Perancangan Interior Coffee Center dengan Konsep Biji Kopi di Bandung.

(1)

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA i ABSTRAK

PERANCANGAN INTERIOR COFFEE CENTER DENGAN KONSEP BIJI KOPI DI BANDUNG

Karina Wulan Sekartaji

Dewasa ini rutinitas kegiatan masyarakat meningkat, dapat dilihat dari semakin padatnya kegiatan yang dilakukan setiap harinya. Hal ini dapat menyebabkan masyarakat untuk mengalami stres dan rasa jenuh pada pekerjaannya. Bahkan jika berkelanjutan dapat menimbulkan stress. Untuk menghindari hal tersebut, masyarakat mencari cara untuk menanggulangi stres saat melakukan pekerjaan. Salah satu caranya yaitu dengan adanya coffee break di sela-sela pekerjaannya. Sebagian besar berpendapat bahwa kopi dapat membantu mengurangi kepenatan saat dalam melakukan pekerjaannya. Kebiasaan minum kopi di kedai kopi pun sudah menjadi budaya bagi sebagian orang. Pandangan masyarakat terhadap kopi di zaman sekarang pun sudah berubah. Orang dulu menganggap kopi secara sederhana namun di zaman sekarang masyarakat memandang kopi dari berbagai sudut.

Sayangnya masyrakat Indonesia kurang mengenal jenis- jenis kopi termasuk kopi produksi Indonesia yang sudah banyak mendunia. Di samping itu, saat ini kota Bandung memiliki komunitas pecinta kopi yang bernama Komunitas Pecinta Kopi Bandung yang tidak memiliki wadah untuk berkumpul. Oleh karena itu dengan hadirnya Coffee Center ini diharapkan pengunjung dapat memperolah manfaat positif yaitu antara lain seperti pengenalan terhadap kopi hasil Indonesia, asal usul kopi sampai masuk kedalam Indonesia dan mempunyai pengalaman yang berbeda saat datang ke coffee center.


(2)

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA ii ABSTRACT

INTERIOR DESIGN OF COFFEE CENTER WITH COFFEE BEANS CONCEPT IN BANDUNG

Karina Wulan Sekartaji

At present the routine of people’s activities is increasing, which can be seen in the tightness of the daily schedules. This causes people to experience stress and boredom with the jobs. To prevent this, people find ways to overcome the stress when doing their jobs. One of the ways is having a coffee break during the working hours. Most people think that coffee can help decrease tiredness when doing the jobs. The habit of drinking coffee in a café has become part of culture for some people. People’s perception about coffee has changed nowadays. People used to consider coffee in a simple way, but now people see coffee from many angles.

Unfortunately, Indonesian people do not really know types of coffee, including Indonesian coffee which has been known worldwide. Besides, there is a community in Bandung that loves coffee called “Komunitas Pecinta Kopi Bandung” (Bandung Coffee Lover Community). This community does not have any place to gather. Therefore, through Coffee Center it is expected that visitors can have positive benefits like knowledge of Indonesian coffee, the history of coffee entering Indonesia, and the different experience when visiting the coffee center.


(3)

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA iii DAFTAR ISI

ABSTRAK...………...i

ABSTRACT………...ii

DAFTAR ISI ………iii

DAFTAR GAMBAR ………...vi

BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang ……….1

1.2 Identifikasi Masalah………..3

1.3 Rumusan Masalah………...………...5

1.4 Ide Gagasan………...………...5

1.5 Tujuan Perancangan……….………...6

1.6 Manfaat Perancangan..………...6

1.7 Ruang Lingkup Perancangan……….7

1.8 Sistematika Penulisan………8

BAB II COFFEE CENTER 2.1 Kopi ………...9

2.1.1 Sejarah Kopi………...9

2.1.2 Definisi Kopi………...11

2.1.3 Jenis -Jenis Kopi………...11

2.1.4 Kopi Nusantara………...13

2.1.5 Speciality Coffee………...19

2.1.6 Kopi Tradisional ………...20

2.1.7 Kopi Modern..………...31

2.1.8 Cupping………...39

2.2 Kopi Luwak………...42

2.2.1 Jenis Kopi Luwak………..…………...47


(4)

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA iv

2.2.3 Musang Luwak……….………...…………...48

2.2.4 Perilaku Luwak……….………...…………...51

2.2.5 Tata Cara Pemeliharaan Luwak………...…………...52

2.2.6 Proses Produksi Kopi Luwak………...…………...53

2.3 Teori Center…………...………...57

2.4 Café………...57

2.4.1 Teknik Penyajian dalam Cafe……...59

2.4.2 Ergonomi Cafe……...59

2.4.3 Organisasi dalam Cafe...64

2.4.4 Perabot dalam Cafe...67

2.5 Galeri...55

2.5.1 Standarisasi Ruang Pamer Galeri...71

2.5.2 Standarisasi Luas Objek Pamer...72

2.5.3 Standarisasi Visual Objek Pamer...73

2.5.4 Tata Letak Ruang Pamer...73

2.5.5 Macam Galeri...76

2.5.6 Macam Koleksi...77

2.5.7 Teknis yang diperhatikan dalam sebuah galeri...77

2.5.8 Tata Ruang Pamer...79

2.5.9 Display Pada Ruang Pamer...82

2.5.10 Teknik Penyajian...82

2.5.11 Persyaratan Media Display Koleksi...90

2.5.12 Sistem Pencahayaan Dalam Ruang...91

2.5.13 Sirkulasi Ruang Pamer………...97

2.6 Workshop...100

2.7 Komunitas...100

2.8 Barista...101

2.8.1 Tugas Barista...102

2.8.2 Kursus Barista...103


(5)

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA v

2.9.1 Cocorico Café and Resto...104

2.9.2 Pabrik Kopi Aroma...106

2.9.3 Coffee Museum in Gangneung...108

BAB III BIJI KOPI 3.1 Deskripsi Proyek...116

3.2 Analisa Fisik...117

3.2.1 Analisa Bangunan dan Site...119

3.3 Analisa Fungsional...130

3.3.1 Identifikasi User...130

3.3.2 Karakteristik User...131

3.3.3 Flow Activity...131

3.4 Programming...135

3.4.1 Bubble Diagram...135

3.4.2 Zoning Blocking...136

3.4.3 Tabel Kebutuhan Ruang...138

BAB IV PERANCANGAN INTERIOR COFFEE CENTER 4.1 Tema Perancangan...140

4.2 Konsep Perancangan...141

4.3 Prinsip Elemen Interior...141

4.3.1 Konsep Bentuk...142

4.3.2 KonsepWarna...142

4.3.3 Konsep Pola...143

4.3.4 Konsep Material...143

4.3.5 Konsep Pencahayaan...143

4.3.6 Konsep Penghawaan...144

4.4 Perancangan Coffee Center...144

4.5 Perancangan Galeri & Penangkaran Luwak...148

4.6 Perancangan Tradisional Cafe...156

4.7 Perancangan Modern Cafe...164 BAB V KESIMPULAN


(6)

