PERKEMBANGAN SOFT SKILLS SISWA PROGRAM KEAHLIAN TEKNIK SEPEDA MOTOR MELALUI APLIKASI MODEL PEMBELAJARAN TEACHING FACTORY 6 LANGKAH (TF-6M) PADA KOMPETENSI DASAR SERVIS RINGAN.
1
PERKEMBANGAN SOFT SKILLS SISWA PROGRAM KEAHLIAN TEKNIK SEPEDA MOTOR MELALUI APLIKASI MODEL PEMBELAJARAN TEACHING FACTORY 6 LANGKAH (TF-6M) PADA
KOMPETENSI DASAR SERVIS RINGAN
DRAFT SKRIPSI
DiajukanuntukMemenuhiSebagianDari SyaratuntukMemperoleh Gelar Sarjana Program Studi Pendidikan Teknik Mesin
Oleh
IMAM BUDIARMANTO 0808594
JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK MESIN
FAKULTAS PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG
(2)
ii
IMAM BUDIARMANTO
PERKEMBANGAN SOFT SKILLS SISWA KOMPETENSI KEAHLIAN TEKNIK SEPEDA MOTOR MELALUI APLIKASI MODEL PEMBELAJARAN TEACHING FACTORY 6 LANGKAH (TF-6M)
DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH
Pembimbing I
Dr. H. DadangHidayat M., M.Pd NIP. 194904271976031001
Pembimbing II
Dr. AmaySuherman, M.Pd NIP. 195903251986011001
Mengetahui
KetuaJurusanPendidikanTeknikMesin FakultasPendidikanTeknologidanKejuruan
Dr. Wahid Munawar, M.Pd NIP. 196305201989011001
(3)
i
PERNYATAAN
DenganinisayamenyatakanbahwaSkripsi yang berjudul“Perkembangan Soft
Skills Siswa Program Keahlian Teknik Sepeda Motor Melalui Aplikasi
Model Pembelajaran Teaching Factory 6 Langkah (TF-6M) Pada Kompetensi Dasar Servis Ringan” inidanseluruhisinyaadalahbenar-benarkaryasayasendiri,
dansayatidakmelakukanpenjiplakanataupengutipandengancara-cara yang tidaksesuaidenganetikailmu yang berlakudalammasyarakatkeilmuan. Ataspernyataantersebut, sayasiapmenanggungrisiko yang dijatuhkankepadasayaapabiladikemudianhariditemukanadanyapelanggaranterhada petikakeilmuandalamkaryaini, atauadaklaimdaripihak lain terhadapkaryasaya.
Bandung, Juni 2014 Yang membuatpernyataan,
Imam Budiarmanto NIM. 0808594
(4)
ii
ABSTRAK
Imam Budiarmanto (2014). Perkembangan Soft Skills Siswa Keahlian Keahlian
Teknik Sepeda Motor Melalui Aplikasi Model Pembelajaran Teaching Factory 6(Model TF-6M) Pada Kompetensi Dasar Servis Ringan.
Bandung: JurusanPendidikanTeknikMesin FPTK UPI.
Penelitianinidilatarbelakangiolehkeluhan dan kebutuhan industri mengenai soft skills. Keluhan Industri pada lulusan SMK mengenai soft skills antara lain tidak bisa bekerja sama dengan baik, ketahanan kerja kurang, jenuh dalam bekerja, kurang baiknya berkomunikasi maupun motivasi rendah. kurikulum yang selama ini dipakai kurang mempunyai tingkat keluwesan dan terlalu terstruktur sehingga kurang peka terhadap tuntutan kebutuhan lapangan kerja secara luas dan kurang
berorientasi ke pasar kerja.
Tujuandilaksanakannyapenelitianiniadalahuntukmemberi pengetahuan mengenai dunia industri yang di terapkan dengan model pembelajaran dan mengetahuiapakahterjadipeningkatankemampuansoft skills yang
dimilikisiswadalammengerjakanorder service ringan.
Objekdaripenelitianiniadalahsiswakelas XI TSM B SMK Negeri 1 MajalengkaKompetensiKeahlianTeknikSepeda Motor yang berjumlah 34 siswa.PenelitianinidilakukandenganmenggunakanmetodePre-ekperimen
dengandesainone-group pretest-posttest design.Instrumen yang
digunakanpadapenelitianiniberupatesunjukkerja yang
direkampadalembarpengamatanatauobservasi.Kemampuansoft skills siswadalampembelajaran TF-6M meliputi bagaimana menerima order, menyatakan kesanggupan menerima order, dan menyerahkan order kepada pelanggan. mengalamipeningkatansetelahmendapatkanpembelajaran Model TF-6M. Rata-rata peningkatannilain-gain masing-masingkegiatantersebutadalah0,63, 0,51, dan 0,56. Berdasarkan hasil penelitian disarankan sekolah lebih mempersiapkan diri dalam implementasi model TF-6M agar berjalan lebih baik dan dapat meningkat soft skills lebiha baik.
(5)
V
Imam Budiarmanto, 2014
DAFTAR ISI
PERNYATAAN ... i
ABSTRAK ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
UCAPAN TERIMA KASIH ... iv
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR GAMBAR ... vii
DAFTAR TABEL ... viii
DAFTAR LAMPIRAN ... ix
BAB I PENDAHULUAN A.LatarBelakangPenelitian ... 1
B.IdentifikasidanPerumusanMasalah... 5
C.BatasanMasalah ... 6
D.TujuanPenelitian ... 6
E.ManfaatPenelitian... 7
F. StrukturOrganisasiPenulisan ... 8
BAB II KAJIAN PUSTAKA A.Soft Skills ... 9
1. Komunikasi ... 10
a. Tujuan Komunikasi ... 10
b. Jenis-Jenis Komunikasi ... 12
c. Konteks Komunikasi ... 16
2. Keterampilam Berbicara ... 19
B.Hakekat Pembelajaran ... 21
C.Model Pembelajaran ... 23
1. Pengertian Model Pembelajaran ... 23
2. Model PembelajaranTeaching Factory 6Langkah ... 23
D.Soft Skills Pada Teaching Factory 6 Langkah ... 33
E. Penelitian Terdahulu ... 35
F. KerangkaBerfikir ... 36
G.HipotesisPeneliti ... 38
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. LokasiPenelitian ... 39
B. PopulasidanSampel ... 39
1. Populasi ... 39
2. Sample ... 39
C. MetodedanDisainPenelitian ... 40
D. DefenisiOperasional ... 41
E. Instrumen Penelitian ... 41
(6)
vi
Imam Budiarmanto, 2014
2. Lembar Obsevasi ... 42
F. Proses Pengembangan Instrumen ... 42
1. Validitas ... 42
G. Teknik Pengumpulan Data ... 43
1. Tes Unjuk Kerja... 43
2. Obsevasi ... 44
H. Teknik Analisis Data ... 44
1. Uji Normalitas ... 44
2. Hipotesis ... 44
3. Gain Ternomalisasi ... 45
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Pemaparan Data... 46
a. Gambaran Peningkatan Softskills Menerima Order ... 47
b. Gambaran Peningkatan Softskills Menyatakan Kesanggupan ... 49
c. Gambaran Peningkatan Softskills menyerahkan Order ... 52
2. Analisis Statistik a. Uji Normalitas ... 54
b. Uji Hipotesis ... 55
B. Pembahasan Data ... 56
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 61
B. Saran... ... 62
DAFTAR PUSTAKA ... 64
(7)
vii
Imam Budiarmanto, 2014
DAFTAR GAMBAR
2.1PersepsiBerbagaiBangsa Petunjuk Wajah ... 14
2.2Cara Berpandang ... 15
2.3Visualisasi Proses Kumunikasi ... 17
2.4Model TF-6M ... 25
2.5Impelementasi model TF-6M ... 30
2.6Paragdigma Penelitian ... 37
3.1Skema pengambilan data ... 43
