PENGARUH KEPEMIMPINAN INSTRUKSIONAL KEPALA SEKOLAH DAN IKLIM SEKOLAH TERHADAP SEKOLAH EFEKTIFDI SEKOLAH DASAR SE-KECAMATAN GEGESIK KABUPATEN CIREBON.

(1)

PENGARUH KEPEMIMPINAN INSTRUKSIONAL KEPALA SEKOLAH DAN IKLIM SEKOLAH TERHADAP SEKOLAH EFEKTIF

DI SEKOLAH DASAR SE-KECAMATAN GEGESIK KABUPATEN CIREBON

TESIS

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Pendidikan

Program Studi Administrasi Pendidikan

Oleh

SUMARNO

NIM 1204795

PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PENDIDIKAN SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2014


(2)

Sumarno, 2014

========================================================================

PENGARUH KEPEMIMPINAN INSTRUKSIONAL KEPALA SEKOLAH DAN IKLIM SEKOLAH TERHADAP SEKOLAH EFEKTIF

DI SEKOLAH DASAR SE-KECAMATAN GEGESIK KABUPATEN CIREBON

Oleh Sumarno

S.Pd.SD UT UPBJJ Bandung, 2007

Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd.) pada Program Studi Administrasi Pendidikan

© Sumarno 2014

Universitas Pendidikan Indonesia Juni 2014

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Tesis ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difotokopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.


(3)

(4)

Sumarno, 2014

THE INFLUENCE OF THE PRINCIPAL INSTRUCTIONAL LEADERSHIP AND SCHOOL CLIMATE ON EFFECTIVE SCHOOLS IN THE DISTRICT

ELEMENTARY SCHOOL AS GEGESIK CIREBON By: Sumarno, 1204795

ABSTACT

Efforts to empower schools become urgent in improving the quality of education both at the macro level the national level, as well as micro-level school institutions. Effective school is one solution to close the disparity in the quality of education is happening. Effective schools can not be separated from the principal's instructional leadership and positive school climate conditions

The focus of this research is to obtain empirical description and significance of the influence of the principal's instructional leadership and school climate either partially or simultaneously to an effective school in an elementary schools in the District Gegesik Cirebon. This research used a survey method with the analytical description of the quantitative approach. The data were obtained using a questionnaire instrument with Likert scale response options. The population in this research is 31elementary schools with a number of 69 respondents.

The findings of research are: principal instructional leadership in Elementary Schools in the district Gegesik Cirebon at very high category; school climate in elementary schools in the district Gegesik Cirebon at very high category; Effective schools in Elementary School as the District Gegesik Kabuptaen Cirebon in the high category; principals instructional leadership have a strong influence (53.9%) of the effective schools in Eelementary Schools as the District Gegesik Cirebon; school climate has a strong influence (46.4%) of the effective schools in Elementary School as the District Gegesik Cirebon; Principals instructional leadership and school climate simultaneously have a strong influence (66.3%) of the effective schools in Elementary Schools as the District Gegesik Cirebon.

Based on the findings of this research can be recommended that in view of its significant influence on effective schools, the instructional leadership behavior should also be applied not only by the principal but also the structural level officials UPT / UPTD in the District. In addition it is also necessary to study and further research, especially regarding instructional leadership variables, it is because the concept of instructional leadership is still relatively new, and has not been widely studied in the research in Indonesia


(5)

PENGARUH KEPEMIMPINAN INSTRUKSIONAL KEPALA SEKOLAH DAN IKLIM SEKOLAH TERHADAP SEKOLAH EFEKTIF

DI SEKOLAH DASAR SE-KECAMATAN GEGESIK KABUPATEN CIREBON

Oleh : Sumarno, 1204795

ABSTRAK

Upaya pemberdayaan sekolah menjadi hal yang urgen dalam peningkatan mutu pendidikan baik pada level makro ditingkat pusat, maupun mikro di tingkat institusi sekolah. Sekolah efektif merupakan salah satu solusi untuk menutup

disparitas mutu pendidikan yang terjadi. sekolah efektif tidak terlepas dari

kepemimpinan instruksional kepala sekolah dan kondisi positif iklim sekolah Fokus penelitian ini bertujuan untuk memperoleh deskripsi empirik dan signifikansi pengaruh kepemimpinan instruksional kepala sekolah dan iklim sekolah baik secara parsial maupun simultan terhadap sekolah efektif di Sekolah Dasar yang ada di Kecamatan Gegesik Kabupaten Cirebon. Penelitian ini menggunakan metode survey deskripsi analisis dengan pendekatan kuantitaif. Data diperoleh menggunakan instrument berupa angket dengan opsi jawaban berskala Likert. Populasi dalam penelitian ini sebanyak 31 Sekolah Dasar dengan jumlah 69 responden.

Hasil temuan penelitian adalah : kepemimpinan instruksional kepala Sekolah Dasar di Kecamatan Gegesik Kabupaten Cirebon pada kategori sangat tinggi; iklim sekolah pada Sekolah Dasar di Kecamatan Gegesik Kabupaten Cirebon pada kategori sangat tinggi; Sekolah efektif di Sekolah Dasar se-Kecamatan Gegesik Kabuptaen Cirebon pada kategori tinggi; kepemimpinan instruksional kepala sekolah mempunyai pengaruh yang cukup kuat (53,9%) terhadap sekolah efektif di Sekolah Dasar se-Kecamatan Gegesik Kabupaten Cirebon; iklim sekolah mempunyai pengaruh yang cukup kuat (46,4%) terhadap sekolah efektif di Sekolah Dasar se-Kecamatan Gegesik Kabupaten Cirebon; Kepemimpinan instruksional kepala sekolah dan iklim sekolah secara simultan mempunyai pengaruh yang kuat (66,3%) terhadap sekolah efektif di Sekolah Dasar se-Kecamatan Gegesik Kabupaten Cirebon.

Berdasarkan hasil temuan penelitian ini dapat direkomendasikan bahwa mengingat pengaruhnya yang signifikan terhadap sekolah efektif, maka perilaku kepemimpinan instruksional perlu juga diaplikasikan bukan hanya oleh kepala sekolah tetapi juga pejabat struktural pada level UPT/UPTD Pendidikan di Kecamatan. Selain hal itu perlu juga dilakukan kajian dan penelitian yang lebih lanjut khususnya mengenai variable kepemimpinan instruksional, hal ini karena konsep tentang kepemimpinan instruksional masih relatif baru, dan belum banyak dikaji dalam penelitian di Indonesia.

Kata Kunci :


(6)

Sumarno, 2014

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN PENGESAHAN ... i

PERNYATAAN ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iv

ABSTRAK ... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian ... 1

B. Identifikasi dan Perumusan Masalah ... 8

C. Tujuan Penelitian ... 12

D. Manfaat/Signifikansi Penelitian ... 13

E. Struktur Organisasi Tesis ... 14

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN A. Kajian Pustaka ... 16

1. Konsep Sekolah Efektif dalam Administrasi Pendidikan ... 16

2. Konsep Sekolah Efektif ... 21

a. Pengertian Sekolah Efektif ... 21

b. Faktor-faktor Pembentuk Sekolah Efektif ... 25

c. Dimensi dan Karakteristik Sekolah Efektif ... 27

3. Konsep Efektivitas Sekolah ... .. 35


(7)

a. Definisi Kepemimpinan ... 41

b. Teori Kepemimpinan ... 47

c. Kepemimpinan Instruksional ... 50

1) Definisi Kepemimpinan Instruksional ... 50

2) Dimensi/Indikator Kepemimpinan Instruksional ... 53

3) Kepemimpinan Instruksional Kepala Sekolah dalam Sekolah Efektif ... 67

5. Konsep Iklim Sekolah ... 71

a. Pengertian Iklim Organisasi ... 71

b. Pengertian Iklim Sekolah ... 73

c. Dimensi Iklim Sekolah ... 78

B. Kerangka Berfikir ... 86

C. Hipotesis Penelitian ... 88

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi, Populasi dan Sampel Penelitian ... 89

1. Lokasi dan Subyek Penelitian ... 89

2. Populasi Penelitian ... 89

3. Sampel Penelitian ... 91

B. Uji Homogenitas ... 93

C. Desain Penelitian ... 94

D. Metode Penelitian ... 95

E. Definisi Operasional ... 96

F. Instrumen Penelitian ... 98

G. Proses Pengembangan Instrumen ... 104

1. Uji Validitas dan Realibilitas Instrumen ... 104

2. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen ... 107

a. Hasil Uji Validitas Instrument Sekolah Efektif ... 107

b. Hasil Uji Validitas Instrument Kepemimpinan Instruksional ... 108

c. Hasil Uji Validitas Instrumen Iklim Sekolah ... 109


(8)

Sumarno, 2014

e. Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Kepemimpinan Instruksiona ... 111

f. Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Iklim Sekolah ... 112

H. Analisis Data ... 113

1. Analisis Deskripstif ... 113

2. Uji Persyaratan Analisis ... 114

a. Uji Normalitas ... 114

b. Uji Linieritas ... 115

3. Analisis Data untuk Pengujian Hipotesis ... 115

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 117

1. Analisis Deskripsi Variabel Penelitian ... 117

a. Analisis Deskripsi Variabel Sekolah Efektif ... 117

b. Analisis Deskripsi Variabel Kepemimpinan Instruksional ... 121

c. Analisis Deskripsi Variabel Iklim Sekolah ... 124

2. Pengujian Persyaratan Analisis ... 128

a. Uji Normalitas Data ... 129

b. Uji Homogenitas ... 132

c. Uji Linieritas ... 133

3. Pengujian Hipotesis ... 135

a. Pengujian Pengaruh Kepemimpinan Instruksional Kepala Sekolah terhadap Sekolah Efektif ... 135

b. Pengujian Pengaruh Iklim Sekolah terhadap Sekolah Efektif ... 137

c. Pengujian Pengaruh Kepemimpinan Instruksional Kepala Sekolah dan Iklim Sekolah secara Simultan terhadap Sekolah Efektif ... 139

B. Pembahasan ... 142

1. Analisis Deskripsi ... 142

a. Sekolah Efektif ... 142

b. Kepemimpianan Instruksional Kepala Sekolah ... 151


(9)

2. Pengujian Hipotesis ... 168

a. Pengaruh Kepemimpinan Instruksional Kepala Sekolah terhadap Sekolah Efektif ... 168

b. Pengaruh Iklim Sekolah terhadap Sekolah Efektif ... 170

c. Pengaruh Kepemimpinan Instruksional Kepala Sekolah dan Iklim Sekolah secara Simultan terhadap Sekolah Efektif ... 172

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 175

B. Saran/Rekomendasi ... 176

DAFTAR PUSTAKA ... 179


(10)

Sumarno, 2014

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1.1. Hasil Ujian Nasional SD di Kecamatan Gegesik ... 7

1.2. Rekapitulasi Hasil Akreditasi SD di Gegesik ... 8

2.1. Ciri-Ciri Sekolah Efektif ... 29

2.2. Karakteristik Sekolah Efektif ... 31

3.1. Data Guru dan Kepala Sekolah SD di Kecamatan Gegesik ... 90

3.2. Distribusi Responden ... 92

3.3. Skala Likert ... 98

3.4. Kisi-Kisi Instrumen Penelitian ... 99

3.5. Hasil Uji Validitas Variabel Sekolah Efektif... 107

3.6. Hasil Uji Validitas Variabel Kepemimpinan Instruksional ... 108

3.7. Hasil Uji Valaiditas Variabel Iklim Sekolah ... 109

3.8. Hasil Uji Reliabilitas Variabel Sekolah Efektif ... 110

3.9. Hasil uji Realibilitas Variabel Kepemimpinan Instruksional ... 112

3.10. Hasil Uji Reliabilitas Variabel Iklim Sekolah ... 113

3.11. Kriteria Skor Variabel ... 114

3.12. Interpretasi Koefisien Korelasi ... ... 116

4.1. Deskripsi Dimensi Sekolah Efektif ... 118

4.2. Deskripsi Dimensi Variabel Kepemimpinan Instruksional ... 122

4.3. Deskripsi Dimensi Variabel Iklim Sekolah ... 126

4.4. Hasil Uji Normalitas Data ... 131

4.5. Hasil Uji Linieritas Variabel X1 terhadap Y ... 134

4.6. Hasil Uji Linieritas X2 terhadap Y... 127

4.7. Hasil Uji Signifikansi Korelasi X1 terhadap Y ... 137

4.8. Hasil uji Signifikansi korelasi X2terhadap Y ... 139


(11)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1.1. Faktor-faktor yang membentuk Sekolah Efektif ... 10