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA vi

5.1 Simpulan...170

DAFTAR PUSTAKA...171

DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1 Tanaman Kopi Sumatera……….14

Gambar 2.2 Tanaman Kopi Sumatra………...15

Gambar 2.3 Tanaman Kopi Sulawesi……….15

Gambar 2.4 Tanaman Kopi Aceh Gayo………..16

Gambar 2.5 Tanaman Kopi Bali Kintami………...…17

Gambar 2.6 Tanaman Kopi Papua Wamena………...18

Gambar 2.7 Tanaman Flores Bajawa………..18

Gambar 2.8 Tanaman Kopi Jawa………19

Gambar 2.9 Angkringan Kopi Tradisional……….21

Gambar 2.10 Proses Pengolahan Kopi Secara Tradisional……….21

Gambar 2.11 Pembuatan Kopi Solong / Sareng……….22

Gambar 2.12 Kopi Tabelek Aceh………...23

Gambar 2.13 Penyajian Kopi Kawa Daun………..23

Gambar 2.14 Proses pembuatan Kopi Tarik………...24

Gambar 2.15 Kopi Takar Medan………25

Gambar 2.16 Kopi Durian………...26

Gambar 2.17 Kopi Manggar………...26

Gambar 2.18 Ilustrasi Kopi Walik………..27

Gambar 2.19 Kopi Joss Arang dari Angkringan Lik Man………..28

Gambar 2.20 Kopi Bumbung………..29

Gambar 2.21 Kopi unik manado……….30


(7)

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA vii

Gambar 2.23 Coffee Shop sebagai Trend………...32

Gambar 2.24 Cara Penyajian Kopi Secara Modern………32

Gambar 2.25 Proses Pembuatan Kopi Secara modern / Area Barista………33

Gambar 2.26 Mesin Espresso………..33

Gambar 2.27 Manual Brew Tools………...34

Gambar 2.28 Manual Brew Tools Chemex………35

Gambar 2.29 Manual Brew Tools Kettle………35

Gambar 2.30 Aksesoris Tambahan……….35

Gambar 2.31 Aksesoris Tambahan Scale………...36

Gambar 2.32 Barista Tools……….36

Gambar 2.33 Barista Tools Measuring Glass Shot……….37

Gambar 2.34 Barista Tools Milk Pitcher………37

Gambar 2.35 Barista Tools Motta Thermometer………38

Gambar 2.36 Barista Tools Spoon………..38

Gambar 2.37 Barista Tools Pitcher……….38

Gambar 2.38 Barista Tools Motta Latte Art Pen………38

Gambar 2.39 Musang Pandan……….49

Gambar 2.40 Musang Bulan………...49

Gambar 2.41 Jejak Kaki Luwak………..50

Gambar 2.42 Ergonomi Café ………..58

Gambar 2.43 Ergonomi Café ………..59

Gambar 2.44 Ergonomi Café ………..59

Gambar 2.45 Jarak Bersih Sirkulasi………....60

Gambar 2.46 Arah Sirkulasi………60

Gambar 2.47 Zona Jarak……….62

Gambar 2.48 Sirkulasi berdasarkan penempatan pintu………...62

Gambar 2.49 Dimensi Tubuh Manusia Saat Duduk………...67

Gambar 2.50 Dimensi standar untuk aktivitas makan………....68

Gambar 2.51 Pengaturan meja secara paralel………...69


(8)

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA viii

Gambar 2.53 Area Operasional dan Tamu………...70

Gambar 2.54 Dimensi Optimum Permukaan Meja Makan……….71

Gambar 2.55 Standar Luas Objek Pamer………...………...73

Gambar 2.56 Jarak Pengamatan………...………...73

Gambar 2.57 Gudang Penyimpanan Koleksi………...74

Gambar 2.58 Ruang Pameran Dengan Pencahayaan Dari Samping………...75

Gambar 2.59 Ruang Pameran………...………...75

Gambar 2.60. Alur sirkulasi Pengunjung Galeri Pamer………..79

Gambar 2.61. Standar alur sirkulasi ruang pamer………...79

Gambar 2.62. Layout Ruang Pamer ………...79

Gambar 2.63. Jarak Pandang Terhadap Lokasi………...80

Gambar 2.64. Jarak Pandang Terhadap Lokasi Susunan Ruang Pamer……….81

Gambar 2.65. Jarak Pandang Ruang Pamer Sistem display film………...86

Gambar 2.65 Sistem display komputer/monitor tv……….87

Gambar 2.66 Sistem display monitor tv………..87

Gambar 2.67 Bentuk sistem panel………...88

Gambar 2.68 Bentuk sistem boks standar………...88

Gambar 2.69 Bentuk sistem boks khusus………...89

Gambar 2.70 Bentuk sistem vitrin………..89

Gambar 2.71 Bentuk sistem diorama………..90

Gambar 2.72 Aplikasi Pencahayaan Buatan pada Galeri………...96

Gambar 2.73 Pola hubungan antara sirkulasi dan Ruang Pamer………98

Gambar 2.74 Berbagai konfigurasi alur gerak………...100

Gambar 2.75 Tampak depan Cocorico………...104

Gambar 2.76 Tampak belakang Cocorico………...105

Gambar 2.77 Mini taman yang terdapat di void………...105

Gambar 2.78 Area café dan resto………...105

Gambar 2.79 Tampak view dari Cocorico………...106

Gambar 2.80 Area café dan resto………...106


(9)

