Perancangan Interior Coffee Center dengan Tema Relax and Warm.

(1)

iv Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK

Dewasa ini rutinitas manusia yang meningkat ditandai dengan padatnya aktivitas sehari-hari mampu membuat suasana penat dalam pekerjaan. Salah satu cara masyarakat terutama masyarakat perkotaan menghilangkan kejenuhan dari aktivitas sehari-harinya yaitu dengan minum kopi. Ngopi di coffee shop menjadi suatu gaya hidup perkotaan masa kini. Pandangan masyarakat terhadap kopi di zaman sekarang pun sudah berubah. Masyarakat dahulu memandang kopi secara sederhana dengan cara yang sederhana sedangkan masyarakat zaman sekarang memandang kopi dari berbagai sudut pandang dan cara penyajian yang kompleks. Namun terdapat kesamaan yaitu kopi digemari dan dipercaya sebagai penghilang penat.

Sayangnya masyarakat Indonesia kurang mengenal asal-usul penemuan kopi, macam-macam kopi terutama kopi Indonesia dan teknik pengolahannya. Di samping itu, saat ini di kota Bandung terdapat komunitas pecinta kopi yang bernama Komunitas Pecinta Kopi Bandung yang tidak memiliki tempat tetap untuk berkumpul dan melakukan aktivitas bersama komunitasnya. Dengan hadirnya Coffee Center ini, pengunjung akan memperoleh pengetahuan tentang sejarah penemuan kopi hingga kopi masuk ke Indonesia. Selain itu juga pada museum kopi ini terdapat penjelasan mengenai proses pengolahan kopi dan penjelasan mengenai alat-alat kopi. Pengunjung juga dapat menikmati sajian olahan kopi khas Indonesia dan kopi mancanegara. Coffee

Center ini juga dilengkapi dengan fasilitas pendukung seperti cupping room, kelas

barista, dan meeting room sehingga pengunjung mendapat pengalaman yang baru setelah mengunjungi Coffee Center ini.

Perancangan dari Coffee Center ini mengaplikasikan tema Relax and Warm yang diambil dari sifat-sifat kopi. Konsep The Journey of The Coffee diaplikasikan pada sirkulasi ruang dan elemen-elemen desain dinding dan lantai. Pada sistem penataan dan perancangan interior museum menggunakan diorama dan teknologi

touch screen yang membuat adanya interaksi pengunjung dengan ruang.


(2)

ABSTRACT

The increase of human busyness nowadays, marked by the tight daily schedule may result in boredom in workplace. One of the ways people use to wind down from their daily activities is by drinking coffee. Drinking coffee in a coffee shop has been a lifestyle of city people nowadays. People’s view on coffee has shifted; while coffee used to be seen as something simple, people now see coffee from different points of view as well as how complex it is served. However, it still has the same meaning from then until now—coffee is still well-liked and is considered to be able to energize.

Unfortunately, Indonesian people have little knowledge on the origin of coffee; the kinds of coffee, especially Indonesian coffee; and the processing technique. In addition to it, the community of people who love coffee in Bandung, Komunitas Pecinta Kopi Bandung, does not have a place to gather and do activities with other coffee lovers. “Coffee Center” provides knowledge about coffee origin and how coffee first entered Indonesia. Moreover, this coffee museum gives explanation on how coffee is processed as well as the equipment for coffee brewing. Visitors can also enjoy a large variety of coffee beverages from Indonesia and other countries in the world. “Coffee Center” also provides facilities such as “cupping room,” classes for barista and meeting room, which gives the visitors a new experience after visiting it.

The design planning of “Coffee Center” uses the theme “relax and warm,” which is taken from the characteristics of coffee. The concept “The Journey of the Coffee” is applied to the room circulation as well as the elements for the wall and floor design. The interior of the museum is arranged using diorama and touch screen technology which maximizes the interaction between visitors and the room itself.


(3)

vi Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL i

KATA PENGANTAR ii

ABSTRAK iv

ABSTRACT v

DAFTAR ISI vi

DAFTAR GAMBAR x

DAFTAR TABEL xiv

BAB I PENDAHULUAN 1

1.1 Latar Belakang Perancangan 1 1.2 Ide Gagasan Perancangan 3 1.3 Identifikasi Masalah 4

1.4 Rumusan Masalah 4

1.5 Tujuan Perancangan 4 1.6 Sistematika Penulisan 5 BAB II MUSEUM KOPI DAN CAFÉ 7

2.1 Museum 7

2.1.1 Pengertian museum 7

2.1.2 Sejarah museum 8

2.1.3 Klasifikasi museum 9 2.1.4 Tugas dan fungsi museum 12 2.1.5 Teknik Penyajian Koleksi pada Museum 13


(4)

2.1.6 Sirkulasi Pameran 14 2.1.7 Sistem Display 16 2.1.8 Aspek Ergonomi pada Museum 20 2.1.9 Sistem Pencahayaan Museum 22 2.1.10 Sistem Penghawaan Museum 23 2.1.11 Sistem Pengamanan Museum 23 2.1.12 Sistem grafis pada museum 24 A. Sistem Informasi Visual 24 B. Unsur Grafis Museum 25

