PENGARUH PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN RECIPROCAL TEACHING TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI DAN DISPOSISI MATEMATIS SISWA SMP.

(1)

(Studi Kuasi Eksperimen pada Kelas VII di Salah Satu SMPN Kabupaten Bandung Barat)

TESIS

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Magister Pendidikan Program Studi Pendidikan Matematika

Oleh

NUNU NURHAYATI 1201385

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

2014


(2)

Oleh

Nunu Nurhayati, S.Pd.

Universitas Swadaya Gunung Jati, 2011

Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd.) pada Fakultas Pendidikan Matematika

© Nunu Nurhayati 2014 Universitas Pendidikan Indonesia

Juli 2014

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Tesis ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,


(3)

(Studi Kuasi Eksperimen pada Kelas VII di Salah Satu SMPN Kabupaten Bandung Barat)

Oleh

NUNU NURHAYATI 1201385

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH: Pembimbing I,

Dr. H. Dadang Juandi, M.Si. NIP. 196401171992021001

Pembimbing II,

Dr. H. Tatang Mulyana, M.Pd. NIP. 195101061976031004

Mengetahui,

Ketua Program Studi Pendidikan Matematika Sekolah Pascasarjana UPI Bandung

Turmudi, M.Ed., M.Sc., Ph.D. NIP.196101121987031003


(4)

Nunu Nurhayati, 2014

Pengaruh pembelajaran dengan pendekatan reciprocal teaching terhadap peningkatan kemampuan komunikasi dan disposisi matematis siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR ISI

Halaman

Halaman Judul ... i

Lembar Pengesahan ... ii

Lembar Pernyataan ... iii

Abstrak ... iv

Kata Pengantar ... vi

Lembar Persembahan ... vii

Ucapan Terima Kasih ... viii

Daftar Isi ... ix

Daftar Tabel ... xii

Daftar Gambar ... . xiv

Daftar Lampiran ... xv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Rumusan Masalah ... 18

C. Tujuan Penelitian ... 19

D. Manfaat Penelitian ... 19

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Reciprocal Teaching ... 21

B. Langkah-langkah dalam Pembelajaran Reciprocal Teaching ... 23

C. Keunggulan dan Kelemahan Reciprocal Teaching ... 25

D. Kemampuan Komunikasi Matematis ... 26

E. Disposisi Matematis ... 30

F. Pembelajaran Konvensional ... 32

G. Teori Belajar yang Mendukung ... 32


(5)

Nunu Nurhayati, 2014

Pengaruh pembelajaran dengan pendekatan reciprocal teaching terhadap peningkatan kemampuan komunikasi dan disposisi matematis siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

I. Penelitian yang Relevan ... 37

J. Hipotesis Penelitian ... 39

BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian ... 40

B. Variabel Penelitian ... 41

C. Subjek Penelitian ... 43

D. Definisi Operasional ... 44

E. Instrumen Penelitian dan Pengembangannya ... 45

1. Tes Kemampuan Awal Matematis (KAM) ... 46

2. Tes Kemampuan Komunikasi Matematis ... 47

3. Skala Disposisi Matematis ... 56

4. Lembar Observasi Aktivitas Siswa dan Guru ... 58

5. Pedoman Wawancara ... 58

F. Pengembangan Bahan Ajar ... 59

G. Teknik Pengumpulan Data ... 60

H. Teknik Analisis Data ... 60

I. Prosedur Penelitian ... 68

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 71

1. Data KAM (Kemampuan Awal Matematis) ... 72

2. Deskripsi dan Analisis Kemampuan Komunikasi Matematis... 75

3. Analisis Data Skala Disposisi Matematis ... 92

B. Pembahasan ... 104

1. Pembelajaran Reciprocal Teaching ... 104

2. Kemampuan Komunikasi Matematis ... 110


(6)

Nunu Nurhayati, 2014

Pengaruh pembelajaran dengan pendekatan reciprocal teaching terhadap peningkatan kemampuan komunikasi dan disposisi matematis siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

4. Interaksi Pembelajaran dan KAM ... 120

5. Skala Disposisi Matematis ... 121

6. Data Hasil Observasi ………... 125

7. Aktivitas Guru dan Siswa selama Proses Pembelajaran ... 131

8. Data Jurnal dan Hasil Wawancara Siswa ……… 132

C. Keterbatasan Penelitian ... 135

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 136

B. Saran ... 136

DAFTAR PUSTAKA ... 139


(7)

Nunu Nurhayati, 2014

Pengaruh pembelajaran dengan pendekatan reciprocal teaching terhadap peningkatan kemampuan komunikasi dan disposisi matematis siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.1 Keterkaitan antara Variabel Bebas, Terikat, dan Kontrol ... 42

Tabel 3.2 Kategori Level KAM Siswa ... 46

Tabel 3.3 Kriteria Pengelompokkan Siswa Berdasarkan KAM ... 47

Tabel 3.4 Indikator Kemampuan Komunikasi Matematis ... 48

Tabel 3.5 Kriteria Penskoran Tes Kemampuan Komunikasi Matematis ... 49

Tabel 3.6 Klasifikasi Koefisien Validitas ... 51

Tabel 3.7 Hasil Uji Validitas Butir Soal ... 52

Tabel 3.8 Klasifikasi Koefisien Reliabilitas ... 52

Tabel 3.9 Reliabilitas Tes Kemampuan Komunikasi Matematis ... 53

Tabel 3.10 Klasifikasi Koefisien Daya Pembeda ... 53

Tabel 3.11 Daya Pembeda Tes Kemampuan Komunikasi ... 54

Tabel 3.12 Klasifikasi Koefisien Tingkat Kesukaran ... 54

Tabel 3.13 Tingkat Kesukaran Tes Kemampuan Komunikasi ... 55

Tabel 3.14 Rekapitulasi Hasil Analisis Uji Coba Instrumen ... 55

Tabel 3.15 Kategori Disposisi Matematis ... 57

Tabel 3.16 Klasifikasi Gain Ternormalisasi ... 61


(8)

Nunu Nurhayati, 2014

Pengaruh pembelajaran dengan pendekatan reciprocal teaching terhadap peningkatan kemampuan komunikasi dan disposisi matematis siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Tabel 4.1 Statistik Deskriptif Data KAM Kemampuan Komunikasi ... 72

Tabel 4.2 Data Hasil Uji Normalitas Distribusi Data KAM ... 73

Tabel 4.3 Data Hasil Uji Homogenitas Varians Data KAM ... 73

Tabel 4.4 Data Hasil Uji Perbedaan Rerata Data KAM ... 74

Tabel 4.5 Statistik Deskriptif Kemampuan Komunikasi Matematis ... 75

Tabel 4.6 Data Hasil Uji Normalitas Data Pretes ... 79

Tabel 4.7 Data Hasil Uji Homogenitas Varians Data Pretes ... 79

Tabel 4.8 Data Hasil Uji Kesamaan Rerata Data Pretes ... 80

Tabel 4.9 Data Hasil Uji Normalitas Data Postes ... 81

Tabel 4.10 Data Hasil Uji Homogenitas Varians Data Postes ... 82

Tabel 4.11 Data Hasil Uji Perbedaan Rerata Data Postes ... 83

Tabel 4.12 Data Hasil Uji Normalitas Data N-Gain ... 84

Tabel 4.13 Data Hasil Uji Homogenitas Varians Data N-Gain ... 84

Tabel 4.14 Data Hasil Uji Perbedaan Rerata Data N-Gain ... 85

Tabel 4.15 Data Hasil Uji Normalitas dan Uji Homogenitas N-Gain ... 86

Tabel 4.16 Data Uji ANOVA Satu Jalur Data N-Gain ... 87

Tabel 4.17 Data Hasil Uji Scheffe Rerata N-Gain Berdasarkan KAM ... 87

Tabel 4.18 Data Uji ANOVA Dua Jalur Data N-Gain ... 89

Tabel 4.19 Data Hasil Uji Scheffe Rerata N-Gain Berdasarkan KAM ... 90

Tabel 4.20 Hasil Perhitungan Effect Size N-gain Kemampuan Komunikasi Matematis ... 91

Tabel 4.21 Statistik Deskriptif Skala Disposisi Matematis Siswa ... 92

Tabel 4.22 Data Hasil Uji Normalitas Data Skala Disposisi Matematis ... 93

Tabel 4.23 Data Hasil Uji Normalitas Data Disposisi Berdasarkan KAM .... 94

Tabel 4.24 Data Hasil Uji Homogenitas Disposisi Berdasarkan KAM ... 94

Tabel 4.25 Data Hasil Uji Perbedaan Rerata Data Disposisi Matematis ... 96

Tabel 4.26 Data Uji ANOVA Dua Jalur Data Disposisi Matematis ... 97


(9)

Nunu Nurhayati, 2014

Pengaruh pembelajaran dengan pendekatan reciprocal teaching terhadap peningkatan kemampuan komunikasi dan disposisi matematis siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Tabel 4.28 Klasifikasi Skor Rerata Disposisi Matematis Siswa ... 99

Tabel 4.29 Indikator Rasa Percaya Diri ... 101

Tabel 4.30 Indikator Fleksibel dalam Mengeksplorasi Ide Matematika ... 101

Tabel 4.31 Indikator Tekun Mengerjakan Tugas Matematika ... 102

Tabel 4.32 Indikator Ketertarikan dan Keingintahuan untuk Menemukan Sesuatu dalam Mengerjakan Matematika ... 102

Tabel 4.33 Indikator Kecenderungan untuk Memonitor dan Merefleksi Proses Berpikir dan Kinerja ... 103

Tabel 4.34 Indikator Aplikasi Matematika dalam Bidang Lain dan dalam Kehidupan Sehari-hari ... 104

Tabel 4.34 Deskripsi Pretes dan Postes Berdasarkan Indikator ………. 115

Tabel 4.35 Aktivitas Guru dan Siswa pada Tahap Meringkas Bahan Ajar .... 127

Tabel 4.36 Aktivitas Guru dan Siswa pada Tahap Membuat Pertanyaan ... 128

Tabel 4.37 Aktivitas Guru dan Siswa pada Tahap Mengklarifikasi ... 129

Tabel 4.38 Aktivitas Guru dan Siswa pada Tahap Memprediksi ... 130

DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 2.1 Tahapan-tahapan Pembelajaran Reciprocal Teaching ... 23

Gambar 3.1 Tahapan-tahapan Penelitian ... 70

Gambar 4.1 Perbandingan Rerata Skor Pretes dan Postes ... 77

Gambar 4.2 Perbandingan Peningkatan Kemampuan Komunikasi ... 78

Gambar 4.3 Grafik Interaksi Pembelajaran dan KAM terhadap Peningkatan Kemampuan Komunikasi Matematis ... 89

Gambar 4.4 Grafik Interaksi Pembelajaran dan KAM terhadap Disposisi Matematis ... 97

Gambar 4.5 Diagram Persentase Rerata Disposisi Matematis Siswa ... 100


(10)

