Pengaruh Kandungan Timbal pada Air Minum dari Sumur Bor dan Faktor Risiko terhadap Kejadian Hipertensi di Desa Kapias Batu VIII Kecamatan Tanjung Balai Kabupaten Asahan Tahun 2012
PENGARUH KANDUNGAN TIMBAL PADA AIR MINUM DARI SUMUR BOR DAN FAKTOR RISIKO TERHADAP KEJADIAN HIPERTENSI DI
DESA KAPIAS BATU VIII KECAMATAN TANJUNG BALAI KABUPATEN ASAHAN TAHUN 2012
TESIS
OLEH
HARTONO 107032156/IKM
PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
(2)
THE INFLUENCE OF LEAD CONTENT IN THE DRINKING WATER FROM THE ARTESIAN WELL AND THE RISK FACTOR ON THE
INCIDENT OF HYPERTENSION IN DESA KAPIAS BATU VIII, TANJUNG BALAI SUBDISTRICT, ASAHAN DISTRICT
IN 2012
THESIS
By
HARTONO 107032156/IKM
MAGISTER OF PUBLIC HEALTH STUDY PROGRAM FACULTY OF PUBLIC HEALTH
UNIVERSITY OF SUMATERA UTARA MEDAN
(3)
PENGARUH KANDUNGAN TIMBAL PADA AIR MINUM DARI SUMUR BOR DAN FAKTOR RISIKO TERHADAP KEJADIAN HIPERTENSI DI
DESA KAPIAS BATU VIII KECAMATAN TANJUNG BALAI KABUPATEN ASAHAN TAHUN 2012
TESIS
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat
untuk Memperoleh Gelar Megister Kesehatan (M.Kes) dalam Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi Manajemen Kesehatan Lingkungan Industri
pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara
Oleh HARTONO 107032156/IKM
PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
(4)
Judul Tesis : PENGARUH KANDUNGAN TIMBAL PADA AIR MINUM DARI SUMUR BOR DAN FAKTOR RISIKO TERHADAP KEJADIAN HIPERTENSI DI DESA KAPIAS BATU VIII KECAMATAN TANJUNG BALAI
KABUPATEN ASAHAN TAHUN 2012 Nama Mahasiswa : Hartono
Nomor Induk Mahasiswa : 107032156
Program Studi : S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat
Minat Studi : Manajemen Kesehatan Lingkungan Industri
Menyetujui Komisi Pembimbing
Prof. Dr. Erman Munir, M.Sc
Ketua Anggota
dr. Taufik Ashar, M.K.M
Dekan
(Dr. Drs. Surya Utama, M.S)
(5)
Telah diuji
Pada Tanggal : 17 Januari 2013
PANITIA PENGUJI TESIS
Ketua : Prof. Dr. Erman Munir, M.Sc Anggota : 1. dr. Taufik Ashar, M.K.M
2. Prof. Dr. Harry Agusnar, M.Sc, M.Phil 3. Dr. dr. Wirsal Hasan, M.P.H
(6)
PERNYATAAN
PENGARUH KANDUNGAN TIMBAL PADA AIR MINUM DARI SUMUR BOR DAN FAKTOR RISIKO TERHADAP KEJADIAN HIPERTENSI DI
DESA KAPIAS BATU VIII KECAMATAN TANJUNG BALAI KABUPATEN ASAHAN TAHUN 2012
TESIS
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Medan, Januari 2013
HARTONO 107032156/IKM
(7)
ABTRAK
Timbal merupakan unsur kimia yang termasuk dalam kelompok logam berat dan sama sekali tidak dibutuhkan oleh tubuh. Jika masuk ke dalam tubuh organisme hidup walaupun dalam jumlah yang kecil akan berakumulasi di dalam tubuh, sehingga dapat menimbulkan gangguan kesehatan seperti hipertensi.
Tujuan penelitian ini untuk menganalisis pengaruh kandungan timbal dalam air sumur bor dan faktor risiko terhadap kejadian penyakit hipertensi di Desa Kapias Batu VIII Kecamatan Tanjung Balai Kabupaten Asahan. Sampel yang digunakan didalam penelitian ini adalah masyarakat yang mengkonsumsi air dari sumur bor yang berjumlah 102 orang. Penelitian ini bersifat observasional dengan desain cross sectional, sedangkan uji yang digunakan dalam penelitian adalah X2
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada empat variabel yang memiliki hubungan secara signifikan terhadap kejadian hipertensi, yaitu konsentrasi timbal pada air sumur bor, Konsumsi air dari sumur bor, Usia, dan
dan regresi logistik berganda pada alpha 5%.
status gizi
Disarankan kepada Dinas Kesehatan untuk menginformasikan kepada masyarakat tentang risiko kesehatan yang akan terjadi akibat mengkonsumsi air dengan kandungan timbal yang melebih nilai ambang batas serta meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang bahaya penyakit hipertensi yang dapat menyebabkan penyakit komplikasi lainnya melalui penyuluhan.
dengan kejadian penyakit hipertensi. Hasil uji multivariat dengan menggunakan uji regresi logistik berganda ditemukan bahwa faktor yang paling besar memberikan pengaruh terhadap potensi kejadian hipertensi adalah status gizi.
(8)
ABSTRACT
Lead is a chemical substance included in heavy metal group and it is not reguired by the body. Once entered into life organism body even though in a small amount number, it my cause health problem such as hypertension.
The objective of this research was to analize the influence of lead contents in drilling well water and the risk factor to the hypertension disease occurrence in Kapias Batu VIII Village, Tanjung Balai district, Asahan Regency. The sampel was taken for 102, namely those who consume the water from drilling well. This research was observational with cross sectional design, while the test used in the study were X2 The result of this research showed that there were four variables that had significance relation to hypertension, there were the consentration of lead in drilling well wate, the consumption of drilling well, age, and
and multiple logistic regression at 5% alpha.
nutritional status
It was suggested for officers in Health Department to inform about health risk for the community as the effect of consuming water with lead contents exceeding the threshold value. Also it is necessary to add the knowledge of the community about the danger of hypertension disease leading into other complication through counseling.
with the occurrence of hypertension disease. The results of multivariate test using multiple logistic regression test showed that the most dominant factor influencing the occurrence of hypertension desease was nutritional status
(9)
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan Rahmat dan Hidayah serta Karunianya kepada penulis untuk dapat menyelesaikan penulisan tesis ini dengan judul "Pengaruh Kandungan Timbal pada Air Minum dari Sumur Bor dan Faktor Risiko terhadap Kejadian Hipertensi di Desa Kapias Batu VIII Kecamatan Tanjung Balai Kabupaten Asahan Tahun 2012” Penyusunan tesis ini dimaksudkan untuk memenuhi sebagian persyaratan menyelesaikan Pendidikan Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
Penulis menyadari banyak pihak yang juga memiliki perhatian dan dukungan kepada penulis, untuk itu ucapan terima kasih yang tiada terhingga kami sampaikan kepada :
1. Bapak Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM & H, M.Sc, (CTM), Sp.A (K) selaku Rektor Universitas Sumatera Utara
2. Bapak Dr. Drs. Surya Utama, M.S selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
3. Dr. Ir. Evawany Aritonang, M.Si selaku Sekretaris Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara
4. Dengan ketulusan hati, penulis menyampaikan ucapan terima kasih, semoga sehat, bahagia dan selalu dalam lindungan Allah SWT kepada Prof. Dr. Erman Munir, M.Sc dan dr. Taufik Ashar, MKM selaku pembimbing dengan sabar dan
(10)
tulus serta banyak memberikan perhatian, dukungan, pengertian dan pengarahan sejak awal hingga terselesaikannya tesis ini.
5. Terimakasih tiada terkira juga penulis sampaikan dengan tulus kepada Bapak Prof. Dr. Harry Agusnar, M.Sc, M.Phil dan Bapak Dr. dr. Wirsal Hasan, M.P.H selaku tim penguji yang telah memberi masukan sehingga dapat meningkatkan kesempurnaan tesis ini.
6. Seluruh dosen Minat Studi Manejemen Kesehatan Lingkungan Industri, Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara, semoga ilmu dan pengetahuan yang diberikan selama penulis belajar menjadi amal ibadah dan mendapat Rahmat dari Allah SWT
7. Bapak Iswan selaku Kepala Desa Kapias Batu VIII yang telah banyak membantu penulis dalam pengumpulan data.
8. Ayahanda Ahmad Nawali dan Ibunda Rosnizar Lubis yang telah mendukungan secara morildan materil selama penulis melakukan perkuliahan.
Akhirnya penulis menyadari atas segala keterbatasan, untuk itu saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan demi kesempurnaan tesis ini dengan harapan, semoga tesis ini bermanfaat bagi pengambil kebijakan di bidang kesehatan,dan pengembangan ilmu pengetahuan bagi penelitian selanjutnya.
Medan, Januari 2013 Penulis
Hartono 107032156/IKM
(11)
RIWAYAT HIDUP
Hartono lahir di Kota Kisaran pada tanggal 31 Desember 1984, anak kedua dari tujuh bersaudara dari pasangan Ahmad Nawali Dalimunthe dan Rosnizar Lubis
Pendidikan formal penulis dimulai dari Sekolah Dasar Negeri N0 130012 Kota Tanjungbalai pada tahun 1990 sampai dengan tahun1996. Kemudian melanjutkan sekolah MTSs Pesantren Daar-Al Falah Kota Tanjungbalai dan selesai pada tahun 1999. Selanjutnya melanjutkan sekolah ke tingkat MA di MAS YMPI Kota Tanjungbalai yang lulus pada tahun 2002.
Pada tahun 2002 penulis malanjutkan pendidikan di Universitas Prima Indonesia pada Fakultas Kesehatan Masyarakat yang selesai pada tahun 2006 selanjutnya mengikuti pendidikan Program Studi S2 Ilmu kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara sejak tahun 2010 sampai dengan sekarang.
