EKONOMI POLITIK PENERBITAN IZIN USAHA PERTAMBANGAN (IUP) DI INDONESIA: METODE DAN PROBLEM THE POLITICAL ECONOMY OF MINING BUSINESS LICENSE IN INDONESIA: METHODS AND PROBLEMS
EKONOMI POLITIK PENERBITAN IZIN USAHA PERTAMBANGAN (IUP) DI INDONESIA: METODE DAN PROBLEM THE POLITICAL ECONOMY OF MINING BUSINESS LICENSE IN INDONESIA: METHODS AND PROBLEMS
Mohammad Hasan Anshori
Jurusan Sosiologi-Fakultas Ilmu Sosial dan Politik (FISIP) Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah mansori_uhm@yahoo.com
Abstrak
Kebijakan Desentralisasi Pascareformasi di Indonesia sejak tahun 1999 secara prinsip dicirikan dengan delegasi kekuasaan secara signifikan dari pemerintah pusat ke pemerintah daerah, termasuk kekuasaan terkait penerbitan Izin Usaha Pertambangan (IUP). Sayangnya, pendelegasian kekuasaan ini tidak disertai dengan persiapan yang seharusnya, seperti berbagi regulasi otoritas pusat dan kapasitas pemerintah daerah. Kondisi tersebut kemudian berdampak munculnya berbagai kasus tumpang tindih IUP. Tulisan ini mengkaji interaksi dinamis antara faktor- faktor ekonomi dan politik yang menjadi sumber konkret tumpang tindih IUP. Tulisan ini menunjukkan adanya tiga model mekanisme yang menfasilitasi proses ekonomi politik dalam proses penerbitan IUP, yaitu pemilukada, tahapan-tahapan prosedural penerbitan IUP, dan setoran rutin. Selain itu, empat masalah umum yang teridentifikasi menjadi fondasi bekerjanya mekanisme tersebut, yaitu balas budi politik, problem loyalitas, problem kroni dan koalisi dan problem wani piro (berani bayar berapa). Ekonomi politik penerbitan IUP berkaitan dengan merebaknya korupsi di sektor pertambangan. Data studi ini secara primer diambil dari berbagai wawancara semi-terbuka dengan berbagai informan dan data-data sekunder, termasuk laporan dan dokumen publik dan pemerintah, publikasi akademis, dan surat kabar serta majalah, baik nasional maupun lokal.
Kata kunci: pertambangan, Izin Usaha Pertambangan (IUP), ekonomi politik, desentralisasi
Abstract
The Indonesia’s post-reform decentralization since 1999 is primarily featured by the significant delegation of power from central to local governments, including the issued of Mining Business License (IUP). Unfortunately, this delegation is not accompanied with proper preparation, bot h in terms of central authority’s regulations and local government capacity. Consequently, this causes the overlapping of IUP. This paper draws the dynamic of economic and political factors triggering the overlapping of IUP. This paper indicates three mechanism models facilitating the political economy process in issuing IUP, namely local election, procedural stages in issuing IUP and regular deposits. Moreover, this paper highlights four common problems underlying those mechanism, namely reciprocal altruism in politics (balas budi politik), loyalty, cronyism and coalition, and the practice of “how much you can pay” (wani piro). The political economy process of issuing IUP is related with the increasing number of corruption in mining sector. The data are primarily collected from qualitative structured open-ended interviews and secondary resources, including public and governmental records and documents, academic publications, as well as local and national newspapers and magazines.
Keywords: mining, Mining Business License (IUP), political economy, decentralization
Pendahuluan
waktu 5 tahun 2007-2011, pertumbuhan investasi pertambangan mineral dan batubara sebesar 35%
Indonesia berada di sabuk mineral (rim of per tahun, meningkat dari1,1799 di tahun 2007 fire ) dengan potensi mineral yang tinggi. Jika menjadi 3,412 di tahun 2011. Di tahun 2013, dibandingkan dengan negara lain di Asia, investasi di sektor pertambangan Indonesia Indonesia memimpin dalam produksi tembaga, menurun dibanding tahun 2012. Investasi tambang emas, perak, nikel, timah dan batubara. Data kuartal I tahun ini sekitar 17%, sedikit turun Ditjen Minerba (2012) menunjukkan dalam kurun
Jurnal Masyarakat & Budaya, Volume 18 No. 3 Tahun 2016
bagi negara, seperti: konflik sosial, tidak pertambangan Indonesia berperan signifikan
maksimalnya penerimaan negara baik dari pajak dalam
penerimaan bukan pajak, serta Indonesia, kontribusi sekitar 11 persen terhadap
terhambatnya kegiatan ekonomi di sektor-sektor GDP and 19 persen ekspor (Ansori, et.al., 2013;
tersebut (tambang, hutan, perkebunan). Selain itu, Purwono & Sullivan, 2011).
persoalan tumpang tindih IUP mengakibatkan pencitraan negatif bagi investasi pertambangan di
Terbitnya UU 22/1999 yang diamandemen Indonesia. Global mining survey 2012/2013 yang menjadi UU 32/2004 tentang Pemerintah Daerah dilakukan oleh Fraser Institute di 96 negara yang telah melahirkan dan menjadi titik awal lahirnya menganalisis dampak kebijakan publik terhadap rejim desentralisasi di Indonesia. Kebijakan investasi pertambangan menempatkan Indonesia di tersebut secara prinsipil berupa pendelegasian peringkat terakhir (96). Ini berarti, kebijakan wewenang dari pemerintah pusat ke pemerintah pertambangan di Indonesia dianggap paling tidak daerah. Hal ini juga ditegaskan pada UU. No. 4 menarik untuk investor (Ansori, et.al., 2013). tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan
Batubara bahwa pemerintah daerah sesuai Rekonsiliasi IUP nasional (Clean and kewenangan dapat menerbitkan Izin Usaha
Clear-CNC proses) yang dilakukan selang waktu Pertambangan (IUP). Maka dalam periode 2000-
2011-2013 sebagai upaya penataan IUP paska 2009 terdapat banyak KP (kuasa Pertambangan)/
implementasi UU No. 4 Tahun 2009 tentang IUP yang diterbitkan oleh pemerintah daerah.
pertambangan mineral dan batubara. Kegiatan Secara tidak langsung, pendelegasian kewenangan
penataan IUP tersebut amat penting bagi berdampak terhadap terjadinya tumpang tindih
optimalisasi target-target Pemerintah antara lain perizinan pertambangan.
penerimaan negara, pengelolaan lingkungan, peningkatan nilai tambah, usaha jasa, dan tenaga
Tumpang tindih perizinan pertambangan, kerja. Rekonsiliasi IUP nasional berhasil mendata kehutanan, dan perkebunan merupakan potret 10.790 IUP; 5502 IUP telah CNC dan 5288 IUP buruknya sistem perizinan pemanfaatan lahan di non CNC. Dari keseluruhan IUP non NCN, hingga Indonesia. Tumpang tindih perizinan di sektor saat ini setidaknya terdapat 954 kasus tumpang pertambangan terjadi antar IUP di sektor pertambangan tindih antar IUP di sektor pertambangan sendiri, (minerba dan migas); antara IUP dengan sektor dengan rincian sebagai berikut (Ditjen Minerba Kehutanan (kawasan hutan dan izin kehutanan); ESDM, 2013; Ansori, et.al., 2013). Ringkasan antara IUP dengan sektor perkebunan (Izin Usaha grafis distribusi IUP Non-CnC dapat dilihat dalam Perkebunan); antara IUP dengan tanah ulayat; dan grafik 1 dan tabel 1 di bawah ini: antara IUP dan areal penggunaan lahan lainnya.
