PENINGKATAN KOMPETENSI PESERTA DIDIK MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN TEACHING FACTORY 6 LANGKAH (TF-6M) PADA MATA PELAJARAN PRODUKTIF KOMPETENSI KEAHLIAN TEKNIK SEPEDA MOTOR.

(1)

PENINGKATAN KOMPETENSI PESERTA DIDIK MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN TEACHING FACTORY 6 LANGKAH

(MODEL TF-6M) PADA MATA PELAJARAN PRODUKTIF KOMPETENSI KEAHLIAN TEKNIK SEPEDA MOTOR

TESIS

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Pendidikan

Program Studi Pendidikan Teknologi Kejuruan Konsentrasi Pendidikan Teknik Mesin

Oleh : Dedi Purwadi

1103328

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNOLOGI KEJURUAN SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2014


(2)

PENINGKATAN KOMPETENSI PESERTA DIDIK MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN TEACHING FACTORY 6 LANGKAH

(MODEL TF-6M) PADA MATA PELAJARAN PRODUKTIF KOMPETENSI KEAHLIAN TEKNIK SEPEDA MOTOR

Oleh Dedi Purwadi

S.Pd.T Universitas Negeri Yogyakarta, 2008

Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd.) pada Program Studi Pendidikan Teknologi Kejuruan

Konsentrasi Pendidikan Teknik Mesin

© Dedi Purwadi 2014 Universitas Pendidikan Indonesia

Januari 2014

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Tesis ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,


(3)

HALAMAN PENGESAHAN TESIS

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH :

Pembimbing I

Dr. Dadang Hidayat M., M. Pd. NIP. 19490427 197603 1 001

Pembimbing II

Dr. Amay Suherman, M. Pd. NIP. 19590325 198601 1 001

Mengetahui

Ketua Prodi Pendidikan Teknologi Kejuruan Sekolah Pascasarjana UPI

Dr. Dadang Hidayat M., M. Pd. NIP. 19490427 197603 1 001


(4)

Dedi Purwadi, 2014

PENINGKATAN KOMPETENSI PESERTA DIDIK MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN TEACHING FACTORY 6 LANGKAH (TF-6M) PADA MATA PELAJARAN PRODUKTIF KOMPETENSI KEAHLIAN TEKNIK SEPEDA MOTOR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ABSTRAK

Dedi Purwadi (1103328): Peningkatan Kompetensi Peserta Didik Menggunakan Model Pembelajaran Teaching Factory 6 Langkah (TF-6M) pada Mata Pelajaran Produktif Kompetensi Keahlian Teknik Sepeda Motor

Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran tentang perbedaan peningkatan kompetensi peserta didik yang menggunakan model pembelajaran TF-6M dan dan yang menggunakan model pembelajaran ceramah dan praktik pada kompetensi keahlian Teknik Sepeda Motor. Aspek-aspek yang di teliti adalah; peningkatan prestasi belajar, soft skill, hard skill, entrepreuneurship, motivasi belajar dan persepsi peserta didik. Penelitian dilakukan di SMKN 1 Majalengka, pada peserta didik kelas 11 kompetensi keahlian Teknik Sepeda Motor. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Quasy Eksperiment Design dengan pendekatan Nonequivalent Control Grup Design. Kelas eksperimen mendapatkan pembelajaran dengan Model TF-6M, sedangkan kelas kontrol mendapatkan pembelajaran konvensional. Data diperoleh dari hasil pre tes dan pos tes yang berupa; alat tes kognitif untuk mengukur prestasi belajar, observasi untuk mengukur soft skill dan hard skill, angket untuk mengukur entrepreuneurship, motivasi belajar dan persepsi serta wawancara dan dokumentasi untuk mengetahui faktor pendukung dan penghambat implementasinya. Hasil penelitian pada implementasi model pembelajaran TF-6M dilihat dari berbagai aspek yaitu: peningkatan prestasi belajar kelas eksperimen termasuk kategori sedang, sedangkan pada kelas kontrol termasuk pada kategori rendah, peningkatan soft skill peserta didik yang menggunakan model pembelajaran TF-6M termasuk pada kategori tinggiPeningkatan hard skill peserta didik yang menggunakan model pembelajaran TF-6M termasuk pada kategori tinggi, peningkatan entrepeuneurship peserta didik kelas eksperimen termasuk pada kategori sedang, sedangkan pada kelas kontrol termasuk pada kategori rendah, peningkatan motivasi kelas eksperimen termasuk pada kriteria rendah, sedangkan pada kelas kontrol mengalami penurunan, peningkatan persepsi kelas eksperimen dan kontrol termasuk pada kriteria sedang, tetapi peningkatannya kelas kontrol lebih rendah dibandingkan kelas eksperimen. Faktor pendukung implementasinya adalah: Sumber daya, sarana prasarana dan fasilitas praktik sudah baik, dukungan dari manajemen dan dewan pendidik, serta antusiasme peserta didik pada model pembelajaran TF-6M. Faktor-faktor penghambatnya berupa: Penjadwalan di sekolah yang belum menggunakan sistem blok, posisi bengkel yang tidak berhadapan langsung dengan jalan raya, serta belum semua standar kompetensi bisa disinkronkan.


(5)

Dedi Purwadi, 2014

PENINGKATAN KOMPETENSI PESERTA DIDIK MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN TEACHING FACTORY 6 LANGKAH (TF-6M) PADA MATA PELAJARAN PRODUKTIF KOMPETENSI KEAHLIAN TEKNIK SEPEDA MOTOR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Kata kunci: Peningkatan, Kompetensi, TF-6M, Teknik Sepeda Motor ABSTRACT

Dedi Purwadi (1103328): Improvement of Students’ Competence by Utilizing Teaching Factory-6 Methods (TF-6M) Learning Model on Vocational Subject Studies of Competence Expertise of Motorcycle Engineering

This study is intended to describe the difference of students’ competence

improvement in Competence Expertise of Motorcycle Engineering between those who apply TF-6M learning model and those who do not. This study covers its

aspects of investigation on improvement of students’ learning achievement, soft

skill, hard skill, entrepreneurship, learning motivation, and perception. The investigation is conducted in SMKN 1 Majalengka with grade 11 participant students of motorcycle engineering. The investigation employs method of Quasy Experimental Design within approach of Nonequivalent Control Group Design. The experiment group applies TF-6M learning model and the control group makes

use of lecturing and practice model. The data is obtained from results of students’ pre test and post test in forms of: cognitive instruments to measure students’

achievement; observation to judge their soft skill and hard skill; questionnaire to qualify their entrepreneurship, learning motivation and perception; and interview as well as documentation to find out factors which support and challenge its implementation. Results of the investigation on implementation of TF-6M learning model, taken from various aspects, shows that: Experiment group shows

the improvement of students’ learning achievement in middle level while the

control group lies at low level, improvement of students’ soft skill is high,

improvement of students’ hard skill with TF-6M is high, improvement of

students’ entrepreneurship in the experimental group with TF-6M is high while in the control group, their improvement of entrepreneurship is low, improvement of students’ perception in both groups shows at middle level, while the control group defines the improvement at lower level than the experimental group, factors which support the implementation are sources, facilities of using the method, supports from management and practice facilities and students’ enthusiasm on the TF-6M, factors which challenge are in forms of schedule systems do not use

block system, the work shop’s position are not strategic and not all standard of


(6)

Dedi Purwadi, 2014

PENINGKATAN KOMPETENSI PESERTA DIDIK MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN TEACHING FACTORY 6 LANGKAH (TF-6M) PADA MATA PELAJARAN PRODUKTIF KOMPETENSI KEAHLIAN TEKNIK SEPEDA MOTOR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu


(7)

Dedi Purwadi, 2014

PENINGKATAN KOMPETENSI PESERTA DIDIK MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN TEACHING FACTORY 6 LANGKAH (TF-6M) PADA MATA PELAJARAN PRODUKTIF KOMPETENSI KEAHLIAN TEKNIK SEPEDA MOTOR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR ISI

JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

PERNYATAAN TENTANG KEASLIAN KARYA ILMIAH DAN BEBAS PLAGIARISME ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

UCAPAN TERIMA KASIH ... v

ABSTRAK ... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi dan Perumusan Masalah ... 9

C. Tujuan Penelitian ... 11

D. Manfaat Penelitian ... 12

E. Struktur Organisasi Tesis ... 12

BAB II. KAJIAN PUSTAKA ... 14

A. Kompetensi ... 14

B. Prestasi Belajar ... 17

C. Soft Skills ... 21

D. Hard Skills ... 34

E. Entrepreuneurship ... 35

F. Motivasi Berprestasi ... 53

G. Persepsi ... 57

H. Kompetensi Keahlian Teknik Sepeda Motor ... 60

I. Model Pembelajaran... 62


(8)

Dedi Purwadi, 2014

PENINGKATAN KOMPETENSI PESERTA DIDIK MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN TEACHING FACTORY 6 LANGKAH (TF-6M) PADA MATA PELAJARAN PRODUKTIF KOMPETENSI KEAHLIAN TEKNIK SEPEDA MOTOR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

K. Model Pembelajaran Teaching Factory ... 65

L. Model Pembelajaran TF-6M ... 68

M. Penelitian Terdahulu ... 75

N. Kerangka Pemikiran ... 79

O. Hipotesis ... 80

BAB III. METODE PENELITIAN... 83

A. Lokasi, Populasi dan Sample Penelitian ... 83

B. Desain Penelitian ... 84

C. Metode Penelitian... 86

D. Definisi Operasional... 88

E. Instrumen Penelitian... 90

F. Proses Pengembangan Instrumen ... 93

G. Teknik Pengumpulan Data ... 99

H. Analisis Data ... 102

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 105

A. Pemaparan Data ... 105

B. Pembahasan Data ... 135

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 151

A. Kesimpulan ... 151

B. Saran ... 153

DAFTAR PUSTAKA ... 155


(9)

Dedi Purwadi, 2014

PENINGKATAN KOMPETENSI PESERTA DIDIK MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN TEACHING FACTORY 6 LANGKAH (TF-6M) PADA MATA PELAJARAN PRODUKTIF KOMPETENSI KEAHLIAN TEKNIK SEPEDA MOTOR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR TABEL Tabel

1.1 Jumlah Pengangguran Indonesia berdasarkan Pendidikan Tertinggi yang

pernah ditamatkan. ... 2

1.2 Daftar Nilai Siswa... 4

2.1 Pembagian Soft Skill ... 21

2.2 Proksemik atau Pengaturan Jarak ... 27

3.1 Desain Penelitian ... 87

3.2 Tingkat Validitas ... 95

3.3 Tingkat Reliabilitas ... 96

3.4 Tingkat Daya Pembeda ... 97

3.5 Taraf Kesukaran... 98

3.6 Aspek yang Diteliti dan Teknik Pengambilan Data ... 101

3.7 Kriteria Normalized Gain ... 104

4.1 Hasil Penelitian Variabel Prestasi ... 106

4.2 Hasil Penelitian Variabel Soft Skill ... 107

4.3 Hasil Penelitian Variabel Hard Skill ... 108

4.4 Hasil Penelitian Variabel Entrepreuneurship ... 109

4.5 Hasil Penelitian Variabel Motivasi Berprestasi ... 110

4.6 Hasil Penelitian Variabel Persepsi ... 110


(10)

Dedi Purwadi, 2014

PENINGKATAN KOMPETENSI PESERTA DIDIK MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN TEACHING FACTORY 6 LANGKAH (TF-6M) PADA MATA PELAJARAN PRODUKTIF KOMPETENSI KEAHLIAN TEKNIK SEPEDA MOTOR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR GAMBAR Gambar

