Perancangan Media Promosi untuk Memperkenalkan Rijsttafel Bandung Culinary.

(1)

Universitas Kristen Maranatha v

ABSTRAK

Rijsttafel yang merupakan sebuah budaya makan pada zaman kolonial Belanda dan sempat menjadi ikon wisata pada hotel-hotel di Jawa di dalamnya terdapat akulturasi budaya Belanda, Indonesia, China, dan India.

Disayangkan sebagian besar masyarakat tidak mengenal budaya kuliner Rijsstafel terbukti dari hasi survey terhadap 100 orang di bandung dengan rentan usia 25 tahun-40 tahun.Walaupun pada kenyataannya Rijsttafel masih dapat ditemukan pada hotel-hotel dan resto meskipun di Bandung jumlahnya sedikit. Namun meskipun demikian minat masyarakat untuk mencoba Rijsttafel dan ingin menjadikan Rijsttafel sebagai salah satu tujuan wisata mereka di Bandung tebilang tinggi.

Untuk mengangkat kembali budaya kuliner Rijsttafel dibutuhkan sebuah promosi dengan pendekatan visualisasi yang elegan, mewah, dan modern, serta mengangkat akulturasi yang unik dan nuansa nostalgia yang dapat dilihat dari gaya Art Deco yang digunakan. Event Rijsttafel Bandung Culinary diselenggarakan di hotel Grand Hotel Preanger, Savoy Homann Bidakara Hotel, Grand Royal Panghegar, Braga Permai Restaurant, dan Indischetafel Resto. Penempatan promosinya lebih mengarah pada mall, bandara, resto, dan hotel tersebut di atas karena merupakan tempat yang ramai dikunjungi bagi penikmat wisata kuliner.

Promosi Rijsttafel Bandung Culinary yang merupakan sebuah cara untuk memperkenalkan budaya makan Rijsttafel ini diharapkan dapat menarik perhatian masyarakat sehingga budaya makan Rijsttafel dapat menjadi salah satu bagian dari tujuan wisata masyarakat di kota Bandung.


(2)

Universitas Kristen Maranatha vi ABSTRACT

Rijsttafel which is a culinary culture in the dutch colonial era was very famous and once became a tourism icon of Javanese hotels. Rijsttafel is a combination of Dutch, Indonesia, China, and India culinary culture.

Unfortunately a lot of society nowadays don’t recognize Rijsttafel culinary culture,

which has been proved with a survey among 100 people in Bandung who categorized in 25- 40 age range. Even though there’s only several hotels and restaurants which

serving Rijsttafel, but society’s interest of Rijsttafel is high enough.

Promoting Rijsttafel Culinary Culture will needed a special visual approach, which contained several element such as elegance, modern, and luxurious. An Unique acculturation would be applied too in art deco style. Rijsttafel Bandung Culinary will be held in Grand Preanger Hotel, Savoy Homann Bidakara Hotel, Grand Royal Panghegar, Braga Permai Restaurant, and Indischetafel Resto. Promotion media will be spread out at several spot, such as, mall, airport, restaurant, and hotel, which

choosen because of it’s function to attract society and tourist.

Rijsttafel Bandung Culinary’s promotion was made to publish Rijsttafel among the society. The writer hope that this kind of promotion will attract society and finally

Rijsttafel Bandung Culinary will become one of Bandung’s primary tourism

destination.


(3)

Universitas Kristen Maranatha vii

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ... i

PERNYATAAN ORISINALITAS KARYA DAN LAPORAN ... ii

PERNYATAAN PUBLIKASI LAPORAN TUGAS AKHIR ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

ABSTRAK ... v

ABSTRACT ... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR GAMBAR ... x

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Permasalahan dan Ruang Lingkup ... 2

1.3 Tujuan Perancangan ... 3

1.4 Sumber dan Teknik Pengumpulan Data ... 3

1.5 Skema Perancangan ... 5

BAB II LANDASAN TEORI ... 5

2.1 Akulturasi Budaya ... 6

2.2 Teori Promosi ... 7

2.3 Teori Warna ... 9

2.4 Art Deco ... 10

BAB III DATA DAN ANALISIS MASALAH ... 13

3.1 Data dan Fakta ... 13

3.1.1 Kebudayaan Indis ... 13

3.1.2 Rijsttafel ... 13

3.1.3 Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Bandung sebagai Lembaga yang Terkait ... 17