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA ix

Gambar 2.82 Gudang Kopi Armor………...108

Gambar 2.83 Display Kopi Armor………...108

Gambar 2.84 Entrance Coffee Museum in Gangneung………....109

Gambar 2.85 Display Kopi………...………109

Gambar 2.86 Cupping bareng………...109

Gambar 3.1 Gerbang utama Selasar Sunaryo………...113

Gambar 3.2 Denah general Selasar Sunaryo Art Space…...113

Gambar 3.3 Lokasi Selasar Sunaryo Art Space…...114

Gambar 3.4 View Entrance…...117

Gambar 3.5 Tampak Depan Selasar...117

Gambar 3.6 Interior Display Galeri Selasar Sunaryo Art Space...117

Gambar 3.7 Tapak belakang Galeri Selasar Sunaryo Art Space...118

Gambar 3.8 Tangga Menuju Bale Tenggoh...118

Gambar 3.9 Tapak Samping Bale Tenggoh...119

Gambar 3.10 View dari Bale Tenggoh...119

Gambar 3.11 Akses Menuju Mushola...119

Gambar 3.12 Tangga akses menuju mushola...119

Gambar 3.13 View kea rah mushola...120

Gambar 3.14 Tampak mushola...120

Gambar 3.15 View dari mushola...120

Gambar 3.16 Rumah Bambu...120

Gambar 3.17 Batu setapak menuju Bale Handap...120

Gambar 3.18 Tampak depan Bale Handap...121

Gambar 3.19 Bale Handap...121

Gambar 3.20 Lingkungan Bale Handap...121

Gambar 3.21 Toilet...121

Gambar 3.22 Tangga untuk menuju amphitheater setelah melewati bale handap...121

Gambar 3.23 View Amphitheater...122

Gambar 3.24 Amphitheater...122


(10)

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA x

Gambar 3.26 Tampak Cinderamata...122

Gambar 3.27 Turun kebawah ...122

Gambar 3.28 Akses tangga menuju coffee shop selasar sunaryo...123

Gambar 3.29 Coffee Shop ...123

Gambar 3.30 View Coffee Shop dari atas...123

Gambar 3.31 Akses menuju area kantor...123

Gambar 3.32 Area Ruang Rapat...124

Gambar 3.33 Kitchen dalam ruanng Staff Office ...124

Gambar 3.34 Pustaka Selasar...124

Gambar 3.35 Interior Pustaka ...124

Gambar 3.36 Zoning Blocking Lantai 1...131

Gambar 3.37 Zoning Blocking Lantai Dasar...132

Gambar 4.1 Site Plan...139

Gambar 4.2 Mind Mapping...140

Gambar 4.3 Konsep Elemen Interior...142

Gambar 4.4 General Layout Furniture1st Floor...145

Gambar 4.5 General Layout Furniture Ground Floor...146

Gambar 4.6 General Section A-A’ Coffee Center...147

Gambar 4.7 General Section B-B’ Coffee Center...147

Gambar 4.8 Layout Furniture Gallery Plan...148

Gambar 4.9 Section A-A’ Gallery Plan...149

Gambar 4.10 Section B-B’ Gallery Plan...150

Gambar 4.11 Display Exhibition Area...151

Gambar 4.12 Exhibition Area Perspective...152

Gambar 4.13 Cupping Area Perspective...153

Gambar 4.14 Movie Area Perspective...153

Gambar 4.15 Luwak Captivity Perspective...154

Gambar 4.16 Hallway Perspective...155

Gambar 4.17 Layout Furniture Ground Floor Traditional Cafe...156


(11)

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA xi

Gambar 4.19 Section B-B’ Traditional Cafe...159

Gambar 4.20 Traditional Café View1...159

Gambar 4.21 Traditional Café View2...160

Gambar 4.22 Traditional Café Pespective View3...161

Gambar 4.23 Traditional Café View4...162

Gambar 4.24 Traditional Café View5...162

Gambar 4.25 Traditional Café View6...163

Gambar 4.26 Layout Furniture Modern Cafe...164

Gambar 4.27 Section A-A’ Modern Cafe...165

Gambar 4.28 Section B-B’ Modern Cafe...165

Gambar 4.29 Modern Café Perspective View1...166

Gambar 4.30 Modern Café Perspective View2...167

Gambar 4.31 Modern Café Perspective View3...168

Gambar 4.32 Modern Café Perspective View4...168


(12)

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA 1 BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dewasa ini rutinitas kegiatan masyarakat meningkat, dapat dilihat dari semakin padatnya kegiatan yang dilakukan setiap harinya. Hal ini dapat menyebabkan mudahnya masyarakat untuk mengalami kepenatan dan rasa jenuh pada pekerjaannya. Bahkan jika berkelanjutan dapat menimbulkan stress. Untuk menghindari hal tersebut, masyarakat mencari cara untuk menanggulangi kepenatan saat melakukan pekerjaan. Salah satu caranya yaitu dengan adanya coffee break di sela-sela pekerjaannya. Sebagian besar berpendapat bahwa kopi dapat membantu mengurangi kepenatan saat dalam melakukan pekerjaannya.

Semakin berkembangnya zaman, semakin tinggi tingkat kesibukan masyarakat, segala sesuatu dituntut serba instan dan efisien. Penyajian kopi tidak lama dan hampir disetiap area baik di kedai kopi pinggir jalan sampai kedai kopi yang berkonsep mewah pun menyajikan kopi, sehingga kopi adalah pilihan yang tepat untuk menghilangkan rasa penat karena dari segi penyajiannya cepat dan mudah didapatkan.

Mengkonsumsi kopi di kedai kopi telah menjadi kebiasaan masyarakat Indonesia, tidak hanya sekedar minum kopi, tetapi biasanya kedai kopi juga menjadi tujuan untuk melakukan beberapa kegiatan seperti bertemu dengan klien, sebagai tempat ajang sosialisasi, atau sebagai tempat belajar bagi kalangan pelajar dan mahasiswa. Menurut Royan (dalam RZ Kusumah, 2011) pergeseran fungsi sebuah kafe dan restoran akan melahirkan fenomena sosial dan budaya baru dalam masyarakat sebagai akibat dari adanya perubahan perilaku tersebut.


(13)

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA 2 Secangkir kopi dapat menjadi semacam izin masuk untuk menikmati suasana dan aktifitas di kedai kopi tersebut.

Di Indonesia, pengkonsumsi kopi terus mengalami kenaikan. Bukan hanya golongan pekerja saja yang minum kopi tapi melingkupi hampir semua golongan masyrakat. Terkait dengan kebutuhan kopi yang naik sebesar 36 persen sejak tahun 2010 hingga 2014 yang diungkapkan oleh Asosiasi Eksportir Kopi Indonesia (AEKI). Anggota Kompartemen Industri dan Kopi Spesialiti AEKI Moelyono Soesilo menjelaskan, kenaikan tersebut turut dipengaruhi oleh pertumbuhan ekonomi yang memicu kemunculan masyarakat kelas menengah, “Masyarakat kelas menengah ini memiliki gaya hidup yang bermacam-macam, salah satunya mengkonsumsi kopi di kedai-kedai kopi modern,” ujarnya di Tempo, Senin, 30 Juni 2014.

