang ke empat (kreatif) yang mempunyai prospek yang cerah terutama ditengah krisis global. Penggunaan industri kreatif juga dianggap dapat mempercepat pembangunan, membangun kemandirian ekonomi, pemerataan pembangunan dengan cara memberikan kesempatan kepada daerah untuk menggali, mengatur

  

  dan mengelola sumber daya yang dimilikinya. Misalnya akibat perubahan perekonomian atas pelaksanaan program dan kebijakan pemerintah.

  Pertumbuhan ekonomi yang positif berarti meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang mampu menciptakan lapangan kerja yang optimal dari segi jumlah, produktivitas dan efisiensi memerlukan kebijakan yang memperhitungkan kondisi internal maupun perkembangan eksternal. Kondisi internal dan eksternal meliputi pertumbuhan ekonomi dan kesempatan kerja, perkembangan dan efisiensi pemanfaatan investasi, produktivitas, elastisitas dan shift – share location quotient

  

sebagai input bagi pengambilan keputusan. 3 4 Studi Industri Kreatif Indonesia, Op.Cit., hlm. 33.

  Dwikarinimade, Analisis Prioritas Sektoral Penyerapan Tenaga Kerja di

  Kebijakan perluasan kesempatan kerja merupakan suatu kebijakan penting dalam pelaksanaan pembangunan. Hal ini disebabkan karena salah satu tolak ukur untuk menilai keberhasilan ekonomi suatu negara adalah kesempatan kerja yang diciptakan oleh adanya pembangunan ekonomi. Kesempatan kerja merupakan aspek sosial ekonomi yang sulit diwujudkan. Hal tersebut mempengaruhi produktivitas sosial terpuruk. Dengan demikian, kebijakan dan

   program pembangunan perlu diarahkan untuk perluasan kesempatan kerja.

  Perekonomian yang berkembang dengan pesat bukan jaminan bahwa negara tersebut dikatakan makmur bila tidak diikuti perluasan kesempatan kerja.

  Kesempatan kerja yang dimaksud adalah lapangan kerja yang mampu menampung tenaga baru yang setiap tahun memasuki dunia kerja. Dengan demikian hubungan antara pertumbuhan ekonomi nasional maupun regional berkaitan erat dengan perluasan kesempatan kerja karena faktor produksi tenaga kerja merupakan faktor yang penting selain modal, teknologi dan alam. Dengan kata lain, pertumbuhan penduduk harus diimbangi dengan perluasan kesempatan kerja agar angkatan kerja yang ada dapat diserap.

  Sementara itu, dalam kurun waktu 2007 – 2012 penduduk usia kerja meningkat dari 166,64 juta orang menjadi 177,65 juta orang, dimana jumlah tersebut sudah termasuk dalam kelompok angkatan kerja berkisar antara 65,7% sampai 67,18% dengan angka yang berfluktuasi setiap tahunnya. Seiring dengan peningkatan jumlah angkatan kerja, jumlah penduduk yang bekerja juga terus meningkat dari 90,78 juta orang menjadi 102,55 juta orang. Pada tahun 2008 ada

  Kabupaten Karangasem Tahun 1997 – 2006 (Jakarta : Piramedia, 2009), hlm.31. 5 Priyo, Pengaruh Investasi PMA Dan PMDN, Kesempatan Kerja, Pengeluaran

Pemerintah Terhadap PDRB Di Jawa TengahPeriode Tahun 1980-2006 (Jakarta : Sinar Grafika, 2009), hlm.74. sekitar 90,5% penduduk bekerja, tetapi pada tahun 2009 dan 2010 menjadi 90,14% dan 88,8%. Pada tahun 2009 - 2010 terjadi peningkatan masing – masing menjadi 89,72%, 90,89 %, dan 91,61% di tahun 2010. Meskipun demikian, jumlah penduduk yang bekerja tidak selalu menggambarkan jumlah kesempatan kerja yang ada. Hal ini dikarenakan sering terjadinya mismatch dalam pasar kerja.

  Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “ TANGGUNG JAWAB PEMERINTAH DALAM

  

MENGUPAYAKAN PERLUASAN KESEMPATAN KERJA PADA

SEKTOR EKONOMI KREATIF MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN

  B. Perumusan Masalah

  Adapun rumusan masalah yang akan dibahas di dalam skripsi ini adalah: 1. Bagaimana kebijakan pemerintah dalam memberikan kesempatan kerja menurut Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan?