Tumpang tindih IUP sektor pertambangan dan
Grafik 1: Berbagai Kasus dan Bentuk CnC
• Tumpang Tindih IUP
188 Kasus
• LIntas Kewenangan • Tumpang Tindih IUP
388 Kasus
• Komoditas Berbeda • Tumpang Tindih IUP
432 Kasus
• Komoditas Sama
Sumber: Ditjen Minerba ESDM (2013); Ansori, et.al. (2013).
434 Jurnal Masyarakat & Budaya, Volume 18 No. 3 Tahun 2016
Tabel 1: Status IUP Terakhir (Per 26 February 2013)
MINERAL
COAL
IUP TOTAL
SUB TOTAL
Sumber: Ditjen Minerba ESDM (2013); Ansori, et.al. (2013)
lingkungan hidup (e.g. Economy 2007; Tietenberg Tumpang tindih perizinan pertambangan
& Lewis 2000).
tersebut mencerminkan lemahnya sistem perizinan di Indonesia, khususnya yang terjadi paska
Tumbuhnya berbagai perdebatan mengenai penyerahan sebagian kewenangan ke daerah pada
kekayaan alam, pada sektor pertambangan, masa desentralisasi, termasuk kewenangan
berkisar pada kutukan kekayaan alam (natural menerbitkan izin (Amahl Azwar, 2012, Mining
resources curse) (e.g. Barma, et.al. 2012; permit deadline draws criticism) . Beberapa faktor
Robinson, et.al. 2006; Collier 2010; Coxhead penyebab langsung terjadinya tumpang tindih ini
2005; Rosser 2006; Martin & Subramanian 2003; antara lain disebabkan karena: lemahnya sistem
Dunning 2005). Kebanyakan karya tersebut koordinasi, pengawasan dan penegakan hukum;
cenderung membahas ekonomi politik kekayaan backdated IUP; unsur kesengajaan; batas wilayah
alam, dan secara umum menguji hubungan antara tidak jelas; tidak adanya peta Wilayah
kekayaan alam dan tata kelola atau institusi politik Pertambangan (WP); standar peta yang berbeda-
dengan mengambil berbagai isu dan kasus. Satu beda; minimnya SDM bidang pemetaan dan
kelompok penelitian/kajian lainnya secara eksplisit inspektur tambang (Ansori, et.al., 2013).
lebih banyak memperhatikan dan memberikan upaya dalam menguji sebab-sebab munculnya
Banyak sekali kajian dan penelitian yang tumpang tindih izin usaha pertambangan di berkenaan dengan pertambangan secara umum Indonesia (e.g. Sullivan & Petromendo 2012; banyak yang focus pasda dinamika regulasi dan Purwono & Sullivan 2011; Ansori, et.al. 2013). tata kelola (e.g. Devi & Prayogo 2013; Vivoda Namun demikian sedikit perhatian diberikan 2008; Otto & Cordes 2002; O’Challagan 2010; untuk menguji hubungan dinamis antara Laodengkowe 2008; Bhasin & Venkataramany kekuasaan politis atau tata kelola dengan 2007); pertambangan dan stipulasi investasi (e.g. perusahaan pertambangan dalam hubungannya Benkestein 2009; PWC Indonesia 2012; Chatterjee dengan penerbitan izin usaha pertambangan dan 2002; Barma, et.al. 2012); konflik sosial dan pengaruhnya terhadap dinamika hubungan tersebut peperangan di sector pertambangan (e.g. Holden & serta munculnya tumpang tindih izin usaha Jacobson 2007; Ross 2004); pertambangan dan pertambangan yang diakibatkan oleh hubungan perpajakan (e.g. Barma, et.al. 2012); desentralisasi
tersebut.
dan manajemen pertambangan (Fox, et.al. 2005); dampak sector pertambangan pada kerusakan
Data primer studi ini pada prinsipnya
diambil
dari
wawancara semi-terstruktur
Jurnal Masyarakat & Budaya, Volume 18 No. 3 Tahun 2016
(structured but open-ended) dengan berbagai tindih izin usaha pertambangan di Indonesia informan terkait. Pendekatan kualitatif secara
selama pemberlakuakn kebijakan desentralisasi khusus diadopsi dalam penelitian ini dengan
pertambangan.
mempertimbangkan karakter masalah studi yang Secara umum banyak diakui bahwa kompleks dan intensif (e.g. Denzin & Lincoln berkah kekayaan alam yang melimpah dapat 2005; Marshal and Rossman 1989:43; Creswell menjadi keuntungan bagi sebuah negara 1994:21; Kvale 1996:179; Charmaz 2006; Kvale berkembang, yang pada umumnya adalah negara- & Brinkmann 2009:1). Dengan menggunakan negara yang kaya dengan kekayaaan alam strategi purposive sampling strategy, beberapa (resource rich), tetapi negara yang tergantung. informan dipilih, Dirjen Minerba, sejumlah Namun demikian, industri ekstraktif, secara pemimpin dan perwakilan pemerintah lokal,
termasuk bupati dan gubernur, penggiat LSM khusus pertambangan, malah menjadi “kutukan”
(resource curce) negara tersebut, walaupun hal pertambangan,
tersebut awal mula seringkali diperdebatkan atau pertambangan, akademisi, dan masyarakat yang menjadi kontraversi di antara para pengkaji atau hidup di sekitar pertambangan. Pemilihan subjek ilmuan bidang ini, yang secara khusus pada tersebut juga mempertimbangkan distribusi atau keluasaan dan ketidak-bisaannya untuk dihindari. variasi data dengan memperhatikan perbedaan
lokasi/kabupaten tempat tinggal para subjek dan Namun demikian, kenyataan tersebut juga faktor gender. Selain menggunakan data
cenderung semakin menguat dan menjadi tambah primer tersebut, studi ini menggunkana data
nyata (e.g. Collier 2010; Robinson, et.al. 2006; sekunder, termasuk publikasi akademis, dokumen
Barma, et.al. 2012). Kedaan tersebut seperti dan laporan pemerintahan lokal, NGO, dan media
menjadi semacam“truisme” bahwa negara yang masa, baik lokal maupun nasional. Tipe data ini
lebih tergantung pada kekayaan alam cenderung dapat digunakan untuk validasi-silang (cross
untuk tumbuh lebih lambat daripada negara yang validation ) dengan tipe data lainnya dan secara
miskin kekayaan alam yang cenderung menderita khusus ditujukan untuk menghindari kerentanan
karena akuntabiliats dan institusi yang buruk, terhadap kesalahan yang terkait dengan satu
miskinnya modal sosial, kecendrungan konflik metode tertentu. (Thorne 1994; Patton 2002:248).