2.1 The Ice Berg Model ... 17

2.2 Persepsi berbagai Bangsa pada Petunjuk Wajah ... 29

2.3 Cara Berpandang ... 31

2.4 Ciri-ciri Karakter Wirausaha ... 41

2.5 Model Proses Kewirausahann ... 49

2.6 Kerangka Berpikir tentang Kewirausahaan ... 51

2.7 Proses Motivasi Dasar ... 54

2.8 Model TF-6M ... 69

2.9 Implementasi Model Pembelajaran TF-6M ... 72

2.10 Kerangka Penelitian ... 79

3.1 Desain Penelitian ... 85

4.1 Diagram Data Pre Tes Prestasi Belajar ... 113

4.2 Diagram Data Pos Tes Prestasi Belajar ... 113

4.3 Diagram Rata-rata Peningkata Prestasi Belajar ... 114

4.4 Diagram Nilai Rata-rata N-Gain Prestasi Belajar ... 114

4.5 Diagram Data Soft Skill ... 115

4.6 Diagram Nilai Rata-rata N-Gain Soft Skill ... 116

4.7 Diagram Data Hard Skill ... 117

4.8 Diagram Nilai Rata-rata N-Gain Hard Skill... 118

4.9 Diagram Data Pre Tes Entrepreuneurship ... 118

4.10 Diagram Data Pos Tes Entrepreuneurship ... 119

4.11 Diagram Rata-rata Sikap Entrepreuneurship ... 119

4.12 Diagram Nilai Rata-rata N-Gain Entrepeuneurship ... 120

4.13 Diagram Data Pre Tes Motivasi Berprestasi ... 121


(11)

Dedi Purwadi, 2014

PENINGKATAN KOMPETENSI PESERTA DIDIK MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN TEACHING FACTORY 6 LANGKAH (TF-6M) PADA MATA PELAJARAN PRODUKTIF KOMPETENSI KEAHLIAN TEKNIK SEPEDA MOTOR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

4.15 Diagram Rata-rata Motivasi Berprestasi ... 122

4.16 Diagram Nilai rata-rata N-Gain Motivasi Berprestasi ... 123

4.17 Diagram Data Pre Tes Persepsi ... 123

4.18 Diagram Data Pos Tes Persepsi ... 124

4.19 Diagram Peningkatan Rata-rata Persepsi ... 124

4.20 Diagram Nilai rata-rata N-Gain Persepsi ... 125

5.1 Adaptasi Kegiatan Pembelajaran TF-6M pada Kompetensi Keahlian Teknik Sepeda Motor ………. 154


(12)

Dedi Purwadi, 2014

PENINGKATAN KOMPETENSI PESERTA DIDIK MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN TEACHING FACTORY 6 LANGKAH (TF-6M) PADA MATA PELAJARAN PRODUKTIF KOMPETENSI KEAHLIAN TEKNIK SEPEDA MOTOR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Indonesia pada saat ini sudah memasuki era persaingan tenaga kerja secara bebas untuk kawasan Asia Tenggara atau AFLA (Asean Free Labour Area) semenjak tahun 2003 (Depdikbud, 2002). Tenaga kerja Indonesia dihadapkan dengan persaingan yang ketat dari pekerja negara-negara lain. Pendidikan sebagai salah satu bekal dalam menghadapi persaingan tersebut dituntut untuk bisa mempersiapkan peserta didiknya dengan berbagai kompetensi yang dibutuhkan.

Asian Development Bank (ADB) dalam publikasinya mengenai Key Indicator for Asia and the Pasific 2012 (www.adb.org/satistics), menempatkan Human Development Index Indonesia pada urutan 124 dari 187 negara. Urutan tersebut jauh dibawah Singapura dan Malaysia masing-masing berada pada urutan 26 dan 61. Angka pengangguran di Indonesia pada tahun 2011 mencapai 6.6%, angka tersebut adalah angka pengangguran tertinggi ke-dua di kawasan Asia Tenggara setelah Filipina yang mencapai 7.0%. Data tersebut dapat dijadikan gambaran mengenai keadaan tenaga kerja Indonesia.

Peningkatan kualitas sumber daya manusia di Indonesia terus diupayakan dan dikembangkan seiring dengan perkembangan jaman yang semakin global. Peningkatan sumber daya manusia ini sangat dipengaruhi oleh dunia pendidikan. Pendidikan yang merupakan ujung tombak dalam pengembangan sumber daya manusia harus bisa berperan aktif dalam meningkatkan kualitas dan juga kuantitasnya. Upaya pengembangan tersebut harus terprogram dan melalui jalur yang tepat agar yang dihasilkan benar–benar bermutu dan kompeten serta bisa bersaing dalam dunia global.

Menurut BPS (2012), jumlah pengangguran paling banyak berdasarkan pendidikan tertinggi yang pernah ditamatkan adalah SMTA yang berbentuk umum dan kejuruan. Hal tersebut bisa dilihat pada tabel berikut ini.


(13)

Dedi Purwadi, 2014

PENINGKATAN KOMPETENSI PESERTA DIDIK MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN TEACHING FACTORY 6 LANGKAH (TF-6M) PADA MATA PELAJARAN PRODUKTIF KOMPETENSI KEAHLIAN TEKNIK SEPEDA MOTOR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Tabel 1.1. Jumlah Pengangguran Indonesia Berdasarkan Pendidikan Tertinggi yang Pernah Ditamatkan.

No. Pendidikan Tertinggi

Yang Ditamatkan 2008 (Agst) 2009 (Agst) 2010 (Agst) 2011 (Agst)

1 Tidak/Belum Pernah

Sekolah/Belum Tamat SD 547 038 637 901 757 807 877 265 2 Sekolah Dasar 2 099 968 1 531 671 1 402 858 1 120 090 3 SLTP 1 973 986 1 770 823 1 661 449 1 890 755 4 SMTA (Umum dan

Kejuruan) 3 812 522 3 879 471 3 344 315 3 074 946 5 Diploma I/II/III/Akademi 362 683 441 100 443 222 244 687 6 Universitas 598 318 701 651 710 128 492 343

Total 9 394 515 8 962 617 8 319 779 7 700 086

Sumber: Survei Angkatan Kerja Nasional (SAKERNAS) BPS 2012 Tribun Jabar (2012) juga memberitakan bahwa jumlah Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Sekolah Menengah Kejuruan lebih tinggi daripada Sekolah Menengah Umum (SMU). TPT SMK mencapai 14,52%, sedangkan untuk SMU angkanya sebesar 13,09%. Hal ini tidak sejalan dengan tujuan dibukanya SMK, yaitu untuk mengurangi angka TPT, tetapi hasil survei tersebut menunjukkan bahwa angka penganguran SMK yang lebih besar dibandingkan SMU. Hal tersebut bisa dimaknai bahwa SMK belum berperan sebagaimana mestinya.

TPT dapat dikurangi apabila SMK yang berfungsi sebagai lembaga pencetak tenaga terampil dan kompeten dibidangnya, bisa selaras dengan kebutuhan dunia industri. Rendahnya kualitas lulusan sekolah kejuruan berakibat produktifitas tenaga kerja terampil di dunia industri semakin terpuruk. Kepercayaan dunia industri semakin berkurang karena lulusan dari SMK yang tidak siap kerja. Salah satu faktor penyebab adalah kurangnya kesiapan sekolah dalam menyiapkan lulusan sesuai dengan kubutuhan Dunia Usaha/Dunia Industri (DU/DI). SMK harus memprioritaskan pengembangan sistem pendidikan yang berorientasi pada peningkatan tamatan yang benar-benar kompeten dibidangnya, memiliki etos kerja, disiplin dan tetap menjunjung tinggi pada budaya bangsa.


(14)

Dedi Purwadi, 2014

PENINGKATAN KOMPETENSI PESERTA DIDIK MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN TEACHING FACTORY 6 LANGKAH (TF-6M) PADA MATA PELAJARAN PRODUKTIF KOMPETENSI KEAHLIAN TEKNIK SEPEDA MOTOR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Program Studi Keahlian Teknik Otomotif, khususnya Kompetensi Keahlian Teknik Sepeda Motor SMKN 1 Majalengka memiliki tujuan untuk menghasilkan lulusan yang memiliki keterampilan, pengetahuan dan sikap dalam perawatan dan perbaikan Engine sepeda motor, perawatan dan perbaikan Power Train, perawatan dan perbaikan Chasis and Suspension, serta perawatan dan perbaikan Electrical System sepeda motor (KTSP SMKN 1 Majalengka, 2012). Kompetensi tersebut adalah kompetensi yang disiapkan oleh sekolah sebagai bekal untuk bisa bersaing dalam memperebutkan dunia kerja.

Peserta didik Kompetensi Keahlian Teknik Sepeda Motor SMKN 1 Majalengka, diharuskan untuk menuntaskan 17 Standar Kompetensi dalam waktu paling cepat tiga tahun (KTSP SMKN 1 Majalengka, 2012). Proses pembelajaran 17 Standar Kompetensi tersebut dibagi menjadi enam semester. Beberapa Standar Kompetensi yang dipelajari antara lain adalah; Memelihara baterai, Memperbaiki kerusakan sistem bahan bakar bensin, Melakukan perbaikan sistem rem, Melaksanakan pekerjaan servis pada roda, ban dan rantai, serta melakukan perbaikan ringan pada sistem kelistrikan. Standar Kompetensi tersebut pada pekerjaan di lapangan sangat diperlukan untuk dapat melakukan servis/tune-up sepeda motor.

Berdasarkan hasil observasi/studi pendahuluan yang dilakukan peneliti, proses pembelajaran mata pelajaran produktif yang dilaksanakan di Kompetensi Keahlian Teknik Sepeda Motor SMKN 1 Majalengka, masih menggunakan metode ceramah dan praktikum. Peserta didik pada awalnya diberikan teori kejuruan, setelah itu dibagi menjadi beberapa kelompok untuk melaksanakan praktik. Setiap kelompok terdiri dari 4-6 peserta didik dengan menggunakan satu alat praktik. Metode ini menyebabkan kurang maksimalnya penguasaan kompetensi peserta didik karena tidak menuntut kemandirian dan tanggung jawab. Peserta didik seharusnya bisa melaksanakan praktik dengan prinsip satu peserta didik-satu alat praktik. Pelaksanaan praktik masih terkotak-kotak sesuai dengan Standar Kompetensi yang berasal dari SKKNI (Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia), sehingga kurang menggambarkan pekerjaan nyata


(15)

Dedi Purwadi, 2014

PENINGKATAN KOMPETENSI PESERTA DIDIK MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN TEACHING FACTORY 6 LANGKAH (TF-6M) PADA MATA PELAJARAN PRODUKTIF KOMPETENSI KEAHLIAN TEKNIK SEPEDA MOTOR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dilapangan (real job). Model pembelajaran konvensional memiliki kelebihan dan kekurangan. Model pembelajaran konvensional membagi standar kompetensi tiap semesternya menjadi jelas, tetapi pekerjaan yang dilakukan tidak menggambarkan pekerjaan di industri. Pada pekerjaan yang paling sering dilakukan di industri yaitu servis sepeda motor karburator, pekerjaan ini terdiri dari 16 standar kompetensi yang diajarkan dari kelas 10 sampai dengan kelas 12. Hal tersebut menjadi masalah tersendiri bagaimana untuk melakukan pembelajaran dengan menggabungkan beberapa standar kompetensi menjadi satu pekerjaan yang utuh. Dampak dari masalah tersebut mengakibatkan belum seimbangnya ketercapaian kompetensi mata pelajaran produktif dengan kebutuhan pada pasar kerja. Ketidaktepatan dalam memilih pendekatan, metode, strategi dan model pembelajaran bisa menyebabkan waktu pencapaian kompetensi menjadi lebih lama, bahkan tidak tercapainya kompetensi yang diinginkan karena keterbatasan waktu.

