PENGARUH KEPEMIMPINAN INSTRUKSIONAL KEPALA SEKOLAH DAN IKLIM SEKOLAH TERHADAP KINERJA MENGAJAR GURU PADA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA SE-BANDUNG UTARA.

(1)

Ly Rathana, 2013

Pengaruh Kepemimpinan Instruksional Kepala Sekolah Dan Iklim Sekolah Terhadap Kinerja Mengajar Guru Pada SMP Se-Bandung Utara

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

PENGARUH KEPEMIMPINAN INSTRUKSIONAL KEPALA SEKOLAH DAN IKLIM SEKOLAH TERHADAP KINERJA MENGAJAR GURU

PADA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA SE-BANDUNG UTARA

T E S I S

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Magister Pendidikan Program Studi Administrasi Pendidikan

Oleh Ly Rathana

1107061

PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PENDIDIKAN SEKOLAH PASCASARJANA


(2)

Ly Rathana, 2013

Pengaruh Kepemimpinan Instruksional Kepala Sekolah Dan Iklim Sekolah Terhadap Kinerja Mengajar Guru Pada SMP Se-Bandung Utara

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG


(3)

Pengaruh Kepemimpinan Instruksional

Kepala Sekolah dan Iklim Sekolah

terhadap Kinerja Mengajar Guru pada

SMP Se-Bandung Utara

Oleh Ly Rathana

B.Ed in TEFL, Universitas Manajemen dan Ekonomi, Kamboja, 2009

Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd.) pada Sekolah Pascasajarna Prodi Administrasi

Pendidikan

© Ly Rathana, 2013 Universitas Pendidikan Indonesia

Juli 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Tesis ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,


(4)

PENGESAHAN TESIS

PENGARUH KEPEMIMPINAN INSTRUKSIONAL KEPALA SEKOLAH DAN IKLIM SEKOLAH TERHADAP KINERJA MENGAJAR GURU

PADA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA SE-BANDUNG UTARA

Disetujui dan Disahkan Oleh: Pembimbing I

Dr. H. Danny Meirawan, M.Pd 196205041988031002

Pembimbing II

Dr. Cicih Sutarsih, M.Pd 197009291998022001

Mengetahui

Ketua Jurusan/ Program Study Administrasi Pendidikan Sekolah Pascasarjana

Universitas Pendididkan Indonesia

Prof. Dr. H. Udin Syaefudin Sa’ud, Ph.D NIP. 195306121981031003


(5)

Ly Rathana, 2013

Pengaruh Kepemimpinan Instruksional Kepala Sekolah Dan Iklim Sekolah Terhadap Kinerja Mengajar Guru Pada SMP Se-Bandung Utara

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

PENGARUH KEPEMIMPINAN INSTRUKSIONAL KEPALA SEKOLAH DAN IKLIM SEKOLAH TERHADAP KINERJA MENGAJAR GURU PADA

SEKOLAH MENENGAH PERTAMA SE-BANDUNG UTARA Oleh: Ly Rathana, 1107061

ABSTRAK

Hasil peningkatan kualitas kompetensi siswa adalah hasil dari kepala sekolah yang memiliki tanggung jawab untuk mengembangkan (Instructional Leadership) produktif dan suasana belajar yang memuaskan (School Climate) di sekolah. Maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran pengaruh kepemimpinan instruksional kepala sekolah dan iklim sekolah terhadap kinerja mengajar guru pada SMP Se-Bandung Utara, Jawa Barat. Metode yang digunakan adalah analisis deskripsi analitik dengan pendekatan kuantitatif, melalui teknik analisis data korelasi. Data diambil dengan menggunakan kuesioner. Kuesioner yang digunakan adalah The

Principal Instructional Management Rating Scale (PIMRS) (Hillinger & Murphy, 1985) untuk variabel Kepemimpinan Instruksional kepala sekolah, Organizational Climate Index (OCI) (Hoy, 2003), sedangkan untuk variabel iklim sekolah dan the Teacher Performance Criteria Questionnaires (TPCQ) (Cheffers & Sullivan, 2010; Cheffers & Keilty, 1981, Cheffers, 1972) untuk kinerj mengajar guru. Populasi dalam

penelitian ini adalah 30 sekolah. Berdarsakan analisis data, hasil penelitian ini ditemukan bahwa (1) kepemimpinan instruksional kepala sekolah memberikan pengaruh yang positif dan signifikn terhadap kinerja mengajar guru, (2) iklim sekolah memberikan pengaruh yang positif dan signifikan terhadap kinerja mengaja guru dan (3) kepemimpinan instruksional kepala sekolah dan iklim sekolah memberikan pengaruh yang pisitif dan signifikan terhadap kinerja mengaja guru pada SMP Se-Bandung Utara. Kesimpulannya, terdapat pengaruh kepemimpinan instruksional kepala sekolah dan iklim sekolah terhadap kinerja mengajar guru di SMP Se-Bandung Utara yang baik. Apalagi, saran dan rekomendasi untuk memperbaiki dan meningkatkan kinerja mengajar guru, agar memperhatikan kepemimpinan instuksional dan iklim sekolah para guru sebagai ujung tombak peningkatan mutu pendidikan. Kinerja guru yang perlu diperbaiki adalah menggunakan kritik yang tepatnya digunakan untuk pengendalian, guru menghindari penggunaan kritik yang kasar.


(6)

Ly Rathana, 2013

Pengaruh Kepemimpinan Instruksional Kepala Sekolah Dan Iklim Sekolah Terhadap Kinerja Mengajar Guru Pada SMP Se-Bandung Utara

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu


(7)

Ly Rathana, 2013

Pengaruh Kepemimpinan Instruksional Kepala Sekolah Dan Iklim Sekolah Terhadap Kinerja Mengajar Guru Pada SMP Se-Bandung Utara

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR ISI

PENGESAHAN TESIS ... Error! Bookmark not defined. PERNYATAAN ... Error! Bookmark not defined. PERSEMBAHAN ... Error! Bookmark not defined.

ABSTRAK ... iv

KATA PENGANTAR ... Error! Bookmark not defined. UCAPAN TERIMA KASIH ... Error! Bookmark not defined. DAFTAR ISI ... 1

DAFTAR TABEL ... 4

DAFTAR GAMBAR ... 6

DAFTAR LAPIRAM ... 7 BAB I. PENDAHULUAN ... Error! Bookmark not defined.

A. Latar Belakang Penelitian ... Error! Bookmark not defined. B. Identifikasi Masalah ... Error! Bookmark not defined. C. Rumusan Masalah ... Error! Bookmark not defined. D. Tujuan Penelitian... Error! Bookmark not defined. E. Manfaat Penelitian... Error! Bookmark not defined. 1. Secara Teoritis ... Error! Bookmark not defined. 2. Secara Praktis ... Error! Bookmark not defined. F. Metode Penelitian ... Error! Bookmark not defined. G. Struktur Organisasi Tesis ... Error! Bookmark not defined.

BAB II. KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN ... Error! Bookmark not defined.


(8)

Ly Rathana, 2013

Pengaruh Kepemimpinan Instruksional Kepala Sekolah Dan Iklim Sekolah Terhadap Kinerja Mengajar Guru Pada SMP Se-Bandung Utara

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

A. Kajian Pustaka ... Error! Bookmark not defined. 1. Kinerja Mengajar Guru... Error! Bookmark not defined. 2. Kepemimpinan Instruksional Kepala Sekolah .. Error! Bookmark not

defined.

3. Iklim Sekolah... Error! Bookmark not defined. B. Kerangka Berpikir Penelitian ... Error! Bookmark not defined. C. Hipotesis Penelitian ... Error! Bookmark not defined.

BAB III. METODE PENELITIAN ... Error! Bookmark not defined.

A. Populasi dan Sampel Penelitian ... Error! Bookmark not defined. 1. Populasi Penelitian ... Error! Bookmark not defined. 2. Sampel Penelitian ... Error! Bookmark not defined. B. Metode Penelitian ... Error! Bookmark not defined. C. Definisi Operasional ... Error! Bookmark not defined. 1. Kepemimpinan Instruksional... Error! Bookmark not defined. 2. Iklim Sekolah... Error! Bookmark not defined. 3. Kinerja Mengajar Guru... Error! Bookmark not defined. D. Instrumen Penelitian ... Error! Bookmark not defined. E. Proses Pengembang Instrumen... Error! Bookmark not defined. 1. Penentuan Alat Pengumpul Data ... Error! Bookmark not defined. 2. Penyusunan Alat Pengumpul Data ... Error! Bookmark not defined. 3. Uji Instrumen ... Error! Bookmark not defined. 4. Hasil Uji Coba Instrumen Penelitian ... Error! Bookmark not defined. F. Pengujian Persyratan Analisis ... Error! Bookmark not defined. 1. Uji Weighted Means Scored ... Error! Bookmark not defined.


(9)

Ly Rathana, 2013

Pengaruh Kepemimpinan Instruksional Kepala Sekolah Dan Iklim Sekolah Terhadap Kinerja Mengajar Guru Pada SMP Se-Bandung Utara

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2. Uji Normalitas ... Error! Bookmark not defined. 3. Uji Linieritas ... Error! Bookmark not defined. G. Teknik Analisis Data ... Error! Bookmark not defined.

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... Error! Bookmark not

defined.

A. Hasil Penelitian ... Error! Bookmark not defined. 1. Deskripsi Hasil Penelitian ... Error! Bookmark not defined. 2. Pengujian Hipotesis ... Error! Bookmark not defined. B. Pembahasan Hasil Penelitian ... Error! Bookmark not defined. 1. Pembahasan Hasil Analisis Deskriptif Error! Bookmark not defined. 2. Pembahasan Hasil Analisis Korelasi ... Error! Bookmark not defined.

BAB V. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ... Error! Bookmark not defined.

A. Kesimpulan... Error! Bookmark not defined. B. Rekomendasi ... Error! Bookmark not defined.


(10)

Ly Rathana, 2013

Pengaruh Kepemimpinan Instruksional Kepala Sekolah Dan Iklim Sekolah Terhadap Kinerja Mengajar Guru Pada SMP Se-Bandung Utara

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1.1: Hasil Ujian Kompetensi Awal UKA Sertifikasi Guru Kota Bandung ... Error!

Bookmark not defined.

3.1: Pupulasi Penelitian ... Error! Bookmark not defined. 3.2: Sampel Penelitian ... Error! Bookmark not defined. 3.3 : Skala Likert ... Error! Bookmark not defined. 3.4: Kisi-kisi Instrumen: Kepemimpinan Instruksional Kepala Sekolah (X1) .... Error!

Bookmark not defined.

3.5: Kisi-kisi Instrumen: Iklim Sekolah (X2) ... Error! Bookmark not defined. 3.6: Kisi-kisi Instrumen: Kinerja Mengajar Guru (Y) Error! Bookmark not defined. 3.7: Hasil Perhitungan Uji Validitas (X1) ... Error! Bookmark not defined. 3.8: Reliability Statistics (X1) ... Error! Bookmark not defined. 3.9: Hasil Perhitungan Uji Validitas (X2) ... Error! Bookmark not defined. 3.10: Reliability Statistics (X2) ... Error! Bookmark not defined. 3.11: Hasil Perhitungan Uji Validitas (Y) ... Error! Bookmark not defined. 2.12: Reliability Statistics (Y) ... Error! Bookmark not defined.