C. Teks Pameran 26

D. Label 27

2.2 Kopi 29

2.2.1 Sejarah Kopi 29 2.2.2 Jenis-jenis Kopi 31 2.2.3 Pemanenan dan pengolahan biji kopi 37 2.2.3.1 Pemanenan buah kopi 37 2.2.3.2 Pengolahan biji kopi 39 2.2.4 Jenis olahan kopi 44 2.2.5 Peralatan Kopi 45

2.3 Café 50

2.3.1 Sejarah Café 50 2.3.2 Definisi Café 51 2.3.3 Teknik Penyajian Dalam Café 51


(5)

viii Universitas Kristen Maranatha

2.3.4 Ergonomi 52

2.4 Komunitas Pecinta Kopi Bandung 56

2.5 Cupping 57

2.6 Kelas Barista 60

2.7 Teori Center 61

2.8 Studi Kasus 61

2.8.1 Museum Angkut & Movie Star Studio 61 2.8.2 UCC Coffee Museum, Kobe, Jepang 63 2.8.3 Kunjungan ke Pabrik Kopi Aroma 65

BAB III COFFEE CENTER 68

3.1 Deskripsi Objek Studi 69

3.2 Analisa Fisik 69

3.2.1 Makro 69

3.2.2 Mikro 72

3.3 Tinjauan User 74

3.3.1 Identifikasi user 74 3.3.2 Karakter user 75 3.3.3 Aktivitas User 75

3.4 Program Ruang 77

3.4.1 Kebutuhan Ruang 77

3.4.2 Besaran Ruang 81

3.5 Flow Activity 83


(6)

3.6.1 Zoning 84

3.6.2 Blocking 86

3.7 Ide Implementasi Konsep Pada Obyek Studi 87

3.7.1 Penjelasan konsep dan tema 87

3.7.2 Implementasi Konsep dan Tema 88 BAB IV PERANCANGAN INTERIOR COFFEE CENTER 94

4.1 Tema Perancangan 95 4.2 Konsep Perancangan 96

4.3 Perancangan Coffee Center 96

4.4 Museum Kopi 101

4.5 Cupping Room 108

4.6 Café area 111

BAB V KESIMPULAN 117

5.1 Simpulan 117

5.2 Saran 119

DAFTAR PUSTAKA 121


(7)

x Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Floor Plan berdasarkan peletakan pintu 15

Gambar 2.2 Wall Display 17

Gambar 2.3 Pemasangan wall temporary display, built in display dan kombinasi17 Gambar 2.4 Hamilton’s window display of silk 18

Gambar 2.5 Divider 18

Gambar 2.6 Vitrin pada Aurora Museum 19

Gambar 2.7 Diorama 19

Gambar 2.8 Perbandingan pengamat pada posisi duduk dan berdiri 21 Gambar 2.9 Jarak pandang manusia pada display 21 Gambar 2.10 Pencahayaan Pada Museum 22 Gambar 2.11 Kopi Arabika 32 Gambar 2.12 Kopi Robusta 34 Gambar 2.13 Perbedaan Buah Kopi dari Kematangannya 38 Gambar 2.14 Proses Pengolahan Basah 40 Gambar 2.15 Proses Pengolahan Kering 42 Gambar 2.16 Coffee Roasting machine 46 Gambar 2.17 Mazzer Super Jolly buatan Italia 46 Gambar 2.18 Mesin Espresso 47 Gambar 2.19 Zassenhaus machine 47 Gambar 2.20 Milk Frothing pada mesin espresso 48 Gambar 2.21 French Press Machine 48 Gambar 2.22 Syphon Filter 49

Gambar 2.23 Ibrik 49

Gambar 2.24 Vietnam Drip 50 Gambar 2.25 Standar sirkulasi dan dimensi ergonomi cafe 52 Gambar 2.26 Standar sirkulasi dan dimensi ergonomi meja bar 53


(8)

Gambar 2.27 Single Line layout pada kitchen set 55 Gambar 2.28 L-layout pada kitchen set 55 Gambar 2.29 U-layout pada kitchen set 56 Gambar 2.30 Komunitas Pecinta Kopi Bandung 57 Gambar 2.31 Proses Cupping 57