yang semakin meningkat” (Barma, et.al. 2012:1). Banyak sekali kajian yang berupaya untuk
Kekayaan Alam, Kutukan dan Problem
menjelaskan kutukan kekayaan alam tersebut
Ekonomi Politik
dengan merujuk pada berbagai dimensi dan insentif politik (e.g. Robinson, et.al. 2006; Barma,
Hal penting yang perlu diperhatikan et.al. 2012; Acemoglu & Robinson 2010; Rosser adalah bahwa hubungan antara kekuasaan politis,
tata kelola dan perusahaan pertambangan dengan penerbitan Izin Usaha Pertambangan (IUP) adalah
Secara teoritis, studi ekonomi politik seringkali saling terkait (constitutive in nature).
secara khusus mengasumsikan hubungan dinamis Perusahaan pertambangan memiliki akses terbatas
antara politik dan ekonomi atau antara pengaruh pada kekuasaan politik/pemerintah, di mana
politik atau tata kelola atau admisitrasi publik melalui jalan tersebut izin usaha pertambangan
dengan industri ekstraktif atau kekayaan alam bisa dengan mudah diterbitkan, para poltisi
yang bernilai. Interaksi tersebut dapat mengambil seringkali memiliki modal atau kekayaan ekonomi
dua arah yang saling menguntungkan: politik bisa yang terbatas untuk memenangkan atau
mempengaruhi asset-aset alam atau sebaliknya mempengaruhi hasil-hasil pemilu. Kondisi
(Collier 2010; Barma, et.al. 2012; Rosser 2006; tersebut menjadi sangat strategis, khususnya bagi
Robinson, et.al. 2006; Martin & Subramanian politisi mengingat pemilu di Indonesia, baik
2003). Acemoglu & Robinson (2010), dua diantara legislatif maupun pemilukada, sangat dicirikan
para ilmuan terkemuka dalam bidang ini, dengan tingginya biaya (high cost). Pada tataran
menyatakan bahwa mengubah institusi ekonomi ini, hubungan tersebut menjadi saling menguntungkan
tanpa mempertimbangan pengaruh politik, melalui antara kedua belah pihak walaupun itu kemudian
proses tersebut institusi ekonomi muncul dan menciptakan jalan munculnya berbagai tumpang
dipertahankan, hanya akan sia-sia. Pada titik ini,
436 Jurnal Masyarakat & Budaya, Volume 18 No. 3 Tahun 2016 436 Jurnal Masyarakat & Budaya, Volume 18 No. 3 Tahun 2016
lebih banyak fokus pada wilayah atau level meso, hanya bisa dilakukan dengan merujuk pada
yaitu mencakup level institusional/regional, kerangka teoritis ini. Tentunya, dibalik hubungan
Kabupaten/Kota, Provinsi, dan DPRD. Fokus antara keduanya adalah dinamika, mekanisme, dan
bagian ini pada level meso dan mikro lebih banyak tingkat pengaruh dan dampaknya pada sistem
didorong oleh pertimbangan pada kenyataan pengelolahan pertambangan secara keseluruhan.
bahwa kasus jual beli (trading off) perizinan dalam pertambangan lebih banyak berlangsung pada
level-level tersebut. Dalam konteks ini, dinamika pertambangan sangat berkaitan dengan ekonomi ekonomi politik dalam pertambangan lebih sering politik. Ackerman (1997), sebagai contoh, terjadi pada level tersebut dibandingkan dengan menekankan bahwa korupsi bergantung pada pada level makro atau level nasional atau kontrak karya, pejabat publik dengan kekuasaan di tangan dan yang langsung bersentuhan dengan pemerintah aktor dan perusahaan swasta. Dengan demikian, pusat. Di samping itu, terdapat tingkat kesulitan hubungan antara uang dan kekuatan politik sangat tersendiri di dalam mengakses pola makro- kompleks (lihat juga Bardhan 1997; Aspinall nasional ekonomi politik pada tingkat nasional, 2009). Kasus tumpang tindih izin usaha baik institusional maupun aktor-aktornya. Selain pertambangan merupakan ilustrasi yang mencolok level analisis, studi ekonomi politik ini juga yang menegaskan bagaimana kekuatan politik, berfokus, pada proses analisisnya, terhadap aktor/perusahaan swasta dan perilaku koruptif dimensi mekanisme dan problem penerbitan Izin berinteraksi antara satu dengan lainnya. Usaha Pertambangan (IUP). Berikut ini adalah
kerangka grafis level dan dimensi analisis
Ekonomi Politik dan Tumpang Tindih Izin
ekonomi politik dalam studi ini secara umum
Usaha Pertambangan (IUP)
tersebut (grafik 2).
Grafik 2: Level dan Dimensi Analisis Ekonomi Politik
Analisis Ekonomi Politik
Level Analisis
Dimensi Analisis
Mekanisme
Makro-Nasional
Perizinan (Licensing)
Meso (Institusional-
Problem Perizinan
Regional)
(Licensing)
Jurnal Masyarakat & Budaya, Volume 18 No. 3 Tahun 2016
dapat dibagi menjadi tiga kategori, yaitu
A. Ekonomi Politik Penerbitan IUP:
pelaksanaan pemilukada, prosedural penerbitan
Analisis Mekanisme
IUP, dan setoran rutin (routine financial feedback) Wilayah yang paling strategis untuk melihat
(grafik3).
ekonomi politik berlangsung dalam sektor
Grafik 3: Kategori Analisis Mekanisme
Kategori Mekanisme
Pelaksaan
Prosedural
Setoran Rutin Pemilukada
Penerbitan IUP
A, saya kandidat yang sudah pasti di-clean dan
Berikut ini deskripsi ketiga kategori mekanisme
di-check berdasarkan kajian-kajian dan saya
ekonomi politik tersebut:
menang, maka kalau saya ga ada duit itu bisa ditalangin dulu (Wawancara, Nauval, Banda
Mekanisme Pelaksaan Pemilukada
Aceh, 21 Juni 2014).