3.13: Daftar Konsultasi WMS ... 77

3.14: Uji Normalitas Variabel X1 ... 79

3.15: Uji Normalitas Variabel X2 ... 79

3.16: Uji Normalitas Variabel Y ... 80


(11)

Ly Rathana, 2013

Pengaruh Kepemimpinan Instruksional Kepala Sekolah Dan Iklim Sekolah Terhadap Kinerja Mengajar Guru Pada SMP Se-Bandung Utara

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

3.18: Hasil Uji Linieritas X2 terhadap Y ... 82

3.19: Interpretasi Koefisien Kolerasi ... 83

4.1: Kecenderungan Skor Rata-rata Variabel X1 ... Error! Bookmark not defined. 4.2: Kecenderungan Skor Rata-rata Variabel X2 ... Error! Bookmark not defined. 4.3: Kecenderungan Skor Rata-rata Variabel Y ... Error! Bookmark not defined. 4.5: Rata-rata Variabel pada SMP N dan Swasta Se-Bandung Utara ... 100

4.6: Uji Korelasi Variabel X1 terhadap Variabel Y.... Error! Bookmark not defined. 4.7: Uji Korelasi Variabel X2 terhadap Variabel Y... Error! Bookmark not defined. 4.8: Uji Korelasi Variabel X1 dan X2 terhadap Y ... Error! Bookmark not defined. 4.9: Uji Analisi Regresi Variabel X1 terhadap Y ... 107

4.10: Uji Analisis Regresi Variabel X2 terhadap Y... 109

4.11: Uji Analisi Regresi X1 dan X2 terhadap Y ... 111

4.12: Uji F (Uji Analisi Regresi) ... 116

4.13: Kedudukan Variabel X1 ... 118

4.14: Kedudukan Variabel X2 ... 119

4.15: Kedudukan Variabel Y ... 120 4.16: Rangkuman Hasil Pengujian Hipotesis ... Error! Bookmark not defined.


(12)

Ly Rathana, 2013

Pengaruh Kepemimpinan Instruksional Kepala Sekolah Dan Iklim Sekolah Terhadap Kinerja Mengajar Guru Pada SMP Se-Bandung Utara

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1.1: Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja Guru Error! Bookmark not defined. 2.1: Paradigma Penelitian... Error! Bookmark not defined.

4.1: Diagram Batang Kriteria Skor Variabel X1 ... 91

4.2: Diagram Batang Kriteria Skor Variabel X2 ... 94

4.3: Diagram Bantang Kriteria Skor Variabel Y ... 96

4.4: Diagram Rgresi X1 dan Y ... 109

4.5: Diagram Regresi X2 dan Y ... 111

4.6: Diagram Regresi X1, X2 dan Y ... 114


(13)

Ly Rathana, 2013

Pengaruh Kepemimpinan Instruksional Kepala Sekolah Dan Iklim Sekolah Terhadap Kinerja Mengajar Guru Pada SMP Se-Bandung Utara

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR LAMPIRAM

Lampiran Halaman

A: Hasil Uji Coba Validitas and Reliabilitas ... Error! Bookmark not defined. B: Angket Penelitian ... Error! Bookmark not defined. C: Rekapitulasi Data Responden ... Error! Bookmark not defined. D: Bukti Keterangan Kegiatan Penelitian ... Error! Bookmark not defined. E: Permohonan Izin Melakukan Penelitian ... Error! Bookmark not defined. F: Surat Keputusan ... Error! Bookmark not defined. G: Surat Pemberitahuan Penelitan ... Error! Bookmark not defined. H: Surat Izin Penelitian ... Error! Bookmark not defined. CURRICULUM VITAE ... Error! Bookmark not defined.


(14)

Ly Rathana, 2013

Pengaruh Kepemimpinan Instruksional Kepala Sekolah Dan Iklim Sekolah Terhadap Kinerja Mengajar Guru Pada SMP Se-Bandung Utara

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

PENGARUH KEPEMIMPINAN INSTRUKSIONAL KEPALA SEKOLAH DAN IKLIM SEKOLAH TERHADAP KINERJA MENGAJAR GURU

PADA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA SE-BANDUNG UTARA

T E S I S

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Magister Pendidikan Program Studi Administrasi Pendidikan

Oleh Ly Rathana


(15)

Ly Rathana, 2013

Pengaruh Kepemimpinan Instruksional Kepala Sekolah Dan Iklim Sekolah Terhadap Kinerja Mengajar Guru Pada SMP Se-Bandung Utara

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PENDIDIKAN SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG


(16)

1

Ly Rathana, 2013

Pengaruh Kepemimpinan Instruksional Kepala Sekolah Dan Iklim Sekolah Terhadap Kinerja Mengajar Guru Pada SMP Se-Bandung Utara

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB I

PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

Pendidikan dikenal sebagai investasi manusia dan investasi ini bukanlah usaha yang mudah. Hal ini pun berkenaan dengan masing–masing negara sebagai sebuah bidang utama untuk memastikan pengembangan sumber daya manusia untuk memenuhi kebutuhan nasional. Masyarakat dan negara memerlukan pengembangan sumber daya manusia yang berkelanjutan. Hal ini pun merupakan sebuah kecenderungan umum dunia yaitu hal ini adalah sebuah tugas penting untuk memastikan peningkatan kualitas pendidikan (MoEYS, 2004: 1). Hal ini menegaskan bahwa kesempatan terhadap pendidikan harus diberikan kepada setiap orang untuk memperoleh peningkatan sepenuhnya dalam hal kepribadian dan kemampuan professional. Selain itu, pendidikan bertanggung jawab untuk memperkuat hak asasi manusia dan kebebasan semua manusia. Pada sisi lain, semua orang harus diajarkan hidup bersama dengan harmonis tanpa adanya diskriminasi negara, ras dan kelompok agama.

Menurut laporan UNESCO mengenai Komisi Internasional Pendidikan (the

International Commission on Education) abad ke-21 (1996), pendidkan harus

mengatur 4 tipe pokok pembelajaran: (1) Belajar untuk tahu (Learning to Know): hal ini dapat dianggap sebagai baik makna dan sebuah akhir keberadaan manusia. Orang-orang harus belajar untuk memahami dunia di sekitar mereka, (2) Belajar untuk melakukan (Learning to Do): pembelajaran harus mengubah keterampilan sah yang


(17)

2

Ly Rathana, 2013

Pengaruh Kepemimpinan Instruksional Kepala Sekolah Dan Iklim Sekolah Terhadap Kinerja Mengajar Guru Pada SMP Se-Bandung Utara

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

menjadi kompetensi pribadi. Hal tersebut dinilai dengan melihat pada penggabungan keterampilan dan bakat, perilaku sosial, inisiatif pribadi dan kesediaan bekerja. Hal-hal ini seringkali ditunjukan pada keterampilan interpersonal atau keterampilan orang oleh majikan. Ilmu pengetahuan bersamaan dengan kualitas lain seperti komunikasi, pembentukan tim dan keterampilan menyelesaikan masalah adalah yang paling diminta oleh sector pelayanan saat ini. Orang harus belajar untuk bertindak dengan tepat di berbagai situasi dan mereka harus terlibat dalam pembentukan masa depan, (3) Belajar untuk hidup bersama (Learning to Live Together) Pendidikan harus membantu menanamkan jiwa empati pada siswa sehingga hal itu dapat memiliki efek positif pada perilaku sosial mereka sepanjang hidup mereka. Saling memahami, memutuskan masalah melalui dialog dan diskusi harus menjadi alat yang penting bagi pendidikan saat ini, dan (4) Belajar menjadi (Learning to Be): tujuan pembangunan adalah melengkapi pemenuhan manusia dan perkembangannya di dalam sebuah cara holistik sebagai individu, anggota sebuah keluarga dan komunitas dan sebagai warga yang bertanggung jawab. Dengan demikia pendidikan siswa akan diberikan kapasitas, kemampuan, sikap bukan hanya untuk hidup, tetapi bagaimana untuk hidup dan hidup untuk apa.

Untuk menjadi sumber daya manusia yang memenuhi kebutuhan secara nasional atau pribadi, pendidikan harus berkualitas. Dengan ini, Sallis (2012: 1) mengidentifikasi bahwa “kualitas berada di atas dari sebagian besar agenda dan peningkatan kualitas mungkin adalah tugas yang dihadapi dan lembaga yang paling penting.” Oleh sebab itu, kualitas adalah inti dari makna pendidikan dan menyajikan permintaan pelajar dalam proses pembelajaran sebagaimana hidup dengan


(18)

3

Ly Rathana, 2013

Pengaruh Kepemimpinan Instruksional Kepala Sekolah Dan Iklim Sekolah Terhadap Kinerja Mengajar Guru Pada SMP Se-Bandung Utara

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

memungkinkan mereka untuk meraih kinerja potensial mereka. Sama halnya, menurut pendapat Sallis (2000: 1) menambahkan bahwa ada beberapa kandidat untuk sumber kualitas dalam pendidikan. Diantaranya adalah: guru yang berprestasi, nilai moral yang tinggi, hasil ujian yang sempurna, dukungan orang tua, komunitas bisnis dan lokal, sumber daya yang melimpah, penerapan teknologi terkini, kepemimpinan yang kuat dan penuh arti, perlindungan dan perhatian untuk murid dan siswa, dan kurikulum yang seimbang dan menantang.

Hal ini menunjukan bahwa kebijakan menaikan kualitas pendidikan tidak dapat dipisahkan dari beberapa faktor utama seperti proses pembelajaran siswa, proses mengajar guru dan kepemimpinan di tingkat sekolah. Bagaimana pemimpin melaksanakan dan bagaimana guru mengajar serta siswa belajar akan dapat mempengaruhi kualitas pendidikan. Kepala sekolah tidak hanya pemimpin di tingkat sekolah, tetapi juga kepala sekolah dapat menentukan kinerja guru dan mempengaruhi kondisi sekolah yaitu iklim sekolah. Dalam konteks ini, iklim sekolah adalah satu dari dimensi pokok untuk menentukan kualitas pendidikan sebagaimana sekolah adalah tempat dimana pelayanan pendidikan diberikan. Kepala sekolah merupakan para pemimpin penting di tingkat sekolah. Mereka terdiri dari banyak fungsi kerja harian di sekolah untuk meningkatkan baik proses mengajar dan pembelajaran. Namun, Enueme and Egwunyenga (2008: 13) melihat bahwa para kepala sekolah rupanya terlalu sibuk dengan semua tanggung jawab harian dalam mengatur dan menjalankan sekolah mereka yang mana mereka tampak tidak punya cukup waktu untuk berlatih kepemimpinan instruksional yang telah diteliti oleh banyak peneliti sebagaimana ahli pendidikan di seluruh dunia selama hampir empat


(19)

4

Ly Rathana, 2013

Pengaruh Kepemimpinan Instruksional Kepala Sekolah Dan Iklim Sekolah Terhadap Kinerja Mengajar Guru Pada SMP Se-Bandung Utara

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

decade. Menurut Smith dan Andre (1989, disebut dalam Enueme & Egwunyenga, 2008: 13), “kepemimpinan instruksional sering kali dipahami sebagai sebuah paduan pengawasan, staf pengembangan dan pengembangan kurikulum yang memfasilitasi perbaikan sekolah.”