4.1 Grafik rata-rata N-gain kelas dalam menerima order ... 49
4.2 Grafik rata-rata N-gain kelas meyatakan kesanggupan ... 51
(8)
viii
Imam Budiarmanto, 2014
DAFTAR TABEL
1.1 Soft Skills Pada Perusahaan ... 3
3.1Populasi Penelitian ... 39
3.2Desain One Group Pre-Post Series... 40
3.3IntermentasiNilai Gain ... 45
4.1 Peningkatan N-gain Menerima Order ... 47
4.2 Peningkatan N-gain Menyatakan Kesanggupan Menerima Order ... 49
4.3 Peningkatan N-gain Menyerahkan Order ... 52
(9)
ix
Imam Budiarmanto, 2014
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran A. Hasil Penelitian
A.1 Skor Soft Skills Siswa A.2 Nilai N-gain Siswa A.3 Uji Normalitas
A.4 Uji Hipotesis (Sampel Berpasangan) A.5 Dokumentasi Kegiatan
Lampiran B. Perangkat Penelitian
B.1 Lembar Validasi Instrumen B.2 Lembar Pengamatan Soft Skills B.3 Kriterian Penilaian Soft Skills B.4 Surat Penelitian
B.5 Work Order
B.6 Strategi Pembelajaran
B.7 Surat Penunjukan Pembimbing B.8 Lembar Bimbingan
B.9 Surat Penelitian
b.10. Nilai Ketuntasan Standar Kompetensi Memperbaiki Sistem Kerusakan Bahan Bakar
B.11 Hasil Seminar 1 dan 2 B.12 Riwayat Hidup
(10)
x
(11)
1
Imam Budiarmanto, 2014
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Pendidikan merupakan salah satu komponen penting dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Melalui pendidikan manusia dapat menemukan hal-hal baru yang dapat dikembangkan dan diperoleh untuk menghadapi tantangan yang ada sesuai dengan perkembangan zaman. Oleh karena itu, pendidikan hendaknya mengarah pada upaya pembentukan manusia yang tanggap terhadap lingkungan dan pekaterhadap perubahan. Disamping itu, pendidikan juga diarahkanuntuk meningkatkan potensi siswa sebagai subjek pembelajaran. Pendidikan mempunyai peran yang sangat penting untuk menjamin kelangsungan hidup manusia sehingga perlu dilakukan berbagai upaya untuk meningkatkan kualitas lulusan dalam mencapai tujuan pendidikan secara umum.Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (UU No.20/2003) menyatakan bahwa:
Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
SMK menyiapkan lulusannya untuk bekerja dalam bidang tertentu dengan bekal pengetahuan, keterampilan, dan sikap kerja yang sesuai dengan kebutuhan dunia usaha dan dunia industri atau berwirausaha. Ini juga sejalan dengan tujuan umum dan khusus SMK yang terdapat dalam Dokumen I Kurikulum SMK 2004,
(a) menyiapkan siswa agar dapat menjalani kehidupan secara layak; (b) meningkatkan keimanan dan ketaqwaan siswa; (c) menyiapkan siswa agar menjadi warga negara yang mandiri dan bertanggung jawab; (d) meyiapkan siswa agar memahami dan menghargai keanekaragaman budaya bangsa Indonesia; (e) menyiapkan siswa agar dapat menerapkan dan memelihara hidup sehat, memiliki wawasan lingkungan, pengetahuan dan seni; (f)
(12)
2
Imam Budiarmanto, 2014
menyiapkan siswa agar dapat bekerja, baik secara mandiri atau mengisi lowongan pekerjaan yang ada di dunia usaha dan dunia industri sebagai tenaga kerja tingkat menengah, sesuai bidang dan program keahlian yang diminati; (g) membekali siswa agar mampu mengembangkan sikap professional dalam bidang keahlian yang diminatinya.
Berdasarkan paparan di atas, secara umum dapat dikemukakan bahwa tujuan pendidikan SMK adalah menciptakan tenaga-tenaga terampil yang siap memasuki dan menciptakan lapangan kerja baru.Dunia pendidikan khususnya kejuruan dan dunia kerja merupakan dua hal yang tidak bisa dipisahkan. Keduanya saling berkaitan dan saling membutuhkan. Di era globalisasi seperti saat ini dunia pendidikan dan dunia kerja tidak akan pernah bisa berdiri sendiri, karena kedua dunia tersebut saling membutuhkan keberadaannya. Dunia pendidikan berharap lulusan yang dicetak akan mampu terserap di dunia kerja, begitu juga sebaliknya.Dunia kerja membutuhkan tenaga-tenaga terampil yang mempunyai sikap, mental. motivasi, kerjasama yang bagus dari dunia pendidikan(tarn2007.blogspot.com). Berbagai keluhan dari dunia industri tentang kinerja lulusan yang tidak bisa bekerja sama dengan baik, ketahanan kerja yang kurang, jenuh dalam bekerja/bosan, kurang baik dalam berkomunikasi maupun motivasi yang rendah. Hal-hal itulah yang sering menjadi keluhan dunia industri sebagai yang dikutip dari Sutarno (http://tarn2007.blogspot.com)
Data BPS tahun 2012 yang menyatakan pengagguran di Indonesia mencapai 7,2 juta orang. Data lain juga diungkapkan oleh surat kabar online Tribun Jabar (2012) yang memberitakan bahwa “tingkat pengangguran SMK di Jawa Barat
lebih tinggi dibanding SMA”.Banyaknya pengangguran lulusan SMKdisebabkan oleh beberapa faktor, salah satunya indikasinya adalah mengenai kemampuan soft skills lulusan SMK. Pertimbangan dunia kerja dalam merekrut tenaga kerja lebih menitik beratkan aspek soft skills. Fenomena ini sesuai dengan hasil penelitian NACE (National Association of Colleges and Employers) pada tahun 2005 yang menyebutkan bahwa pada umumnya pengguna tenaga kerja membutuhkan keahlian kerja berupa 82% soft skills dan 18% hard skills.Menurut Sutarno
(13)
3
Imam Budiarmanto, 2014
(tarn2007.blogspot.com) melalui hasil interview di perusahaan otomotif mengakabarkan,
Bahwa dalam merekrutmen siswa lulusan perusahaan melihatnya 20% hardskills dan 80% softskills.Perusahaan dalam rekrutmen perusahaan tidak akan mampu melihat kemampuan ketrampilan anak karena keterbatasan segala hal termasuk keterbatasan untuk menguji ketrampilan anak dengan peralatan yang dibutuhkan. Kemampuan perusahaan hanya sebatas menggali pengetahuan ketrampilan anak, itupun dijamin tidak akan mampu mengungkap 100% kamampuan anak. Perusahaan hanya menitik beratkan pada masalah yang berhubungan dengan soft skills.Soft skills yang dimaksud tentang kerjasama anak, motivasi, komunikasi, logika, sikap maupun yang lain melalui penilaian psikotes. Mengenai hard skillsperusahaan pasti menerapkan masa training kepada pegawai baru untuk melengkapi kemampuan hard skillnya.
