BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Peran Pemerintah dalam Pembangunan Kawasan Industri Ditinjau dari Peraturan Pemerintah Nomor 142 Tahun 2015 tentang Kawasan Industri

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pilar utama dari pembangunan perekonomian nasional adalah

  pembangunan industri. Pembangunan industri dewasa ini sedang dihadapkan pada persaingan global yang sangat berpengaruh terhadap perkembangan industri nasional. Peningkatan daya saing industri merupakan salah satu pilihan yang harus dilakukan agar produk industri nasional mampu bersaing di dalam negeri maupun di luar negeri. Peningkatan daya saing dan daya tarik investasi yang dilakukan pemerintah adalah dengan memberikan kepastian hukum bagi investor dalam melakukan kegiatan industri, menciptakan iklim usaha yang kondusif, efisiensi dan memberikan fasilitas fiskal serta kemudahan-kemudahan lain dalam melakukan kegiatan usaha industri, yang antara lain dengan menyediakan lokasi industri yang memadai berupa kawasan industri.

  Keberadaan kawasan industri merupakan strategi pengembangan investasi melalui pusat pertumbuhan industri (growth center). Strategi ini menekankan pentingnya penyediaan lahan dan fasilitas infrastruktur secara terencana dan

  

  terpadu. Suatu kawasan industri yang memadai dan baik dapat menarik minat dan mempermudah investor untuk menanamkan modalnya dalam membangun dan mengembangkan berbagai jenis pabrik dalam kawasan industri.

  Pembangunan kawasan industri di Indonesia pertama sekali dimulai pada tahun 1973 yaitu dengan berdirinya Jakarta Industrial Estate Pulo Gadung

  (diakses pada 25 februari 2016).

  (JIEP), kemudian pada tahun 1974 dibangun Surabaya Industrial Estate Rungkut (SIER), selanjutnya dibangun Kawasan Industri Cilacap (tahun 1974), menyusul Kawasan Industri Medan (tahun 1975), Kawasan Industri Makasar (tahun 1978), Kawasan Industri Cirebon (tahun 1984) dan Kawasan Industri Lampung (tahun

  

  1986). Bagi Indonesia, pembangunan kawasan industri yang mempertimbangkan aspek sosial, ekonomi dan lingkungan, akan memberikan dampak positif bagi perkembangan negara Indonesia.

  Dampak positif yang akan diterima oleh negara Indonesia adalah dapat mengurangi jumlah pengangguran yang ada di Indonesia akibat sedikitnya lapangan pekerjaan, mulai tumbuhnya berbagai peluang usaha baru, meningkatnya ekspor karena hasil produksi dari berbagai jenis pabrik yang ada di kawasan industri yang memang selain mengahasilkan produk-produk untuk kebutuhan dalam negeri juga mengahasilkan produk-produk yang dapat di ekspor ke luar negeri, meningkatnya indeks pertumbuhan ekonomi serta meningkatnya

  

  arus urbanisasi dan pemerataan penduduk. Dampak positif yang diberikan dengan adanya pembangunan kawasan industri di Indonesia pada akhirnya adalah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat Indonesia agar mengurangi banyaknya masyarakat miskin. Dampak positif yang diberikan dengan pembangunan kawasan industri tersebut sebaiknya ditunjang pula dengan sarana, prasarana dan infrastruktur lengkap yang harus disediakan oleh pengembang kawasan industri.

2 Timoticin Kwanda, “Pengembangan Kawasan Industri di Indonesia,” Dimensi Teknik Arsitektur, Vol. 28, No. 1, Juli 2000, hlm. 54-61.

   (diakses pada 25 februari 2016).

  Perkembangan usaha pengelolaan kawasan industri sejalan dengan tumbuh dan berkembangnya sektor industri di berbagai daerah di Indonesia dan semakin dibutuhkannya areal industri yang dikelola secara terpadu sehingga memudahkan investor dalam melakukan kegiatan usaha industrinya. Keadaan demikian membuat pemerintah kesulitan dalam menyediakan dana untuk melakukan pembangunan dan pengembangan kawasan industri, dilain pihak permintaan atas lahan industri dalam kawasan industri terus meningkat. Ketersediaan dana yang dapat dikerahkan untuk melaksanakan pembangunan dan pengembangan kawasan industri dirasakan tidak cukup memadai, sehingga pemerintah merasa perlu melakukan berbagai kebijaksanaan dan pendekatan kepada investor, khususnya pihak swasta yang dapat memberikan investasi pada pembangunan dan pengembangan kawasan industri di Indonesia.