2.1. The Leadership Process ... 46

2.2. Kerangka Pemikiran ... 88

3.1. Paradigma Penelitian ... 94

4.1. Histogram Sekolah Efektif ... 118

4.2. Histogram Deskripsi Indiator Sekolah Efektif ... 119

4.3. Histogram Kepemimpinan Instruksional ... 122

4.4. Histogram Deskripsi Indikator Kepemimpinan Instruksional ... 123

4.5. Histogram Iklim Sekolah ... 125

4.6. Histogram Deskripsi Dimensi Iklim Sekolah ... 126


(12)

Sumarno, 2014

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Instrumen Penelitian ... 188

2. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen ... 195

3. Perhitungan Uji Coba Angket Penelitian ... 201

4. Rekap Data Angket Variabel Y ... 204

5. Rekap Data Angket Variabel X1 ... 206

6. Rekap Data Angket Variabel X2 ... 208

7. Rekap Nilai Angket Variabel Y Responden Kepala Sekolah ... 210

8. Rekap Nilai Angket Variavel Y Responden Guru ... 211

9. Rekap Nilai Angket Variabel X1 Responden Kepala Sekolah ... 212

10. Rekap Nilai Angket Variabel X1 Responden Guru ... 213

11. Rekap Nilai Angket Variabel X2 Responden Kepala Sekolah ... 214

12. Rekap Nilai Angket Variabel X2 Responden Guru ... 215

13. Rekap Nilai Angket Per Unit Sekolah Variabel Y ... 216

14. Rekap Nilai Angket Per Unit Sekolah Variabel X1 ... 220

15. Rekap Nilai Angket Per Unit Sekolah Variabel X2 ... 226

16. Statistik Deskripsi SPSS ... 232

17. Uji Normalitas ... 233

18. Uji Homogenitas ... 234

19. Regresi X1 terhadap Y ... 236

20. Regresi X2 terhadap Y ... 238

21. Regresi X1 dan X2 terhadap Y ... 240

22. Surat-surat Administrasi Penelitian ... 242


(13)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi, Populasi, dan Sampel Penelitian 1. Lokasi dan Subjek Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Gegesik Kabupaten Cirebon Jawa Barat, dengan objek penelitian adalah seluruh Sekolah Dasar yang ada di Kecamatan Gegesik Kabupaten Cirebon yang berjumlah 31 Sekolah Dasar.

2. Populasi Penelitian

Dalam pendekatan penelitian kuantitatif, dengan metode survei keberadaan populasi dan sampel penelitian menjadi sebuah keharusan. Hal ini karena populasi dan sampel merupakan sumber utama untuk memperoleh data yang dibutuhkan dalam mengungkapkan fenomena atau realitas yang dijadikan fokus penelitian kita. untuk mencapai keakuratan dan validitas data penelitian yang dihasilkan, populasi dan sampel yang menjadi objek penelitian harus memiliki kejelasan dari segi: scope, ukuran, maupun karakteristiknya. Hal ini karena kejelasan populasi dan ketepatan pengambilan sampel dalam sebuah penelitian akan berbanding lurus dengan validitas proses dan hasil penelitian kita lakukan. Sugiyono (2008,hlm.80) menyatakan bahwa : Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas : obyek, subyek, yang mempunyai kualitas dan karaketristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Sedangkan pengertian populasi menurut Wibisono (2013:81) adalah sekumpulan entitas yang lengkap yang dapat terdiri atas orang, kejadian, atau benda yang memiliki karakteristik yang umum. Bugin (2011,hlm.111) mengemukakan bahwa Populasi penelitian adalah keseluruhan (universum) dari objek penelitian yang dapat berupa manusia, hewan, tumbuh-tumbuhan, udara, gejala, nilai, peristiwa, sikap hidup, dan sebagainya, sehingga objek-objek ini dapat menjadi sumber data penelitian. Sedangkan Populasi menurut Widiyanto (2010,hlm.5)


(14)

90

Sumarno, 2014

adalah suatu kelompok atau kumpulan subjek atau objek yang akan di generalisasikan dari hasil penelitian. Menurut Arikunto (2010,hlm.123) Populasi adalah keseuruhan subjek penelitian. Populasi adalah keseluruhan dari variabel yang menyangkut masalah yang diteliti (Nursalam. 2003). Populasi ialah semua nilai baik hasil perhitungan maupun pengukuran, baik kuantitatif maupun kualitatif, dari karakteristik tertentu mengenai sekelompok objek yang lengkap dan jelas (Husaini Usman. 2006,hlm.181). Dari berbagai pendapat tersebut penulis menyimpulkan bahwa populasi penelitian adalah seluruh data baik subyek maupun objek yang mempunyai karakteristik sesuai dengan penelitian yang akan dilakukan.

Populasi dalam penelitian ini adalah 31 Sekolah Dasar yang ada di Kecamatan Gegesik Kabupaten Cirebon dengan responden kepala sekolah dan guru-guru SD yang berstatus PNS se-Kecamatan Gegesik dengan rincian 31 orang kepala sekolah dan 239 guru sehingga total berjumlah 270 orang sebagaimana tabel berikut:

Tabel 3.1 Data Guru dan Kepala SD Kecamatan Gegesik

No SD Kepala

sekolah Jumlah Guru Jumlah

1 SDN 1 Kedungdalem 1 7 8

2 SDN 2 Kedungdalem 1 9 10

3 SDN 1 Panunggul 1 11 12

4 SDN 2 Panunggul 1 7 8

5 SDN 1 Gegesikwetan 1 9 10

6 SDN 2 Gegesikwetan 1 8 9

7 SDN 1 Gegesikkidul 1 9 10

8 SDN 2 Gegesikkidul 1 8 9

9 SDN 3 Gegesikkidul 1 7 8

10 SDN 1 Gegesiklor 1 8 9

11 SDN 1 Gegesikkulon 1 7 8

12 SDN 2 Gegesikkulon 1 12 13

13 SDN 3 Gegesikkulon 1 7 8

14 SDN 1 Slendra 1 8 9

15 SDN 1 Jagapurakidul 1 7 8

16 SDN 2 Jagapurakidul 1 8 9


(15)

18 SDN 2 Jagapurawetan 1 7 8

19 SDN 1 Jagapurakulon 1 9 10

20 SDN 1 Jagapuralor 1 8 9

21 SDN 2 Jagapuralor 1 7 8

22 SDN 3 Jagapuralor 1 6 7

23 SDN 4 Jagapura lor 1 7 8

24 SDN 1 Sibubut 1 6 7

25 SDN 1Bayalangulor 1 8 9

26 SDN 2 Bayalangulor 1 7 8

27 SDN 3 Bayalangulor 1 8 9

28 SDN 1 Bayalangukidul 1 7 8

29 SDN 2 Bayalangukidul 1 6 7

30 SDN 3 Bayalangukidul 1 8 9

31 SDN 2 Slendra 1 6 7

Jumlah 31 239 270

Sumber : Kantor UPT Pendidikan Kec.Gegesik

3. Sampel Penelitian

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakterisktik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Bila populasi besar, dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi, maka peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi itu (Sugiyono, 2008:81). Sedangkan Arikunto (2010:17), mengatakan bahwa: “Sampel adalah bagian dari populasi (sebagian atau wakil populasi yang diteliti). Sampel penelitian adalah sebagian dari populasi yang diambil sebagai sumber data dan dapat mewakili seluruh populasi.

Teknik sampling adalah suatu cara mengambil sampel yang representatif

dari populasi. Populasi dalam penelitian ini adalah lembaga Sekolah Dasar, teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah total sampling yaitu mengambil semua populasi sebagai sampel penelitian. Hal ini dilakukan karena jumlah populasi yang sedikit dan dari sisi geografis masih bisa dijangkau. Responden dalam penelitian ini adalah guru dan kepala sekolah yang ada di unit sekolah dasar yang dijadikan populasi. Kedua kelompok responden dalam penelitian ini dianggap homogen hal ini berdasarkan asumsi bahwa pada hakekatnya kepala sekolah juga adalah guru yang diberi tugas


(16)

92

Sumarno, 2014

tambahan. Untuk menentukan jumlah responden dilakukan dengan rumus Akdon (Riduwan ,2010,hlm.65), yaitu :

Keterangan : n = jumlah sampel N = jumlah populasi

= presisi yang ditetapkan

Diketahui N = 270 orang, dan presisi 10 % maka dapat dihitung sbb:

=

73 responden

dari perhitungan di atas maka ditentukan banyaknya responden untuk penelitian ini adalah 72,90 dilakukan pembulatan menjadi 73 responden. Dari jumlah responden yang di dapat kemudian dicari untuk pengambilan responden dari tiap-tiap unit sekolah dengan rumus :

ni = N1/N.n

Tabel 3.2 Distribusi Responden

No SD Jml perhitungan pembulatan

1 SDN 1 Kedungdalem 8 8/267 x 73 = 2,18 2 2 SDN 2 Kedungdalem 10 10/267 x 73 = 2,73 3 3 SDN 1 Panunggul 12 12/267 x 73 = 3,28 3 4 SDN 2 Panunggul 8 8/267 x 73 = 2,18 2 5 SDN 1 Gegesikwetan 10 10/267 x 73 = 2,73 3 6 SDN 2 Gegesikwetan 9 9/267 x 73 = 2,46 2 7 SDN 1 Gegesikkidul 10 10/267 x 73 = 2,73 3 8 SDN 2 Gegesikkidul 9 9/267 x 73 = 2,46 2 9 SDN 3 Gegesikkidul 8 8/267 x 73 = 2,18 2

Keterangan :

ni = jumlah responden untuk tiap unit sekolah

n = jumlah sampel responden

Ni = jumlah responden di unit sekolah

N = jumlah seluruh responden pada populasi


(17)

10 SDN 1 Gegesiklor 9 9/267 x 73 = 2,46 2 11 SDN 1 Gegesikkulon 8 8/267 x 73 = 2,18 2 12 SDN 2 Gegesikkulon 13 13/267 x 73 = 3,55 4 13 SDN 3 Gegesikkulon 8 8/267 x 73 = 2,18 2

14 SDN 1 Slendra 9 9/267 x 73 = 2,46 2

15 SDN 1 Jagapurakidul 8 8/267 x 73 = 2,18 2 16 SDN 2 Jagapurakidul 9 9/267 x 73 = 2,46 2 17 SDN 1 Jagapurawetan 8 8/267 x 73 = 2,18 2 18 SDN 2 Jagapurawetan 8 8/267 x 73 = 2,18 2 19 SDN 1 Jagapurakulon 10 10/267 x 73 = 2,73 3 20 SDN 1 Jagapuralor 9 9/267 x 73 = 2,46 2 21 SDN 2 Jagapuralor 8 8/267 x 73 = 2,18 2 22 SDN 3 Jagapuralor 7 7/267 x 73 = 1,91 2 23 SDN 4 Jagapura lor 8 8/267 x 73 = 2,18 2

24 SDN 1 Sibubut 7 7/267 x 73 = 1,91 2

25 SDN 1Bayalangulor 9 9/267 x 73 = 2,46 2 26 SDN 2 Bayalangulor 8 8/267 x 73 = 2,18 2 27 SDN 3 Bayalangulor 9 9/267 x 73 = 2,46 2 28 SDN 1 Bayalangukidul 8 8/267 x 73 = 2,18 2 29 SDN 2 Bayalangukidul 7 7/267 x 73 = 1,91 2 30 SDN 3 Bayalangukidul 9 9/267 x 73 = 2,46 2

31 SDN 2 Slendra 7 7/267 x 73 = 1,91 2

Jumlah 270 69

Setelah dilakukan perhitungan distribusi responden ke tiap-tiap unit sekolah maka ditemukan jumlah sampel responden sebanyak 69 responden. Hal ini lebih kecil dari jumlah sampel responden yang telah ditentukan yakni 73, pebedaan jumlah ini dikarenakan adanya pembulatan. Sehingga banyaknya responden yang akan digunakan dalam penelitian ini sebanyak 69 responden.