Berdasarkan hasil survei yang dilakukan NACE 2002, ditemukan 19 jenis kemampuan diperlukan di pasar kerja.Kemampuan tersebut diperlihatkan sesuai dengan skor dan urgensi rangking.
Tabel 1.1
Kemampuan yang Dibutuhkan Perusahaan
Kemampuan Nilai skor Klarifikasi skills Rangking urgensi
Komunikasi 4,69 Soft Skills 1
Kejujuran/intergritas 4,59 Soft Skills 2
Bekerjasama 4,54 Soft Skills 3
Interpersonal 4,5 Soft Skills 4
Etos kerja yang baik 4,46 Soft Skills 5
Motivasi/inisiatif 4,42 Soft Skills 6
Mampu beradaptasi 4,41 Soft Skills 7
Analitikel 4,36 Kognitif Hard Skills 8
Computer 4,21 Psikomotor Hard skills 9
Organisasi 4,05 Soft Skills 10
Orienstasi detail 4 Soft Skills 11
(14)
4
Imam Budiarmanto, 2014
Percaya diri 3,95 Soft Skills 13
Sopan/beretika 3,82 Soft Skills 14
Bijaksana 3,75 Soft Skills 15
Indeks prestasi 3,68 Kognitif Hard Skills 16
Kreatif 3,59 Soft Skills 17
Humoris 3,25 Soft Skills 18
Kemampuan 3,23 Hard Skills 19
Enterpreundership
Sumber : Survey National Association and Employee (NACE, 2002) dalam Elfindri dkk (2012: 156)
Berdasarkan tabel diatas tujuh keterampilan yang tinggi nilainya adalah soft skills yang dimiliki oleh seseorang.Kemampuan analitikal,yang merupakan refleksi dari keilmuan muncul pada rangking delapan. Dengan arti kata, urgensi dari keilmuan adalah berada pada dimensi di tengah-tengah dari dimensi lain yang di ukur.
Pandangan di atas menggambarkan bahwa kebutuhan dunia kerja yang mendapatkan posisi teratas adalah soft skills (komunikasi).Dunia kerja tidak hanya menekankan pada kualitas lulusan yang menekankan hard skills (kemampuan teknis dan akademis) saja, akan tetapi juga penguasaan soft skills. Usaha pemenuhan kebutuhan industri tersebut, akan berakibat pada perubahan paradigma dalam proses pembelajaran. Perubahan paradigma yang dapat memenuhi proses pembelajaran dalam menghasilkan lulusan sebagaimana yang dibutuhkan oleh pasar kerja akan menuntut para lulusan agar mampu meresapi arti dari kompetensi dalam pendidikan yaitu aspek kognitif, afektif,dan psikomotorik. Sementara itu menurut Suranto dalam (Martawijaya, H.D, 2010: 3) menyebutkan
„kurikulum yang selama ini dipakai kurang mempunyai tingkat keluwesan dan terlalu terstruktur sehingga kurang peka terhadap tuntutan kebutuhan lapangan kerja secara luas dan kurang berorientasi ke pasar kerja‟.
Berdasarkan permasalahan diatas, dapat dikemukakan bahwa diperlukan suatu perubahan dalam sistem pendidikan sekolah menengah kejuruan dalam hal
(15)
5
Imam Budiarmanto, 2014
model pembelajarannya. Kurikulum yang selama ini yang ada dinilai kurang peka terhadap tuntuan lapangan kerja. Perubahan model pembelajaran yang dapat digunakan dalam proses pembelajarannya adalah mengadopsi model pembelajaran Teaching Factory ke dalam model pembelajaraan terpadu (Intergrated Learning). Siswa mengalami experience melalui learning by doing dalam bentuk production based learning (PBL), sesuai dengan peran pekerjaan sebuah perusahaan industi. Pengalaman yang baik berkaitan dengan hard skills (vokasional skill dan academic skills) maupun soft skills (personal skill dan social skill).Siswa dapat terlatih untuk mengembangkan kompetensi vokasional, personal sosial, dan kompetesnsi akademik.
Berdasarkan uraian di atas, penulis merasa tertarik untuk melakukan penelitian mengenai pengaruh penerapan Model TF-6M terhadap peningkatan soft skills. Judul penelitian yang akan penulis lakukan adalah “PERKEMBANGAN
SOFT SKILLS SISWA KOMPETENSI KEAHLIAN TEKNIK SEPEDA
MOTOR MELALUI APLIKASI MODEL PEMBELAJARAN TEACHING
FACTORY 6 LANGKAH (MODEL TF-6M)”
B. Identifikasi dan Perumusan Masalah 1. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka permasalahan yang diteliti dapat diidentifikasi sebagai berikut:
a. Angka pengangguran lulusan SMK tinggi.
b. Industri lebih menekakankan aspek softskills dalam merekrut tenaga kerja. c. Sebagian lulusan SMK banyak dikeluhkan oleh industriantara lain tidak bisa
bekerja sama dengan baik, ketahanan kerja yang kurang, jenuh dalam bekerja/bosan, kurang baik dalam berkomunikasi maupun motivasi yang rendah.
d. Kurikulum yang ada selama ini kurang peka terhadap tuntutan kebutuhan lapangan kerja secara luas dan kurang berorientasi ke pasar.
(16)
6
Imam Budiarmanto, 2014 2. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Apakah terjadi peningkatan softskills (komunikasi)yang dimiliki siswa dalammenerima order setelah mendapatkan pembelajaran Teaching Factory 6 Langkah (Model TF-6M)?
b. Apakah terjadipeningkatan kemampuan softskills (komunikasi)yang dimiliki siswa dalam menyatakan kesanggupan menerima ordersetelah mendapatkan pembelajaran Teaching Factory 6 Langkah (Model TF-6M)?
c. Apakah terjadipeningkatan kemampuan softskills (komunikasi) yang dimiliki siswa dalam menyerahkan order setelah mendapatkan pembelajaran Teaching Factory 6 Langkah (Model TF-6M)?
d. Bagaimanakahpeningkatan kemampuan softskills yang dimiliki siswa dalam setelah mendapatkan pembelajaran Teaching Factory 6 Langkah (Model TF-6M)?
C. Batasan Masalah
Mengingat luasnya masalah yang akan diteliti dan terbatasnya waktu yang dimiliki oleh peneliti, maka permasalahan yang diteliti perlu dibatasi agar masalah yang diteliti tidak menyimpang dari pokok permasalahan yang telah ditentukan. Batasan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Model pembelajaran yang digunakan yaitu model TF-6M dalam mengetahui soft skills siswa dalam komunikasi.