Dengan keprihatinan ini, Salleh dan Hatta (2011: 1) menekankan bahwa pada abad ke-21 perubahan permintaan pada sekolah membutuhkan pemimpin yang dapat mendorong para staf untuk mengatur tenaga mereka dan menyesuaikan dengan perubahan kebutuhan saat mengawasi stabilitas dan efisiensi organisasi sekolah secara keseluruhan. Pada situasi apapun, pemimpin memainkan peranan penting dalam pengembangan lingkungan sekolah yang memastikan aktivitas pembelajaran yang berhubungan dengan kebutuhan siswa untuk menyelesaikan pencapaian yang tinggi. Hal ini memberi kesan bahwa para kepala sekolah harus memberikan banyak perhatian untuk menjadi pemimpin instruksional karena hal ini dapat banyak membantu baik dalam proses mengajar dan pembelajaran yang dapat mengarah pada kualitas pendidikan.

Karena sekolah dapat mencerminkan baik proses mengajar dan pembelajaran, jadi sekolah adalah organisasi pelayanan yang berkomitmen terhadap mengajar dan pembelajaran (Senge 1990; Watkins & Marsick 1993). Tujuan akhir sekolah adalah pembelajaran siswa, keberadaan hal tersebut berdasarkan pada aktivitas tersebut. Sekolah adalah organisasi yang merupakan organisasi pembelajaran, yaitu, tempat dimana peserta dengan terus-menerus mengembangkan kapasitas mereka untu menciptakan dan memperoleh; dimana pola pikir baru didorong, dimana organisasi mengembangkan kapasitasnya untuk inovasi dan penyelesaikan masalah (Hoy &


(20)

5

Ly Rathana, 2013

Pengaruh Kepemimpinan Instruksional Kepala Sekolah Dan Iklim Sekolah Terhadap Kinerja Mengajar Guru Pada SMP Se-Bandung Utara

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Miskel, 2008: 33). Selain itu, sekolah adalah sebuah organisasi yang mempunyai tujuan tertentu yang harus diperoleh (Kebijakan Pendidikan Nasional, 1998; Adeyemi, 2008). Untuk memperoleh tujuan tersebut, iklim organisasi sekolah sangatlah penting (Adeyemi, 2008).

Dengan ini peningkatan kualitas tidak dapat dipisahkan dari kepemimpinan yang berarti dan kinerja mengajar guru; dan kinerja mengajar guru dapat dipengaruhi dari iklim sekolah dan kepemimpinan (Yusof, 2012; Ozsemir, 2012; Sharma, 2012 Sim, 2001; Adeyemi, 2008; Hoy & Miskel, 2008, Tubbs & Garner, 2008, Blasé & Blasé, 2000). Tentu saja, kepemimpinan dan sekolah memainkan peranan yang penting untuk mempengruhi kualitas mengajar dan pembelajaran di lembaga pendidikan. Dalam hal ini kinerja mengajar guru, adalah salah satu faktor yang memengaruhi kualitas pendidikan. Guru merupakan elemen kunci dalam system pendidikan, khususnya di sekolah. Semua komponen lain, mulai dari kurikulum, sarana – prasarana, biaya, dan sebagainya tidak akan banyak berate apabila esensi pembelajaran yaitu interaksi guru dengan peserta didik tidak berkualitas. Semua komponen lain, terutama kurikulum akan “hidup” apabila dilaksanakan oleh guru. Kualitas kinerja merupakan factor yang sangat penting dalam pendidikan, maka peningkatan kualitas kinerja guru harus menjadi perhatian utama dalam mencapai tujuan pendidikan. Oleh karennya pembinaan yang diberikan kepada guru harus komprehensif yakni dapat mengakatkan kompetensi akademik dan kompetensi professional mereka sehingga proses kegiatan belajar mengajar dalam kelas menjadi lebih baik, berdaya guna dan berhasil guna. Dengan demikian prestasi mengajar dan pembelajaran di sekolah tampak menjadi sebuah fungsi atmosfir sekolah; iklim


(21)

6

Ly Rathana, 2013

Pengaruh Kepemimpinan Instruksional Kepala Sekolah Dan Iklim Sekolah Terhadap Kinerja Mengajar Guru Pada SMP Se-Bandung Utara

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

sekolah adalah sebuah kumpulan unik dari karakteristik sebuah sekolah. Karakteristik-karakteristik tersebut cenderung membedakan satu sekolah dengan sekolah yang lainnya. Di satu sekolah, para guru tampak terorganisir dengan baik, tampak cakap dan menunjukan kepercayaan diri dalam apapun yang mereka lakukan (Evan, 1969, Clifton, 1999; Adeyemi, 2008). Beberapa faktor cenderung memengaruhi iklim dari sebuah organisasi. Hal ini meliputi perilaku kepemimpinan dan kesejahteraan staf. Maka, seorang pemimpin yang menempatkan nilai yang tinggi mengenai kesejahteraan tampak memiliki iklim sekolah yang lebih hangat daripada seorang pemimpin yang menempatkan nilai yang rendah mengenai kesejahteraan staf. Untuk meningkatkan mutu pendidikan disekolah maka pemerintah mengadakan kebijakan sertifikasi, dimana dengan adanya sertifikasi diharapkan peningkatan profesionalisme guru dapat meningkat di imbangi dengan kesejahteraan. Besar uang tunjangan sertifikasi Guru sebesar satu kali gaji pokok yang diterima saat ini, dan apabila dijumlahkan total pendapatan guru yang telah mendapatkan sertifikasi cukup besar. Salah satu yang paling ditunggu-tunggu adalah Pengumuman Hasil UKA

Sertifikasi Guru Kota Bandung 2012. Pengumuman Ujian Kompetensi Awal

Sertifikasi Guru tahun 2012 di Kota Bandung sendiri telah diumumkan. Dari keseluruhan total Guru yang ada ternyata yang lolos untuk Ujian Kompentensi Awal atau UKA ini sebanyak 2798 Peserta. Jumlah ini terdiri dari berbagai tingkatan mulai dari Sekolah Dasar (SD), SMP, SMA, SMK, SLB, dan TK. Untuk total yang lulus Sertifikasi Guru UKA 2012 di Kota Bandung komposisinya sebagai berikut :


(22)

7

Ly Rathana, 2013

Pengaruh Kepemimpinan Instruksional Kepala Sekolah Dan Iklim Sekolah Terhadap Kinerja Mengajar Guru Pada SMP Se-Bandung Utara

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Tabel 1.1

Hasil Pengumuman UKA Sertifikasi Guru Kota Bandung

No Sekolah

Jumlah Hasil Guru Tersertifikasi

1 Sekolah Dasar / SD 1130 orang

2 Sekolah Menengah Pertama / SMP 557 orang

3 Sekolah Menengah Atas / SMA 470 orang

4 Sekolah Menengah Kejuruan / SMK 202 orang

5 Sekolah Luar Biasa / SLB 201 orang

6 Taman Kanak-kanak / TK 238 orang

Tiga variabel yang baru saja disebutkan di atas berada diantara variabel yang memengaruhi kualitas pendidikan; yaitu: kepemimpinan instuksional kepala sekolah,

iklim sekolah dan kinerja mengajar guru. Pada tingkat sekolah, kepemimpinan

instruksional kepala sekolah adalah salah satu gaya kepemimpinan yang banyak peneliti pendidikan perhatikan. Selain itu, banyak penelitian yang dilakukan mengenai hubungan variabel-variabel tersebut. Karena konseptualisasi Bridges mengenai “kepemimpinan instruksional” pada tahun 1967, sarjana kepemimpinan pendidikan telah mencoba untuk menunjukan hubungan antara kepemimpinan instruksional dan sekolah yang efektif (Edmonds, 1979; Bossert et., 1982; Omzemir, 2012)

Sharma (2012) juga menyatakan dalam jurnal yang berjudul Instructional Leadership Model through Asian Principals’ Perspectives (Model Kepemimpinan


(23)

8

Ly Rathana, 2013

Pengaruh Kepemimpinan Instruksional Kepala Sekolah Dan Iklim Sekolah Terhadap Kinerja Mengajar Guru Pada SMP Se-Bandung Utara

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Instruksional melalui Perspektif Kepala Sekolah Asia) bahwa “memikirkan kembali posisi kepala sekolah mendorong ke arah hubungan kepemimpinan instruksional dengan kepemimpinan transformasional (Leithwood, 1994; Leithwood & Jantzi, 1999, 200; Silins, 1995), berbagi kepemimpinan (Gron, 2002; Spillance, 2006), dan kepemimpinan bersama (Barth, 1990; Hallinger & Heck, 2010; Marks dan Printy, 2003; Pounder, Ogawa & Adams, 1995).” Pada tahun 2003, Zepeda Sally menggambarkan kepemimpinan instruksional sebagai kritis terhadap pengembangan dan pemeliharaan sebuah sekolah efektif. Pemimpin instruksional harus berpengaruh terhadap sepasang praktik instruksional yang tepat lainnya dengan pengetahuan terbaik mereka terhadap mata pelajaran. (Sharma, 2012).

Salleh dan Hatta (2012: 15) melakukan sebuah penelitian mengenai hubungan kepemimpinan instruksional dengan prestasi akademik pelajar di sekolah menengah di Banda Aceh, Indonesia. Dalam hasil dengan fungsi kepemimpinan instruksional yang merupakan Rangka Kerja Konseptual dari Hillinger (1985) dan Murphy (2006), mereka menemukan bahwa hanya terdapat tiga fungsi kepemimpinan instruksional, yaitu, pemantauan proses siswa, pemeliharaan jarak pandang yang tinggi, dan, pengembangan dan penguatan standar akademik memiliki sebuah hubungan positif dengan prestasi akademik siswa. Kualitas pendidikan atau prestasi siswa diketahui berada di atas proses pendidikan di setiap misi sekolah. Posisi kepala sekolah, iklim sekolah dan kinerja mengajar guru diminati oleh banyak peneliti pendidikan sebagaimana mereka tampak diragukan. Khususnya, sebagaimana banyak pertanyaan dan perhatian mengenai kepemimpinan instruksional dengan hubungan iklim sekolah yang memengaruhi kinerja mengajar guru dimunculkan oleh pembuat kebijakan


(24)

9

Ly Rathana, 2013

Pengaruh Kepemimpinan Instruksional Kepala Sekolah Dan Iklim Sekolah Terhadap Kinerja Mengajar Guru Pada SMP Se-Bandung Utara

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

pendidikan sebagaimana peneliti pendidikan, hal ini penting untuk melakukan sebuah penelitian yang dilakukan untuk mengungkap tiga variabel yang secara signifikan berhungungan.

Karena alasan tersebut, tujuan penelitian ini adalah untuk menentukan tingkat hubungan antara kepemimpinan instruksional kepala sekolah, iklim sekolah dan kinerga mengajar guru. Maka, tesis ini berjudul “Pengaruh Kepemimpinan Instruksional dan Iklim Sekolah terhadap Kinerja Mengajar Guru pada Sekolah Menengah Pertama Se-Bandung Utara.”