  2. Bagaimana tanggung jawab pemerintah untuk mewujudkan perluasan kesempatan kerja pada sektor ekonomi kreatif?

  3. Bagaimana peran pelaku usaha ekonomi kreatif dalam mengupayakan perluasan kesempatan kerja ?

  C. Tujuan dan Manfaat Penulisan

  Penulisan ini dilakukan dengan tujuan dan manfaat yang hendak dicapai, yaitu:

  1. Tujuan Penulisan Berdasarkan perumusan masalah sebagaimana yang telah diuraikan diatas maka tujuan dalam penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut: a. Untuk mengetahui kebijakan pemerintah dalam memberikan kesempatan kerja menurut Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang

  Ketenagakerjaan.

  b.

  Untuk mengetahui tanggung jawab pemerintah dalam mengupayakan perluasan kesempatan kerja pada sektor ekonomi kreatif .

  c.

  Untuk mengetahui peran pelaku usaha ekonomi kreatif dalam mengupayakan perluasan kesempatan kerja.

  2. Manfaat Penulisan Mengenai manfaat akan hasil penelitian skripsi ini terhadap rumusan permasalahan yang sudah diuraikan dapat dibagi menjadi dua jenis manfaat, yaitu:

  a. Manfaat teoritis 1)

  Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan teoritis bagi penulis dan pembaca untuk menambah pengetahuan beserta pemahaman mengenai hukum ketenagakerjaan dan perluasan kesempatan kerja pada sektor ekonomi kreatif menurut Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan. 2)

  Merupakan bahan untuk penelitian lanjutan, baik sebagai bahan dasar maupun bahan perbandingan bagi penelitian yang lebih luas.

  b. Manfaat praktis 1)

  Bagi pemerintah, agar menyadari peran tanggung jawab mengenai perluasan tenaga kerja menurut Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.

  2) Bagi pelaku usaha industri kreatif, agar memahami peran sebagai pelaku usaha bersama pemerintah untuk dapat menyerap tenaga kerja demi pertumbuhan ekonomi negara.

  D. Keaslian Penulisan

  Berdasarkan hasil penelitian dan pemeriksaan di Perpustakaan Pusat Universitas Sumatera Utara dan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara maka diketahui bahwa belum pernah dilakukan penulisan yang serupa mengenai “Tanggung Jawab Pemerintah dalam Mengupayakan Perluasan Kesempatan Kerja pada Sektor Ekonomi Kreatif menurut Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan”. Oleh karena itu, penulisan skripsi ini merupakan ide asli penulis, adapun tambahan ataupun kutipan dalam penulisan ini bersifat menambah penguraian penulis dalam skripsi ini. Dengan demikian keaslian penulisan skripsi ini adalah ide penulis dan dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah dan akademik.

  E. Tinjauan Kepustakaan

  Secara garis besar, penduduk dibedakan menjadi dua golongan yaitu tenaga kerja dan bukan tenaga kerja. Tenaga kerja adalah penduduk yang sudah atau sedang bekerja, yang sedang mencari pekerjaan dan yang melakukan kegiatan lain seperti bersekolah dan mengurus rumah tangga. Pengertian tenaga kerja dan bukan tenaga kerja dibedakan oleh batas usia kerja. Batas usia kerja berbeda – beda antara negara yang satu dengan negara lain. Perbedaan tersebut dibuat berdasarkan situasi tenaga kerja di masing – masing negara. Misalnya, di India batas usia kerja adalah 14 – 60 tahun, di Amerika Serikat batas usia kerja 16 tahun ke atas, versi Bank Dunia batas usia kerja adalah 15 – 64 tahun. Negara Indonesia sendiri batas usia kerja adalah 10 tahun ke atas (sejak tahun 1971 sampai pada tahun 1999). Pemilihan umur 10 tahun sebagai batas umur minimum didasari oleh kenyataan bahwa dalam batas umur tersebut sudah banyak penduduk Indonesia terutama di pedesaan sudah bekerja atau mencari pekerjaan. Semenjak dilaksanakan Sakernas 2001, batas usia kerja yang semula 10 tahun diubah menjadi 15 tahun atau lebih mengikuti definisi yang dianjurkan oleh International Labour Organization (ILO).

  Tujuan dari pemilihan batas umur tersebut adalah supaya definisi yang diberikan sedapat mungkin dapat menggambarkan keadaan yang sebenarnya.

  Berdasarkan pemilihan batas umur di atas, dapat dilihat bahwa batas umur maksimum tenaga kerja tidak ada. Artinya hanya sebagian saja penduduk Indonesia yang merasakan tunjangan di hari tua akibat tidak adanya batas umur maksimum bekerja. Penduduk yang merasakan tunjangan adalah pegawai negeri dan hanya sebagian kecil pegawai dari perusahaan swasta. Golongan inipun, kadang kala pendapatan yang mereka terima tidak mencukupi kebutuhan sehari – hari sehingga kebanyakan tenaga kerja yang telah mencapai usia pensiun tetap masih harus bekerja. Sebab itu, di Indonesia tidak menganut sistem batas umur maksimum.