Gambar 2.32 Latte Art 60

Gambar 2.33 Suasana Outdoor Museum Angkut 62 Gambar 2.34 Suasana interior Museum Angkut area Inggris 62 Gambar 2.35 Suasana display 3D pada museum 63 Gambar 2.36 Lorong Museum UCC 64 Gambar 2.37 Suasana café pada UCC Coffee Museum 64 Gambar 2.38 Kayu karet sebagai bahan pembakaran 66 Gambar 2.39 Mesin Roasting menggunakan bahan bakar kayu karet 66 Gambar 2.40 Exhaust menghisap udara pembakaran kopi 67 Gambar 3.1 Lokasi Lawangwangi Dago Bandung 70 Gambar 3.2 Flow activity lantai dasar 83 Gambar 3.3 Flow Activity lantai satu 83 Gambar 3.4 Flow Activity lantai dua 84 Gambar 3.5 Zoning Lantai Dasar 84 Gambar 3.6 Zoning Lantai Satu 85 Gambar 3.7 Zoning Lantai Dua 85 Gambar 3.8 Blocking Lantai Dasar 86 Gambar 3.9 Blocking Lantai Satu 86 Gambar 3.10 Blocking Lantai Dua 87 Gambar 3.11 Bentukan geometris dinamis pada ruang 88 Gambar 3.12 Skema warna kopi 88 Gambar 3.13 Suasana Coffee Roasting 89 Gambar 3.14 Gudang kopi (warehouse) 89 Gambar 3.15 Penggunaan material concrete menciptakan suasana gudang 90


(9)

xii Universitas Kristen Maranatha

Gambar 3.16 Penggunaan material green wall untuk suasana perkebunan kopi 90

Gambar 3.17 Material concrete dan kayu pada furniture 91

Gambar 3.18 Pallet kayu pinus yang diaplikasikan pada furniture 91

Gambar 3.19 Pendant Lamp bergaya industrial warehouse 92 Gambar 4.1 Site Plan 95 Gambar 4.2 Mind mapping kopi 95

Gambar 4.3 General Plan Ground Floor 97

Gambar 4.4 General Plan First Floor 98 Gambar 4.5 General Plan Second Floor 99

Gambar 4.6 General Section A-A’ 100

Gambar 4.7 General Section B-B’ 101

Gambar 4.8 Layout Plan Museum 101

Gambar 4.9 Section A-A’ (2) 102

Gambar 4.10 Perspektif Area Lobby 102

Gambar 4.11 Perspektif Area Lobby 2 103

Gambar 4.12 Museum Section B-B’ 105

Gambar 4.13 Perspektif Area Museum 2 106

Gambar 4.14 Perspektif Area Museum 7 106

Gambar 4.15 Perspektif Area Museum 8 107

Gambar 4.16 Sistem informasi Augmented Reality pada Area Museum 8 108

Gambar 4.17 Cupping Room Layout Plan 108

Gambar 4.18 Cupping Room Section A-A’ 109

Gambar 4.19 Perspective Area Pra- Cupping 109

Gambar 4.20 Perspective Area Cupping Room 110

Gambar 4.21 Meja Cupping 111

Gambar 4.22 Café Layout Plan 111

Gambar 4.23 Mezzanine Café Layout Plan 112

Gambar 4.24 Cafe Area Section A-A’ 113


(10)

Gambar 4.26 Hanging Coffee Lamp 114

Gambar 4.27 Perspektif Area Mezzanine Café 114

Gambar 4.28 Perspektif Area Café 115

Gambar 4.29 Meja Tradisional Barista Area 115


(11)

xiv Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Macam-Macam Bentuk Sirkulasi Terkontrol Pada Ruang Pamer 14 Tabel 2.2 Macam-Macam Bentuk Sirkulasi Tak Terkontrol Pada Ruang Pamer 16

Tabel 3.1 Site analysis 70

Tabel 3.2 Building Analysis 72 Tabel 3.3 Kebutuhan ruang sesuai aktivitas 78 Tabel 3.4 Area publik dan area privat 80

Tabel 3.5 Area Service 81

Tabel 3.6 Kebutuhan Ruang 81 Tabel 4.1 Pembagian area Museum Kopi 103


(12)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Perancangan

Dewasa ini rutinitas manusia yang meningkat ditandai dengan padatnya aktivitas sehari-hari mampu membuat suasana penat dalam pekerjaan. Banyak orang yang berusaha menghilangkan kepenatan dalam pekerjaan tersebut dengan berbagai cara. Salah satunya dengan memilih kopi sebagai alternatif dalam menghilangkan kejenuhan. Banyak orang yang berpendapat bahwa dengan meminum kopi maka otak pun menjadi segar kembali. Hanya dengan minum kopi, orang dapat bersantai dan berbincang-bincang dengan kawan. Bahkan beberapa orang menemukan ide ketika minum kopi, dan ada juga orang yang bertemu dengan rekan bisnis di tempat minum


(13)

2 Universitas Kristen Maranatha

kopi dapat diterima oleh berbagai macam kalangan masyarakat dan dianggap sebagai suatu gaya hidup atau lifestyle. Oleh karena itu, saat ini banyak dibuka tempat minum kopi yang menawarkan fasilitas-fasilitas yang mendukung orang untuk bersantai, mendiskusikan pekerjaan ataupun untuk sekedar hang out