Penguasaan kompetensi peserta didik dapat dilihat pada nilai yang didapatkan pada uji kompetensi yang dilaksanakan pada setiap semesternya. Nilai standar kompetensi memperbaiki kerusakan sistem bahan bakar bensin pada kelas 11 semester gasal 2012/2013 dapat dilihat sebagai berikut:

Tabel 1.2.Daftar Nilai Siswa

Nilai

KELAS

Ket

11 TSMa 11 TSMb

F % F %

< 65 9 27 13 38

KKM =75

65-74 16 48 14 41

75-84 8 24 7 21

> 84 - - - -

Jumlah 33 100 34 100

(Sumber : Guru TSM SMKN 1 Majalengka, Daftar Nilai Semester Gasal) Nilai tersebut adalah nilai murni dari uji kompetensi yang belum disesuaikan dengan nilai dari kehadiran dan penugasan. Data di atas menunjukkan bahwa jumlah peserta didik yang belum memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) masih di atas 50%. Gambaran di atas menunjukkan bahwa kurang


(16)

Dedi Purwadi, 2014

PENINGKATAN KOMPETENSI PESERTA DIDIK MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN TEACHING FACTORY 6 LANGKAH (TF-6M) PADA MATA PELAJARAN PRODUKTIF KOMPETENSI KEAHLIAN TEKNIK SEPEDA MOTOR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

optimalnya kompetensi yang dimiliki peserta didik. Faktor masih rendahnya kompetensi yang dimiliki peserta didik bisa disebabkan oleh banyak faktor, salah satu kemungkinan penyebabnya adalah persepi, minat, dan motivasi dari internal peserta didik yang rendah, serta faktor eksternal lainnya seperti kurikulum, fasilitas, guru, lingkungan sekolah maupun keluarga masyarakat yang belum mendukung pencapaian kompetensi peserta didik secara maksimal.

Proses penilaian kompetensi yang baik adalah yang mencakup dari ketiga aspek domain peserta didik, yaitu aspek kognitif, afektif dan psikomotorik. Hasil studi pendahuluan mengindikasikan bahwa metode penilaian yang dilakukan oleh beberapa guru mata pelajaran produktif SMKN 1 Majalengka masih cenderung menggunakan penilaian tertulis/lisan atau prakteknya saja. Cara penilaian tertulis maupun lisan hanya mencakup aspek kognitif saja, sedangkan aspek afektif dan psikomotorik belum tergambar secara utuh. Tes praktek bisa menggambarkan aspek afektif dan psikomotorik tetapi aspek kognitif tidak tergambar dengan baik. Diperlukan adanya perubahan model penilaian kompetensi agar menghasilkan data yang memiliki validitas tinggi dalam ketercapaian kompetensi yang meliputi hard skill dan soft skill peserta didik.

Peralatan yang terdapat pada Bengkel Sepeda Motor SMKN 1 Majalengka sudah memenuhi standar minimal yang dipakai industri. Peralatan yang sudah ada saat ini digunakan secara konvensional dan kondisional. Metode pembelajaran pada saat praktik yang dilaksanakan selama ini membagi kelas kedalam kelompok-kelompok kecil yang tidak memungkinkan setiap peserta didik mengerjakan pekerjaannya secara mandiri. Peralatan yang ada hanya digunakan untuk proses pembelajaran saja, tanpa memberikan pemasukan bagi pembiayaan praktik dan pemeliharaannya. Dibutuhkan penerapan model pembelajaran yang bisa memberdayakan peralatan praktik secara efisien dan efektif, sehingga dapat memberikan pengalaman kepada peserta didik pada waktu masuk di dunia kerja. Model pembelajaran tersebut juga dituntut untuk mampu memberikan pemasukan secara mandiri untuk kepentingan pembiayaan praktik dan pemeliharaannya,


(17)

Dedi Purwadi, 2014

PENINGKATAN KOMPETENSI PESERTA DIDIK MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN TEACHING FACTORY 6 LANGKAH (TF-6M) PADA MATA PELAJARAN PRODUKTIF KOMPETENSI KEAHLIAN TEKNIK SEPEDA MOTOR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

sehingga tidak tergantung pada biaya dari pemerintah maupun dari orang tua peserta didik.

SMK adalah lembaga pendidikan kejuruan yang memiliki tujuan untuk menyiapkan peserta didik yang ingin bekerja, melanjutkan studi maupun untuk berwirausaha. Peserta didik yang ingin berwirausaha, pada proses pebelajaran dibekali tidak hanya hardskill dan soft skill, tetapi juga jiwa kewirausahaan (entrepreuneurship). Enterpreuneurship merupakan modal dasar yang harus dimiliki dan diberikan kepada setiap manusia agar dalam kehidupannya dapat mencapai kehidupan yang maksimal melalui pengalamannya. Pendidikan entrepreunership yang dilakasanakan di SMKN 1 Majalengka selama ini terpisah pada mata pelajaran kewirausahaan yang termasuk pada mata pelajaran adaptif. Pendidikan entrepreneurship masih dirasa jauh dari tujuan Program Studi yang diambil. Pendidikan entrepreuneurship seharusnya bisa diintegrasikan kedalam mata pelajaran produktif agar sesuai dengan keahlian yang dimiliki peserta didik. Pendidikan yang paling sesuai untuk meningkatkan kompetensi dan enterpreuneurship peserta didik adalah pendidikan yang berorentasi pada DU/DI dengan penekanan pada pendekatan pembelajaran dan didukung oleh kurikulum yang sesuai. Dunia industri yang merupakan sasaran dari proses dan hasil pembelajaran sekolah menengah kejuruan, biasanya mempunyai karakter dan nuansa tersendiri. Lembaga pendidikan kejuruan dalam proses pembelajaran harus bisa membuat pendekatan pembelajaran yang tepat dan sesuai dengan keinginan dunia industri.

Fungsi pendidikan salah satunya adalah membentuk sikap dan orientasi peserta didik terhadap belajar, menanamkan sikap positif dan haus akan pengetahuan serta untuk mengembangkan keterampilan belajar secara efektif. Keberhasilan peserta didik dalam pendidikannya juga dipengaruhi oleh motivasi berprestasi yang dimiliki. Motivasi berprestasi sebagai daya dorong yang memungkinkan seseorang berhasil mencapai apa yang diidamkan. Seseorang yang memiliki motivasi berprestasi tinggi cenderung untuk selalu berusaha mencapai


(18)

Dedi Purwadi, 2014

PENINGKATAN KOMPETENSI PESERTA DIDIK MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN TEACHING FACTORY 6 LANGKAH (TF-6M) PADA MATA PELAJARAN PRODUKTIF KOMPETENSI KEAHLIAN TEKNIK SEPEDA MOTOR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

apa yang diinginkan walaupun mengalami hambatan dan kesulitan dalam meraihnya.

Bloom (1982: 11) mengemukakan tiga faktor utama yang mempengaruhi hasil belajar, yaitu kemampuan kognitif, motivasi berprestasi dan kualitas pembelajaran. Kualitas pembelajaran adalah kualitas kegiatan pembelajaran yang menyangkut model pembelajaran yang digunakan. Sistem pembelajaran yang tidak terencana, terlaksana dan terevaluasi dengan baik secara logika akan menurunkan motivasi berprestasi peserta didik. Proses pembelajaran yang tidak menerapkan prinsip satu peserta didik satu alat praktik, menurut analisa peneliti kurang memupuk aspek-aspek life skill peserta didik seperti rasa tanggung jawab, target, kreatifitas dan keseriusan peserta didik terhadap hasil praktik. Hal ini menurut analisa peneliti terjadi karena peserta didik merasa bergantung kepada kelompoknya masing-masing. Model pembelajaran yang menekankan pada pekerjaan sesungguhnya (real job), berprinsip satu peserta didik satu alat praktik, serta pekerjaan yang berhubungan dengan konsumen secara langsung, diharapkan dapat meningkatkan motivasi berprestasi peserta didik.

Salah satu upaya yang dilakukan Direktorat Jenderal PSMK untuk mencapai visi mewujudkan SMK yang dapat menghasilkan tamatan berjiwa wirausaha yang siap kerja, cerdas, kompetitif, dan memiliki jati diri bangsa, serta mampu mengembangkan keunggulan lokal dan dapat bersaing di pasar global ialah dengan membuat program Teaching Factory. Teaching Factory dapat berkontribusi dalam meningkatkan kompetensi peserta didik SMK dengan cara: (1) mengusahakan satu peserta didik satu media pada saat praktik, (2) mengkondisikan praktik yang dilakukan peserta didik supaya mampu menghasilkan produk yang berkualitas, (3) menerapkan standar sesuai dengan yang ada di industri dalam setiap praktik yang dijalani peserta didik, (4) memberikan kesempatan yang lebih banyak kepada peserta didik untuk mempraktikkan keterampilan yang dimilikinya dalam kegiatan Teaching Factory.

Bentuk lain dari Teaching Factory untuk Sekolah Menengah Kejuruan adalah Model Teaching Factory 6 Langkah (Model TF-6M). Model ini didesain


(19)

Dedi Purwadi, 2014

PENINGKATAN KOMPETENSI PESERTA DIDIK MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN TEACHING FACTORY 6 LANGKAH (TF-6M) PADA MATA PELAJARAN PRODUKTIF KOMPETENSI KEAHLIAN TEKNIK SEPEDA MOTOR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

oleh Dadang Hidayat Martawijaya sebagai Desertasi program Doktoralnya. Model TF-6M memungkinkan suasana di sekolah seperti suasana di industri. Peserta didik dilatih tidak hanya unsur hard skill yang terdiri dari aspek persiapan, proses kerja, keselamatan kerja, hasil kerja serta durasi waktunya, tetapi juga unsur soft skillnya. Metode ini menekankan pada proses belajar yang sesuai dengan pekerjaan di lapangan (real job) dan berprinsipkan pada satu alat praktik-satu peserta didik. Peserta didik akan dituntut untuk mandiri, tanggung jawab, memperhitungkan resiko, jujur dan sopan santun baik kepada guru selaku asesor dan fasilitator juga kepada konsumen.

Model TF-6M sudah digunakan untuk meningkatkan prestasi belajar di SMKN 6 Bandung pada Kompetensi Keahlian Pemesinan. Pada penelitian tersebut, metode ini terbukti secara empiris dapat meningkatkan prestasi belajar peserta didik (Martawijaya, 2010:430). Kompetensi peserta didik yang mengunakan model pembelajaran TF-6M dan yang menggunakan model konvensional memiliki perbedaan peningkatan prestasi belajar secara signifikan. Pengalaman langsung peserta didik dalam suasana industri di sekolah, dapat meningkatkan prestasi belajar dalam mata pelajaran produktif.

SMK yang masih dalam satu bidang, memiliki karakteristik yang tidak jauh berbeda. Salah satu Bidang Studi yang tedapat pada SMK adalah Teknologi dan Rekayasa. Kompetensi Keahlian Pemesinan yang telah berhasil ditingkatkan prestasi belajarnya dengan menggunakan Model TF-6M juga termasuk pada Bidang Studi Teknologi dan Rekayasa. Karakteristik yang tidak berbeda tersebut bisa dijadikan pacuan awal bahwa model pembelajaran TF-6M juga bisa diimplementasikan untuk meningkatkan kompetensi peserta didik pada Kompetensi Keahlian lainnya, misalnya pada Program Studi Keahlian Teknik Otomotif, Kompetensi Keahlian Teknik Sepeda Motor. Proses implementasi tersebut memerlukan adanya penyesuaian, dikarenakan produk akhir dari dua Keahlian ini berbeda. Kompetensi Keahlian Pemesianan lebih cenderung menghasilkan produk dibandingkan dengan Kompetensi Keahlian Teknik Sepeda Motor yang cenderung menghasilkan jasa.