(12)
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ... i
ABSTRACT ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
RIWAYAT HIDUP ... v
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL ... x
DAFTAR GAMBAR ... xii
DAFTAR LAMPIRAN ... xiii
BAB 1. PENDAHULUAN ... 1
1.1. Latar Belakang ... 1
1.2. Permasalahan ... 5
1.3. Tujuan Penelitian ... 5
1.4. Hipotesis ... 6
1.5. Manfaat Penelitian ... 6
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ... 7
2.1. Air Bersih dan Air Minum ... 7
2.2.1 Air Tanah ... 7
2.2. Timbal ... 9
2.2.1. Timbal dalam Air ... 10
2.2.2. Sumber Pencemaran Timbal dan Alur Pajanan ... 10
2.2.3. Mekanisme Timbal terhadap Hipertensi ... 12
2.2.4. Epidemiologi Pb ... 13
2.3. Cara Menurunkan Konsentra Timbal dalam Air ... 14
2.3.1. Menggunakan Khitosan ... 14
2.3.2. Arang Aktif ... 15
2.3.3. Penggunaal Zeloit ... 16
2.3.4. Phytoremediasi ... 17
2.4. Hipertensi/Darah Tinggi ... 18
2.4.1. Pengertian Tekanan Darah Tinggi ... 18
2.4.2. Klasifikasi Tekanan Darah Tinggi ... 19
2.4.2.1. Berdasarkan Penyebabnya ... 19
2.4.2.2. Berdasarkan Tekanan Darah Sistolik dan Diastolik .... 20
2.4.2.3. Patogenesis Tekanan Darah Tinggi ... 20
2.4.2.4. Gejala / Keluhan Tekanan Darah Tinggi ... 21
2.5. Faktor Risiko Hipertensi ... 22
2.5.1. Usia ... 22
(13)
2.5.3. Riwayat Penyakit dalam Keluarga ... 24
2.5.4. Status Gizi ... 24
2.5.5. Merokok ... 25
2.6. Landasan Teori ... 25
2.7. Krangka Konsep ... 38
BAB 3. METODE PENELITIAN ... 29
3.1. Jenis Penelitian ... 29
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 29
3.3. Populasi dan Sampel ... 30
3.3.1. Populasi ... 30
3.3.2. Sampel ... 30
3.3.2.1. Kriteria Sampel ... 30
3.3.2.2. Besar Sampel ... 31
3.4. Metode Pengumpulan Data ... 33
3.5. Variabel dan Definisi Operasional ... 33
3.5.1. Variabel ... 33
3.5.2. Definisi Operasional ... 34
3.6. Metode Pengukuran ... 35
3.6.1. Variabel Bebas ... 35
3.6.1.1. Pengambilan Sampel ... 35
3.6.1.2. Prinsip Analisis Timbal ... 35
3.6.1.3. Standart Methohd APHA, 1995 ... 36
3.6.1.4. Pengukur Tekanan Darah ... 36
3.6.1.5. Pengukuran Tinggi Badan ... 37
3.6.1.6. Penimbangan Berat Badan ... 37
3.6.2. Variabel Terikat ... 38
3.7. Metode Analisa Data ... 38
3.7.1. Analisa Univariat ... 38
3.7.2. Analisa Bivariat ... 38
3.7.3. Analisa Multivariat ... 39
BAB 4. HASIL PENELITIAN ... 40
4.1. Deskriptif Lokasi Penelitian ... 40
4.1.1. Geografi ... 40
4.1.2. Demografi ... 40
4.2. Analisis Univariat ... 42
4.2.1. Distribusi Konsentrasi Timbal pada Air Sumur Bor ... 42
4.2.2. Jumlah Air yang di Konsumsi Per-hari di Desa Kapias.Batu VIII Tahun 2012 ... 43
4.2.3. Faktor Risiko Hipertensi ... 44
4.2.3.1. Usia ... 44
(14)
4.2.3.3. Riwayat Penyakit Hipertensi dalam Keluarga ... 44
4.2.3.4. Status Gizi ... 46
4.3.2.5. Kebiasaan Merokok ... 46
4.3. Hipertensi ... 47
4.4. Analisis Bivariat ... 47
4.4.1. Analisis Hubungan Konsentrasi Timbal pada Air Sumur Bor dengan Kejadian Hipertensi ... 49
4.4.2. Analisis Hubungan Konsumsi Air Per-hari dengan Kejadian Hipertensi ... 49
4.4.3. Analisis Hubungan Faktor Risiko Hipertensi dengan Kejadian Hipertensi ... 50
4.4.3.1. Analisis Hubungan Usia dengan Kejadian Hipertensi 50
4.4.3.2. Analisis Hubungan Jenis Kelamin dengan Kejadian Hipertensi ... 50
4.4.3.3. Analisis Hubungan Riwayat Penyakit Hipertensi dalam Keluarga dengan Kejadian Hipertensi ... 51
4.4.3.4. Analisis Hubungan Status Gizi dengan Kejadian Hipertensi ... 51
4.4.3.5. Analisis Hubungan Perokok dengan Kejadian Hipertensi ... 52
4.5. Analisis Multivariat ... 52
BAB 5. PEMBAHASAN ... 56
5.1. Hubungan Konsentarasi Timbal pada Air Sumur Bor dengan Kejadian Hipertensi ... 56
5.2. Hubungan Konsumsi Air dari Sumur Bor dengan Kejadian Penyakit Hipertensi ... 57
5.3. Faktor Risiko Hipertensi dengan Kejadian Hipertensi ... 58
5.3.1. Hubungan Usia dengan Kejadian Hipertensi ... 58
5.3.2. Jenis Kelamin dengan Kejadian Hipertensi ... 59
5.3.3. Riwayat Penyakit Hipertensi dalam Keluarga dengan Kejadian Hipertensi ... 60
5.3.4. Status Gizi dengan Kejadian Hipertensi ... 61
5.3.5. Perokok dengan Kejadian Hipertensi ... 62
5.4. Kejadian Penyakit Hipertensi di Desa Kapias Batu VIII Kecamatan Tanjung Balai Kabupaten Asahan ... 63
5.5. Keterbatasan Peneliti ... 64
BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN ... 65
8.1. Kesimpulan ... 65
8.2. Saran ... 65
6.2.1. Bagi Pemerintahan Setempat ... 66
(15)
6.2.3. Bagi Masyarakat ... 66 6.2.4. Bagi Peneliti Selanjutnya ... 67 DAFTAR PUSTAKA ... 68 DAFTAR LAMPIRAN
(16)
DAFTARA TABEL
No Judul Halaman
2.1 Klarifikasi Derajat Tekanan Darah Menurut WHO-ISH 1996 ... 20 3.1 Lokasi Sumur Bor, Jumlah Sumur Bor, Dan Jumlah Sampel di Desa
Kapias Batu VIII ... 32 3.2 Definisi Operasional ... 34 4.1 Distribusi Jumlah Penduduk Berdasarkan Kelompok Dusun di Desa
Kapias Batu VIII Tahun 2012 ... 41 4.2 Distribusi Sarana Kesehatan di Desa Kapias Batu VIII Tahun 2012 ... 41 4.3 Hasil Pemeriksaan Kandungan Timbal di dalam Sumur Bor di Desa
Kapias Batu VIII Tahun 2012 ... 42 4.4 Distribusi Frekuensi Konsentrasi Kandungan Timbal dalam Sumur Bor,
Konsumsi Air Per-hari di Desa Kapias Batu VIII Tahun 2012 ... 42 4.5 Distribusi Frekuensi Kandungan Timbal pada Air dari Sumur Bor di
Desa Kapias Batu VIII Tahun 2012 ... 43 4.6 Distribusi Frekuensi Jumlah Air yang Dikonsumsi di Desa Kapias Batu
VIII Tahun 2012 ... 44 4.7 Distribusi Frekuensi usia responden di Desa Kapias Batu VIII
Tahun 2012 ... 44 4.8 Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin Responden di Desa Kapias Batu
VIII Tahun 2012 ... 45 4.9 Distribusi Frekuensi Riwayat Penyakit dalam Keluarga Responden di ..
Desa Kapias Batu VIII Tahun 2012 ... 45 4.10 Distribusi Frekuensi Status Gizi di Desa Kapias Batu VIII Tahun 2012 .. 46 4.11 Distribusi Frekuensi Merokok Responden di Desa Kapias Batu VIII
(17)
4.12 .Distribusi Frekuensi Kejadian Penyakit Hipertensi di Desa Kapias Batu ..VIII Tahun 2012 ... 47 4.13 .Hasil Uji Chi-Square Antara Konsentarasi Kandungan Timbal pada Air
Sumur, Konsumsi Air Per Hari, Usia, Jenis Kelamin, Riwayat Penyakit dalam Keluarga, Status Gizi, dan Merokok terhadap Kejadian Penyakit Hipertensi di Desa Kapias Batu VIII Tahun 2012 ... 48 4.14 Hasil Uji Multivariat Regresi Logistik Metode Backward Stepwise ... 53 4.15 Hasil Uji Multivariat Regresi Logistik Metode Backward Stepwise ... 54
(18)
DAFTAR GAMBAR
No Judul Halaman
2.1 Alur Pajanan Timbal terhadap Manusia ... 11
2.2 Masa Paruh Timbal di dalam Tubuh Manusia ... 12
2.3 Mekanisme Timbal terhadap Hipertensi ... 13
2.4 Patogenesis Tekanan Darah Tinggi ... 21
2.5 Modifikasi Teori Simpul ... 26
(19)
DAFTAR LAMPIRAN
No Judul Halaman
1 Surat Permohonan Izin Penelitian ... 73
2 Surat Keterangan Izin Penelitian ... 74
3 Hasil Pemeriksaan Air Sumur Bor ... 75
4 Lembar Koesioner ... 78
5 Master Data ... 80
6 Uji Chi-Square ... 83
7 Uji Regresi Logistik ... 97
8 Peta Lokasi Sumur Bor ... 103
(20)
ABTRAK
Timbal merupakan unsur kimia yang termasuk dalam kelompok logam berat dan sama sekali tidak dibutuhkan oleh tubuh. Jika masuk ke dalam tubuh organisme hidup walaupun dalam jumlah yang kecil akan berakumulasi di dalam tubuh, sehingga dapat menimbulkan gangguan kesehatan seperti hipertensi.
Tujuan penelitian ini untuk menganalisis pengaruh kandungan timbal dalam air sumur bor dan faktor risiko terhadap kejadian penyakit hipertensi di Desa Kapias Batu VIII Kecamatan Tanjung Balai Kabupaten Asahan. Sampel yang digunakan didalam penelitian ini adalah masyarakat yang mengkonsumsi air dari sumur bor yang berjumlah 102 orang. Penelitian ini bersifat observasional dengan desain cross sectional, sedangkan uji yang digunakan dalam penelitian adalah X2
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada empat variabel yang memiliki hubungan secara signifikan terhadap kejadian hipertensi, yaitu konsentrasi timbal pada air sumur bor, Konsumsi air dari sumur bor, Usia, dan
dan regresi logistik berganda pada alpha 5%.
status gizi
Disarankan kepada Dinas Kesehatan untuk menginformasikan kepada masyarakat tentang risiko kesehatan yang akan terjadi akibat mengkonsumsi air dengan kandungan timbal yang melebih nilai ambang batas serta meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang bahaya penyakit hipertensi yang dapat menyebabkan penyakit komplikasi lainnya melalui penyuluhan.
dengan kejadian penyakit hipertensi. Hasil uji multivariat dengan menggunakan uji regresi logistik berganda ditemukan bahwa faktor yang paling besar memberikan pengaruh terhadap potensi kejadian hipertensi adalah status gizi.
(21)
ABSTRACT
Lead is a chemical substance included in heavy metal group and it is not reguired by the body. Once entered into life organism body even though in a small amount number, it my cause health problem such as hypertension.
The objective of this research was to analize the influence of lead contents in drilling well water and the risk factor to the hypertension disease occurrence in Kapias Batu VIII Village, Tanjung Balai district, Asahan Regency. The sampel was taken for 102, namely those who consume the water from drilling well. This research was observational with cross sectional design, while the test used in the study were X2 The result of this research showed that there were four variables that had significance relation to hypertension, there were the consentration of lead in drilling well wate, the consumption of drilling well, age, and
and multiple logistic regression at 5% alpha.
nutritional status
It was suggested for officers in Health Department to inform about health risk for the community as the effect of consuming water with lead contents exceeding the threshold value. Also it is necessary to add the knowledge of the community about the danger of hypertension disease leading into other complication through counseling.
with the occurrence of hypertension disease. The results of multivariate test using multiple logistic regression test showed that the most dominant factor influencing the occurrence of hypertension desease was nutritional status
(22)
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Bumi ini sebagian besar terdiri atas air. Makhluk hidup yang ada dimuka bumi ini tidak akan dapat terlepas dari kebutuhan akan air. Air merupakan kebutuhan utama bagi proses kehidupan dibumi ini, air yang relatif bersih sangat didambakan oleh manusia, baik untuk keperluan sehari-hari dipakai sebagai air minum, air untuk mandi dan mencuci, untuk keperluan industri, untuk kebersihan sanitasi kota, maupun untuk keperluan pertanian. Dewasa ini air menjadi masalah yang perlu mendapat perhatian yang seksama dan cermat, untuk mendapatkan air yang baik sesuai dengan standart tertentu saat ini menjadi barang yang mahal oleh karena air sudah banyak tercemar berbagai macam-macam limbah dari hasil kegiatan manusia itu sendiri, baik itu dari limbah kegiatan rumah tangga maupun limbah industri (Sunu, 2004).
Sampai saat ini, air tanah masih banyak digunakan oleh masyarakat sebagai air baku untuk memenuhi kebutuhan air minum maupun memasak. Pada umumnya air dari sumber air tanah hanya dapat memenuhi kebutuhan air secara kuantitatif. Air tanah disebagian besar wilayah Indonesia belum memenuhi standart kualitas fisik, kimia dan biologi sehingga apabila tidak dikelola terlebih dahulu tidak layak untuk dikonsumsi (Hartono, 2004).
(23)
Badan Proteksi Lingkungan Amerika (US EPA) menyatakan bahwa 45% dari fasilitas air minum asal air tanah telah terkontaminasi bahan kimia termasuk timbal yang cukup bahaya terhadap kesehatan konsumen (Darmono, 2001). Sunu (2001) dampak utama dari pencemaran timbal dapat mengganggu berbagai kesehatan manusia seperti kelambanan dalam pengembangan neurologi syaraf dan fisik pada anak-anak, keguguran kandungan dan kerusakan sistem reproduksi pria, penyakit syaraf, anemia, dan meningkatkan tekanan darah.