Pandangan masyarakat terhadap kopi di zaman sekarang sudah berubah. Dahulu kopi dinikmati oleh masyarakat secara sederhana entah dari sisi penyajian maupun dari fungsi dan tempat. Contohnya yaitu dulu masyarakat menikmati kopi dalam kedai kopi kecil bahkan di warung kopi di pinggir jalan ataupun di rumah. Penyajian pun sederhana, kopi diseduh dengan air panas dan dinikmati dengan camilan sederhana ataupun hanya sebagai pelengkap dari aktivitas merokok. Namun sekarang,

kopi bukan sekedar ‘kopi sederhana’. Di era sekarang ditinjau dari segi tempat, mulai dari sisi pinggir jalan sampai ke tempat dengan suasana yang mewah pun tersedia kopi. Cara penyajian pun sedikit berubah. Terdapat sebuah nilai estetis dan seni dari secangkir kopi. Namun satu hal yang tetap sama yaitu kopi digemari dan dipercaya sebagai penghilang penat. Kopi bukan hanya untuk ditenggak semata, tetapi juga sebagai sebuah minuman yang harus dinikmati dari berbagai hal.

Di samping itu, semakin menjamurnya coffee shop specialty yang mulai tumbuh sejak 7 tahun lalu juga turut andil dalam peningkatan konsumsi di dalam negeri. Pertumbuhan jumlah coffee shop di Indonesia bahkan diperkirakan mencapai hingga 100 persen. Pada tahun lalu, jumlah coffee shop yang terdaftar di Asosiasi Kopi

Specialty baru mencapai 100 pengusaha. Namun hingga saat ini jumlah tersebut sudah

bertambah dua kali lipat terutama di kota-kota besar seperti Kota Bandung. Sejumlah usaha cafe yang menyuguhkan suguhan minuman kopi terus bermunculan seiring berkembangnya kota tersebut sebagai daerah wisata kuliner serta bangkitnya kembali kejayaan kopi Priangan. Di tengah perkembangan ini, pesanan produk kopi kepada para petani pun meningkat sampai 20 persen. Hal ini tentunya menjadi sinyal baik bagi petani dan produsen kopi lokal untuk menaikkan produksi kopinya juga menjadi peluang bagi para pengusaha yang ingin berkecimpung di dunia bisnis kopi ataupun

coffee shop terutama di kota Bandung.

Tak banyak masyarakat yang tahu mengenai asal-usul penemuan kopi, perjalanan panjang kopi ke seluruh dunia sampai sejarah asal mula datangnya kopi ke Indonesia. Minimnya pengetahuan masyarakat mengenai macam-macam kopi dan


(14)

cara pengolahan kopi dari biji kopi sampai kopi siap diminum juga masyarakat sedang menggemari tren latte art atau seni menggambar di atas kopi menjadi hal yang perlu diperhatikan oleh komunitas setempat. Disamping itu, saat ini di kota Bandung terdapat komunitas pecinta kopi yang bernama Komunitas Pecinta Kopi Bandung yang tidak memiliki tempat tetap untuk berkumpul dan melakukan aktivitas bersama komunitasnya.

Oleh karena itu, perancang ingin menyediakan fasilitas berupa Coffee Center yang memfasilitasi masyarakat dan komunitas pecinta kopi sebagai media pengenalan kopi terhadap masyarakat.

1.2 Ide Gagasan Perancangan

Kopi ditemukan pertama kali di Ethiopia kira-kira pada abad ke-9M. Semenjak itulah kopi menyebar ke daratan Mesir dan Yaman, setelah itu pada abad ke-15M menjangkau lebih luas lagi ke daerah Persia, Turki, dan Afrika Utara. Awal mulanya kopi sulit masuk ke Eropa, namun setelah pengaruh kekaisaran Ottoman hilang, kopi dapat masuk ke Eropa. Kopi dibawa oleh pemerintah Hindia Belanda ke Indonesia pada tahun 1830 (era Culturstelseel). Dari sinilah sejarah kopi di Indonesia dimulai. Pada bagian museum kopi ini, penyajian alur cerita/ story line dan juga suasana ruang berdasarkan sejarah perkembangan kopi khususnya di Indonesia. Museum ini menampilkan display yang berbeda agar pengunjung mendapatkan pengalaman baru dan dapat mendapat pengalaman ruang dari kondisi perkembangan kopi di Indonesia. Terdapat fasilitas cupping room sehingga diharapkan pengunjung dapat membedakan jenis kopi mulai dari indera perasa, penciuman maupun dari bentuk.

Selain museum juga terdapat fasilitas pengunjung berupa café yang menyajikan produk olahan kopi dengan suasana yang nyaman dan relax dan terdapat area barista untuk mempertunjukkan keahlian meracik kopi baik kopi dalam negeri dan kopi luar negeri. Terdapat fasilitas kelas untuk kursus barista. Terdapat juga retail dengan alat-alat kopi dan biji kopi serta ruangan untuk berkumpul bagi komunitas pecinta kopi di Bandung.