B. Uji Homogenitas

Uji homogenitas dimaksudkan untuk memperlihatkan bahwa dua atau lebih kelompok data sampel berasal dari populasi yang memiliki variansi yang sama. Pada analisis regresi, persyaratan analisis yang dibutuhkan adalah bahwa galat regresi untuk setiap pengelompokan berdasarkan variabel terikatnya memiliki variansi yang sama. Metode uji homogenitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah Levene test dengan bantuan SPSS ver 20 for windows.


(18)

94

Sumarno, 2014

Hipotesis untuk Uji homogenitas :

H0 = Kedua varians populasi adalah identik/sama

Ha = Kedua varians populasi adalah tidak identik

Dasar Pengambilan Keputusan :

 Jika probabilitas (bilangan sig.) > 0.05, maka H0 diterima

 Jika probabilitas (bilangan sig.) < 0.05, maka H0 ditolak Test of Homogeneity of Variances

Levene Statistic df1 df2 Sig.

X1Y .003 1 60 .955

X2Y 4.515 1 60 .058

Berdasarkan perhitungan diatas diperoleh bahwa nilai Sig X1Y = 0,955 dan Sig X2Y = 0,058, Karena semua nilai Sig. > 0,05 , ini berarti H0

diterima , atau varians-varians dari dua kelompok adalah sama.

C. Desain Penelitian

Desain penelitian merupakan gambaran mengenai pendugaan pengujian hipotesis serta untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antar variable penelitian yang terdiri dari variable terikat yakni, Sekolah efektif (Y), variable bebas yakni, kepemimpinan instruksional (X1) dan Iklim sekolah

(X2). Hubungan antar variable penelitian digambarkan dalam bagan seperti di

bawah ini:

Gambar 3.1 Desain Penelitian Kepemimpin

an

Instruksional

(X1)

rX1 Y

rX2 Y

RX1 X2Y

Iklim Sekolah (X2)

Sekolah Efektif (Y)


(19)

D. Metode Penelitian

Penelitian ini dilakukan melalui pendekatan kuantitatif dengan metode survey. Pendekatan kuantitatif dalam penelitian ini digunakan karena didasari filsafat positivisme, yang menekankan pada fenomena-fenomena obyektif. Metode survey digunakan dalam penelitian ini karena untuk mengambil generalisasi dari pengamatan yang tidak mendalam dan bertujuan untuk mengetahui gambaran umum karakteristik dari populasi. Menurut Sugiyono, metode penelitian kuantitatif dapat diartikan sebagai metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu. Teknik pengambilan sampel pada umumnya dilakukan secara random, pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat kuantitatif/statistik dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan (Sugiyono, 2012,hlm.7). Kerlinger dalam Riduwan (2010,hlm.49) yang menyatakan bahwa penelitian survei merupakan penelitian yang dilakukan terhadap populasi besar maupun populasi yang kecil, tetapi data yang dipelajari merupakan data dari sampel yang diambil dari populasi penelitian yang ada, sehingga ditemukan kejadian-kejadian seperti : relatif, distribusi, dan hubungan antar variabel sosiologis maupun psikologis. Muhammad Ali (2010, hlm.89) mengemukakan:

Survai pada dasarnya merupakan pemeriksaan secara teliti tentang fakta atau fenomena perilaku dan sosial terhadap subyek dalam jumlah besar. Dalam riset pendidikan, survai bukan semata-mata dilakukan untuk mengumpulkan data atau informasi, seperti tentang pendapat atau sikap, tetapi juga untuk membuat deskripsi komprehensif maupun untuk menjelaskan hubungan antar berbagai variabel yang diteliti.

Sedangkan Sukmadinata (2010,hlm.82) menjelaskan bahwa metode survei digunakan untuk mengumpulkan data atau informasi dari populasi yang besar dengan pengambilan sampel yang relatif kecil.


(20)

96

Sumarno, 2014

E. Definisi Operasional Penelitian

Definisi operasional penelitian adalah suatu konsep yang digambarkan dalam definisi konsep. Definisi operasional ini dimaksudkan untuk memberikan rujukan-rujukan empiris apa saja yang dapat ditemukan di lapangan untuk menggambarkan secara tepat konsep yang dimaksud sehingga konsep tersebut dapat diamati dan diukur. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa definisi operasional merupakan jembatan yang menghubungkan conceptual-theoretical level dengan empirical-observational

level. Definisi operasional dimaksudkan untuk menjelaskan makna variabel

yang sedang diteliti. Masri S. (2003,hlm.47) memberikan penjelasan tentang definisi operasional adalah unsur penelitian yang memberitahukan cara mengukur suatu variabel.

Variabel dalam penelitian ini terdiri dari tiga variabel, yaitu satu variabel terikat (dependent variable) yakni Sekolah efektif (Y), dan dua variabel bebas

(independent variable) yakni kepemimpinan instruksional kepala sekolah

(X1) dan iklim sekolah (X2)

Definisi operasional dan variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Sekolah efektif (Y).

Sekolah efektif dalam penelitian ini adalah sekolah yang mampu membantu mengembangkan semua kemampuan siswa sekolah tersebut sehingga mampu meraih prestasi belajar yang maksimal. (APC Council of P

& C Associations, 2007 dalam Tara :2012). Dimensi sekolah efektif adalah :

(1) visi dan misi yang jelas (2) kepala sekolah yang profesional (3) guru yang profesional (4) lingkungan belajar yang kondusif (5) ramah siswa (6) manajemen yang kuat (7) kurikulum yang luas dan berimbang (8) penilaian dan pelaporan prestasi siswa yang bermakna (9) perlibatan masyarakat yang tinggi (Mac Beath & Mortimer:20o1, Purkey&Smith, Scheerens & Bosker, Lezzote:2010, Sadker & Zittleman :2006)


(21)

2. Kepemimpinan instruksional (X1).

Kepemimpinan instruksional dalam penelitian ini adalah kepemimpinan yang memfokuskan pada pembelajaran yang komponen-komponen meliputi kurikulum, proses belajar mengajar, asesmen, penilaian, pengembangan guru, layanan prima dalam pembelajaran, dan pembangunan komunitas belajar di sekolah (kemdiknas,2011). Dimensi kepemimpinan instruksional meliputi: (1) Peningkatan secara berkelanjutan,(2) kultur pembelajaran, (3) Kepemimpinan pembelajaran dan asesmen, (4) pengembangan professional guru, (5) manajemen sekolah, (6) etika, (7) perbedaan (Mary Jo:2008, McEwan:2002, Murphy&Hallinger)

3. Iklim sekolah (X2 )

Iklim sekolah dalam penelitian ini adalah kualitas dan karakter dari kehidupan sekolah, berdasarkan pola perilaku siswa, orang tua dan pengalaman personil sekolah tentang kehidupan sekolah yang mencerminkan norma-norma, tujuan, nilai, hubungan interpersonal, praktek belajar dan mengajar, serta struktur organisasi. (Cohen et. al. dalam Pinkus,2009:14). dimensi iklim sekolah dalam peneltian ini adalah : (1) Safety, (2) teaching and learning, (3) interpersonal relationships, (4) institusional environment.

Diuraikan menjadi 10 dimensi sebagai berikut : (1) rule and norms, (2) phsycal safety, (3) social and emotional security, (4) support for learning, (5) social and civic learning, (6) respect for diversity, (7) social support adults, (8) social support students, (9) school connectedness/engagement, (10)

physical sorroundings.(Cohen, Mc.Cabe et.al :2007, Hoy&Miskel:2008,

Freiberg&Marshall:2002, Styron&Nyman:2008)

F. Instrument Penelitian 1. Skala pengukuran

Skala adalah seperangkat nilai angka yang ditetapkan kepada subyek, objek, atau tingkah laku dengan tujuan mengukur sifat. (Furchan,


(22)

98

Sumarno, 2014

2007,hlm.278). Untuk penyusunan instrumen penelitian dalam bentuk kuesioner menggunakan skala Likert (Method of Summated Rating). Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seorang atau sekelompok, tentang kejadian atau gejala sosial (Riduwan, 2010,hlm.86). Skala yang digunakan dalam penyusunan kuesioner sebagai instrumen penelitian adalah sebagaimana dalam tabel :

Tabel 3.3 Skala Likert

Alternatif Jawaban Bobot/skor

Selalu 5

Sering 4

Kadang-kadang 3

Jarang 2

Tidak pernah 1

2. Instrumen penelitian

Instrumen yang digunakan untuk pengumpulan data dalam penelitian ini adalah angket/kuesioner. Riduwan (2010,hlm.99) mengemukakan bahwa angket adalah daftar pertanyaan yang diberikan yang bersedia memberikan respon sesuai dengan permintaan pengguna. Sedangkan Sugiyono (200,hlm.142) menyatakan kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya.

Instrument angket ini digunakan karena peneliti bertujuan menggali informasi yang lengkap mengenai suatu masalah dan responden tanpa merasa khawatir bila memberikan jawaban yang tidak sesuai dengan pada saat pengisiannya. Jenis angket yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket tertutup/terstrukutur dengan lima opsi jawaban yang disediakan. Lebih lanjut Riduwan (2010,hlm.99) mengemukakan bahwa angket tertutup adalah angket yang tersaji dalam bentuk sedenikian rupa, responden diminta untuk memilih satu jawaban yang sesuai dengan karakteristik dan kondisi yang ada dengan cara memberi tanda silang (X) atau checklist ( pada kolom yang tersedia. Banyaknya pernyataan untuk masing-masing variable penelitian yakni:


(23)

variable sekolah efektif (Y) terdiri 40 pernyataan; variable kepemimpinan instruksional (X1) terdiri dari 30 pernyataan; dan variable iklim sekolah (X2)

terdiri dari 30 pernyataan.

Langkah-langkah penyusunan instrumen penelitian

1) Menetapkan variabel yang akan diteliti, yakni variabel terikat (Y) sekolah efektif, Variabel bebas (X1) Kepemimpinan instruksional kepala sekolah,

dan (X2) iklim sekolah.

2) Menetapkan dimensi dan indikator dari setiap variabel penelitian 3) Menyusun kisi-kisi kuesioner

4) Memetakan setiap indikator ke dalam bentuk pertanyaan kuesioner. 5) Menentukan bobot jawaban sesuai dengan skala yang digunakan.