menagaskan bahwa umum terkait dengan pemberian dukungan
Mekanisme ekonomi politik ini secara
Pernyataan
tersebut
terdapat ”trading off” atau tawar menawar finansial langsung oleh perusahaan pertambangan
(bargaining) yang terjadi antara seorang kandidat terhadap kandidat kepala daerah tertentu (bupati
tertentu dalam pemilukada dengan perusahaan atau gubernur) yang dianggap memiliki potensi
pertambangan. Tawar menawar tersebut mengambil untuk memenangkan suatu pemilukada. Jika
bentuk sederhana yang ber-karakter ekonomi kandidat tersebut menang, maka perusahaan
politik, yaitu seorang kandidat dalam pemilukada pertambangan tersebut mendapatkan prioritas IUP
mendapatkan modal finasial dari perusahaan wilayah tertentu, walaupun terkadang sebenarnya
pertambangan dalam jumlah tertentu (yang sudah sudah ada IUP perusahaan lain di area tersebut,
disepakati antara keduanya) untuk bertkompetisi atau sengaja ditindihkan. Salah seorang informan
dalam pemilukada yang dikenal sangat mahal yang merupakan aktifis dan analis pertambangan
dengan perusahaan pertambangan tersebut di Aceh, misalnya menegaskan:
dijanjikan untuk diberikan suatu wilayah
pertambangan tertentu untuk dikelola olehnya jika
Nah itu dilakukan karena untuk bicara
keberlanjutan, eksistensi dan bicara masalah
nantinya kandidat
tersebut memenangkan
posisi tawar pada saat pembagian. Misal gini
pemilukada.
ketika sudah mengambil dana dari perusahaan
438 Jurnal Masyarakat & Budaya, Volume 18 No. 3 Tahun 2016
Jurnal Masyarakat & Budaya, Volume 18 No. 3 Tahun 2016
Pernyataan tersebut diperkuat oleh informan lain yang menyoroti hal serupa terjadi di Barito Selatan:
Kalau itu pak memang susah dibuktikannya. Ya kalau terbukti artinya kalau ada bukti-bukti hukum yang bisa didapatkan, maka itu kan bisa masuk ke pengadilan. Mencari bukti hukumnya sulit. Tapi dari pembicaraan yang banyak saya dengar dari kandidat tertentu mengatakan bahwa salah satu cara mereka untuk mendapatkan dana adalah dengan mendekati para pengusaha pertambangan tersebut, kan di sini pertambangan luar biasa. Kadang mereka kontak duluan ke pengusaha tersebut. Saya seringkali dengar karena pernah menjadi timses (tim sukses) kandidat tertentu dalam pemilukada. Walaupun jelas-jelas kandidat tersebut kaya, tapi ia tidak ingin banyak mengambil resiko, lebih baik dengan cara begitu dan menawarkan kompensasi (Wawancara, salah satu mantan timses kandidat bupati Barsel, Barsel 30 Agustus 2013).
Pernyataan tersebut menjadi sangat strategis karena disampaikan oleh mantan timses kandidat tertentu yang bertarung dalam suatu pemilukada yang diasumsikan banyak mengetahu hal tersebut. Jika pernyataan tersebut dikaji lebih dalam, ada beberapa poin penting yang tersirat. Pertama, saling mempengaruhi (interplay) antara kandidat pemilukada (politik) dengan perusahaan pertambangan (ekonomi) merupakan fakta umum di Indonesia yang tidak bisa dibantahkan. Kedua, tidak mudah untuk mendapatkan bukti-bukti hukum untuk kemudian membongkar atau bahkan membawa para aktornya ke pengadilan. Kenyataannya menunjukkan bahwa kasus-kasus tersebut sangat langka masuk ke ranah hukum. Ketiga, tata cara yang berkembang adalah kandidat tersebut yang mengambil inisiatif terlebih dahulu untuk mendekati perusahaan pertambangan. Kenyataanya menunjukkan bahwa menjelang pemilukada terdapat kecendrungan peningkatan penerbitan IUP untuk para investor, khususnya di daerah- daerah yang memiliki kekayaan alam (Emerson Yuntho, Korupsi Sektor Pertambangan, dalam Kompas , 16 September 2016).
Akan tetapi, masih berkaitan dengan masalah inisiatif pendekatan, informan lain menegaskan bahwa perusahaan pertambangan tersebut yang mengambil inisiatif lebih dahulu
dengan mendatangai kandidat yang dianggap memiliki potensi untuk memenangkan suatu pemilukada:
Perusahaan datang ke dia...Tapi perusahaan juga harus mengecek dulu. Ok saya bilang saya secara survei ini gak bisa. Perusahaan juga akan melihat sejauh mana akuntabilitas. Makanya seperti yang saya lakukan riset tentang Jokowi itu bukan partai yang memesan.
Perusahaan yang meminta. Perusahaan yang tau siapa yang potensial. Nah hal itu berlaku juga dalam konteks Pilkada (Wawancara, Salah satu Tokoh dan Pegiat Isu Pertambangan di Tasikmalaya, Tasikmalaya,
28 Juli 2014).
Dalam kasus lain dan/atau di wilayah lain, perusahaan yang lebih aktif dengan mengambil inisiatif terlebih dahulu mendekati kandidat yang dia anggap potensial untuk memenangkan pemilukada. Akan tetapi, tentunya sulit untuk menentukan prosedur atau model mana yang lebih dominan antara inisiatif kandidat lebih dahulu atau perusahaan terlebih dahulu. Tentunya kenytaan itu tidaklah begitu penting dibandingkan dengan menangkap adanya kenyataan umum terjadinya saling mempengaruhi (inter-play) antara ekonomi dan politik dalam proses penerbitan IUP di berbagai wilayah di Indonesia.
Strategi
menarik
diterapkan oleh perusahaan pertambangan. Untuk memastikan bahwa eksistensi perusahaannya aman atau bahkan untuk memperbesar peluangnya untuk mendaptkan IUP dalam wilayah tertentu mereka harus memakai dua kaki, atau dengan cara ”berinvestasi” pada dua kandidat sekaligus yang dianggap memiliki potensi yang hampir seimbang untuk memenangkan pemilukada. Sebagaimana dituturkan oleh salah satu informan di bawah ini:
Ya tadi itu rugi pak. Dia kan udah masuk itungannya juga udah rugi, dia. Tapi dia kan harus pasang dua kaki. Secara hukum probabilitas itu mereka wajib hitungan matematikanya. itu jadinya maksudnya ngasih keuntungan dua-duanya. Jadi ini si kandidat ini juga dikasih, si kandidat ini juga dikasih. Dalam tanda kutip bahwa kajian yang mereka lakukan dua orangnya berpotensi menang. Tapi mereka diberikan itu dilihat mana yang lebih dominan untuk besar secara hitungan ini ya. Tapi semakin besar potensi kemenangan bagi mereka mengatakan bahwa semakin besar Ya tadi itu rugi pak. Dia kan udah masuk itungannya juga udah rugi, dia. Tapi dia kan harus pasang dua kaki. Secara hukum probabilitas itu mereka wajib hitungan matematikanya. itu jadinya maksudnya ngasih keuntungan dua-duanya. Jadi ini si kandidat ini juga dikasih, si kandidat ini juga dikasih. Dalam tanda kutip bahwa kajian yang mereka lakukan dua orangnya berpotensi menang. Tapi mereka diberikan itu dilihat mana yang lebih dominan untuk besar secara hitungan ini ya. Tapi semakin besar potensi kemenangan bagi mereka mengatakan bahwa semakin besar
uang
(Wawancara,
birokratis bekerja secara konkrit dalam sektor
Nauval, Salah Seorang Analist pertambangan
pertambangan di Indonesia adalah dengan melihat
secara cermat mekanisme tahapan-tahapan Realitas bahwa terdapat juga perusahaan yang
di Aceh, Banda Aceh, 21 Juni 2014).