Pada percobaan secara in vitro, akumulasi dari delta-ALA dan protofirin dapat menyebabkan pengaruh toksin pada jaringan. Akumulasi delta-ALA dalam hipotalamus dan protoporfirin dalam syaraf dorsal dapat menyebabkan enselalofati karena toksisitas Pb. Terjadinya neurofati pada syaraf tepi karena toksisitas Pb disebabkan oleh demyelinasi dan degenerasi syaraf tersebut (Darmono, 2001).
Timbal merupakan bahan kimia yang termasuk dalam kelompok logam berat yang sama sekali tidak dibutuhkan oleh tubuh, jika masuk ke dalam tubuh organisme hidup dalam jumlah yang berlebihan akan menimbulkan efek negatif terhadap fungsi fisiologis tubuh. Logam berat yang masuk ke dalam tubuh dalam jumlah kecil akan berakumulasi di dalam tubuh, sehingga pada suatu saat juga dapat menimbulkan efek negatif dan gangguan kesehatan (Palar, 2008).
Timbal dapat ditemukan secara alami di dalam kerak bumi yang tersebar ke berbagai tempat karena proses alami. Pb dapat terakumulasi di lingkungan, tidak
dapat terurai secara biologis dan toksisitasnya tidak berubah sepanjang waktu (WHO, 2008). Penyebab ditemukannya Pb didalam badan perairan sebagai
(24)
dampak dari aktivitas manusia, secara alami Pb dapat masuk kedalam badan perairan melalui pengkristalan Pb di udara dengan bantuan air hujan sehingga mencemari air permukaan (Palar, 2008).
Desa Kapias Batu VIII, merupakan Desa yang terletak didaerah pesisir. Untuk memenuhi kebutuhan akan air, masyarakat tergantung dengan pasang dan surutnya air, sehingga pemerintah daerah melakukan pembangunan sumur bor dibeberapa titik untuk memenuhi kebutuhan masyarakat akan air baik untuk minum maupun untuk masak. Akan tetapi infra struktur ini tidak seimbang dengan kualitas air yang sesuai dengan persyaratan yang ditentukan untuk dikonsumsi. Berdasarkan hasil survei pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti bahwa kandungan timbal pada sumur bor yang digunakan masyarakat untuk minum di Desa Kapias Batu VIII Kecamatan Tanjung Balai Kabupaten Asahan sudah melebihi nilai ambang batas yang dipersyaratkan berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan No.492/Menkes/-Per/IV/2010 tentang persyaratan kualitas air minum yaitu 0.01 mg/l. Karena masyarakat mengkonsumsi air sumur tersebut sebagai air minum tanpa melakukan penyaringan terlebih dahulu maka terdapat potensi untuk mengalami terjadinya penyakit hipertensi pada masyarakat yang mengkonsumsi air tesebut.
Adapun penyebab kadar timbal yang berada didalam air sumur bor berasal dari sumber air tanah tersebut maupun pengkristalan Pb di udara dan dengan bantuan air hujan yang jatuh kembali ke bumi, berdasarkan sampel yang diambil dari sekitar sumur dangkal milik warga sekitar yang berdekatan dengan sumur bor memiliki
(25)
kandungan konsentrasi kadar timbal yang hampir sama yaitu dengan kadar timbal terendah 0.02 mg/l dan tertinggi 0.05 mg/l
Penelitian yang dilakukan Erlani (2007) di Makasar terhadap karyawan SPBU yang memperoleh hasil bahwa timbal mempunyai efek akut terhadap tekanan darah serta menimbulkan hipertensi pada keracunan kronis oleh karena adanya akumulasi timbal di dalam darah pada orang dewasa. WHO (2011) hipertensi meningkat pada kadar timbal dalam darah lebih besar dari 37 µg / dl. Sebuah hubungan yang signifikan telah ditetapkan, tanpa bukti nilai ambang batas, antara kadar Pb dalam darah dengan kisaran 7-34 µg / dl dan darah menyebabkan tingginya tekanan diastolik pada orang berusia 21-55 tahun.
Menurut hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun (2007) hipertensi merupakan penyebab kematian nomor 3 setelah stroke dan tuberkulosis, yakni mencapai 6,7% dari populasi kematian pada semua umur di Indonesia. Prevalensi hipertensi secara nasional mencapai 31,7%, hipertensi merupakan penyakit yang sangat berbahaya, karena tidak ada gejala atau tanda khas sebagai peringatan dini. Kebanyakan orang merasa sehat dan energik walaupun terserang hipertensi. Sebagian besar kasus hipertensi di masyarakat belum terdeteksi, keadaan ini tentunya sangat berbahaya, yang dapat menyebabkan kematian mendadak pada masyarakat.
Hipertensi merupakan penyakit yang timbul karena interaksi berbagai faktor risiko. Risiko relatif hipertensi tergantung pada jumlah dan tingkat keparahan dari faktor risiko yang dapat dikontrol seperti kelebihan berat badan, kebiasan merokok,
(26)
sedangkan faktor risiko yang tidak dapat dikontrol seperti riwayat penyakit hipertensi dalam keluarga, usia dan jenis kelamin (Armilawaty, 2007).
1.2Permasalahan
Berdasarkan latar belakang diatas, dapat dirumuskan sejauh mana kadar timbal dalam air dari sumur bor yang dikonsumsi masyarakat sebagai air minum untuk kebutuhan sehari-hari dan faktor risiko berpengaruh terhadap kejadian hipertensi di Desa Kapias Batu VIII Kecamatan Tanjung Balai Kabupaten Asahan.
1.3 Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kadar timbal yang ada di dalam air sumur bor yang di konsumsi masyarakat dan faktor risiko terhadap terjadinya penyakit hipertensi di Desa Kapias Batu VIII Kecamatan Tanjung Balai Kabupaten Asahan.
1.4 Hipotesis
Ada pengaruh akibat tingginya kadar timbal dalam air minum dari sumur bor yang dikonsumsi masyarakat dan faktor risiko terhadap kejadian penyakit hipertensi pada masyarakat Desa Kapias Batu VIII Kecamatan Tanjung Balai Kabupaten Asahan.
(27)
1.5 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah:
1. Sebagai informasi terhadap instansi yang terkait maupun pengambil kebijakan terhadap masyarakat di Desa Kapias Batu VIII Kecamatan Tanjung Balai Kabupaten Asahan yang memiliki potensi mengalami kejadian hipertensi akibat mengkonsumsi air minum dari sumur bor yang mengandung kadar timbal lebih dari 0.01 mg/l.
2. Sebagai referensi bagi peneliti selanjutnya.
3. Sebagai proses belajar bagi penulis dalam upaya mengimplementasikan berbagai teori yang diperoleh dari bangku kuliah selama proses belajar di Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
(28)
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Air Bersih dan Air Minum
Berdasarkan Permenkes RI N0. 416/MENKES/PER/IX/1990 tentang syarat-syarat pengawasan kualitas air, air minum adalah air yang kualitasnya memenuhi syarat dan dapat diminum langsung. Sedangkan air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat diminum apabila telah dimasak.
Air merupakan senyawa yang sangat vital bagi kehidupan makhluk dimuka bumi ini. Tanpa makanan manusia dapat bertahan hidup sampai 3-6 bulan, namun tanpa air manusia hanya bertahan hidup paling lama 3 hari. Dalam tubuh manusia terdapat sekitar 50-80% terdiri dari cairan. Keperluan manusia akan air bervariasi sesuai dengan tempat orang tersebut tinggal. Word Health Organization (WHO)
memperhitungkan kebutuhan air masyarakat dinegara berkembang (pedesaan) termasuk di Indonesia antara 30 – 60 liter/orang/hari, sedangkan dinegara-negara maju atau di perkotaan memerlukan 60 – 120 liter/orang/hari (Suyono et.al, 2011). 2.1.1 Air Tanah
Air tanah merupakan sebagian dari air hujan yang meresap ke dalam tanah disebut infiltrasi. Air yang meresap kedalam tanah ada yang kembali kepermukaan tanah membentuk mata air kemudian mengalir ke sungai, danau atau laut. Aliran ini disebut interflow. Air yang tersimpan didalam tanah disebut air tanah (ground
(29)
water). Air tanah ini tersimpan diantara batu-batuan kedap air (impermeable) atau pada lapisan batu yang tidak kedap air (permeable, poreus) atau tersimpan dalam lapisan tanah. Ada dua jenis air tanah yaitu air tanah dangkal (sumur dangkal) dan air tanah dalam (sumur dalam) (Suyono et.al, 2011).
a. Sumur Dangkal
Candra (2006) air tanah dangkal terjadi karena proses peresapan air dari permukaan tanah. Lumpur akan tertahan, demikian pula dengan sebagian bakteri, sehingga air tanah akan jernih tapi lebih banyak mengandung zat kimia (garam-garam yang terlarut) karena melalui lapisan tanah yang mempunyai unsur kimia tertentu di masing-masing lapisan tanah. Lapiasan tanah berfungsi sebagai saringan. Disamping penyaringan, pengotoran juga masih terus berlangsung, terutama pada permukaan air yang dekat dengan muka tanah, setelah menemui lapisan rapat air, air yang akan terkumpul merupakan air tanah dangkal dimana air tanah ini dimanfaatkan untuk sumber air minum melalui sumur-sumur dangkal. Suyono et.al (2011) disebut sebagai sumur dangkal karena muka airnya (water level) dangkal antara 2 – 10 meter, air tanah dangkal ini terletak antara lapisan batu-batuan kedap air dengan permukaan tanah.
b. Sumur Dalam
Air tanah dalam dikenal juga dengan artesis. Air ini terdapat diantara dua lapisan kedap air. Lapisan diantara dua lapisan kedap air tersebut disebut lapisan akuifer. Lapisan tersebut banyak menampung air, jika lapisan kedap air retak, secara alami air akan keluar kepermukan. Air yang memancur ke permukaan disebut
(30)
mata air artesis, pengambilan air tanah dalam tak semudah pada air tanah dangkal. Dalam hal ini harus digunakan bor dan memasukkan pipa kedalamnya sehingga dalam suatu kedalaman biasanya antara 100-300 meter akan didapatkan suatu lapisan air jika tekanan air tanah ini besar, maka air akan dapat menyembur keluar dan dalam keadaan ini, sumur disebut dengan sumur artesis. Jika air tidak dapat keluar dengan sendirinya, maka digunakan pompa untuk membantu pengeluaran air tanah dalam ini (Candra, 2006)
2.2 Timbal
Timbal atau dalam kesaharian lebih dikenal dengan nama timah hitam, dalam bahasa ilmiahnya dinamakan plumbum, dan logam ini disimbolkan dengan Pb. Logam ini termasuk kedalam kelompok logam-logam golongan IV-A pada tabel periodik unsur kimia. Mempunya nomor atom 82 dengan bobot atau berat atom 207,2 (Palar, 2008).
Timbal adalah logam lunak kebiruan atau kelabu keperakan yang lazim terdapat dalam kandungan endapan sulfit yang tercampur mineral-mineral lain, terutama seng dan tembaga. Timbal merupakan logam yang sangat beracun dan pada dasarnya tidak dapat dimusnahkan serta tidak terurai menjadi zat lain dan bila berakumulasi dalam tanah relatif lama. Oleh karena itu apabila timbal yang terlepas kelingkungan akan menjadi ancaman bagi kesehatan makhluk hidup (Sunu, 2001).
(31)
2.2.1 Timbal di dalam Air
Pb dan senyawanya dapat berada didalam badan perairan secara alami dan sebagai dampak dari aktivitas manusia. Pb dapat masuk ke dalam perairan melalui pengkristalan Pb di udara dengan bantuan air hujan. Disamping itu proses korosifikasi dari batuan mineral akibat hempasan gelombang dan angin, juga merupakan salah satu jalur sumber Pb yang akan masuk kedalam badan perairan. Pb yang masuk kedalam badan perairan sebagai dampak dari aktivitas manusia diantaranya air buang limbah dari industri yang berkaitan dengan Pb, seperti industri pembuatan cat, industri baterai (Darmono, 2001).