  Atas dasar pertimbangan tersebut, Undang – Undang Nomor 25 Tahun 1997 tentang Ketenagakerjaan telah menetapkan batas usia kerja menjadi 15 tahun. Dengan kata lain, sesuai dengan berlakunya undang – undang ini, mulai tanggal 1 Oktober 1998 tenaga kerja didefenisikan sebagai penduduk umur 15 tahun atau lebih.

  Menurut Undang – Undang Nomor 14 Tahun 1969 tentang Ketentuan – Ketentuan Pokok Mengenai Tenaga Kerja disebutkan bahwa tenaga kerja adalah tiap – tiap orang yang mampu melakukan pekerjaan baik didalam maupun diluar hubungan kerja guna menghasilkan barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.

  Angkatan kerja dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu pekerja dan penganggur. Dimaksud dengan pekerja adalah orang – orang yang mempunyai pekerjaan dan sedang bekerja serta orang yang mempunyai pekerjaan namun untuk sementara waktu tidak bekerja (misalnya wanita karir yang sedang hamil).

  Penduduk yang termasuk dalam kategori pengangguran adalah penduduk yang sedang mencari pekerjaan, yang sedang mempersiapkan usaha, yang tidak mencari pekerjaan karena merasa sudah tidak mungkin mendapatkan pekerjaan, dan penduduk yang sudah mendapatkan pekerjaan tetapi belum mulai bekerja.

  Di negara yang sedang berkembang, masalah pengangguran merupakan masalah yang sulit diatasi hingga saat ini. Hal ini dikarenakan masalah pengangguran menyebabkan tingkat pendapatan nasional dan tingkat kemakmuran masyarakat tidak mencapai potensi yang maksimal. Demikan juga halnya di Indonesia, untuk dapat mengatasi pengangguran pemerintah mengupayakan jalan keluar secara lambat laun baik di desa maupun di kota seperti pengembangan industri kreatif

  Penyerapan tenaga kerja dapat diartikan secara luas yakni menyerap tenaga kerja dalam arti menghimpun orang atau tenaga kerja di suatu lapangan usaha. Kesempatan kerja didefinisikan sebagai keadaan yang mencerminkan seberapa jumlah dari total angkatan kerja yang dapat diserap atau dapat ikut serta secara aktif dalam kegiatan perekonomian suatu negara. Dengan kata lain, kesempatan kerja merupakan jumlah penduduk yang bekerja atau telah mendapatkan pekerjaan. Ahli ekonomi klasik mendefinisikan kesempatan kerja sebagai suatu keadaan dimana semua pekerja yang ingin bekerja pada suatu tingkat upah tertentu akan dengan mudah mendapat pekerjaan.

  Pandangan ilmu ekonomi, salah satu faktor produksi yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi adalah tenaga kerja. Tenaga kerja yang dimaksud adalah tenaga kerja yang memiliki keahlian dan keterampilan yang sering disebut dengan sumber daya manusia (SDM) yang merupakan modal utama untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang baik.

  Pertumbuhan ekonomi berarti perkembangan kegiatan dalam perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa yang diproduksikan dalam

  

  masyarakat bertambah dan kemakmuran masyarakat meningkat. Pertumbuhan ekonomi diartikan sebagai kenaikan GDP (Gross Domestic Bruto) tanpa memandang bahwa kenaikan itu lebih besar atau lebih kecil dari pertumbuhan penduduk dan tanpa memandang apakah ada perubahan dalam struktur ekonominya.

  Masalah akan timbul jika lapangan usaha yang ada tidak mampu menyerap tenaga kerja dalam kondisi yang tidak siap pakai. Oleh sebab itu, diperlukan peranan pemerintah dalam upaya mengatasi problema tersebut melalui pembinaan dan pengembangan industri kreatif yang nantinya dapat memberikan hasil yang diharapkan. Selain itu, dapat juga melalui peningkatan bantuan lunak untuk meningkatkan motivasi, pengetahuan, keterampilan, wawasan dan pandangan 6 Sukirno Sadono, Ekonomi Pembangunan: Proses, Masalah, dan Dasar Kebijakan (Jakarta: Kencana Perdana Media Group, 2006), hlm.28. yang luas sehingga lebih mempermudah proses penyerapan tenaga kerja. Apabila semakin luas lapangan usaha berarti semakin luas pula kesempatan berusaha dan kesempatan kerja. Kesempatan kerja yang luas dapat meningkatkan penyerapan tenaga kerja.