2. Penelitian ini meneliti kemampuan soft skills siswadalam model pembelajaran Teaching Factory 6 langkah yang meliputi cara menerima order, cara menyatakan kesanggupan menerima order, serta cara menyerahkan order dala pekerjaan servis ringan. Atribut yang diteliti mengenai komunikasi dalam bidang industri.
(17)
7
Imam Budiarmanto, 2014
Berdasarkan rumusan masalah yang telah diungkapkan di atas, maka yang menjadi tujuan penelitian ini, adalah:
1. Mengetahui bagaimana peningkatan softskills (komunikasi) yang dimiliki siswa dalam melakukan menerima order setelah mendapatkan pembelajaran Teaching Factory 6 Langkah (Model TF-6M)?
2. Mengetahui bagaimanakahpeningkatan kemampuan softskills (komunikasi)yang dimiliki siswa dalam mengerjakan menyatakan kesanggupan menerima ordersetelah mendapatkan pembelajaran Teaching Factory 6 Langkah (Model TF-6M)?
3. Mengetahui bagaimanakahpeningkatan kemampuan softskills (komunikasi) yang dimiliki siswa dalam menyerahkan order setelah mendapatkan pembelajaran Teaching Factory 6 Langkah (Model TF-6M)?
E. Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi banyak pihak. Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagi siswa
Penerapan model TF-6M dalam penelitian ini diharapkan mampu melatih siswa untuk terlibat secara aktif dalam pembelajaran, dan dengan Model TF-6M ini siswa memiliki pengalaman bagaimana suasana yang seperti industri dan sikap berhadapan dengan seseorang sehingga siswa memiliki kompetensi sesuai dengan dunia industri khususnya dapat meningkatkan soft skills siswa dalam bidang pelayanan jasa.
2. Bagi Guru
Hasil penelitian ini dapat digunakan oleh gurupendidikan teknik mesin (otomotif) sebagai referensi bagi dalam melaksanakan proses pembelajaran serta dapat memberikan gambaran mengenai penerapan model pembelajran TF-6M dalam meningkatkan soft skills siswa.
(18)
8
Imam Budiarmanto, 2014
3. Bagi Peneliti
Hasil penelitian ini diharapkan dapat mengaplikasikan teori dan praktek dalam model pembelajaraan TF-6M sebagai bekal calon guru di dunia sekolah nanti.Serta dapat menambah wawasan dan pemahaman penelitian dalam penerapan model TF-6M padaprogram keahlian teknik sepeda motor di SMKN 1 Majalengka.
F. Struktur Organisasi Penulisan
Struktur organisasi dibuat untuk mempermudah dalam pembahasan dan penyusunan hasil penelitian, struktur organisasi yang akan diuraikan adalah sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN.Berisi latar belakang masalah, identifikasi
masalah, rumusan, batasan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.
BAB II LANDASAN TEORI. Berisi dasar-dasar teori umum yang dipakai
pada pembahasan dan analisis masalah.Teori diambil dari literatur yang membahas mengenai model pembelajaran Teaching Factory6Langkah(TF-6M) danSoft skills dalam komunikasi.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Berisi uraian langkah kerja yang
akan dilakukan dalam melaksanakan penelitian.
BAB IV HASIL PENELITIAN. Berisi tentang penjelasan hasil penelitian
yang telah dilaksanakan mengenai penerapan model pembelajaran Teaching Factory 6 Langkah (TF-6M) dan perkembangan soft skills siswa.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN.Berisi simpulan dari hasil penelitian
(19)
39
Imam Budiarmanto, 2014
BAB III
METODE PENELITIAN
A. LokasiPenelitian
Lokasi penelitian dalam penelitian ini adalah SMKN 1 Majalengka yang beralamat di Jl. Tonjong-Pinangraja No.55 Majalengka. Alasan pemilihan lokasi adalah karena SMKN 1 Majalengka merupakan salah satu SMK unggulan dan terbesar se-wilayah Majalengka
B. Populasidan Sample
1. Populasi
Populasi adalah seluruh data yang menjadi perhatian kita dalam suatu ruang lingkup dan waktu yang kita tentukan. Dalam penelitian ini yang menjadi populasi penelitian adalah seluruh siswa kelas XI TSMSMK 1 Majalengka.
Tabel 3.1 PopulasiPenelitian
No. Kelas JumlahSiswa
1 XI TSM A 33
2 XI TSM B 34
JumlahPopulasi 67
Sumber: SMK Negeri 1 Majalengka
2. Sample
Arikunto (2010: 174) berpendapatbahwa
“sampeladalahsebagianatauwakilpopulasi yang diteliti”.Penentuan sample dilakukan dengan menggunakan teknik purposive sampling, yaitu teknik pengampilan sample berdasarkan pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2011:85).Sample pada penelitian kali ini adalah XI TSM B. Sample di ambil
berdasarkan jumlahterbanyak
ketuntasansiswaStandarKompetensiMemperbaikiKerusakanSistemBahanBakarya ng berkaitan dengan pekerjaan servis ringan (Terlampir pada lampiran B.9).
(20)
Imam Budiarmanto, 2014
40
C. MetodedanDesainPenelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif. Penelitian inidilakukan menggunakan pendekatan metodepre-eksperimental designs dengan one group pretest-posttest design. Menurut Sugiyono (2011: 74) pre-eksperimental designs “disain yang bukan eksperimen sungguh-sungguh. Disain ini digunakan karena masih terdapat variabel luar yang ikut berpengaruh terhadap terbentuknya variabel dependen”.Rancanganpenelitianpre-eksperimental desaigndenganone grouppretest and post test designadalahrancanganpenelitian yang menggunakansatukelompoksubyekdengancaramelakukanpengukurankemampuan
awaldankemampuan akhir.
Perbedaankeduahasilpengukurandianggapsebagaiefekperlakuan.Desaininidigunak ansesuaidengantujuan yang hendakdicapaiyaituinginmengetahuipeningkatansoft skillssiswadalamaspekkomunikasi yang diterapkanpada model pembelajaranTeaching Factory 6Langkah.
Tabel 3.2
Desain One group Pretest-Posttest Design
Tesawal Treatment Tesakhir
O1 X O2
Keterangan :
O1 : Tes awal(Pretest) O2 : Tes akhir (Posttest)
X : Perlakuaanterhadapkelompokeksperimenyaitudenganmenerapkan model pembelajaranTeaching Factory 6Langkah.
Penelitian ini, sampel penelitian akan diberi perlakuan (treatment) yaitu berupa penggunaan model pembelajaranTeaching Factory 6 Langkah (TF-6M)sebanyak tiga kali (tiga seri pembelajaran). Instrumen yang digunakan sebagai pretes dan post-test dalam penelitian ini merupakan instrumen untuk mengukur perkembangansoft skillssiswaberupalembarobservasiyang telah di
(21)
41
judgmentsdandisetujuiolehpembimbing.Cara mengetahui peningkatansoft skillssetelah penggunaan model pembelajaranTeaching Factory 6Langkah (TF-6M), Hasil pretest dan posttest kelompok eksperimen diolah dan dianalisis dengan menggunakan uji statistik.