prosedural penerbitan IUP. Mekanisme ini pada akhirya harus memainkan dua kaki dengan
dasarnya lebih merujuk pada pemberian insentif memberikan insentif pada dua kandidat sekaligus
finansial dalam jumlah tertentu pada setiap pos menarik untuk diperhatikan. Hal itu dilakukan
atau tahapan-tahapan prosedural penerbitan IUP. oleh perusahaan tersebut agar tidak merugi atau
Hal tersebut menjadi kegiatan strategis untuk kehilangan terlalu banyak pada saat kandidat yang
dilakukan guna mempermudah atau memperlancar ia jagokan ternyata kalah, walaupun itu tentunya
terbitnya IUP.
sudah melalui survei terlebih dahulu. Meskipun Beberapa wilayah, khususnya setelah kondisi tersebut membawah konsekwensi bahwa
pemberlakukan UU nomor 4 tahun 2009 atau perusahaan
pasca moratorium, telah memberlakukan prosedur mengeluarkan dana lebih banyak untuk dua
bertahap “buttom-up”, dengan memberikan kandidat. Akan tetapi, paling tidak perusahaan
insentif finansial pada setiap tahapan untuk tersebut telah bermain aman.
mendapatkan rekomendasi. Salah satu informan Jika mencermati pernyataan di atas,
yang merupakan broker perizinan usaha terdapat realitas menarik lainnya, yaitu pembedaan
pertambanagn di Tasikmalaya menegaskan: jumlah yang diberikan oleh perusahaan terhadap
Nah sebenarnya yang sangat saya perhatikan
dua kandidat. Kandidat yang memiliki potensi
adalah masalah perizinan atau dapat perizinan.
lebih besar untuk memenangkan pemilukada akan
Nah misalkan setelah lewat proses dari bawah
mendapatkan ”insenstif” yang lebih besar.
kemudian kita ajukan ke dinas pertambangan
Pertanyaanya kemudian adalah berapa kira-kira
Tasik.. kalau dinas pertambangan itu lihatnya
jumlah uang yang diberikan kepada kandidat
kalau dari bawah tidak ada masalah dan ada
tersebut. Salah seorang informan menegaskan
rekomendasinya baru Dinas Pertambagan akan
bahwa jumlah bergantung pada tingkat pemilukada, keluarkan. Loyalitas perusaahan itu kalau dari
bawah, dinas-dinas, masyarakat, dan LSM.
kabupaten atau provinsi, atau wilayah tertentu:
Kalau loyaloitas perusahaan bagus cepat. Tapi jelas kalau kita asumsikan dengan
Loyalitas ke bawah ke muspika, ke dinas- pernyataan iya berarti otomatis nominalnya
dinas (Wawancara, Arifin, salah seorang lebih besar dong. Karena kan kalau kita lihat
broker pengurusan IUP, Tasikmalaya, 25 Juli satu kandidat bupati, pilkada saja itu
menghabiskan 3.5 M. sampai 5 M. Gubernur
Pernyataan tersebut mengaskan bahwa prosedur
bisa 20, 30. Itu bukan pernyataan dia ya saya klarifikasi ya, tapi itu ketentuan umum yang
penerbitan izin usaha pertambangan, dalam kasus
sudah berlaku. Tapi bukan pernyataan dari si
ini adalah di kabupaten Tasikmalaya, melalui
investor yang menyatakan 3.5 sampai 5 M
berbagai prosedur dari bawah, mulai sosialisasi di
(Wawancara, Arifin, salah seorang broker
masyarakat, tokoh-tokoh masyarakat, LSM,
pengurusan IUP, Tasikmalaya, 25 Juli 2014).
sampai berbagai dinas terkait, dan tidak hanya dinas pertambangan saja. Akan tetapi, realitas
Jumlahnya bisa variatif, walaupun itu masih yang penting untuk diperhatikan di sini adalah bersifat asumtif. Jumlah yang diberikan kepada bahwa untuk melewati berbagai tahapan prosedural kandidat pada level pemilukada tingkat kapupaten tersebut pihak perusahaan pertambangan harus mungkin lebih kecil daripada pada tingkat propinsi. memberikan insentif dalam jumlah tertentu sesuai Wilayah tertentu dengan tantangan yang lebih dengan tingkatan tahapan masing-masing. Hal kompleks bisa menghabiskan dana lebih besar tersebut tentunya dilakukan untuk mempermudah daripada wilayah lainnya. mendapatkan rekomendasi dari berbagi pihak
Mekanisme Tahapan-tahapan Prosedural terkait, yang pada akhirnya berujung pada diterbitkannya IUP untuk perusahaan terebut.
Penerbitan IUP
Pertanyaan selanjutnya adalah berapa Cara lain untuk mengkaji bagaimana jumlah uang yang harus dikeluarkan sebagai interaksi antara faktor ekonomi dan politik-
440 Jurnal Masyarakat & Budaya, Volume 18 No. 3 Tahun 2016 440 Jurnal Masyarakat & Budaya, Volume 18 No. 3 Tahun 2016
mendapatkan rekomendasi IUP di atas adalah variatif. Sebagaimana yang ditegaskan oleh salah
kenyataan bagaimana interaksi yang intim telah seorang informan:
terjadi antara faktor dan kekuatan finansial dengan
politik-birokrasi. Hal tersebut bisa saja menjadi
Kalau itu sampai habis berapa juta mulai dari
bawah. Itu ter gatung sih…, berapa yang bisa
semkain besar insentif finansial yang diberikan
kita kasih saat sosialisasi, tanah juga ada yang
oleh perusahaan pertambangan, semakin besar
kontrak dan beli saja. Tergantung kontrak
peluang mendapat IUP. Persyaratan atau dokumen
dengan orang lain. Kontrak 5 tahun berapa,
menjadi faktor sekunder dalam penerbitan IUP.
ada yang tanahnya dibeli. kontrak 5 tahun setahunnya berapa? Ada tanah yang dibeli dsb.
Kasus lain berkenaan dengan prioritas
perpatok bagaimana, tergantung kesepakatan
pada investor tertentu untuk diberikan izin
sosialisasi itu, enaknya masyarakat bagaimanana
mengelola pertambangan dengan pertimbangan
dan perusahaan
bagaimana.