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan beberapa permasalahan di atas, maka diidentifikasi bahwa kinerja mengajar guru di Bandung utara perlu adanya perhatian dikarenakan rata-rata kepala sekolah tidak mengetahui kondisi situasi pembelajaran di sekolah yang mereka pimpin, kurangnya pengawasan dari kepala sekolah untuk guru yang mengakibatkan guru kurang optimal dalam mengajarnya dan iklim sekolah yang kurang kondusif yang mengganggu pembelajaran dikelas. Maka dalam penelitian ini penulis membatasi penelitian ini focus pada masalah kepemimpinan instruksional kepala sekolah dan iklim sekolah sebagai variabel bebas, sedangkan kinerja mengajar guru sebagai variabel terikat.

Tentunya, terdapat banyak faktor yang mempengaruhi kinerja mengajar guru dalam mengajar diantaranya kesejahteraan guru, pengalaman mengajar, wawasan guru, budaya sekolah, kepemimpinan kelapa sekolah, iklim sekolah, harapan-harapan, sarana dan prasarana yang tersedia dan lain sebagainya.


(25)

10

Ly Rathana, 2013

Pengaruh Kepemimpinan Instruksional Kepala Sekolah Dan Iklim Sekolah Terhadap Kinerja Mengajar Guru Pada SMP Se-Bandung Utara

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Menurut Hasan (dalam Ahmed & et al., 2012: 2) mengakatakan bahwa ada dua faktor yang mempengaruhi kinerja mengaja guru: (1) external factors: the

expectations of community, particular school system, school itself the grade policies, parent and student dan (2) internal factors: teacher believes how students learn most effectively, how to teach in particular discipline or key learning area. Hal itu bias

digambarkan sebagai berikut:

Kinerja Mengajar

Guru

Pengalaman Guru Budaya

Sekolah

Sarana dan prasarana Iklim

Sekolah

Kesejahteraan Guru Wawasn

Guru

Harapan-Harapan

Kepimpim-pinan Kepala Sekolah

Gambar 1.1


(26)

11

Ly Rathana, 2013

Pengaruh Kepemimpinan Instruksional Kepala Sekolah Dan Iklim Sekolah Terhadap Kinerja Mengajar Guru Pada SMP Se-Bandung Utara

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Mengingat luasnya permasalahan yang menyangkut kinerja mengajar guru, sedangkan waktu dan biaya yang tersedia dalam melaksanakan penelitian ini terbatas, maka focus penelitian meliputi variabel kepemimpinan instruksional kepala sekolah, iklim sekolah dan kinerja mengajar guru pada Sekolah Menengah Pertama di Se-Bandung Utara.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan hal yang sudah disebutkan dalam latar belakang yang berhubungan dengan tiga variabel, yaitu kepemimpinan instruksional, iklim sekolah, dan kinerja mengajar guru, maka peneliti merumuskan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana kepemimpinan instruksional kepala sekolah SMP Se-Bandung Utara?

2. Bagaimana iklim sekolah SMP Se-Bandung Utara?

3. Bagaimana kinerja mengajar guru SMP Se-Bandung Utara?

4. Berapa besar pengaruh kepemimpinan instruksional kepala sekolah terhadap kinerja mengajar guru SMP Se-Bandung Utara?

5. Berapa besar pengaruh iklim sekolah terhadap kinerja mengajar guru SMP Se-Bandung Utara?

6. Berapa besar pengaruh kepemimpinan instruksional kepala sekolah dan iklim sekolah terhadap kinerja mengajar guru SMP Se-Bandung Utara?


(27)

12

Ly Rathana, 2013

Pengaruh Kepemimpinan Instruksional Kepala Sekolah Dan Iklim Sekolah Terhadap Kinerja Mengajar Guru Pada SMP Se-Bandung Utara

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

D. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan menganalisis pengaruh kepemimpinan instruksional kepala sekolah dan iklim sekolah terhadap kinerja mengajar guru SMP Se-Bandung Utara. Adapun tujuan khususnya adalah:

1. Mengetahui gambaran deskriptif kepemimpinan instruksional kepalah sekolah SMP Se-Bandung Utara.

2. Mengetahui gambaran deskriptif iklim sekolah SMP Se-Bandung Utara.

3. Mengetahui gambaran deskriptif kinerja mengajar guru SMP Se-Bandung Utara.

4. Mengetahui dan menganalisis pengaruh kepemimpinan instruksional kepala sekolah terhadap kinerja mengajar guru SMP Se-Bandung Utara.

5. Mengetahui dan menganalisis pengaruh iklim sekolah terhadap kinerja mengajar guru SMP Se-Bandung Utara.

6. Mengetahui dan menganalisis pengaruh kepemimpinan instruksional kepala sekolah dan iklim sekolah terhadap kinerja mengajar guru SMP Se-Bandung Utara.

E. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini dapat bermanfaat dipandang dari dua sisi: teoritis dan praktis sebagai berikut:


(28)

13

Ly Rathana, 2013

Pengaruh Kepemimpinan Instruksional Kepala Sekolah Dan Iklim Sekolah Terhadap Kinerja Mengajar Guru Pada SMP Se-Bandung Utara

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

1. Secara Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan

(knowledge) tentang pengaruh kepemimpinan instruksional kepala sekolah dan iklim

sekolah terhadap kinerja mengajar guru. Oleh karena itu, penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan (knowledge) baru bagi pengembangan ilmu pengetahuan yang terutama yang berhubungan dengan jurusan dan program Adiministrasi Pendidikan.

2. Secara Praktis

Penelitian ini diharapkan tidak hanya mengembangkan ilmu pengetahuan, tetapi juga menyajikan beberapa manfaat terhadap banyak rekan yang terlibat seperti:

- Sekolah atau kepala sekolah, bahkan pengawas SMP Se-Bandung Utara untuk dijadikan umpan balik, dalam upaya memperbaiki atau meningkatkan kinerja mengajar gurunya.

- Kota/Pemerintah daerah Kota Bandung, pengambil kebijakan sebagai bahan pertimbangan untuk membuat suatu kebijakan pendidikan yang menyangkut peningkatan kinerja mengar guru sekolah tingkat SMP sehingga peningkatan kualitas pendidikan cepat tercapai.

- Selain itu, diharapkan bahwa penemuan dan hasil penelitian akan diterapkan untuk meningkatkan kualitas pendidikan atau untuk penelitian yang akan dilakukan di lembaga pendidikan di negara asal peneliti, Kamboja.


(29)

14

Ly Rathana, 2013

Pengaruh Kepemimpinan Instruksional Kepala Sekolah Dan Iklim Sekolah Terhadap Kinerja Mengajar Guru Pada SMP Se-Bandung Utara

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

F. Metode Penelitian

Metode yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei deskriptif dengan penjelasan (Explanatory Survey Method) dan pendekatan kuantitatif melalui korelasi dan analisi jalur. Analisi ini akan digunakan dalam menguji besarnya pengaruh yang ditunjukkan oleh koefisien korelasi antara variabel kepemimpinan instruksional kepala sekolah (X1), iklim sekolah (X2) terhadap kiner mengajar guru yang sudah tersertifikasi (Y).

G. Struktur Organisasi Tesis

Sistematika penulisan dalam penelitian ini terdiri dari lima bab sesuai dengan Pedoman Penulisan Karya Ilmiah UPI dapa tahun 2012, lengkapnya sebagai berikut:

Bab I: Pendahuluan dalam ini membahas mengenai latar belakang masalah, identifikasi, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode penelitian, dan juga struktur organisasi tesis.

Bab II: Kajian Pustaka, Kerangka Pemikiran, dan Hipotesis Penelitian pada bab ini dibahas beberapa teori yang pertama mengenai kinerja mengajar guru yang sudah tersertifikasi yang meliputi: (1) Konsep Mengenai Guru, (2) Pengertian Kinerja Mengajar Guru, (3) Faktor-fakfor yang Mempengaruhi Kingerja Mengajar Guru, (4) Indikator Kinerja Mengajar Guru, (5) Penilaian Kinerja Mengajar Guru, dan (6) Proses Penilain Kinerja Mengajar Guru. Pembahasan yang kedua yaitu konsep mengenai Kepemimpinan Instruksional Kepala Sekolah yang meliputi (1) Mendefinisikan Kepemimpinan Instruksional, (2) Kepala Sekolah sebagai Pemimpin Instruksional, (3) Fungsi/Peranan Kepempimpina Kepala Sekolah, dan (3)


(30)

15

Ly Rathana, 2013

Pengaruh Kepemimpinan Instruksional Kepala Sekolah Dan Iklim Sekolah Terhadap Kinerja Mengajar Guru Pada SMP Se-Bandung Utara

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Keterampilan dalam Kepemimpinan Kepala Sekolah. Pembahasan yang ketiga dalam bab II ini adalah mengenai konsep dan teori iklim sekolah. Pada iklim sekolah diuraikan mengenai (1) Pengertian Iklim Sekolah, (2) Dimensi – dimensi Iklim Sekolah, (3) Jenis – jenis Iklim Sekolah, (4) Cara Mengkreasikan Iklim Sekolah dan (5) Iklim Sekolah yang Kondusif.

Bab III: Metodologi Penelitian bab ini dibahas mengenai metodologi dari penelitian yang dilakukan. Diuraikan juga beberapa hal diantaranya lokasi, populasi dan sampel penelitian, metode penelitian, definisi operasional, instrument penelitian, proses pengembangan instrument dan juga teknik analisa data.

Bab IV: Hasil Penelitian dan Pembahasan. Dalam bab ini diuraikan dua hal utama yaitu pertama hasil penelitian. Pada hasil penelitian diuraikan mengenai: (1) Desskripsi Hasil Penelitian, (2) Uji Analisis, (3) Pengujian Hipotesis. Dan kedua juga diuraikan mengenai pembahasan hasil penelitian. Dalam pembahasan penelitian dijabarkan beberapa penelitian kemudian diraikan secara kritis dan juga dibandingkan dengan teori dan konsep yang mendukung.

Bab V: Kesimpulan dan Rekomendasi. Dua hal yang dijabarkan dalam bab ini yaitu kesimpulan yang berisikan point utama dari hasil penelitian dan juga di uraikan mengenai beberapa rekomendasi yang ditujukan untuk kepala sekolah, guru dan juga peneliti selanjutnya.


(31)

55

Ly Rathana, 2013

Pengaruh Kepemimpinan Instruksional Kepala Sekolah Dan Iklim Sekolah Terhadap Kinerja Mengajar Guru Pada SMP Se-Bandung Utara

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB III

METODE PENELITIAN A. Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi Penelitian

Menurut McMillan dan Schumacher (2001: 169), populasi adalah kelompok elemen atau kasus, baik individu, objek atau peristiwa, yang membentuk kriteria khusus dan dimana yang kita tujukan untuk menjeneralisasikan hasil penelitian. Sebuah populasi bisa berupa sebuah kumpulan lengkap dan dapat juga setiap bagian dari kategori tertentu yang peneliti ingin teliti (Hinton, 2005: 48).