  Upaya atau langkah yang dapat dilakukan pemerintah dalam menarik minat investor khususnya pihak swasta salah satunya yaitu dengan menciptakan iklim usaha yang memadai, artinya dilihat dari perspektif hukum yaitu adanya aturan yang jelas. Oleh sebab itu, pemerintah mengeluarkan kebijakan yang ditetapkan dalam Keputusan Presiden Nomor 53 Tahun 1989 tentang Kawasan Industri (selanjutnya disebut Kepres Nomor 53 Tahun 1989), yaitu berupa kebijakan yang memberikan kesempatan bagi usaha swasta baik swasta nasional maupun swasta asing untuk dapat membangun kawasan industri di Indonesia yang sebelumnya pembangunan kawasan industri di Indonesia hanya dapat dikembangkan oleh pemerintah melalui badan usaha milik negara (selanjutnya disebut BUMN).

  Keputusan Presiden Nomor 53 Tahun 1989 tentang Kawasan Industri memuat bahwa pembangunan kawasan industri di Indonesia ditujukan untuk mempercepat pertumbuhan industri, memberikan kemudahan bagi kegiatan industri, mendorong kegiatan industri untuk berlokasi di kawasan industri serta

  

  menyediakan fasilitas lokasi industri yang berwawasan lingkungan. Seiring dengan perkembangan yang terjadi di Indonesia, Kepres Nomor 53 Tahun 1989 diubah dengan Keputusan Presiden Nomor 98 Tahun 1993 tentang Perubahan Keputusan Presiden Nomor 53 Tahun 1989 tentang Kawasan Industri (selanjutnya disebut Kepres Nomor 98 Tahun 1993).

  Perubahan itu dilakukan dalam rangka mempercepat pengembangan kawasan industri agar sasaran pembangunan industri di Indonesia dapat dicapai dengan cepat, tepat, tertib dan teratur. Namun, kemudian pemerintah mengeluarkan Keputusan Presiden Nomor 41 Tahun 1996 tentang Kawasan Industri (selanjutnya disebut Kepres Nomor 41 Tahun 1996), yang membatalkan Kepres Nomor 53 Tahun 1989 dan Kepres Nomor 98 Tahun 1993.

  Keputusan Presiden Nomor 41 Tahun 1996 tentang Kawasan Industri tersebut dikeluarkan karena alasan untuk mempercepat pengembangan kawasan industri di Indonesia sehingga perlu diadakan pengaturan kembali. Menurut Kepres Nomor 41 Tahun 1996 bahwa pembangunan kawasan industri di Indonesia bertujuan untuk mempercepat pertumbuhan industri didaerah, memberikan kemudahan bagi kegiatan industri, mendorong kegiatan industri

  4 Republik Indonesia, Keputusan Presiden Nomor 53 Tahun 1989 tentang Kawasan Industri, Pasal 2. untuk berlokasi dikawasan industri dan untuk meningkatkan upaya pembangunan

   industri yang berwawasan lingkungan.

  Kemudian untuk menyempurnakan Kepres Nomor 41 Tahun 1996 dan menyesuaikannya dengan kondisi yang ada di Indonesia pada saat itu serta untuk meningkatkan status hukumnya, maka ditetapkanlah Peraturan Pemerintah Nomor

  24 Tahun 2009 tentang Kawasan Industri (selanjutnya disebut PP Nomor 24 Tahun 2009). Seiring perkembangan yang terjadi di dalam dunia kawasan industri saat ini, mengakibatkan pemerintah perlu mengganti PP Nomor 24 Tahun 2009 karena sudah tidak lagi sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan zaman yang serba maju ini. Sehingga untuk mengatasi masalah tersebut, pemerintah menetapkan Peraturan Pemerintah Nomor 142 Tahun 2015 tentang Kawasan Industri (selanjutnya disebut PP Nomor 142 Tahun 2015) serta menyatakan bahwa PP Nomor 24 Tahun 2009 dicabut dan tidak berlaku lagi sejak berlakunya PP Nomor 142 Tahun 2015.