3.1.4 Data Hasil Wawancara ... 19

3.1.5 Data Hasil Studi Pustaka... 23

3.1.6 Data Hasil Kuesioner ... 42


(4)

Universitas Kristen Maranatha viii

3.2 Analisis terhadap Permasalahan Berdasarkan Data dan Fakta ... 50

3.2.1 Segmentasi, Targeting, dan Positioning ... 50

3.2.2 Analisis SWOT ... 51

BAB IV PEMECAHAN MASALAH ... 52

4.1 Konsep Komunikasi ... 52

4.2 Konsep Kreatif ... 53

4.2.1 Tipografi ... 53

4.2.2 Warna ... 54

4.2.3 Ilustrasi ... 55

4.3 Konsep Media ... 57

4.3.1 Website ... 58

4.3.2 Media Sosial ... 59

4.3.3 Poster ... 59

4.3.4 Billboard ... 59

4.3.5 Brosur ... 60

4.3.6 Iklan Majalah ... 60

4.3.7 Invitation ... 60

4.3.8 Umbul-Umbul ... 60

4.3.9 Placemate ... 61

4.3.10 Acrylic stand... 61

4.3.11 Gimmick ... 61

4.4 Hasil Karya ... 63

4.4.1 Logo ... 63

4.4.2 Website ... 67

4.4.3 Media Sosial ... 68

4.4.4 Poster ... 69

4.4.5 Brosur ... 70

4.4.6 Iklan Majalah ... 72

4.4.7 Invitation ... 73

4.4.8 Umbul-umbul ... 74


(5)

Universitas Kristen Maranatha ix

4.4.10 Acrylic stand... 75

4.4.11 Gimmick ... 76

BAB V PENUTUP ... 78

5.1 Simpulan ... 78

5.2 Saran ... 78

DAFTAR PUSTAKA ... 79

DATA PENULIS ... 119


(6)

Universitas Kristen Maranatha x

DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1 Colour Wheel ... 9

Gambar 3.1 Sajian Rijsttafel dalam rumah orang Belanda ... 14

Gambar 3.2 Jongos menyajikan hidangan Rijsttafel di Hotel Des Indes ... 16

Gambar 3.3 Logo Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Bandung ... 17

Gambar 3.4 Ruang makan dengan meja empat kursi ... 20

Gambar 3.5 Meja Klasik ... 21

Gambar 3.6 Iklan Jadul dengan Bahasa Belanda ... 21

Gambar 3.7 Rak Piring ... 22

Gambar 3.8 Peralatan Makan Zaman Kolonial Belanda ... 22

Gambar 3.9 Logo Savoy Homann Bidakara Hotel ... 24

Gambar 3.10 Savoy Homann Bidakara Hotel ... 25

Gambar 3.11 Peralatan Makan Malam Saat Konferensi Asia Afrika ... 26

Gambar 3.12 Sendok, Garpu, dan Pisau ... 27

Gambar 3.13 Gelas Kaca ... 27

Gambar 3.14 Pisin dan Tempat Saus ... 28

Gambar 3.15 Cangkir dan Teko ... 28

Gambar 3.16 Garden Restaurant Savoy Homann... 29

Gambar 3.17 Iklan Promo Rijsttafel Savoy Homann ... 30

Gambar 3.18 Hotel Tugu Kunstkring Paleis ... 31

Gambar 3.19 Ruang Makan Utama Tugu Kunstkring Paleis ... 32

Gambar 3.20 Menu Betawi Rijsttafel ala Tugu Kunstkring Paleis ... 33

Gambar 3.21 Sate Lembut Betawi ... 33

Gambar 3.22 Sayur Gambas Udang ... 34

Gambar 3.23 Sambal Ijo Teri ... 34

Gambar 3.24 Sambal Bajak ... 35

Gambar 3.25 Sambal Matah ... 35

Gambar 3.26 Sambal Bawang ... 36


(7)