Berdasarkan dari penjelasan di atas maka yang dijadikan populasi dalam penelitian ini adalah 30 sekolah dan respondennya adalah guru yang sudah tersertifikasi pada tahun 2006 sampai 2011 di SMP Negeri dan Swasta Se-Badung Utara adalah responden dalam penelitian ini.

Tabel 3.1

Populasi dan Responden Penelitian

No. Nama Sekolah

(Populasi)

Peserta Sertifikasi Guru (Responden)

Tahun Total

2006 2007 2008 2009 2010 2011

1 SMP Santa Angela 0 3 0 10 0 0 13 2 SMP Santo Aloysius 1 0 2 0 7 0 1 10

3 SMP Negeri 12 1 2 11 14 5 9 42

4 SMP Santa Ursula 0 0 1 3 0 0 4

5 SMP Pandu 0 1 0 5 0 0 6


(32)

56

Ly Rathana, 2013

Pengaruh Kepemimpinan Instruksional Kepala Sekolah Dan Iklim Sekolah Terhadap Kinerja Mengajar Guru Pada SMP Se-Bandung Utara

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

No. Nama Sekolah

(Populasi)

Peserta Sertifikasi Guru (Responden)

Tahun Total

2006 2007 2008 2009 2010 2011

7 SMP Pertiwi 0 0 0 0 0 3 3

8 SMP Taruna Bhakti 0 0 0 2 0 0 2

9 SMP BPK 1 Penabur 0 2 3 6 0 2 13

10 SMP BPP 0 1 1 0 1 0 3

11 SMP Adven 0 2 0 3 1 0 6

12 SMP Negeri 29 1 2 2 10 5 10 30

13 SMP Kemah Indonesia 4 0 0 1 2 2 0 5

14 SMP PGII 2 0 2 0 1 3 0 6

15 SMP Pasundan 6 0 2 1 1 0 1 5

16 SMP Nasional 0 1 0 4 0 0 5

17 SMP Baptis 0 0 1 2 2 0 5

18 SMP Negeri 2 2 7 9 18 0 4 40

19 SMP Negeri 5 8 8 4 17 12 10 59

20 SMP Negeri 7 0 3 7 7 12 6 35

21 SMP Kartika Siliwangi 11 0 0 3 0 1 2 6

22 SMP Negeri 27 1 5 10 9 6 11 42

23 SMP Negeri 40 0 2 1 12 8 16 39

24 SMP Negeri 14 1 3 7 12 6 8 37

25 SMP Negeri 22 2 0 15 8 5 8 38

26 SMP Negeri 44 1 1 0 7 5 8 22

27 SMP PGII 1 0 1 3 0 0 2 6

28 SMP Negeri 16 1 2 7 10 4 11 35

29 SMP Negeri 19 2 7 5 18 2 1 35

30 SMP Negeri 35 0 3 3 6 5 5 22

Total 20 62 96 197 85 118 578


(33)

57

Ly Rathana, 2013

Pengaruh Kepemimpinan Instruksional Kepala Sekolah Dan Iklim Sekolah Terhadap Kinerja Mengajar Guru Pada SMP Se-Bandung Utara

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2. Sampel Penelitian

Sebenarnya, karena jumlah populasi peneliti tidak dapat meneliti semuanya. Maka, diambil sebuah sample. Sample adalah subset dari populasi. Sampel adalah masalah pokok dari analisis statistic; peneliti ingin mengetahui mengenai populasi daripada sampel tetapi mereka hanya mampu menguji sampel (Hinton, 2005: 48).

Dalam hal ini McMillan dan Schumacher (2001: 169) menyarankan bahwa sampel harus dipilih dari sekelompok besar orang yang diidentifikasi sebagai populasi. Prosedur yang digunakan untuk sample dalam studi tertentu adalah sample acak, sampel manfaat atau sampel bertingkat. Dalam penelitian ini untuk responden, Simple Random Sampling disampaikan dari seluruh guru yang sudah tersertifikasi pada tahun 2006 sampai 2011 di SMP Negeri dan Swasta Se-Badung Utara.

Dalam penelitian ini, rumus yang akan digunakan untuk menghitung sampel diadaptasi oleh Sugiyono (2006: 98):

2

. 1

N n

N d

 n : Jumlah Sampel

N : Jumlah Populasi

d2 : Presisi (Ditetapkan 10% dengan tingkat kepercayaan 90%)

Adapun jumlah sampel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

 

2

578 578 578

85.25 85

578.(0.01) 1 6.78

578. 0.1 1

n    

 


(34)

58

Ly Rathana, 2013

Pengaruh Kepemimpinan Instruksional Kepala Sekolah Dan Iklim Sekolah Terhadap Kinerja Mengajar Guru Pada SMP Se-Bandung Utara

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Tabel 3.2 Sampel Penelitian No Wilayah penyebaran

Populasi Proporsi

Proporsi Tiap

Kategori Responden

1 SMP Santa Angela 13/578 13/578 x 85 = 1.91 2 2 SMP Santo Aloysius 1 10/578 10/578 x 85 = 1.47 1 3 SMP Negeri 12 42/578 42/578 x 85 = 6.17 6 4 SMP Santa Ursula 4/578 4/578 x 85 = 0.59 1 5 SMP Pandu 6/578 6/578 x 85 = 0.88 1 6 SMP Paulus 4/578 4/578 x 85 = 0.59 1 7 SMP Pertiwi 3/578 3/578 x 85 = 0.44 1 8 SMP Taruna Bhakti 2/578 2/578 x 85 = 0.29 1 9 SMP BPK 1 Penabur 13/578 13/578 x 85 = 1.91 2 10 SMP BPP 3/578 3/578 x 85 = 0.44 1 11 SMP Adven 6/578 6/578 x 85 = 0.88 1 12 SMP Negeri 29 30/578 30/578 x 85 = 4.41 4 13 SMP Kemah Indonesia 4 5/578 5/578 x 85 = 0.74 1 14 SMP PGII 2 6/578 6/578 x 85 = 0.88 1 15 SMP Pasundan 6 5/578 5/578 x 85 = 0.74 1 16 SMP Nasional 5/578 5/578 x 85 = 0.74 1 17 SMP Baptis 5/578 5/578 x 85 = 0.74 1 18 SMP Negeri 2 40/578 40/578 x 85 = 5.88 6 19 SMP Negeri 5 59/578 59/578 x 85 = 8.68 8 20 SMP Negeri 7 35/578 35/578 x 85 = 5.15 5 21 SMP Kartika Siliwangi 11 6/578 6/578 x 85 = 0.88 1 22 SMP Negeri 27 42/578 42/578 x 85 = 6.18 5 23 SMP Negeri 40 39/578 39/578 x 85 = 5.74 5 24 SMP Negeri 14 37/578 37/578 x 85 = 5.44 5 25 SMP Negeri 22 38/578 38/578 x 85 = 5.59 6


(35)

59

Ly Rathana, 2013

Pengaruh Kepemimpinan Instruksional Kepala Sekolah Dan Iklim Sekolah Terhadap Kinerja Mengajar Guru Pada SMP Se-Bandung Utara

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

No Wilayah penyebaran

Populasi Proporsi

Proporsi Tiap

Kategori Responden

26 SMP Negeri 44 22/578 22/578 x 85 = 3.24 3 27 SMP PGII 1 6/578 6/578 x 85 = 0.88 1 28 SMP Negeri 16 35/578 35/578 x 85 = 5.15 5 29 SMP Negeri 19 35/578 35/578 x 85 = 3.15 5 30 SMP Negeri 35 22/578 22/578 x 85 = 3.24 3

Jumlah 85

B. Metode Penelitian

Penelitian adalah pekerjaan ilmiah yang bermaksud mengungkapkan rahasia ilmu secara obyektif, dengan dibentengi bukti-bukti yang lengkap dan kokoh. Penelitian yang penyusun lakukan menggunakan metode deskriptif bertujuan membuat pencandraan (deskripsi) secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta dan sifat-sifat poplulasi atau daerah tertentu. Menurut Umar (2004: 81),

menyatakan bahwa “metode deskritif dapat untuk riset korelasi, metode deskriptif

analisis dapat melukiskan hal-hal yang mengangdung fakta-fakta, klasifikasi dan pengukuran, sedangkan yang akan diukur adalah suatu fakta yang berfungsi merumuskan apa yang terjadi.”

Sedangkan menurut Riyanto (2001: 23), memberikan suatu batasan tentang

penelitian deskriptif, yaitu “penelitian yang diarahkan untuk memberikan gejala-gejala, fakta-fakta atau kejadian-kejadian secara sistimatis dan akurat mengenai

sifat-sifat populasi atau daerah tertentu.”

Melalui penerapan metode deskriptif diharapkan peneliti mendapatkan informasi yang tepat serta gambaran korelasi dari Kepimimpinan Instuksional Kepala


(36)

60

Ly Rathana, 2013

Pengaruh Kepemimpinan Instruksional Kepala Sekolah Dan Iklim Sekolah Terhadap Kinerja Mengajar Guru Pada SMP Se-Bandung Utara

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Sekolah (X1), Iklim Sekolah (X2), terhadap Kinerja Mengajar Guru (Y). Berdasarkan pengertian ahli di atas, maka penulis dapat menarik suatu kesimpulan bahwa metode deskriftif analisis cocok untuk digunakan dalam penelitian ini, karena sesuai dengan maksud penelitian, yaitu ingin mendapatkan gambaran tentang pergaruh kepemimpinan instruksional kepala sekolah (X1), iklim sekolah (X2), terhadap kinerja mengajar guru (Y). Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan kuantitatif, artinya berdasarkan data dan angka-angka statistik.

C. Definisi Operasional

Telah dikemukakan dalam pendahuluan bahwa penelitian ini bermaksud mendeskripsikan dan membuktika korelasi tiga variable, yaitu kepemimpinan instruksional kepala sekolah, iklim sekolah dan kinerja mengajar guru. Pengertian dari ketiga operasional variable tersebut secara ingkas dejelaskan sebagai berikut:

1. Kepemimpinan Instruksional

Kepemimpinan Instruksional adalah prilaku kepala sekolah untuk memajukan pengembangan pembelajaran. Adapun indikator dari perilaku kepemimpinan instruksional kepala sekolah dalam penelitian ini adalah

Principal Instructional Management Rating Scale, Skala Nilai Menejemen

Instruksional Kepala Sekolah (SNMIKS) oleh Hillinger dan Murphy (1985, Sallah & Hatta, 2011), indikatornya sebagai berikut: (1) merencanakan tujuan sekolah, (2) membicarakan tujuan-tujuan sekolah, (3) mengawasi dn mengevaluasi pembelajaran, (4) mengkordinasi kurikulum, (5) mengawasi kemajuan siswa, (6) melindungi masa instruksional, (7) mempertahankan


(37)

61

Ly Rathana, 2013

Pengaruh Kepemimpinan Instruksional Kepala Sekolah Dan Iklim Sekolah Terhadap Kinerja Mengajar Guru Pada SMP Se-Bandung Utara

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

kehadiran yang tinggi, (8) memberikan insentif bagi guru, (9) mempromosikan pembangunan profesional dan (10) menyediakan insentif bagi pembelajaran.