Tabel 3.4 Kisi-Kisi Instrumen Penelitian

Variabel Indikator Sub Indikator Jml butir

Nmr butir Ket Sekolah efektif (Y) Sumber : APC Council (2007), Mac Beath & Mortimore (2001), Purkey & Smith, Scheerens& Bosker(Hoy& Miskel:2008), Lezzote(2010), Sadker & Zittleman (2006)

Visi dan misi yang jelas

Sekolah mempunyai visi dan misi, tujuan yang dirumuskan bersama dengan guru,staf dan segenap stakeholders sekolah

1 1 Program dan kebijakan sekolah

selaras dan mengacu pada visi misi sekolah

1 2 Mensosialisasikan Visi dn misi

sekolah kepada siswa, guru, dan orang tua/masyarakat

1 3

Kepala sekolah yang profesional

Menjalanakan tugas pokok dan

fungsi kepala sekolah dengan baik 1 4 Mampu menjalin komunikasi

dengan seluruh komponen sekolah

1 5 Membuat rencana pengembangan

sekolah, yang dilaksanakan, dan direview,serta dimonitor secara teratur

1 6 Kepala sekolah melakukan

supervisi yang mengarah pada peningkatan pembelajaran

1 7 Mempunyai pengaruh/diakui

kecakapannnya di mata kepala yang lain

1 8

Guru yang profesional

Melaksanakan dan menepati tugas

dengan baik 1 9

Guru menyusun administrasi


(24)

100

Sumarno, 2014

semester, silabus, RPP dll. Guru menggunakan berbagai pendekatan pembelajaran sesuai kebutuhan

1 11 Berkomunikasi dengan orang tua

peserta didik, berkenaan dengan proses pembelajaran dan perkembangan hasil belajar

1 12 Guru mengikuti berbagai program

pengembangan profesi yang direncanakan secara sistematis

1 13

Lingkungan belajar yang kondusif

Gedung, halaman, dan peralatan

sekolah bersih dan terawat 1 14 Terjadi hubungan yang harmonis

antara kepala sekolah, guru, staf, siswa dan orang tua/masyarakat

1 15 Memiliki aturan/tata tertib

sekolah yang jelas 1 16 Semua warga sekolah patuh dan

menjalankan terhadap tata tertib sekolah

1 17 Selalu ada tindakan/sanksi pada

setiap pelanggaran tata tertib sekolah

1 18

Ramah siswa

Sekolah menyediakan unit/staf pendukung, misalnya guru BP, UKS, unit pembimbingan karir dan unit pendukung lainnya bagi siswa

1 19

Siswa mempunyai akses yang mudah terhadap semua unit/staf pendukung tersebut

1 20 Siswa diberi kesempatan untuk

mengembangkan bakat/

kemampuannya secara maksimal

1 21

Manajemen yang kuat

Menjalankan manajemen kuangan secara transparan dan bertanggung jawab

1 22 Sekolah menyediakan staf

administrasi yang memadai untuk mendukung operasi sekolah

1 23 Menyusun RAKS/RAPBS

bersama segenap komponen sekolah

1 24 Melaksanakan Penilaian Kinerja

Guru(PKG) /PKB secara berkala 1 25 Sekolah focus pada peningkatan

mutu baik akademik maupun kegiatan ekstrakurikuler

1 26 Sekolah melakukan monitoring

dan evaluasi terhadap kinerjanya 1 27 Sekolah responsif terhadap

kebutuhan dan aspirasi masyarakat


(25)

Sekolah didukung oleh teknologi

yang memadai 1 29

Kurikulum yang luas dan berimbang

Semua mata pelajaran menggunakan pendekatan pembelajaran yang aktif, efektif, kreatif, dan menyenangkan

1 30 Sekolah menyediakan program

khusus bagi siswa-siswa yang mempunyai kebutuhan khusus, termasuk siswa yang kesulitan belajar atau siswa yang

kemampuan belajarnya melebihi rata-rata.

1 31

Sekolah menyediakan berbagai kegiatan ekstrakurikuler, misalnya musik, olah raga, debat dan lain-lain.

1 32 Sekolah meraih prestasi dalam

bidang akademik maupun ekstrakurikuler

1 33 Lulusan mencapai prestasi

gemilang dan melanjutkan ke sekolah favorit

1 34

Penilaian dan pelaporan prestasi siswa yang bermakna

Orang tua diberi informasi tentang perkembangan akademik, sosial, personal dan fisik siswa

1 35 Selalu menginformasikan hasil

ulangan/tes kepada siswa 1 36 Guru menggunakan berbagai

macam teknik penilaian 1 37

Keterlibatan masyarakat yang tinggi

Orang tua dan masyarakat mempunyai sikap yang positif terhadap sekolah dan sangat giat berpartisipasi dalam kegiatan sekolah

1 38

Komite sekolah pro aktif dan dilibatkan dalam berbagai kegiatan

1 39 Komite sekolah benar-benar

mewakili kepentingan orang tua/masyarakat

1 40

Jumlah butir/item 40

Kepemimpinan instruksional

(X1) Sumber: Kemdiknas (2011), Marry Jo (2008) Mc. Ewan (2002), Murphy& Hallinger (Cheng Sim:2011) Peningkatan secara berkelanjutan

Mempunyai visi, misi, tujuan dan strtegi untuk memajukan/ meningkatkan mutu sekolah

1 1 Membangun kerja sama antara

guru orang tua siswa dan masyarakat untuk peningkatan mutu sekolah secara berkelanjutan

1 2 Menggunakan data untuk

merencanakan pengembangan sekolah secara berkelanjutan

1 3 Memfasilitasi upaya-upaya

pengembangan dan peningkatan mutu sekolah dalam segala bidang


(26)

102

Sumarno, 2014

Kultur pembelajaran

Menjadi pelopor dalam mengembangkan kultur pembelajaran di sekolah

1 5 Mendampingi, melatih, dan

memimpin dalam pengembangan kultur sekolah agar kondusif untuk belajar

1 6 Menjadi contoh bagi guru dan

karyawan dalam mengembangkan disiplin diri dan setia dalam menjalankan tugas

1 7 Memimpin guru dan staf dalam

upaya memaksimalkan waktu belajar

1 8 Memimpin warga sekolah dalam

membangun hubungan yang erat agar menghasilkan lingkungan belajar yang produktif

1 9

Kepemimpinan pembelajaran dan penilaian

Membimbing guru dalam penyusunan instrument penilaian seperti kisi-kisi, dan soal evaluasi

1 10 Memimpin dalam proses

pengembangan kurikulum sekolah

1 11 Melaksanakan kewajiban

mengajar minimal 6 jp/minggu 1 12 Menjadi pelopor dan

memfasilitasi upaya pencapaian target kurikulum

1 13 Mengisi jam pelajaran kosong

jika guru berhalangan hadir 1 14

Pengembangan profesionalisme guru

Melakukan observasi dan supervisi akademik kepada semua guru

1 15 Memberi kesempatan untuk

peningkatan karier dan professional guru

1 16 Menyediakan sumber daya yang

diperlukan guru dan karyawan agar dapat melaksankan pekerjaan dengan baik

1 17 Memimpin diskusi tentang

kesulitan /temuan dalam

pembelajaran bersama guru-guru

1 18

Manajemen sekolah

Mengembangkan standar prosedur operasi (SOP) dan aturan rutin yang diikuti guru dan karyawan

1 19 Memfokuskan kegiatan

sehari-hari untuk peningkatan prestasi belajar siswa

1 20 Transparan dalam penggunaan


(27)

Memberdayakan sumber daya pendidikan yang ada untuk mencapai visi dan misi sekolah

1 22 Menyusun struktur organisasi

sekolah dan menjalankannya 1 23

Etika

Menjadi contoh dalam

menerapkan kode etik profesional 1 24 Membuat keputusan dengan

memperhatikan etika dan menghormati harga diri semua pihak

1 25 Bersikap sopan dan ramah

terhadap bawahan 1 26

Menyelesaikan setiap masalah

yang muncul secara bijak 1 27 Menunjukkan perhtaian/empati

terhadap masalah-masalah siswa,guru dan staf

1 28

Perbedaan

Menghargai perbedaan latar

belakang siswa guru dan staf 1 29 Melakukan interaksi secara efektif

terhadap bawahan dengan memperhatikan perbedaan latar belakang

1 30

Jumlah item 30

Iklim sekolah (X2) Sumber : Cohen, Mc. Cabe.et.al (2007), Hoy&Miskel (2008), Freiberg&Mars hall(2002), Styron&Nyman (2008), Halpin&Croft (Gunbayi: 2007)

Rule and norm

Menyusun/mempunyai tata

tertib/aturan sekolah 1 1 Mengkomunikasikan tata tertib

sekolah kepada seluruh warga sekolah

1 2 Semua warga sekolah

melaksanakan tata tertib sekolah secara konsisten

1 3

Physical safety

Siswa merasa aman selama

belajar di sekolah 1 4 Orang tua merasa aman selama

anaknya berada di sekolah 1 5

Social and emotional security

Siswa saling menghargai antara

satu dengan yang lain 1 6 Pergaulan antar siswa di sekolah

rukun dan harmonis 1 7

Support for learning

Tersediannya fasilitas

pembelajaran yang memadai 1 8 mendorong semua siswa untuk

mengembangkan kemampuannya sesuai bakat yang dimilikinya.

1 9 Selalu ada tanggapan yang positip

dan konstruktif terhadap segala prestasi siswa

1 10 Melakukan layanan individual

terhadap siswa 1 11

Siswa diberi kesempatan untuk


(28)

104

Sumarno, 2014

dimiliki.

Social and civic learning

Mendukung pengembangan

akademik siswa 1 13

Mendukung pengembangan keterampilan sosial dan kemasyarakatan siswa

1 14 Membiasakan siswa untuk selalu

menerapkan sikap tanggung jawab

1 15 Membantu siswa dalam

memecahkan masalah akademik atau sosial

1 16

Respect for diversity

Hubungan yang harmonis antara

guru dan orang tua siswa 1 17 Hubungan yang harmonis antar

guru di sekolah 1 18

Huungan yang harmonis antara

guru dan kepala sekolah 1 19 Hubungan yang harmonis antara

guru dan siswa 1 20

Menyadari dan menghormati adanya perbedaan sesama warga sekolah

1 21

Social support adults

Terjalin kerjasama antar orang tua 1 22 Orang tua mendukung program

sekolah 1 23

Orang tua mempunyai harapan yang tinggi terhadap prestasi sekolah

1 24

Social support student

Masyarakat mendukung upaya sekolah untuk meningkatkan prestasi siswa

1 25

School connectedness/ engagement

Siswa memiliki motivasi untuk

berprestasi 1 26

Semua warga sekolah merasa peduli dan memiliki terhadap sekolah

1 27 Semua warga sekolah mampu

berpartisipasi untuk kemajuan sekolah

1 28

Physical surroundings

Lingkungan sekolah yang bersih

dan asri 1 29

Semua fasilitas sekolah tersedia

dan terawat dengan baik 1 30

Jumlah item 30

G. Proses Pengembangan Instrumen

1. Uji Validitas Instrumen dan Reliabilitas Instrumen

Untuk mendapatkan data dan hasil penelitian yang akurat, jelas dibutuhkan instrumen pengumpul data yang baik, oleh karena itu sebelum instrumen


(29)

pengumpul data penelitian digunakan maka perlu dilakukan pengujian berkenaan dengan validitas dan reliabilitas instrument. Tujuan uji validitas dan reliabilitas adalah untuk mengetahui dan menganalisa kelemahan yang mungkin terjadi dari masing-masing item pertanyaan/pernyataan yang dibuat dalam proses penyusunan instrumen pengumpul data tersebut.

Validitas instrumen berkenaan dengan instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang hendak diukur. Berkaitan dengan hal ini Arikunto (2000,hlm.63) menyatakan bahwa validitas merupakan suatu ukuran yang menunjukkan tingkat keandalan atau kesahihan suatu alat ukur. Alat ukur yang kurang valid berarti memiliki validitas yang rendah. Sedangkan Sukmadinata (2010,hlm.228) menyatakan bahwa validitas instrumen menunjukkan bahwa hasil dari suatu pengukuran menggambarkan segi atau aspek yang diukur. Beberapa karakteistik validitas instrumen penelitian menurut Sukmadinata (2010,hlm.228) adalah : (1) validitas sebenarnya menunjukkan hasil dari penggunaan instrumen tersebut, buka pada instrumennya. Suatu instrumen dikatakan valid jika instrumen tersebut benar-benar mampu mengukur aspek yang akan diukur. (2) validitas menunjukkan derajat atau tingkatan, validitasnya tinggi, sedang atau rendah, bukan valid atau tidak valid. (3) validitas instrumen memiliki spesifikasi tidak berlaku umum. Ujia validitas yang dilakukan adalah validitas kunstruk (construct

validity) dan validitas isi (content validity). Validitas konstruk dilakukan

dengan meminta pertimbangan dari dosen pembibing, sedangkan validitas isi dilakukan dengan uji coba angket.

Untuk menguji validitas instrumen terlebih dahulu dicari harga korelasi antara bagian-bagian dari alat ukur secara keseluruhan dengan cara mengkorelasikan setiap butir pertanyaan dengan skor total, dengan menggunakan rumus Pearson Product Moment (Riduwan, 2010,hlm.109).

(∑ (∑ ( ∑


(30)

106

Sumarno, 2014

Keterangan :

rhitung = koefisien korelasi

∑ = jumlah perkalian X dan Y

∑ = jumlah skor item

∑ = jumlah skor total/seluruh item

= jumlah X kuadrtat

= jumlah Y kuadrtat

n = jumlah responden

Selanjutnya menghitung harga t dengan uji t menggunakan rumus:

t

hitung

=

Keterangan: t = nilai t hitung r = koefisien korelasi n = banyak populasi

distribusi table t untuk α = 0,05 dengan derajat kebebasan (dk= n - 2), maka kaidah keputusannya adalah :

jika thitung t table berarti valid, sebaliknya jika thitung t table berarti tidak

valid.