  Peraturan Pemerintah Nomor 142 Tahun 2015 tentang Kawasan Industri merupakan peraturan pelaksana dari Pasal 63 ayat (5) dan Pasal 108 Undang- Undang Nomor 3 Tahun 2014 tentang Perindustrian (selanjutnya disebut UU Perindustrian). Peraturan pemerintah ini mengatur hal-hal meliputi dari segi pembangunan kawasan industri sampai kepada pengawasan yang dilakukan oleh pemerintah terhadap kawasan industri itu sendiri. Peraturan pemerintah ini diharapkan dapat menjadi instrumen pengaturan yang efektif dalam pembangunan kawasan industri di Indonesia dengan tetap menjamin aspek keamanan,

  5 Republik Indonesia, Keputusan Presiden Nomor 41 Tahun 1996 tentang Kawasan Industri, Pasal 2. keselamatan dan kesehatan manusia serta kelestarian fungsi lingkungan hidup disamping adanya peraturan perundang-undangan tentang perindustrian.

  Langkah selanjutnya yang dapat dilakukan pemerintah dalam mengatasi kesulitan terhadap pembangunan dan pengembangan kawasan industri di Indonesia adalah dengan mewujudkan iklim investasi yang baik di sektor industri sehingga investor berminat untuk menanamkan modalnya dalam membangun pabrik atau memperluas areal pabrik di dalam areal suatu kawasan industri di Indonesia. Iklim investasi yang baik sangat tergantung dari kebijakan pemerintah dalam merumuskan peraturan perundang-undangan secara menyeluruh dan mengimplementasikannya secara konsisten dan konsekuen. Untuk mewujudkan iklim investasi yang baik maka pemerintah memberikan kemudahan kepada dunia usaha khususnya investor yang bergerak di sektor kawasan industri berupa pelayanan publik yang baik oleh birokrasi dalam meningkatkan arus investasi dalam negeri maupun dari investor asing.

  Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas maka penulis tertarik untuk membahas mengenai pembangunan kawasan industri serta peran pemerintah dalam pembangunan kawasan industri di Indonesia. Hal ini dikarenakan mengingat bahwa pembangunan kawasan industri memberikan banyak manfaat dalam negara Indonesia khususnya dalam hal kesejahteraan masyarakat Indonesia. Dengan demikian maka penulisan skripsi ini akan diberi judul “PERAN PEMERINTAH DALAM PEMBANGUNAN KAWASAN

  INDUSTRI DITINJAU DARI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 142 TAHUN 2015 TENTANG KAWASAN INDUSTRI.”

B. Perumusan Masalah

  Bertitik tolak dari latar belakang masalah sebagaimana diuraikan diatas, maka pokok permasalahan yang akan diteliti adalah sebagai berikut:

1. Bagaimanakah pembangunan kawasan industri berdasarkan Peraturan

  Pemerintah Nomor 142 tahun 2015 tentang Kawasan Industri ? 2. Bagaimanakah tugas dan wewenang Pemerintah dalam pembangunan kawasan industri berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 142 Tahun 2015 tentang Kawasan Industri ? 3. Bagaimanakah pengawasan Pemerintah terhadap kawasan industri ?

C. Tujuan dan Manfaat Penulisan

  Penulisan ini dilakukan dengan tujuan dan manfaat yang hendak dicapai, yaitu:

1. Tujuan penulisan

  Berdasarkan perumusan masalah sebagaimana yang telah diuraikan di atas maka tujuan dalam penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut : a.

  Untuk mengetahui pembangunan kawasan industri berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 142 Tahun 2015 tentang Kawasan Industri.

  b.

  Untuk mengetahui tugas dan wewenang Pemerintah dalam pembangunan kawasan industri berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 142 Tahun 2015 tentang Kawasan Industri.

  c.

  Untuk mengetahui pengawasan Pemerintah terhadap kawasan industri.

2. Manfaat penulisan

  Mengenai manfaat akan hasil penelitian skripsi ini terhadap rumusan permasalahan yang sudah diuraikan dapat dibagi menjadi dua jenis manfaat, yaitu: a.

  Manfaat teoritis 1)

  Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan teoritis bagi penulis dan pembaca untuk menambah pengetahuan beserta pemahaman mengenai kawasan industri. 2)

  Merupakan bahan untuk penelitian lanjutan, baik sebagai bahan dasar maupun bahan perbandingan bagi penelitian yang lebih luas.

  b.