Meningkatnya jumlah cafe di Indonesia dalam beberapa tahun terakhir berdampak pula pada meningkatnya kebutuhan akan barista. Kondisi seperti inlah yang saat ini menempatkan profesi barista menjadi pekerjaan yang cukup menjanjikan. Sebab profesi barista, sangat berkaitan dengan skill dan kemampuan memilki taste yang baik akan produk kopi yang dihasilkannya. Di iringi dengan bertambahnya kebutuhan akan barista maka meningkat pula orang – orang yang gemar minum kopi yang biasa disebut sebagai pecinta kopi. Biasanya mereka tergabung oleh sebuah komunitas. Komunitas pecinta kopi sekarang banyak bermunculan namun sayangnya mereka belum mempunyai wadah untuk melakukan kegiatan dalam komunitas bersama-sama seperti cupping.

Kopi di Indonesia sangat beraneka ragam dan memiliki karakteristik yang berbeda di setiap daerahnya. Tidak hanya dari karakteristik kopinya saja, indonesia juga memiliki cara-cara tradisional untuk menikmati hidangan kopi disetiap daerahnya. Contohnya seperti di Aceh, masyarakat Aceh memiliki kebiasaan meminum kopi setiap harinya di warung kopi. Oleh kareana itu di


(14)

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA 3 setiap sudut jalan, kampung, dan kota, pasti terdapat warung kopi, karena banyaknya kedai kopi di aceh, sehingga aceh disebut juga dengan daerah 1000 kedai kopi. Dari banyaknya kedai kopi di Aceh, terdapat pula cara menikmati minum kopi yang unik yaitu dengan membalikkan gelas yang sudah berisi kopi di atas pisin. Sehingga cara menikmatinya pun harus dengan gelas terbalik biasanya disebut dengan nama kopi tebalek. Tidak hanya Aceh, banyak dareah Indonesia lainnya yang memiliki cara unik untuk menikmati kopi, contoh lainnya di Jogjakarta menikmati kopi dengan menyelupkan arang kedalam gelas kopi.

Cara menikmati kopi yang beragam dan tergolong unik ini belum diketahui oleh banyak masyrakat. Sama halnya dengan masyarakat Indonesia belum begitu menyadari kopi yang di hasilkan oleh negara sendiri sangat beraneka ragam , memiliki cita rasa dan karakter yang berbeda di setiap daerah. Kualitas kopi lokal merupakan salah satu yang terbaik di dunia. Namun, kekayaan tersebut tidak terlihat dari dalam Indonesia sendiri. Hal tersebut terjadi karena anak muda banyak yang mengalami inferiority complex, yakni anggapan bahwa produk asing lebih bagus dan menarik dibandingkan produk dalam negeri. Kehadiran budaya asing seakan mendominasi dan selalu menjadi trend-centre masyarakat. Padahal di Indonesia sendiri selain memiliki keanekaragam dalam jenis kopinya juga memiliki keanekaragaman dalam menikmati kopi.

Melihat minimnya pengetahuan masyarakat terhadap kopi nusantara dan kurangnya wadah yang menaungi masyarakat agar dapat mengenal lebih jauh tentang kopi, disinilah peran pusat kopi dibutuhkan agar dapat lebih mengetahui dan lebih mengenal peranan kopi yang bukan hanya untuk dinikmati saja.

Sehingga dalam hal ini penelitian ini membuat perancang ingin menyediakan sebuah Coffee Center untuk memenuhi fasilitas yang


(15)

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA 4 dibutuhkan oleh pecinta dan komunitas kopi. Serta dapat membantu masyarakat bukan hanya sekedar mengonsumsi tetapi juga dapat memberikan edukasi kepada masyarakat Indonesia agar lebih dapat mengetahui kekayaan alam Indonesia lainnya.

1.2 Identifikasi Masalah

Masalah yang muncul ialah dimana Indonesia belum mempunyai wadah yang menaungi masyarakat agar dapat mengenal lebih jauh tentang kopi, sedangkan keberadaan kopi memberikan dampak positif bagi Indonesia. Sebagaimana yang telah dikemukakan oleh ICO (2014) bahwa, Indonesia merupakan negara eksportir kopi ketiga terbesar setelah Brazil dan Vietnam. Saat ini, masyarakat Indonesia kian menggemari kopi. Hal ini terlihat dalam beberapa tahun terakhir bahwa, konsumsi kopi nasional naik signifikan dari 600 gram per orang menjadi 1,3 kilogram (kg) per orang dalam 4 tahun terakhir ini.

Serta dilihat dari minimnya pengetahuan masyarakat terhadap kopi dan rendahnya kesadaran generasi muda untuk melestarikan kekayaan alam Indonesia dimana kopi adalah salah satu kekayaan alam Indonesia lainnya yang seharusnya mempunyai kondisi yang lebih baik lagi.


(16)

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA 5 1.3 Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah diatas, maka masalah yang dapat timbul dalam perancanga Coffee Center adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana menerapkan tema Nuansa Tradisional dan Modern dengan konsep Biji Kopi pada perancangan interior Coffee Center di Bandung?

2. Bagaimana merancang sistem display, sirkulasi dan pencahayaan pada area galeri yang sesuai dengan kebutuhan pada perancangan interior Coffee Center?

3. Bagaimana menciptakan suasana ruang yang membuat pengunjung Coffee Center merasakan konsep Biji Kopi selain itu juga dapat memfasilitasi kebutuhan kebutuhan ruang yang dibutuhkan oleh user?

1.4 Ide Gagasan

Gagasan desain yang ingin diterapkan pada coffee center yaitu mengangkat permasalahan yang terjadi pada masyarakat dimana masyrakat membutuhkan sebuah wadah yang memberikan informasi yang mengedukasi mengenai kopi dimana penerapannya dalam coffee center ini akan memfokuskan pada unsur tradisonal namun tetap ada unsur modern, dari pembuatan kopi hingga desain coffee center yang menggunakan unsur tradisional dan modern sebagai acuan. Selain itu menawarkan konsep ruang dengan memaksimalkan bukaan dan alam sekitar. Bukaan ini berperan dalam menghadirkan suasana alam pada ruang dalam. Untuk menjaga kelestarian alam. Wisata alam yang dibuat akan memaksimalkan potensi alam sekitar site. Hal tersebut dapat membantu pengunjung untuk menikmati keasrian alam sekitar dan inilah yang akan membawa pengunjung terbebas dari kesibukan perkotaan.