Jika instrument tersebut dinyatakan valid, maka aturan indeks korelasinya adalah sebagai berikut:

Rata-rata Skor Kriteria

0,800 sampai dengan 1,000 sangat tinggi 0,600 sampai dengan 0,799 tinggi 0,400 sampai dengan 0,599 cukup tinggi 0,200 sampai dengan 0,399 rendah

0,00 sampai dengan 0,199 sangat rendah

Reliabilitas berkenaan dengan tingkat keajegan dan ketetapan hasil pengukuran. Suatu instrumen memiliki tingkat realibilitas yang memadai, jika instrumen tersebut digunakan untuk mengukur aspek yang diukur beberapa


(31)

kali menghasilkan nilai ukur yang sama dan tetap. Uji realibilitas dimaksudkan untuk mengetahui apakah instrumen yang digunakan dapat dipercaya dan dapat digunakan sebagai instrumen pengumpul data (Arikunto, 2010,hlm.170).

Uji realibilitas instrument dilakukan dengan cara menghitung realibilitas seluruh item angket menggunakan rumus Spearman Brown sebagai berikut:

b b l

r

r

r

1

.

2

1

2. Hasil Uji Validitas dan Relianilitas Instrumen

a. Hasil Uji Validitas Instrumen Variabel Sekolah Efektif (Y)

Banyaknya pernyataan variable Sekolah efektif Y sebanyak 40 item. Diujicobakan kepada 20 responden. Berdasarkan hasil perhitungan (terlampir) maka diperoleh hasil 40 pernyataan tersebut semua dinyatakan valid. Hal ini berarti semua item dapat digunakan.

Tabel 3.5 Hasil Uji Validitas Variabel Sekolah Efektif (Y) Nmr

item

Koefisien korelasi

Harga thitung

Harga ttabel

Keputusan Hitungan validitas 1 0.985 29.885 2.101 Valid

2 0.993 43.307 2.101 Valid 3 0.982 27.577 2.101 Valid 4 0.996 59.271 2.101 Valid 5 0.990 36.704 2.101 Valid 6 0.970 20.970 2.101 Valid 7 0.965 19.351 2.101 Valid 8 0.972 21.773 2.101 Valid 9 0.571 3.679 2.101 Valid 10 0.985 30.304 2.101 Valid

11 0.974 22.609 2.101 Valid Distribusi t untuk α = 0,05 dan uji 12 0.970 21.299 2.101 Valid dua pihak dengan derajat 13 0.971 21.646 2.101 Valid kebebasan (dk=n-2=20-2=18) 14 0.983 28.431 2.101 Valid sehingga didapat t tabel sebesar 2,101 15 0.988 33.624 2.101 Valid

16 0.988 33.620 2.101 Valid Kaidah keputusan


(32)

108

Sumarno, 2014

18 0.959 17.989 2.101 Valid Jika t hitung < t tabel berarti tidak valid 19 0.928 13.163 2.101 Valid

20 0.969 20.660 2.101 Valid

21 0.983 28.388 2.101 Valid Nilai 29,885>2,101 berarti 22 0.986 30.921 2.101 Valid Item nomor 1 valid, demikian 23 0.921 12.467 2.101 Valid Seterusnya sampai item terakhir 24 0.966 19.865 2.101 Valid

25 0.985 30.560 2.101 Valid 26 0.979 25.140 2.101 Valid 27 0.981 26.514 2.101 Valid 28 0.981 26.514 2.101 Valid 29 0.926 12.968 2.101 Valid 30 0.984 28.866 2.101 Valid 31 0.796 6.954 2.101 Valid 32 0.975 23.155 2.101 Valid 33 0.973 22.418 2.101 Valid 34 0.979 25.233 2.101 Valid 35 0.975 23.239 2.101 Valid 36 0.993 43.595 2.101 Valid 37 0.983 28.458 2.101 Valid 38 0.987 32.881 2.101 Valid 39 0.983 28.469 2.101 Valid 40 0.984 29.289 2.101 Valid

b. Hasil Uji Validitas Instrumen Variabel Kepemimpinan Instruksional (X1)

Banyaknya pernyataan variable Kepemimpinan Instruksional (X1)

sebanyak 30 item. Diujicobakan kepada 20 responden. Berdasarkan hasil perhitungan (terlampir) maka diperoleh hasil 30 pernyataan tersebut semua dinyatakan valid. Hal ini berarti semua item dapat digunakan.

Tabel 3.6 Hasil Uji Validitas Variabel Kepemimpinan Instruksional (X1) Nmr

item

Koefisien korelasi

Harga thitung

Harga ttabel

Keputusan Hitungan validitas 1 0.995 50.517 2.101 Valid

2 0.994 48.553 2.101 Valid 3 0.994 49.559 2.101 Valid 4 0.979 25.336 2.101 Valid


(33)

5 0.983 28.014 2.101 Valid 6 0.985 29.894 2.101 Valid 7 0.995 50.517 2.101 Valid 8 0.978 24.591 2.101 Valid 9 0.573 3.704 2.101 Valid 10 0.979 25.684 2.101 Valid

11 0.988 33.184 2.101 Valid Distribusi t untuk α = 0,05 dan uji 12 0.989 35.248 2.101 Valid dua pihak dengan derajat 13 0.987 32.943 2.101 Valid kebebasan (dk=n-2=20-2=18) 14 0.943 15.040 2.101 Valid sehingga didapat t tabel sebesar 2,101 15 0.958 17.710 2.101 Valid

16 0.990 36.330 2.101 Valid Kaidah keputusan

17 0.969 20.595 2.101 Valid Jika t hitung > t tabel berarti valid 18 0.979 25.365 2.101 Valid Jika t hitung < t tabel berarti tidak valid 19 0.986 31.488 2.101 Valid

20 0.981 26.830 2.101 Valid

21 0.976 23.868 2.101 Valid Nilai 50,517 > 2,101 berarti 22 0.987 32.803 2.101 Valid Item nomor 1 valid, demikian 23 0.986 31.133 2.101 Valid Seterusnya sampai item terakhir 24 0.994 47.673 2.101 Valid

25 0.991 38.495 2.101 Valid 26 0.993 44.474 2.101 Valid 27 0.988 33.572 2.101 Valid 28 0.990 36.250 2.101 Valid 29 0.982 27.863 2.101 Valid 30 0.989 36.180 2.101 Valid

c. Hasil Uji Validitas Instrumen Variabel Iklim Sekolah (X2)

Banyaknya pernyataan variable Iklim Sekolah (X2) sebanyak 30 item.

Diujicobakan kepada 20 responden. Berdasarkan hasil perhitungan (terlampir) maka diperoleh hasil 30 pernyataan tersebut semua dinyatakan valid. Hal ini berarti semua item dapat digunakan.

Tabel 3.7 Hasil Uji Validitas Variabel Iklim Sekolah (X2) Nmr

item

Koefisien korelasi

Harga thitung

Harga ttabel

Keputusan Hitungan validitas 1 0.998 93.415 2.101 Valid

2 0.987 32.274 2.101 Valid 3 0.989 35.425 2.101 Valid 4 0.995 55.582 2.101 Valid


(34)

110

Sumarno, 2014

5 0.991 39.734 2.101 Valid 6 0.987 32.912 2.101 Valid 7 0.988 33.613 2.101 Valid 8 0.980 25.956 2.101 Valid 9 0.577 3.736 2.101 Valid 10 0.990 36.999 2.101 Valid

11 0.964 19.073 2.101 Valid Distribusi t untuk α = 0,05 dan 12 0.972 21.708 2.101 Valid uji dua pihak dengan derajat 13 0.989 35.059 2.101 Valid kebebasan (dk=n-2=20-2=18) 14 0.981 26.779 2.101 Valid sehingga didapat t tabel sebesar 15 0.987 33.010 2.101 Valid 2,101

16 0.991 39.273 2.101 Valid Kaidah keputusan

17 0.991 39.237 2.101 Valid Jika t hitung > t tabel berarti valid 18 0.993 43.914 2.101 Valid Jika t hitung < t tabel berarti tidak 19 0.998 93.415 2.101 Valid valid

20 0.998 93.415 2.101 Valid

21 0.993 43.632 2.101 Valid Nilai 93,415 > 2,101 berarti 22 0.986 31.480 2.101 Valid Item nomor 1 valid, demikian 23 0.990 37.211 2.101 Valid Seterusnya sampai item terakhir 24 0.990 37.437 2.101 Valid

25 0.989 35.564 2.101 Valid 26 0.989 35.067 2.101 Valid 27 0.989 36.195 2.101 Valid 28 0.989 36.195 2.101 Valid 29 0.983 28.346 2.101 Valid 30 0.983 28.654 2.101 Valid

d. Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Variabel Sekolah Efektif (Y)

Banyaknya pernyataan variable Sekolah efektif (Y) sebanyak 40 item. Diujicobakan kepada 20 responden. Berdasarkan hasil perhitungan (terlampir) maka diperoleh hasil 40 pernyataan tersebut semua dinyatakan reliabel. Hal ini berarti semua item dapat digunakan.

Tabel 3.8 Hasil Uji Reliabilitas Variabel Sekolah Efektif (Y) Nmr

Item

Koevisien Korelasi

Harga r11

Harga

r Tabel Keputusan Hitungan Reliabelitas 1 0.985 0.992 0.468 Reliabel

2 0.993 0.996 0.468 Reliabel 3 0.982 0.991 0.468 Reliabel 4 0.996 0.998 0.468 Reliabel


(35)

5 0.990 0.995 0.468 Reliabel 6 0.970 0.985 0.468 Reliabel

7 0.965 0.982 0.468 Reliabel Distribusi t untuk α = 0,05 dan 8 0.972 0.986 0.468 Reliabel uji dua pihak dengan derajat 9 0.571 0.727 0.468 Reliabel kebebasan (dk=n-2=20-2=18) 10 0.985 0.992 0.468 Reliabel sehingga didapat t tabel sebesar 11 0.974 0.987 0.468 Reliabel 0,468

12 0.970 0.985 0.468 Reliabel Kaidah keputusan

13 0.971 0.985 0.468 Reliabel Jika t hitung > t tabel berarti reliabel 14 0.983 0.991 0.468 Reliabel Jika t hitung < t tabel berarti tidak 15 0.988 0.994 0.468 Reliabel reliabel

16 0.988 0.994 0.468 Reliabel 17 0.989 0.995 0.468 Reliabel

18 0.959 0.979 0.468 Reliabel Ternyata 0,992 > 0,468 19 0.928 0.963 0.468 Reliabel berarti item nomor satu 20 0.969 0.984 0.468 Reliabel reliable,demikian seterusnya 21 0.983 0.991 0.468 Reliabel Sampai item terakhir 22 0.986 0.993 0.468 Reliabel

23 0.921 0.959 0.468 Reliabel 24 0.966 0.983 0.468 Reliabel 25 0.985 0.993 0.468 Reliabel 26 0.979 0.989 0.468 Reliabel 27 0.981 0.990 0.468 Reliabel 28 0.981 0.990 0.468 Reliabel 29 0.926 0.962 0.468 Reliabel 30 0.984 0.992 0.468 Reliabel 31 0.796 0.886 0.468 Reliabel 32 0.975 0.987 0.468 Reliabel 33 0.973 0.986 0.468 Reliabel 34 0.979 0.989 0.468 Reliabel 35 0.975 0.987 0.468 Reliabel 36 0.993 0.996 0.468 Reliabel 37 0.983 0.992 0.468 Reliabel 38 0.987 0.994 0.468 Reliabel 39 0.983 0.992 0.468 Reliabel 40 0.984 0.992 0.468 Reliabel

e. Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Variabel Kepemimpinan Instruksional (X1)

Banyaknya pernyataan variable Kepemimpinan Instruksional (X1)


(36)

112

Sumarno, 2014

perhitungan (terlampir) maka diperoleh hasil 30 pernyataan tersebut semua dinyatakan reliabel. Hal ini berarti semua item dapat digunakan.