Nunu Nurhayati, 2014

Pengaruh pembelajaran dengan pendekatan reciprocal teaching terhadap peningkatan kemampuan komunikasi dan disposisi matematis siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Gambar 4.7 Jawaban Pretes Siswa Kelas Kontrol ………. 112

Gambar 4.8 Jawaban Postes Siswa Kelas Kontrol ... 113

Gambar 4.9 Jawaban Postes Siswa Kelas Eksperimen ………. 114

Gambar 4.10 Hasil Kerja Siswa untuk Mengukur Aspek Komunikasi... 118

Gambar 4.11 Persentase Aktifitas Guru ………... 125

Gambar 4.12 Persentase Aktifitas Siswa ... 126

Gambar 4.13 Tanggapan Siswa terhadap Kesulitan dalam Pembelajaran ... 133

Gambar 4.14 Kesan Siswa dalam Memahami Materi ………... 133

DAFTAR LAMPIRAN Halaman Lampiran A.1 Silabus ... 146

Lampiran A.2 RPP Kelas Eksperimen ... 148

Lampiran A.3 Lembar Kerja Siswa ... 192

Lampiran A.4 RPP Kelas Kontrol ... 264

Lampiran A.5 Pedoman Wawancara Siswa ... 294

Lampiran A.6 Lembar Observasi Guru ... 295


(11)

Nunu Nurhayati, 2014

Pengaruh pembelajaran dengan pendekatan reciprocal teaching terhadap peningkatan kemampuan komunikasi dan disposisi matematis siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Lampiran B.1 Perhitungan Validitas, Reliabilitas, Daya Pembeda, dan Tingkat

Kesukaran Tes Kemampuan Komunikasi Matematis ... 299

Lampiran B.2 Rekapitulasi Hasil Uji Coba Tes Komunikasi Matematis ... 301

Lampiran B.3 Data Uji Coba Keterbacaan Disposisi Matematis ... 302

Lampiran B.4 Kisi-kisi Soal Tes Kemampuan Awal Matematis ... 303

Lampiran B.5 Soal dan Kunci Jawaban Tes KAM ... 304

Lampiran B.6 Kisi-kisi Soal Tes Kemampuan Komunikasi Matematis ... 308

Lampiran B.7 Soal dan Jawaban Kemampuan Komunikasi Matematis ... 309

Lampiran B.8 Pedoman Penskoran Jawaban Tes KKM ... 316

Lampiran B.9 Kisi-kisi Skala Disposisi Matematis ... 318

Lampiran B.10 Angket Skala Disposisi Matematis ... 320

Lampiran C.1 Analisis Data KAM, Pretes, dan Postes ... 323

Lampiran C.2 Data Observasi Aktivitas Guru ... 329

Lampiran C.3 Data Observasi Aktivitas Siswa ... 331

Lampiran C.4 Pengolahan Data Hasil Kemampuan Komunikasi Matematis 332 Lampiran C.5 Pengolahan Data Hasil Disposisi Matematis... 341

Lampiran D.1 Foto Aktivitas Siswa ... 358

Lampiran D.2 Surat Keterangan telah Melakukan Penelitian ... 360


(12)

Nunu Nurhayati, 2014

Pengaruh pembelajaran dengan pendekatan reciprocal teaching terhadap peningkatan kemampuan komunikasi dan disposisi matematis siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

PENGARUH PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN RECIPROCAL TEACHING TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI

DAN DISPOSISI MATEMATIS SISWA SMP NUNU NURHAYATI

ABSTRAK

Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dampak/pengaruh pembelajaran matematika dengan pendekatan Reciprocal Teaching terhadap peningkatan kemampuan komunikasi dan disposisi matematis pada siswa SMP. Metode penelitian yang digunakan adalah kuasi eksperimen yang berdesain kelompok kontrol pretes-postes. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa SMPN di Bandung yang berasal dari level sekolah sedang. Banyak sampel 76 siswa yang terdistribusi dalam dua kelas. Sampel dipilih secara purposive sampling. Instrumen penelitian terdiri dari satu set tes kemampuan komunikasi matematis, satu set skala disposisi matematis, lembar observasi dan pedoman wawancara. Analisis data dalam penelitian menggunakan uji-t, ANOVA satu jalur dan ANOVA dua jalur. Hasil penelitian menunjukkan: (1) peningkatan kemampuan komunikasi dan disposisi matematis siswa yang belajar dengan pembelajaran Reciprocal Teaching lebih baik daripada siswa yang memperoleh pembelajaran konvensional; (2) terdapat perbedaan yang signifikan antar kemampuan komunikasi matematis siswa yang belajar dengan pembelajaran Reciprocal Teaching terhadap KAM (tinggi, sedang, rendah); (3) terdapat interaksi yang signifikan antara pembelajaran dengan KAM terhadap peningkatan kemampuan komunikasi matematis; (4) tidak terdapat interaksi yang signifikan antara pembelajaran dengan KAM terhadap kemampuan disposisi matematis.

Kata Kunci: Pendekatan Pembelajaran Reciprocal Teaching, Komunikasi Matematis, dan Disposisi Matematis.


(13)

Nunu Nurhayati, 2014

Pengaruh pembelajaran dengan pendekatan reciprocal teaching terhadap peningkatan kemampuan komunikasi dan disposisi matematis siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

THE EFFECT OF LEARNING WITH RECIPROCAL TEACHING APPROACH TOWARD THE INCREASE ENHANCEMENT OF MATHEMATICAL COMMUNICATION AND MATHEMATICAL

DISPOSITION OF JUNIOR SECONDARY SCHOOL STUDENTS NUNU NURHAYATI

ABSTRACT

The main purpose of this study is to determine the impact of learning mathematics with Reciprocal Teaching approach toward the increase enhancement of mathematical communication and disposition ability in junior secondary school students. The method employed in this research is quasi experiment by using pretest-posttest control design. Population of this research is all junior secondary school students from middle level school in Bandung. The number of the samples is 76 students distributed into two classes. The samples of the classes are purposive sampling. Research instrument consists of one set of mathematical communication tests, and one set of mathematical disposition scale, observation sheets and interview guide. Data analysis in this study uses Independent Samples Test (t-test), one-way ANOVA and two-way ANOVA. The results are: (1) increasing mathematical communication and disposition ability students who obtain Reciprocal Teaching learning is better than that of students

who obtain konvensional learning; (2) There was significant difference student’s

mathematical communication ability who obtain Reciprocal Teaching learning

toward student’s prior abilities (upper, middle and lower); (3) There was significant interaction between learning approaches and student’s prior abilities

toward increasing the ability of mathematical communication; (4) There was no

significant interaction between learning approaches and student’s prior abilities

toward mathematical disposition ability.

Key Words: Reciprocal Teaching Approach, Mathematical Communication, and Mathematical Disposition.


(14)

Nunu Nurhayati, 2014

Pengaruh pembelajaran dengan pendekatan reciprocal teaching terhadap peningkatan kemampuan komunikasi dan disposisi matematis siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang semakin pesat di bidang pendidikan menuntut adanya pengembangan sumber daya manusia yang berkualitas yang mampu bersaing secara global. Peningkatan mutu pendidikan merupakan tanggung jawab sekolah, guru, orang tua dan masyarakat pada umumnya. Salah satu upaya yang dilakukan pemerintah dengan menerapkan kurikulum pendidikan yang terus berkembang hingga sekarang. Kurikulum digunakan sebagai suatu penyelenggaraan pendidikan dan sekaligus salah satu indikator mutu pendidikan. Khusus mengenai pembelajaran matematika, pada salah satu Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) pembelajaran matematika bertujuan agar siswa memiliki kemampuan mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah. Kemampuan komunikasi matematis perlu dibangun dan dikembangkan dalam diri siswa. Berkomunikasi diperlukan alat berupa bahasa.

Matematika merupakan salah satu alat bahasa yang digunakan untuk berkomunikasi. Karena hampir semua aspek berhubungan dengan matematika, dimana matematika merupakan bagian dari ilmu pengetahuan yang sangat penting dalam pendidikan, sehingga mata pelajaran matematika diajarkan pada semua tingkat pendidikan, mulai jenjang pendidikan rendah sampai jenjang pendidikan tinggi. Matematika juga merupakan bahasa yang universal dimana untuk simbol-simbol dalam matematika dapat dipahami oleh setiap orang di dunia. Banyak

siswa yang beranggapan bahwa matematika adalah pelajaran yang sulit serta memerlukan suatu pemikiran yang keras dan cerdas. Hal ini menyebabkan siswa tidak semangat dalam belajar matematika. Menumbuhkan sikap senang terhadap matematika merupakan salah satu tujuan pembelajaran matematika dalam KTSP,


(15)

Nunu Nurhayati, 2014

Pengaruh pembelajaran dengan pendekatan reciprocal teaching terhadap peningkatan kemampuan komunikasi dan disposisi matematis siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

diantaranya memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian dan minat dalam mempelajari matematika serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah. Sikap positif terhadap matematika dinamakan disposisi matematis, ini perlu dikembangkan dalam pembelajaran matematika.

Terbukti saat siswa diberikan soal atau tugas, siswa tidak mengerjakan atau malas mengerjakan soal matematika dan lebih suka mengatakan tidak bisa sebelum mencoba mengerjakan soal objek matematika yang abstrak. Sering dijumpai siswa mengandalkan penjelasan dari guru dalam proses pembelajaran. Siswa hanya mencatat apa yang telah dicatat guru di papan tulis dan setiap ada pertanyaan, siswa tidak mau menjawab dan mereka cenderung menunggu jawaban dari guru kemudian mencatatnya. Menurut Asquith et al. (2007) siswa mengalami kesulitan besar dalam menerjemahkan bahasa verbal ke bentuk representasi simbol. Sedangkan Knuth et al. (2005), siswa kelas 6, 7, dan 8 mengalami kesulitan dalam melakukan interpretasi simbol literal dan menggunakan konsep variabel. Kenyataan di lapangan menunjukkan kemampuan komunikasi matematis siswa masih rendah, banyak siswa SMP yang merasa kesulitan dalam menginterpretasikan simbol-simbol matematika.

Hasil penelitian yang dilakukan Firdaus (2005), ditemukan bahwa kemampuan komunikasi matematis siswa masih tergolong rendah. Terdapat lebih dari separuh siswa memperoleh skor kemampuan kurang dari 60% dari skor ideal, sehingga kualitas kemampuan komunikasi matematis siswa belum mencapai kategori baik. Kurangnya keterlibatan siswa dalam kegiatan belajar mengajar, sehingga pembelajaran yang cenderung berpusat pada guru menjadi penyebab dari rendahnya respon siswa terhadap pelajaran matematika. Jika siswa dapat diikutsertakan dalam pembelajaran, maka setidaknya dapat merubah pandangan matematika yang terkesan menakutkan. Hal ini dapat menimbulkan suasana pembelajaran yang lebih aktif dan akan ada timbal balik antara guru dan siswa, sehingga rasa senang terhadap matematika dapat mulai ditanamkan. Menurut


(16)

Nunu Nurhayati, 2014

Pengaruh pembelajaran dengan pendekatan reciprocal teaching terhadap peningkatan kemampuan komunikasi dan disposisi matematis siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Clark et al. (2005), kunci bagi kelas matematika yang menjadikan komunikasi sebagai tujuan utama (rich mathematical tasks). Hal ini sejalan dengan pendapat Brown dan Campione (Clark, 2005) yang beranggapan bahwa lingkungan yang kondusif akan terjadi sharing ide, meningkatkan kualitas dan kuantitas diskusi dan debat termasuk dalam komunikasi matematis siswa.