(20)

Dedi Purwadi, 2014

PENINGKATAN KOMPETENSI PESERTA DIDIK MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN TEACHING FACTORY 6 LANGKAH (TF-6M) PADA MATA PELAJARAN PRODUKTIF KOMPETENSI KEAHLIAN TEKNIK SEPEDA MOTOR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Berdasarkan permasalahan dan fakta di atas, penulis mengajukan sebuah studi yang berjudul “Peningkatan Kompetensi Peserta Didik Menggunakan Model Pembelajaran Teaching Factory 6 Langkah (Model TF-6M) pada Mata Pelajaran Produktif Kompetensi Keahlian Teknik Sepeda Motor”.

B. Identifikasi dan Perumusan Masalah

Merujuk pada latar belakang masalah, maka identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Kompetensi lulusan SMK masih rendah dengan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) yang lebih tinggi dari lulusan SMA. Hal tersebut dikarenakan masih terdapatnya kesenjangan antara kompetensi yang dimiliki lulusan SMK dengan kebutuhan DU/DI, sehingga tujuan SMK untuk menyiapkan tenaga kerja yang siap pakai belum berhasil dilakukan.

2. Pembelajaran mata pelajaran produktif di SMK belum seperti proses yang ada di industri, sehingga diperlukan adanya pengembangkan dan penerapan model pembelajaran untuk SMK yang berkualitas dan sesuai dengan kebutuhan dunia industri. Peserta didik belum berpikir dan bersikap selayaknya pekerja karena manajemen dan budaya sekolah belum seperti manajemen dan budaya industri, sehingga proses pengenalan peserta didik pada lingkungan dan jabatan pekerjaan yang ada di industri bisa dilakukan lebih awal.

3. Pembelajaran yang diterapkan lebih banyak mencakup aspek hard skill, sedangkan aspek soft skill belum terintegrasi secara sempurna pada proses pembelajaran. Masalah tersebut menyebabkan peserta didik kurang memiliki rasa tanggung jawab, disiplin, etos kerja yang baik terhadap semua pekerjaan yang nantinya berhubungan dengan masyarakat sebagai konsumen.

4. Tujuan dari pendidikan kejuruan tidak hanya untuk menjadi pekerja, tetapi juga harus bisa menciptakan lapangan usaha sendiri atau berwirausaha.


(21)

Dedi Purwadi, 2014

PENINGKATAN KOMPETENSI PESERTA DIDIK MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN TEACHING FACTORY 6 LANGKAH (TF-6M) PADA MATA PELAJARAN PRODUKTIF KOMPETENSI KEAHLIAN TEKNIK SEPEDA MOTOR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Pembelajaran yang dilakukan di SMK khususnya mata pelajaran produktif, juga belum diintegrasikan untuk menghasilkan lulusan yang memiliki jiwa entrepreneurship.

5. Model pembelajaran pada mata pelajaran produktif sebagai inti dari SMK, perlu disesuaikan agar dapat membuat siswa tidak bosan dan menangkap makna dari proses pembelajaran. Diperlukan penggunaan pendekatan dan strategi baru yang akan lebih memberi motivasi berprestasi kepada peserta didik sehingga diharapkan adanya peningkatan pencapaian standar kompetensi lulusan.

Penelitian ini dibatasi pada penerapan model pembelajaran Teaching Factory 6 langkah (Model TF-6M) pada Kompetensi Keahlian Teknik Sepeda Motor di SMKN 1 Majalengka, sebagai upaya untuk meningkatkan kompetensi peserta didik. Penelitian dilakukan pada kelas 11 Kompetensi Keahlian Teknik Sepeda Motor tahun ajaran 2012/2013.

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, peneliti merumuskan masalah dalam penelitian ini adalah: “Bagaimana Peningkatan Kompetensi Peserta Didik menggunakan Model Pembelajaran Teaching Factory 6 Langkah (Model TF-6M) pada Kompetensi Keahlian Teknik Sepeda Motor?”.

Pokok permasalahan dapat dijabarkan sebagai berikut:

1. Bagaimana perbedaan peningkatan prestasi belajar peserta didik yang menggunakan model pembelajaran TF-6M dengan peserta didik yang menggunakan model pembelajaran ceramah dan praktikum pada kompetensi keahlian Teknik Sepeda Motor?

2. Bagaimana peningkatan soft skill peserta didik yang menggunakan model pembelajaran TF-6M pada kompetensi keahlian Teknik Sepeda Motor? 3. Bagaimana peningkatan hard skill peserta didik yang menggunakan model

pembelajaran TF-6M pada kompetensi keahlian Teknik Sepeda Motor? 4. Bagaimana perbedaan peningkatan entrepreuneurship peserta didik yang


(22)

Dedi Purwadi, 2014

PENINGKATAN KOMPETENSI PESERTA DIDIK MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN TEACHING FACTORY 6 LANGKAH (TF-6M) PADA MATA PELAJARAN PRODUKTIF KOMPETENSI KEAHLIAN TEKNIK SEPEDA MOTOR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

menggunakan model pembelajaran ceramah dan praktikum pada kompetensi keahlian Teknik Sepeda Motor?

5. Bagaimana perbedaan peningkatan motivasi berprestasi peserta didik yang menggunakan model pembelajaran TF-6M dengan peserta didik yang menggunakan model pembelajaran ceramah dan praktikum pada kompetensi keahlian Teknik Sepeda Motor?

6. Bagaimana persepsi peserta didik terhadap penggunaan model pembelajaran TF-6M pada kompetensi keahlian Teknik Sepeda Motor?

7. Faktor pendukung dan kendala apa saja yang ditemui dalam implementasi model pembelajaran TF-6M pada Kompetensi Keahlian Teknik Sepeda Motor?

C. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah yang telah dikemukakan sebelumnya, secara umum penelitian ini bertujuan untuk :

1. Memperoleh gambaran tentang perbedaan peningkatan prestasi belajar peserta didik yang menggunakan model pembelajaran TF-6M dengan peserta didik yang menggunakan model pembelajaran ceramah dan praktikum pada kompetensi keahlian Teknik Sepeda Motor.

2. Memperoleh gambaran tentang peningkatan soft skill peserta didik yang menggunakan model pembelajaran TF-6M pada kompetensi keahlian Teknik Sepeda Motor.

3. Memperoleh gambaran tentang peningkatan hard skill peserta didik yang menggunakan model pembelajaran TF-6M pada kompetensi keahlian Teknik Sepeda Motor.

4. Memperoleh gambaran tentang perbedaan peningkatan entrepeuneurship peserta didik yang menggunakan model pembelajaran TF-6M dengan peserta didik yang menggunakan model pembelajaran ceramah dan praktikum pada kompetensi keahlian Teknik Sepeda Motor.


(23)

Dedi Purwadi, 2014

PENINGKATAN KOMPETENSI PESERTA DIDIK MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN TEACHING FACTORY 6 LANGKAH (TF-6M) PADA MATA PELAJARAN PRODUKTIF KOMPETENSI KEAHLIAN TEKNIK SEPEDA MOTOR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

5. Memperoleh gambaran tentang perbedaan peningkatan motivasi belajar peserta didik yang menggunakan model pembelajaran TF-6M dengan peserta didik yang menggunakan model pembelajaran ceramah dan praktikum pada kompetensi keahlian Teknik Sepeda Motor.

6. Memperoleh gambaran tentang persepsi peserta didik terhadap penggunaan model pembelajaran TF-6M pada kompetensi keahlian Teknik Sepeda Motor. 7. Menemukan faktor pendukung dan kendala yang ditemui dalam implementasi model pembelajaran TF-6M pada Kompetensi Keahlian Teknik Sepeda Motor.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Manfaat Teoritis

a. Menambah pemikiran tentang penyusunan strategi pendidikan dalam upaya meningkatkan kompetensi peserta didik yang diharapkan oleh Dunia Usaha/Dunia Industri.

b. Sebagai sumbangan pemikiran dalam upaya peningkatan penggunaan model pembelajaran yang relevan dan mendukung ketercapaian kompetensi pembelajaran produktif di SMK.

2. Manfaat Praktis

a. Penelitian ini diharapkan menjadi masukan tentang alternatif pembelajaran untuk meningkatkan kompetensi peserta didik Sekolah Menengah Kejuruan.

b. Apabila terbukti secara empirik bahwa dapat model TF-6M dapat meningkatkan kompetensi peserta didik pada Kompetensi Keahlian Teknik Sepeda Motor, maka penelitian ini dapat menjadi bahan masukan dalam upaya menyempurnakan dan memperbaiki penyelenggaraan pendidikan Sekolah Menengah Kejuruan.


(24)

Dedi Purwadi, 2014

PENINGKATAN KOMPETENSI PESERTA DIDIK MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN TEACHING FACTORY 6 LANGKAH (TF-6M) PADA MATA PELAJARAN PRODUKTIF KOMPETENSI KEAHLIAN TEKNIK SEPEDA MOTOR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Untuk memudahkan dalam pembahasan dan penyusunan selanjutnya, maka berikut rencana penulis untuk membuat rangka penulisan penelitian yang akan diuraikan berdasarkan sistematika penulisan sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini mengemukakan latar belakang masalah, identifikasi masalah, perumusan masalah, pembatasan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, penjelasan istilah judul dan sistematika penulisan. BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Bab ini berisi tentang dasar-dasar teori umum yang dipakai pada pembahasan dan analisis masalah. Teori diambil dari literatur yang berkaitan dengan pembahasan masalah, pembahasan mengenai teori yang mendasari, asumsi dan hipotesis.

BAB III METODE PENELITIAN. Berisi tentang metode penelitian, variabel penelitian, paradigma penelitian, data dan sumber data, populasi dan sampel, teknik pengumpulan data, pengujian instrumen dan teknik pengolahan data.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Berisi mengenai penjelasan deskripsi data, hasil pengujian hipotesis dan pembahasan penelitian.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berisi hasil penelitian yang disampaikan dan sekaligus diberikan saran-saran yang perlu diperhatikan.


(25)

Dedi Purwadi, 2014

PENINGKATAN KOMPETENSI PESERTA DIDIK MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN TEACHING FACTORY 6 LANGKAH (TF-6M) PADA MATA PELAJARAN PRODUKTIF KOMPETENSI KEAHLIAN TEKNIK SEPEDA MOTOR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi, Populasi dan Sample Penelitian 1. Lokasi

Lokasi dalam penelitian ini adalah SMKN 1 Majalengka yang beralamat di Jl. Tonjong-Pinangraja No.55 Majalengka. SMKN 1 Majalengka memiliki Kompetensi Keahlian yang beragam yaitu; Teknik Pemesinan, Teknik Gambar Bangunan, Teknik Instalasi Listrik, Teknik Komputer Jaringan, Teknik Rekayasa Perangkat Lunak, Teknik Penerbangan, Teknik Kendaraan Ringan dan Teknik Sepeda Motor.

Alasan pemilihan lokasi penelitian adalah karena SMKN 1 Majalengka merupakan salah satu SMK unggulan dan SMK induk se-wilayah Majalengka, serta merupakan tempat tugas peneliti. Kompetensi Keahlian Teknik Kendaraan Ringan dan Teknik Sepeda Motor adalah Kompetensi Keahlian yang dikuasai oleh Peneliti. Sarana dan prasarana Kompetensi Teknik Sepeda Motor sudah memenuhi standar peralatan SMK bertaraf nasional (SSN) dan merupakan SMK eks-RSBI dengan peringkat akreditasi A.

2. Populasi Penelitian

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang telah ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2008:115).

Penelitian ini populasinya adalah peserta didik kelas 11 kompetensi keahlian Teknik Sepeda Motor di SMKN 1 Majalengka yang sedang mengikuti mata pelajaran produktif semester genap sebanyak 2 kelas, yang terdiri dari kelas 11 TSMa berjumlah 33 peserta didik, kelas TSMb berjumlah 34 peserta didik.