D. DefinisiOperasional
1. Kompetensi dikemukakanolehSpencer (Uno, 2012: 78) yang
memandangbahwa “kompetensimerupakansebagaikarakteristik yang
menonjoldariseorangindividu yang berhubungandengankinerjaefektifdan/atau
superior dalamsuatupekerjaanatausituasi”.Becher, Huslid dan Ulrich (Sudarmanto, 2009: 47) mendefinisikan “kompetensi sebagai pengetahuan keahlian, kemampuan, atau karakteristik pribadi indi-vidu yang memengaruhi
secara langsung kinerja seseorang”.Berdasarkan kedua pendapat tersebut
dapat dijelaskan bahwa kompetensi memiliki hubungan sebab akibat dengan kriteria yang dijadikan acuan efektif di tempat kerja atau situasi tertentu. 2. Model pembelajaranTeaching Factory 6 Langkah (Model TF-6M)
meru-pakansebuahkonseppembelajaran yang
bertujuanuntukmengenalkangambaranindustrisecaralangsungkepadasiswasehi nggamemungkinkansiswauntukbelajarmemahami,
mengeksplorasidanmemilikipengalamansecarajelasdenganoperasipenuhseperti industri.
3. Soft skills (dalam saillah, 2008:17),
adalahketerampilanseseorangdalamberhubungandengan orang lain (termasukdengandirinyasendiri). Soft skills yang dimasksuddalampenelitianiniadalahkemampuansiswa dalam berhubungan dan menghadapi pelanggan. Soft skills penelitian ini meliputi keterampilan berhubungan dengan pelanggan dalam berkomunikasi. Langkah yang diteliti adalah pada langkah menerima order, menyatakan kesanggupan menerima order, dan menyerahkan order.Dalam Menyatakan langkah tersebut siswa berkomunikasi dengan pelanggan meliputi, bahasa lisan, mimik muka, cara berpandang, dan body languege.
(22)
Imam Budiarmanto, 2014
42
E. Instrumen Penelitian
Sugiyono (2013: 148) mendefinisikanbahwa
“instrumenpenelitianadalahsuatualat yang
digunakanuntukmengukurfenomenaalammaupunsosial yang diamati”.
Adapunintrumen yang digunakandalampenelitianiniadalahtesdanlembarobservasi.
1. Tes
Tes dipergunakan untuk megumpulkan data tentang hasil belajar soft skills siswa dalam pembelajaran Teaching Factory 6 Langkah. Tes Pedoman tes disusun berdasarkan aktifitas yang biasa dilakukan di bengkel Ahhas yang kemudian diterapkan dalam model Pembelajaran Teaching Factory 6Langkahdandidiskusikandenganpengembang model pembelajarnTeaching Factory 6langkah.
2. Lembar Observasi
Lembar observasi dalam penelitian ini berisi lembar ceklis untuk mengung-kapkan kemampuan softskills yang dimiliki siswa dalam menerima order, menyatakan kesanggupan menerima order, menyerahkan order. Proses pengamatan dilakukan oleh dua orang observer. Hal ini bertujuan untuk menjaga tingkat keobjektivitasan hasil pengamatan. Apabila ditemukan hasil yang berbeda antara observer satu dengan observer dua, maka nilai akhir observasi diambil denga cara menelaah kembali pekerjaan siswa kemudian hasilnya ditentukan berdasarkan kesepakatan bersama.
F. Proses Pengembangan Instrumen 1. Validitas
Alat tes yang akan digunakan terlebih dahulu harus diuji derajat validasinya. Arikunto (2010: 211) menjelaskan bahwa “validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Validasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah validitas konstruk dengan menggunakan pendapat para ahli (judgment expert). Instrumen yang telah disusun
(23)
43
kemudian dikonsultasikan terlebih dahulu dengan yang ahli untuk dimintai pendapatnya tentang instrumen tersebut. Instrumen yang akan digunakan pada penelitian ini telah dinyatakan valid oleh para ahli dan dapat digunakan sebagai alat pengumpul data.
G. TeknikPengumpulan Data
Kegiatanmengumpulkan data merupakankegiatan yang sangatpentingdalamsuatupenelitian, diperlukanteknik yang tepat agar data yang dikumpulkanbernilai valid sehinggaselanjutnya data tersebutdapatdianalisisgunamendapatkansuatukesimpulan. Proses pengambilan data akandilakukansebanyak lima kali, denganrinciandapatdilihatpadaGambar 3.2. berikutini:
Gambar 3.1.SkemaPengambilan Data
Data yang akandiujimenggunakanstatistikhanya data yang berasaldaripretest danposttest, sedangkan data yang berasaldarites1, tes 2 dantes 3 diguna-kanuntukmelihatpeningkatankemampuansoftskillssiswaselama proses
pemberianperlakuandiberikan. Adapunteknik yang
digunakandalammengumpulkan data dalampenelitianiniadalahsebagaiberikut:
1. Tes Unjuk Kerja
Arikunto (2010: 193) menjelaskanbahwa
“tesadalahserentetanpertanyaanataulatihansertaalat lain yang
digunakanuntukmengukurketerampilan (skills), pengetahuan, intelegensi, Pembelajaran 1
Pretest
Pembelajaran 2 Pembelajaran 3
(24)
Imam Budiarmanto, 2014
44
kemampuanataubakat yang dimilikiindividuataukelompok”.Tes yang
digunakandalampenelitianiniadalahtesunjukkerja, yaitutes yang mengukur kemampuan siswa dalam menerima order, menyatakan kesanggupan menerima order, dan menyerahkan order kepada pelanggan. Tes diberikan sebanyak lima kali, yaitu tes yang dilakukan perlakuan pertama (pretest), tes pertama, tes kedua, tes ketiga, dan tes yang dilakukan setelah pemberiaan perlakuan (posttest).
2. Observasi
Observasi dilakukan untuk mengamati aktifitas siswa pada saat pembelajaran berlangsung. Observasi yang dilakukan pada penelitian ini adalah observasi partisipasif, dimana peneliti ikut turut serta secara langsung mengamati aktifitas siwa dalam pembelajaran.
H. Teknik Analisis Data
Data yang diperolehdarihasilpenelitiankemudiandianalisis, adapunlang-kah-langkahnyaadalahsebagaiberikut:
1. Uji Normalitas
Ujinormalitasbertujuanuntukmengetahuiapakah data yang
adaberasaldaripopulasi yang berdistribusi normal
atautidak.UjinormalitaspadapenelitianinimenggunakanrumusShapiro-Wilk, di manaperhitungannyadibantudenganperangkatlunakolah data, yaituStatistical Product and Service Solution for Windows atau yang
lebihdikenaldenganistilahSPSS for Windows..
Ujinormalitasdilakukanpadatarafkepercayaansebesar 95% atau α = 5%. Data dikatakanberdistribusi normal apabila p (nilai sig.) > 0,05. Riduwan (2012: 170)
menyatakanbahwa “statistik non-parametriktidakmenganutasusmsibahwa data
populasiatausampelharusberdistribusi normal”.