Tergantung
bahwa investor atau perusahaan pertambangan
negoisasai dengan yang punya tanah, jadi
tersebut lebih royal dalam mengucurkan dananya.
beda-beda. Lalu dinas dinas terkait. Pertanian,
Sebagaimana yang ditegaskan oleh salah satu
BKSDA. PoLPP, LH, Tata Ruang, ke sini
informan:
yang namanya pertanian kan harus, perairan (BPSDA), ke sini. Biar dinas pertambangan
Tidak diberikan kebijakannya untuk mengeksploitasi tidak dominasi. BPSDA kan cemburu ke dinas
itu. Tapi kalau dibilang berpihak pada investor pertambangan, jadi yang memang seharusnya
Asia itu karena mereka yang lebih leading. ya ikut, jadi ada koordinasi ya. Jadi kalau
[Dalam arti]. Memberikan suntikan, memberikan pertanian tidak kasih, BPSDA juga tidak akan
suntikan kucuran dana ke pemerintah. Jaminan kasih. Jadi kalau inilah baguslah (Wawancara,
Investor Korea itu berani menginves 2 M. Arifin, salah seorang broker pengurusan IUP,
Perusahaan Korea itu berani invest. Tetapi Tasikmalaya, 25 Juli 2014).
kenapa mereka gagal walaupun sudah invest? Karena dampak banyak faktor yang membuat
Biaya yang harus dikeluarkan oleh sebuah
mereka itu tidak bisa bergerak dengan baik
perusahaan pertambangan bisa berbeda-beda
(Wawancara, Nauval, salah seorang Analist
tergantung pada berbagai banyak hal, termasuk
pertambangan di Aceh, Banda Aceh, 21 Juni
sosialisasi dengan masyarakat dan negoisasi
dengan berbagai dinas terkait. Hal penting lainnya Dalam konteks kasus pemberian izin yang bisa diungkapkan di sini adalah bahwa
pertambangan di Aceh tersebut, sebuah perusahaan insentif finansial yang harus dikeluarkan untuk
Korea diberikan kesempatan untuk mengelola memperlancar penerbitan IUP juga harus melalui
pertambangan tertentu di Aceh hanya karena dinas-dinas lain, seperti Dinas Pertanian, Perairan
mereka telah mengucurkan dana dalam jumlah (BPSDA), Dinas Tata Ruang, Dinas Lingkungan
tertentu ke pemerintah provinsi Aceh, dibandingkan Hidup, Pol-PP, dsb. Dengan kata lain, dalam
beberapa perusahaan dari negara lain. Mekanisme konteks
mendominasi dan terdapat ”cara lain” untuk yang berkaitan dengan keputusan tersebut secara sederhana diuraikan sebagai berikut:
ini, dinas
pertambangan
tidak
berbagi antar dinas yang ditujukan untuk mengurangi kecemburuan antara satu dengan lainnya.
Misalkan pak Aan datang terus pemerintah
Menariknya, informan tersebut juga menegaskan tidak langsung mengiyakan, tapi dia akan bahwa [bupati] menunggu dan mengundang investor lain ”mestilah [mendapatkan]. Kadang
untuk mencoba menjajaki usulan-usulannya
ada yang langsung brekkk, kadangan yang tidak
terkait dengan apa yang ingin dieksploitasi
terangan terangan, begitu juga kepada anggota
atau dieksplorasi. Dan itu tentunya dilakukan
dewan terkait” (Wawancara, Arifin, salah seorang
dengan banyak investor atau perusahaan
broker pengurusan IUP, Tasikmalaya, 25 Juli
lainnya. Mereka kemudian presentasi satu
2014). Dengan kata lain, dukungan atau insentif
persatu. Tapi yang perlu diketahui bahwa
finansial tidak hanya langsung kepada dinas-dinas
mereka tentunya tidak sekedar presnetasi, tapi
terkait, tetapi juga kepada eksekutif ataupun
itu juga sudah terjadi deal-deal yang masuk ke
legislatif daerah.
dalam perencanaan bahkan masuk ke petinggi- petinggi lainnya, termasuk GAM (Wawancara,
Jurnal Masyarakat & Budaya, Volume 18 No. 3 Tahun 2016
Nauval, salah seorang Analist pertambangan salah seorang pengusaha pertambangan, di Aceh, Banda Aceh, 21 Juni 2014).
Tasikmalaya, 25 Juli 2014).
Transaksi mengenai pemberian izin Keberlangsungan dan keamanan suatu kepada investor telah mencakup tidak hanya
perusahaan tambang, secara khusus di Tasikmalaya, ongkos pengelolahan pertambangan tersebut,
sangat bergantung pada sejumlah setoran rutin dan tetapi juga besaran jumlah yang dialokasikan
dalam jumlah yang variatif sesuai dengan kepada para politis, birokrat atau petinggi partai
dinamika. Setoran rutin tersebut memang tidak tertentu yang sedang berkuasa. Dalam konteks
bersifat wajib (obligatory) atau bahkan sebagai Aceh, di mana Partai Aceh (PA) yang memegang
kewajiban tertulis. Setoran tersebut lebih bersifat kekuasaan di Aceh saat ini, deal tersebut juga
sukarela sebagai investasi perusahaan pertambangan harus memasukkan besaran insentif yang
tersebut untuk bertahan dan mendapatkan jaminan diberikan kepada para petinggi GAM. Bisa saja
keamanan. Setoran rutin tersebut secara halus diasumsikan semakin kuat insentif yang masuk
diistilahkan dengan partisipasi” atau bagian ”loyalitas”. kepada petinggi GAM, semakin kuat juga
Sebagai contoh, jika dinas tertentu memiliki acara kemungkinan investor atau perusahaan pertambangan
atau kegiatan atau bahkan tokoh tertentu, baik tersebut untuk mendapatkan izin pertambangan.
yang bermain di legislatif, dinas-dinas, dan Namun demikian, yang penting untuk diperhatikan
eksekutif. Saat seperti ini merupakan peluang yang dalam kaitan ini adalah bahwa bagaimana
tepat untuk “berpartsipasi” atau “berkontribusi” interaksi yang dinamis tersebut telah terjadi antara
untuk memperkuat investasi perusahaan pertambangan pengaruh ekonomi, yang berupa insentif finansial
tersebut.
yang dikeluarkan oleh perusahaan pertambangan Konsekuensinya jika perusahaan tambang dengan kekuasaan politik dan birokrasi dalam yang pelit berpartisipasi atau berkontribusi proses penerbitan IUP di Indonesia. memberikan setoran rutin, maka perusahaan
Mekanisme Setoran Rutin (Routine pertambangan tersebut akan mengalami kendala, seperti dipersulit dan digantikan dengan
Financial Feedback)
perusahaan pertambangan lain. Apalagi jika Analisis mekanisme yang terakhir untuk
perusahaan pertambangan yang baru lebih aktif menguji interaksi antara pengaruh ekonomi dan
dan loyal dalam setoran rutin. Sebagaimana politik/birokrasi dapat dilihat dari mekanisme atau
ditegaskan oleh salah satu infoman sebagai berikut: pola setoran rutin. Mekanisme ini merujuk pada
Jadi pihak dinas pertambangan itu tidak kasih
kenyataan bahwa bagi perusahaan pertambangan
tahu bahwa setelah tiga bulan IUPnya tersebut
yang sudah mendapatkan IUP diharuskan untuk
habis. Jadi adanya sama dinas, bahwa kalau
memberikan sejumlah setoran tertentu, agar
tiga bulan mau habis harus diperpanjang.
perusahaan tersebut langgeng dan aman.