Within (1992) beranggapan bahwa kemampuan komunikasi menjadi penting ketika terjadi diskusi antar siswa. Keterampilan komunikasi yang dimaksud adalah keterampilan mengungkapkan kemampuan matematis secara lisan maupun tulisan termasuk memahami pernyataan matematis secara tulisan maupun lisan (OECD/PISA 2000, 2003). Dunia pendidikan dengan aktivitas pembelajarannya, khususnya pembelajaran matematika yang merupakan sarana formal untuk mewujudkan aktivitas dan komunikasi matematis, memberikan pengalaman belajar pada siswa untuk memiliki keterampilan dalam pemecahan masalah-masalah matematis. Salah satu cara menurut Cai dan Patricia (2000), guru dapat mempercepat peningkatan komunikasi matematis dengan cara memberikan soal atau tugas matematika dalam berbagai variasi. Selain itu menurut Clark (2005),mengembangkan kemampuan komunikasi matematis siswa dapat diberikan strategi dengan mengarahkan siswa agar aktif memproses berbagai macam ide dan gagasan. Hal ini menandakan bahwa kegiatan pembelajaran matematika yang diimplementasikan kepada siswa SD, SMP, SMA, sampai mahasiswa di LPTK memiliki target yang sama dalam mengembangkan kemampuan matematis.

Ketika memecahkan masalah matematika SD maupun materi matematika yang sudah dipelajari sebelumnya, seharusnya siswa melakukan langkah-langkah kegiatan pemecahan masalah matematis yaitu: mengidentifikasi kecukupan data, membuat model matematis dari suatu situasi atau masalah sehari-hari dan menyelesaikannya, memilih dan menerapkan strategi untuk memecahkan masalah matematika, menjelaskan atau menginterpretasikan hasil sesuai permasalahan asal, memeriksa kebenaran hasil/jawaban, serta menerapkan matematika secara


(17)

Nunu Nurhayati, 2014

Pengaruh pembelajaran dengan pendekatan reciprocal teaching terhadap peningkatan kemampuan komunikasi dan disposisi matematis siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

bermakna (Sumarmo, 2006). Pemecahan masalah matematis, memberi fasilitas belajar mengembangkan dan mengkomunikasikan gagasan. Ketika siswa melakukan proses memecahkan masalah matematis dan memperlihatkan hasil pemecahan masalah, mereka melakukan aktivitas komunikasi. Sebuah konsep digunakan dalam memecahkan masalah, atau hasil memecahkan masalah matematika yang disampaikan oleh seorang guru kepada siswa ataupun siswa mendapatkannya sendiri melalui bacaan, maka saat itu terdapat komunikasi berupa transformasi informasi matematika dari komunikator kepada komunikan. Hal ini sebagai salah satu akibat dari karakteristik matematika itu sendiri yang sarat dengan istilah dan simbol. Karena itu, kemampuan komunikasi matematis menjadi tuntutan khusus. Menurut Elliott dan Kenney, M.J. Eds (1996), kemampuan komunikasi matematis meliputi proses-proses matematis seperti menyatakan suatu masalah matematis ke dalam bentuk gambar, diagram, bahasa/simbol matematis, dan model matematika.

Hal ini sesuai dengan tujuan pembelajaran matematika yang dirumuskan oleh National Counsil of Teacher of Mathematics (1989) yaitu (1) belajar untuk berkomunikasi (mathematical communication), (2) belajar untuk bernalar (mathematical reasoning). (3) belajar untuk memecahkan masalah (mathematical problem soving), (4) belajar untuk mengaitkan ide (mathematical conections), (5) pembentukan sikap positif terhadap matematika (positive attitudes toward mathematics). Pernyataan tersebut merupakan salah satu aspek yang ditekankan dalam kurikulum matematika dan NCTM yaitu meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa. Kemampuan komunikasi matematis pada dasarnya merupakan tujuan dan hasil belajar yang akan dicapai dalam pembelajaran ditingkat manapun, oleh karena itu pembelajaran matematika hendaknya selalu ditujukan agar dapat terwujudnya kemampuan komunikasi matematis sehingga selain dapat menguasai matematika dengan baik siswa juga dapat berprestasi secara optimal.


(18)

Nunu Nurhayati, 2014

Pengaruh pembelajaran dengan pendekatan reciprocal teaching terhadap peningkatan kemampuan komunikasi dan disposisi matematis siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Menurut Saragih (2007) kemampuan komunikasi matematis perlu dikuasai oleh siswa. Kemampuan komunikasi matematis (mathematical communication) dalam pembelajaran matematika perlu diperhatikan, hal ini disebabkan komunikasi matematis dapat mengorganisasi dan mengkonsolidasi berpikir matematis siswa baik secara lisan maupun tulisan. Apabila siswa mempunyai kemampuan komunikasi tentunya akan membawa siswa kepada pemahaman matematika yang mendalam tentang konsep matematika. Hasil studi awal dan wawancara dengan guru matematika di sekolah tempat penelitian dilaksanakan khususnya dalam pembelajaran matematika di SMP selama ini siswa kurang memberikan perhatian terhadap pelajaran matematika dalam pengembangan kemampuan komunikasi matematis, padahal kemampuan komunikasi matematis perlu ditumbuhkembangkan pada diri siswa. Terlihat dari hasil Ujian Nasional Tahun Pelajaran 2012/2013 di sekolah tempat penelitian dilaksanakan diperoleh data bahwa nilai rata-rata untuk matematika masih rendah yaitu 4,41 dan nilai terendah yang diperoleh siswa yaitu 2,00. Hal ini menunjukkan nilai pelajaran matematika di sekolah tempat penelitian masih tergolong rendah bila dibandingkan dengan nilai-nilai pelajaran yang lain. Sekolah tempat penelitian termasuk sekolah kategori sedang dan masih menggunakan Kurikulum 2006 atau KTSP, meskipun secara bertahap di sekolah-sekolah yang lain sekarang sudah diberlakukan kurikulum 2013.

Baroody (1993) menjelaskan bahwa ada dua alasan penting, mengapa komunikasi dalam matematika perlu ditumbuhkembangkan pada diri siswa. Pertama, mathematics as language artinya matematika tidak hanya sekedar alat bantu berpikir (a tool to aid thinking), matematika tidak hanya sebagai alat untuk menemukan pola, menyelesaikan masalah atau mengambil kesimpulan, tetapi matematika juga sebagai alat yang berharga untuk mengkomunikasikan berbagai ide secara jelas, tepat dan cermat. Kedua, mathematics learning as social activity artinya matematika sebagai aktivitas sosial dalam pembelajaran, matematika juga sebagai wahana interaksi antar siswa, dan juga komunikasi antara guru dan siswa.


(19)

Nunu Nurhayati, 2014

Pengaruh pembelajaran dengan pendekatan reciprocal teaching terhadap peningkatan kemampuan komunikasi dan disposisi matematis siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Hal ini merupakan bagian terpenting untuk mempercepat pemahaman matematika siswa. Selain itu juga guru sebaiknya menciptakan kondisi pembelajaran yang kondusif, aktif, dan efektif supaya siswa merasa nyaman ketika belajar matematika.

Rendahnya kemampuan siswa dalam mempelajari matematika juga dipengaruhi oleh kurangnya partisipasi aktif siswa dalam pembelajaran di kelas, dan siswa cenderung tidak berani mengungkapkan atau menjelaskan ide-ide mereka jika diberi soal yang berkaitan dengan mengungkapkan pendapat. Hal ini sangat menghambat siswa untuk dapat menyelesaikan permasalahan yang ada. Partisipasi ini berhubungan erat dengan kemampuan komunikasi matematis siswa. Rendahnya kemampuan komunikasi matematis ini mengakibatkan siswa sulit untuk mencerna soal-soal yang diberikan sehingga mereka tidak bisa memecahkan masalah tersebut. Seorang siswa yang memiliki kemampuan komunikasi yang baik akan dapat dengan mudah mengambil suatu langkah untuk menyelesaikan sebuah persoalan. Selain itu, banyak siswa yang tidak mampu menyatakan benda nyata, gambar dan diagram ke dalam ide matematika, dan juga tidak mampu menyatakan peristiwa sehari-hari dalam bahasa atau simbol matematis. Angraeni dan Turmudi (2012) menyatakan kemampuan penalaran dan komunikasi matematis merupakan dua kemampuan matematis yang harus dimiliki oleh siswa SMP, berdasarkan hasil riset siswa belum memiliki kemampuan tersebut dengan optimal. Hal ini yang mendasari penelitian bahwa kemampuan komunikasi matematis siswa harus dikembangkan pada siswa SMP.

Menurut Suhaedi (2010) dalam studi awalnya, siswa kurang percaya diri dalam menyelesaikan masalah matematis, mengkomunikasikan ide-ide, serta siswa kurang memiliki sikap ketertarikan, keingintahuan, kemampuan untuk menemukan atau kurang tertantang dalam mengerjakan soal matematika. Selain kemampuan komunikasi matematis juga diperlukan sikap yang harus dimiliki oleh siswa, diantaranya adalah menghargai keindahan matematika, menyenangi matematika, memiliki keingintahuan yang tinggi dan senang belajar matematika.


(20)

Nunu Nurhayati, 2014

Pengaruh pembelajaran dengan pendekatan reciprocal teaching terhadap peningkatan kemampuan komunikasi dan disposisi matematis siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Sikap seperti itu, diharapkan siswa dapat mengembangkan kemampuan matematika, menggunakan matematika untuk menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapi dalam hidupnya, dan dapat mengembangkan disposisi matematis. Menurut Webb dan Coxford, Eds (1993), beberapa komponen pembelajaran dan evaluasi matematika yang baik yaitu memilih tugas matematika yang tepat, sehingga pemilihan tugas dilakukan untuk memajukan komunikasi matematis dan mengembangkan disposisi matematis siswa. Pada saat proses pembelajaran berlangsung, sebaiknya guru memberikan tugas yang dapat mengembangkan kemampuan siswa dalam berkomunikasi serta menumbuhkan sikap positif terhadap matematika sehingga tujuan pembelajaran tercapai.