F. Metode Penelitian

  Penelitian merupakan bagian pokok ilmu pengetahuan yang bertujuan untuk mengetahui dan memahami segala kehidupan, atau lebih jelasnya penelitian merupakan sarana yang dipergunakan oleh manusia untuk memperkuat, menguji,

  

serta mengembangkan ilmu pengetahuan.

  Untuk melengkapi penulisan skripsi ini agar tujuan dapat lebih terarah dan dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah, maka metode penulisan yang digunakan antara lain: 1.

  Spesifikasi penelitian Penelitian yang akan dilakukan adalah penelitian hukum normatif.

  Penelitian hukum normatif terutama dilakukan untuk penelitian norma hukum dalam pengertian ilmu hukum sebagai ilmu tentang kaidah atau apabila hukum dipandang sebagai sebuah kaidah yang perumusannya secara otonom tanpa

  

  dikaitkan dengan masyarakat. Penelitian normatif yang didasarkan pada bahan hukum primer dan sekunder yaitu inventarisasi peraturan-peraturan yang berkaitan dengan penulisan skripsi penulis.

  7 Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum (Jakarta: Universitas Indonesia (UI) Pers, 1986), hlm. 250. 8 Edy Ikhsan dan Mahmul Siregar, Metode penelitian dan Penulisan Hukum Sebagai Bahan Ajar (Medan: Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, 2009), hlm. 54.

  Penelitian ini bersifat deskriptif. Maksud dari penelitian ini adalah untuk memperolah gambaran yang lengkap dan secara jelas tentang permasalahan yang terdapat pada masyarakat yang digunakan dapat dikaitan dengan ketentuan- ketentuan atau peraturan-peraturan hukum yang berlaku. Adapun metode pendekatan penelitian yang dipakai adalah pendekatan yuridis.

2. Sumber data

  Penyusunan skripsi ini, data dan sumber data yang digunakan adalah data sekunder yang terdiri dari bahan hukum primer, sekunder, dan tersier. Data sekunder adalah mencakup dokumen-dokumen resmi, buku-buku, hasil-hasil

   penelitian yang berwujud laporan dan sebagainya.

  Bahan hukum primer yaitu bahan hukum yang terdiri dari peraturan perundang-undangan di bidang kepailitan, antara lain: a.

  Kitab Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan b.

  Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 2013 tentang Perluasan Kesempatan Kerja

  Bahan hukum sekunder yaitu bahan hukum yang memberikan penjelasan terhadap bahan hukum primer yakni hasil karya para ahli hukum berupa buku- buku, pendapat-pendapat sarjana, yang berhubungan dengan pembahasan skripsi ini.

  Bahan hukum tersier atau bahan penunjang yaitu bahan hukum yang memberikan petunjuk atau penjelasan bermakna terhadap bahan hukum primer dan/atau bahan hukum sekunder yakni kamus hukum dan Kamus Besar Bahasa Indonesia. 9 Amiruddin dan Zainal Asikin, Pengantar Metode Penelitian Hukum, (Jakarta: Rajawali Pers, 2006), hlm. 30.

  3. Teknik pengumpulan data Pengumpulan data dilakukan dengan cara studi kepustakaan (library

  

reaseacrh) yaitu serangkaian usaha untuk memperoleh data dengan jalan

  membaca, menelaah, mengklarifikasi, mengidentifikasi, dan dilakukan pemahaman terhadap bahan-bahan hukum yang berupa peraturan perundang- undangan serta buku-buku literatur yang ada relevansinya dengan permasalahan penelitian. Hasil dari kegiatan pengkajian tersebut kemudian dibuat ringkasan secara sistematis sebagai inti sari hasil pengkajian studi dokumen. Tujuan dari teknik dokumentasi ini adalah untuk mencari konsepsi-konsepsi, teori-teori, pendapat-pendapat atau penemuan-penemuan yang berhubungan dengan

   permasalahan penelitian.

  4. Analisis data Data yang berhasil dikumpulkan, data sekunder, kemudian diolah dan dianalisa dengan mempergunakan teknik analisis metode kualitatif, yaitu dengan menguraikan semua data menurut mutu, dan sifat gejala dan peristiwa hukumnya melakukan pemilahan terhadap bahan-bahan hukum relevan tersebut di atas agar sesuai dengan masing-masing permasalahan yang dibahas dengan mempertautkan bahan hukum yang ada. Mengolah dan menginterpretasikan data guna mendapatkan kesimpulan dari permasalahan serta memaparkan kesimpulan dan saran, yang dalam hal ini adalah kesimpulan kualitatif, yakni kesimpulan yang

   dituangkan dalam bentuk pernyataan dan tulisan.