Dalam air minum juga dapat ditemukan senyawa Pb bila air tersebut disimpan atau dialirkan melalui pipa yang merupakan alloy dari logam Pb. Kontaminasi air oleh logam Pb ini pernah melanda daratan Eropa. Hal itu terjadi disebakan oleh pipa aliran air minum yang dialirkan kerumah-rumah mengandung logam Pb (Sunu, 2001). Untuk Indonesia khususnya peraturan tentang kadar Pb yang dibolehkan dalam air minum sudah diatur dalam peraturan Menteri Kesehatan No.492/Menkes/Per/IV/2010 tentang persyaratan kualitas air minum yaitu tidak boleh lebih dari 0.01 mg/l (Depkes, 2010).
2.2.2 Sumber
Pencemaran lingkungan oleh timbal kebanyakan berasal dari aktifitas manusia yang mengekstraksi dan mengeksploritasi logam tersebut. Timbal digunakan untuk berbagai kegunaan terutama sebagai bahan perpipaan, bahan aditif untuk bensin,
(32)
baterai, pigmen dan amunisi. Sumber potensial pajanan timbal dapat bervariasi di berbagai lokasi (Palar, 2008).
Manusia menyerap timbal melalui udara, debu, air dan makanan. Salah satu penyebab keterpaparan timbal adalah pencemaran udara, akibat kegiatan transportasi darat yang menghasilkan bahan pencemar seperti gas CO2, NOx, hidrokarbon,
SO2,dan tetraethyl lead, yang merupakan bahan logam timah hitam (timbal) yang
ditambahkan ke dalam bahan bakar berkualitas rendah untuk menurunkan nilai oktan (WHO, 2008).
(33)
Sedangkan untuk menetukan masa paruh dapat dilihat berdasarkan skema berikut:
Gambar 2.2. Masa Paruh Timbal Didalam Tubuh Manusia (WHO, 2008). 2.2.3 Mekanisme Timbal terhadap Hipertensi
Pengaruh utama dari keterpaparan timbal dimulai pada produksi spesies oksigen reaktif, defisiensi fungsional nitrit oksida (NO). Sejumlah besar spesies oksigen reaktif (ROS), seperti superoksida (O2-) dan H2O2, biasanya dihasilkan dalam proses
metabolisme oksigen dan aman dikandung oleh sistem pertahanan antioksidan. Namun, berbagai hasil kondisi patofisiologi dalam produksi ROS tinggi dan/atau kapasitas antioksidan terganggu, yang berujung pada stres oksidatif. Dengan adanya stres oksidatif, uncontained ROS menyebabkan kerusakan jaringan dan disfungsi dengan langsung menyerang dan menghambat molekul fungsional/struktural dan dengan mengaktifkan faktor transkripsi redoks-sensitif dan jalur transduksi sinyal.
TOKSIXONETIC LEAD METABOLISM
Absoption Distribution Elimination
Ingestion, inhalation Renal
%Absorbed t ½
Cildren – 40 %
Adults - 10 %
28 day
↑absoption
• Anemia 40 day
• Hipocalcemia
• Malnutrion 25 year
Blood
RBC/pl-99-1
Soft tissues Bones -90%
(34)
Stres oksidatif memainkan bagian penting dalam patogenesis penyakit akut dan kronis, sehingga menyebabkan hipertensi dan penyakit kardiovasculer (Vaziri, 2008).
Gambar 2.3 Mekanisme Timbal terhadap Hipertensi (Vaziri, 2008) 2.2.4 Epidemiologi Pb
Penelitian epidemiologi toksisitas Pb telah banyak dilaporkan terutama toksisitas Pb secara kronis. Diantaranya Pb kronis pada anak-anak, orang dewasa dan juga kadar Pb dalam darah, urin, kuku dan rambut (Depatmen Of Health , 2010). Laporan epidemiologi sebelumnya telah menghubungkan antara keterpaparan timbal dengan hipertensi, Jika dibiarkan dalam konsentrasi yang lebih rendah dari timbal (misalnya, melalui sumber-sumber lingkungan), para NHANES III menunjukkan hubungan antara kadar timbal darah dan tekanan darah sistolik dan diastolik, tanpa memandang ras subyek atau seks (WHO, 2011). Peningkatan kadar timbal darah dari 14 µg / dL menjadi 30 µg / dL mengakibatkan peningkatan sebesar 7 mm Hg dalam tekanan
(35)
darah sistolik rata-rata dan peningkatan dari 3 mm Hg dalam tekanan darah diastolik rata-rata (Kathuria, 2010). Yoshimoto (1982) dalam Darmono (2001) kadar Pb dalam darah para pekerja dijalan raya dan pabrik alat listrik di Tokyo Jepang. Dari laporan-laporan studi toksisitas Pb secara keronis tersebut maka jelaslah bahwa kandungan timbal yang terpapar dengan manusia sangat mempengaruhi status kesehatan manusia.
2.3 Cara Menurunkan Konsentrasi Timbal di dalam Air 2.3.1 Pengunaan Khitosan
Khitosan yang disebut juga dengan ß-1,4-2 amino-2-dioksi-D-glukosa merupakan turunan dari khitin melalui proses deasetilasi. Khitosan juga merupakan suatu polimer multifungsi karena mengandung tiga jenis gugus fungsi yaitu asam amino, gugus hidroksil primer dan skunder. Adanya gugus fungsi ini menyebabkan khitosan mempunyai kreatifitas kimia yang tinggi. Khitosan merupakan senyawa yang tidak larut dalam air, larutan basa kuat, sedikit larut dalam HCl dan HNO3, dan H3 PO4, dan tidak larut dalam H2SO4. Khitosan tidak beracun, mudah mengalami biodegradasi dan bersifat polielektrolitik. Di samping itu khitosan dapat dengan mudah berinteraksi dengan zat-zat organik lainnya seperti protein. Oleh karena itu, khitosan relatif lebih banyak digunakan pada berbagai bidang industri terapan dan induistri kesehatan. Khitosan merupakan hasil sampingan dari pemanfaatan limbah hasil perikanan berupa kulit krustasea. Bahan dasar khitosan mudah diperoleh, tersedia dalam jumlah yang banyak dan selama ini belum termanfaatkan secara
(36)
optimal. Dengan sifatnya yang polielektrolit, kation khitosan yang dihubungkan dengan gugus amino dan hidroksil yang terikat menyebabkan reaktifitas kimia yang tinggi sebagai penukar ion (ion exchanger), pengkhelat dan sebagai absorben terhadap logam berat dalam perairan tercemar (Suptijah, 1992).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa khitosan dapat mengikat logam berat 4 sampai 5 kali lebih besar dari khitin, hal ini terkait dengan adanya gugus amina terbuka sepanjang rantai khitosan sehingga khitosan lebih mudah berinteraksi dengan larutan berpelarut air ( lebih hidrofilik ) dari pada khitin (Yang, et.al, 1984). Penelitian Nirmala et.al, (2006) diperoleh informasi bahwa khitosan bekerja cepat dalam mengkhelat logam timbal, pada jam ke-24, persentase timbal dalam akuarium perlakuan mencapai kurang dari 70% dan terus menurun pada jam-jam berikutnya. Bahkan pemberian khitosan 100 mg/liter mampu mengkhelat logam timbal hingga 93,61% pada jam ke-72 sehingga persentase timbal menjadi 6,39%. Pengaruh pemberian khitosan ke dalam air yang tercemar timbal sangat berbeda nyata pada hari ke-3 atau jam ke-72 pada setiap perlakuan. Pada dasarnya, kadar timbal pada semua perlakuan mengalami penurunan yang disebabkan oleh reaksi pengkhelatan sehingga membentuk senyawa kompleks.
2.3.2 Arang Aktif
Arang aktif merupakan senyawa karbon amorph, yang dapat dihasilkan dari bahan-bahan yang mengandung karbon atau dari arang yang diperlakukan dengan cara khusus untuk mendapatkan permukaan yang lebih luas. Luas permukaan arang aktif berkisar antara 300-3500 m2/gram dan ini berhubungan dengan struktur pori
(37)
internal yang menyebabkan arang aktif mempunyai sifat sebagai adsorben. Arang aktif dapat mengadsorpsi gas dan senyawa-senyawa kimia tertentu atau sifat adsorpsinya selektif, tergantung pada besar atau volume pori-pori dan luas permukaan. Daya serap arang aktif sangat besar, yaitu 25- 1000% terhadap berat arang aktif.
Kadirvelu et al. (2001) telah membuktikan kemampuan arang aktif sebagai adsorben terhadap logam Hg, Pb, Cd, Ni, Cu dalam limbah cair industri radiator, pelapisan nikel dan pelapisan tembaga. Kemampuan arang aktif sebagai penghilang logam tersebut dipengaruhi oleh pH dan konsentrasi karbon. Kenaikan kadar karbon menaikkan persen adsorpsi ion logam.
2.3.3 Penggunaan Zeolit
Zeolit biasanya ditulis dengan rumus kimia oksida atau berdasarkan satuan sel kristal M2/,,0 A1203 a Si02 b H2O atau Mcl, {(A102),(Si02)d} b HzO. Huruf n adalah valensi logam, a dan b adalah molekul silikat dan air, c dan d adalah jumlah alumina tetrahedral dan silika. Rasio dlc atau Si02/A120 bervariasi dari 1-5 (Tamzil, 2006).
Pemanfaatan zeolit telah banyak dilakukan diantaranya dalam bidang pertanian, zeolit digunakan sebagai odour control, dan campuran pakan temak. Dalam bidang industri zeolit digunakan sebagai penyerap minyak dan spills, serta separasi gas (Tamzil, 2006). Pada pemurnian air, zeolit digunakan sebagai agen pembersih air dan pengikat logam berat pada perairan. Selain sebagai penyerap, zeolit juga mampu bersifat sebagai katalis (Bosasek 1970)
(38)
Besarnya penurunan nilai kandungan logam berat menggunakan penyaringan ziloit dengan metode batch tak teraktivasi mengalami penurunan konsentrasi timbal mencapai 73,75% (Susanawati, et.al, 2011)
2.3.4 Phytoremediasi
Teknik pengolahan limbah menggunakan tanaman dikenal dengan istilah phytoremediasi, secara lengkap istilah phytoremediasi adalah penggunaan tanaman, termasuk pohon-pohonan, rumput-rumputan dan tanaman air, untuk menghilangkan atau memecahkan bahan-bahan berbahaya baik organik maupun anorganik dari lingkungan. Aplikasi teknologi ini telah dilakukan secara komersial seperti di USA dan Eropa.
Kebanyakan tumbuhan mengakumulasi logam, misalnya nikel, sebesar 10 mg/kg berat kering (BK) (setara dengan 0,001%), Tumbuhan hyperakumulator seperti (eceng gondok) mampu mengakumulasi hingga 11% BK. Batas kadar logam yang terdapat di dalam biomassa agar suatu tumbuhan dapat disebut hiperakumulator berbeda-beda bergantung pada jenis logamnya (Baker, 1999). Untuk kadmium, kadar setinggi 0,01% (100 mg/kg BK) dianggap sebagai batas hiperakumulator. Sedangkan batas bagi kobalt, tembaga dan timbal adalah 0,1% (1.000 mg/kg BK) dan untuk seng dan mangan adalah 1% (10.000 mg/kg BK).