Menurut National Council of Teachers of Mathematics (1989), disposisi matematis memuat tujuh komponen. Adapun ketujuh komponen-komponen itu sebagai berikut, (i) percaya diri dalam menggunakan matematika, (ii) fleksibel dalam melakukan kerja matematika (bermatematika), (iii) gigih dan ulet dalam mengerjakan tugas-tugas matematika, (iv) memiliki rasa ingin tahu dalam bermatematika, (v) melakukan refleksi atas cara berpikir, (vi) menghargai aplikasi matematika, dan (vii) mengapresiasi peranan matematika. Komponen-komponen disposisi matematis tersebut termuat dalam kompetensi matematika dalam ranah afektif yang menjadi tujuan pendidikan matematika di sekolah menurut Kurikulum 2006 adalah memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah (Departemen Pendidikan Nasional, 2006, h. 346).

Disposisi matematis merupakan salah satu faktor yang ikut menentukan keberhasilan belajar siswa. Polking (1998) berpendapat bahwa dedikasi yang tinggi terhadap belajar matematika tersebut dinamakan disposisi matematis. Siswa memerlukan kemampuan disposisi matematis yang akan menjadikan mereka gigih menghadapi masalah yang lebih menantang, untuk bertanggung jawab terhadap belajar mereka sendiri, dan untuk mengembangkan kebiasaan baik di matematika.


(21)

Nunu Nurhayati, 2014

Pengaruh pembelajaran dengan pendekatan reciprocal teaching terhadap peningkatan kemampuan komunikasi dan disposisi matematis siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Menurut NCTM (1989), penilaian disposisi matematis siswa dapat terlihat dari percaya diri dalam menggunakan matematika untuk menyelesaikan masalah, untuk mengkomunikasikan ide-ide dan untuk bernalar dalam bermatematika.

Hasil observasi di lapangan diperoleh data bahwa rata-rata siswa mengalami kesulitan untuk menangkap ide situasi matematis yang diberikan sehingga siswa tidak bisa merepresentasikan secara baik, siswa mengalami kesulitan menggunakan bahasa matematis untuk menyatakan ide-ide matematis secara tepat (kemampuan komunikasi matematis siswa masih rendah). Selain itu juga siswa kurang percaya diri dalam menyelesaikan masalah matematis, mengkomunikasikan ide-ide, serta siswa kurang memiliki sikap ketertarikan, keingintahuan, kemampuan untuk menemukan atau kurang tertantang dalam mengerjakan soal matematika (disposisi matematis siswa masih rendah). Sementara itu dalam pembelajaran matematika, kadang-kadang siswa tidak mengerti apa yang guru jelaskan di depan kelas, komunikasi yang terjadi antara guru dan siswa tidak berjalan dengan baik.

Hal ini disebabkan oleh siswa kurang konsentrasi dalam mendengarkan penjelasan guru, dan mungkin siswa merasa gugup ketika diberi pertanyaan langsung oleh guru. Maka di sinilah peran guru harus bisa menciptakan komunikasi yang baik antara guru dan siswa atau antar sesama siswa, serta guru harus mengembangkan kemampuan komunikasi dan disposisi matematis siswa. Kemampuan siswa yang heterogen dimana ada yang berkemampuan tinggi, sedang, dan rendah berdasarkan kemampuan awal matematis maka setiap siswa dalam memproses atau mengolah informasi suatu materi pelajaran matematika berbeda-beda. Ada sebagian siswa yang senang terhadap pelajaran matematika, dan ada pula sebagian siswa yang tidak menyukai pelajaran matematika karena mereka anggap matematika adalah materi pelajaran yang sulit untuk dipahami.

Sebagaimana hasil observasi yang dilakukan terhadap 28 siswa di SMP N 1 Gandapura kelas VIII, dari data yang diperoleh berdasarkan jawaban angket yang diisi oleh siswa-siswa tersebut menunjukkan bahwa hampir sebagian siswa


(22)

Nunu Nurhayati, 2014

Pengaruh pembelajaran dengan pendekatan reciprocal teaching terhadap peningkatan kemampuan komunikasi dan disposisi matematis siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

tidak menyukai matematika, tidak percaya diri dalam menjawab soal matematika dan tidak memiliki kemauan yang tinggi dalam belajar matematika. Kilpatrick, Swafford, dan Findell (2001) berpendapat bahwa disposisi matematis disebut juga productive disposition (sikap produktif), yakni tumbuhnya sikap positif serta kebiasaan untuk melihat matematika sebagai sesuatu yang logis, berguna dan berfaedah. Oleh karena itu, disposisi matematis siswa merupakan suatu hal yang harus ada dalam diri siswa yang berguna untuk meningkatkan motivasi dan prestasi siswa dalam belajar matematika.

Hal ini didukung dengan studi pendahuluan yang dilakukan oleh (Kusumawati, 2010) pada siswa SMP peringkat tinggi, sedang, dan rendah sebanyak 297 orang di kota Palembang. Hasil studi menunjukkan persentase skor rerata disposisi matematis siswa baru mencapai 58% yang diklasifikasikan rendah. Selain itu, dilihat dari proses pembelajaran yang digunakan guru masih dominan menggunakan pembelajaran biasa. Pada pembelajaran ini, guru dipandang sebagai sumber pengetahuan dan siswa hanya perlu menerima pengetahuan tersebut tanpa harus terlibat secara maksimal dalam proses pembelajaran di kelas. Hal ini berdampak pada rendahnya kemampuan komunikasi dan berpikir matematis siswa sebagaimana dijelaskan di atas. Hasil penelitian Anggraeni dan Sumarmo (2013) juga menunjukkan kemampuan komunikasi matematis siswa dengan pembelajaran kontekstual tergolong sedang, jika dibandingkan dengan kemampuan komunikasi matematis siswa tergolong rendah yang memperoleh pembelajaran konvensional.

Komunikasi matematis (Mathematical Communication) adalah refleksi pemahaman matematis. Shadiq (2004) menyarankan dalam memecahkan masalah dilengkapi dengan pengembangan keterampilan memberikan penjelasan dan mengkomunikasikan hasil pemecahan masalah. Aktivitas ini relevan dengan pernyataan Sumarmo (2006) bahwa keterampilan mengkomunikasikan dan memecahkan masalah adalah sebagian target pembelajaran matematika. Karena itu seharusnya pula siswa dalam memecahkan masalah matematika seakan-akan berbicara dan menulis tentang apa yang sedang dikerjakan. Menuliskan hasil


(23)

Nunu Nurhayati, 2014

Pengaruh pembelajaran dengan pendekatan reciprocal teaching terhadap peningkatan kemampuan komunikasi dan disposisi matematis siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

penyelesaian masalah matematika, mendorong siswa untuk merefleksikan pekerjaan mereka dan mengklarifikasi ide-ide untuk mereka. Ketika siswa dilibatkan secara komunikatif dalam mengerjakan masalah matematis, berarti mereka diminta untuk memikirkan ide-ide mereka, atau berbicara dan mendengarkan siswa lain, dalam berbagi ide, strategi dan solusi. Oleh karena itu, keterampilan komunikasi matematis perlu pula dimiliki oleh siswa. Selain itu juga Costa (Costa, Ed., 2001) dalam upaya merespon dan mencari solusi masalah terutama masalah yang kompleks diperlukan disposisi yang kuat dan perilaku cerdas (habits of mind).

Selain kemampuan yang berkaitan dengan keterampilan komunikasi dan pemecahan masalah matematis, juga perlu dikembangkan sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam memecahkan masalah (Departemen Pendidikan Nasional, 2006). Pengembangan ranah afektif yang menjadi tujuan pendidikan matematika di setiap jenjang sekolah menurut Kurikulum 2006 tersebut hakekatnya adalah menumbuhkan dan mengembangkan disposisi matematis. Pentingnya pengembangan disposisi matematis sesuai dengan pernyataan Sumarmo (2010) bahwa:

“… dalam belajar matematika siswa dan mahasiswa perlu mengutamakan

pengembangan kemampuan berfikir dan disposisi matematik. Pengutamaan tersebut menjadi semakin penting manakala dihubungkan dengan tuntutan kemajuan IPTEKS dan suasana bersaing yang semakin ketat terhadap lulusan semua jenjang pendidikan”

Disposisi matematis siswa berkembang ketika mereka mempelajari aspek kompetensi matematis. Sebagai contoh, ketika siswa membangun kompetensi strategi dalam menyelesaikan persoalan non-rutin, banyak konsep yang dipelajari dan dipahami, sehingga persoalan tersebut dapat diselesaikan, pada akhirnya matematika itu dapat dikuasai. Sebaliknya, bila siswa jarang diberikan tantangan berupa persoalan matematika untuk diselesaikan, mereka cenderung menjadi menghafal daripada mengikuti cara-cara belajar matematika yang semestinya.


(24)

Nunu Nurhayati, 2014

Pengaruh pembelajaran dengan pendekatan reciprocal teaching terhadap peningkatan kemampuan komunikasi dan disposisi matematis siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Contoh tersebut menimbulkan dua sikap yang berbeda. Perlakuan contoh pertama akan menimbulkan sikap percaya diri karena siswa mampu menyelesaikan masalah matematis. Perlakuan yang kedua akan menimbulkan sikap mudah menyerah ketika dihadapkan pada masalah, karena siswa tidak terlatih menghadapi tantangan. Komunikasi matematis dan disposisi matematis harus dikembangkan untuk membantu siswa dalam menyelesaikan masalah-masalah matematika. Oleh karena itu, dibutuhkan strategi pengajaran dan pendekatan pembelajaran yang tepat untuk meningkatkan kemampuan komunikasi siswa dalam menyelesaikan masalah-masalah matematis tersebut.

Salah satu upaya untuk membangun kemampuan komunikasi dan disposisi matematis siswa adalah melalui penerapan pembelajaran yang tepat, yang salah satunya yaitu dengan menerapkan pembelajaran matematika dengan menggunakan pendekatan Reciprocal Teaching. Palinscar dan Brown (1984), Reciprocal Teaching merupakan suatu prosedur pembelajaran yang didesain untuk mempertinggi pemahaman dan bernalar siswa terhadap suatu materi. Pembelajaran matematika dengan pendekatan Reciprocal Teaching dapat membantu mengembangkan kegiatan membaca, menulis, dan pola pikir matematika serta dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk saling menjelaskan, mengkomunikasikan ide, saling berbagi informasi dan bekerja sama membangun pemahaman matematika dalam kelompok belajar.

Penerapan pembelajaran matematika dengan pendekatan Reciprocal Teaching merupakan salah satu model pembelajaran yang memiliki manfaat agar tujuan pembelajaran tercapai melalui kegiatan belajar mandiri atau kelompok, dan siswa mampu menjelaskan temuannya kepada pihak lain. Menurut Palinscar dan Brown (Slavin, 2008) penelitian terhadap Reciprocal Teaching menunjukkan bagaimana strategi pembelajaran langsung dapat meningkatkan pengaruh dari sebuah teknik yang berhubungan dengan pembelajaran kooperatif. Sejalan dengan pendapat Brenner (1998) pembentukan kelompok-kelompok kecil memudahkan pengembangan kemampuan komunikasi matematis.