(26)

Dedi Purwadi, 2014

PENINGKATAN KOMPETENSI PESERTA DIDIK MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN TEACHING FACTORY 6 LANGKAH (TF-6M) PADA MATA PELAJARAN PRODUKTIF KOMPETENSI KEAHLIAN TEKNIK SEPEDA MOTOR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

3. Sampel Penelitian

Sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang akan diteliti. Sampel dianggap dapat mewakili seluruh populasi yang diamati. Pengambilan sampel harus dilakukan dengan baik sehingga memperoleh sampel (contoh) yang benar-benar dapat berfungsi sebagai (contoh), atau dapat menggambarkan keadaan populasi yang sebenarnya.

Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan metode sensus. Metode sensus dipilih karena di SMKN 1 Majalengka untuk Kompetensi Keahlian TSM kelas 11 hanya terdapat 2 kelas, yaitu hanya 11 TSMa dan 11 TSMb. Semua siswa kelas 11 dilibatkan dalam penelitian ini. Pada penelitian ini dipilih dua kelas sampel, satu kelas eksperimen dan satu lagi kelas kontrol. Proses pengambilan sampel dilakukan dengan memberi kesempatan yang sama pada setiap anggota populasi untuk menjadi anggota sampel. Pemilihan yang dilakukan secara acak bisa dilakukan dengan cara mengundi "Cointoss". Setelah dilakukan pengundian dengan menggunakan mata uang logam "Cointoss" maka ditentukan kelas kontrol adalah Kelas 11 TSMa dan kelas ekperimen adalah Kelas 11 TSMb.

B. Desain Penelitian

Berdasarkan permasalahan penelitian, maka desain penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:


(27)

Dedi Purwadi, 2014

PENINGKATAN KOMPETENSI PESERTA DIDIK MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN TEACHING FACTORY 6 LANGKAH (TF-6M) PADA MATA PELAJARAN PRODUKTIF KOMPETENSI KEAHLIAN TEKNIK SEPEDA MOTOR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Gambar 3.1. Desain Penelitian

Adapun tahapan penelitian yang menjadi acuan dalam pelaksanaan eksperimen model pembelajaran TF-6M adalah sebagai berikut:

1. Survey pendahuluan untuk menemukan masalah penelitian. 2. Menyusun rancangan penelitian dan memilih lokasi penelitian.

3. Menetapkan materi dengan mempelajari KTSP pada Program Keahlian Teknik Sepeda Motor, menentukan kompetensi dan sub kompetensi disesuaikan dengan alokasi waktu yang ada.

Survey Studi Pendahuluan

Kesimpulan Merumuskan Masalah Memilih Metode Penelitian Menyusun dan Menguji Instrumen

Melakukan Pre-Tes Treatment Model TF-6M untuk

kelas eksperimen

Treatment model ceramah dan praktikum untuk kelas kontrol Melakukan Pos-Tes

Pembahasan Hasil Penelitian Analisis

Data


(28)

Dedi Purwadi, 2014

PENINGKATAN KOMPETENSI PESERTA DIDIK MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN TEACHING FACTORY 6 LANGKAH (TF-6M) PADA MATA PELAJARAN PRODUKTIF KOMPETENSI KEAHLIAN TEKNIK SEPEDA MOTOR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

4. Membuat dan melakukan rancangan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan menggunakan model pembelajaran TF-6M yang akan dijadikan model pembelajaran dalam eksperimen.

5. Menyusun instrumen penelitian.

6. Melakukan uji instrumen penelitian untuk mendapatkan validitas dan reliabilitas soal.

7. Melakukan eksperimen dengan langkah-langkah sebagai berikut: a. Menentukan sampel penelitian melalui tahapan berikut ini:

1) Pre tes yang diberikan kepada dua kelas siswa yang merupakan sampel penelitian.

2) Uji homogenitas kepada dua kelas berdasarkan hasil pre tes, apabila belum homogen maka harus dilakukan pertukaran sumber data.

3) Dua kelas tersebut dibagi menjadi kelas yang menggunakan model pembelajaran TF-6M dan kelas lain dengan model pembelajaran ceramah dan praktikum.

b. Mengadakan Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) dengan menggunakan model pembelajaran TF-6M sesuai dengan sub kompetensi yang telah disesuaikan di kelas eksperimen, dan menggunakan model pembelajaran ceramah dan praktikum di kelas kontrol.

c. Mengadakan pos tes di kelas eksperimen dan kelas kontrol. 8. Analisa data untuk menguji hipotesis.

9. Menyimpulkan hasil penelitian.

C. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan eksperimen. Wiersma & Jurs (2009:134) mengemukakan bahwa “experiment is something involved a new approach or procedure or new ingredients to see what the effect will be. In educational research the basic concept for an experiment is something tried to


(29)

Dedi Purwadi, 2014

PENINGKATAN KOMPETENSI PESERTA DIDIK MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN TEACHING FACTORY 6 LANGKAH (TF-6M) PADA MATA PELAJARAN PRODUKTIF KOMPETENSI KEAHLIAN TEKNIK SEPEDA MOTOR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

determine its effect”. Metode ini digunakan dengan tujuan mengetahui sejauh mana efek dari penggunaan suatu model pembelajaran.

Pengembangan pendekatan eksperimen dikhususkan pada Quasy Eksperimen Design. Menurut Arikunto (2010:125), Quasy eksperimen design adalah jenis eksperimen yang dianggap sudah baik karena sudah memenuhi persyaratan. Persyaratan tersebut adalah adanya kelompok lain yang tidak dikenai eksperimen dan ikut mendapatkan pengamatan.

Jenis ekperimen yang dipakai dalam penelitian ini adalah Nonequivalent Control Group Design. Desain ini „menempatkan subjek penelitian ke dalam dua kelompok kelas yang terdiri dari kelompok eksperimen dan kelompok kontrol

yang tidak dipilih secara acak‟ (McMillan and Scumacher, 2006). Desain ini memiliki dua kelas yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol. Salah satu dari kelas tersebut akan mendapatkan pembelajaran dengan Model TF-6M, sedangkan kelas yang lain akan mendapatkan pembelajaran dengan model ceramah dan praktikum. Sebelum mendapatkan model pembelajaran, kedua kelas tersebut diberikan tes awal dan setelah mendapatkan model pembelajaran akan diberikan tes akhir. Mekanisme penelitian dari ke dua kelas tersebut digambarkan dalam tabel sebagai berikut :

Tabel 3.1. Desain Penelitian

Kelas Tes awal Model Tes akhir

Eksperimen TE1 YE TE2

Kontrol TK1 Yk TK2

Keterangan :

TE1 : Tes awal yang diberikan pada kelompok eksperimen sebelum pembelajaran TF-6M

TE2 : Tes akhir yang diberikan pada kelompok eksperimen setelah pembelajaran TF-6M

TK1 : Tes awal yang diberikan pada kelompok kontrol sebelum pembelajaran model ceramah dan praktikum

TK2 : Tes akhir yang diberikan pada kelompok kontrol setelah pembelajaran model ceramah dan praktikum


(30)

Dedi Purwadi, 2014

PENINGKATAN KOMPETENSI PESERTA DIDIK MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN TEACHING FACTORY 6 LANGKAH (TF-6M) PADA MATA PELAJARAN PRODUKTIF KOMPETENSI KEAHLIAN TEKNIK SEPEDA MOTOR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu YE : Pembelajaran dengan menggunakan pembelajaran TF-6M

YK : Pembelajaran dengan menggunakan pembelajaran model ceramah dan praktikum

D. Definisi Operasional

Definisi operasional digunakan untuk menghindari berbagai penafsiran terhadap definisi yang digunakan dalam penelitian ini maka diberikan penjelasan beberapa istilah. Sesuai dengan judul penelitian yaitu:

1. Prestasi belajar adalah keberhasilan yang dicapai siswa dalam bentuk nilai berupa angka setelah mengikuti proses pembelajaran dalam menyelesaikan ketuntasan belajar. Prestasi belajar yang dikaji dalam penelititan ini adalah aspek kognitif peserta didik, sedangkan asek keterampilan dan sikap dijabarkan pada variabel lainnya. Penilaian prestasi belajar meliputi penilaian kognitif peserta didik pada lima materi standar kompetensi yaitu; (a) memelihara baterai; (b) memperbaiki sistem bahan bakar bensin; (c) melakukan perbaikan sistem rem; (d) melaksanakan pekerjaan servis pada roda, ban dan rantai; (e) melakukan perbaikan pada rangkaian sistem kelistrikan. Data diambil melalui tes multiple choice yang dilakukan pada awal dan akhir proses pembelajaran kelas kontrol dan eksperimen.

2. Soft Skill adalah seperangkat kemampuan yang mempengaruhi bagaimana seseorang berinteraksi dengan orang lain. Soft skill membuat komunikasi efektif, berpikir kreatif dan kristis, membangun tim, serta kemampuan lainnya yang terkait dengan kapasitas kepribadian individu. Soft skill pada penelitian ini adalah kemampuan yang di dibutuhkan seorang peserta didik yang sedang berperan sebagai seorang mekanik dan bertugas melaksanakan servis/tune-up sepeda motor. Aspek soft skill yang diteliti yaitu kemampuan intrapersonal yang berupa komunikasi pada saat; penerimaan order, kesanggupan mengerjakan order dan penyerahan hasil kerja. Data diambil dari observasi yang dilakukan pada kelas eksperimen pada awal dan akhir proses pembelajaran.


(31)

Dedi Purwadi, 2014

PENINGKATAN KOMPETENSI PESERTA DIDIK MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN TEACHING FACTORY 6 LANGKAH (TF-6M) PADA MATA PELAJARAN PRODUKTIF KOMPETENSI KEAHLIAN TEKNIK SEPEDA MOTOR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

3. Hard skills adalah keterampilan kerja yang berhubungan dengan bidang keahlian dan berasal dari penguasaan ilmu pengetahuan, teknologi dan ketrampilan teknis. Keterampilan kerja tersebut secara ilmu metodik masuk ke dalam ranah psikomotorik. Hard skill dalam penelitian ini adalah kemampuan peserta didik dalam melakukan servis ringan sepeda motor. Aspek hard skill yang diteliti meliputi; kemampuan analisis order, pengerjaan order, quality control. Data diambil dari observasi yang dilakukan pada kelas eksperimen pada awal dan akhir proses pembelajaran.

4. Enterpreneurship adalah jiwa dan sikap yang tidak hanya dimilki oleh usahawan, akan tetapi dimilki oleh setiap orang yang berfikir kreatif dan bertindak inovatif baik kalangan usahawan maupun masyarakat umum seperti karyawan, pegawai pemerintah, mahasiswa, siswa dan guru. Entrepreuneurship dalam penelitian ini adalah sikap peserta didik yang memiliki karakter entrepreuneur (Yuyus dan Kartib, 2010) memiliki: (a) motivasi berprestasi,(b) orientasi ke depan, (c) kepemimpinan berwirausaha, (d) jaringan usaha, (e) serta memiliki sikap responsif dan kreatif dalam menghadapai perubahan. Data diambil melalui angket yang dilakukan pada awal dan akhir proses pembelajaran kelas kontrol dan eksperimen.

5. Motivasi berprestasi adalah suatu kebutuhan yang mendorong individu untuk mencapai suatu keberhasilan ataupun keunggulan dengan mempertimbangkan standar yang harus dicapai baik bersifat intrinsik maupun ekstrinsik serta bertujuan untuk memperoleh nilai insentif kesuksesan. Motivasi berprestasi dalam penelitian ini meliputi harapan untuk sukses atau berhasil dan ketakutan akan kegagalan. Indikator harapan untuk sukses terdiri dari memiliki tanggung jawab pribadi dan menetapkan nilai yang akan dicapai atau standar keunggulan. Indikator ketakutan pada kegegelan terdiri dari; berusaha bekerja kreatif, berusaha mencapai cita-cita, melaksanakan tugas dengan seriu, melakukan kegiatan sebaik-baiknya dan mengadakan antisipasi. Data diambil melalui angket yang dilakukan pada awal dan akhir proses pembelajaran kelas kontrol dan eksperimen.