Tabel 3.9 Hasil Uji Reliabilitas Variabel Kepemimpinan Instruksional (X1) Nmr

Item

Koevisien Korelasi

Harga r11

Harga

r Tabel Keputusan Hitungan Reliabelitas 1 0.995 0.997 0.468 Reliabel

2 0.994 0.997 0.468 Reliabel 3 0.979 0.989 0.468 Reliabel 4 0.979 0.989 0.468 Reliabel 5 0.983 0.991 0.468 Reliabel 6 0.985 0.992 0.468 Reliabel

7 0.995 0.997 0.468 Reliabel Distribusi t untuk α = 0,05 dan 8 0.978 0.989 0.468 Reliabel uji dua pihak dengan derajat 9 0.573 0.729 0.468 Reliabel kebebasan (dk=n-2=20-2=18) 10 0.979 0.990 0.468 Reliabel sehingga didapat t tabel sebesar 11 0.988 0.994 0.468 Reliabel 0,468

12 0.989 0.994 0.468 Reliabel Kaidah keputusan

13 0.987 0.994 0.468 Reliabel Jika t hitung > t tabel berarti reliabel 14 0.943 0.971 0.468 Reliabel Jika t hitung < t tabel berarti tidak 15 0.958 0.979 0.468 Reliabel reliabel

16 0.990 0.995 0.468 Reliabel 17 0.969 0.984 0.468 Reliabel 18 0.979 0.989 0.468 Reliabel

19 0.986 0.993 0.468 Reliabel Ternyata 0,997 > 0,468 berarti 20 0.981 0.990 0.468 Reliabel item nomor satu reliabel, 21 0.976 0.988 0.468 Reliabel demikian seterusnya sampai 22 0.987 0.994 0.468 Reliabel item terakhir

23 0.986 0.993 0.468 Reliabel 24 0.994 0.997 0.468 Reliabel 25 0.991 0.995 0.468 Reliabel 26 0.993 0.996 0.468 Reliabel 27 0.988 0.994 0.468 Reliabel 28 0.990 0.995 0.468 Reliabel 29 0.982 0.991 0.468 Reliabel 30 0.989 0.995 0.468 Reliabel

f. Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Variabel Iklim Sekolah (X2)

Banyaknya pernyataan variable Iklim Sekolah (X2) sebanyak 30 item.


(37)

(terlampir) maka diperoleh hasil 30 pernyataan tersebut semua dinyatakan reliabel. Hal ini berarti semua item dapat digunakan

Tabel 3.10 Hasil Uji Reliabilitas Variabel Iklim Sekolah (X2) Nmr

Item

Koevisien Korelasi

Harga r11

Harga

r Tabel Keputusan Hitungan Reliabelitas 1 0.998 0.999 0.468 Reliabel

2 0.987 0.993 0.468 Reliabel 3 0.989 0.994 0.468 Reliabel 4 0.995 0.998 0.468 Reliabel 5 0.991 0.996 0.468 Reliabel 6 0.987 0.994 0.468 Reliabel 7 0.988 0.994 0.468 Reliabel

8 0.980 0.990 0.468 Reliabel Distribusi t untuk α = 0,05 dan uji 9 0.577 0.732 0.468 Reliabel dua pihak dengan derajad 10 0.990 0.995 0.468 Reliabel kebebasan (dk=n-2=20-2=18) 11 0.964 0.981 0.468 Reliabel sehingga didapat t tabel sebesar 0,468 12 0.972 0.986 0.468 Reliabel

13 0.989 0.994 0.468 Reliabel 14 0.981 0.990 0.468 Reliabel

15 0.987 0.994 0.468 Reliabel Kaidah keputusan

16 0.991 0.996 0.468 Reliabel Jika t hitung > t tabel berarti reliabel 17 0.991 0.995 0.468 Reliabel Jika t hitung < t tabel berarti tidak 18 0.993 0.996 0.468 Reliabel reliabel

19 0.998 0.999 0.468 Reliabel 20 0.998 0.999 0.468 Reliabel

21 0.993 0.996 0.468 Reliabel Ternyata 0,999 > 0,468 berarti item 22 0.986 0.993 0.468 Reliabel nomor satu reliabel, demikian 23 0.990 0.995 0.468 Reliabel seterusnya sampai item terakhir 24 0.990 0.995 0.468 Reliabel

25 0.989 0.994 0.468 Reliabel 26 0.989 0.995 0.468 Reliabel 27 0.989 0.994 0.468 Reliabel 28 0.989 0.995 0.468 Reliabel 29 0.983 0.991 0.468 Reliabel 30 0.983 0.992 0.468 Reliabel

H. Analisis Data

1. Analisis Deskriptif

Analisis deskriptif menggambarkan tentang ringkasan data-data penelitian seperti mean, standar deviasi, varian, modus dan yang lainnya. Fungsi analisis


(38)

114

Sumarno, 2014

deskriptif adalah untuk memberikan gambaran umum tentang data yang telah diperoleh. Gambaran umum ini bisa menjadi acuan untuk melihat karakteristik data yang kita peroleh. Dalam penelitan ini analisis deskriptif menggunakan alat bantu software SPSS versi 20 for windows.

Hasil perhitungan data analisis deskriptif selanjutnya dikonsultasikan dengan tabel kriteria penilaian persentase skor tanggapan responden (Sugiyono, 2008)

Tabel 3.11 Kriteria Skor Rata-rata Variabel

No Rata-rata Skor Kriteria

1 4,21 – 5,00 sangat tinggi 2 3,41 – 4,20 tinggi 3 2,61 – 3,40 cukup tinggi 4 1,81 – 2,60 rendah

5 1,00 – 1,80 sangat rendah

2. Uji Pesyaratan Analisis

Uji persyaratan analisis diperlukan guna mengetahui apakah analisis data untuk pengujian hipotesis dapat dilanjutkan atau tidak. Beberapa teknik analisis data menuntut uji persyaratan analisis. Analisis varian mempersyaratkan bahwa data berasal dari populasi yang berdistribusi normal dan kelompok-kelompok yang dibandingkan homogen. Oleh karena itu analisis varian mempersyaratkan uji normalitas dan homogenitas data. Begitu pula untuk analisis regresi, menuntut pra syarat adanya uji normalitas dan uji linieritas. Pengolahan dan analisis data dalam sebuah penelitian menjadi sangat penting karena dari data yang diperoleh, dilakukan proses pengolahan menghasilkan sebuah kesimpulan.

g. Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah populasi data berdistribusi normal atau tidak. Karena dalam statistik parametrik mempersyaratkan data yang akan diolah harus berdistribusi normal. Uji Normalitas dilakukan untuk masing-masing variable penelitian yakni, kepemimpinan instruksional (X1), Iklim Sekolah (X2) dan Sekolah Efektif


(39)

(Y). Dalam penelitian ini uji normalitas data dilakukan dengan uji

Kolmogorov-Smirnov dan menggunakan Software SPSS ver. 20 for Windows.

dengan ketentuan :

 Probabilitas Sig. > 0,05 , maka Ho diterima.

Berarti tidak terdapat perbedaan antara distribusi data dengan distribusi normal.

 Probabilitas Sig. < 0,05 , maka Ho ditolak.

Berarti terdapat perbedaan antara distribusi data dengan distribusi normal.

h. Uji Linieritas

Uji linearitas bertujuan untuk mengetahui apakah dua variabel mempunyai hubungan yang linear atau tidak secara signifikan. Uji ini biasanya digunakan sebagai prasyarat dalam analisis korelasi atau regresi linear. Uji linieritas dilakukan terhadap masing-masing variable penelitian yakni: uji linieritas variable kepemimpinan instruksional (X1) terhadap Sekolah Efektif (Y),dan

variable Iklim Sekolah (X2) terhadap Sekolah Efektif (Y). uji linieritas

dalam penelitian ini dilakukan menggunakan uji-t dengan bantuan Software

SPSS ver. 20 for Windows. dengan ketentuan:

Jika t hitung > tabel maka Ho ditolak dan Ha diterinta. Jika t hitung < t tabel maka Ho diterima dan Ha ditolak.

3. Analisis Data Untuk Pengujian Hipotesis

Analisis pengujian hipotesis dilakukan untuk menarik kesimpulan apakah hipotesis penelitian didukung atau tidak didukung oleh fakta empirik. Analisis pengujian hipotesis dapat dilakukan setelah uji persyaratan analisis dipenuhi yakni: data penelitian masing-masing variable berdistribusi normal dan antar variable mempunyai hubungan yang linier. Uji analisis hipotesis dilakukan dengan analisis korelasi dan regresi sederhana maupun ganda. Untuk analisis data pengujian hipotesis dalam penelitian ini dibantu dengan menggunakan software SPSS ver. 20 for Windows.


(40)

116

Sumarno, 2014

Untuk memberi arti tingkat hubungan antar variabel dikonsultasikan dengan tabel interpretasi koefisien korelasi sebagaimana yang dikemukakan Riduwan (2010,hlm.221) sebagai berikut :

Tabel 3.12

Interpretasi Koefisien Korelasi Nilai r

Interval Koefisien Tingkat Hubungan 0,80 – 1,000

0,60 – 0,799 0,40 – 0,599 0,20 – 0,399 0,00 – 0,199

Sangat kuat Kuat Cukup kuat

Rendah Sangat rendah

a. Untuk menguji pengaruh kepemimpinan instruksional kepala sekolah (X1)

terhadap Sekolah Efektif (Y) digunakan analisis regresi linier sederhana antar dua variable tersebut. Setelah ditemukan koefisien regresi, kemudian dilakukan uji signifikasi untuk menentukan besaran koefisien korelasi antara kepemimpinan instruksional (X1) dan Sekolah Efektif (Y).

b. Untuk menguji pengaruh Iklim Sekolah (X2) terhadap Sekolah Efektif (Y)

digunakan analisis regresi linier sederhana antar dua variable tersebut. Setelah ditemukan koefisien regresi, kemudian dilakukan uji signifikasi untuk menentukan besaran koefisien korelasi antara Iklim Sekolah (X2)

dan Sekolah Efektif (Y).

c. Untuk menguji pengaruh kepemimpinan instruksional kepala sekolah (X1)

dan Iklim Sekolah (X2) secara bersana-sama terhadap Sekolah Efektif (Y)

digunakan analisis regresi ganda mengenai pengaruh kepemimpinan instruksional kepala sekolah (X1) dan Iklim Sekolah (X2) secara

bersana-sama terhadap Sekolah Efektif (Y). Setelah ditemukan perbersana-samaan regresi ganda, kemudian dilakukan uji signifikasi dan uji kelinieran persamaan regresi. Selanjutnya dilakukan uji signifikansi arah koefisien dan kelinieran persamaan dengan menggunakan Analisis Varians (ANAVA).


(41)

DAFTAR PUSTAKA

Aldursanie, Ridwan. (2008). Sekolah Efektif. [Online] tersedia : http://ridwan202.wordpress.com/2008/10/16/sekolah-efektif/ [24 Agustus 2013]

Ali, M. (2010). Metodologi dan Aplikasi Riset Pendidikan. Bandung: Pustaka Cendekia Utama.

Arikunto Suharsimi. (2010). Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktis, edisi revisi . Jakarta : Rineka Cipta

Barnawi dan Arifin. (2012). Kinerja Guru Profesional.Yogyakarta: Ar Ruz Media.

Beach and Reinhartz. (2000). Supervisory Leadership: Focus on Instruction.

Allyn and Bacon Publisher

Beath and Mortimore. (2006). Improving Schools Efectiveness. Open University Press

Bennett,N.(2003). Effective Education Leadership.California: Paul Chapman Publishing.

Beziertzoglou, M. (2004).” Consider the Study of School Effectiveness for Future School”. Makalah pada Konferensi Eropa tentang Penelitian Pendidikan. Universitas Kreta.

Blasé and Blasé (2000).”Effective Instructional Leadership, Teachers’ Pesrpectives on How Principals Promote Teaching and Learning in Schools”. Journal of Education Administration,38 No.2, 2000, pp 130-141. MCB University Press.

Bugin, Burhan.(2011). Metode Penelitian Kuantitatif. Jakarta: Kencana. Center for Social and Emotional Education. (2007). School climate

research summary. New York: Author. [Online]

tersedia: http://nscc.csee.net/effective/school_climate_research_sum mary.pdf

Chell, Jan. (2010). Introducing Principals to the Role of Instructional Leadership”. Journal SSTA Research Centre Report #95-14. [Online]. Tersedia: http://www.saskschoolboards.ca/research/leadership/95-14.htm#pa.