(15)

4 Universitas Kristen Maranatha

1.3 Identifikasi Masalah

Bagaimana menyediakan fasilitas dalam Coffee Center berupa museum yang memberikan pengetahuan mengenai sejarah kopi secara global dan sejarah kopi di Indonesia, memberi pengetahuan dan informasi mengenai jenis kopi dan pengolahannya agar masyarakat mendapatkan pengetahuan tentang kopi dan meningkatkan konsumsi kopi pada masyarakat lokal maupun turis mancanegara. Selain itu, memperkenalkan kopi dan olahan kopi yang disediakan di café yang dapat dinikmati bagi para wisatawan lokal maupun mancanegara.

1.4 Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka masalah yang dapat timbul di museum kopi adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana menerapkan tema Relax and warm dengan konsep The Journey of

The Coffee pada perancangan interior Coffee Center di Bandung?

2. Bagaimana merancang sistem display, sirkulasi dan pencahayaan yang sesuai dengan kebutuhan interior museum kopi?

3. Bagaimana menciptakan suasana ruang yang membuat pengunjung Coffee

Center merasakan konsep perjalanan yang diaplikasikan pada keseluruhan

ruangan?

1.5 Tujuan Perancangan

Membuat suatu konsep perancangan interior yang dapat memenuhi persyaratan interior serta memberikan sebuah konsep pendekatan terhadap lingkungan masyarakat yang menarik. Tujuan perancangan adalah sebagai berikut:

1. Menerapkan tema Relax and warm dengan konsep The Journey of The Coffee pada perancangan interior Coffee Center di Bandung.

2. Merancang sistem display, sirkulasi dan pencahayaan yang sesuai dengan kebutuhan interior museum kopi.

3. Menciptakan suasana ruang yang membuat pengunjung Coffee Center merasakan konsep perjalanan yang diaplikasikan pada keseluruhan ruangan.


(16)

1.6 Sistematika Penulisan BAB I

PENDAHULUAN

Pada bab ini akan membahas mengenai latar belakang masalah pembuatan

Coffee Center, ide dan gagasan yang ingin diterapkan dalam Coffee Center,

identifikasi masalah, rumusan masalah, tujuan perancangan Coffee Center, dan sistematika penulisan laporan perancangan.

BAB II

MUSEUM KOPI DAN CAFE

Pada bab ini akan membahas mengenai teori mengenai museum, sejarah museum, jenis dan fungsi museum, persyaratan berdirinya museum, sirkulasi dan sistem display museum, aturan dasar tentang pencahayaan dan penghawaan yang terdapat dalam museum, teori tentang kopi dan jenis-jenis kopi, cara pengolahan kopi, peralatan pengolahan kopi, teori tentang café, standar ergonomic tentang café dan kelas dan studi kasus mengenai museum.

BAB III

COFFEE CENTER

Berisi tentang penjelasan site, data-data site, kebutuhan ruang, aktivitas user,

bubble diagram, zoning dan blocking, dan pengimplementasian konsep dan


(17)

6 Universitas Kristen Maranatha

BAB IV

PERANCANGAN INTERIOR COFFEE CENTER

Berisi tentang penjelasan mengenai denah general, denah khusus, furniture, dan gambar perspektif ruang.

BAB V

KESIMPULAN


(18)

BAB V

KESIMPULAN

5.1 Simpulan

Coffee Center merupakan tempat yang terdiri dari fasilitas utama museum dan

café dan memiliki fasilitas pelengkap seperti cupping room, meeting room, café, retail dan kelas barista yang terletak di Jalan Dago Giri Bandung. Berlokasi di tempat yang jauh dari keramaian kota dan memiliki view Bandung yang sangat indah sangat tepat bagi Coffee Center untuk bersantai dan melepas penat dari kesibukan sehari-hari.

Tema dan konsep juga berperan penting dalam perancangan Coffee Center ini. Tema yang digunakan adalah Relax and Warm. Tema tersebut diambil dari hal mengenai kopi. Relax and Warm merupakan suasana yang santai dan hangat ketika

ngopi bersama teman-teman ataupun keluarga. Teman ini didukung oleh suasana sejuk

dan jauh dari kebisingan kota dari lokasi sehingga dapat menciptakan kesan yang santai. Konsep yang diaplikasikan pada Coffee Center ini yaitu The Journey of the


(19)

118 Universitas Kristen Maranatha

sejarah kopi dari kopi pertama kali ditemukan di Ethiopia sampai perjalanan kopi dibawa oleh Belanda ke Indonesia. Konsep perjalanan ini juga terinspirasi dari proses pengolahan kopi dari kopi dipetik dan dipilih dari perkebunan, diolah di pabrik kopi dan disimpan di gudang kopi untuk kemudian diolah lebih lanjut menjadi minuman ataupun makanan olahan kopi yang dapat dinikmati oleh masyarakat.