(25)

Nunu Nurhayati, 2014

Pengaruh pembelajaran dengan pendekatan reciprocal teaching terhadap peningkatan kemampuan komunikasi dan disposisi matematis siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Reciprocal Teaching merupakan pendekatan pembelajaran dimana cara guru menyampaikan bahan ajar sehingga dapat diadaptasi oleh siswa, serta diterapkan gaya belajar melalui kegiatan mengajarkan teman. Pembelajaran ini membuat siswa berperan sebagai guru menggantikan peran guru untuk mengajarkan teman-temannya. Menurut Alverman dan Phelps (1998), Reciprocal Teaching mempunyai dua ciri utama yaitu instruksi dan praktek, dimana para siswa belajar untuk menggantikan peran guru dalam membantu mereka membangun pemahaman. Guru lebih berperan sebagai model yang menjadi contoh, fasilitator (memberi fasilitas) yang memberikan kemudahan dan pembimbing yang melakukan scaffolding. Scaffolding adalah bimbingan yang diberikan oleh orang yang lebih tahu terhadap orang yang kurang atau belum tahu, misalkan guru kepada siswa atau siswa yang pandai dengan siswa yang kurang pandai. Palinscar dan Brown (1984) menyatakan bahwa guru mengajar keterampilan-keterampilan kognitif (pengetahuan) yang penting kepada siswa dengan cara menciptakan pengalaman-pengalaman belajar.

Menurut Palinscar (1986), Reciprocal Teaching dapat disusun dengan menggunakan empat tahapan yang bisa diterapkan secara fleksibel yaitu ringkasan, pertanyaan lanjutan, klarifikasi dan prediksi. Reciprocal Teaching adalah suatu pendekatan pembelajaran yang menerapkan empat tahapan pemahaman mandiri, yaitu menyimpulkan bahan ajar, menyusun pertanyaan dan menyelesaikannya, menjelaskan kembali pengetahuan yang telah diperolehnya, kemudian memprediksikan pertanyaan selanjutnya dari persoalan yang disodorkan kepada siswa. Umumnya aktivitas siswa selama pembelajaran berlangsung hanya mengikuti perintah guru sehingga kreativitas mereka kurang berkembang secara maksimal.

Penggunaan Reciprocal Teaching akan menjadi kesempatan bagi siswa untuk mengembangkan kemampuan komunikasi sehingga hasil belajarnya akan meningkat sebab dalam penerapan Reciprocal Teaching siswa dapat menyalurkan kemampuan komunikasi yang ada pada dirinya. Hasil penelitian didapat


(26)

temuan-Nunu Nurhayati, 2014

Pengaruh pembelajaran dengan pendekatan reciprocal teaching terhadap peningkatan kemampuan komunikasi dan disposisi matematis siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

temuan penting antara lain: siswa memahami konsep pokok bahasan dari aktivitas membaca bacaan dan merangkum jika bacaan yang disediakan berhubungan langsung dengan kehidupan sehari-hari dan dirampung menjadi sebuah permasalahan, siswa menunjukkan kemampuan komunikasi dan berpikir kreatifnya dengan membuat pertanyaan yang bervariasi dan memprediksi jawaban yang bervariasi juga, siswa mampu mengkomunikasikan hasil pekerjaannya di depan kelas pada kegiatan klarifikasi tanpa takut salah dan jika ternyata hasil pekerjaannya salah, dengan besar hati mereka meminta maaf kepada siswa lainnya. Kelebihan Reciprocal Teaching adalah semua pembelajaran terpusat pada siswa sehingga siswa terlibat langsung secara aktif dan akan lebih membuat siswa mengingat konsep yang dipelajari serta dapat meningkatkan kemampuan komunikasi siswa dan kelemahan Reciprocal Teaching adalah guru harus bekerja ekstra dalam membimbing siswa agar tidak salah dalam memahami konsep yang dipelajari serta tidak semua materi pelajaran dalam matematika dapat diterapkan dengan Reciprocal Teaching.

Penelitian yang dilakukan Wahidin (2012) bahwa kemampuan berpikir kritis dan disposisi matematis siswa yang menggunakan pembelajaran matematika dengan Reciprocal Teaching lebih baik daripada siswa yang menggunakan pembelajaran konvensional. Selain itu Giangrave (2006), Reciprocal Teaching

efektif dapat meningkatkan kemampuan membaca dan pemahaman siswa SMP. Berdasarkan pengamatan dan penilaian yang dilakukan terhadap aktivitas siswa selama mengikuti kegiatan pembelajaran diperoleh: keaktifan siswa dalam pembelajaran ini adanya peningkatan persentase aktivitas siswa secara klasikal. Hasil tersebut menunjukkan bahwa pembelajaran matematika dengan menggunakan Reciprocal Teaching dapat digunakan sebagai salah satu alternatif model pembelajaran di kelas. Penggunaan Reciprocal Teaching dalam pembelajaran matematika diharapkan dapat meningkatkan motivasi, hasil belajar dan dapat mengembangkan kemampuan komunikasi dan disposisi matematis siswa terutama pada siswa SMP. Karena pembelajaran matematika tidak hanya


(27)

Nunu Nurhayati, 2014

Pengaruh pembelajaran dengan pendekatan reciprocal teaching terhadap peningkatan kemampuan komunikasi dan disposisi matematis siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dimaksudkan untuk mengembangkan aspek kognitif saja, melainkan juga aspek afektif.

Berdasarkan observasi dan wawancara di lapangan menunjukkan bahwa beberapa siswa yang merasa kurang mampu dan tidak percaya diri dalam menyelesaikan suatu permasalahan matematika yang diberikan jadi kurang bersemangat dan kurang fokus dalam proses belajar mengajar di kelas, ada beberapa dari mereka yang tidak pandai menggunakan operasi hitung perkalian dan pembagian, sehingga sering meniru hasil pekerjaan teman tetapi tidak sedikit juga siswa yang mengosongkan lembar jawabannya. Hal ini juga disebabkan karena siswa belum memahami konsep dasar operasi hitung dan belum begitu terbiasa dalam menyelesaikan suatu masalah matematika dari penggunaan simbol-simbol matematis dari operasi konkret ke penerapan operasi formal. Siswa juga menjadi kurang percaya diri melakukan proses doing math, terlihat menyerah terlebih dahulu sebelum mencoba menyelesaikan soal tersebut, baik dengan membuat coretan, membuat gambar yang dapat membantu mempermudah menyelesaikan masalah matematika.

Oleh sebab itu, guru berusaha mengembangkan disposisi matematis siswa dalam pembelajaran yang menuntut keterlibatan siswa untuk aktif dalam proses mengkomunikasikan pembentukan pengetahuan dan menggabungkan pengetahuan yang telah dipelajari dengan pengetahuan yang dimilikinya dalam memecahkan suatu permasalahan matematis. Salah satu cara yang disarankan oleh Talia & Jhon (2002), siswa harus didorong untuk membangkitkan dan menjelaskan prosedur matematika dengan cara dan pemikiran mereka sendiri atau menemukan cara yang paling efisien dalam pemecahan masalah matematis. Pendekatan pembelajaran yang dapat memfasilatasi ini salah satunya ialah pembelajaran Reciprocal Teaching, siswa didorong untuk aktif dan berpikir sendiri, menganalisa argumen sendiri, sehingga dapat menjelaskan prinsip atau prosedur matematika yang telah dipersiapkan oleh guru melalui bahan ajar.


(28)

Nunu Nurhayati, 2014

Pengaruh pembelajaran dengan pendekatan reciprocal teaching terhadap peningkatan kemampuan komunikasi dan disposisi matematis siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Adanya peran penting antara kemampuan komunikasi dan disposisi matematis yang harus dikembangkan pada diri siswa dalam pembelajaran matematika SMP, hal ini menjadi pertimbangan peneliti untuk memfokuskan pembahasan beberapa indikator disposisi yang mendukung dengan pengembangan komunikasi matematis. Terdapat beberapa hal yang perlu diungkap secara mendalam terkait dengan pembelajaran matematika berdasarkan pendekatan Reciprocal Teaching, yaitu apakah pembelajaran Reciprocal Teaching dapat meningkatkan kemampuan komunikasi dan disposisi matematis siswa SMP, dan apakah terdapat interaksi antara pembelajaran dan kemampuan awal matematis siswa yang diklasifikasikan dalam kelompok tinggi, sedang, dan rendah terhadap peningkatan kemampuan komunikasi dan disposisi matematis.

Kemampuan matematika siswa yang diklasifikasikan dalam kelompok tinggi, sedang, dan rendah memberikan kontribusi pada kemampuan komunikasi dan disposisi matematis siswa terhadap matematika sehingga pada akhirnya dapat memperngaruhi hasil belajar matematika. Pendapat yang terkait dengan perbedaan kemampuan yang dimiliki setiap individu atau siswa dikemukakan oleh Hamalik (2009) mengatakan perlu dipertimbangkan dan diperhatikan perbedaan individual dalam situasi pembelajaran. Pencapaian tingkat pertumbuhan dan perkembangan yang diharapkan pada diri siswa maka guru harus memperhatikan keadaan individu seperti minat, kemampuan dan latar belakangnya. Pendapat yang sejalan dengan hal ini dikemukakan Suherman dkk (2003) mengatakan perbedaan individu di kelas berimplikasi bahwa guru diisyaratkan untuk mempertimbangkan bagaimana menerapkan pembelajaran matematika agar dapat melayani secara cukup perbedaan-perbedaan individu siswa.

Uno dan Lamatenggo (2010) mengatakan bahwa karakteristik siswa merupakan salah satu variabel dari kondisi pembelajaran. Variabel tersebut didefinisikan sebagai aspek-aspek yang terdiri dari bakat, minat, sikap, motivasi belajar, gaya belajar, kemampuan berpikir, dan kemampuan awal yang telah dimilikinya. Kemampuan awal amat penting peranannya dalam meningkatkan


(29)

Nunu Nurhayati, 2014

Pengaruh pembelajaran dengan pendekatan reciprocal teaching terhadap peningkatan kemampuan komunikasi dan disposisi matematis siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

kebermaknaan pembelajaran, yang selanjutnya membawa dampak dalam memudahkan proses-proses internal yang berlangsung dalam diri siswa ketika belajar. Setiap kemampuan awal siswa bervariasi tingkat penguasaannya sehingga hal inlah yang dijadikan pedoman dalam merancang bentuk pembelajaran. Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa setiap individu atau siswa mempunyai kemampuan awal yang berbeda-beda dalam memahami materi pembelajaran. Kemampuan awal memiliki peranan penting sebagai bahan pertimbangan dalam pengembangan rancangan pembelajaran, khususnya dalam pemilihan strategi atau pendekatan pembelajaran. Menurut Ruseffendi (Saragih, 2007) dari sekelompok siswa yang dipilih secara acak akan selalu dijumpai siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang, dan rendah, hal ini dikarenakan kemampuan siswa menyebar secara distribusi normal. Oleh karena itu pemilihan pendekatan pembelajaran harus dapat menyesuaikan kemampuan matematika siswa yang heterogen sehingga memaksimalkan hasil belajar siswa.