Loyalitasnya sama atau dinas perhubungan
Sebagaimana diungkapkan secara jelas oleh salah
atau pertambangan dan masyarakat kurang
satu informan yang merupakan salah satu aktor
bagus, informasinya kurang, nah dinas
atau pengusaha pertambangan:
pertambangan tidak
kasih tahu. Dinas pertambangan tanya juga kepada masyarakat
Kan kalau di Tasik itu kayak gini, perusahaan siapa yang loyalitasnya bagus. Informasinya ke dinas itu bagaimana, bagaimana dia bisa
dulu kurang. Nah itu banyak kasusnya yang beri setoran sukarela, kalau ada acara
seperti itu memang (Wawancara, Zainuddin, bagaimana kontribusinya, kalau dinas butuh
salah seorang pengusaha pertambangan, bagaimana, partisipasi, tapi partisipasinya ya
Tasikmalaya, 25 Juli 2014). tentunya diharapkan yang lebih. Iya memang
begitu. Harus geitu. Kalau ngak gitu yang lain
Pernyataan tersebut menegaskan secara eksplisit
masuk. Acuan dinas pertambangan memang
bahwa jika perusahaan tidak aktif memberikan
setoran rutin atau “berpartisipasi”, maka perusahaan
begitu. Kalau tidak masuk dalam tiga bulan ya
begitu... Makanya di dinas pertambangan ada
atau investor pertambangan tersebut akan
beberapa bulan ganti, ganti, dan seterusnya.
menangung dampaknya, termasuk mempersulit
Itulah kalau perusahaan setorannya bagus,
IUP perusahaannya, perusahaan mengalami kendala
teruu usss…kasih terus (Wawancara, Zainuddin,
dalam operasional perusahaanya, tidak akan
442 Jurnal Masyarakat & Budaya, Volume 18 No. 3 Tahun 2016 442 Jurnal Masyarakat & Budaya, Volume 18 No. 3 Tahun 2016
perminyakan, Medco, dan juga pengerusakan awalnya pihak dinas pertambangan melakukan cek
diasumsikan bermula dari dan ricek kepada berbagai stakeholder yang terkait
infrastrurnya
keengganan pihak perusahaan tersebut untuk dengan penerbitan dan perpanjangan IUP. Jika
memberikan setoran dalam jumlah tertentu. pihak dinas mendapatkan sinyal negatif mengenai
Perilaku tersebut merupakan intimidasi dan partisipasi atau keengganan mereka untuk
dilakukan atas nama ”pemerintah lokal”. Dana- memberikan setoran tertentu, pihak dinas dengan
dana atau ”fee” yang didapatkan dari mekanisme berbagai strategi akan mengahalangi dan
semacam ini tentunya tidak akan pernah mempersulit IUP mereka, khususnya untuk
dicantumkan secara transparan sebagai bagian perpanjangan IUP.
PAD, karena cenderung bersifat personal, daripada masukan resmi untuk daerah, dana-dana seperti itu
Dalam kasus wilayah tertentu, seperti ditengarai mengalir ke saku-saku tokoh atau Aceh yang merupakan wilayah pasca-konflik, kelompok tertentu yang sedang berkuasa. bahkan keengganan untuk memberikan setoran
ruitn bisa berdampak lebih parah yang mengarah
B. Ekonomi Politik Penerbitan IUP: Analisis
pada aksi kekerasan.
Problem
Kalau misalkan mereka datang ke kita, dan mereka tidak kasih apa-apa. ya dirusak, contoh
Metode lain untuk menguji interaksi
Medco diculik, kemudian infrastrukturnya
antara
faktor
ekonomi dan kekuasaan
dirusak. Ini benar-benar nyata, gara-gara
politik/birokrasi dapat dilakukan dengan melihat
mereka tidak mau memberikan setoran dalam
dimensi problem yang terkandung dalam analisis
jumlah tertentu, dan itu pun diatur secara tidak
mekanisme. Kedua faktor ekonomi dan kekuasaan
transparan. Maka, setiap pendapatan fee bagi
politik ini, sekali lagi, sangat bertautan (in
daerah atau investasi bagi daerah itu tidak
entangle ) satu dengan lainnya. Dengan kata lain,
dilakukan secara transparan, kenapa? Salah
analisis problem menjadi fondasi konkrit
satu indikatornya itu tadi. Ya sebagai
mekanisme interaksi antara faktor ekonomi dan
mengembalikan injeksi atau royalti yang sudah dipakai. Satu sisi itu juga untuk
kekuasaan politik/birokrasi. Secara umum,
kepentingan birokrat yang ada di pemerintahan
terdapat empat masalah yang menjadi sumber
lokal ya, kabupaten kota dan provinsi. Polisi
interaksi ekonomi-politik, yaitu balas budi politik,
juga dapat, betul. Dengan perusahaan biji besi
wani piro (berani berapa), kroni dan koalisi, dan
tuh. Polisi juga bermain (Wawancara, Nauval,
loyalitas, yang tergambar dalam grafik di bawah
salah seorang Analist pertambangan di Aceh,
ini (grafik 4):
Banda Aceh, 21 Juni 2014).
Grafik 4: Empat Problem Utama Ekonomi Politik dalam Penerbitan IUP
Kategori Problem
Wani Piro
Balas Budi Politik
Kroni dan Koalisi
Loyalitas/Partisipasi
(Berani Berapa)
Balas Budi Politik pemilukada. Dengan kata lain, mekanisme ekonomi politik dalam pemilukada dilandasi
Balas budi politik merupakan fondasi prinsip balas budi politik. Karena dukungan khusus dan sangat terkait dengan mekanisme finansial tertentu dalam proses pemilukada,
Jurnal Masyarakat & Budaya, Volume 18 No. 3 Tahun 2016
terkadang kita seringkali dipersulit. Tapi kalau
pemilukada, cenderung untuk memprioritaskan
kita memberikan bantuan kepada kandidat
penerbitan IUP tertentu terhadap perusahaan
tertentu dan menang, itu luar biasa pergerakan
pertambangan tertentu memberikan modal politik
kita khususnya kalau kita mau eskpansi
atas kemenangnya dan menjadi wilayah garapan kita. Saya yakin betul itu juga bagian dari “balas budi”. banyak terjadi di berbagai wialyah Indoneia
(Wawancara, Zainuddin, salah seorang pengusaha Ya kalau begitu, pemilukada sudah selesai dan
pertambangan, Tasikmalaya, 25 Juli 2014). kandidat
Pelaku usaha pertambangan di Tasikmalaya
perusahaan tertentu akan mendapatkan jatah untuk
tersebut mempertegas kembali bahwa fenomena
mengelola
wilayah pertambangan
tertentu. Negoisasi pastinya sudah dilakukan
ienteraksi antara faktor ekonomi dan kekuasaan
sebelum pilkada, baik besaran sumbangan
politik yang didasari balas budi politik.