(17)

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA 6 1.5 Tujuan Perancangan

Membuat suatu konsep perancangan interior yang dapat memenuhi persyaratan penataan interior serta memberikan konsep pendekatan terhadap lingkungan masyarakat yang menarik. Tujuan perancangan sebagai berikut :

1. Menerapkan tema Nuansa Tradisional dan Modern dengan konsep Biji Kopi pada perancangan interior Coffee Center di Bandung.

2. Menerapkan sistem display pada area galeri yang ergonomis serta sirkulasi pada area galeri dan cafe sesuai dengan kebutuhan pada perancangan interior Coffee Center.

3. Menerapkan suasana ruang yang membuat pengunjung Coffee Center merasakan konsep Biji Kopi selain itu juga dapat memfasilitasi kebutuhan kebutuhan ruang yang dibutuhkan oleh user.

1.6 Manfaat Perancangan

Penulisan laporan tugas akhir ini diharapkan dapat bermanfaat bagi : 1) Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat secara teoritis, sekurang-kurangnya dapat berguna sebagai sumbangan pemikiran bagi dunia pendidikan dan khususnya bidang desain interior.

2) Manfaat Praktis

a. Komunitas / Pecinta Kopi

Laporan ini diharapkan dapat menjadi acuan bagi komunitas kopi untuk menyediakan fasilitas yang memenuhi kebutuhan komunitas dan pecinta kopi di Indonesia.


(18)

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA 7 Laporan ini dapat menjadi masukan pengetahuan dengan tujuan perkembangan serta kemajuan dalam bidang desain, khususnya desain interior Coffee Center

c. Desainer Interior

Laporan ini diharapkan dapat membantu para desainer interior sebagai acuan dalam mendesain sebuah coffee center

d. Pembaca

Laporan ini diharapkan menambah wawasan dan memberikan ilmu yang bermanfaat sehingga bisa menjadi pedoman bagi diri sendiri dan orang lain.

e. Penulis

Laporan ini dapat menjadikan pola pikir penulis semakin baik dalam proses perancangan desain serta menambah ilmu dan wawasan

1.7 Ruang Lingkup Perancangan

Bagian-bagian pusat kopi yang dapat memenuhi fasilitas dan kebutuhan yang dibutuhkan oleh pecinta / peminat kopi, berikut adalah fasilitas yang dibutuhkan;

1. Cafe

• Tradisional Cafe • Modern Cafe

2. Galeri

3. Penangkaran Luwak 4. Kursus Barista 5. Digital Library


(19)

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA 8 6. Ampiteater (life music & movie theater)

7. Pendopo (multifungsi area)

1.8 Sistematika Penulisan BAB I. PENDAHULUAN

Bab ini berisi tentang latar belakang penulis mengambil objek bahasan dalm tugas akhir beserta analisa permasalahan yang muncul dari objek perancangan ini.

BAB II. LANDASAN TEORI

Bab ini berisi pengertian, teori pendukung, ergonomi, serta studi banding yang sudah dilakukan terkait objek perancangan.

BAB III. DESKRIPSI OBJEK STUDI

Bab ini berisi analisa fisik dan fungsi dari objek perancangan, identifikasi user, struktur organisasi, flow activity, dan zoning blocking ruangan pada objek perancangan.

BAB IV. KONSEP PERANCANGAN INTERIOR

Bab ini berisi penjelasan mengenai konsep perancangan yang berisi layouting denah dan hasil desain rancangan.

BAB V. SIMPULAN

Bab ini berisi kesimpulan dari desain yang diciptakan serta adanya saran yang dilampirkan di dalam bab ini.


(20)

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA 170 BAB V

KESIMPULAN

5.1 Simpulan

Untuk menerapkan tema nuansa tradisional dan modern pada dengan konsep biji kopi dilakukan dengan menerapkan elemen elemen desain seperti

bentuk dan warna yang diterapkan pada elemen interior coffee center. Seperti

pada pola bentuk saya menerapkan bentuk geometri organik yang diambil dari kopi yang tumbuh di alam sehingga bentuk yang dihasilkan cenderung organik. Sedangkan untuk pola bentuk geometri digunakan untuk mengimbangi bentuk organik yang terkesan bebas, dengan adanya penambahan bentuk geometri makan bentuk organik yang diterapkan tidak akan terkesan terlalu bebas atau abstrak. Untuk elemen desain warna yang digunakan menggunakan warna warna kopi dan yang menciri khaskan luwak seperti coklat tua, coklat muda, hitam dan putih gading.

Penerapan ornamen dari daerah Bali, Aceh dan Jogja yang menjadi perwakilan daerah yang menghasilkan kopi Indonesia ini diterapkan pada area

café tradisional, untuk memberikan nuansa tradisional pada coffee center ini. Dari

daerah Aceh, menerapkan bentuk rumah adat Aceh Gayo dan beberapa ornament yang ada di rumah adat Aceh Gayo tersebut. Sedangkan untuk menghadirkan nuansa Jawa saya menerapkannya pada area masuk pengunjung dengan adanya gebyok dari daerah Jogjakarta. Selain itu juga penerapan nuansa Jawa ini juga diterapkan pada area duduk pengunjung yang menggunakan kursi dan jepara. Dan untuk menghadirkan nuansa Bali, saya terapkan pada area pengolahan kopi secara tradisional dengan menggunakan motfi-motif Bali yang diterapkan pada wall treatment dan payung khas bali yang terdapat di area duduk pengunjung.

Dalam perancangan sistem display sangat mementingkan sisi

ergonominya oleh karena itu sistem display yang digunakan terdapat dua macam yaitu sistem display dua dimensi dan tiga dimensi. Untuk system display dua dimensi menggunakan sisitem gantung berupa kawat gantungan yang dapat di atur ketinggian pada dinding sesuai kebutuhan. Selain itu juga adanya


(21)

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA 171 penggunaan instalasi akar tumbuhan yang merupakan instalasi dari tumbuhan kopi yang mudah dipindahkan, tersebut terbuat dari multi dengan bentuk modular. Sedangkan untuk system display 3 dimensi menggunaan base untuk karya tiga dimensi dari material tripleks atau MDF, sehingga base dapat dibentuk

sedinamis mungkin dan dipindahkan sesuai kebutuhan. Dan untuk area movie

yang berisi screen pada area tersebut menggunakan sistem display yang membutuhkan perlakuan khusus dan pengamanan khusus dengan alasan agar

pengunjung tidak menyentuh screen dengan cara memberikan pembatas yang

berdiri antara karya/screen yang didisplay dan titik pengunjung berdiri.