(39)
2.4 Hipertensi / Darah Tinggi
2.4.1 Pengertian Tekanan Darah Tinggi
Hipertensi merupakan tekanan darah terhadap dinding-dinding arteri ketika darah tersebut dipompa dari jantung ke jaringan, tekanan darah merupakan gaya yang diberikan darah pada dinding pembuluh darah. Tekanan ini bervariasi sesuai pembuluh darah terkait dan denyut jantung. Tekanan darah pada arteri besar bervariasi menurut denyutan jantung. Tekanan ini paling tinggi ketika ventrikel berkontraksi (tekanan sistolik) dan paling rendah ketika ventrikel berelaksasi (tekanan diastolik) (Price et.al, 1995). Dorland (2002) terjadinya peningkatan tekanan darah pada dinding arteri yang berkisar antara 140/200 mm Hg (sistolik) dan 90/110 mm Hg (diastolik). Gunawan (2001) hipertensi adalah tekanan darah yang berlebihan dan hampir konstan pada arteri, hipertensi juga disebut dengan tekanan darah tinggi, dimana tekanan tersebut dihasilkan oleh kekuatan jantung ketika memompa darah sehingga hipertensi ini berkaitan dengan kenaikan tekanan sistolik dan tekanan diastolik. Standar hipertensi sistolik ≥ 140 mmHg dan diastolik ≥ 90 mmHg. Junaidi (2010) terjadinya peningkatan tekanan darah dalam arteri, hipertensi merupakan penyakit yang umumnya tidak menunjukkan gejala, sehingga tekanan yang tinggi dalam arteri sering tidak dirasakan oleh penderita. Ukuran tekanan darah dinyatakan dengan dua angka, angka yang diatas diperoleh pada saat jantung berkontraksi (sistolik) angka yang dibawah diperoleh ketika jantung berileksasi (diastolik), seseorang dikatakan hipertensi dimana terjadi peningkatan tekanan darah sistolik 140
(40)
mmHg atau lebih dan tekanan darah diastolik 90 mmHg atau lebih. Tekanan darah tinggi merupakan gangguan asimptomatik yang sering terjadi ditandai dengan peningkatan tekanan darah secara persisten. WHO (1996) hipertensi adalah aras tekanan darah sistolik 140 mmHg (18,7 kPa) atau lebih, atau aras tekanan darah diastolik 90 mmHg (12.0 kPa) atau lebih.
2.4.2 Klasifikasi Tekanan Darah Tinggi 2.4.2.1 Berdasarkan Penyebabnya
Berdasarkan penyebabnya, tekanan darah tinggi dapat digolongkan menjadi dua, yaitu:
a. Tekanan Darah Tinggi Primer
Hipertensi primer memiliki beberapa kemungkinan penyebabnya. Beberapa perubahan pada jantung dan pembulu darah dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah. Biasanya hipertensi ini terjadi karena kondisi masyarakat memiliki asupan garam yang cukup tinggi, terpapar dengan logam berat serta faktor genetik (Gunawan, 2001).
b. Tekanan Darah Tinggi Skunder
Hipertensi sekunder disebabkan karena gangguan pembulu darah atau organ tertentu, seperti ginjal, kelenjar adrenal dan aorta. Penyebab hipertensi sekunder sekitar 5 – 10 % berasal dari penyakit ginjal dan sekita 1 – 2 % karena kelainan hormon atau pemakaian obat tertentu misalnya pil KB. Penyebab lain yang jarang adalah Feokromositoma, yaitu tumor pada kelenjar adrenal yang menghasilkan hormon apinefrin (adrenalin) (Junaidi, 2010). Potter et.al (2005) tekanan darah
(41)
tinggi skunder adalah tekanan darah tinggi yang disebabkan oleh penyakit lain. Beberapa penyakit yang bisa menyebabkan tekanan darah tinggi atau hipertensi adalah penyakit ginjal, kelainan hormonal, dan penggunaan obat-obatan.
2.4.2.2 Berdasarkan Tekanan Darah Sistolik dan Diastolik
Berdasarkan tekanan darah sistolik dan diastolik dalam satuan mm Hg tekanan darah dibagi menjadi beberapa kategori seperti yang tertera pada tabel berikut:
Tabel 2.1 Klarifikasi Derajat Tekanan Darah Menurut WHO-ISH 1996 Kategori Tekanan Darah Sistolik
(mmHg)
Dan Atau
Tekanan Darah Diastolik (mmHg)
Normatensi < 140 dan < 90
Hipertensi Ringan 140 – 180 atau 90 – 105
Normal Tinggi 130 – 139 atau 85 – 89
Subgolongan : Garis batas
140 – 160 atau 90 – 95
Hipertensi Ringan dan berat
> 180 atau >105
Sumber: WHO (1996)
2.4.2.3 Patogenesis Tekanan Darah Tinggi
Tekanan yang dibutuhkan untuk mengalirkan darah melalui sistem sirkulasi dilakukan oleh aksi memompa dari jantung (cardiac output/CO) dan dukungan dari arteri (peripheral resistance/PR). Fungsi kerja masing-masing penentu tekanan darah ini dipengaruhi oleh interaksi dari berbagai faktor yang kompleks. Hipertensi sesungguhnya merupakan abnormalitas dari faktor-faktor tersebut, yang ditandai dengan peningkatan curah jantung dan / atau ketahanan periferal (Susalit et.al, 2003). Selengkapnya dapat dilihat pada gambar berikut:
(42)
Gambar 2.4 Patogenesis Tekanan Darah Tinggi (Susalit et.al, 2003) 2.4.2.4 Keluhan Tekanan Darah Tinggi
Hipertesi pada umumnya tidak menunjukka gejala yang jelas dan sering tidak disadari kehadirannya (Junaidi, 2010). Menurut Mansjoer et.al (2001) beberapa keluhan dari tekanan darah tinggi:
a. Nyeri kepala saat terjaga, kadang-kadang disertai mual dan muntah, akibat tekanan darah intrakranium.
b. Penglihatan kabur akibat kerusakan retina karena hipertensi. c. Ayunan langkah tidak mantap karena kerusakan susunan syaraf.
d. Nokturia karena peningkatan aliran darah ginjal dan filtrasi glomerolus.
Volume cair↑ Konstriksi Vena
Retensina Na Luas Aktivitas Renin pe rubahan hiper-
Ginjal Invilitas ↓ simpatis ↑ angiotensin ↑ m embran sel insulin emia
Asupan Na ↑ Faktor Stres Faktor Genetik Obesitas Genetik
Faktor endotel
Hipertensi
Curah Jantung C.J meningkat
Tahanan Primer Auto Regulasi
Proalde ↑ Kontraktilitas ↑
Kontriksi pungsional
Hiper trofi struktural
(43)
e. Edema dependen akibat peningkatan tekanan kapiler.
Peningkatan tekanan darah kadang merupakan satu-satunya gejala, terjadi komplikasi pada ginjal, mata, otak, atau jantung. Gejala lain adalah sakit kepala, epistaksis, marah, telinga berdengung, rasa berat ditengkuk, sukar tidur, mata berkunang-kunang dan pusing.
2.5Faktor Risiko Hipertensi
Faktor risiko hipertensi adalah keadaan seseorang yang lebih rentan terserang hipertensi dibandingkan dengan orang lain, faktor risiko bukanlah penyebab timbulnya penyakit melainkan pemicu terjadinya penyakit. Hipertensi merupakan penyakit yang timbul karena interaksi berbagai faktor risiko. Faktor risiko ini dapat dibedakan kepada dua jenis. Pertama faktor risiko yang tidak dapat dikontrol seperti riwayat penyakit dalam keluarga, usia dan jenis kelamin sedangkan yang kedua adalah faktor risiko yang dapat dikontrol seperti obesitas dan konsumsi rokok (WHO, 1996).
Beberapa faktor risiko hipertensi dijelaskan sebagai berikut: 2.5.1 Usia
Dengan bertambahnya umur, risiko terjadinya hipertensi meningkat. Meskipun hipertensi bisa terjadi pada segala usia, namun paling sering dijumpai pada orang berusia 35 tahun atau lebih. Sebenarnya wajar bila tekanan darah sedikit meningkat dengan bertambahnya umur. Hal ini disebabkan oleh perubahan alami pada jantung, pembuluh darah dan hormon. Tetapi bila perubahan tersebut disertai faktor-faktor lain
(44)
maka bisa memicu terjadinya hipertensi (Gunawan, 2001).
Menurut Rehajeng et. al, (2009) umur mempunyai faktor risiko terhadap hipertensi, semakin meningkat umur responden semakin tinggi risiko hipertensi. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Zamhir, (2006) Pada umur 25-44 tahun prevalensi hipertensi sebesar 29%, pada umur 45-64 tahun sebesar 51% dan pada umur >65 Tahun sebesar 65%. Tingginya hipertensi sejalan dengan bertambahnya umur, disebabkan oleh perubahan struktur pada pembuluh darah besar, sehingga lumen menjadi lebih sempit dan dinding pembuluh darah menjadi kaku, sebagai akibat adalah meningkatnya tekanan darah sistolik. Arteri kehilangan elastisitasnya atau kelenturannya dan tekanan darah seiring bertambahnya usia, kebanyakan orang hipertensinya meningkat ketika berumur lima puluhan dan enam puluhan (Price, et.al, 1995).
2.5.2 Jenis Kelamin
Bila ditinjau perbandingan antara wanita dan pria, ternyata terdapat angka yang cukup bervariasi. Dari laporan di Jawa Tengah didapatkan angka prevalensi 6,0% untuk pria dan 11,6% untuk wanita. Prevalensi di Sumatera Barat 18,6% pria dan 17,4% perempuan, sedangkan daerah perkotaan di Jakarta (Petukangan) didapatkan 14,6% pria dan 13,7% wanita (Susalit, 2003). Sedangkan menurut Mansjoer et.al (2001) pria dan wanita menapouse mempunyai pengaruh yang sama untuk terjadinya hipertensi. Junaidi (2010) dewasa muda dan paruh baya, hipertensi banyak terjadi pada kaum pria, namun pada usia diatas 55 tahun hipertensi banyak menyerang wanita.
(45)
2.5.3 Riwayat Penyakit Hipertensi dalam Keluarga
Riwayat penyakit hipertensi dalam keluarga merupakan faktor risiko bawaan yang kuat untuk menjadi pemicu timbulnya hipertensi terutama hipertensi primer (WHO, 1996). Jika dalam keluarga seseorang menderita hipertensi, ada 25% kemungkinan orang tersebut terserang hipertensi. Apabila kedua orang tua mengidap hipertensi, kemungkinan untuk menderita hipertensi naik menjadi 60% (Junaidi, 2010). Menurut Sheps (2005) hipertensi cenderung merupakan penyakit keturunan. Jika seorang dari orang tua kita mempunyai hipertensi maka sepanjang hidup kita mempunyai 25% kemungkinan mendapatkannya pula. Jika kedua orang tua kita mempunyai hipertensi, kemungkunan kita mendapatkan penyakit tersebut 60%.
2.5.4 Status Gizi
Berat badan dan Indeks Massa Tubuh (IMT) berkorelasi langsung dengan tekanan darah, terutama tekanan darah sistolik. Risiko relatif untuk menderita hipertensi pada orang obesitas 5 kali lebih tinggi dibandingkan dengan seorang yang berat badannya normal, pada penderita hipertensi ditemukan sekitar 20-30 % memiliki berat badan lebih (Humayun et.al, 2009). Akibat kelebihan berat badan para penderita cenderung menderita penyakit kardiovaskular, hipertensi dan diabetes melitus, Individu dengan berat badan normal-normal tinggi menurut % Relative Body Weight mempunyai tekanan darah yang lebih tinggi secara bermakna (p<0,05) dibanding individu yang kurus (Pinzon, 1999). Menurut Hull (1996) menunjukkan adanya hubungan antara berat badan dan hipertensi, bila berat badan meningkat diatas berat badan ideal maka risiko hipertensi juga meningkat. Penyelidikan epidemiologi
(46)
juga membuktikan bahwa obesitas merupakan ciri khas pada populasi pasien hipertensi. Dibuktikan juga bahwa faktor ini mempunyai kaitan yang erat dengan timbulnya hipertensi dikemudian hari.
2.5.5 Kebiasaan Merokok
Rokok mengandung berbagai komposisi yang dapat merusak lapisan dinding arteri, yang pada akhirnya akan menimbulkan plak atau kerak di arteri. Krak atau plak ini akan menyebabkan penyempitan lumen atau diameter arteri sehingga diperlukan tekanan yang lebih besar untuk memompa darah hingga tiba ke organ-organ tubuh yang membutuhkan. Zat nikotin yang terdapat dalam rokok dapat meningkatkan pelepasan epinefrin yang dapat mengakibatkan penyempitan dinding arteri karena kontraksi yang kuat, zat lain seperti karbonmonoksida (CO) yang dapat menyebabkan kurangnya kadar oksigen dalam darah sehingga jantung akan bekerja lebih berat untuk memberikan cakupan oksigen ke sel-sel tubuh (Junaidi, 2010).