(42)

180

Sumarno, 2014

Cheng, Y.C. & Mok, M.M.C (2008). “What effective classroom: Towards a paradigm shift”. Journal School Effectiveness and School

Improvement.19(4), 365-385.

Cheng Sim, Quah. (2011). “Instructional leadership among principals of secondary schools in Malaysia”. Journal Educational Research

(ISSN: 2141-5161). 2 (12) pp. 1784-1800, December 2011. [Online] tersedia :http://www.interesjournals.org/ER

Cherubini, Lorenzo. (2008). “Teacher Candidates’ Perceptions of School Culture: A Mixed Methods Investigation”. Journal of Teaching and

Learning. 5(2), 39-54. [Online]. Tersedia:

http://www.phaenex.uwindsor.ca/ojs/leddy/index.php/JTL/article/view /157/51.

Cohen, Jonathan. (2006). Social, emotional, ethical, and academic education: Creating a climate for learning, participation in

democracy, and well-being. Harvard Educational Review, 76(2),

201–237.

Creemers and Reezigt.(2005) The Role of School and Classroom Climate in Elementary School Learning Environments School Climate:

Measuring, Improving and Sustaining Healthy Learning

Environments. London: Falmers Press

Cuban,L. (2013). Schools Principals and The Retoric of Instructional

Leadeship.

[online]tersedia:www.washingtonpost.com/blogs/answer-sheet/ [22 Juli 2013]

Danim, S. (2010). Kepemimpinan Pendidikan. Bandung : Alfabeta. Danim, S. (2006). Visi Baru Manajemen Sekolah. Jakarta : Bumi Aksara Daryanto. (2010). Administrasi Pendidikan. Jakarta : Rineka Cipta

Engkoswara dan Komariah, A. (2011). Administrasi Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Fathurrohman dan Suryana.(2012). Guru Profesional. Bandung : Refika aditama

Finken, Ed. (2012). Principals as Instructional Leaders. [online]

tersedia:www.districadministration.com/article/principals-instructional-leaders [22 Juli 2013]

Furchan, Arief. (2007). Pengantar Penelitian dalam Pendidikan. Yogyakarta : Pustaka Pelajar


(43)

Furqon. (2009). Statistika Terapan untuk Penelitian. Bandung : Alfabeta. Glickman, C.D., Gordon, S.P., and Ross Gordon, JM. (2007). Supervision

and Instrucsional Leadership A Development Approuch, Sevent

Edition. Boston : Pearson

Gunbayi, Ilhan. (2007). “School Climate and Teachers’ Perceptions on Climate Factors: Research Into Nine Urban High Schools”. The

Turkish Online Journal of Educational Technology (TOJET). 6(3).

1-10.[Online].Tersedia:http://www.eric.ed.gov/ERICDocs/data/ericdocs 2sql/content_storage_01/0000019b/80/3d/04/58.pdf.

Gureined Steve. (2008). School Climate. School Culture, They Are Not The Same Thing. Principal. April 2008 tersedia dalam www.naesp.org.

Hadis A. dan Nurhayati. (2012). Manajemen Mutu Pendidikan. Bandung : Alfabeta.

Hallinger, Phillip. (2005).Instructional Leadership and the School Principal:

A Passing Fancy That Refuses to Fade Away. Leadership and Policy

in Schools 4.

Hatta,Effendi (2011). Iklim Sekolah. [online]. tersedia: http://efendihatta. blogspot.com/2010/07/iklim-sekolah-school-climate.html.

Hoffman, Lorrie L., Hutchinson, Cynthia J., dan Reiss, Elayne., (2009). “On Improving School Climate: Reducing Reliance on Rewards and Punishment”. International Journal Of Whole Schooling. 5 (3). [Online].Tersedia:http://www.wholeschooling.net/Journal_of_Whole_ Schooling/ articles/5-1%20Hoffman.pdf.

Horng, Eileen L., Daniel Klasik, and Susanna Loeb.(2010). “Principal Time-Use and School Effectiveness”. American Journal of Education 116, no. 4: 492-523.

Horng, Eileen L., Susanna Loeb, and Dan Mindich. (2010). Teachers’

Support-Seeking Behaviors and How They Are Influenced by School

Leadership. School Leadership Research, Working Paper 10-5.

Stanford,Calif.: Institute for Research on Education Policy and Practice

Hoy,K.Wayne & Miskel. (2008). Educational Administration. New York : Higher Education.


(44)

182

Sumarno, 2014

Ing, Marsha.(2008). “Using Informal Classroom Observations to Improve Instruction: Describing Variability Across Schools. School Leadership Research”, Working Paper 08-1. Stanford, Calif.: Institute for Research on Education Policy and Practice.

Jenkins,Billy. (2009). What It Takes To Be an Instructional Leader.

Principal;Jan/Feb2009, 88 Issue 3, p34

Jo, Mary. (2008). “Education Redesign: Tennessee Instructional Leadership

Standards”. Journal Tennessee State Board of Education. Januari

2008

Joyner,S. (2005). What is Instructional Leadership and Why is it so

Important?.[online].tersedia:www.readingfirstsupport.us. [22 Juli

2013].

Kartono, Kartini.(2003). Pemimpin Dan Kepemimpinan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada

Kassabri, M.K. Benbenishty, R. Astor, R.A. (2005). The Effect of School Climate, Sosioeconomics and Cultural Factors on Student

Victimization in Israel. Social Work Research, 29, 3, 165-180

Katman. (2010).Efektivitas Sekolah pada SD Fransisco Yashinta dan SD Nur

Islam di Kabupaten Nunukan Propinsi Kalimantan Timur.Tesis pada

FISIP UI Jakarta: tidak diterbitkan

Kementerian Pendidikan Nasional. (2011). Kepemimpinan Pembelajaran,

Materi Penguatan Kemampuan Kepala Sekolah. Jakarta : Kemdiknas.

Kirk,J.David & Jones L. Terry. (2004). Effective Schools.

[online].tersedia:www.pearsonasses.com [22 Juli 2013]

Komariah, Aan dan Triatna,Cepi.(2008).Visionary Leadership Menuju

Sekolah Efektif. Jakarta: Bumi Aksara.

Lezzote, Larry. (2012). What Makes a School Effective?. [online].tersedia:

http://www.education.com/print/Ref_What_Makes_School/ [20 Februari 2014]

Luthans, Fred. (2006). Organizational Behavior 10th Edition (terjemahan).

Yogyakarta : Andi

Macbeath & Mortimer.(2005).Improving School Effectiveness. Buckingham: Open University Press.


(45)

Marshall, Megan L. (2002). Examining School Climate: Defining Factors And Educational Influences. Center for Research on School Safety,

School Climate and Classroom Management. Georgia State

University.[Online].Tersedia:http://education.gsu.edu/schoolsafety/do wnload%20files/wp%202002%20school%20climate.pdf.

McEwan,K. (2002). Seven Steps to Effective Instructional Leadership Second

Edition. The McEwan-Adkins Group

Milner, Karen dan Khoza, Harriet. (2008). “A Comparison of Teacher Stress and School Climate Across Schools with Different Matric Success Rates”. South African Journal of Education. 28. 155-173. [Online]. Tersedia: http://ajol.info/index.php/saje/article/viewFile/25151/4350

Mirza, Wahyu. (2011). Iklim Sekolah. [Online].tersedia :

http://wahyumirza.blogspot.com/2011/04/iklim-sekolah.html. [20 Desember 2013].

Moejiono, Imam.(2002). Kepemimpinan dan Keorganisasian. Jogjakarta: UII Press

Moerdiyanto.(2007). Manajemen Sekolah Indonesia yang Efektif Melalui

Penerapan Total Quality Management. .[Online]. tersedia:

http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/penelitian/Drs.%20Moerdiyant o,%20M.Pd./ARTIKEL%20MANAJEMEN%20SEKOLAH%20EFE KTIF.pdf. [21 Februari 2014]

Muliati, AM. (2012). Kepemimpinan Pembelajaran Yang Efektif Bagi Kepala

Sekolah.[Online]. tersedia: http: //www .lpmpsulsel .net /v2/

attachments/201_Kepemimpinan%20Pembelajaran%20yang%20efekt if.pdf

Mulyasa. (2009). Menjadi Kepala Sekolah Profesional. Bandung : Rosda. Mulyasa. (2012). Manajemen dan Kepemimpinan Kepala Sekolah : Jakarta:

Bumi Aksara

Mulyasa. (2012). Uji Kompetensi dan Penilaian Kinerja Guru. Bandung : Rosda Putra.

National School Climate Council. (2007). The School Climate Challenge: Narrowing the gap between school climate research and school

climate policy, practice guidelines and teacher education policy. New

York: Center for Social and Emotional Education; & Denver, CO: National Center for Learning and Citizenship, Education Commission of the States. [Online] tersedia:


(46)

184

Sumarno, 2014

Nawawi, Hadari (2006). Kepemipinan Sekolah Efektif. Yogyakarta: UGM Press

Nursalam. (2003). Konsep Dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu

Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika

Pinkus, Lyndsay M. (2009). Moving Beyond AYP: High School Performance

Indicators. Alliance for Excellent Education. 1-20. [Online]. Tersedia:

http://www.all4ed.org/files/SPIMovingBeyondAYP.pdf

PMPTK. (2009). Bahan Belajar Mandiri (Dimensi Kompetensi Supervisi). Jakarta : Dirjen PMPTK

Prasojo Lantip.(2012). Kepemimpinan Efektif dalam Mewujudkan Sekolah

Efektif. [Online]. Tersedia: http://eprints.uny.ac.id/598/ [25 Februari

2014].

Prasojo, L. dan Sudiyono. (2011). Supervisi Pendidikan. Yogyakarta: Gava Media

Prytula, M, and Hellsten. (2013). Toward Instructional Leadership:

Principals’ Perceptions of Large-Scale Assessment in Schools.

Canadian Journal of Educational Administration and Policy, Issue

#140, March 12, 2013. [Online] tersedia:

http://www.umanitoba.ca/publications/cjeap/pdf_files/prytula-noonan-hellsten.pdf

Purwanto,Ngalim.(2009). Administrasi dan Supervisi Pendidikan. Bandung : Rosda

Riduwan. (2005). Belajar Mudah Penelitian Untuk Guru, Karyawan dan

Peneliti Pemula, Bandung : Alfabeta.

Riduwan. (2010).Metode dan Teknik menyusun Tesis. Bandung : Alfabeta. Riduwan.(2012). Metode dan Teknik Menyusun Proposal Penelitian.

Bandung : Alfabeta.

Rivai, V. dan Murni, S. (2009). Education Management Analisis Teori dan

praktek. Jakarta : Rajawali Press.

Sagala, syaiful. (2009). Administrasi Pendidikan Kontemporer. Bandung: Alfabeta


(1)

Ing, Marsha.(2008). “Using Informal Classroom Observations to Improve Instruction: Describing Variability Across Schools. School Leadership Research”, Working Paper 08-1. Stanford, Calif.: Institute for Research on Education Policy and Practice.

Jenkins,Billy. (2009). What It Takes To Be an Instructional Leader.

Principal;Jan/Feb2009, 88 Issue 3, p34

Jo, Mary. (2008). “Education Redesign: Tennessee Instructional Leadership

Standards”. Journal Tennessee State Board of Education. Januari

2008

Joyner,S. (2005). What is Instructional Leadership and Why is it so Important?.[online].tersedia:www.readingfirstsupport.us. [22 Juli 2013].

Kartono, Kartini.(2003). Pemimpin Dan Kepemimpinan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada

Kassabri, M.K. Benbenishty, R. Astor, R.A. (2005). The Effect of School Climate, Sosioeconomics and Cultural Factors on Student Victimization in Israel. Social Work Research, 29, 3, 165-180

Katman. (2010).Efektivitas Sekolah pada SD Fransisco Yashinta dan SD Nur Islam di Kabupaten Nunukan Propinsi Kalimantan Timur.Tesis pada FISIP UI Jakarta: tidak diterbitkan

Kementerian Pendidikan Nasional. (2011). Kepemimpinan Pembelajaran, Materi Penguatan Kemampuan Kepala Sekolah. Jakarta : Kemdiknas. Kirk,J.David & Jones L. Terry. (2004). Effective Schools.