Tema Relax and Warm dengan Konsep The Journey of the Coffee diaplikasikan pada konsep bentuk, konsep warna, konsep sirkulasi ruang, konsep penghawaan, konsep pencahayaan dan material. Pola bentuk yang diterapkan pada elemen dinding dan lantai adalah bentuk geometrik dinamis. Bentuk ini menggambarkan perjalanan kopi yang memiliki sejarah tertentu dimana ada saat ketika kopi berada di posisi yang baik digambarkan dengan garis yang naik dan kopi ketika berada di posisi bawah digambarkan dengan garis yang turun. Juga bentuk geometris ini melambangkan keadaan alam (kontur tanah) yang tidak rata sebagai penggambaran dari perkebunan kopi. Pada lantai terdapat floor lamp yang mengikuti bentuk dari geometrik dinamis tersebut yang berfungsi untuk mengarahkan pengunjung dari satu ruang ke ruang lainnya. Material seperti concrete, besi menciptakan suasana gudang atau pabrik kopi yang diimbangi dari penggunaan material bata exposed, batu templek, kayu dan

artificial green wall yang menggambarkan suasana alam dari kebun kopi dan mampu

menciptakan kesan yang hangat dan santai.

Pencahayaan menggunakan pencahayaan buatan pada area museum dengan penggunaan spot light dan hidden lamp warm white untuk menciptakan suasana yang hangat. Sedangkan pada area lain seperti cupping room, café, kelas barista memaksimalkan pencahayaan alami namun tetap menggunakan lampu-lampu warm

white untuk menciptakan kesan hangat pada keseluruhan ruang di Coffee Center.

Penghawaan pada area museum lebih bersifat penghawaan buatan seperti penggunaan AC dan exhaust. Pada area café terdapat bukaan yang berfungsi juga sebagai penghawaan alami. Furniture secara umum lebih bergaya kearah industrial warehouse. Ada beberapa furniture seperti meja receptionis dan meja barista area yang memiliki bentuk geometrik dinamis sebagai penggambaran dari konsep journey. Pada furniture kursi outdoor café, partisi pada ruang cupping dan drop ceiling pada memiliki bentukan seperti atap rumah petani kopi di perkebunan kopi. Beberapa partisi pada café dan ceiling memiliki bentukan seperti pohon kopi yang memiliki batang panjang


(20)

dan bercabang. Begitu pula dengan drop ceiling yang ada di area traditional barista

area yang memiliki bentuk seperti pohon kopi dan memunculkan kesan seperti di

perkebunan kopi. Desain meja cupping dibuat lebih fungsional agar pengunjung tidak merasa repot ketika melakukan proses cupping. Keseluruhan desain pada Coffee

Center menggambarkan konsep perjalanan dengan suasana perkebunan kopi dan

pabrik kopi / gudang kopi.

Sistem display yang diaplikasikan pada museum kopi ini adalah display 2D dan diorama. Display 2D menggunakan media print cetak dan teknologi TV layar sentuh yang terkoneksi dengan media tambahan seperti tablet ataupun tablet yang terhubung dengan proyektor. Pada sistem display jenis kopi, pengunjung dapat membedakan jenis kopi melalui display kopi yang dapat diamati, disentuh dan dicium. Pada display peralatan kopi digunakan turntable dan cermin agar pengunjung mendapat kemudahan dalam mengamati benda display. Pada bagian peralatan juga terdapat teknologi Augmented Reality pada sistem android sehingga pengunjung museum mendapatkan pengalaman yang baru, disamping itu tetap ada media informative untuk sistem informasi yang dicetak dan ditempelkan pada dinding ruang. Pada ruang museum juga menggunakan sensor otomatis lampu yang otomatis menyala terang ketika pengunjung memasuki ruangan.

5.2 Saran

Dalam perancangan sebuah museum, pengolahan ruang merupakan hal yang cukup penting agar suasana yang ingin disampaikan dapat dirasakan oleh pengunjung museum. Sistem display yang menarik dengan teknologi juga merupakan hal yang perlu diperhatikan agar museum tidak ditinggalkan oleh masyarakat. Sistem pencahayaan yang baik dan posisi penyimpanan barang display perlu diperhatikan dan dikondisikan dengan tipe user dari Coffee Center dan ergonominya.

Pada fasilitas seperti Coffee Center perlu diperhatikan pemilihan fasilitas yang mendukung fasilitas utama dari pusat ruang tersebut. Contohnya seperti pada Coffee

Center yang fasilitas utamanya adalah museum dan café memiliki fasilitas pelengkap


(21)

120 Universitas Kristen Maranatha

indera perasa, pembau dan penglihatan. Juga kelas barista sebagai fasilitas pelengkap bagi pengunjung yang ingin belajar lebih jauh tentang kopi dan menjadi seorang barista. Ruang retail yang lengkap dan menjual semua kebutuhan pengunjung akan kopi dan ruang meeting yang disediakan apabila pengunjung ingin berkumpul ataupun berdiskusi. Bagi komunitas pecinta kopi pun dapat melakukan aktivitasnya pada

meeting room atau melakukan test kopi pada ruang cupping. Sehingga setiap

pengunjung yang datang ke Coffee Center dapat memenuhi kebutuhan ilmu akan kopi, pengalaman dan kenikmatan dalam menikmati kopi.


(22)

DAFTAR PUSTAKA

Neufert. 1999. Architect’s Data 3rd Edition. Blackwell Science.