  Manfaat praktis 1)

  Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada masyarakat khususnya kepada pelaku bisnis yang ingin melakukan pembangunan maupun kegiatan kawasan industri di Indonesia. 2)

  Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi pemerintah selaku pihak yang berwenang dalam hal kegiatan kawasan industri di Indonesia.

D. Keaslian Penulisan

  Berdasarkan hasil penelitian dan pemeriksaaan di Perpustakaan Pusat Universitas Sumatera Utara dan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara maka diketahui bahwa belum pernah dilakukan penulisan yang serupa mengenai

  

Peran Pemerintah Dalam Pembangunan Kawasan Industri Ditinjau Dari

  Peraturan Pemerintah Nomor 142 Tahun 2015 Tentang Kawasan Industri.” Oleh karena itu, penulisan skripsi merupakan karya tulis ilmiah yang baru diangkat, adapun tambahan ataupun kutipan dalam penulisan ini bersifat menambah penguraian penulisan dalam skripsi ini. Dengan demikian keaslian penulisan skripsi ini dapat dipertanggungjawabkan secara moral dan ilmiah. Pengujian tentang kesamaan dan keaslian judul yang diangkat di Perpustakaan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara juga telah dilakukan dan dilewati, maka ini juga dapat mendukung tentang keaslian penulisan. Apabila dikemudian hari, ternyata terdapat judul yang sama atau telah ditulis oleh orang lain dalam bentuk skripsi sebelum skripsi ini dubuat maka hal tersebut dapat diminta pertanggungjawaban dikemudian hari.

E. Tinjuan Kepustakaan 1.

  Kawasan industri Industri adalah suatu unit atau kesatuan produksi yang terletak pada suatu tempat tertentu untuk melakukan kegiatan ekonomi. Tujuan dari dilaksanakannya kegiatan industri ialah untuk mengubah suatu bahan baku menjadi suatu barang, benda, atau produk baru yang memiliki nilai yang lebih tinggi. Bahan baku adalah bahan mentah yang diolah dan dapat dimanfaatkan sebagai sarana produksi dalam industri selain itu bahan baku juga merupakan bahan mentah, barang setengah jadi atau barang jadi yang dapat diolah menjadi barang setengah jadi atau barang jadi yang mempunyai nilai ekonomi yang lebih tinggi.

  Menurut ketentuan PP Nomor 142 Tahun 2015, yang dimaksud dengan industri adalah seluruh bentuk kegiatan ekonomi yang mengolah bahan baku dan/atau memanfaatkan sumber daya industri sehingga menghasilkan barang yang

  

  mempunyai nilai tambah atau manfaat lebih tinggi, termasuk jasa industri. Jasa industri ialah usaha jasa yang terkait dengan kegiatan industri. Selain itu, Industri merupakan suatu bentuk kegiatan masyarakat sebagai bagian dari sistem perekonomian atau sistem mata pencahariannya dan merupakan suatu usaha dari manusia dalam menggabungkan atau mengolah bahan-bahan dari sumber daya

  

  lingkungan menjadi barang yang bermanfaat bagi manusia. Hasan Alwi menyebutkan industri adalah kegiatan memproses atau mengolah barang dengan

   menggunakan sarana dan peralatan, misal mesin.

  Kegiatan di bidang industri dilakukan oleh perusahaan industri. Perusahaan industri menurut ketentuan PP Nomor 142 Tahun 2015 adalah setiap orang yang melakukan kegiatan di bidang usaha industri yang berkedudukan di

9 Indonesia. Industri sering disebut sebagai leading sector atau sektor pemimpin.

  Hal ini dikarenakan pembangunan industri dapat memacu dan mengangkat

   pembangunan sektor-sektor lainnya seperti sektor pertanian dan sektor jasa.

  Untuk mendukung kegiatan indutri yang efisien dan efektif di wilayah pusat pertumbuhan industri dibangun kawasan industri sebagai infrastruktur industri.

  Pembangunan kawasan industri dalam negara Indonesia penting dilakukan untuk mendukung pembangunan sekaligus pertumbuhan ekonomi negara Indonesia.

  6 Republik Indonesia, Peraturan Pemerintah Nomor 142 Tahun 2015 tentang Kawasan Industri, Pasal 1 angka 1 yang selanjutnya disebut dengan PP Nomor 142 Tahun 2015. 7 Eko Punto Hendro G, Ketika Tenun Mengubah Desa Troso (Semarang: Penerbit Bendera, 2000), hlm. 20-21. 8 Hasan Alwi et.al, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Penerbit Balai Pustaka, 2001), hlm. 431. 9 10 Pasal 1 angka 2 PP Nomor 142 Tahun 2015.