Universitas Kristen Maranatha xi

Gambar 3.28 Ruang Makan Oasis Restaurant ... 37

Gambar 3.29 Pelayan Wanita dengan Kostum Kebaya... 39

Gambar 3.30 Hidangan Rijstafel di Oasis Restaurant ... 39

Gambar 3.31 Soto Mie ... 40

Gambar 3.32 Nasi Tutug Oncom... 40

Gambar 3.33 Sate Sapi ... 41

Gambar 3.34 Acar Sayur ... 41

Gambar 3.35 Promosi Rijsttafel Tugu Kunstkring Paleis Hotel ... 48

Gambar 3.36 Promosi Braga culinary night ... 49

Gambar 4.1 Stilasi Tulip dan Daun Pisang ... 55

Gambar 4.2 Pelayan ... 56

Gambar 4.3 Pelanggan ... 56

Gambar 4.4 Ornamen Art deco ... 57

Gambar 4.5 Timeline ... 58

Gambar 4.6 Logo Rijsttafel bandung culinary ... 63

Gambar 4.7 Ukuran Logo Minimum ... 64

Gambar 4.8 Logo Grid Rijsttafel ... 64

Gambar 4.9 Logo Grid Bandung Culinary ... 65

Gambar 4.10 Logo Space Rijsttafel bandung culinary ... 65

Gambar 4.11 Merubah Warna Logo ... 65

Gambar 4.12 Aplikasi yang Tidak Diperbolehkan ... 66

Gambar 4.13 Website ... 67

Gambar 4.14 Facebook ... 68

Gambar 4.15 Twitter ... 68

Gambar 4.16 Poster ... 69

Gambar 4.17 Brosur ... 71

Gambar 4.18 Iklan Majalah ... 72

Gambar 4.19 Invitation ... 73

Gambar 4.20 Umbul-Umbul ... 74

Gambar 4.21 Placemate ... 75


(8)

Universitas Kristen Maranatha xii Gambar 4.23 Alas Gelas ... 76 Gambar 4.24 Postcard ... 77


(9)

Universitas Kristen Maranatha xiii

DAFTAR TABEL Tabel 3.1 Persentase keturunan Belanda ... 42

Tabel 3.2 Persentase pengenalan kebudayaan indis ... 43

Tabel 3.3 Persentase pengenalan Rijsttafel ... 43

Tabel 3.4 Persentase asal pengenalan Rijsttafel ... 44

Tabel 3.5 Persentase ciri khas Rijsttafel ... 44

Tabel 3.6 Persentase ketertarikan masyarakat ... 45

Tabel 3.7 Persentase alasan tidak tertarik... 45

Tabel 3.8 Persentase memunculkan wisata kuliner Rijsttafel ... 46

Tabel 3.9 Persentase media promosi ... 46


(10)

Universitas Kristen Maranatha 1

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kebudayaan Indis mulai meluas dan mempengaruhi kehidupan masyarakat Indonesia sejak akhir abad ke-19 sampai abad ke-20. (Rahman, 2011:56) Salah satu kebudayaan indis yang pernah menjadi daya tarik bagi para turis Eropa yaitu Rijsttafel, budaya makan pada masa kolonial Belanda. Istilah Risttafel disematkan orang-orang Belanda untuk jamuan hidangan Indonesia yang ditata komplet di atas meja makan. (Ganie, 2003:250) Mulai tahun 1920 budaya makan Rijsttafel ini menjadi sebuah ikon wisata yang dapat dijumpai pada hotel-hotel di daerah Jawa seperti Hotel Des Indes dan Hotel Koningsplein di Batavia, Hotel Savoy Homann di Bandung, Hotel Belle Vue di Buitenzorg (Bogor), Grand Hotel Ngamplang dan Hotel Tjisoeroepan di Garut, Grand Hotel De Djogja dan Hotel Toegoe di Yogyakarta, Grand Hotel Tosari di Tosari, Jawa Timur, serta Hotel Nangkodjadjar di Lawang, Jawa Timur. Hotel-hotel tersebut dengan bangganya mempersembahkan sajian Rijsttafel ini dalam ruang makan mereka. Banyak turis-turis Eropa yang datang ke hotel tersebut dan tidak sedikit pula yang terkesan atas sajian Rijsttafel itu. Mereka yang datang takjub akan hidangan Rijsttafel yang penuh dengan cita rasa yang nikmat dan merekapun begitu berselera.