(32)

Dedi Purwadi, 2014

PENINGKATAN KOMPETENSI PESERTA DIDIK MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN TEACHING FACTORY 6 LANGKAH (TF-6M) PADA MATA PELAJARAN PRODUKTIF KOMPETENSI KEAHLIAN TEKNIK SEPEDA MOTOR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

6. Persepsi suatu proses yang dimulai dari indera-indera yang dimiliki dan dipadukan dengan informasi-informasi terdahulu seseorang hingga terbentuk tanggapan yang terjadi dalam diri individu sehingga individu sadar akan segala sesuatu dalam lingkungannya. Persepsi dalam penelitian ini adalah persepsi dari peserta didik terhadap pembelajaran yang menggunakan model model ceramah dan praktikum dengan peserta didik yang menggunakan model TF-6M. Data diambil melalui angket yang dilakukan pada awal dan akhir proses pembelajaran kelas kontrol dan eksperimen.

Variabel merupakan objek utama dalam proses penelitian, sehingga suatu permasalahan dapat diidentifikasi dengan tepat untuk selanjutnya dianalisis.

Sedangkan menurut Nana Sudjana (2009:11) mengemukakan bahwa “variabel

adalah ciri atau karakteristik dari individu, objek, peristiwa yang nilainya bisa berubah-ubah”. Sejalan dengan pendapat tersebut, variabel merupakan gejala yang bervariasi, yang menjadi objek atau apa yang menjadi suatu pusat perhatian penelitian. Berdasarkan anggapan dasar dan hipotesis, maka ditentukan variabel untuk lebih memudahkan untuk menentukan jenis dan sumber data yang digunakan.

Penulis mengambil judul yang mengandung enam variable, yaitu :

 Variabel I : prestasi belajar

 Variabel 2 : soft skill

 Variabel 3 : hard skill

 Variabel 4 : entrepreuneurship

 Variabel 5 : motivasi

 Variabel 6 : persepsi

E. Instrumen Penelitian

Menurut Suharsimin Arikunto (2006:149) “Instrumen adalah alat pada

waktu penelitian menggunakan sesuatu metode”. Berdasarkan pengertian diatas,

maka dalam penelitian ini instrumen yang akan dibuat adalah meliputi pre tes dan post test.


(33)

Dedi Purwadi, 2014

PENINGKATAN KOMPETENSI PESERTA DIDIK MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN TEACHING FACTORY 6 LANGKAH (TF-6M) PADA MATA PELAJARAN PRODUKTIF KOMPETENSI KEAHLIAN TEKNIK SEPEDA MOTOR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Pre tes digunakan untuk mengukur kemampuan awal siswa sebelum pelaksanaan pembelajaran kelas dengan menggunakan model pembelajaran TF-6M dan yang menggunakan model pembelajaran model ceramah dan praktikum. Hasil pre test akan digunakan untuk mengukur tingkat homogenitas kemampuan peserta diklat antara kelas eksperimen dan kelas kontrol.

Pos tes digunakan untuk mengukur kemajuan dan membandingkan peningkatan pada kelompok penelitian setelah pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran TF-6M dan yang menggunakan model pembelajaran ceramah dan praktikum. Soal-soal yang digunakan pada pre tes sama dengan soal-soal yang ada pada pos tes.

Instrumen dalam penelitian ini berupa: 1. Alat tes kognitif.

Alat tes kognitif dipergunakan untuk mengukur sejauh mana tingkat penguasaan siswa tentang pengetahuan/prestasi belajar yang menjadi standar kompetensi mata pelajaran produktif yaitu mata pelajaran produktif Teknik Sepeda Motor kelas 11, yang terdiri dari; Memelihara baterai, Memperbaiki kerusakan pada sistem bahan bakar bensin, Melakukan servis pada roda, ban dan rantai. Memperbaiki kerusakan pada sistem kelistrikan dan instrumen. Alat tes ini juga dipergunakan untuk mengukur ada tidaknya pengaruh model pembelajaran dan efektivitas terhadap peningkatan kompetensi siswa dalam mata pelajaran produktif. Alat tes ini dikembangkan bersama oleh guru dengan peneliti,dengan harapan alat tes yang dikembangkan cukup valid dan lebih efektif mengungkapkan keberhasilan program pembelajaran. Hal ini sejalan dengan pendapat Sudjana dan Ibrahim (1989), yang menyatakan bahwa

“penyusunan tes kompetensi buatan peneliti sebagai alat pengumpul data jauh lebih baik daripada tes baku atau sekedar mengumpulkan data sekunder dari

dokumen hasil belajar yang telah ada”. Tes kognitif dilakukan pada uji coba

maupun uji validasi sebelum siswa mengikuti pembelajaran (pre tes) dan setelah melaksanakan pembelajaran (pos tes).


(34)

Dedi Purwadi, 2014

PENINGKATAN KOMPETENSI PESERTA DIDIK MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN TEACHING FACTORY 6 LANGKAH (TF-6M) PADA MATA PELAJARAN PRODUKTIF KOMPETENSI KEAHLIAN TEKNIK SEPEDA MOTOR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Pedoman observasi berupa format isian, dipergunakan untuk melihat atau mengamati dan mengukur perilaku belajar siswa dalam situasi nyata dan situasi buatan (Sudjana dan Ibrahim,1989). Format observasi untuk penilaian kompetensi siswa baik psikomotor maupun afektif yang selanjutnya disebut hard skill, memuat karakteristik pekerjaan, aspek dan bobot penilaian. Sedangkan format penilaian proses yang lain dipergunakan untuk mengobservasi siswa melakukan komunikasi selama siklus pembelajaran yang selanjutnya disebut soft skill. Format observasi yang lain adalah format untuk mengobservasi: (1) perubahan manajeman sekolah menjadi manajemen industri, (2) latihan berkomunikasi, dan (3) latihan menganalisis order. Ketiga kegiatan tersebut dilakukan pada tahap persiapan implementasi model. Hasil observasinya dapat menjadi masukan untuk penyempurnaan implementasi model pembelajaran.

3. Angket.

Angket dipergunakan untuk mendapatkan data atau informasi mengenai pendapat, aspirasi, harapan, persepsi, keinginan, keyakinan dan lain-lain dari individu/responden melalui pertanyaan yang sengaja diajukan oleh peneliti (Sudjana dan Ibrahim, 1989:102). Angket khusus dipergunakan untuk menggali persepsi, motivasi berprestasi dan jiwa entrepreuneur siswa dengan model pembelajaran ceramah dan praktikum yang selama ini mereka jalani dan dengan model pembelajaran alternatif yang mereka alami selama pelaksanaan penelitian tersebut.

4. Wawancara.

Wawancara dilakukan untuk mengetahui data dan langkah-langkah penerapan model teaching factory 6 langkah (TF-6M), prasyarat-prasarat penerapan, interaksi antara pendidik dan peserta didik, serta persepsi warga sekolah mengenai penerapan model ini. Wawancara yang dilakukan adalah wawancara tidak terstruktur, yaitu “wawancara yang bebas dimana peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang tersusun secara sistematis dan


(35)

Dedi Purwadi, 2014

PENINGKATAN KOMPETENSI PESERTA DIDIK MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN TEACHING FACTORY 6 LANGKAH (TF-6M) PADA MATA PELAJARAN PRODUKTIF KOMPETENSI KEAHLIAN TEKNIK SEPEDA MOTOR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

wawancara yang digunakan hanya berupa garis-garis besar permasalahan yang akan ditanyakan.

5. Dokumentasi

Dokumen dan record digunakan utuk melengkapi keperluan penelitian. Menurut Guba dan Lincoln dalam Moleong, (2002:161), dokumen digunakan karena merupakan sumber yang kaya, stabil dan mendorong serta berguna sebagai bukti untuk suatu pengujian. Data dokumen yang digunakan pada penelitian adalah foto-foto dan video yang memotret langkah-langkah penerapan model TF-6M.

F. Proses Pengembangan Instrumen

Untuk memperoleh data yang akurat dalam penelitian ini, maka instrumen atau alat penelitian harus valid dan reliable, oleh karena itu instrumen perlu diuji coba. Hal ini sejalan dengan pendapat Suharsimi Arikunto (2006:168) “Instrumen yang baik harus memenuhi dua persyaratan penting yaitu valid dan reliable”.

Sebelum dilakukan uji coba instrumen, instrumen tersebut dikonsultasikan terlebih dahulu dengan dosen pembimbing. Dari hasil bimbingan ada perbaikan dari beberapa butir soal diantaranya perbaikan penggunaan gambar serta revisi soal-soal yang dirasakan sulit untuk dimengerti oleh peserta diklat. Instrumen kemudian diserahkan kepada guru mata diklat untuk diberikan judgement tingkat kesukaran dan kesesuaiannya dengan materi yang diajarkan. Setelah direvisi dan disetujui guru mata diklat, dan untuk lebih meyakinkan maka instrumen tersebut diuji cobakan kepada siswa kelas 11 di SMK N 8 Bandung yang tidak termasuk kedalam kelompok sampel penelitian. Jumlah peserta diklat yang melakukan uji coba sebanyak 31 orang dari kelas 11 Teknik Sepeda Motor.

Uji coba instrumen dilakukan untuk mengetahui kualitas instrumen penelitian sebelum diputuskan untuk dijadikan sebagai alat pengumpul data penelitian. Dari hasil uji coba tes instrumen, dilakukan pengolahan data yang meliputi uji validitas, uji reliabilitas, uji taraf kesukaran dan uji daya pembeda. Hasil pengolahan data untuk uji coba instrumen adalah sebagai berikut:


(36)

Dedi Purwadi, 2014

PENINGKATAN KOMPETENSI PESERTA DIDIK MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN TEACHING FACTORY 6 LANGKAH (TF-6M) PADA MATA PELAJARAN PRODUKTIF KOMPETENSI KEAHLIAN TEKNIK SEPEDA MOTOR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

1. Pengujian Validitas

Validitas instrumen penelitian adalah ketepatan dari suatu instrumen penelitian atau alat pengukur terhadap konsep yang akan diukur, sehingga instrumen ini akan mempunyai kevalidan dengan taraf yang baik. Instrumen yang valid dapat mendeteksi dengan tepat apa yang seharusnya diukur. Menurut Suharsimi Arikunto (2006:169) menjelaskan:

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukan tingkat kevalidan atau kesahihan sesuatu instrumen. Suatu instrumen yang valid atau sahih mempunyai validitas yang tinggi. Sebaliknya instrumen yang kurang valid berarti memiliki validitas rendah. Sebuah instrumen dikatakan valid apabila dapat mengungkap dari variabel yang diteliti secara tepat.

Untuk menguji validitas alat ukur maka harus dihitung korelasinya, yaitu dengan menggunakan Korelasi Product Moment dengan angka kasar :

   

 

 

    2 2 2 2 Y Y N X X N Y X XY N

rxy (Arikunto, 2006:271)

Keterangan:

xy

r = Koefisien korelasi

X = Jumlah skor X

Y = Jumlah skor Y

XY = Jumlah skor X dan Y N = Jumlah responden

Setelah harga koefisien korelasi ( rxy ) diperoleh, disubstitusikan ke rumus

uji „t‟ yaitu :

(Sudjana, 1996:377)

Keterangan :

t = Nilai t hitung

n = Banyaknya data/jumlah responden r = Koefisiensi korelasi

2 xy y x r 1 2 r    n t


(37)

Dedi Purwadi, 2014

PENINGKATAN KOMPETENSI PESERTA DIDIK MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN TEACHING FACTORY 6 LANGKAH (TF-6M) PADA MATA PELAJARAN PRODUKTIF KOMPETENSI KEAHLIAN TEKNIK SEPEDA MOTOR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Instrumen dinyatakan valid apabila t hitung > t tabel dengan tingkat signifikansi 0,05. Sedangkan untuk validitas konstruk menurut Arikunto (2003:138) sebuah tes dikatakan memiliki validitas konstruksi apabila butir-butir soal yang membangun tes tersebut mengukur setiap aspek berpikir. Uji validitas konstruksi pada penelitian ini terdiri dari uji daya beda (DP) dan taraf kesukaran (TK).