2. Iklim Sekolah

Dalam penelitian ini, yand dimaksud dengan iklim sekolah adalah kondisi sekolah yang dirasakan oleh seluruh warga yang ada sekolah dan merupakan ciri khas yang dapat membedakan sekolah tersebut dari sekolah yang lainnya. Adapun definisi operasional variabel iklim sekolah tersebut diatas, indikator yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah Organizational Climate Index

(OCI) yang disusunkan oleh Hoy dan Miskel pada tahun 2003, indikatornya

sebagai berikut: (1) Kepemimpinan secara Kolektif (Collegial Leadership), (2) Perilaku Guru Professional (Professional Teacher Behavior), (3) Tekanan Pencapaian (Achievement Press) dan (4) Kerentanan Lembaga (Institutional

Vulnerability).

3. Kinerja Mengajar Guru

Kinerja mengaja adalah kemampuan guru dalam proses mengajar dan pelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan sesuai tugasnya.. Adapun definisi operasional variabel kinerja mengajar guru tersebut diatas, indikator yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah Teacher Performance Criteria

Questionnaires (TPCQ) (Cheffers & Sullivan, 2000; Cheffers & Keilty, 1981

and Cheffers, 1972), indikatornya sebagai berikut: (1) Kejelasan, (2) Variabilitas, (3) Antusiasme, (4) Efisiensi pribada, (5) Kesempatan untuk belajar, (6) Menerima dan memberi harapan, (7) Menggunakan kritik, (8)


(38)

62

Ly Rathana, 2013

Pengaruh Kepemimpinan Instruksional Kepala Sekolah Dan Iklim Sekolah Terhadap Kinerja Mengajar Guru Pada SMP Se-Bandung Utara

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Menggunakan struktur dan ringkasan komentar, (9) Teknik pertannya, (10) Menyelidiki dan, (11) Tingkat Kesulitan pelajaran.

D. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan dalam pengumpulan data ini adalah kuisioner, dan wawancara. Kuisioner dimaksudkan untuk menjaring data tentang kepemimpinan instruksional kepala sekolah, iklim sekolah, dan kinerja mengajar guru. Kuisioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya atau hal-hal yang ia ketahui (Arikunto: 128). Adapun alasan penyusun menggunakan kuisioner, karena kuisioner merupkan salah satu teknik dalam pengumpulan data yang efisien dan efektif, karena deadaan responden yang sukup banyak. Sementara teknik wawancara dimaksudkan untuk menjaring data yang tidak terjaring dengan kuisioner.

Dalam penyusunan instrument penelitian digunakan model dari Skala Likert. Menurut Riduwan, Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau kelompok tentang kejadian atau gejala social. Dengan menggunakan skala likert, maka variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi dimensi, dimensi dijabarkan menjadi sub variabel, dan sub variabel dijabarkan menjadi indicator. Dengan indicator yang terukur dapat dijadikan titik tolak untuk membuat item instrument berupa pertanyaan atau pernyataan yang perlu dijawab oleh responden. Adapun skala option dan pembobotan yang digunakan seperti berikut:


(39)

63

Ly Rathana, 2013

Pengaruh Kepemimpinan Instruksional Kepala Sekolah Dan Iklim Sekolah Terhadap Kinerja Mengajar Guru Pada SMP Se-Bandung Utara

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Tabel 3.3 Skala Likert

Alternatif Jawaban Skor Pernyataan

Selalu 5

Sering 4

Kadang-kadang 3

Jarang 2

Tidak Pernah 1

Responden dipersilakan untuk menjawab pertanyaan dan pernyataan yang diajukan dalam kuisioner, sesuai dengan keadaan mengenai kepemimpinan instruksional kepala sekolah, iklim sekolah dan kinerja mengajar guru. Angket akan digunakan untuk memperoleh data dalam penelitian ini adalah:

- Principal Instructional Management Rating Scale, Skala Penilaian

Manajemen Instruksional Kepala Sekolah yang disusun oleh Dr. Philip Hallinger (Hillinger & Murphy, 1985; Sallah & Hatta 2011),

- Organization Climate Indexs (OCI), Indeks Iklim Organisasi (Hoy,

2003; Yusof, 2012), dan

- Teacher Performance Criteria Questionnaire (TPCP), Angket Kriteria

Kinerja Guru (Cheffers & Sullivan, 2000; Cheffers & Kelly, 1981 dan Cheffers, 1972).

Tabel 3.4

Kisi-kisi Instrumen: Kepemimpinan Instruksional Kepala Sekolah (X1)

Variabel Dimensi Indikator Nomor


(40)

64

Ly Rathana, 2013

Pengaruh Kepemimpinan Instruksional Kepala Sekolah Dan Iklim Sekolah Terhadap Kinerja Mengajar Guru Pada SMP Se-Bandung Utara

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Variabel Dimensi Indikator Nomor

Item Kepemimpinan Instruksional Kepala Sekolah Merencanakan Tujuan Sekolah (Frame the school Goals)

- Merencanakan tujuan sekolah dalam hal membicarakan tanggung jawab pegawai

- Mengembangkan tujuan yang mudah dimengerti dan digunakan oleh guru di sekolah

1, 2, 3, 4, 5

Membicarakan Tujuan-tujuan Sekolah (Communicate the School Goals)

- Membicarakan misi sekolah secara efektif kepada anggota dari

komunitas sekolah

- Mendiskusikan tujuan akademik sekolah dengan guru dalam pertemuan rapat sekolah

- Mengacu pada tujuan akademik sekolah ketika membuat keputusan kurikulum dengan guru

6, 7, 8, 9, 10 Mengawasi dan Mengevaluasi Pembelajaran (Supervise & Evaluate Instruction)

- Memastikan bahwa prioritas guru di kelas konsisten dengan arah dan tujuan sekolah

- Meninjau hasil kinerja siswa ketika mengevaluasi instruksi kelas

- Mengungkapkan kelebihan spesifik pada penerapan

instruksional guru di akhir saran (seperti pada konferensi atau evaluasi tertulis)

11, 12, 13, 14, 15


(41)

65

Ly Rathana, 2013

Pengaruh Kepemimpinan Instruksional Kepala Sekolah Dan Iklim Sekolah Terhadap Kinerja Mengajar Guru Pada SMP Se-Bandung Utara

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Variabel Dimensi Indikator Nomor

Item

Kurikulum

(Coordinate the

Curriculum)

bertanggung jawab untuk mengkoordinasi kurikulum melewati level tingkatan (seperti kepala sekolah, wakil kepala sekolah, atau ketua guru)

- Mengawasi kurikulum kelas untuk melihat bahwa kurikulum tersebut mencakup tjjuan dari kurikulum sekolah 16, 17, 18, 19, 20 Mengawasi Kemajuan Siswa (Monitor Student Progress)

- Bertemu secara perorangan dengan guru untuk mendiskusikan

kemajuan siswa

- Menginformasikan kepada siswa tentang kemajuan akademik sekolah 21, 22, 23, 24, 25 Melindungi Jadwal Pelajar (Protect Instructional Time)

- Membatasi interupsi pada masa instruksional dengan pengumuman umum

- Memastikan bahw siswa tidak dipanggil ke ruangan selama masa instruksional

- Membatasi penerobosan akan kegiatan ekstrakulikuler saat masa instruksional 26, 27, 28, 29, 30 Mempertahank an Kehadiran yang Tinggi

- Meluangkan waktu untuk

berbicara secara informal dengan


(42)

66

Ly Rathana, 2013

Pengaruh Kepemimpinan Instruksional Kepala Sekolah Dan Iklim Sekolah Terhadap Kinerja Mengajar Guru Pada SMP Se-Bandung Utara

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Variabel Dimensi Indikator Nomor

Item (Maintain

High Visibility)

istirahat

- Mengunjungi kelas untuk mendiskusikan isu-isu sekolah dengan guru dan siswa

- Megisi kelas bagi guru hingga akhir atau hingga datangnya guru pengganti 33, 34, 35 Memberikan Insentif Bagi Guru (Provide Incentives for Teachers)

- Mendorong kinerja maksimal dari guru dalam pertemuan pegawai, surat berita, dan memo

- Mengetahui kinerja tidak biasa guru dengan menulis memo untuk file personal mereka

- Menciptakan kesempatan tumbuh profesional bagi guru sebagai hadiah akan kontribusi spesial bagi sekolah 36, 37, 38, 39, 40 Mempromosik an Pengembangan Profesional (Promote Professional Development)

- Memastikan bahwa kegitan pelayanan dihadiri oleh guru yang konsisten terhadap tujuan sekolah - Mendukung secara aktif

penggunaan keterampilan di ruang kelas yang didapatkan selama pelatihan pelayanan

- Memimpin atau mengikuti kegiatan pelayanan guru yang terfokus dengan instruksi

41, 42, 42, 44, 45


(43)

67

Ly Rathana, 2013

Pengaruh Kepemimpinan Instruksional Kepala Sekolah Dan Iklim Sekolah Terhadap Kinerja Mengajar Guru Pada SMP Se-Bandung Utara

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Variabel Dimensi Indikator Nomor

Item Menyediakan Insentif bagi Pembelajaran (Provide Incentives for Learning)

- Mengenali siswa yang melakukan pekerjaan superior dengan

penghargaan formal seperti piagam penghargaan atau penyebutan dalam surat berita kepala sekolah

- Menggunakan forum untuk menghargai siswa untuk pencapaian akademik atau atas sikap atau kewarganegaraan - Mengenali prestasi atau kemajuan

superios siswa dengan melihat pekerjaan mereka

- Mendukung guru secara aktif untuk pengakuan atas mereka dan/atau menghadiahi kontribusi siswa dan pencapaiannya di kelas

46, 47, 48, 49, 50

Tabel 3.5

Kisi-kisi Instrumen: Iklim Sekolah (X2)

Variabel Dimensi Indikator Nomor

Item Iklim Sekolah Kepemimpinan secara Kolektif (Collegial Leadership)

Diarahkan untuk memenuhi kebutuhan sosial staf dan mencapai sasaran sekolah. Kepala sekolah

memperlakukan guru sebagai rekan professional yang terbuka, sederajat, ramah, tetapi pada saat yang

1, 2, 3, 4, 5, 6, 7,


(44)

68

Ly Rathana, 2013

Pengaruh Kepemimpinan Instruksional Kepala Sekolah Dan Iklim Sekolah Terhadap Kinerja Mengajar Guru Pada SMP Se-Bandung Utara

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Variabel Dimensi Indikator Nomor

Item

bersamaan menetapkan harapan guru yang jelas dan standar kinerja. Perilaku Guru

Professional

(Professional Teacher Behavior)

Ditandai dengan menjunjung

kompetensi rekan, komitmen terhadap siswa, keputusan otonomi, dan kerja sama dan dukungan

8, 9, 10, 11, 12, 13, Tekanan Pencapaian (Achievement Press)

Menggambarkan bahwa sebuah sekolah menetapkan standard dan sasaran akademis yang tinggi tetapi terjangkau. Siswa tetap, berjuang meraih, dan saling menjunjung satu sama lain dan guru untuk keberhasilan akademis mereka. Orang tua, guru, dan kepala sekolah menggunakan tekanan untuk standar yang tinggi dan perbaikan sekolah 14, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21, Kerentanan Lembaga (Institutional Vulnerability)

Tingkat dimana sekolah rentan terhadap beberapa orang tua yang vocal dan kelompok-kelompok masyarakat. Kerentanan yang tinggi member kesan bahwa baik guru dan kepala sekolah tidak dilindungi dan dipersiapkan untuk membela diri.