Untuk sirkulasi area galeri perancangan jalur sirkulasi ini harus dapat memberikan orientasi yang jelas bagi pengunjung ketika berada dalam bangunan. Dengan sistem ruang yang linear dan terbuka pengunjung dapat bergerak dengan lancar dan dapat melakukan aktivitas didalam galeri dengan nyaman dan efektif tanpa merasa sesak dan sempit. sirkulasi juga menjadi lebih terarah dan terorganisir. Dalam konsep sirkulasi ini ditekankan bentuk bentuk ruang yang dinamis namun berkesan bersih dari ornamen serta dapat menghasilkan ruang yang mencirikan citra kontemporer. Bentuk-bentuk ruang yang bebas dari ornamen ini ditujukan agar ruangan tidak mendominasi bentuk karya koleksi yang dipamerkan.

Dalam perancangan pencahayaan khusus atau object lighting pada galeri ditujukan pada objek-objek khusus seperti karya yang sedang dipamerkan, dan elemen estetis. Sistem pencahayaan yang digunakan pada karya di galeri yang

berada pada fasilitas Coffee Center ini adalah penggunaan lampu sorot yang

diterapkan pada rel yang digantungkan ke atas ceiling. Rel-rel tersebut diatur sedemikian rupa sehingga dapat mengakomodasi cahaya untuk karya-karya seni pada ruang pamer. Dengan memakai standar tingkat lux diatas, maka penggunaan tiap lampu maksimum adalah 75 watt/lumen.

Penggunakan jenis lampu spot light yang disorotkan ke bagian dinding galeri, bukan ke arah karya karena dikhawatirkan cahayanya dapat membuat warna menjadi pudar. Hal tersebut terutama untuk jenis karya lukisan, drawing dan fotografi. Untuk konsep pencahayaan alami dirancang agar mendapat sedikit


(22)

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA 172 mungkin karena cahaya matahari dapat merusak beberapa benda/karya/koleksi galeri karena tingkat iluminasi dan komposisi spektrum cahayanya, serta menghasilkan hawa panas dalam ruangan

Untuk mendukung kebutuhan user pada coffee center ini menyediakan

fasilitas utama yaitu galeri, penangkaran luwak dan café. Dimana coffee center ini

juga dilengkapi dengan fasilitas penunjang lainnya seperti kursus barista, digital librabry, ampiteater yang digunakan untuk area life music dan movie teater.

cupping area, dan retail. Dalam perancangan coffee center untuk mendapatkan

suasana dengan konsep biji kopi dengan cara menerapkan elemen desain yang mewakili stilasi kopi yang ditempatkan dibeberapa area. Dalam coffee center ini s untuk menghadirkan suasana kopi, dihadirkan stilasi kopi yang diterapkan pada pola lantai pada area café modern yang membentuk organik dan menyerupai biji kopi dengan menggunakan material yang berbeda-beda yang sesuai dengan warna kopi. Kemudian bentukan furnitur juga menggunakan bentuk orgnaik yang mengikuti dari bentuk pola lantai agar antara elemen interior lantai dan furnitur tetap memiliki keselarasan dari segi bentuknya. Penggunaan desain area duduk dengan sistem kursi gantung dimana bentuknya mengadaptasi dari bentuk biji kopi dengan adanya coakan kedalam untuk menjadi space duduk pengunjung.

Selain itu juga adanya jejak kaki luwak di setiap fasilitas yang ada, jejak kaki

luwak ini juga dapat menjadi benang merah dari satu ruang keruang lainnya agar memiliki keserasian antara 1 ruang dengan ruang lainnya. Setelah itu juga adanya alur sirkulasi untuk menuju ke area café tradisional dimana alur sirkulasi yang berupa lorong ini mengimplementasikan dari binatang luwak itu sendiri yang memiliki sifat noktural yaitu aktif di malam hari sedang siang lebih banyak beristirahat. Oleh karena itu desain lorong yang sebagai alur sirkulasi ini di desain gelap dengan menggunakan finishing cat hitam pada lantai dan dindingnya. Dan adanya jejak kaki luwak di lorong ini sehingga menjadi penunjuk arah bagi pengunjung yang melewati area ini. Diterapkan juga stilasi dari pohon kopi yang menggunakan material tembaga sehingga memberikan kesan modern dengan disorot oleh lampu led strips dari bawah.


(23)

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA 171 DAFTAR PUSTAKA

Buku

Adlin, Alfathri. 2006. Resistensi Gaya Hidup : Teori dan realitas. Yogyakarta: Jalansutra.

Alfian. (ed.). 1997. Segi-Segi Sosial Budaya Masyarakat Aceh. Jakarta: LP3ES

Ciptadi, W. dan Nasution, M.Z. 1985. Pengolahan Kopi. Fakultas Teknologi Institut Pertanian Bogor.

Ching, Francis D. K. 2000 . Ilustrasi Desain Interior. Jakarta: Erlangga, Clarke, R. J. and Macrae, R. 1987. Coffee Technology (Volume 2). Elsevier

Applied Science, London and New York.

Darmaprawira W.A. Sulasmi. 2002. Warna: Teori dan Kreativitas

Penggunaanya. Bandung: Penerbit ITB.

Djalil. 2010. Sejarah, Budaya dan Adat Istiadat Gayo. LINGE, Aceh Tengah, Takengon. 6 februari 2016. Jam 14:00-17:00 WIB

Ekspor, Warta. 2013. Pesona Kopi Luwak. Ditjen PEN.

Kurniadi. 2010. Motif-Motif Tadisional Gayo, Makna dan Filosofi. Belang Kolak, Aceh Tengah, Takengon. 6 februari 2016. Jam 10:00-17:00 WIB. McCabe, Gerard B., James R. Kennedy. 2003. Planning the Modern Public

Library Building. Wesport: Libraries Unlimited.

Miles, R. S. 1988. The Design of Education Exhibits. London: Academic Division of Unwin Hyman Ltd.


(24)

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA 172 Moldvaer, Anette. 2014. Coffee Obsession. London. Dorling Kinderslay. Neufert, Ernst. 2002. Data Arsitek Jilid 2. Jakarta: Erlangga.