yang akan diberikan oleh perusahaan atau
Situasi di atas terjadi berkaitan dengan
kompensasi wilayah mana yang akan perusaan tersebut garap. Itulah deal-deal umum yang
perusahaan yang sedang mencari atau mendapatkan
IUP. Jika situasinya berbeda, di mana suatu
banyak terjadi menjelang pemilukada. Nah itu
dianggap bagian investasi dari perusahaan
perusahaan yang sudah memiliki IUP dan mapan
pertambangan tersebut. Jika tidak, ada saja
(established), kompensasinya akan mengambil
perusahaan pertambangan lain yang bisa
bentuk lain. Sebagaimana diungkapkan oleh
masuk dan menwarkan lebih juga (Wawancara,
informan di bawah ini:
Syairi, salah satu tokoh dan penguasaha Gini lho, tadi kan saya bilang bahwa pertambangan di Gresik, Gresik, 15 Juni 2014). perusahaan itu sudah memberikan, saya
Kasus tersebut adalah fenomena umum
sebagai orang yang maju dalam pilkada,
dinamika pertambangan di Indonesia. Penerbitan
dibayar, dibantu, perusahaan juga harus
IUP perusahaan tertentu dipengaruhi sistem balas
dibantu, dikembalikan dari hasil memotong
budi politik. Perusahaan tersebut dianggap telah
konpensasi bagi pendapat daerah. itu lho
melakukan semacam ”investasi” dalam proses alurnya. Ya, terus dan si birokrat juga ga mau
transparan karena itu ada keuntungan dia juga.
pemenangan seorang kandidat bupati, gubernur
Saya sebagai bupati nih. Saya ga akan apa
atau legislatif. Proses ini tidak melihat bahwa
namanya, ga akan melakukan transparan pada
dalam suatu wilayah tersebut sudah terdapat IUP
publik berapa rincian budget anggaran yang
atas nama orang lain atau dengan sengaja
sudah diterima di dalam PAD daerah dari hasil
ditindihkan. Upaya menindihkan IUP ini semakin
tambang (Wawancara, Nauval, salah seorang
kuat dilakukan jika pemilik IUP sebelumnya telah
Analist pertambangan di Aceh, Banda Aceh,
secara kasat mata mendukung kandidat lain atau
21 Juni 2014).
lawannya. Fenomena umum tersebut bahkan sudah Pernyataan di atas menegaskan beberapa poin menjadi semacam truisme karena mudahnya
penting. Pertama, terjadinya politik balas budi ditemui di berbagai wilayah pertambangan di
antara perusahaan pertambangan yang telah Indonesia. Proses tersebut biasanya dilakukan
membiayai seorang kandidat tertentu dan melalui deal-deal khusus menjelang pelakasanaan
selanjutnya, kandidat yang telah menang wajib pemilukada.
memberikan kompensasi kepada perusahaan Realitas balas budi politik dalam sektor
pertambangan yang telah membiayainya. Kedua, pertambangan merupakan fenomena umum di
perusahaan pertambangan yang sudah ”estabslihed” Indonesia. Seorang informan, yang merupakan
karena sudah memiliki IUP dan beroperasi, salah satu pelaku usaha pertambangan di
kompensasinya mengambil bentuk lain, yaitu Tasikmalaya menegaskan:
pemotongan pajak bagi perusahaan tersebut yang menjadi bagian dari PAD. Oleh sebab itu, sumber-
Itu bukanlah hal baru pak. Pergerakan
sumber pemasukan PAD ini tidak secara
perusahaan pertambangan menjelang pemilukada di Tasikmalaya juga cukup ramai kalau
transparan.
menjelang pemilukada. Itu adalah rahasia
umum, mungkin begitu ya bahasanya. Kita
harus berani bermain di sana kalau tidak,
444 Jurnal Masyarakat & Budaya, Volume 18 No. 3 Tahun 2016
Wani Piro (Berani Bayar Berapa) khususnya sebelum reformasi menjadi frontal setelah rejim desentralisasi pertambangan di
Problem selanjutnya yang menjadi dasar
Indonesia.
interaksi antara faktor ekonomi dengan politik/birokrasi adalah problem klasik ”wani piro”
Metode lain, dalam kerangka ”wani piro” (berani membayar berapa). Aturan tidak tertulis ini
adalah politisi atau partai tertentu berperan aktif tidak hanya berlaku atau dilakukan oleh
sebagai broker penerbitan IUP dengan menawarkan perusahaan pertambangan terhadap penguasa
dan mengundang berbagai perusahaan pertambangan. wilayah setempat, tetapi juga sebaliknya. Dengan
Umumnya, aktifitas ini dilakukan oleh partai yang kata lain, beberapa perusahaan pertambangan
berkuasa di suatu daerah. Hal yang sama juga secara terang-terangan menawarkan uang yang
dilakukan oleh administrator/ birokrat di dinas mereka harus bayar untuk langsung bisa
pertambangan daerah tertentu. IUP diterbitkan mendapatkan IUP tanpa berususah payah
untuk perusahaan yang berani membayar atau berurusan dengan berbagai syarat dan tahapan.
memberi insentif finansial dalam jumlah tertentu, Atau bahkan perusahaan tersebut berani
walaupun sudah ada IUP perusahaan lain. membayar lebih mahal dibandingkan perusahaan
Sebagaimana yang diceritakan oleh seorang pertambangan lain pada suatu wilayah yang
informan berdasarkan pengalamannya: dianggap strategis dan produktif. Bahkan
Misalkan pak Aan datang terus pemerintah
mekanisme ini untuk menyingkirkan perusahaan
tidak langsung mengiyahkan, tapi dia akan
lain yang menjadi pesaingnya. Kondisi tersebut
menunggu dan mengundang investor lain
diungkapkan dengan secara jelas oleh seorang
untuk mencoba menjajaki usulan-usulannya
informan:
terkait dengan apa yang ingin dieksploitasi atau
Presentasi satu-satu. Ya barangkali itulah perusahaan yang rasional.
dieksplorasi.
Presentasi, ga sekedar presentasi itu tapi deal Semua ke dinas pertambangan mintanya beres. itu. Deal ini masuk ke dalam perencanaan Tapi dinas pertambangan ngak mau. Silahkan bahkan masalah keuangan petinggi dan lain- urus saja sendiri. Perusahaan nih datang ke lain. Deal itu diputuskan pada perusahaan perusahaan pertambangan. Nih saya 4,5