Tabel 3.2. Tingkat Validitas

Koefisien Korelasi (r) Tafsiran

0,80 ≤ r< 1,00 Validitas sangat tinggi 0,60 ≤ r< 0,80 Validitas tinggi 0,40 ≤ r< 0,60 Validitas sedang 0,20 ≤ r< 0,40 Validitas rendah 0,00 ≤ r< 0,20 Validitas sangat rendah

r< 0,00 Tidak valid

(Sumber : Arikunto S, 2006:276) Intrumen yang dihitung validitasnya pada penelitian ini adalah; instrumen prestasi, instrumen entrepreuneurship dan instrumen motivasi. Instrumen soft skill dan hard skill digunakan metode validitas content dengan judgement expert, sedangkan variabel persepsi menggunakan instrumen yang sudah pernah digunakan. Setelah dilakukan uji coba instrumen, kemudian dilakukan perhitungan. Hasil perhitungan menyatakan beberapa soal yang ada dalam instrumen tersebut tidak valid. Soal yang tidak valid tidak dipakai untuk proses pengujian pre test dan post test. Pengujian validitas butir soal disajikan lebih lengkap pada lampiran 1.

2. Pengujian Reliabilitas

Reliabilitas instrumen digunakan untuk mengukur sejauh mana suatu alat ukur memberikan gambaran yang benar-benar dapat dipercaya tentang kemampuan seseorang. Sesuai pendapat Arikunto (2003:90) bahwa reliabilitas adalah ketepatan suatu test apabila diteskan kepada subjek yang sama.

Reliabilitas tes pada instrumen prestasi, entrepreuneurship dan motivasi pada penelitian ini dihitung dengan menggunakan rumus Spearman-Brown


(38)

Dedi Purwadi, 2014

PENINGKATAN KOMPETENSI PESERTA DIDIK MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN TEACHING FACTORY 6 LANGKAH (TF-6M) PADA MATA PELAJARAN PRODUKTIF KOMPETENSI KEAHLIAN TEKNIK SEPEDA MOTOR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dengan teknik belah dua ganjil-genap. Adapun langkah-langkah yang digunakan adalah :

1. Mengelompokkan skor butir soal bernomor ganjil sebagai belahan pertama dan skor butir soal bernomor genap sebagai belahan kedua.

2. Mengkorelasikan skor belahan pertama dengan skor belahan kedua dengan menggunakan rumus korelasi product moment dengan angka kasar yang dikemukakan oleh Pearson, yaitu :

   

 

 

    2 2 2

2 X N Y Y

X N Y X XY N

rxy (Arikunto,2006:170)

dimana:

xy

r = Koefisien korelasi

X = Jumlah skor X

Y = Jumlah skor Y

XY = Jumlah skor X dan Y N = Jumlah responden

3. Menghitung indeks reliabilitas dengan menggunakan rumus Spearman-Brown, yaitu :

r 11 =

  

  1 2 2 1 2 1 2 1 . 1 . . 2 r r (Arikunto,2006:180) dengan :

r 11 : Reliabilitas instrumen r

2 1 2

1 . : r xy yang disebut sebagai indeks korelasi antara dua belahan instrumen.

Besar koefisien reliabilitas diinterpretasikan untuk menyatakan kriteria reliabilitas. Menurut kriterianya adalah sebagai berikut:

Tabel 3.3. Tingkat Reliabilitas


(39)

Dedi Purwadi, 2014

PENINGKATAN KOMPETENSI PESERTA DIDIK MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN TEACHING FACTORY 6 LANGKAH (TF-6M) PADA MATA PELAJARAN PRODUKTIF KOMPETENSI KEAHLIAN TEKNIK SEPEDA MOTOR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 0,80 < r11≤ 1,00 Reliabilitas sangat tinggi 0,60 < r11≤ 0,80 Reliabilitas tinggi 0,40 < r11≤ 0,60 Reliabilitas sedang 0,20 < r11≤ 0,40 Reliabilitas rendah

r11 ≤ 0,20 Reliabilitas sangat rendah

(J.P. Guilford dalam Avianti (2000:51) Hasil perhitungan menyatakan realibilitas dari instrumen prestasi, entreupreuneurship, motivasi berada pada tingkat realibilitas tinggi sampai sangat tingi. Intrumen memiliki realibilitas dari sedang sampai sangat tingi dapat dipakai untuk proses pengujian pre tes dan pos test. Pengujian realibilitas disajikan lebih lengkap pada lampiran 1.

3. Daya Pembeda (DP)

Perhitungan daya pembeda pada peneltian ini dilakukan hanya pada instrumen prestasi yang berbentuk pilihan ganda. Perhitungan ini dilakukan untuk mengukur sejauh mana suatu butir soal mampu membedakan siswa yang pandai dan siswa yang kurang pandai berdasarkan kriteria tertentu, sebagaimana diungkapkan Arikunto (2002:211) bahwa ”daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan siswa yang pandai (berkemampuan tinggi) dengan

siswa yang bodoh (berkemampuan rendah)”.

Untuk kelompok kecil (kurang dari 100 orang), kelompok atas dan kelompok bawah diklasifikasikan dengan cara membagi seluruh peserta test menjadi 27% kelompok atas dan 27% kelompok bawah. (Karno To, 1996:9).

Untuk menghitung DP setiap item ini dapat menggunakan rumus berikut :

A B A

N

B

B

DP

(Karno To, 1996:10)

Keterangan :

DP : Indeks daya pembeda satu butir soal tertentu BA : Jumlah jawaban benar pada kelompok atas BB : Jumlah jawaban benar pada kelompok bawah NA : Jumlah siswa pada salah satu kelompok Batas klasifikasi daya pembeda sebagai berikut:


(40)

Dedi Purwadi, 2014

PENINGKATAN KOMPETENSI PESERTA DIDIK MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN TEACHING FACTORY 6 LANGKAH (TF-6M) PADA MATA PELAJARAN PRODUKTIF KOMPETENSI KEAHLIAN TEKNIK SEPEDA MOTOR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Rentang Daya Pembeda Kategori

Negatif < DP ≤ 0,09 Sangat buruk, harus dibuang 0,01 < DP ≤ 0,19 Buruk, sebaiknya dibuang 0,20 < DP ≤ 0,29 Agak baik, kemungkinan perlu direvisi

0,30 < DP ≤ 0,49 Baik

DP > 0,50 Sangat baik

( Karno To, 1996:10 ) Hasil perhitungan menyatakan tingkat daya pembeda dari instrumen prestasi berada pada tingkat buruk, agak baik, baik dan sangat baik. Intrumen yang memiliki daya pembeda sangat buruk sampai dengan buruk, tidak dipakai untuk proses pengujian pre test dan post test. Pengujian daya pembeda disajikan lebih lengkap pada lampiran 1.

4. Taraf Kesukaran

Perhitungan Taraf kesukaran (TK) butir tes pada penelitian ini dilakukan pada instrumen prestasi yang maknanya adalah peluang responden atau peserta tes untuk menjawab benar pada suatu butir soal. Untuk menghitung taraf kesukaran butir soal dapat digunakan rumus sebagai berikut:

N

N

TK

B (Karno To,1996:11)

Keterangan :

TK : taraf kesukaran satu butir soal tertentu

NB : jumlah siswa yang menjawab benar pada butir itu N : jumlah seluruh siswa peserta test

Kriteria tingkat kesukaran dapat diklasifikasikan sebagai berikut : Tabel 3.5. Taraf Kesukaran

Rentang Tk Kategori

0,00 < TK ≤ 0,15 Sangat sukar, sebaiknya dibuang

0,16 < TK ≤ 0,30 Sukar

0,31 < TK ≤ 0,70 Sedang

0,71 < TK ≤ 0,85 Mudah


(1)

154

Dedi Purwadi, 2014

PENINGKATAN KOMPETENSI PESERTA DIDIK MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN TEACHING FACTORY 6 LANGKAH (TF-6M) PADA MATA PELAJARAN PRODUKTIF KOMPETENSI KEAHLIAN TEKNIK SEPEDA MOTOR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

meningkatkan kompetensi peserta didik sesuai kebutuhan industri atau berhasil dalam berwirausaha.

3. Saran untuk Sekolah

Implementasi model TF-6M tidak dapat berjalan dengan baik cukup dengan kebijakan manajemen sekolah, tanpa didukung dengan kesadaran semua warga sekolah. Dukungan dan rasa memiliki warga sekolah diharapkan akan menghidupkan teaching factory yang dilaksanakan. Fasilitas bengkel praktik sebaiknya ditempatkan disebelah jalan raya agar konsumen dari masyarakat umum yang bisa dijaring lebih banyak. Cara tersebut juga akan lebih mendekatkan sekolah dan masyarakat sekitar dan sebagai media promosi sekolah untuk bisa mengenalkan kompetensi keahlian yang ada.

4. Saran untuk Pimpinan Daerah dan Dinas Terkait

Kebijakan-kebijakan yang lebih tinggi tentunya akan lebih meningkatkan peran SMK dalam pembangunan di daerah. Kebijakan untuk melakukan servis kendaraan dinas ke teaching factory SMK adalah contoh kecil dari kepedulian pemerintah terhadap proses pembelajaran. Kebijakan-kebijakan sejenis untuk kompetensi keahlian lain juga bisa dilakukan. Rapat-rapat yang memerlukan konsumsi bisa diserahkan ke SMK tata boga. Komputer-komputer dinas pemeliharaannya bisa diserahkan ke SMK teknik informatika. Kebijakan-kebijakan tesebut secara tidak langsung akan menghidupkan teaching factory yang ada di SMK-SMK.


(2)

Dedi Purwadi, 2014

PENINGKATAN KOMPETENSI PESERTA DIDIK MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN TEACHING FACTORY 6 LANGKAH (TF-6M) PADA MATA PELAJARAN PRODUKTIF KOMPETENSI KEAHLIAN TEKNIK SEPEDA MOTOR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR PUSTAKA

ADB. (2012). Key Indicator for Asia and The Pasific 2012. [Online]. Tersedia: http://www.adb.org/statistic [11 Juli 2013].

Alma, B. (2005). Kewirausahaan untuk Mahasiswa dan Umum. Bandung: Alfabeta.

Alwi, H. (2002). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Arikunto S. (2010). Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktis. Jakarta: Rineka Cipta.

Astamoen, M. (2008). Entrepreuneurship dalam Perspektif Kondisi Bangsa Indonesia, Bandung; Alfabeta.

Bloom, B. S. (1982). Human Characterictics and School Learning. New York: McGraw-Hill Book Company.

Borg, J. (2010). Buku Pintar Memahami Bahasa Tubuh. Yogyakarya: Think. BPS. (2013). Angka Pengangguran Terbuka Menurut Pendidikan Tertinggi,

Berbagai tahun penerbitan. [Online] Tersedia: http://www.bps.go.id/tab_sub/view.php?tabel=1&daftar=1&id_subyek =06&notab=4 [30 Januari 2013].

Brooks, W.D. & Emmert, P. (1976). Interpersonal Community. Iowa. Brow Company Publisher.