Salim. 1985. The temporary Dictionary.

Panero, Julius and M Zelnik. 1985. Human Dimension & Interior Space: A

source book of Design Reference Standards. New York:

Watson-Guptill Publication. Woodson. 1981.

PR Adams. 1972. The Exhibition Museum. Dikutip dari buku “The Organization Museum

Molajoli, Bruno. 1972. Museum Architecture. Dikutip dari buku “The Organization Museum

A.E. Haarer. Coffee Growing. Oxford Tropical Handbooks. Thomas, John M.A. Manual of Curatorship. 2nd Edition.

Follis, John. Dave Hammer. 1980. Architectural Signing and Graphics : Whitney Library of Design. 1988.

Indonesia. Departemen Kebudayaan dan Pariwisata 2008. Pedoman Museum

Indonesia. Jakarta: Direktorat Museum.

http://www.alamtani.com/biji-kopi.html, diakses pada 12 Mei 2014 pukul 20.05

http://www.cikopi.com, diakses pada 1 Juni 2014 pukul 22.20

http://www.pikiran-rakyat.com/node/119981, diakses pada 12 Oktober 2014 pukul 20.15

http://retaildesignblog.net/, diakses pada 11 Oktober 2014 pukul 16.45 http://bincangkopi.com/, diakses pada 13 Mei 2015 pukul 01.58


(1)

BAB IV

PERANCANGAN INTERIOR COFFEE CENTER

Berisi tentang penjelasan mengenai denah general, denah khusus, furniture, dan gambar perspektif ruang.

BAB V

KESIMPULAN


(2)

BAB V

KESIMPULAN

5.1 Simpulan

Coffee Center merupakan tempat yang terdiri dari fasilitas utama museum dan café dan memiliki fasilitas pelengkap seperti cupping room, meeting room, café, retail dan kelas barista yang terletak di Jalan Dago Giri Bandung. Berlokasi di tempat yang jauh dari keramaian kota dan memiliki view Bandung yang sangat indah sangat tepat bagi Coffee Center untuk bersantai dan melepas penat dari kesibukan sehari-hari.

Tema dan konsep juga berperan penting dalam perancangan Coffee Center ini. Tema yang digunakan adalah Relax and Warm. Tema tersebut diambil dari hal mengenai kopi. Relax and Warm merupakan suasana yang santai dan hangat ketika ngopi bersama teman-teman ataupun keluarga. Teman ini didukung oleh suasana sejuk dan jauh dari kebisingan kota dari lokasi sehingga dapat menciptakan kesan yang santai. Konsep yang diaplikasikan pada Coffee Center ini yaitu The Journey of the Coffee. Konsep yang mengusung “perjalanan” dari kopi terinspirasi dari perjalanan


(3)

sejarah kopi dari kopi pertama kali ditemukan di Ethiopia sampai perjalanan kopi dibawa oleh Belanda ke Indonesia. Konsep perjalanan ini juga terinspirasi dari proses pengolahan kopi dari kopi dipetik dan dipilih dari perkebunan, diolah di pabrik kopi dan disimpan di gudang kopi untuk kemudian diolah lebih lanjut menjadi minuman ataupun makanan olahan kopi yang dapat dinikmati oleh masyarakat.

Tema Relax and Warm dengan Konsep The Journey of the Coffee diaplikasikan pada konsep bentuk, konsep warna, konsep sirkulasi ruang, konsep penghawaan, konsep pencahayaan dan material. Pola bentuk yang diterapkan pada elemen dinding dan lantai adalah bentuk geometrik dinamis. Bentuk ini menggambarkan perjalanan kopi yang memiliki sejarah tertentu dimana ada saat ketika kopi berada di posisi yang baik digambarkan dengan garis yang naik dan kopi ketika berada di posisi bawah digambarkan dengan garis yang turun. Juga bentuk geometris ini melambangkan keadaan alam (kontur tanah) yang tidak rata sebagai penggambaran dari perkebunan kopi. Pada lantai terdapat floor lamp yang mengikuti bentuk dari geometrik dinamis tersebut yang berfungsi untuk mengarahkan pengunjung dari satu ruang ke ruang lainnya. Material seperti concrete, besi menciptakan suasana gudang atau pabrik kopi yang diimbangi dari penggunaan material bata exposed, batu templek, kayu dan artificial green wall yang menggambarkan suasana alam dari kebun kopi dan mampu menciptakan kesan yang hangat dan santai.