22, 23, 24, 25, 26,


(45)

69

Ly Rathana, 2013

Pengaruh Kepemimpinan Instruksional Kepala Sekolah Dan Iklim Sekolah Terhadap Kinerja Mengajar Guru Pada SMP Se-Bandung Utara

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Tabel 3.6

Kisi-kisi Instrumen: Kinerja Mengajar Guru (Y)

Variabel Dimensi Indikator Nomor

Item Kinerja Mengajar Guru Kejelasan (Clarity)

Menunjukan pada kejelasan presentasi informasi dan petunjuk seperti yang dicerminkan oleh kepantasan dan penyampaian muatan pelajaran

1, 2 Variabilitas

(Variability)

Mencerminkan fleksibilitas dalam prosedur organisasi, modifikasi guru dan kemampuan penyesuaian diri

3, 4

Antusiasme

(Enthusiasm)

Jelas melalui minat guru, kegembiraan dan keterlibatan selama pelajaran sebagai menurut nada suara, ekspresi wajah, keterlibatan fisik dan kreativitas

5, 6

Efisiensi pribada

(Personal Efficiency)

Guru itu tangkas, efisien, berorientasi

kegiatan dan terorganisir dengan baik 7, 8 Kesempatan

untuk belajar

(Opportunity to learn)

dipengaruhi oleh jumlah waktu yang dibagikan untuk mempelajari material yang disajikan di dalam pelajaran

9, 10

Menerima dan memberi harapan

(Accepting and Encouraging)

Guru menerima, member harapan dan seorang pendengar bagi siswa

11

Menggunakan kritik

(Use of

Mengacu pada metode mengendalikan kelas. Kecuali untuk kritik, yang


(46)

70

Ly Rathana, 2013

Pengaruh Kepemimpinan Instruksional Kepala Sekolah Dan Iklim Sekolah Terhadap Kinerja Mengajar Guru Pada SMP Se-Bandung Utara

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Variabel Dimensi Indikator Nomor

Item Criticism) pengendalian, guru menghindari

penggunaan kritik yang kasar Menggunakan

struktur dan ringkasan komentar

(Use of structure and Summary Comments)

Menggunakan Struktur dan Ringkasan Komentar – penggunaan adjektiva, metafora dan analogi yang

memperhalus dan menerangkan minat belajar. Guru menggunakan ringkasan faktor yang cerdas dan membantu

13

Teknik pertannya

(Question Technique)

Menggunakan pertanyaan oleh guru 14

Menyelidiki

(Probing)

Mengacu pada kemampuan guru untuk memperoleh jawaban yang mendalam dari siswa dengan cara yang

mendorong penjelasan lebih lanjut dari siswa atau siswa lain. Guru juga memuali pertanyaan jenis ini untuk mendorong penjelasan siswa pada berbagai tingkat 15 Tingkat kesulitan pelajaran (Difficulty level of instruction)

Menunjukan seperti siswa sewajarnya tertantang dengan tingkat kesulitasn materi yang disajukan; apakah terlalu sulit atau terlalu sederhana


(47)

71

Ly Rathana, 2013

Pengaruh Kepemimpinan Instruksional Kepala Sekolah Dan Iklim Sekolah Terhadap Kinerja Mengajar Guru Pada SMP Se-Bandung Utara

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

E. Proses Pengembang Instrumen

Dalam pelaksanaan penelitian ini, terdapat langkah-langkah yang ditempuh, yaitu sebagai berikut:

1. Penentuan Alat Pengumpul Data

Angket yang digunakan dalam penelitian ini berupa angket tertutup, yaitu responden menjawab sejumlah pertanyaan atau pernyataan yang diajukan, dimana pertanyaan tersebut berhubungan dengan variabel-variabel yang diteliti.

2. Penyusunan Alat Pengumpul Data

Alat pengumpul data dalam penyusunan penelitian ini adalah sebagai berikut: a) Menentuk variabel – variabel yang akan diteliti sesuai dengan

judul yang telah ditentukan, yaitu Variabel Kepimimpinan Instruksional Kepala Sekolah (X1), Iklim Sekolah (X2) dan Kinerja Mengajar Guru (Y)

b) Menyusun kisi – kisi angket yang selanjutnya dibuat pertanyaan dan dikembangkan menjadi angket.

c) Merumuskan kriteria skor untuk setiap item yang sesuai dengan analisis statistis, yaitu menggunakan skala Likert.

3. Uji Instrumen

Setelah alat pengumpul data selesai, maka langkah selanjutnya adalah uji instrument yaitu berupa kuisioner/angket, damana angket tersebuat disebarkan keseluruh resonden yang telah ditentukan yaitu guru yang tersebar di 30


(48)

72

Ly Rathana, 2013

Pengaruh Kepemimpinan Instruksional Kepala Sekolah Dan Iklim Sekolah Terhadap Kinerja Mengajar Guru Pada SMP Se-Bandung Utara

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri dan Swasta Se-Bandung Untara. Dalam uji instrument digunakan analisis statistik. Uji statistik bertujuan untuk menguji validitas dan realibilitas sehingga dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah. Adapun Uji Validitas dan Realibilitas adalah sebagai berikut:

a. Uji Validitas

Uji Validitas adalah menggambarkan bagaimana kuisioner sungguh-sungguh mampu mengukur apa yang akan dikukur, sehingga dapat dikatakan validitas tinggi suatua test maka alat test tersebut semakin tepat mengenai sasaran yang direncanakan. Nilai validitas pada dasarnya adalah nilai korelasi yang berfungsi untuk menghitung item yang digunakan. Teknik yang digunakan adalah korelasi item total yaitu konsistensi antara skor item secara keseluruhan yang dapat dilihat besarnya koefisien korelasi antara setiap item dengan skor secara keseluruhan, yang merupakan dasar dari korelasi Pearson

Product Moment.

Untuk menguji validitas instrumen, rumus Pearson Product Moment akan digunakan (Akdon & Hadi, 2005: 144):

  

 

2 2

2

 

2

n XY X Y

r

n X X n Y Y

 

 

 

Dimana:

r: Koefisien Korelasi N: Jumlah Responden


(49)

73

Ly Rathana, 2013

Pengaruh Kepemimpinan Instruksional Kepala Sekolah Dan Iklim Sekolah Terhadap Kinerja Mengajar Guru Pada SMP Se-Bandung Utara

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

∑X: Jumlah skor dalam distrubusi X

∑Y: Jumlah skor dalam distrubusi Y

∑X2

: Jumlah skor kuadrat dalam distribusi X

∑Y2

: Jumlah skor kuadrat dalam distrubusi Y Kemudian jumlah kalkulasi T-tes dengan rumus:

2 2 1 r n t

r  

 Dimana:

t: Kalkulasi Nilai T-Tes r: Koefisien Korelasi n: Total Responden

Untuk nilai-nilai kritis dari distribusi t (Tabel t), α = 0.05 dan derajat kebebasan (df = n – 2), maka panduan untuk menguji keabsahan instrument diputuskan sebagai berikut: jika thitung > ttable artinya bahwa instrument valid dan jika thitung < ttabel artinya bahwa instrument tidak valid.

Untuk perhitungan digunakan Statistical Package for the Social Sciences

(SPSS) versi 18 yang berfungsi mengukur tingkat validitas dari setiap item

kuisioner yang dijadikan sebagai alat ukur penelitian.

b. Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas dilakukan untuk mendapatkan tingkat ketepatan (kehandalan) atau keajekan alat pengumpul data (instrument) yang digunakan. Untuk mengukur tingkat reliabilitas dari suatu instrument, peneliti akan


(50)

74

Ly Rathana, 2013

Pengaruh Kepemimpinan Instruksional Kepala Sekolah Dan Iklim Sekolah Terhadap Kinerja Mengajar Guru Pada SMP Se-Bandung Utara

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

melakukan analisa uji instrument dengan menggunakan metode belah dua (ganjil-genap) dan menghitung reliabilitas seluruh tes denga rumus Spearman

Brown, yaitu:

11 2 1

b

b r r

r

 Dimana:

11

r = Reliabilitas Internal Seluruh Instrument b

r = Korelasi Product Moment antara Belahan Pertama dan Kedua Distribusi r untuk α = 0.05 dan uji dua pihak dengan derajat kebebasab (dk = n – 2), sehingga di dapat rtabel

Kaidah keputusan:

Jaka rhitung > rkritis berarti reliabel

rhitung < rkritis berarti tidak reliabel

Alat bantu Statistical Package for the Social Sciences (SPSS) versi 18 juga digunakan untuk pengolahan, pengujian dan analisis data mengetahui reliabilitas instrumen tersebut.

4. Hasil Uji Coba Instrumen Penelitian

a. Kepemimpinan Instruksional Kepala Sekolah

Untuk mengetahui nilai signifikasi validitas tiap butir item yaitu dengan membandingkan nilai korelasi rhitung dengan nilai r kritis yaitu 0.30. Apabila rhitung lebih kecil dari rkritis (rhitung < rkritis) maka diambil kesimpulan bahwa butir


(51)

75

Ly Rathana, 2013

Pengaruh Kepemimpinan Instruksional Kepala Sekolah Dan Iklim Sekolah Terhadap Kinerja Mengajar Guru Pada SMP Se-Bandung Utara

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

item tersebut tidak valid. Sebaliknya apabila rhitung lebih besar dari rkritis (rhitung > rkritis) maka item tersebut valid. Dari hasil uji validitas variabel X1 tentang Kepemipinan Instruksional sebagai berikut:

Tabel 3.7

Hasil Perhitungan Uji Validitas (X1) No.

Item r

hitung

r Kritis Keputusan

No. Item

r

hitung

r Kritis Keputusan

1 .314 0.3 Valid 26 .435 0.3 Valid 2 .038 0.3 Tidak Valid 27 .287 0.3 Tidak Valid 3 .481 0.3 Valid 28 .184 0.3 Tidak Valid 4 .611 0.3 Valid 29 -.145 0.3 Tidak Valid 5 .570 0.3 Valid 30 -.014 0.3 Tidak Valid 6 .302 0.3 Valid 31 -.457 0.3 Tidak Valid 7 .658 0.3 Valid 32 -.113 0.3 Tidak Valid 8 .410 0.3 Valid 33 .646 0.3 Valid 9 .643 0.3 Valid 34 .145 0.3 Tidak Valid 10 .000 0.3 Tidak Valid 35 .191 0.3 Tidak Valid 11 .309 0.3 Valid 36 .387 0.3 Valid 12 .243 0.3 Tidak Valid 37 .444 0.3 Valid 13 .427 0.3 Valid 38 .280 0.3 Tidak Valid 14 .547 0.3 Valid 39 .852 0.3 Valid 15 .547 0.3 Valid 40 .472 0.3 Valid 16 .801 0.3 Valid 41 .717 0.3 Valid 17 .665 0.3 Valid 42 .547 0.3 Valid 18 .171 0.3 Tidak Valid 43 .216 0.3 Tidak Valid 19 .119 0.3 Valid 44 .587 0.3 Valid 20 .533 0.3 Valid 45 .671 0.3 Valid 21 .336 0.3 Valid 46 .626 0.3 Valid 22 .558 0.3 Valid 47 .590 0.3 Valid 23 .728 0.3 Valid 48 .590 0.3 Valid


(52)

76

Ly Rathana, 2013

Pengaruh Kepemimpinan Instruksional Kepala Sekolah Dan Iklim Sekolah Terhadap Kinerja Mengajar Guru Pada SMP Se-Bandung Utara

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

24 .474 0.3 Valid 49 .155 0.3 Tidak Valid 25 .398 0.3 Valid 50 .504 0.3 Valid

Dari 50 item pertanyaan tentang Iklim Sekolah dari 10 responden terdapat 15 item soal yang tidak valid.