2.6 Landasan Teori
Berdasarkan pembahasan dari daftar pustaka pada bab sebelumnya, dapat dirangkai suatu landasan teori yang mempengaruhi kejadian penyakit hipertensi akibat keterpaparan kandungan timbal dalam air sumur bor yang dikonsumsi masyarakat dan dihubungkan dengan teori Achamadi (2005) tentang paradigma kesehatan lingkungan dengan teori simpul.
a. Simpul pertama, yaitu sumber penyakit melalui komponen lingkungan yang dapat menimbulkan gangguan melalui kontak langsung (oral) seperti kandungan
(47)
logam berat yang tidak dapat ditolerir, dalam kasus ini kadar timbal dalam air sumur bor yang sudah melebihi nilai ambang batas berdasarkan peraturan Menteri Kesehatan 942/Menkes/Per/IV/2010.
b. Simpul dua, yaitu media transisi penyebab penyakit, dalam hal ini adalah air sumur bor yang dikonsumsi oleh masyarakat.
c. Simpul tiga, yaitu terjadinya peningkatan kadar timbal dalam tubuh manusia yang dapat diketahui melalui darah, urin, kuku dan tulang.
d. Simpul empat, yaitu kejadian hipertensi adalah bukti nyata atau autcome dari keadaan kualitas air dari sumur bor yang dikonsumsi oleh masyarakat.
Gambar 2.5 Modifikasi Teori Simpul
Notoatmodjo (2003) masalah kesehatan adalah suatu masalah yang sangat kompleks, yang saling berkaitan dengan masalah-masalah lain di luar dari kesehatan itu sendiri. Banyak faktor yang mempengaruhi kesehatan, baik kesehatan individu maupun kesehatan masyarakat, untuk hal ini Hendrik L. Blum menggambarkan secara ringkas sebagai berikut:
Simpul I Sumber
Simpul IV Dampak Simpul III
Manusia Simpul II
Media
Air sumur bor yang mengandung timbal
Pb Dalam darah, urin dan rambut Air minum (air
sumur bor yang dikonsumsi)
(48)
Gambar 2.6 Modifikasi Teori H. L. Blum
a. Lingkungan, baik lingkungan fisik, ekonomi, sosial maupun budaya. Dalam hal ini masyarakat yang tinggal disuatu daerah yang sumber air meraka sudah tercemar oleh timbal. Akibat dari mengkonsumsi air tersebut secara berkelanjutan sehingga menyebabkan masyarakat memiliki risiko untuk terjadinya penyakit hipertensi.
b. Perilaku, faktor yang berhubungan dengan kebiasaan hidup seseorang yang bisa memicu timbulnya penyakit. Adapun prilaku yang dapat memicu terjadinya hipertensi yaitu seperti kebiasaan merokok dan kelebihan berat badan.
c. Pelayanan kesehatan, yakni pelayanan yang diberikan untuk penanganan masalah kesehatan pada hipertensi.
Keturunan
• Riwayat penyakit Hipertensi dalam keluarga
• Umur
•Jenis Kelamin
Derajat Kesehatan (Hipertensi) Pelayanan
Kesehatan
Lingkungan Air Sumur Bor
Prilaku
• Kebiasaan Merokok
(49)
d. Keturunan, faktor keturunan yang mempengaruhi kejadian suatu penyakit hipertensi, seperti riwayat penyakit dalam keluarga, umur, dan jenis kelami
2.7 Kerangka Konsep
Variabel Independen
Variabel Dependen
• Konsentrasi timbal dalam air sumur bor
• Jumlah air yang dikonsumsi setiap hari
Hipertensi Faktor Risiko
• Usia
• Jenis kelamin
• Riwayat penyakit hipertensi dalam keluarga
• Status Gizi
(50)
BAB 3
METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian
Penelitian ini bersifat observasional dengan desain cross sectional yang bertujuan untuk melihat pengaruh kandungan timbal dalam air dari sumur bor yang dikonsumsi masyarakat Desa Kapias Batu VIII serta faktor risiko terhadap kejadian penyakit hipertensi.
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian.
Penelitian ini dilakukan di Desa Kapias Batu VIII Kecamatan Tanjung Balai Kabupaten Asahan pada bulan Maret – November 2012. Sedangkan alasan memilih lokasi penelitian sebagai berikut:
a. Berdasarkan survei pendahuluan diperoleh kadar konsentrasi timbal pada air sumur bor yang dibangun pemerintah untuk kebutuhan air minum masyarakat Desa Kapias Batu VIII mencapai 0.05 mg/l. Hal ini sudah melebihi nilai ambang batas yang ditetapkan pemerintah berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan No.492/Menkes/Per/IV/2010, yaitu tidak boleh lebih dari 0.01 mg /l.
b. Masyarakat menggunakan air sumur bor tersebut sebagai kebutuhan dasar untuk dikonsumsi.
(51)
3.3.1 Populasi
Populasi subyek dari penelitian ini adalah seluruh masyarakat Desa Kapias Batu VIII Kecamatan Tanjung Balai Kabupaten Asahan yang menggunakan air sumur bor untuk dikonsumsi sebagai air minum, sedangkan populasi obyek dalam penelitian ini adalah seluruh sumur bor yang dibangun Pemerintah Daerah di Desa Kapias Batu VIII Kecamatan Tanjung Balai Kabupaten Asahan yang digunakan sebagai sumber kebutuhan air minum masyarakat.
3.3.2 Sampel
3.3.2.1Kriteria Sampel
Sampel subyek dalam penelitian ini adalah masyarakat yang berusia > 18 tahun dan mengkonsumsi air yang berasal dari sumur bor dan bertempat tinggal di Desa Kapias Batu VIII Kecamatan Tanjung Balai Kabupaten Asahan.
Kriteria Inklusi:
1. Responden berusia > 18 Tahun.
2. Responden mengkonsumsi air dari sumur bor.
3. Responden yang menetap sepanjang tahun di Desa Kapias Batu VIII 4. Responden yang tidak melakukan penyaringan air sebelum dikonsumsi Kriteria Eklusi:
1. Responden yang tidak mengkonsumsi air dari sumur bor.
2. Masyarakat yang mengalami riwayat penyakit Ginjal, Jantung, Dibetes Melitus. 3. Wanita yang mengkonsumsi Pil KB.
(52)
5. Responden yang bekerja sebagai nelayan
Sedangkan sampel obyek adalah seluruh air sumur bor yang ada di Desa Kapias Batu VIII Kecamatan Tanjung Balai Kabupaten Asahan yang airnya digunakan untuk memenuhi kebutuhan konsumi masyarakat sehari-hari.
3.3.2.2 Besar Sampel
Untuk menghitung besar sampel subyek dalam penelitian ini dihitung dengan menggunakan rumus besar sampel untuk uji hipotesis terhadap satu proporsi dengan desain cross sectional (Sastroasmoro et.al, 2008)
n = (����0�0+�������)
2
(��− �0)2
n : Jumlah sampel
Z α : Deviasi baku normal untuk α pada drajat kepercayaan 95 % = 1.96
Z β : Deviasi baku normal untuk β pada derajat kepercayaan 80 % = 0.842
P0
P
: Proporsi efek pada kelompok terpanjan
a
q
: Proporsi efek pada kelompok yang tidak terpajan
0 : 1 – P
q
0
a : 1 - P
Untuk memperoleh sampel subyek perlu diketahui terlebih dahulu nilai P
a
0 dan
Pa. Sedangkan menentukan P0 dan Pa ini, maka terlebih dahulu dilakukan studi
pendahuluan dengan menggunakan 30 orang sampel yang menggunakan air dengan kadar timbal < 0.01 mg/l dan 30 orang yang meminum air dengan kadar timbal > 0,01 mg/l. Dari studi pendahuluan diperoleh nilai sebagai barikut:
(53)
Dari 30 orang yang mengkonsumsi air dari sumur bor yang mengandung timbal > 0.01 mg/l diperoleh 12 orang yang menderita hipertensi sedangkan 30 orang lagi yang mengkonsumsi air yang mengandung timbal < 0.01 mg/l diperoleh 7 orang yang menderita hipertensi.
P0
P
= 12/30 = 0.4
a
n = 59.9 ≈ 60
= 7/30 = 0.23
(1.96 √0.4 � 0.6 + 0.842 √0.23 � 0.77)2
(0.23−0.4)2
Dengan demikian jumlah sampel minimal berjumlah 60 orang, dalam penelitian ini jumlah sampel yang digunakan berjumlah 102 orang. Karena air sumur yang dikonsumsi masyarakat terdiri dari 6 titik dan memiliki rata-rata konsentrasi timbal 0.035 mg/l, maka masing-masing titik sumur bor memperoleh sampel sebagai berikut:
Tabel 3.1 Lokasi Sumur Bor, Jumlah Sumur Bor, dan Jumlah Sampel di Desa Kapias Batu VIII
Lokasi Sumur Bor Jumlah Jumlah Sampel
Dusun I 1 titik 1/6x102 = 17 orang
Dusun II 1 titik 1/6x102 = 17 orang
Dusun V 1 titik 1/6x102 = 17 orang
Dusun VII 2 titik 2/6x102 = 34 orang
Dusun VIII 1 titik 1/6x102 = 17 orang
Jumlah 6 titik 102 orang
(54)
Data primer diperoleh langsung dari responden berdasarkan wawancara yang berpedoman pada kuesioner tentang krakteristik responden meliputi umur, jenis kelamin, riwayat penyakit hipertensi dalam keluarga, status gizi, merokok dan gangguan tekanan darah tinggi. Sedangkan konsentrasi kadar timbal dalam air sumur bor diperoleh melalui pengukuran di laboratorium.
Data sekunder diperoleh dari dokumen Kantor Kepala Desa Kapias Batu VIII Jumlah sumur bor yang dibangun pemerintah.
3.5 Variabel dan Definisi Operasional 3.5.1 Variabel
Variabel bebas yaitu konsentrasi timbal dalam air sumur bor yang digunakan sebagai sumber air minum oleh masyarakat, rata-rata jumlah air yang dikonsumsi setiap hari serta faktor risiko (usia, jenis kelamin, riwayat penyakit dalam keluarga, status gizi dan kebiasaan merokok) untuk di Desa Kapias Batu VIII Kecamatan Tanjung Balai Kabupaten Asahan. Sedangkan variabel terikatnya adalah kejadian penyakit hipertensi yang terjadi pada masyarakat Desa Kapias Batu VIII.
(55)
3.5.2 Definisi Operasional
Tabel 3.2 Definisi Operasional, Nama Variabel, Cara dan Alat Ukur, Hasil Ukur dan Kategori Hasil Ukur
N 0
Variabel Definisi Operasional
Parameter Skala Ukur
Hasil Ukur Alat Ukur
Cara UKur
1 2 3 4 5 6 7 8
1 Variabel Bebas Kandung an timbal dalam air
Kandungan timbal dalam air minum
Ordinal Mg/L ICP Penguk
uran Jumlah
air yang dikonsu msi
Jumlah air yang dikonsumsi per-hari
Ordinal L/Hari Koesioner Wawan
cara
Usia Lama hidup
yang dihitung sejak lahir hingga ulang tahun terakhir
1. > 40
Tahun 2. < 18-40
Tahun
Rasio 1. Dewasa
madya dan dewasa lanjut 2. Dewasa
dini
Koesioner Wawan cara Jenis Kelamin Ciri-ciri fisik manusia berdasarkan tanda seksualitas primer dan sekunder 1. Laki-laki 2. Perempu an
Nominal 1.Laki-laki 2.Perempuan
Koesioner Observ asi Wawan cara Riwayat penyakit hipertens dalam keluarga Keterangan mengenai ada tidaknya keluarga subyek yang menderita hipertensi 1. Ada 2. Tidak ada
Rasio 1. Ada
riwayat
2. Tdk ada
riwayat
Koesioner Wawan cara
Status Gizi
Status gizi subyek yang dihitung berdasarkan
rumus berat badan dibagi tinggi badan kuadrat (IMT)
1. > 25 kg/m 2. < 25
kg/m 2 Rasio 2 1. Kelebihan BB 2. Tdk Kelebihan Timbang an BB dan Meteran Menghi tung IMT Kebiasaan Merokok kebiasaan merokok responden 1. Ya 2. Tidak
Ordinal 1. Perokok 2. Tdk
perokok
Koesioner Wawan cara
(56)
Tabel 3.2 (Lanjutan) 2 Variabel
Terikat
Hipertensi Terjadinya peningkatan tekanan darah sistolik 140 mmHg atau lebih dan/atau diastolik 90 mmHg atau lebih 1. >140/90 mmHg 2. <140/90 mmHg
Ordinal 1. Hipertensi 2. Tidak Hipertensi Tensimet er Digital “Omron IA2” Penguk uran
3.6 Metode Pengukuran 3.6.1 Variabel Bebas
Konsentrasi timbal dalam air sumur bor dianalisis di laboratorium. 3.6.1.1 Pengambilan Sampel
Pengambilan sampel air yang berasal dari sumur bor dengan cara membuka kran dari air sumur produksi dan dibiarkan air mengalir 1 menit - 2 menit kemudian memasukkan sampel kedalam jerigen plastik yang tidak berwarna, untuk pengawetan ditambahkan HNO3
3.6.1.2 Prinsip Analisis Timbal
sampai pH < 2 kemudian dibawa kelaboratorium untuk dilakukan analisa (SNI, 2008).