Pencahayaan menggunakan pencahayaan buatan pada area museum dengan penggunaan spot light dan hidden lamp warm white untuk menciptakan suasana yang hangat. Sedangkan pada area lain seperti cupping room, café, kelas barista memaksimalkan pencahayaan alami namun tetap menggunakan lampu-lampu warm white untuk menciptakan kesan hangat pada keseluruhan ruang di Coffee Center. Penghawaan pada area museum lebih bersifat penghawaan buatan seperti penggunaan AC dan exhaust. Pada area café terdapat bukaan yang berfungsi juga sebagai penghawaan alami. Furniture secara umum lebih bergaya kearah industrial warehouse. Ada beberapa furniture seperti meja receptionis dan meja barista area yang memiliki bentuk geometrik dinamis sebagai penggambaran dari konsep journey. Pada furniture kursi outdoor café, partisi pada ruang cupping dan drop ceiling pada memiliki bentukan seperti atap rumah petani kopi di perkebunan kopi. Beberapa partisi pada café dan ceiling memiliki bentukan seperti pohon kopi yang memiliki batang panjang


(4)

dan bercabang. Begitu pula dengan drop ceiling yang ada di area traditional barista area yang memiliki bentuk seperti pohon kopi dan memunculkan kesan seperti di perkebunan kopi. Desain meja cupping dibuat lebih fungsional agar pengunjung tidak merasa repot ketika melakukan proses cupping. Keseluruhan desain pada Coffee Center menggambarkan konsep perjalanan dengan suasana perkebunan kopi dan pabrik kopi / gudang kopi.

Sistem display yang diaplikasikan pada museum kopi ini adalah display 2D dan diorama. Display 2D menggunakan media print cetak dan teknologi TV layar sentuh yang terkoneksi dengan media tambahan seperti tablet ataupun tablet yang terhubung dengan proyektor. Pada sistem display jenis kopi, pengunjung dapat membedakan jenis kopi melalui display kopi yang dapat diamati, disentuh dan dicium. Pada display peralatan kopi digunakan turntable dan cermin agar pengunjung mendapat kemudahan dalam mengamati benda display. Pada bagian peralatan juga terdapat teknologi Augmented Reality pada sistem android sehingga pengunjung museum mendapatkan pengalaman yang baru, disamping itu tetap ada media informative untuk sistem informasi yang dicetak dan ditempelkan pada dinding ruang. Pada ruang museum juga menggunakan sensor otomatis lampu yang otomatis menyala terang ketika pengunjung memasuki ruangan.

5.2 Saran

Dalam perancangan sebuah museum, pengolahan ruang merupakan hal yang cukup penting agar suasana yang ingin disampaikan dapat dirasakan oleh pengunjung museum. Sistem display yang menarik dengan teknologi juga merupakan hal yang perlu diperhatikan agar museum tidak ditinggalkan oleh masyarakat. Sistem pencahayaan yang baik dan posisi penyimpanan barang display perlu diperhatikan dan dikondisikan dengan tipe user dari Coffee Center dan ergonominya.

Pada fasilitas seperti Coffee Center perlu diperhatikan pemilihan fasilitas yang mendukung fasilitas utama dari pusat ruang tersebut. Contohnya seperti pada Coffee Center yang fasilitas utamanya adalah museum dan café memiliki fasilitas pelengkap seperti cupping room sebagai fasilitas yang memenuhi pengetahuan kopi dari sisi


(5)

indera perasa, pembau dan penglihatan. Juga kelas barista sebagai fasilitas pelengkap bagi pengunjung yang ingin belajar lebih jauh tentang kopi dan menjadi seorang barista. Ruang retail yang lengkap dan menjual semua kebutuhan pengunjung akan kopi dan ruang meeting yang disediakan apabila pengunjung ingin berkumpul ataupun berdiskusi. Bagi komunitas pecinta kopi pun dapat melakukan aktivitasnya pada meeting room atau melakukan test kopi pada ruang cupping. Sehingga setiap pengunjung yang datang ke Coffee Center dapat memenuhi kebutuhan ilmu akan kopi, pengalaman dan kenikmatan dalam menikmati kopi.


(6)

DAFTAR PUSTAKA

Neufert. 1999. Architect’s Data 3rd Edition. Blackwell Science. Salim. 1985. The temporary Dictionary.

Panero, Julius and M Zelnik. 1985. Human Dimension & Interior Space: A source book of Design Reference Standards. New York: Watson-Guptill Publication. Woodson. 1981.

PR Adams. 1972. The Exhibition Museum. Dikutip dari buku “The Organization Museum

Molajoli, Bruno. 1972. Museum Architecture. Dikutip dari buku “The Organization Museum

A.E. Haarer. Coffee Growing. Oxford Tropical Handbooks. Thomas, John M.A. Manual of Curatorship. 2nd Edition.

Follis, John. Dave Hammer. 1980. Architectural Signing and Graphics : Whitney Library of Design. 1988.

Indonesia. Departemen Kebudayaan dan Pariwisata 2008. Pedoman Museum Indonesia. Jakarta: Direktorat Museum.

http://www.alamtani.com/biji-kopi.html, diakses pada 12 Mei 2014 pukul 20.05

http://www.cikopi.com, diakses pada 1 Juni 2014 pukul 22.20

http://www.pikiran-rakyat.com/node/119981, diakses pada 12 Oktober 2014 pukul 20.15

http://retaildesignblog.net/, diakses pada 11 Oktober 2014 pukul 16.45 http://bincangkopi.com/, diakses pada 13 Mei 2015 pukul 01.58