Menurut Saragih (2007) mengatakan bagi siswa yang memiliki kemampuan sedang atau rendah, apabila pendekatan pembelajaran yang digunakan guru menarik, sesuai dengan tingkat kognitif siswa sangat dimungkinkan pemahaman siswa akan lebih cepat yang pada akhirnya dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika dan sikap siswa dalam matematika. Sebaliknya bagi siswa yang memiliki kemampuan tinggi, pengaruh pendekatan pembelajaran terhadap kemampuan pemecahan masalah matematika dan sikap siswa dalam matematika tidak terlalu besar. Penyebabnya adalah karena siswa kemampuan tinggi akan lebih cepat memahami matematika, walaupun pembelajarannya tidak memakai metode yang menarik atau kontekstual, bahkan mungkin merasa bosan dengan pendekatan yang menurut kelompok siswa kemampuan sedang atau rendah sangat cocok. Oleh karena itu, keputusan untuk menerapkan pendekatan pembelajaran dalam suatu proses pembelajaran di kelas perlu mempertimbangkan perbedaan kemampuan matematika siswa.


(30)

Nunu Nurhayati, 2014

Pengaruh pembelajaran dengan pendekatan reciprocal teaching terhadap peningkatan kemampuan komunikasi dan disposisi matematis siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Kemampuan siswa dalam matematika dapat diketahui dengan mengadakan tes awal, tes akhir, tes inteligensi, dari hasil prestasi belajar sebelumnya, prestasi belajar selama mengikuti pembelajaran dan sebagainya. Terkait dengan subjek penelitian yaitu siswa SMP, maka peneliti mengkategorikan kemampuan siswa menjadi kelompok tinggi, sedang, dan rendah berdasarkan hasil pemberian tes kemampuan awal matematis yaitu dengan melihat nilai tes yang diberikan mengenai materi matematika sebelumnya dengan tujuan untuk mengetahui perbedaan kemampuan siswa pada setiap kelompok pada saat belajar matematika terhadap kemampuan komunikasi dan disposisi matematis.

Menurut Reigeluth dan Merrill (Uno dan Lamatenggo, 2010) dalam pengembangan teori belajar meliputi klasifikasi variabel-variabel pembelajaran yang terdiri dari kondisi pembelajaran, metode pembelajaran, dan hasil pembelajaran. Kondisi pembelajaran didefinisikan sebagai faktor yang memperngaruhi efek metode dalam meningkatkan hasil pembelajaran. Kondisi pembelajaran berinteraksi dengan metode pembelajaran, dan hakikatnya tidak dapat dimanipulasi. Metode pembelajaran didefinisikan sebagai cara-cara berbeda untuk mencapai pembelajaran yang berbeda dengan kondisi pembelajaran yang berbeda. Sedangkan hasil pembelajaran mencakup semua efek yang dijadikan sebagai indikator tentang nilai dari penggunaan metode pembelajaran di bawah kondisi pembelajaran yang berbeda. Hasil pembelajaran biasanya berupa hasil nyata dan hasil yang diinginkan. Hasil pembelajaran dilihat dari kemampuan siswa dalam menerima suatu pembelajaran.

Saat ini sekolah-sekolah SMP maupun SMA di kota atau kabupaten telah dikelompokkan menjadi peringkat tinggi, peringkat sedang, dan peringkat rendah. Biasanya penerimaan siswa baru di SMA diseleksi berdasarkan hasil nilai ujian nasional SMP. Akibatnya SMA peringkat tinggi diisi oleh siswa lulusan SMP yang mempunyai nilai ujian nasional yang tinggi, SMA peringkat sedang diisi oleh siswa lulusan SMP yang mempunyai nilai ujian nasional yang sedang, dan SMA peringkat rendah diisi oleh siswa lulusan SMP yang mempunyai nilai ujian


(31)

Nunu Nurhayati, 2014

Pengaruh pembelajaran dengan pendekatan reciprocal teaching terhadap peningkatan kemampuan komunikasi dan disposisi matematis siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

nasional yang rendah (Mulyana, 2009). Fenomena seperti ini tidak hanya terjadi pada siswa SMA tetapi hal ini juga terjadi pada siswa SMP, bahkan SMP di kota atau kabupaten telah dikelompokkan menjadi SMP peringkat tinggi, peringkat sedang, peringkat rendah, dan penerimaan siswa baru diseleksi berdasarkan hasil nilai ujian nasional SD. Prosedur penerimaan siswa SMP baru diharapkan prestasi siswa SMP dengan kualisi tertentu akan lebih baik dari prestasi siswa SMP dengan kualisi di bawahnya. Maka dari itu hal penting yang harus dikembangkan pada siswa SMP yaitu kemampuan matematis, karena matematika merupakan mata pelajaran yang terdapat pada ujian nasional.

Menurut Syah (2010) mengatakan bahwa pendekatan belajar dan strategi belajar atau kiat melaksanakan pendekatan serta metode belajar termasuk faktor-faktor yang turut menentukan tingkat efisiensi dan keberhasilan belajar siswa. Sering terjadi seorang siswa yang memiliki kemampuan ranah cipta yang lebih tinggi daripada teman-temannya, ternyata hanya mampu mencapai hasil yang sama dengan yang dicapai temen-temannya. Bahkan bukan hal yang mustahil jika suatu saat siswa cerdas tersebut mengalami kemorosotan prestasi yang lebih rendah daripada prestasi temannya yang berkapasitas rata-rata dan sebaliknya, seorang siswa yang sebenarnya hanya memiliki kemampuan sedang atau rendah dapat mencapai puncak prestasi sampai batas optimal kemampuannya yang memuaskan, lantaran menggunakan pendekatan belajar yang efisien dan efektif. Demikian terlihat bagaimana tipikal pembelajaran mampu memberikan kontribusi secara efektif dan efisien pada berbagai kelompok kemampuan awal matematis.

Suatu kelompok siswa di dalam kelas sering dijumpai siswa yang berkemampuan tinggi, sedang, dan rendah. Kondisi ini bukanlah berdasarkan bawaan lahir, melainkan dipengaruhi oleh kondisi lingkungannya (Isrok’atun, 2014). Oleh karena itu diperlukan lingkungan proses pembelajaran yang dapat mengembangkan kemampuan setiap siswa, baik kemampuan komunikasi matematis maupun disposisi matematis siswa. Bagi siswa dengan kemampuan matematika tinggi (pandai), model atau pendekatan pembelajaran yang diterapkan


(32)

Nunu Nurhayati, 2014

Pengaruh pembelajaran dengan pendekatan reciprocal teaching terhadap peningkatan kemampuan komunikasi dan disposisi matematis siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

terkadang tidak menjadi faktor utama dalam mengembangkan kemampuannya (Isrok’atun, 2014). Pembelajaran Reciprocal Teaching dimungkinkan dapat mengembangkan kemampuan komunikasi matematis serta disposisi matematis siswa kategori sedang bahkan siswa kategori rendah. Meskipun demikian, masih ada kemungkinan pembelajaran Reciprocal Teaching berhasil diterapkan pada siswa berkemampuan matematika tinggi. Jika dibandingkan pada siswa dengan kemampuan awal matematis sedang dan rendah. Oleh karena itu, kemampuan awal matematis siswa menjadi salah satu aspek yang dijadikan parameter dalam melihat peningkatan kemampuan siswa.

Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk meneliti apakah pembelajaran dengan pendekatan Reciprocal Teaching dapat mengembangkan kemampuan komunikasi dan disposisi matematis siswa. Oleh karena itu, penulis mengajukan penelitian dengan judul: “Pengaruh Pembelajaran dengan Pendekatan Reciprocal Teaching terhadap Peningkatan Kemampuan Komunikasi dan Disposisi Matematis Siswa SMP”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan sebelumnya, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Apakah penerapan pembelajaran dengan pendekatan Reciprocal Teaching dapat meningkatkan kemampuan komunikasi dan disposisi matematis siswa?”. Selanjutnya rumusan masalah tersebut dijabarkan dalam pertanyaan penelitian sebagai berikut.

1. Apakah peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa yang belajar dengan pembelajaran Reciprocal Teaching lebih tinggi daripada siswa yang belajar dengan pembelajaran konvensional?

2. Apakah terdapat perbedaan peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa yang belajar dengan pembelajaran Reciprocal Teaching bila ditinjau berdasarkan kategori kemampuan awal matematis (tinggi, sedang, dan rendah)?


(33)

Nunu Nurhayati, 2014

Pengaruh pembelajaran dengan pendekatan reciprocal teaching terhadap peningkatan kemampuan komunikasi dan disposisi matematis siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

3. Apakah terdapat interaksi yang signifikan antara pembelajaran (Reciprocal Teaching dan konvensional) dan kemampuan awal matematis siswa (tinggi, sedang, dan rendah) terhadap peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa?

4. Apakah disposisi matematis siswa yang belajar dengan pembelajaran Reciprocal Teaching lebih baik daripada siswa yang belajar dengan pembelajaran konvensional?

5. Apakah terdapat interaksi yang signifikan antara pembelajaran (Reciprocal Teaching dan konvensional) dan kemampuan awal matematis siswa (tinggi, sedang, dan rendah) terhadap disposisi matematis siswa?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang telah diuraikan, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Mengkaji peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa yang belajar dengan pembelajaran Reciprocal Teaching dan siswa yang belajar dengan pembelajaran konvensional.

2. Mengetahui dan mengkaji perbedaan peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa yang belajar dengan pembelajaran Reciprocal Teaching ditinjau berdasarkan kategori kemampuan awal matematis (tinggi, sedang, dan rendah).

3. Mengkaji ada tidaknya interaksi antara pembelajaran (Reciprocal Teaching dan konvensional) dan kemampuan awal matematis siswa (tinggi, sedang, dan rendah) terhadap peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa.

4. Mengkaji disposisi matematis siswa yang belajar dengan pembelajaran Reciprocal Teaching dan siswa yang belajar dengan pembelajaran konvensional.


(34)

Nunu Nurhayati, 2014

Pengaruh pembelajaran dengan pendekatan reciprocal teaching terhadap peningkatan kemampuan komunikasi dan disposisi matematis siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

5. Mengkaji ada tidaknya interaksi antara pembelajaran (Reciprocal Teaching dan konvensional) dan kemampuan awal matematis siswa (tinggi, sedang, dan rendah) terhadap disposisi matematis siswa.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan beberapa manfaat sebagai berikut.

1. Manfaat Ketika Proses Penelitian

a. Siswa dapat berlatih dan mengembangkan kemampuan komunikasi matematis dan disposisi matematis.

b. Guru yang terlibat dalam penelitian ini dapat mengembangkan wawasan tentang penerapan pembelajaran Reciprocal Teaching.

2. Manfaat Hasil Penelitian a. Manfaat Toeritis

(1) Bagi guru, penelitian ini dapat dijadikan bahan masukan dalam memilih dan menggunakan pendekatan pembelajaran untuk mengembangkan kemampuan komunikasi dan disposisi matematis siswa dalam rangka meningkatkan kualitas pembelajaran.