2. Pengujian Hipotesis
Analisisujihipotesisbertujuanuntukmengetahuiseberapajauhhipotesispenelitia n yang telahdisusunsemuladapatditerimaberdasarkan data yang
(25)
45
telahdikumpulkan.Analisisujihipotesistidakmengujikebenaranhipotesis, tetapimengujidapatditerimaatauditolaknyasuatuhipotesis.
Hipotesis yang
diajukanpadapenelitianiniadalahhipotesiskomparatifdenganduabuahsampel yang berpasangan.Olehkarenaitu,
hipotesisnyadiujidenganduasampelberpasangan.Berdasarkan data normalitas pada lampiran A.3, maka pengujian hipotesis menggunakan statistik non parametrik
dengan menggunakan rumus Wilcoxon.
Pengambilankeputusanbisadidasarkanpadanilaiprobabilitas, denganketentuan H0 diterimaapabilanilaiprobabilitas (sig. 2 tailed) > 0,05 (Siregar. S, 2005: 167) dan berdasarkan nilai z hitung di bandingkan dengan z tabel. Apabila zhitung ≤ ztabel maka Ho diterima.
3. Gain Ternormalisasi (N-Gain)
Tujuandaripenelitianiniadalahuntukmemperolehgambaranapakahterjadipenin gkatankemampuan softskills yang dimilikisiswasebelumdansesudahditerapkan model pembelajaranTeaching Factory 6 Langkah (Model TF-6M), untukmengetahuinyadenganmenggunakangain ternormalisai.Hake (1998: 2)
mengungkapkanbahwa “denganmendapatkannilai rata-rata gain yang
ternormalisasimakasecarakasarakandapatmengukurefektifitassuatupembe-lajarandalampemahamansuatukonseptual”.Berikutiniadalahrumus gain ternormalisasi:
< g >=
� − � �� ��� �� � − � � (Hake, 1998: 65)
Hasilperhitungandiinterpretasikandenganmenggunakanindeksgain <g>seperti yang ditunjukanpadaTabel 3.3 di bawahini
Tabel 3.3
InterpretasiNilaiGainDinormalisasi Nilai<g> Interpretasi
0,7 ≤ g Tinggi
(26)
Imam Budiarmanto, 2014
46
g < 0,3 Rendah
(27)
61
Imam Budiarmanto, 2014
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan
Model pembelajaran Teaching Factory 6Langkah adalah suatu konsep pembelajaran dalam suasana industri sesungguhnya. Model Pembelajaran Teaching Factory 6Langkah (Model TF-6M) dikembangkan dengan tujuan mampu menciptakan proses belajar menjadi lebih efektif dan meningkatkan kompetensi siswa. Model Pembelajaran Teaching Factory 6Langkah bertujuan juga untuk memberi kesempatan siswa sebagai pekerja menerima order sesuai dengan keadaan indutri nyata.Model TF-6M terdapat 6langkah. Langkah tersebut adalah menerima order, menganalisis order, menyetakan kesanggupan menerima order, mengerjakan order, quality control, dan menyerahkan order.Dari enam langkah tersebut tergambar tiga langkah yang menggambarkan soft skills. Tiga langkah tersebut yaitu menerima order, menyatakan kesanggupan menerima order, dan menyerahkan order.
Data hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata skor soft skills siswa pada saat posttest lebih tinggi daripada pretest dan rata-rata n-gain siswa setelah diterapkan Model TF-6M berada pada kategori sedang. Adapun kesimpulan yang diperoleh dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Terjadi peningkatan kemampuan softskillsyang dimiliki siswa dalam menerima order servisringan setelah mendapatkan pembelajaran Model TF-6M dengan kategori sedang.
2. Terjadi peningkatan kemampuan softskillsyang dimiliki siswa dalam Menyatakan Kesanggupan Menerima Orderservis ringan setelah mendapatkan pembelajaran Model TF-6M dengan kategori sedang
3. Terjadi peningkatan kemampuan softskills yang dimiliki siswa dalam Menyerahkan Order servis ringan kepada pelanggan setelah mendapatkan pembelajaran Model TF-6M dengan kategori sedang.
(28)
62
Imam Budiarmanto, 2014 B. Saran
Berdasarkan penelitian yang telah dilaksanakan, ada beberapa saran yang ingin disampaikan penulis. Adapun saran-saran tersebut ditujukan bagi:
1. Bagi Prodi
Model TF-6M terbukti mampu meningkatkan softskillssiswa dalam kepercayaan berkomunikasi sesuai dengan pekerjaannya, oleh karena itu Prodi disarankan untuk tetap menggunakan model ini agar kompetensi generasi selanjutnya menjadi lebih baik.
2. Bagi Sekolah
Pihak sekolah hendaklah lebih mempersiapkan dalam menerapkan model pembelajaran Teaching Factory 6 Langkah. Sekolah disarankan untuk lebih banyak melakukan publikasi dan promosi ke masyarakat mengenai Model TF-6M yang dilaksanakan di sekolah, sehingga diharapkan masyarakat lebih banyak yang tertarik untuk melakukan service ringan sepeda motornya di sekolah.
3. Bagi Peneliti Selanjutnya
Observer dalam penelitian ini berjumlah dua orang, adapun hambatan yang ditemukan penulis adalah masih ditemukannya perbedaan penilaian yang diberikan antara observer satu dengan yang lainnya ketika pengambilan atau pengumpulan data. Pengambilan keputusan berdasarkan kesepakatan bersama. Peneliti selanjutnya yang tertarik menelitin penerapan Model TF-6M disarankan untuk lebih mempersiapkan diri dalam proses pengambilan dan pengumpulan data sehingga penelitian dapat dilaksanakan dengan baik.
(29)
63
Imam Budiarmanto, 2014
DAFTAR PUSTAKA
.
Alwi, H. (2002). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktis. Jakarta: Rineka Cipta.
Arsyad, M. G dan Mukti U. S (1993). Pembinaan Kemampuan Berbicara Bahasa Indonesia. Jakarta: Erlangga.
Badan Pusat Statistik. (2012). Angka Pengangguran Terbuka Menurut Pendidikan Tertinggi, Berbagai tahun penerbitan. Jakarta: BPS.
Borg, J. (2010). Buku Pintar Memahami Bahasa Tubuh. Yogyakarya: Think.
Departemen Pendidikan Nasional. (2003). Dokumen 1 Kurikulum Sekolah Menengah Kejuruan (Edisi 2004). Jakarta: Depdiknas.
Departemen Pendidikan Nasional. (2003). Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Depdiknas.
Efrindri dkk. (2010). Soft Skill untuk Pendidik. Bandos Media
Effendy, O (2003). Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi, Bandung: PT. Citra Aditya Bakti.
Fajar, M (2011). Ilmu Komunikasi Dalam Teori dan Praktek, Yogyakarta: Graha Ilmu
Guy. (2012, 7 Mei). Tingkat Pengangguran SMK Lebih Tinggi Dibanding SMA.
Tribun Jabar [Online]. Halaman1. Tersedia:
http://jabar.tribunnews.com/2012/05/07/tingkat-pengangguran-smk-lebih-tinggi-dibanding-sma. [10 Mei 2013].