Poewardarmita, W. J. S. 1976. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka,

Web

Anonim, 2009. Manfaat dan Bahaya Kandungan Kaffein dalam Kopi.

http://www.azk4.com/2009/02/manfaat-dan-bahaya-kopi.htm. Akses

Tanggal 4 maret 2016.

Anonim, 2010a. Proses Pembuatan Kopi Luwak. http:// proses-pembuatan-kopi-luwak.html.Akses Tanggal 4 maret 2016.

Artjoo. 2011. https://artjoo.wordpress.com/2011/01/11/seni-rupa-modern-dan-kontemporer/ 25 oktober 2015 jam 10.57PM.

Bincang Kopi. 2015.

http://bincangkopi.com/sekilas-mengenai-coffee-cupping/ diakses pada 18-oktober-2015 / 06.17PM. Jakarta Selatan. JPW Coffee. 2014. http://www.specialtycoffee.co.id/apa-itu-specialty-coffee/

diakses pada 18-oktober-2015 / 08.31PM. Jakrta Selatan.

MLG Coffee Shop. 2014. http://mlgcoffee.com/2014/09/19/definisi-kopi-dan-sejarah-penyebaran-kopi-di-dunia/ diakses pada 18-oktober-2015 / 08.16PM. Malang.

Petra Christiany University. 2014. http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/126796-RB13K38p-Peran%20Library-Literatur.pdf/ diakses pada 18-oktober-15 / 7.49PM.


(25)

http://design-studio-ideas.ru/en-us/interior-UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA 173 design/interior-design-styles/ethnic-style diakses pada 25-oktober-2015 / 10.16PM.

Suwito. 2010. Makna, Warna dan Sejarah Rumah Adat Pitu Ruang Gayo.

Ketapang, Aceh Tengah, Takengon.

http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/126796-RB13K38p-Peran%20Library-Literatur.pdf/ diakses pada 02 februari 2016. Jam 13:00-17:00 WIB.


(1)

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA 170 BAB V

KESIMPULAN

5.1 Simpulan

Untuk menerapkan tema nuansa tradisional dan modern pada dengan konsep biji kopi dilakukan dengan menerapkan elemen elemen desain seperti bentuk dan warna yang diterapkan pada elemen interior coffee center. Seperti pada pola bentuk saya menerapkan bentuk geometri organik yang diambil dari kopi yang tumbuh di alam sehingga bentuk yang dihasilkan cenderung organik. Sedangkan untuk pola bentuk geometri digunakan untuk mengimbangi bentuk organik yang terkesan bebas, dengan adanya penambahan bentuk geometri makan bentuk organik yang diterapkan tidak akan terkesan terlalu bebas atau abstrak. Untuk elemen desain warna yang digunakan menggunakan warna warna kopi dan yang menciri khaskan luwak seperti coklat tua, coklat muda, hitam dan putih gading.

Penerapan ornamen dari daerah Bali, Aceh dan Jogja yang menjadi perwakilan daerah yang menghasilkan kopi Indonesia ini diterapkan pada area café tradisional, untuk memberikan nuansa tradisional pada coffee center ini. Dari daerah Aceh, menerapkan bentuk rumah adat Aceh Gayo dan beberapa ornament yang ada di rumah adat Aceh Gayo tersebut. Sedangkan untuk menghadirkan nuansa Jawa saya menerapkannya pada area masuk pengunjung dengan adanya gebyok dari daerah Jogjakarta. Selain itu juga penerapan nuansa Jawa ini juga diterapkan pada area duduk pengunjung yang menggunakan kursi dan jepara. Dan untuk menghadirkan nuansa Bali, saya terapkan pada area pengolahan kopi secara tradisional dengan menggunakan motfi-motif Bali yang diterapkan pada wall treatment dan payung khas bali yang terdapat di area duduk pengunjung.

Dalam perancangan sistem display sangat mementingkan sisi ergonominya oleh karena itu sistem display yang digunakan terdapat dua macam yaitu sistem display dua dimensi dan tiga dimensi. Untuk system display dua dimensi menggunakan sisitem gantung berupa kawat gantungan yang dapat di atur ketinggian pada dinding sesuai kebutuhan. Selain itu juga adanya


(2)

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA 171 penggunaan instalasi akar tumbuhan yang merupakan instalasi dari tumbuhan kopi yang mudah dipindahkan, tersebut terbuat dari multi dengan bentuk modular. Sedangkan untuk system display 3 dimensi menggunaan base untuk karya tiga dimensi dari material tripleks atau MDF, sehingga base dapat dibentuk sedinamis mungkin dan dipindahkan sesuai kebutuhan. Dan untuk area movie yang berisi screen pada area tersebut menggunakan sistem display yang membutuhkan perlakuan khusus dan pengamanan khusus dengan alasan agar pengunjung tidak menyentuh screen dengan cara memberikan pembatas yang berdiri antara karya/screen yang didisplay dan titik pengunjung berdiri.

Untuk sirkulasi area galeri perancangan jalur sirkulasi ini harus dapat memberikan orientasi yang jelas bagi pengunjung ketika berada dalam bangunan. Dengan sistem ruang yang linear dan terbuka pengunjung dapat bergerak dengan lancar dan dapat melakukan aktivitas didalam galeri dengan nyaman dan efektif tanpa merasa sesak dan sempit. sirkulasi juga menjadi lebih terarah dan terorganisir. Dalam konsep sirkulasi ini ditekankan bentuk bentuk ruang yang dinamis namun berkesan bersih dari ornamen serta dapat menghasilkan ruang yang mencirikan citra kontemporer. Bentuk-bentuk ruang yang bebas dari ornamen ini ditujukan agar ruangan tidak mendominasi bentuk karya koleksi yang dipamerkan.

Dalam perancangan pencahayaan khusus atau object lighting pada galeri ditujukan pada objek-objek khusus seperti karya yang sedang dipamerkan, dan elemen estetis. Sistem pencahayaan yang digunakan pada karya di galeri yang berada pada fasilitas Coffee Center ini adalah penggunaan lampu sorot yang diterapkan pada rel yang digantungkan ke atas ceiling. Rel-rel tersebut diatur sedemikian rupa sehingga dapat mengakomodasi cahaya untuk karya-karya seni pada ruang pamer. Dengan memakai standar tingkat lux diatas, maka penggunaan tiap lampu maksimum adalah 75 watt/lumen.