(2) Bagi peneliti lain, penelitian ini dapat dijadikan acuan atau referensi untuk melakukan penelitian selanjutnya sebagai landasan berpijak untuk peneliti lain (penelitian yang relevan) serta membuka wawasan penelitian bagi para ahli pendidikan matematika untuk mengembangkannya dalam lingkup yang lebih luas.

(3) Bagi dunia pendidikan, penelitian ini memberikan sumbangan pemikiran dalam melaksanakan pembelajaran khususnya bagi guru-guru yang mengajarkan mata pelajaran matematika dalam rangka meningkatkan kualitas pendidikan.


(35)

Nunu Nurhayati, 2014

Pengaruh pembelajaran dengan pendekatan reciprocal teaching terhadap peningkatan kemampuan komunikasi dan disposisi matematis siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Manfaat praktis dari penelitian ini dapat memberikan informasi tentang pengaruh pembelajaran dengan pendekatan Reciprocal Teaching terhadap peningkatan kemampuan komunikasi dan disposisi matematis siswa SMP.


(36)

Nunu Nurhayati, 2014

Pengaruh pembelajaran dengan pendekatan reciprocal teaching terhadap peningkatan kemampuan komunikasi dan disposisi matematis siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan suatu eksperimen semu (kuasi eksperimen) berdesain kelompok kontrol pretes-postes yang bertujuan untuk menelaah pengaruh pembelajaran dengan pendekatan Reciprocal Teaching dan kemampuan awal matematis siswa terhadap peningkatan kemampuan komunikasi dan pencapaian disposisi matematis siswa, menganalisis eksistensi interaksi antara pembelajaran dan kemampuan awal matematis siswa terhadap peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa. Penelitian quasi experiment atau eksperimen semu yang terdiri dari dua kelompok penelitian yaitu kelas eksperimen merupakan kelompok siswa yang pembelajarannya menggunakan Reciprocal Teaching dan kelas kontrol adalah kelompok siswa yang pembelajarannya menggunakan pembelajaran konvensional. Penggunaan quasi experiment dikarenakan penelitian dilakukan dalam setting sosial dan berasal dari suatu lingkungan yang telah ada yaitu siswa dalam kelas dan tidak memungkinkan adanya pemilihan sampel secara acak.

Desain penelitian untuk aspek kognitif yaitu kemampuan komunikasi matematis menggunakan desain kelompok kontrol non-ekuivalen. Penelitian ini menggunakan desain kelompok Pretest-Posttest Control Group Design (Ruseffendi, 2005: 52) sebagai berikut.

Kelas Eksperimen : O X O

Kelas Kontrol : O O

Keterangan:

O = Pretes atau Postes kemampuan komunikasi matematis


(37)

Nunu Nurhayati, 2014

Pengaruh pembelajaran dengan pendekatan reciprocal teaching terhadap peningkatan kemampuan komunikasi dan disposisi matematis siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu = Pengambilan sampel tidak dilakukan secara acak

Sugiyono (2009) menyatakan bahwa metode penelitian kuasi eksperimen dapat diartikan sebagai metode penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang terkendalikan. Pada penelitian ini ada dua kelompok subjek penelitian yaitu kelompok eksperimen yang melakukan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan Reciprocal Teaching dan kelompok kontrol yang melakukan pembelajaran dengan pendekatan konvensional. Masing-masing kelas penelitian diberi pretes dan postes, tidak ada perlakuan khusus yang diberikan pada kelas kontrol. Bertujuan untuk melihat secara lebih mendalam pengaruh penggunaan pendekatan Reciprocal Teaching terhadap kemampuan komunikasi matematis serta disposisi matematis siswa yang melibatkan faktor kemampuan awal matematis siswa (tinggi, sedang, dan rendah).

Adapun desain penelitian untuk aspek afektif yaitu disposisi matematis siswa menggunakan desain eksperimen perbandingan kelompok statik (Ruseffendi, 2005: 49). Desain ini digambarkan seperti berikut.

X O

O

Keterangan:

O = Postes skala disposisi matematis siswa

X = Pembelajaran dengan menggunakan pendekatan Reciprocal Teaching = Pengambilan sampel tidak dilakukan secara acak

Melihat secara lebih mendalam pengaruh pembelajaran Reciprocal Teaching terhadap kemampuan komunikasi matematis serta disposisi matematis siswa, maka dalam penelitian ini faktor kategori kemampuan awal matematis (KAM) siswa yaitu KAM tinggi, sedang, dan rendah juga diperhatikan.


(38)

Nunu Nurhayati, 2014

Pengaruh pembelajaran dengan pendekatan reciprocal teaching terhadap peningkatan kemampuan komunikasi dan disposisi matematis siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Arikunto (2006: 119) menjelaskan bahwa variabel bebas atau variabel independen merupakan variabel yang mempengaruhi atau menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen (terikat). Sedangkan variabel terikat atau variabel dependen merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas.

Variabel-variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Variabel bebas berupa pendekatan pembelajaran yang digunakan, yaitu pembelajaran dengan menggunakan pendekatan Reciprocal Teaching dan pembelajaran konvensional.

2. Variabel terikat berupa kemampuan komunikasi dan disposisi matematis siswa. 3. Variabel kontrol yaitu kemampuan awal matematis siswa (tinggi, sedang, dan

rendah).

Keterkaitan antara variabel bebas, variabel terikat, dan variabel kontrol disajikan dalam model Weiner pada Tabel 3.1 berikut.

Tabel 3.1

Tabel Weiner tentang Keterkaitan antara Variabel Bebas, Variabel Terikat, dan Variabel kontrol

Tingkat KAM

Pendekatan Pembelajaran

PRT (E) PK (K)

KKM DM KKM DM

Tinggi (T) KKM TE DM TE KKM TK DM TK Sedang (S) KKM SE DM SE KKM SK DM SK Rendah (R) KKM RE DM RE KKM RK DM SK

Keseluruhan KKM E DM E KKM K DM K

Keterangan:

KKM : Kemampuan Komunikasi Matematis DM : Disposisi Matematis

KKM TE :Kemampuan komunikasi matematis siswa kelompok tinggi yang mendapat pembelajaran Reciprocal Teaching

KKM SE :Kemampuan komunikasi matematis siswa kelompok sedang yang mendapat pembelajaran Reciprocal Teaching

KKM RE :Kemampuan komunikasi matematis siswa kelompok rendah yang mendapat pembelajaran Reciprocal Teaching


(39)

Nunu Nurhayati, 2014

Pengaruh pembelajaran dengan pendekatan reciprocal teaching terhadap peningkatan kemampuan komunikasi dan disposisi matematis siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DM TE :Disposisi matematis siswa kelompok tinggi yang mendapat pembelajaran Reciprocal Teaching

DM SE :Disposisi matematis siswa kelompok sedang yang mendapat pembelajaran Reciprocal Teaching

DM RE :Disposisi matematis siswa kelompok rendah yang mendapat pembelajaran Reciprocal Teaching

KKM TK :Kemampuan komunikasi matematis siswa kelompok tinggi yang mendapat pembelajaran Konvensional

KKM SK :Kemampuan komunikasi matematis siswa kelompok sedang yang mendapat pembelajaran Konvensional

KKM RK :Kemampuan komunikasi matematis siswa kelompok rendah yang mendapat pembelajaran Konvensional

DM TK :Disposisi matematis siswa kelompok tinggi yang mendapat pembelajaran Konvensional

DM SK :Disposisi matematis siswa kelompok sedang yang mendapat pembelajaran Konvensional

DM RK :Disposisi matematis siswa kelompok rendah yang mendapat pembelajaran Konvensional

C. Subjek Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di salah satu SMP Negeri di Kabupaten Bandung Barat. Alasan pemilihan subjek yaitu (1) dipilih sekolah peringkat dalam klasifikasi sedang, kemampuan akademik siswanya heterogen sehingga dapat mewakili siswa dari tingkat kemampuan tinggi, sedang, dan rendah; (2) memiliki prosedur administratif yang relatif mudah; (3) pembagian kelas tidak dibedakan dengan kelas unggulan dan kelas biasa, maka dapat disimpulkan bahwa kelas-kelas yang ada menyebar secara seimbang, sehingga kemampuan siswa pada setiap kelas diasumsikan tidak jauh berbeda; dan (4) nilai penerimaan masuk ke SMP tersebut setiap tahun reratanya relatif sama.

Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII, dalam hal ini sekolah yang dipilih adalah sekolah yang memiliki kualitas sedang. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa sekolah menengah pertama kelas VII yang dipilih peneliti. Sampel dipilih karena sekolah tersebut tidak terdapat kelas unggulan, semua kelas VII merupakan kelas yang homogen dan memiliki kemampuan rata-rata kelas yang sama di setiap kelasnya. Setiap masing-masing


(1)

Nunu Nurhayati, 2014

Pengaruh pembelajaran dengan pendekatan reciprocal teaching terhadap peningkatan kemampuan komunikasi dan disposisi matematis siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

bahan ajar, siswa diharapkan membuat pertanyaan, menjelaskan dan memprediksi masalah baru yang akan muncul dari situasi yang dianalisisnya.

 Selanjutnya guru menyampaikan kepada siswa bahwa pada pertemuan selanjutnya giliran siswa yang menjelaskan kepada siswa lain dari kegiatan yang siswa lakukan dalam kelompoknya masing-masing yang dipilih secara acak.

 Guru menyampaikan bahwa setiap pertemuan akan diberikan tes formatif di akhir pertemuan.

Apersepsi

Guru melakukan apersepsi yaitu dengan mengadakan tanya jawab ringan mengenai materi sebelumnya yang merupakan materi prasyarat untuk mempelajari materi yang akan diajarkan. Misalnya dengan menanyakan kepada siswa “Apa sajakah jenis-jenis bangun datar yang kalian ketahui waktu belajar matematika di SD?

Apersepsi

Siswa merespon pertanyaan guru.

 Siswa menampilkan sikap fleksibel dalam

mengeksplorasi pendapat/ide-ide matematika.

Motivasi

Guru memberikan motivasi kepada siswa dengan menjelaskan pentingnya membaca buku teks, dan menjelaskan tentang keterkaitan materi pembelajaran matematika dengan kehidupan sehari-hari. Misalnya dengan mengembangkan aspek komunikasi yaitu menyampaikan ide-ide matematika, dalam hal ini guru akan bertanya coba benda-benda apa saja yang berbentuk persegi panjang dan mengapa benda tersebut termasuk bangun datar persegi panjang?

Motivasi

Siswa akan mendengarkan penjelasan yang disampaikan guru dan siswa merespon pertanyaan guru. Hal ini diharapkan akan muncul respon-respon dari siswa, misalnya ada yang menjawab papan tulis, jendela, buku dan lain-lain. Hal ini bertujuan untuk memotivasi siswa dalam mempelajari materi, dan dapat mengetahui manfaat

Siswa menampilkan sikap fleksibel dalam

mengeksplorasi ide-idenya. Siswa

mengaplikasikan matematika dalam bidang lain dan dalam kehidupan sehari-hari.