Hardjana, M. (2003). Komunikasi intrapersonal dan Komunikasi Interpersonal. Yogyakarta: Kanisius
Hake, R. R. (1998). “Interactive Engagement Versus Traditional Methode: A Six Thousand Student Survey Of Mechanics Test Data For Introdictory
Physics Courses” Journal Of American Association of Physics Teachers. 66, (1), 64-74.
(30)
64
Imam Budiarmanto, 2014
PERKEMBANGAN SOFT SKILLS SISWA PROGRAM KEAHLIAN TEKNIK SEPEDA MOTOR MELALUI Islahulben (2010). Modul Bahan Ajar Interpersonal Communication Skill.
Jakarta: Universitas Mercu Buana.Tidak diterbitkan
Klaus, P .(2012). Jangan Anggap Sepele Soft Skills. Jakarta: PT BPK Gunung Mulia.
Martawijaya, H D. (2010). Pengembangan Model Pembelajaran Teaching Factory 6 Langkah (Model TF-6M) Untuk Meningkatkan Kompetensi Siswa Dalam Mata Pelajaran Produktif Sekolah Menengah Kejuruan. Disertasi Doktor pada Program Studi Pengembangan Kurikulum SPs UPI. Bandung: tidak diterbitkan
Maurin, G. (2010). Modul Manajemen Pelayanan Prima Tata Boga. Bandung: Universitas Pendidikan Indonsia
Mulyana, D (2010). Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar, Bandung: Rosda Bandung
Novi, N. (2010). Pengaruh Soft Skills Terhadap Pelaksanaan Mata Kuliah Praktik Industri Pada Mahasiswa Jurusan Teknik Sipil FPTK UPI. Skripsi pada FPTK UPI Bandung: tidak diterbitkan
Rahmayanty, N. (2010). Manajemen Pelayanan Prima. Yogyakarta; Graha Ilmu
Rakhmat, J. (2012). Psikologi Komunikasi. Bandung: Rosdakarya
Riduwan. (2012). Belajar Mudah Penelitian. Bandung: Alfabeta
Siregar, S. (2005). Statistika Terapan. Jakarta: Grasindo.
Sagala, S. (2010). Konsep dan Makna Pembelajaran untuk membantu Memecahkan Problematika Belajar dan Mengajar. Bandung: Alfabeta
Sailah, I (2008). Pengembangan Soft Skills Di Perguruan Tinggi. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Tersedia: http://illahsailah.co.cc/. html (7 juli 2013)
Slameto. (2010). Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta
Sudarmanto. (2009). Kinerja dan Pengembangan Kompetensi SDM. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
(31)
65
Imam Budiarmanto, 2014
PERKEMBANGAN SOFT SKILLS SISWA PROGRAM KEAHLIAN TEKNIK SEPEDA MOTOR MELALUI Supriadie, D (2010). Komunikasi Pembelajaran. Bandung:Remaja Rosdakarya.
Suranto, A.W. (2011). Komunikasi Interpersonal. Yogjakarta: Graha Ilmu
Sutarno (2013). Mencetak Lulusan yang Diharapkan Industri. [Online]. Tersedia:http://tarn2007.blogspot.com/2013/03/mencetak-lulusan-yang diharapkan. htlm (8 Mei 2013)
.
Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung:Alfabeta
Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta
Syafiah, N (2010). Perbandingan Prestasi Belajar Siswa Menggunakan Model Pembelajaran Teaching Factory 6 Langkah (Model TF-6M) dengan Model Pembelajaran Konvensional Dalam Mata Pelajaran Produktif Kompetensi Keahlian Teknik Permesinan Kelas XI SMK Negeri 6 Bandung. Skripsi FPTK UPI Bandung: tidak diterbitkan.
Tarigan, H.G (2008). Berbicara Sebagai Suatu Kerampilan Berbicara Berbahasa. Bandung: Aksara.
(1)
Imam Budiarmanto, 2014
PERKEMBANGAN SOFT SKILLS SISWA PROGRAM KEAHLIAN TEKNIK SEPEDA MOTOR MELALUI APLIKASI MODEL PEMBELAJARAN TEACHING FACTORY 6 LANGKAH (TF-6M) PADA
KOMPETENSI DASAR SERVIS RINGAN
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
46
g < 0,3 Rendah
(2)
61
Imam Budiarmanto, 2014
PERKEMBANGAN SOFT SKILLS SISWA PROGRAM KEAHLIAN TEKNIK SEPEDA MOTOR MELALUI APLIKASI MODEL PEMBELAJARAN TEACHING FACTORY 6 LANGKAH (TF-6M) PADA
KOMPETENSI DASAR SERVIS RINGAN
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Model pembelajaran Teaching Factory 6Langkah adalah suatu konsep pembelajaran dalam suasana industri sesungguhnya. Model Pembelajaran Teaching Factory 6Langkah (Model TF-6M) dikembangkan dengan tujuan mampu menciptakan proses belajar menjadi lebih efektif dan meningkatkan kompetensi siswa. Model Pembelajaran Teaching Factory 6Langkah bertujuan juga untuk memberi kesempatan siswa sebagai pekerja menerima order sesuai dengan keadaan indutri nyata.Model TF-6M terdapat 6langkah. Langkah tersebut adalah menerima order, menganalisis order, menyetakan kesanggupan menerima order, mengerjakan order, quality control, dan menyerahkan order.Dari enam langkah tersebut tergambar tiga langkah yang menggambarkan soft skills. Tiga langkah tersebut yaitu menerima order, menyatakan kesanggupan menerima order, dan menyerahkan order.
Data hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata skor soft skills siswa pada saat posttest lebih tinggi daripada pretest dan rata-rata n-gain siswa setelah diterapkan Model TF-6M berada pada kategori sedang. Adapun kesimpulan yang diperoleh dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Terjadi peningkatan kemampuan softskillsyang dimiliki siswa dalam menerima order servisringan setelah mendapatkan pembelajaran Model TF-6M dengan kategori sedang.
2. Terjadi peningkatan kemampuan softskillsyang dimiliki siswa dalam Menyatakan Kesanggupan Menerima Orderservis ringan setelah mendapatkan pembelajaran Model TF-6M dengan kategori sedang
3. Terjadi peningkatan kemampuan softskills yang dimiliki siswa dalam Menyerahkan Order servis ringan kepada pelanggan setelah mendapatkan pembelajaran Model TF-6M dengan kategori sedang.
(3)
62
Imam Budiarmanto, 2014
PERKEMBANGAN SOFT SKILLS SISWA PROGRAM KEAHLIAN TEKNIK SEPEDA MOTOR MELALUI APLIKASI MODEL PEMBELAJARAN TEACHING FACTORY 6 LANGKAH (TF-6M) PADA
KOMPETENSI DASAR SERVIS RINGAN
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
B. Saran
Berdasarkan penelitian yang telah dilaksanakan, ada beberapa saran yang ingin disampaikan penulis. Adapun saran-saran tersebut ditujukan bagi:
1. Bagi Prodi
Model TF-6M terbukti mampu meningkatkan softskillssiswa dalam kepercayaan berkomunikasi sesuai dengan pekerjaannya, oleh karena itu Prodi disarankan untuk tetap menggunakan model ini agar kompetensi generasi selanjutnya menjadi lebih baik.