Penggunakan jenis lampu spot light yang disorotkan ke bagian dinding galeri, bukan ke arah karya karena dikhawatirkan cahayanya dapat membuat warna menjadi pudar. Hal tersebut terutama untuk jenis karya lukisan, drawing dan fotografi. Untuk konsep pencahayaan alami dirancang agar mendapat sedikit


(3)

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA 172 mungkin karena cahaya matahari dapat merusak beberapa benda/karya/koleksi galeri karena tingkat iluminasi dan komposisi spektrum cahayanya, serta menghasilkan hawa panas dalam ruangan

Untuk mendukung kebutuhan user pada coffee center ini menyediakan fasilitas utama yaitu galeri, penangkaran luwak dan café. Dimana coffee center ini juga dilengkapi dengan fasilitas penunjang lainnya seperti kursus barista, digital librabry, ampiteater yang digunakan untuk area life music dan movie teater. cupping area, dan retail. Dalam perancangan coffee center untuk mendapatkan suasana dengan konsep biji kopi dengan cara menerapkan elemen desain yang mewakili stilasi kopi yang ditempatkan dibeberapa area. Dalam coffee center ini s untuk menghadirkan suasana kopi, dihadirkan stilasi kopi yang diterapkan pada pola lantai pada area café modern yang membentuk organik dan menyerupai biji kopi dengan menggunakan material yang berbeda-beda yang sesuai dengan warna kopi. Kemudian bentukan furnitur juga menggunakan bentuk orgnaik yang mengikuti dari bentuk pola lantai agar antara elemen interior lantai dan furnitur tetap memiliki keselarasan dari segi bentuknya. Penggunaan desain area duduk dengan sistem kursi gantung dimana bentuknya mengadaptasi dari bentuk biji kopi dengan adanya coakan kedalam untuk menjadi space duduk pengunjung. Selain itu juga adanya jejak kaki luwak di setiap fasilitas yang ada, jejak kaki luwak ini juga dapat menjadi benang merah dari satu ruang keruang lainnya agar memiliki keserasian antara 1 ruang dengan ruang lainnya. Setelah itu juga adanya alur sirkulasi untuk menuju ke area café tradisional dimana alur sirkulasi yang berupa lorong ini mengimplementasikan dari binatang luwak itu sendiri yang memiliki sifat noktural yaitu aktif di malam hari sedang siang lebih banyak beristirahat. Oleh karena itu desain lorong yang sebagai alur sirkulasi ini di desain gelap dengan menggunakan finishing cat hitam pada lantai dan dindingnya. Dan adanya jejak kaki luwak di lorong ini sehingga menjadi penunjuk arah bagi pengunjung yang melewati area ini. Diterapkan juga stilasi dari pohon kopi yang menggunakan material tembaga sehingga memberikan kesan modern dengan disorot oleh lampu led strips dari bawah.


(4)

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA 171 DAFTAR PUSTAKA

Buku

Adlin, Alfathri. 2006. Resistensi Gaya Hidup : Teori dan realitas.

Yogyakarta: Jalansutra.

Alfian. (ed.). 1997. Segi-Segi Sosial Budaya Masyarakat Aceh. Jakarta:

LP3ES

Ciptadi, W. dan Nasution, M.Z. 1985. Pengolahan Kopi. Fakultas Teknologi Institut Pertanian Bogor.

Ching, Francis D. K. 2000 . Ilustrasi Desain Interior. Jakarta: Erlangga,

Clarke, R. J. and Macrae, R. 1987. Coffee Technology (Volume 2). Elsevier

Applied Science, London and New York.

Darmaprawira W.A. Sulasmi. 2002. Warna: Teori dan Kreativitas

Penggunaanya. Bandung: Penerbit ITB.

Djalil. 2010. Sejarah, Budaya dan Adat Istiadat Gayo. LINGE, Aceh Tengah,

Takengon. 6 februari 2016. Jam 14:00-17:00 WIB Ekspor, Warta. 2013. Pesona Kopi Luwak. Ditjen PEN.

Kurniadi. 2010. Motif-Motif Tadisional Gayo, Makna dan Filosofi. Belang

Kolak, Aceh Tengah, Takengon. 6 februari 2016. Jam 10:00-17:00 WIB.

McCabe, Gerard B., James R. Kennedy. 2003. Planning the Modern Public

Library Building. Wesport: Libraries Unlimited.

Miles, R. S. 1988. The Design of Education Exhibits. London: Academic


(5)

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA 172 Moldvaer, Anette. 2014. Coffee Obsession. London. Dorling Kinderslay. Neufert, Ernst. 2002. Data Arsitek Jilid 2. Jakarta: Erlangga.

Poewardarmita, W. J. S. 1976. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta:

Balai Pustaka,

Web

Anonim, 2009. Manfaat dan Bahaya Kandungan Kaffein dalam Kopi.

http://www.azk4.com/2009/02/manfaat-dan-bahaya-kopi.htm. Akses

Tanggal 4 maret 2016.

Anonim, 2010a. Proses Pembuatan Kopi Luwak. http://

proses-pembuatan-kopi-luwak.html.Akses Tanggal 4 maret 2016.

Artjoo. 2011. https://artjoo.wordpress.com/2011/01/11/seni-rupa-modern-dan-kontemporer/ 25 oktober 2015 jam 10.57PM.

Bincang Kopi. 2015.

http://bincangkopi.com/sekilas-mengenai-coffee-cupping/ diakses pada 18-oktober-2015 / 06.17PM. Jakarta Selatan. JPW Coffee. 2014. http://www.specialtycoffee.co.id/apa-itu-specialty-coffee/

diakses pada 18-oktober-2015 / 08.31PM. Jakrta Selatan.

MLG Coffee Shop. 2014. http://mlgcoffee.com/2014/09/19/definisi-kopi-dan-sejarah-penyebaran-kopi-di-dunia/ diakses pada 18-oktober-2015 / 08.16PM. Malang.

Petra Christiany University. 2014. http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/126796-RB13K38p-Peran%20Library-Literatur.pdf/ diakses pada 18-oktober-15 / 7.49PM.


(6)

http://design-studio-ideas.ru/en-us/interior-UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA 173 design/interior-design-styles/ethnic-style diakses pada 25-oktober-2015 / 10.16PM.

Suwito. 2010. Makna, Warna dan Sejarah Rumah Adat Pitu Ruang Gayo.

Ketapang, Aceh Tengah, Takengon.

http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/126796-RB13K38p-Peran%20Library-Literatur.pdf/ diakses pada 02 februari 2016. Jam 13:00-17:00 WIB.