Untuk menganalisis kadar timbal yang ada didalam air sumur bor dilakukan dengan alat ICP AES (Inductively Couple Plasma Atomic Emission Spectroscopy). Dengan adanya gas argon dan medan magnet frekuensi tinggi pada alat tersebut terbentuklah plasma yang akan menyebabkan atom seperti timbal mengalami eksitasi (berpindahnya elektron terluar kelintasan energi yang tinggi). Elektron yang
(57)
tereksitasi akan segera kembali ke kondisi ground state (kondisi energi terindah). Pada saat kembali ke ground state tersebut terjadi pelepasan enegi berupa cahaya, dimana intensitas cahaya yang dipancarkan sebanding dengan konsentrasi timbal. 3.6.1.3 Standart Methohd APHA, 1995
Sampel yang akan diuji terlebih dahulu disaring dengan kertas saring dan corong, kemudian 30 ml sampel dimasukkan kedalam beaker glass selanjutnya sampel hasil penyaringan dianalisa dengan mencelupkan selang pengukuran kedalam filtrat ICP. Setelah melakukan perintah ICP melakukan pembacaan konsentrasi kadar logam dalam air dan hasilnya akan ditampilkan di layar monitor komputer dalam bentuk konsentrasi dengan satuan mg/l.
3.6.1.4 Mengukur Tekanan Darah a. Alat
Tensimeter Digital “Omron IA2” dan Mancet besar b. Pengukuran tekanan darah
Sebelum melakukan pengukuran tekanan darah, responden sebaiknya menghindari kegiatan aktivitas fisik seperti olah raga, merokok, dan makan, minimal 30 menit sebelum pengukuran. Dan juga duduk beristirahat setidaknya 5-15 menit sebelum pengukuran, responden duduk dengan posisi kaki tidak menyilang tetapi kedua telapak kaki datar menyentuh lantai. Pemasangan manset dilakukan pada lengan kanan dan harus sejajar dengan jantung dan biarkan lengan dalam posisi tidak tegang dengan telapak tangan terbuka ke atas. Pengukuran dilakukan dua kali, jarak
(58)
antara dua pengukuran berkisar antara 2 menit dengan melepaskan mancet pada lengan.
Apabila hasil pengukuran satu dan kedua terdapat selisih > 10 mmHg, ulangi pengukuran ketiga setelah istirahat selama 10 menit dengan melepaskan mancet pada lengan (Depkes, 2007).
3.6.1.5 Pengukuran Tinggi Badan a. Alat
Microtoise dengan kapasitas ukur 2 meter dan ketelitian 0,1 cm. b. Pengukuran Tinggi Badan
Sebelum melakukan pengukuran, responden melepaskan alas kaki (sandal/sepatu), topi (penutup kepala), berdiri tegak, posisi kepala dan bahu bagian belakang, lengan, pantat dan tumit menempel pada dinding tempat microtoise di pasang serta pandangan lurus kedepan selanjutnya dilakukan pengukuran dengan menarik mikrotoise hingga menempel diatas kepala responden (Depkes, 2007).
3.6.1.6 Penimbangan Berat Badan a. Alat
Timbangan berat badan digital merek AND dengan kapasitas 150 kg dan ketelitian 50 gram.
b. Penimbangan Berat Badan
Posisi kaki responden tepat di tengah alat timbang, sikap tenang (tidak bergerak-gerak) dan kepala tidak menunduk (memandang lurus kedepan) hingga angka tidak
(59)
berubah (statis). Angka hasil penimbangan dibulatkan menjadi satu digit misal 0,51 - 0,54 dibulatkan menjadi 0,5 dan 0,55 - 0,59 dibulatkan menjadi 0,6 (Depkes, 2007). 3.6.2 Variabel Terikat
Pengukuran tekanan darah dibantu oleh petugas Puskesmas Pembantu yang bertugas di Desa Kapias Batu VIII terhadap subjek penelitian dengan menggunakan Tensimeter Digital “Omron IA2” dan tatacara pengukuran sesuai dengan pedoman pengukuran tekanan darah yang lazim.
3.7Metode Analisa Data 3.7.1 Variabel Univariat
Analisa univaiat dilakukan untuk memperoleh gambaran masing-masing variabel. Dalam analisis ini digunakan ukuran nilai tengah mean, median, nilai-nilai minimal dan maksimal, kemudian mendiskrifsikan tiap variabel-variabel yang akan diteliti.
3.7.2 Variabel Bivariat
Analisa Bivariat dilakukan untuk melihat pengaruh variabel bebas: konsentrasi timbal pada air sumur bor, konsumsi air dari sumur bor dan faktor risiko hipertensi (usia, jenis kelamin, riwayat penyakit hiperetnsi dalam keluarga, status gizi, dan kebiasan merokok) terhadap variabel terikat (hipertensi) melalui tabulasi silang, kemudian dilakukan analisis statistik dengan menggunakan uji Chi-square pada tingkat kepercayaa 95%.
(60)
3.7.3 Analisis Multivariat
Analisa multivariat berguna untuk melihat pengaruh antara variabel terikat (hipertensi) dengan seluruh variabel bebas yang diteliti yaitu konsentrasi timbal pada air sumur bor, konsumsi air dari sumur bor dan faktor risiko hipertensi (usia, jenis kelamin, riwayat keluarga, status gizi, kebiasaan merokok) sehingga diketahui variabel mana yang paling dominan terhadap kejadian hipertensi dengan menggunakan uji Regresi Logistik.
(61)
BAB 4
HASIL PENELITIAN 4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian
4.1.1 Geografi
Desa Kapias Batu VIII merupakan salah satu desa dari 8 (delapan) desa yang berada dikawasan Kecamatan Tanjung Balai Kabupaten Asahan, desa ini menepati luas area 1800 Ha yang terdiri dari IX (sembilan) dusun. Adapun desa Kapias Batu VIII berbatasan dengan:
1. Sebelah selatan berbatasan dengan Kelurahan Pulau Buaya Kota Tanjungbalai 2. Sebelah utara berbatasan dengan desa Lubuk Palas Kecamatan Silo laut
3. Sebelah timur berbatasan dengan desa Pematang Sei Baru Kecamatan Tanjung Balai
4. Sebelah barat berbatasan dengan desa Air Joman Baru Kecamatan Air Joman dan desa Lubuk Palas Kecamatan Silo Laut
4.1.2 Demografi a. Jumlah Penduduk
Data yang duperoleh dari laporan catatan kependudukan Balai Desa Kapias Batu VIII tahun 2012 distribusi penduduk berdasarkan kelompok dusun dapat dilihat sebagai berikut:
(62)
Tabel 4.1 Distribusi Jumlah Penduduk Berdasarkan Kelompok Dusun di Desa Kapias Batu VIII Tahun 2012
No Dusun Laki-laki Perempuan Jumlah
1 Dusun I 180 182 362
2 Dusun II 118 109 227
3 Dusun III 147 144 291
4 Dusun IV 235 226 461
5 Dusun V 197 168 365
6 Dusun VI 160 163 323
7 Dusun VII 477 436 913
8 Dusun VIII 239 275 514
9 Dusun IX 367 349 716
Total 2120 2052 4172
Sember : Kantor Kepala Desa Kapias Batu VIII (2012)
Jumlah penduduk di Desa Kapias Batu VIII berjumlah 4172 jiwa yang terdiri dari 2120 jiwa laki-laki dan 2052 perempuan serta yang paling banyak bertempat tinggal di dusun VII.
b. Sarana Kesehatan
Berdasarkan data yang diperoleh dari Balai Desa Kapias Batu VIII tahun 2011 distribusi sarana kesehatan dapat dilihat sebagai berikut:
Tabel 4.2 Distribusi Sarana Kesehatan di Desa Kapias Batu VIII Tahun 2012
No Sarana Kesehatan Jumlah
Puskesmas Pembantu Posyandu
Polindes Bidan Praktek
1 9 1 2
Jumlah 13
(63)
4.2 Analisis Univariat
Dari hasil pemeriksaan enam titik sumur bor yang dikonsumsi masyarakat diperoleh seluruh sumur memiliki kandungan timbal melebihi nilai baku berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan No.492/Menkes/Per/IV/2010 tentang persyaratan kualitas air minum yakni 0,01 mg/l selanjutnya dapat dilihat pada Tabel 4.3 berikut Tabel 4.3 Hasil Pemeriksaan Kandungan Timbal di dalam Sumur Bor di Desa
Kapias Batu VIII Tahun 2012
No Nama Sumur Konsentrasi Timbal (mg/l)
1 Sumur Bor Dusun I 0,03
2 Sumur Bor Dusun II 0,04
3 Sumur Bor Dusun V 0,04
4 Sumur Bor Dusun VII 0,05
5 Sumur Bor Dusun VII 0,03
6 Sumur Bor Dusun VIII 0,02
Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Konsentrasi Kandungan Timbal dalam Sumur Bor, Konsumsi Air Per-Hari di Desa Kapias Batu VIII Tahun 2012
Variabel Mean
Median Min Max
95 % Cl SD P-value Kolmogorov- Sumirnov Kandungan Timbal 0,035
0,035
0.02 0,05
0,033 0,036
0,0096 0,000 Konsumsi air per-hari 2,823
2,800
2,0 3,5
2,765 2,881
0,2951 0,000
4.2.1 Distribusi Konsentrasi Timbal pada Air Sumur Bor
Hasil analisis pada tabel di atas menunjukkan bahwa uji Komolgorov-Smirnov untuk variabel konsentrasi timbal menghasilkan nilai p sebesar 0,000 (<0,05) yang berarti bahwa distribusi data tidak normal, sehingga yang dijadikan nilai tengah adalah median. Rata-rata (median) konsentrasi timbal dalam air sumur bor di lokasi
(64)
penelitian adalah 0,035 mg/L, dengan simpangan baku 0,0096 mg/L. Konsentrasi terendah adalah 0,02 mg/L dan konsentrasi tertinggi mencapai 0.05 mg/L.
Distribusi variabel konsentrasi timbal setelah dikategorikan berdasarkan nilai
mediannya (0,035 mg/L) dapat dilihat pada Tabel 4.4. Dari tabel terlihat bahwa terdapat 51 orang responden (50%) yang mengkonsumsi air sumur bor dengan konsentrasi timbal di atas 0,035 mg/L, dan 51 orang responden (50%) yang mengkonsumsi air sumur bor dengan konsentrasi timbal di bawah atau sama dengan 0,035 mg/L.
Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Kandungan Timbal pada Air dari Sumur Bor di Desa Kapias Batu VIII Tahun 2012
Variabel Jumlah Persentase (%)
Kandungan timbal pada air dari sumur bor > 0,035
< 0,035
51 51
50 50
Total 102 100
4.2.2 Jumlah Air yang Konsumsi Air Per-hari di Desa Kapias Batu VIII
.Tahun 2012
Berdasarkan hasil uji kolmogorov-Sumirnov pada Tabel 4.4 diperoleh nilai p sebesar 0,000. Hal ini menunjukkan bahwa distribusi data tidak normal, oleh karena distribusi data untuk jumlah konsumsi air per-hari tidak normal maka yang dijadikan nilai tengah adalah median. Rata-rata (median) konsumsi air perhari di Desa Kapias Batu VIII adalah 2,8 liter/hari dengan simpang baku 0,2951 liter/hari. Jumlah konsumsi tertinggi sebanyak 3,5 liter/hari dan yang terendah 2 liter/hari dari hasil
(65)
estimasi interval dapat disimpulkan bahwa 95 % diyakini rata-rata jumlah konsumsi air dilokasi penelitian berada diantara 2,765 liter/hari sampai dengan 2,881 liter/hari.
Distribusi variabel konsumsi air setelah dikategorikan berdasarkan nilai
mediannya (2,8 l/hari) dapat dilihat pada Tabel 4.5. Dari tabel terlihat bahwa terdapat persentase masyarakat yang mengkonsumsi air lebih dari 2,8 l/hari sebesar 69,60 % sedangkan yang mengkonsumsi kurang dari 2,8 l/hari sebesar 30,40 %.
Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Jumlah Air yang Dikonsumsi di Desa Kapias Batu VIII Tahun 2012
Variabel Jumlah Persentase (%)
Jumlah air yang dikonsumsi per-hari > 2,8 l/hari
< 2,8 l/hari
71 31
69,60 30,40
Total 102 100
4.2.3 Faktor Risiko 4.2.3.1 Usia
Usia responden dapat dilihat dari distribusi tabel berikut:
Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Usia Responden di Desa Kapias Batu VIII Tahun 2012
Variabel Jumlah Persentase (%)
Usia
> 40 Tahun keatas < 18-40 tahun
55 47
53,92 46,07
Total 102 100
Jumlah responden yang berusia diatas 40 tahun sebesar 55 orang (53,92%) sedangkan responden yang berusia < 18 - 40 tahun berjumlah 47 orang (46,07%)
(66)
4.2.3.2 Jenis Kelamin
Jumlah jenis kelamin antara laki-laki dan perempuan dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.8 Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin Responden di Desa Kapias Batu VIII Tahun 2012
Variabel Jumlah Persentase (%)
Jenis Kelamin - Laki-laki - Perempuan
57 45
55,88 44,11
Total 102 100
Jumlah responden laki-laki 57 orang (55,88 %) sedangkan responden perempuan berjumlah 45 orang (44,11%)
4.2.3.3 Riwayat Penyakit Hipertensi dalam Keluarga
Jumlah riwayat penyakit hipertensi didalam keluarga dapat diketahui berdasarkan tabel berikut:
Tabel 4.9 Distribusi Frekuensi Riwayat Penyakit Hipertensi dalam Keluarga Responden di Desa Kapias Batu VIII Tahun 2012
Variabel Jumlah Persentase (%)
Riwayat Penyakit dalam Keluarga - Ada
- Tidak ada
49 53
48, 03 51,96
Total 102 100
Jumlah responden yang memilki riwayat penyakit hipertensi dalam keluarga berjumlah 49 orang (48,03 %) sedangkan responden yang tidak ada memiliki riwayat penyakit hipertensi dalam keluarga berjumlah 53 orang (51,96 %)
(67)
4.2.3.4 Status Gizi
Jumlah distribusi frekuensi Status gizi dapat dilihat berdasarkan tabel berikut: Tabel 4.10 Distribusi Frekuensi Status Gizi di Desa Kapias Batu VIII Tahun
2012
Variabel Jumlah Persentase (%)
Status Gizi > 25 kg/m < 25 kg/m
2
2 24 78 23,52 76,47
Total 102 100
Dari tabel tersebut diketahui bahwa jumlah responden memiliki status gizi sama atau lebih dari 25 kg/m2 berjumlah 24 orang (23,52 %) sedangkan index massa tubuh dibawah 25 kg/m2
4.2.3.5 Kebiasaan Merokok
berjumlah 78 orang (76,47 %)
Kebiasaan merokok dan kategorinya dapat dilihat berdasarkan tabel berikut: Tabel 4.11 Distribusi Frekuensi Merokok Responden di Desa Kapias Batu VIII
Tahun 2012
Variabel Jumlah Persentase (%)
Kebiasaan Merokok - Ya
- Tidak
52 50
50,98 49,01
Total 102 100
Jumlah responden yang merokok 52 orang (50,98 %) sedangkan responden yang tidak merokok berjumlah 50 orang (49,01 %)
(68)
4.3 Hipertensi
Kejadian penyakit hipertensi pada responden dapat dilihat berdasarkan tabel berut:
Tabel 4.12 Distribusi Frekuensi Kejadian Penyakit Hipertensi di Desa Kapias Batu VIII Tahun 2012
Variabel Jumlah Persentase (%)
Hipertensi - Hipertensi - Tidak Hipertensi
41 61
40,19 59,81
Total 102 100
Berdasarkan tabel tersebut dapat diketahui bahwa responden yang menderita penyakit hipertensi berjumlah 41 orang dengan persentase (40,19%) sedangkan responden yang tidak menderita penyakit hipertensi berjumlah 61 orang dengan persentase (59,81%)
4.4 Analisis Bivariat
Pada penelitian ini, analisis bivariat meliputi variabel konsentrasi timbal pada Air sumur bor, konsumsi air per-hari, usia, jenis kelamin, riwayat penyakit hipertensi dalam keluarga, status gizi, dan kebiasan merokok dengan kejadian hipertensi dilakukan dengan uji Chi-Square dapat dilihat pada Tabel 4.13 sebagai berikut:
(1)
Classification Tablea,b
Observed Predicted
Hipertensi Percentage
Correct Hipertensi Tidak Hipertensi
Step 0 Hipertensi Hipertensi 0 41 ,0
Tidak Hipertensi 0 61 100,0
Overall Percentage 59,8
a. Constant is included in the model. b. The cut value is ,500
Variables in the Equation
B S.E. Wald df Sig. Exp(B)
Step 0 Constant ,397 ,202 3,870 1 ,049 1,488
Variables not in the Equation
Score df Sig.
Step 0 Variables KonsentrasiPB 17,986 1 ,000
Konsumsi 10,731 1 ,001
Usia 7,797 1 ,005
IMT 24,295 1 ,000
Rokok 2,741 1 ,098
(2)
Block 1: Method = Backward Stepwise (Conditional)
Iteration Historya,b,c,d
Iteration -2 Log likelihood
Coefficients
Constant KonsentrasiPB Konsumsi Usia IMT Rokok
Step 1 1 85,557 -7,288 1,341 1,056 ,721 1,785 ,060
2 79,259 -10,884 1,972 1,684 1,129 2,563 ,074
3 78,676 -12,401 2,211 1,949 1,310 2,914 ,071
4 78,667 -12,611 2,241 1,986 1,337 2,965 ,070
5 78,667 -12,615 2,241 1,986 1,337 2,966 ,070
6 78,667 -12,615 2,241 1,986 1,337 2,966 ,070
Step 2 1 85,578 -7,241 1,344 1,063 ,736 1,788
2 79,274 -10,827 1,977 1,693 1,147 2,568
3 78,690 -12,349 2,216 1,958 1,327 2,919
4 78,681 -12,561 2,246 1,995 1,354 2,970
5 78,681 -12,565 2,246 1,995 1,354 2,971
6 78,681 -12,565 2,246 1,995 1,354 2,971
a. Method: Backward Stepwise (Conditional) b. Constant is included in the model. c. Initial -2 Log Likelihood: 137,455
d. Estimation terminated at iteration number 6 because parameter estimates changed by less than ,001.
Omnibus Tests of Model Coefficients
Chi-square df Sig.
Step 1 Step 58,788 5 ,000
Block 58,788 5 ,000
Model 58,788 5 ,000
(3)
Block 58,774 4 ,000
Model 58,774 4 ,000
a. A negative Chi-squares value indicates that the Chi-squares value has decreased from the previous step.
Model Summary
Step
-2 Log likelihood
Cox & Snell R Square
Nagelkerke R Square
1 78,667a ,438 ,592
2 78,681a ,438 ,592
a. Estimation terminated at iteration number 6 because parameter estimates changed by less than ,001.
Hosmer and Lemeshow Test
Step Chi-square df Sig.
1 8,722 8 ,366
2 6,365 7 ,498
Contingency Table for Hosmer and Lemeshow Test
Hipertensi = Hipertensi Hipertensi = Tidak Hipertensi
Total
Observed Expected Observed Expected
Step 1 1 10 9,681 0 ,319 10
2 9 8,020 0 ,980 9
3 8 8,147 3 2,853 11
4 5 6,626 6 4,374 11
5 2 2,600 6 5,400 8
6 3 2,329 7 7,671 10
7 2 1,769 8 8,231 10
8 0 ,968 12 11,032 12
9 1 ,703 10 10,297 11
10 1 ,157 9 9,843 10
(4)
2 12 10,825 0 1,175 12
3 12 11,780 4 4,220 16
4 2 4,227 7 4,773 9
5 1 1,376 4 3,624 5
6 4 3,648 12 12,352 16
7 1 ,971 9 9,029 10
8 1 1,062 14 13,938 15
9 1 ,236 11 11,764 12
Classification Tablea
Observed Predicted
Hipertensi Percentage
Correct Hipertensi Tidak Hipertensi
Step 1 Hipertensi Hipertensi 32 9 78,0
Tidak Hipertensi 5 56 91,8
Overall Percentage 86,3
Step 2 Hipertensi Hipertensi 32 9 78,0
Tidak Hipertensi 5 56 91,8
Overall Percentage 86,3
a. The cut value is ,500
Variables in the Equation
B S.E. Wald df Sig. Exp(B)
95% C.I.for EXP(B)
Lower Upper
Step 1a KonsentrasiPB 2,241 ,600 13,968 1 ,000 9,404 2,903 30,460
Konsumsi 1,986 ,704 7,963 1 ,005 7,289 1,834 28,964
Usia 1,337 ,634 4,448 1 ,035 3,808 1,099 13,193
IMT 2,966 ,777 14,567 1 ,000 19,411 4,233 89,018
Rokok ,070 ,591 ,014 1 ,906 1,072 ,337 3,412
Constant -12,615 2,504 25,375 1 ,000 ,000
(5)
Konsumsi 1,995 ,700 8,131 1 ,004 7,354 1,866 28,982
Usia 1,354 ,618 4,809 1 ,028 3,874 1,155 12,995
IMT 2,971 ,776 14,667 1 ,000 19,512 4,265 89,258
Constant -12,565 2,465 25,988 1 ,000 ,000
a. Variable(s) entered on step 1: KonsentrasiPB, Konsumsi, Usia, IMT, Rokok.
Correlation Matrix
Constant KonsentrasiPB Konsumsi Usia IMT Rokok
Step 1 Constant 1,000 -,561 -,511 -,386 -,754 -,179
KonsentrasiPB -,561 1,000 ,200 ,140 ,219 -,068
Konsumsi -,511 ,200 1,000 -,012 ,237 -,102
Usia -,386 ,140 -,012 1,000 ,148 -,227
IMT -,754 ,219 ,237 ,148 1,000 -,051
Rokok -,179 -,068 -,102 -,227 -,051 1,000
Step 2 Constant 1,000 -,585 -,541 -,445 -,777
KonsentrasiPB -,585 1,000 ,195 ,129 ,217
Konsumsi -,541 ,195 1,000 -,036 ,235
Usia -,445 ,129 -,036 1,000 ,140
IMT -,777 ,217 ,235 ,140 1,000
Model if Term Removeda
Variable Model Log
Likelihood
Change in -2 Log
Likelihood df
Sig. of the Change
Step 1 KonsentrasiPB -48,177 17,687 1 ,000
Konsumsi -44,280 9,892 1 ,002
Usia -41,819 4,970 1 ,026
IMT -50,285 21,903 1 ,000
(6)
Step 2 KonsentrasiPB -48,270 17,859 1 ,000
Konsumsi -44,415 10,148 1 ,001
Usia -42,045 5,409 1 ,020
IMT -50,387 22,092 1 ,000
a. Based on conditional parameter estimates
Variables not in the Equation
Score df Sig.
Step 2a Variables Rokok ,014 1 ,906
Overall Statistics ,014 1 ,906