Sedangkan, dari hasil perhitungan diperoleh nilai r hitung Variabel X1 tentang kepemimpinan Instuksional rhitung sebesar 0.873. Kemudian dikonsultasikan dengan rtabel dimana dk = (n-2) dk = 10 – 2 = 8 pada taraf 5% adalah 0.63. Hal ini berarti angket Variabel X1 tentang kepemimpinan instruksional kepala sekolah adalah reliabel, karena rhitung > rtabel.

Tabel 3.8

Reliability Statistics (X1)

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha Part 1 Value .880

N of Items 18a

Part 2 Value .792

N of Items 17b

Total N of Items 35

Correlation Between Forms .301

Spearman-Brown Coefficient

Equal Length .462

Unequal Length .463


(1)

142

Ly Rathana, 2013

Pengaruh Kepemimpinan Instruksional Kepala Sekolah Dan Iklim Sekolah Terhadap Kinerja Mengajar Guru Pada SMP Se-Bandung Utara

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Hallinger, P. (1985). Principal Instructional Management Rating Scale (PIMRS). Sarasota: Dr. Philip Hallinger.

Hallinger, P., & Murphy, J. (1985). Assessing the instructional management behavior of principals. The Elementary School Journal 86(2), 217-247.

Hinton, P. R. (2005). Statistics Explained. New York: Taylor & Francis e-Library. Harris, S.L., & Lowery, S. (2002). A view from the classroom. Educational

Leadership 59(8), 64-66.

Hoy, W. K. (2012, 12 3). Organizational Climate Index (OCI). Retrieved from Wayne K. Hoy, Fawcett Chair and Professor in Educational Administration:

School of Educational Policy and Leadership:

http://www.waynekhoy.com/oci.html

Hoy, W. K., & Miskel, C. G. (2008). Educational Administration: Theory, Research and Practice. New York: The McGraw-Hill Companies, Inc.,.

Johnson, S.M., & Kardos, S.M. (2002). Keeping new teachers in mind. Educational Leadership 59(6), 12-17.

Jamentz, K. (2002). Isolation is the enemy of improvement: Instructional leadership to support standards-based practice. San Francisco: WestEd.

Il, D. C. (2003). Instructional Leadership Characteristics of Secondary Blue Ribbon School Principals. New Jersey: Seton Hall University.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (2006). Undang-undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang guru dan dosen. Bandung, Citra Umbara


(2)

143

Ly Rathana, 2013

Pengaruh Kepemimpinan Instruksional Kepala Sekolah Dan Iklim Sekolah Terhadap Kinerja Mengajar Guru Pada SMP Se-Bandung Utara

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (2007). Undang-undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompentensi Guru Dengan Rahmat Tahun Maha Esa Menteri Pendidikan Nasional. Jakarta

Loukas, A. (2007). What is school climate? National Association of Elementary School Principals .

Lunenburg, F. C., & Irby, B. C. (2006). The Principalship: Vision to Action. Lousville: Vicki Knight.

Malayu. S. P., (2007). Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Bumi Aksara Mandin, S., Dessus, P., & Zampa, V. (2008). What is teaching? Cognitive-based

tutoring principles for the design of a learning environment. Commom innovation in e-learning, machine learning and humanoid, 40 - 55.

McEwan, E. K. (2000). Seven Steps to Effective Instructional Leadership. Global Learning Community.

McMillan, J. H., & Schumcher, S. (2001). Research in Education: A Concept Introduction. New York and London: Addison Wesley Longman, Inc.

McMillan, J.H., & Schumacher, S. (1993). Research in education: A conceptual introduction. (3rd ed). New York: Harper Collins College Publication

Ministry of Education, Youth and Sport. (2004). Policy for Curriculum Development. Phnom Penh, Cambodia: Department of Curriculum.

Mulyasa, E. (2004). Menjadi Kepal Sekolah Profesional dalam Konteks Menyukseskan MBS dan SBK. Bandung: Rosda Karya


(3)

144

Ly Rathana, 2013

Pengaruh Kepemimpinan Instruksional Kepala Sekolah Dan Iklim Sekolah Terhadap Kinerja Mengajar Guru Pada SMP Se-Bandung Utara

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

National Board for Professional Teaching Standards. (2013, January 1). Certification. Retrieved from National Board for Professional Teaching Standards: http://www.nbpts.org/

National Association of Elementary School Principals. (2008). Leading Learning Communities: Standards for What Principals Should Know and Be Able To Do (2nd Ed.). Washington, D.C. , United States of America: Collaborative Communications Group, Inc. .

Nawasi, Hadari. (2005). Manajemen Sumber Daya Manusia untuk Bisnis yang Kompetitif, Yogyakarta: Gajah Mada University Press.

Noddings, N. (1992). The challenge to care in school. New York: Teachers College Press.

Oluwantoyin, O. C. (2006). The Relationship Between Leadership Style and School Climate in Bostswana Secondary Schools. South Africa: University of South Africa.

O'Neil, S. (2009). Basic Statistics for the utterly confused. Pretoria, South Africa: University of Pretoria.

Ozdemir, M. (2012). The Impact of Principals' Instructional Leadership Behaviors on Teachers' Attitudes toward Work: Some Evidence from Turkey. International Journal of Education Administration and Policy Studies, 147-153.

Philips, J. A. (n.d.). Manager-Administrator to Instructional Leadership: Shift in the Role of the School Principal. University of Malaysia.

Pidarta. M. (1988). Manajemen Pendidikan Indonesia. Jakarta: Bina Aksara Jakarta. Purkey, S.C., & Smith, M.S. (1983). Effective school: A review. The Elementary


(4)

145

Ly Rathana, 2013

Pengaruh Kepemimpinan Instruksional Kepala Sekolah Dan Iklim Sekolah Terhadap Kinerja Mengajar Guru Pada SMP Se-Bandung Utara

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Reimers-Villegas, E. (2003). Teacher professional development: an international review of the literature. Paris: International Institute for Educational Planning. Salleh, M. J., & Hatta, M. (2001). The Relationship Between Instructional Leadership Practices and Students Academic Achievement of Secondary Schools in Banda Aceh, Indonesia. 2nd Regional Conference on Educational Leadership and Management.

Sallis, E. (2005). Total Quality Management in Education (3rd Ed.). London: Kogan Page Ltd.

Samsudin, Sadili (2006). Manajemen Sumber Daya, Bandung: Pustaka Setia.

Sanjaya, W. (2005). Pembelajaran dan Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi, Jakarta: Kencana

Sardiman, A. M., (2000). Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Raja Grafindo Persada

Schermerhorn, John, Jame, G Hunt, and Richard, N. Osborn, (1991). Managing Organizational Behavior. (4th Edi.). United States: John Wiley and Sons Inc. Seyfarth, J. T. (2002). Human Resources Management for Effective Schools (3rd

Ed.). Virginia, United States of America: Allyn & Bacon: A Pearson Education Company.

Sharma, S. (2012). Instructional Leadership Model through Asian Principals' Perspectives. 2102 International Conference on Education and Management Innovation. Singapore: IACSIT Press.

Sedarmanyanti (2001). Sumber Daya Manusia dan Produktivitas Kerja. Bandung, Mandar Maju


(5)

146

Ly Rathana, 2013

Pengaruh Kepemimpinan Instruksional Kepala Sekolah Dan Iklim Sekolah Terhadap Kinerja Mengajar Guru Pada SMP Se-Bandung Utara

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Sedarmanyanti (2009). Tata Kerja dan Produktivitas. Bandung, Mandar Maju.

Sergiovanni, T.J. (1996). Professional supervision in teacher education. Cambridge: University Press.

Sim, Q. C. (2011). Instructional leadership among principals of secondary schools in Malaysia. International Research Journals, 1785-1800.

Silverius, S., (2003). Guru Pahlawan yang Dipahlawankan dalam Persebaran Guru Menurut Kebutuhan Sekolah, dalam Selintas Pendidikan Indonesia di Awal Tahun 2003: Tujuh Isu Pendidikan: Jakarta: Depdiknas

Southworth, G. (2002). Instructional leadership in school: reflections and empirical evidence. National College for School Leadership.

Stronge, J. H. (2011). What Makes Good Teachers Good? . Virginia: The College of William and Mary Williamsburg.

Suhardan, D. (2006). Supervisi Bantuan Profesional: Layanan dalam Meningkatkan Mutu Pembelajaran. Bandung: Mutiara Ilmu.

Sullivan, E. C. (2013). Using Reflective Practices with the Teacher Performance Criteria Questionnaire (TPQC). In L. E. Ciccomascolo, & E. C. Sullivan (Eds.), The Dimensions of Physical Education (pp. 60 - 69). Burlington, Canada: Jones & Barlett Learning, LLC. Retrieved May 12, 2013, from http://books.google.com.kh/books?id=m4UvVoNwkxoC&lpg=PP1&pg=PR2 #v=onepage&q&f=true

Teacher's Mind Resource. (2013, January 01). Teacher Quality and Teacher Qualifications. Retrieved from Teacher's Mind Resource: http://www.teachersmind.com/TeacherQuality.html,

http://www.teachersmind.com/PDF%20directory/Teacher%20Quality%20and %20Teacher%20Qualifications.pdf


(6)

147

Ly Rathana, 2013

Pengaruh Kepemimpinan Instruksional Kepala Sekolah Dan Iklim Sekolah Terhadap Kinerja Mengajar Guru Pada SMP Se-Bandung Utara

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Teacher Performance Indicators and Descriptors. (2012, October 23). Retrieved from

http://www.docstoc.com/docs/47726949/TEAHER-PERFORMANCE-INDICATORS-AND-DESCRIPTORS

Terry, P.M. (1996). The principal and instructional leadership. Annual Conference National Council of Professors of Educational Administration. Texas.

Tileston, D. W. (2006). Teaching in the 21st Century. In Teaching strategies for active learning (pp. 5 - 6). London: Sage.

Tubbs, J. E., & Garner, M. (2008). The Impact of School Climate on School Outcomes. Journal of College Teaching and Learning, 17-26.

U.S Department of Education. (2005). What is instructional leadership and what is it so important?. Washington, DC: The Newsletter for the Reading First Program.

Whitaker, B. (1997). Instructional Leadership and Principal Visibility. The Clearinghouse, 155 - 156.

Yusof, M. N. (2012). School Climate and Teachers' Commitment: A Case Study of Malaysia. International Journal of Economics Business and Management Studies, 65 - 75.