Rijsttafel tidak hanya sekedar budaya makan namun di dalamnya terkandung akulturasi 4 budaya seperti budaya Belanda, Indonesia, China, dan India baik dari penyajian makanan maupun hidangan yang disajikan. Banyaknya bermunculan hotel-hotel yang menyajikan Rijsttafel di ruang-ruang makan mereka menunjukkan bahwa Rijsttafel ini mempunyai nilai jual dalam menarik minat para turis untuk berkunjung ke pulau Jawa.

Dalam buku yang berjudul Rijsttafel, Fadly Rahman mengemukakan bahwa budaya kuliner Rijsttafel ini mempunyai nilai yang mempengaruhi perkembangan budaya makan di wilayah Jawa. Namun pada tahun 1942 akibat memanasnya situasi dan


(11)

Universitas Kristen Maranatha 2 kondisi politik menjelang invasi dan pendudukan Jepang, popularitas Rijsttafel yang sedang memuncak pada masa kolonial Belanda menjadi redup. Pendudukan Jepang juga memunculkan sikap permusuhan terhadap segala bentuk budaya dan kebiasaan hidup orang Belanda. Repatriasi (kepulangan) orang-orang Belanda ke negeri asalnya pun menjadi faktor lunturnya kebudayaan Indis. (Rahman, 2011:84-85) Walaupun popularitas Rijsttafel ini mulai meredup, turis-turis Eropa pun tetap menanti-nantikannya. Perpaduan budaya yang hebat baik dalam aspek penyajian maupun hidangan tidak dapat dilupakan. Cita rasa hidangan Indonesia yang penuh dengan rempah-rempah masih ada dalam benak mereka. Sehingga membuat budaya kuliner Rijsttafel ini begitu bernilai.

Oleh karena adanya percampuran budaya-budaya dalam Rijsttafel menyebabkan budaya kuliner ini begitu unik dan menarik adanya. Nilai-nilai yang terkandung di dalamnya menjadi hal yang perlu kita pertahankan. Budaya kuliner Rijsttafel pun sudah menjadi bagian dari milik kita yang sudah seharusnya kita banggakan. Namun tidak sedikit dari generasi kita yang mengetahuinya. Sehingga sangat penting untuk memperkenalkannya kembali mengingat budaya akulturasi Rijsttafel merupakan bagian dari budaya kita.

Untuk itu diperlukan sebuah promosi yang dapat mengangkat kembali budaya makan Rijsttafel di Bandung agar masyarakat Bandung dapat mengetahui keberadaan salah satu budaya kita yang pernah marak sebelumnya. Promosi ini diharapkan dapat menjadi sebuah media yang efektif dalam memberikan sumber informasi tentang Rijsttafel agar masyarakat Bandung mengenalnya dan menjadikannya salah satu tujuan wisata di Bandung.

1.2 Permasalahan dan Ruang Lingkup

Berdasarkan latar belakang di atas permasalahan yang ditimbulkan adalah bagaimana membuat perancangan media promosi Rijsttafel Bandung Culinary sebagai salah satu tujuan wisata di Bandung?


(12)

Universitas Kristen Maranatha 3 Ruang lingkup permasalahan ini dilakukan di wilayah kota Bandung, Jawa Barat. Segmentasi yang dituju berumur 25 tahun – 40 tahun yang mencintai budaya kuliner dan ingin mencoba hal-hal baru dalam dunia kuliner.

1.3 Tujuan Perancangan

Perancangan DKV ini bertujuan agar budaya kuliner Rijsttafel tetap dipertahankan eksistensinya sehingga dapat menjadi salah satu tujuan wisata kuliner di Bandung.