  Lincolin Arsyad, Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktek (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1992), hlm. 46. Serta pembangunan kawasan industri juga dapat membantu menjalin kerjasama

   regional antar negara.

  Selain itu, pembangunan kawasan industri bila ditinjau dari aspek lingkungan maka pengelolaan industri yang ada di Indonesia akan lebih mudah pengelolaanya khususnya dalam hal limbah dari hasil kegiatan industri. Kawasan industri merupakan kawasan tempat pemusatan kegiatan industri yang dilengkapi dengan sarana dan prasarana penunjang yang dikembangkan dan dikelola oleh perusahaan kawasan industri yang memiliki izin usaha kawasan industri (selanjutnya disebut IUKI). Perusahaan kawasan industri menurut ketentuan PP Nomor 142 Tahun 2015 adalah perusahaan yang mengusahakan pengembangan

   dan pengelolaan kawasan industri.

2. Penanaman modal (investasi)

  Indonesia saat ini masih digolongkan ke dalam kategori negara yang berkembang, karena Indonesia masih membutuhkan bantuan berupa modal yang diinvestasikan oleh pihak asing maupun pihak swasta. Dana yang diperoleh ini akan digunakan oleh pemerintah dalam membangun maupun menciptakan sebuah lokasi wilayah Indonesia yang bermanfaat bagi geostrategis ataupun geoekonomis. Secara langsung kegiatan inilah yang akan berfungsi untuk

  

  meningkatkan perekonomian negara. Adapun beberapa faktor yang dipertimbangkan oleh investor untuk melakukan investasi disuatu negara adalah

  11

http(diakses pada tanggal 25 februari 2016). 12 13 Pasal 1 angka 5 PP Nomor 142 Tahun 2015.

  Sentosa Sembiring, Hukum Investasi Cetakan I (Bandung: Penerbit Nuansa Aulia, 2007), hlm. 32. stabilitas politik, konsistensi penegakan hukum, sistem dan prospek ekonomi dan

   keadilan sosial.

  Salah satu langkah tepat dan strategis yang dapat dilakukan pemerintah Indonesia dalam hal kehadiran penanaman modal ialah dengan mamanfaatkan kehadiran penanaman modal khususnya penanaman modal asing yang datang ke Indonesia. Oleh karena dengan mengundang penanaman modal untuk masuk ke Indonesia berarti Indonesia bertekad untuk maju sejajar dengan bangsa-bangsa atau negara-negara yang sudah maju berkat adanya suntikan dana, kemampuan (skill) maupun manajeman dari penanaman modal khususnya penanaman modal asing dalam mengelola sumber daya ekonomi potensial menjadi ekonomi rill.

  Kegiatan investasi langsung bagi Indonesia, baik yang berbentuk investasi asing langsung (foreign direct investment) maupun investasi langsung dalam negeri (selanjutnya disebut penanaman modal dalam negeri), mempunyai kontribusi secara langsung bagi pembangunan di wilayah Indonesia khususnya dalam hal pembangunan kawasan industri. Investasi langsung akan semakin mendorong pertumbuhan ekonomi, alih teknologi dan pengetahuan serta menciptakan lapangan kerja baru dan mengurangi angka pengangguran dan juga

   mampu meningkatkan daya beli masyarakat.

  Arti penting dari kegiatan penanaman modal maupun kehadiran investor menurut Gunarto Suhardi yaitu “Investasi langsung lebih baik jika dibandingkan

  14 Mohammad Samsul, Pasar Modal dan Manajemen Portofolio (Surabaya: Erlangga, 2006), hlm. 7. 15 Mengenal keterkaitan antara investasi, pertumbuhan ekonomi dan pengentasan kemiskinan, lihat World Bank, World Development Report 2005, A Better Investment Climate for Everyone, 2004, hlm. 24-30. dengan portofolio Investment (investasi tidak langsung), karena investasi langsung

  

  lebih permanen”. Selain itu investasi langsung: a.

  Memberikan kesempatan kerja bagi penduduk.

  b.

  Mempunyai kekuatan pengandaan dalam ekonomi lokal.

  c.

  Memberikan risidu baik berupa peralatan maupun alih teknologi.

  d.