2. Bagi Sekolah
Pihak sekolah hendaklah lebih mempersiapkan dalam menerapkan model pembelajaran Teaching Factory 6 Langkah. Sekolah disarankan untuk lebih banyak melakukan publikasi dan promosi ke masyarakat mengenai Model TF-6M yang dilaksanakan di sekolah, sehingga diharapkan masyarakat lebih banyak yang tertarik untuk melakukan service ringan sepeda motornya di sekolah.
3. Bagi Peneliti Selanjutnya
Observer dalam penelitian ini berjumlah dua orang, adapun hambatan yang ditemukan penulis adalah masih ditemukannya perbedaan penilaian yang diberikan antara observer satu dengan yang lainnya ketika pengambilan atau pengumpulan data. Pengambilan keputusan berdasarkan kesepakatan bersama. Peneliti selanjutnya yang tertarik menelitin penerapan Model TF-6M disarankan untuk lebih mempersiapkan diri dalam proses pengambilan dan pengumpulan data sehingga penelitian dapat dilaksanakan dengan baik.
(4)
63
Imam Budiarmanto, 2014
PERKEMBANGAN SOFT SKILLS SISWA PROGRAM KEAHLIAN TEKNIK SEPEDA MOTOR MELALUI APLIKASI MODEL PEMBELAJARAN TEACHING FACTORY 6 LANGKAH (TF-6M) PADA KOMPETENSI DASAR SERVIS RINGAN
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DAFTAR PUSTAKA .
Alwi, H. (2002). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktis. Jakarta: Rineka Cipta.
Arsyad, M. G dan Mukti U. S (1993). Pembinaan Kemampuan Berbicara Bahasa Indonesia. Jakarta: Erlangga.
Badan Pusat Statistik. (2012). Angka Pengangguran Terbuka Menurut Pendidikan Tertinggi, Berbagai tahun penerbitan. Jakarta: BPS.
Borg, J. (2010). Buku Pintar Memahami Bahasa Tubuh. Yogyakarya: Think. Departemen Pendidikan Nasional. (2003). Dokumen 1 Kurikulum Sekolah
Menengah Kejuruan (Edisi 2004). Jakarta: Depdiknas.
Departemen Pendidikan Nasional. (2003). Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Depdiknas. Efrindri dkk. (2010). Soft Skill untuk Pendidik. Bandos Media
Effendy, O (2003). Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi, Bandung: PT. Citra Aditya Bakti.
Fajar, M (2011). Ilmu Komunikasi Dalam Teori dan Praktek, Yogyakarta: Graha Ilmu
Guy. (2012, 7 Mei). Tingkat Pengangguran SMK Lebih Tinggi Dibanding SMA.
Tribun Jabar [Online]. Halaman1. Tersedia:
http://jabar.tribunnews.com/2012/05/07/tingkat-pengangguran-smk-lebih-tinggi-dibanding-sma. [10 Mei 2013].
Hardjana, M. (2003). Komunikasi intrapersonal dan Komunikasi Interpersonal. Yogyakarta: Kanisius
Hake, R. R. (1998). “Interactive Engagement Versus Traditional Methode: A Six
Thousand Student Survey Of Mechanics Test Data For Introdictory
Physics Courses” Journal Of American Association of Physics Teachers.
66, (1), 64-74.
(5)
64
Imam Budiarmanto, 2014
PERKEMBANGAN SOFT SKILLS SISWA PROGRAM KEAHLIAN TEKNIK SEPEDA MOTOR MELALUI APLIKASI MODEL PEMBELAJARAN TEACHING FACTORY 6 LANGKAH (TF-6M) PADA KOMPETENSI DASAR SERVIS RINGAN
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Islahulben (2010). Modul Bahan Ajar Interpersonal Communication Skill. Jakarta: Universitas Mercu Buana.Tidak diterbitkan
Klaus, P .(2012). Jangan Anggap Sepele Soft Skills. Jakarta: PT BPK Gunung Mulia.
Martawijaya, H D. (2010). Pengembangan Model Pembelajaran Teaching Factory 6 Langkah (Model TF-6M) Untuk Meningkatkan Kompetensi Siswa Dalam Mata Pelajaran Produktif Sekolah Menengah Kejuruan. Disertasi Doktor pada Program Studi Pengembangan Kurikulum SPs UPI. Bandung: tidak diterbitkan
Maurin, G. (2010). Modul Manajemen Pelayanan Prima Tata Boga. Bandung: Universitas Pendidikan Indonsia
Mulyana, D (2010). Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar, Bandung: Rosda Bandung
Novi, N. (2010). Pengaruh Soft Skills Terhadap Pelaksanaan Mata Kuliah Praktik Industri Pada Mahasiswa Jurusan Teknik Sipil FPTK UPI. Skripsi pada FPTK UPI Bandung: tidak diterbitkan
Rahmayanty, N. (2010). Manajemen Pelayanan Prima. Yogyakarta; Graha Ilmu Rakhmat, J. (2012). Psikologi Komunikasi. Bandung: Rosdakarya
Riduwan. (2012). Belajar Mudah Penelitian. Bandung: Alfabeta Siregar, S. (2005). Statistika Terapan. Jakarta: Grasindo.
Sagala, S. (2010). Konsep dan Makna Pembelajaran untuk membantu Memecahkan Problematika Belajar dan Mengajar. Bandung: Alfabeta Sailah, I (2008). Pengembangan Soft Skills Di Perguruan Tinggi. Jakarta:
Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Tersedia: http://illahsailah.co.cc/. html (7 juli 2013)
Slameto. (2010). Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta
Sudarmanto. (2009). Kinerja dan Pengembangan Kompetensi SDM. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
(6)
Imam Budiarmanto, 2014
PERKEMBANGAN SOFT SKILLS SISWA PROGRAM KEAHLIAN TEKNIK SEPEDA MOTOR MELALUI APLIKASI MODEL PEMBELAJARAN TEACHING FACTORY 6 LANGKAH (TF-6M) PADA KOMPETENSI DASAR SERVIS RINGAN
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Supriadie, D (2010). Komunikasi Pembelajaran. Bandung:Remaja Rosdakarya. Suranto, A.W. (2011). Komunikasi Interpersonal. Yogjakarta: Graha Ilmu
Sutarno (2013). Mencetak Lulusan yang Diharapkan Industri. [Online]. Tersedia:http://tarn2007.blogspot.com/2013/03/mencetak-lulusan-yang diharapkan. htlm (8 Mei 2013)
.
Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung:Alfabeta
Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta
Syafiah, N (2010). Perbandingan Prestasi Belajar Siswa Menggunakan Model Pembelajaran Teaching Factory 6 Langkah (Model TF-6M) dengan Model Pembelajaran Konvensional Dalam Mata Pelajaran Produktif Kompetensi Keahlian Teknik Permesinan Kelas XI SMK Negeri 6 Bandung. Skripsi FPTK UPI Bandung: tidak diterbitkan.
Tarigan, H.G (2008). Berbicara Sebagai Suatu Kerampilan Berbicara Berbahasa. Bandung: Aksara.