[online].tersedia:www.pearsonasses.com [22 Juli 2013]

Komariah, Aan dan Triatna,Cepi.(2008).Visionary Leadership Menuju Sekolah Efektif. Jakarta: Bumi Aksara.

Lezzote, Larry. (2012). What Makes a School Effective?. [online].tersedia: http://www.education.com/print/Ref_What_Makes_School/ [20 Februari 2014]

Luthans, Fred. (2006). Organizational Behavior 10th Edition (terjemahan).

Yogyakarta : Andi

Macbeath & Mortimer.(2005).Improving School Effectiveness. Buckingham: Open University Press.


(2)

Marshall, Megan L. (2002). Examining School Climate: Defining Factors And Educational Influences. Center for Research on School Safety, School Climate and Classroom Management. Georgia State University.[Online].Tersedia:http://education.gsu.edu/schoolsafety/do wnload%20files/wp%202002%20school%20climate.pdf.

McEwan,K. (2002). Seven Steps to Effective Instructional Leadership Second Edition. The McEwan-Adkins Group

Milner, Karen dan Khoza, Harriet. (2008). “A Comparison of Teacher Stress and School Climate Across Schools with Different Matric Success Rates”. South African Journal of Education. 28. 155-173. [Online]. Tersedia: http://ajol.info/index.php/saje/article/viewFile/25151/4350 Mirza, Wahyu. (2011). Iklim Sekolah. [Online].tersedia :

http://wahyumirza.blogspot.com/2011/04/iklim-sekolah.html. [20 Desember 2013].

Moejiono, Imam.(2002). Kepemimpinan dan Keorganisasian. Jogjakarta: UII Press

Moerdiyanto.(2007). Manajemen Sekolah Indonesia yang Efektif Melalui Penerapan Total Quality Management. .[Online]. tersedia: http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/penelitian/Drs.%20Moerdiyant o,%20M.Pd./ARTIKEL%20MANAJEMEN%20SEKOLAH%20EFE KTIF.pdf. [21 Februari 2014]

Muliati, AM. (2012). Kepemimpinan Pembelajaran Yang Efektif Bagi Kepala Sekolah.[Online]. tersedia: http: //www .lpmpsulsel .net /v2/ attachments/201_Kepemimpinan%20Pembelajaran%20yang%20efekt if.pdf

Mulyasa. (2009). Menjadi Kepala Sekolah Profesional. Bandung : Rosda. Mulyasa. (2012). Manajemen dan Kepemimpinan Kepala Sekolah : Jakarta:

Bumi Aksara

Mulyasa. (2012). Uji Kompetensi dan Penilaian Kinerja Guru. Bandung : Rosda Putra.

National School Climate Council. (2007). The School Climate Challenge: Narrowing the gap between school climate research and school climate policy, practice guidelines and teacher education policy. New York: Center for Social and Emotional Education; & Denver, CO: National Center for Learning and Citizenship, Education Commission of the States. [Online] tersedia:


(3)

Nawawi, Hadari (2006). Kepemipinan Sekolah Efektif. Yogyakarta: UGM Press

Nursalam. (2003). Konsep Dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika

Pinkus, Lyndsay M. (2009). Moving Beyond AYP: High School Performance Indicators. Alliance for Excellent Education. 1-20. [Online]. Tersedia: http://www.all4ed.org/files/SPIMovingBeyondAYP.pdf

PMPTK. (2009). Bahan Belajar Mandiri (Dimensi Kompetensi Supervisi). Jakarta : Dirjen PMPTK

Prasojo Lantip.(2012). Kepemimpinan Efektif dalam Mewujudkan Sekolah Efektif. [Online]. Tersedia: http://eprints.uny.ac.id/598/ [25 Februari 2014].

Prasojo, L. dan Sudiyono. (2011). Supervisi Pendidikan. Yogyakarta: Gava Media

Prytula, M, and Hellsten. (2013). Toward Instructional Leadership: Principals’ Perceptions of Large-Scale Assessment in Schools.

Canadian Journal of Educational Administration and Policy, Issue

#140, March 12, 2013. [Online] tersedia:

http://www.umanitoba.ca/publications/cjeap/pdf_files/prytula-noonan-hellsten.pdf

Purwanto,Ngalim.(2009). Administrasi dan Supervisi Pendidikan. Bandung : Rosda

Riduwan. (2005). Belajar Mudah Penelitian Untuk Guru, Karyawan dan Peneliti Pemula, Bandung : Alfabeta.

Riduwan. (2010).Metode dan Teknik menyusun Tesis. Bandung : Alfabeta. Riduwan.(2012). Metode dan Teknik Menyusun Proposal Penelitian.

Bandung : Alfabeta.

Rivai, V. dan Murni, S. (2009). Education Management Analisis Teori dan praktek. Jakarta : Rajawali Press.

Sagala, syaiful. (2009). Administrasi Pendidikan Kontemporer. Bandung: Alfabeta


(4)

Sammons,P.(2006).School Effectiveness and Equity: Making Connections. Notthingham : University of Nottingham

Scheerens, J. (2013). What Is Effective Schooling? A Review of Current Trought and Practice. International Baccalauratte University of Twente

Sedarmayanti, (2009). Sumber Daya Manusia Dan Produktivitas Kerja.

Bandung : Mandar Maju

Sekaran, Uma. (2006). Metode Penelitian Bisnis. Jakarta : Salemba Empat. Singarimbun,Masri dan Effendi Sofyan.(2011).Metode Penelitian Survey.

Jakarta: Pustaka LP3ES

Southworth, G. (2002). Instructional Leadership in Schools : Reflection and Empirical Evidence, dalam School Leardership and management. Stone, J.E & Bruce Guy (2007). Effective Schools Common Practices.

Arlington : ECF

Styron Jr, Ronald A., Nyman, Terri R., (2008). Key Characteristics of Middle School Performance. RMLE Online. 31(5). 1-17. [Online]. Tersedia:

http://www.nmsa.org/portals/0/pdf/publications/RMLE/rmle_31_n o5.pdf

Sudrajat,Akhmad.(2012). Budaya Organisasi di Sekolah.[online]. tersedia:www.tentangpendidikan.blogspot.com [28 Juli 2013]

Suherman, Ade. (2013). Iklim Organisasi di Sekolah. [Online].tersedia :

http://adesuherman.blogspot.com/2011/10/iklim-organisasi-di-sekolah.html. [25 Desember 2013].

Sugiyono.(2008). Metode Penelitian Kuantitatif Kulaitatif dan R &D. Bandung : Alfabeta.

Suhardan, Dadang. (2010). Supervisi professional. Bandung: Alfabeta

Suharsaputra, Uhar. (2010). Administrasi Pendidikan. Bandung: Refika Aditama.

Sumidjo,Wahyu (1995). Kepemimpinan Kepala Sekolah. Jakarta: Raja Grafindo Persada.


(5)

Supardi.(2010). Kepemimpinan Pembelajaran (pengantar). [Online].tersedia: www. Edpar-kondikjur.blogspot.com/2010.

Supriyanto,Edi.(2013). Kepala Sekolah sebagai Pemimpin Pembelajaran. Suryana. (2009). Strategi Meningkatkan Pendidikan Mutu Berkelanjutan.

[Online].tersedia:http://file.upi.edu/Direktori/FPEB/PRODI._MANAJ EMEN_FPEB/196006021986011-SURYANA/FILE_14.pdf.[1 Maret 2013].

Tara, Rukman. (2012) Sekolah Efektif. [Online]. Tersedia: http://rukmant.blogspot.com/p/blog-page.html

Thapa Amrit, et.al. (2012) “School Climate Research Summary”. Journal National School Climate Center. School Climate Brief, 3. 2012

Tim Dosen Adpend UPI. (2012). Manajemen Pendidikan. Bandung : Alfabeta.

Tola, Burhanudin dan Furqon.(2003). “Pengembangan Model Penilaian

Sekolah Efektif”. Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan9.2003.

Tubbs, J.E., dan Garner, M., (2008). “The Impact Of School Climate On School Outcomes”. Journal of College Teaching & Learningi. 5 ( 9); 17-26. [Online]. Tersedia: http://www.cluteinstitute-onlinejournals.com/PDFs/1212.pdf

Umiarso dan Imam Gojali. (2011). Manajemen Mutu Sekolah di Era Otonomi Daerah. Yogyakarta : IRCiSoD

Usman Husaini dan Raharjo Eko.(2013). Strategi Kepemimpinan Pembelajaran Menyongsong Implementasi Kurikulum 2013. [Online].tersedia :http://www.academia.edu/3441892/STRATEGI_ KEPEMIMPINAN_PEMBELAJARAN_MENYONGSONG_IMPLE MENTASI_KURIKULUM_2013

Wibisono, Dermawan. (2013). Panduan Penyusunan Skripsi, Tesis, dan Disertasi. Yogyakarta : Andi

Widiyanto, Joko. (2012). SPSS For Windows. Surakarta: Badan Penerbit-FKIP Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Willison, R. (2010). What Make Instructional Leader dalam Phi Delta Kappan. 92 nomor 3 page 69


(6)

Yukl, G. (2010). Kepemimpinan Dalam Organisasi (terjemahan). Jakarta : Indeks.

Zazin, Nur.(2011). Gerakan Menata Mutu Pendidikan Teori dan Aplikasinya. Jogyakarta: Ar-Ruzz Media.


Dokumen yang terkait

KONTRIBUSI KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH, PENDIDIKAN DAN IKLIM KERJA TERHADAP KINERJA SEKOLAH DASAR NEGERI KONTRIBUSI KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH, PENDIDIKAN DAN IKLIM KERJA TERHADAP KINERJA SEKOLAH DASAR NEGERI SE-KECAMATAN KEBONAGUNG PACITAN.

0 1 15

PENGARUH KEPEMIMPINAN INSTRUKSIONAL KEPALA SEKOLAH DAN KINERJA MENGAJAR GURU TERHADAP EFEKTIVITAS SEKOLAH DASAR NEGERI SE-KECAMATAN CIKARANG UTARA KABUPATEN BEKASI.

0 0 57

PENGARUH PERILAKU KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DAN IKLIM SEKOLAH TERHADAP MUTU SEKOLAH PADA SEKOLAH DASAR NEGERI DI KECAMATAN CIRANJANG KABUPATEN CIANJUR.

0 1 23

PENGARUH KEPEMIMPINAN VISIONER KEPALA SEKOLAH DAN IKLIM SEKOLAH TERHADAP SEKOLAH EFEKTIF DI SDN SE-KECAMATAN JATILUHUR.

0 3 7

PENGARUH KEPEMIMPINAN VISIONER KEPALA SEKOLAH DAN IKLIM KERJA SEKOLAH TERHADAP MUTU SEKOLAH DASAR NEGERI DI KECAMATAN CILEUNYI KABUPATEN BANDUNG.

1 10 56

PENGARUH KEPEMIMPINAN INSTRUKSIONAL KEPALA SEKOLAH DAN IKLIM SEKOLAH TERHADAP EFEKTIVITAS SEKOLAH DI SEKOLAH DASAR NEGERI KECAMATAN KATAPANG.

0 3 65

PENGARUH KEPEMIMPINAN AUTENTIK KEPALA SEKOLAH DAN IKLIM SEKOLAH TERHADAP MUTU SEKOLAH DASAR DI KOTA CILEGON.

4 13 68

PENGARUH KEPEMIMPINAN INSTRUKSIONAL KEPALA SEKOLAH DAN IKLIM SEKOLAH TERHADAP KINERJA MENGAJAR GURU PADA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA SE-BANDUNG UTARA.

0 3 79

PENGARUH PERILAKU KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DAN IKLIM SEKOLAH TERHADAP MUTU SEKOLAH PADA SMPN DI KABUPATEN CIREBON.

0 5 64

PENGARUH KEPEMIMPINAN INSTRUKSIONAL KEPALA SEKOLAH DAN IKLIM SEKOLAH TERHADAP SEKOLAH EFEKTIFDI SEKOLAH DASAR SE-KECAMATAN GEGESIK KABUPATEN CIREBON - repository UPI T ADP 1204795 Title

0 0 3