  Bila produksi di ekspor memberikan jalur atau jalan pemasaran yang dapat dirunut oleh pengusaha lokal di samping seketika memberikan tambahan devisa dan pajak bagi negara.

  e.

  Lebih tahan terhadap fluktuasi bunga dan valuta asing.

  f.

  Memberikan perlindungan politik dan keamanan wilayah karena bila investor berasal dari negara kuat niscaya bantuan kemanan juga akan diberikan. Selanjutnya investasi tidak langsung hanya merupakan investasi yang investornya tidak perlu hadir secara fisik melainkan hanya membeli saham dengan

   tujuan untuk mendapat keuntungan melalui penjualan kembali saham tersebut.

  Tujuan pemerintah mendatangkan penanaman modal ke Indonesia dengan tujuan penanaman modal dalam menanamkan modalnya di Indonesia terdapat perbedaan.

  Bagi pemerintah dengan datangnya penanaman modal diharapkan dapat memberikan sumbangan terhadap kegiatan pembangunan khususnya pembangunan kawasan industri. Sedangkan tujuan penanaman modal menanamkan modalnya di negara Indonesia adalah untuk mencari keuntungan sebanyak-banyaknya. Oleh karena itu pemerintah diharapkan dapat 16 Gunarto Suhardi, Beberapa Elemen Penting dalam Hukum Perdagangan Internasional (Yogyakarta: Penerbit Universitas Atmajaya, 2004), hlm. 45. 17 Hendrik Untung, Hukum Investasi (Jakarta: Penerbit Sinar Grafika, 2010), hlm. 12.

  menseimbangkan antara kepentingan pembangunan kawasan industri dengan kepentingan para penanaman modal yang menanamkan modalnya di Indonesia.

  Menurut ketentuan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal, yang dimaksud dengan penanaman modal adalah segala bentuk kegaiatan menanam modal, baik oleh penanam modal dalam negeri maupun penanam modal asing untuk melakukan usaha di wilayah negara

18 Republik Indonesia. Penanaman modal dalam negeri adalah kegiatan menanam

  modal untuk melakukan usaha di wilayah negara Republik Indonesia yang dilakukan oleh penanam modal dalam negeri dengan menggunakan modal dalam negeri. Selain itu, penanaman modal dalam negeri dapat dilakukan oleh perseorangan warga negara Indonesia, badan usaha negeri dan/atau pemerintah negeri yang melakukan penanaman modal di wilayah negara Republik Indonesia.

  Penanaman modal asing ialah kegiatan perseorangan atau badan hukum yang menanamkan modal untuk melakukan usaha di wilayah Republik Indonesia yang dilakukan oleh penanam modal asing, baik yang menggunakan modal asing sepenuhnya maupun yang berpatungan dengan penanam modal dalam negeri.

  Adapun modal asing yang dimaksud dalam undang-undang ini tidak hanya berbentuk valuta asing, tetapi meliputi pula alat-alat perlengkapan tetap yang dapat di pergunakan dalam kawasan industri, penemuan-penemuan milik orang/badan asing yang dipergunakan dalam kawasan industri di Indonesia dan keuntungan yang boleh ditransfer ke luar negeri tetapi dipergunakan kembali di Indonesia.

  18 Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal, Pasal 1.

  Penanaman modal khususnya penanaman modal asing di bidang kawasan industri menempati posisi tertinggi dibandingkan dengan penanaman modal pada bidang usaha lainnya. Penanaman modal asing di bidang kawasan industri merupakan pelopor dalam pengembangan industri nasional. Keuntungan yang dapat diperoleh bagi penanaman modal yang berlokasi di dalam kawasan industri Indonesia adalah tidak perlu lagi bersusah payah mencari lokasi atau lahan usaha untuk menjalankan kegiatan perindustrian di Indonesia serta penanaman modal juga diberikan kemudahan dalam hal mengurus dan memperoleh perizinan di dalam kawasan industri di Indonesia. Hal ini dilakukan pemerintah agar penanaman modal khususnya penanaman modal asing mau menanamkan modalnya ke dalam kegiatan kawasan industri Indonesia.

F. Metode Penelitian

  Penelitian merupakan bagian pokok ilmu pengetahuan yang bertujuan untuk mengetahui dan memahami segala kehidupan, atau lebih jelasnya penelitian merupakan sarana yang dipergunakan oleh manusia untuk memperkuat, menguji,

  

  serta mengembangkan ilmu pengetahuan. Untuk melengkapi penulisan skripsi ini agar dapat lebih terarah dan dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah, maka metode penulisan yang digunakan antara lain : 1.