  10 11 Edy Ikhsan dan Mahmul Siregar, Op. Cit., hlm. 24.

   Ibid ., hlm.24-25.

G. Sistematika Penulisan

  Penulisan ini dibuat secara terperinci dan sistematis, agar memberikan kemudahan bagi pembacanya dalam memahami makna dan memperoleh manfaatnya. Keseluruhan sistematika ini merupakan satu kesatuan yang saling berhubungan satu dengan yang lain.

  Adapun sistematika penulisan yang terdapat dalam skripsi ini adalah sebagai berikut:

  BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini dikemukakan tentang latar belakang, perumusan masalah, tujuan penulisan, manfaat penulisan, keaslian penulisan, tinjauan kepustakaan, metode penulisan dan sistematika penulisan.

  BAB II KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM MEMBERIKAN KESEMPATAN KERJA MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN Bab ini berisi perluasan arah kebijakan nasional pemerintah dalam bidang ketenagakerjaan, perluasan kesempatan kerja menurut Undang-Undang Nomor 33 tahun 2013 tentang tenaga kerja, dan kebijakan pemerintah dalam memberikan kesempatan kerja menurut undang-undang no. 13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan.

  BAB III TANGGUNG JAWAB PEMERINTAH UNTUK MEWUJUDKAN PERLUASAN KESEMPATAN KERJA PADA SEKTOR EKONOMI KREATIF Bab ini memberikan penjelasan mengenai perkembangan sektor ekonomi kreatif di Indonesia, pertanggungjawaban pemerintah untuk mewujudkan perluasan kesempatan kerja.

  BAB IV PERAN PELAKU USAHA EKONOMI KREATIF DALAM MENGUPAYAKAN PERLUASAN KESEMPATAN KERJA Bab ini berisikan tentang pelaku usaha ekonomi kreatif, peran pelaku usaha ekonomi kreatif dalam mengupayakan perluasan kesempatan kerja, dan kendala yang dihadapi pelaku usaha dalam menjalankan perannya untuk mewujudkan perluasan kesempatan kerja.

  BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Pada bab terakhir ini, akan dikemukakan kesimpulan dari bagian awal hingga bagian akhir penulisan yang merupakan ringkasan dari subtansi penulisan skripsi ini, dan saran-saran penulis berikan dengan masalah yang dibahas.

Dokumen yang terkait

Tanggung Jawab Pemerintah dalam Mengupayakan Perluasan Kesempatan Kerja pada Sektor Ekonomi Kreatif Menurut Undang – Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan

0 34 86

Analisis Yuridis Terhadap Yayasan Yang Tidak Didaftarkan Menurut Undang – Undang Nomor 28 Tahun 2004

1 37 120

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Peran Pemerintah dalam Pembangunan Kawasan Industri Ditinjau dari Peraturan Pemerintah Nomor 142 Tahun 2015 tentang Kawasan Industri

0 0 19

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Tindak Pidana Judi Menurut Hukum Positif (Kuhp) Dan Qanun Nomor 13 Tahun 2003

0 0 18

BAB I PENDAHULUAN - Pertanggungjawaban Pidana Anak Terhadap Penyalahgunaan Internet Sebagai Media Bullying Menurut Undang Undang No 11 Tahun 2008

0 0 27

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Undang Hukum Perdata Dan Undang-Undang Perlindungan Konsumen (Studi Kasus Putusan Nomor 56/Pdt.G/2011/Pn Tegal)

0 0 19

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Perlindungan Hukum Terhadap Pengguna Jasa Kredit Perumahan Menurut Undang- Undang Nomor 8 Tahun 1999 (Studi Pada Perumahan Alamanda Indah Medan Selayang)

0 0 14

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Tanggung Jawab Hukum Pemborong Terhadap Pemerintah dalam Kontrak Pengadaan varang/Jasa Pemerintah (Studi Kasus Pada Dinas Pekerjaan Umum Kota Medan)

0 1 19

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Aspek Hukum Perkawinan Antar Agama Menurut Perspektif Undang- Undang No 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan Dan Kompilasi Hukum Islam

0 0 8

BAB II KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM MEMBERIKAN KESEMPATAN KERJA MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN A. Arah Kebijakan Nasional Pemerintah dalam Bidang Ketenagakerjaan - Tanggung Jawab Pemerintah dalam Mengupayakan Perluasan Kes

0 0 13