(2)

Nunu Nurhayati, 2014

Pengaruh pembelajaran dengan pendekatan reciprocal teaching terhadap peningkatan kemampuan komunikasi dan disposisi matematis siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

matematika dalam kehidupan sehari-hari.

Kegiatan Inti dengan alokasi waktu 60 menit

Tahap Pertama: Meringkas Bahan Ajar dengan alokasi waktu 15 menit  Guru mengarahkan siswa untuk

duduk bersama kelompok yang telah ditentukan di awal pembelajaran.

 Guru memilih seorang siswa anggota kelompok (dipilih siswa yang memiliki kemampuan yang relatif lebih tinggi dibandingkan dengan siswa lain) untuk berperan menjadi guru dalam kelompoknya.  Guru memberikan bahan ajar atau

LKS (Lembar Kerja Siswa) yang memuat situasi masalah yang berkaitan dengan materi yang akan dipelajari, dalam pertemuan ini Bahan Ajar/LKS mengenai Persegi Panjang. Kemudian meminta semua siswa untuk membaca bahan ajar yang telah diberikan dan buku paket matematika yang dimiliki siswa.

 Ilustrasi:

Lihat bahan ajar I tentang persegi panjang, sifat-sifat persegi panjang, keliling dan luas persegi panjang. Guru memancing pertanyaan dari siswa dengan memberikan pertanyaan, misalnya:

(Prediksi Jawaban Siswa)

G: Dari gambar yang diberikan pada bahan ajar apa yang dapat kita rangkum?

S1: Gambar bangun datar segi empat S2: Ada 4 buah gambar persegi panjang yang berbeda-beda

G: Iya benar, gambar tersebut adalah persegi panjang yang berbeda-beda

 Siswa duduk secara berkelompok.  Siswa membaca

bahan ajar serta menyelesaikan masalah yang telah ada pada LKS yang diberikan kepada masing-masing siswa. Selanjutnya setiap siswa melakukan

eksplorasi dan investigasi terhadap masalah yang disajikan pada bahan ajar.

 Siswa membuat ringkasan

(rangkuman) dengan menyoroti hal-hal pokok dari yang telah dibaca dalam bahan ajar, misalnya sifat-sifat persegi panjang ditinjau dari diagonal, sisi, dan sudut.

 Siswa

menyelesaikan masalah berdasarkan hasil bacaannya berdasarkan apa yang ada dalam bahan ajar.

Siswa menampilkan sikap tekun mengerjakan tugas matematika. Siswa aktif

mengajukan pertanyaan, memberikan ide/pendapat, dan aktif menyelesaikan tugas,

menampilkan ketertarikan dan keingintahuan untuk

menemukan sesuatu yang baru dalam mengerjakan matematika.


(3)

Nunu Nurhayati, 2014

Pengaruh pembelajaran dengan pendekatan reciprocal teaching terhadap peningkatan kemampuan komunikasi dan disposisi matematis siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

menurut panjang sisi-sisinya

 Guru sebagai fasilitator dalam kegiatan pembelajaran guru berkeliling memantau pekerjaan siswa, dan melalui “scaffolding”, guru mengarahkan serta membimbing siswa yang merasa kesulitan.

Tahap Kedua dan Ketiga: Membuat/Menyusun Pertanyaan dan Mengklarifikasi/Menjelaskan dengan alokasi waktu 25 menit

 Guru membimbing siswa untuk membuat pertanyaan-pertanyaan dan menyelesaikannya.

G: Dari gambar tersebut adakah sisi-sisi yang sama panjang dan sejajar? Jika ada, sebutkan dua pasang sisi yang sama panjang dan sejajar?

S3: Setelah diukur panjang sisinya, panjang sisi KL = MN.

S4: Persegi panjang KLMN memiliki dua pasang sisi yang sejajar yaitu KN dan LM.

G: Ada pertanyaan lagi?

S5: Gambar tersebut termasuk segi empat apa?

G: Setelah diukur bagaimana panjang sisi-sisinya, ternyata panjang KL = MN dan LM = KN dengan panjang yang sama besar dan sejajar.

S6: Jadi KLMN merupakan segi empat berbentuk persegi panjang.  Guru mengarahkan siswa untuk

berdiskusi membahas masalah, yang telah dibahas/dijawab secara individu, dan melanjutkan kegiatan yang ada pada LKS yang disediakan guru untuk membangun konsep siswa, agar siswa dapat menemukan definisi dari persegi panjang, dan dapat mengetahui sifat-sifat dari persegi panjang, melalui langkah-langkah yang telah dikembangkan guru melalui LKS.

 Siswa melanjutkan pekerjaan dengan kelompok kecilnya untuk menyelesaikan masalah dengan cara berbagi (sharing). Untuk

menyelesaikan masalah dalam LKS dengan melakukan kegiatan:

 Selanjutnya siswa mencatat hal-hal penting yang berkaitan dengan materi bahan ajar.  Menentukan

sifat-sifat persegi panjang  Menentukan rumus

keliling dan luas persegi panjang  Menentukan panjang

keliling dan luas persegi panjang  Selanjutnya siswa

mendiskusikan hasil temuan mereka sehingga diperoleh definisi dari persegi panjang, dan siswa dapat memahami sifat-sifat persegi panjang, sehingga dapat menentukan panjang keliling dan

 Siswa menampilkan rasa percaya diri, dan tekun mengerjakan tugas.

 Siswa aktif mengajukan pertanyaan, mengeksplorasi ide/pendapat, dan merefleksi proses berpikir dan kinerja, keterampilan kegigihan dalam menyelesaikan tugas sehingga memperoleh penyelesaian masalah.


(4)

Nunu Nurhayati, 2014

Pengaruh pembelajaran dengan pendekatan reciprocal teaching terhadap peningkatan kemampuan komunikasi dan disposisi matematis siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

luasnya dalam menyelesaikan

soal-soal yang

berhubungan dengan persegi panjang.  Siswa membuat

kesimpulan

mengenai definisi unsur-unsur, dan sifat-sifat persegi panjang.

 Siswa membuat laporan hasil kerja dan

mengumpulkannya kepada guru sampai pada waktu yang ditentukan.

Tahap Keempat: Memprediksi dengan alokasi waktu 25 menit  Guru membimbing siswa untuk

membuat pertanyaan baru atau prediksi dari situasi yang tadi. G: Ada pertanyaan lain lagi? G: Bagaimana jika kalian menggambar persegi panjang dengan berbagai ukuran, kemudian tentukan keliling dan luas persegi panjang tersebut (diskusikan dengan kelompok).

 Guru berperan sebagai fasilitator dan scaffolding bagi siswa yang mengalami kesulitan dalam mempelajari materi, serta memberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada siswa untuk berpendapat, dan guru memandu jalannya diskusi sehingga berjalan dengan lancar dan siswa mencapai kesepakatan bersama yang mengarah pada solusi yang benar.  Guru meminta siswa sebagai

perwakilan kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusi kelompok dan guru mereviu hasil presentasi siswa.

 Guru memberikan kesempatan

 Beberapa orang siswa diminta untuk mempresentasikan hasil kerja kelompoknya, sedangkan siswa dari kelompok lain diminta untuk memberikan

tanggapan terhadap solusi yang dipresentasikan.  Siswa lain secara

aktif merespon mengenai hasil presentasi temannya dari kelompok sendiri, ataupun dari kelompok lain.  Siswa

merekapitulasi, rekapitulasi yang dilakukan oleh siswa merupakan

rekapitulasi dari apa yang telah dilakukan dalam pembelajaran

 Siswa menampilkan rasa percaya diri, dan tekun mengerjakan tugas.

 Siswa aktif membuat

pertanyaan, serta mengeksplorasi ide/pendapat, dan

kecenderungan untuk memonitor dan merefleksi proses berpikir dan kinerja.


(5)

Nunu Nurhayati, 2014

Pengaruh pembelajaran dengan pendekatan reciprocal teaching terhadap peningkatan kemampuan komunikasi dan disposisi matematis siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

kepada siswa lain untuk menanggapi hasil diskusi temannya.

 Guru melakukan evaluasi dan refleksi terhadap kegiatan Reciprocal Teaching dan guru memberikan penilaian yang berkenaan dengan penampilan siswa serta memotivasi siswa untuk berpartisipasi dalam kegiatan tanya jawab.

di kelas.

Kegiatan Penutup dengan alokasi waktu 10 menit  Guru dan siswa bersama-sama

melakukan refleksi dari kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan.  Guru memberikan soal latihan dan

PR yang harus dikerjakan untuk penilaian terhadap kemampuan komunikasi matematis siswa dalam menyelesaikan masalah mengenai keliling dan luas persegi panjang.  Guru menyampaikan bahwa

pertemuan berikutnya akan dipilih kelompok secara acak dan selanjutnya akan dipilih siswa secara acak yang akan berperan sebagai pemimpin dialog.

 Guru menutup pembelajaran dan mengingatkan siswa untuk mempelajari materi selanjutnya di rumah.

 Siswa mengerjakan soal yang telah diberikan oleh guru secara individu sesuai waktu yang ditentukan.

 Siswa menyimak dan mencatat PR.

Siswa menampilkan rasa percaya diri dalam

mengerjakan tugas individu. Siswa aktif memberikan ide atau pendapat. Siswa aktif

menyelesaikan tugas, dan menampilkan keterampilan ketekunan dalam menyelesaikan soal yang diberikan.

VIII.

Alat, Bahan dan Sumber Pembelajaran

1.

Alat

: Penggaris, busur, spidol, dan papan tulis.

2.

Bahan

: Bahan Ajar dan LKS (Lembar Kerja Siswa)

3.

Sumber

:

a.

Adinawan, M. C & Sugijono. (2007). Matematika untuk SMP Kelas

VII 1B Semester 2. Jakarta: Erlangga.

b.

Nuharini, D. & Wahyuni, T. (2008). Matematika Konsep dan

Aplikasinya untuk Kelas VII SMP dan MTs 1. Jakarta: Pusat

Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional.


(6)

Nunu Nurhayati, 2014

Pengaruh pembelajaran dengan pendekatan reciprocal teaching terhadap peningkatan kemampuan komunikasi dan disposisi matematis siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

c.

Tim Matrix Media Literata. (2006). Evaluasi Terpadu Mandiri dan

Rekreasi Matematika SMP untuk Kelas VII. Jakarta: Grasindo.

IX.

Penilaian

a.

Teknik Penilaian

: Tes Tertulis

b.

Bentuk Instrumen

: Tes Uraian

c.

Contoh Instrumen

:

1.

Perhatikan bangun datar segi empat di bawah ini.

a.

Tentukan nama bangun datar di samping.

b.

Sebutkan sifat-sifat yang ada pada bangun datar tersebut.

c.

Tentukan keliling dan luas bangun datar tersebut, jika panjangnya

15 cm dan lebarnya 9 cm.

Bandung, April 2014

Peneliti

Nunu Nurhayati

9 cm

15 cm

N M

L K