  Spesifikasi penelitian Penelitian yang akan dilakukan adalah penelitian hukum normatif dengan pendekatan yuridis. Penelitian hukum normatif terutama dilakukan untuk penelitian norma hukum dalam pengertian ilmu hukum sebagai ilmu tentang 19 Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum (Jakarta: Universitas Indonesia (UI) Pers, 1998), hlm. 250. kaidah atau apabila hukum dipandang sebagai sebuah kaidah yang perumusannya

  

  secara otonom tanpa dikaitkan dengan masyarakat. Penelitian normatif yang didasarkan pada bahan hukum primer dan sekunder yaitu inventarisasi peraturan- peraturan yang berkaitan dengan penulisan skripsi penulis.

  Penelitian ini bersifat deskriptif. Maksud dari penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran yang lengkap dan secara jelas tentang permasalahan yang terdapat pada masyarakat yang digunakan dapat dikaitkan dengan ketentuan– ketentuan atau peraturan-peraturan hukum yang berlaku.

2. Sumber data

  Penyusunan skripsi ini, data dan sumber data yang digunakan adalah data sekunder yang terdiri dari bahan hukum primer, sekunder dan tersier. Data sekunder adalah mencakup dokumen–dokumen resmi, buku–buku, atau hasil–

   hasil penelitian yang berwujud laporan dan sebagainya.

  Bahan hukum primer yaitu bahan hukum yang terdiri dari peraturan perundang- undangan, antara lain : a.

  Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2014 tentang Perindustrian.

  b.

  Peraturan Pemerintah Nomor 142 Tahun 2015 tentang Kawasan Industri.

  Bahan hukum sekunder yaitu bahan hukum yang memberikan penjelasan terhadap bahan hukum primer yakni hasil karya para ahli hukum berupa buku- buku, pendapat-pendapat sarjana yang berhubungan dengan pembahasan skripsi ini.

  20 Edy Ikhsan dan Mahmul Siregar, Metode Penelitian dan Penulisan Hukum Sebagai Bahan Ajar (Medan: Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, 2009), hlm. 54. 21 Amiruddin dan Zainal Asikin, Pengantar Metode Penelitian Hukum (Jakarta: Rajawali Pers, 2006), hlm. 30.

  Bahan hukum tersier atau bahan penunjang yaitu bahan hukum yang memberikan petunjuk atau penjelasan bermakna terhadap bahan hukum primer dan/atau bahan hukum sekunder yakni kamus hukum dan Kamus Besar Bahasa Indonesia.

  3. Teknik pengumpulan data Pengumpulan data dilakukan dengan cara studi kepustakaan (library

  

research ) yaitu serangkaian usaha untuk memperoleh data dengan jalan membaca,

  menelaah, mengklarifikasi, mengidentifikasi, dan dilakukan pemahaman terhadap bahan-bahan hukum yang berupa peraturan perundang-undangan serta buku-buku literatur yang ada relevansinya dengan permasalahan penelitian. Hasil dari kegiatan pengkajian tersebut kemudian dibuat ringkasan secara sistematis sebagai inti sari hasil pengkajian studi dokumen. Tujuan dari teknik dokumentasi ini adalah untuk mencari konsepsi-konsepsi, teori-teori, pendapat-pendapat atau

   penemuan-penemuan yang berhubungan dengan permasalahan penelitian.

  4. Analisis data Data yang berhasil dikumpulkan, data sekunder, kemudian diolah dan dianalisa dengan mempergunakan teknik analisis metode kualitatif, yaitu dengan menguraikan semua data menurut mutu, dan sifat gejala dan peristiwa hukumnya melakukan pemilahan terhadap bahan-bahan hukum relevan tersebut di atas agar sesuai dengan masing-masing permasalahan yang dibahas dengan mempertautkan bahan hukum yang ada. Mengolah dan menginterpretasikan data guna mendapatkan kesimpulan dari permasalahan serta memaparkan kesimpulan dan

22 Edy Ikhsan dan Mahmul Siregar, Op. Cit., hlm. 24.

  saran, yang dalam hal ini adalah kesimpulan kualitatif, yakni kesimpulan yang

   dituangkan dalam bentuk pernyataan dan tulisan.