BSNP. (2010). Paradigma Pendidikan Nasional ABAD XXI. TP: BSNP. Depdikbud. (1994). Kurikulum Berbasis Kompetensi, Jakarta: Depdikbud.

______ . (2002). Pendidikan Berorientasi Kecakapan Hidup (life skill) melalui Pendidikan Bebasis Luas Broad Base Education (BBE), Jakarta: Depdikbud.

Depdiknas. (2007). Manajemen Unit Produksi/Jasa sebagai Sumber Belajar Siswa dan Penggalian Dana Pendidikan Persekolahan. Jakarta: Depdiknas.


(3)

156

Dedi Purwadi, 2014

PENINGKATAN KOMPETENSI PESERTA DIDIK MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN TEACHING FACTORY 6 LANGKAH (TF-6M) PADA MATA PELAJARAN PRODUKTIF KOMPETENSI KEAHLIAN TEKNIK SEPEDA MOTOR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Efrindri, dkk. (2010). Soft Skill untuk Pendidik, Bandos Media

Gusti, C. (2012). Profil SMK Kridawisata, menerapkan Teaching Factory. (Online) Tersedia: http://www.kridawisata.com/?page_id=11.

Guy. (2012). Tingkat Pengangguran SMK Lebih Tinggi Dibanding SMA. Tribun

Jabar [Online]. Halaman 1. Tersedia:

http://jabar.tribunnews.com/2012/05/07/tingkat-pengangguran-smk-lebih-tinggi-dibanding-sma. [10 Mei 2013].

Hake, R. R. (1998). Interactive Engagement Versus Traditional Methode: A Six Thousand Student Survey Of Mechanics Test Data For Introdictory Physics Courses: Journal Of American Association of Physics Teachers. 66, (1), 64-74.

Hamalik, O. (2007). Proses Belajar Mengajar. Jakarta : Bumi Aksara.

Hamzah, B. U. (2006). Teori Motivasi dan Pengukurannya: Analisis di Bidang Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Hasan, B. (2010). Perencanaan Pengajaran Bidang Studi., Bandung: Pustaka Ramadhan.

Heflin, F. Z. (2001). Be an entrepreuneur, Yogyakarta; Graha Ilmu.

Hisrich, Robert D., Porter, M.(2000). Entrepreneurship Starting Development and Managing a New Entreprise. Fourth Edition. Mcgraw-hill. Inc. New York.

IGI. (2007). Brosur IGI, Jakarta.

Kasmir. (2006). Kewirausahan. Jakarta: Rajagrafindo Persada.

KEPMEN. (2008). Spektrum Keahlian SMK. No. 251/C/KEP/MN/2008.

Looy, Van B., et al. (1998). Service Management An Integrated Approach, Financial Times/Pitman, London.

Machfoed, M. (2007). Pengantar Bisnis Modern.Yogyakarta: Andi.

Martawijaya, H D. (2010). Pengembangan Model Pembelajaran Teaching Factory 6 Langkah (Model TF-6M) Untuk Meningkatkan Kompetensi Siswa Dalam Mata Pelajaran Produktif Sekolah Menengah Kejuruan.


(4)

Dedi Purwadi, 2014

PENINGKATAN KOMPETENSI PESERTA DIDIK MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN TEACHING FACTORY 6 LANGKAH (TF-6M) PADA MATA PELAJARAN PRODUKTIF KOMPETENSI KEAHLIAN TEKNIK SEPEDA MOTOR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Disertasi Doktor pada Program Studi Pengembangan Kurikulum SPs UPI. Bandung: tidak diterbitkan.

Martawijaya, H D. (2012). “The Learning Development Model of The Six Steps of Teaching Factory (Model TF-6M) to Improve The Students’ Competencies in The Subject Matter of “Produktif” in Vocational Senior High Schools”. Jurnal Ilmiah Pendidikan.6, (1), 1.

Mc Clelland, D.C. (1961). The Achieving Society. Princeton, NJ: Van Nostrand. Mc Millan, J. H and Schumacher S. (2006) Reseach in Education. New Jersey:

Pearson.

Meredith, G. (1992). Kewirausahaan, Teori dan Praktek. Jakarta; PT. Pustaka Binaman Pressindo.

Moleong, L. J. (2002). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.

Muhamad dan Yahya NM. (2010). An Overview Of Teaching Factory Concept. [Online]. Tersedia: http: // he. ump. edu. my// images/ mech/ WMWM _Teaching_Fact.pdf

Mulyana, D. (2005). Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Narimawati, U. (2007). Riset Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Agung Media

Poerwadarminta. (1993). ”Kamus Umum Bahasa Indonesia”. Jakarta : Balai Pustaka.

Putra, I. S dan Pratiwi A. (2005). Sukses dengan Soft Skills. Bandung: Direktorat Pendidikan ITB.

Rahmayanty, N. (2010). Manajemen Pelayanan Prima. Yogyakarta; Graha Ilmu. Rakhmat, J. (1994). Psikologi Komunikasi. Bandung: Rosdakarya.

Rasimin. (2001). Motivasi dalam Belajar. Jakarta: Depdikbud. Rosleny, M. (2007). Psikologi Umum. CV Pustaka Setia: Bandung.


(5)

158

Dedi Purwadi, 2014

PENINGKATAN KOMPETENSI PESERTA DIDIK MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN TEACHING FACTORY 6 LANGKAH (TF-6M) PADA MATA PELAJARAN PRODUKTIF KOMPETENSI KEAHLIAN TEKNIK SEPEDA MOTOR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Rusman (2012). Model-model Pembelajaran. Jakarta: Rajagrafindo Persada. Sagala, S. (2011). Konsep dan Makna Pembelajaran untuk membantu

Memecahkan Problematika Belajar dan Mengajar. Bandung: Alfabeta.

Sailah, I. (2008). Pengembangan Soft Skills Di Perguruan Tinggi. Jakarta : Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi.

Siregar, S. (2004). Statistik Terapan. Jakarta: Grasindo.

Slameto. (2003). Belajar dan Faktor-faktor Yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.

Sobur, A. (2003). Psikologi Umum, Bandung: CV. Pustaka Setia. Spencer, L. M. (1993). Competence at work. New York: John Wiley.

Sudarmanto. (2009). Kinerja dan Pengembangan Kompetensi SDM. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Sudiyanto. (2011). Teaching Factory di SMK ST. Mikael Surakarta. Yogyakarta: FT UNY.

Sudjana, N. dan Ibrahim. (1989). Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Bandung: Sinar Baru.

Sudjana. N. (1989). Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru. Sugihartono, dkk. (2007). Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: UNY Press.

Sugiyono. (2006). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta

______ . (2011). Statistik untuk Penelitian. Bandung : Alphabeta.

Sumanto, W. (2006). Secukup Ide Operasional Pendidikan Wiraswasta. Jakarta; PT. Bumi Aksara.

Sunaryo. (2004) Psikologi untuk Keperawatan. Jakarta : EGC.

Suparno, P. (2002). Filsafat Konstruktivisme dalam Pendidikan. Yogyakarta: Kanisius.


(6)

Dedi Purwadi, 2014

PENINGKATAN KOMPETENSI PESERTA DIDIK MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN TEACHING FACTORY 6 LANGKAH (TF-6M) PADA MATA PELAJARAN PRODUKTIF KOMPETENSI KEAHLIAN TEKNIK SEPEDA MOTOR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Suparno. (2001). Membangun Kompetensi Belajar. Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional.

Suprapto, T. (2011). Pengantar teori dan manajemen komunikasi. Jakarta: Med Press.

Suryana, (2003). Kewirausahaan (Pedoman Praktis, Kiat dan Proses Menuju Sukses). Bandung: Salemba Empat.

Susilana, R. (2008). Media Pembelajaran .Bandung: Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan FIP-UPI.

Syamsudin M. A. (2004). Psikologi Kependidikan. Bandung: PT Remaja Rosda Karya.

Syarifah, N. (2012). Perbandingan Prestasi Belajar Siswa Menggunakan Model Pembelajaran Teaching Factory 6 Langkah (Model TF-6M) dengan Model Konvensional dalam Mata Pelajaran Produktif Kompetensi Keahlian Teknik Pemesinan Kelas XI SMK Negeri 6 Bandung. Skripsi Sarjana pada FPTK UPI Bandung: Tidak Diterbitkan.

Thoha, M. (2003). Kepemimpinan dalam Manajemen. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.

Tim Penyusun. (2012). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: UPI. TVETpedia, UNEVOC-UNESCO (2012). Definition of Competency.

Walgito, B. (2004). Pengantar Psikologi Umum. Jakarta: Penerbit Andi.

Wiersma, W. and Jurs S. G. (2009). Research methods In Education. Boston: Pearson.

Winardi, J. (2003). Entrepreuneur & Entrepreuneurship. Jakarta:Kencana. Woolfolk, A.E. (1995). Educational Phsycology. USA: Allynand Bacon.

Yuyus dan Kartib B. (2010). Kewirausahaan: Pendekatan Karakteristik Wirausahawan Sukses, Jakarta: Kencana.


Dokumen yang terkait

Pengembangan Soft Skills Peserta Didik SMK Kompetensi Keahlian Teknik Pendingin dan Tata Udara melalui Implementasi Model TF-6M Chapter1

0 3 7

RELEVANSI MATERI MATA KULIAH TEKNOLOGI SEPEDA MOTOR DAN MATERI MATA PELAJARAN KOMPETENSI KEJURUAN TEKNIK SEPEDA MOTOR TERHADAP MATERI UJI KOMPETENSI KEAHLIAN STANDAR BSNP.

3 13 36

PERKEMBANGAN SOFT SKILLS SISWA PROGRAM KEAHLIAN TEKNIK SEPEDA MOTOR MELALUI APLIKASI MODEL PEMBELAJARAN TEACHING FACTORY 6 LANGKAH (TF-6M) PADA KOMPETENSI DASAR SERVIS RINGAN.

1 3 31

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TEACHING FACTORY 6 LANGKAH (TF-6M) DAN PRESTASI BELAJAR KEWIRAUSAHAAN TERHADAP MINAT WIRAUSAHA (Penelitian pada siswa kelas XII angkatan 2011/2012 Kompetensi Keahlian Patiseri SMK Negeri 9 Bandung).

6 12 57

PENGARUH PERSEPSI TERHADAP MOTIVASI BERPRESTASI SISWA PADA PROGRAM KEAHLIAN SEPEDA MOTOR DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN TEACHING FACTORY 6 LANGKAH (MODEL TF-6M) DI SMK NEGERI 1 MAJALENGKA.

0 3 47

MENINGKATKAN SIKAP ENTREPRENEURSHIP SISWA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TEACHING FACTORY 6 LANGKAH (MODEL TF-6M).

1 3 41

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TEACHING FACTORY 6-LANGKAH (MODEL TF-6M) UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA PADA MATA DIKLAT PRODUKTIF MEMELIHARA UNGGAS PETELUR.

1 11 33

PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN TEACHING FACTORY 6 LANGKAH (MODEL TF-6M) UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI SISWA DALAM MATA PELAJARAN PRADAKTIF SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN.

2 13 95

RELEVANSI SILABUS MATA PELAJARAN PRODUKTIF KOMPETENSI KEAHLIAN TEKNIK SEPEDA MOTOR KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN SMK DIPONEGORO DEPOK SLEMAN DENGAN KOMPETENSI YANG DIBUTUHKAN DI BENGKEL SEPEDA MOTOR.

8 48 175

PERKEMBANGAN SOFT SKILLS SISWA PROGRAM KEAHLIAN TEKNIK SEPEDA MOTOR MELALUI APLIKASI MODEL PEMBELAJARAN TEACHING FACTORY 6 LANGKAH (TF-6M) PADA KOMPETENSI DASAR SERVIS RINGAN - repository UPI S TM 0808394 Title

0 0 4