G. Sistematika Penulisan

  Penulisan ini dibuat secara terperinci dan sistematis, agar memberikan kemudahan bagi pembaca dalam memahami makna dan memperoleh manfaatnya.

  Keseluruhan sistematika ini merupakan satu kesatuan yang saling berhubungan satu dengan yang lain. Adapun sistematika penulisan yang terdapat dalam skripsi ini adalah sebagai berikut :

  Bab I merupakan bab Pendahuluan. Pada bab ini akan dipaparkan mengenai hal-hal yang umum sebagai langkah awal dari penulisan skripsi. Bab ini berisikan latar belakang, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penulisan, keaslian penulisan, tinjauan kepustakaan, metode penulisan, serta sistematika penulisan.

  Bab II berjudul Pembangunan Kawasan Industri Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 142 Tahun 2015 Tentang Kawasan Industri. Pada bab ini akan dipaparkan tentang kawasan industri Indonesia, pembangunan kawasan industri berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 142 Tahun 2015 tentang Kawasan Industri dan juga tentang perluasan kawasan industri di Indonesia.

  Bab III berjudul Tugas Dan Wewenang Pemerintah Dalam Pembangunan Kawasan Industri Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 142 Tahun 2015 Tentang Kawasan Industri. Pada bab ini akan dipaparkan mengenai kawasan strategis nasional, prakarsa pemerintah dalam pembangunan kawasan industri, 23 Ibid., hlm. 24-25. komite kawasan industri serta mengenai tugas dan wewenang pemerintah dalam pembangunan kawasan industri berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 142 Tahun 2015 tentang Kawasan Industri.

  Bab IV berjudul Pengawasan Pemerintah Terhadap Kawasan Industri. Pada bab ini akan dipaparkan mengenai kewajiban perusahaan kawasan industri, kewajiban perusahaan industri di dalam kawasan industri, standar kawasan industri dan pengawasan pemerintah terhadap kawasan industri.

  Bab V merupakan bab Penutup. Pada bab in akan menguraikan mengenai kesimpulan yang merupakan jawaban dari permasalahan yang dikemukakan serta saran-saran atas permasalahan tersebut.

Dokumen yang terkait

BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sensor HCSR-04 - Rancang Bangun Alat Ukur Ketebalan Kayu Menggunakan Tampilan LCD Berbasis Arduino

0 3 18

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sampah 2.1.1. Definisi Sampah - Pengaruh Karakteristik, Personal Hygiene dan Alat Pelindung Diri (APD) Dengan Gangguan Kelainan Kulit Pada Petugas Pengangkut Sampah Di Kota Padangsidimpuan Tahun 2016

0 0 52

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang - Pengaruh Karakteristik, Personal Hygiene dan Alat Pelindung Diri (APD) Dengan Gangguan Kelainan Kulit Pada Petugas Pengangkut Sampah Di Kota Padangsidimpuan Tahun 2016

0 0 9

Lampiran ii Data Current Ratio Tahun 2010 No Kode Nama Perusahaan

0 0 26

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori - Pengaruh Likuiditas, Leverage, dan Aktivitas Terhadap Pertumbuhan Laba (Studi Empiris Pada Perusahaan Perkebunan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia)

0 0 16

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perkembangan TB paru dan MDR TB di Indonesia - Perbandingan Nilai Neutrofil Limfosit Rasio (NLR) pada Pasien Tuberkulosis Paru dan Multi-Drug Resistant (MDR) TB di RSUP H. Adam Malik Medan

1 4 56

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 PENYAKIT DIABETES MELLITUS (DM) 2.1.1 Definisi DM - Pengaruh Puasa Ramadhan Terhadap Profil Lipid Pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2

0 0 9

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Edukasi Perawatan Diri Terstrukutur Berbasis Teori Perilaku - Pengaruh Edukasi Perawatan Diri Terhadap Aktivitas Sehari-Hari Pasien Hemodialisa di Rumah Sakit Umum Daerah Dr.Pirngadi Medan

0 0 19

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Pengaruh Edukasi Perawatan Diri Terhadap Aktivitas Sehari-Hari Pasien Hemodialisa di Rumah Sakit Umum Daerah Dr.Pirngadi Medan

0 0 7

BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Teori Tentang Kredit - Analisis Strategi Peningkatan Debitur Kredit Angsuran Lainnya Pada PT Bank Sumut Cabang Medan Sukaramai

0 1 23