1.4 Sumber dan Teknik Pengumpulan Data

Dalam menambah dan memperkuat data-data, penulis mengumpulkan sumber materi yang terkait terhadap topik Rijsttafel dengan cara-cara sebagai berikut:

1. Observasi

Observasi merupakan teknik pengumpulan dengan melakukan pengamatan secara langsung ke objek penelitian untuk melihat dari dekat kegiatan yang dilakukan. Observasi ini dilakukan untuk mengetahui keadaan-keadaan yang terjadi saat ini sehingga didapati data-data yang berupa kesimpulan dari hasil pengamatan secara langsung terhadap objek yang dituju. Observasi ini dilakukan pada hotel-hotel dan resto-resto yang memiliki nuansa zaman kolonial Belanda dan masih melayani hidangan Rijsttafel.

2. Wawancara

Wawancara dilakukan untuk mengetahui hal-hal yang lebih mendalam tentang partisipan dalam menginterprestasikan situasi dan fenomena yang terjadi yang tidak mungkin bisa ditemukan dalam observasi. Dengan metode ini memungkinkan dapat menggali lebih dalam tentang topik Rijsttafel yang diangkat sehingga memperoleh informasi-informasi secara mendalam. Tatap langsung dengan informan dan tanya jawab menyebabkan informasi lebih spesifik. Adapun masukan dari informan yang didapat dengan metode ini sehingga sangat membantu penyelesaian Tugas Akhir ini.


(13)

Universitas Kristen Maranatha 4 Indonesia Masa Kolonial 1870-1942” dan bapak Achmad selaku supervisor pada restoran Indischetafel yang memang mengusung tema zaman kolonial Belanda dalam konsep restonya.

3. Studi Pustaka

Teknik pengumpulan data dengan mengadakan studi penelaahan terhadap buku-buku, literatur-literatur, catatan-catatan, dan laporan-laporan yang ada hubungannya dengan masalah yang dipecahkan ini merupakan metode yang penting untuk mendapatkan data-data yang dapat dipercaya. Penulis menggunakan buku-buku sebagai referensi sebagai pelengkap data-data yang diperlukan. Buku utama yang dipegang penulis dalam menyelesaikan tugas akhir ini yaitu “Rijsttafel: Budaya Kuliner di Indonesia Masa Kolonial 1870-1942” karya Fadly Rahman tahun 2011. 4. Kuesioner

Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawab. Kuesioner ini dibagikan kepada 100 responden yang berusia 25 – 40 tahun di Bandung untuk mengetahui informasi yang diperlukan untuk memperkuat fakta yang ada.


(14)

Universitas Kristen Maranatha 5

1.5 Skema Perancangan

Budaya Kuliner Rijsttafel

Latar Belakang

Rijsttafel merupakan perpaduan 4 budaya yakni Indonesia, Belanda, China, dan India yang menjadi ikon wisata pada abad ke-19.

Pendudukan Jepang dan panasnya situasi kondisi politik menyebabkan redupnya Rijsttafel.

Rijsttafel memiliki nilai-nilai yang patut dipertahankan. Rijsttafel Tidak lagi dikenal oleh masyarakat Bandung.

Data Observasi Wawancara Studi Pustaka Kuisioner Target Market Usia 25 – 40 tahun Pecinta budaya kuliner Teori Promosi Event Website Media Sosial Poster Pemecahan Masalah

Promosi Rijsttafel Bandung Culinary

Konsep Komunikasi Elegan, Mewah, Modern, Akulturasi

Budaya, Nostalgia

Konsep Kreatif Ilustrasi vektor, Foto kuliner, Tipografi Art Deco, Warna emas hitam,

Ornamen Art Deco

Konsep Media

Website, Media Sosial,

Poster, Brosur, Billboard, Iklan Majalah, Invitation, Umbul-umbul, Placemate,

Acrylic Stand

Tujuan

Masyarakat Bandung yang mengenal Rijsttafel sehingga eksistensinya dapat dipertahankan menjadi tujuan wisata kuliner di Bandung


(15)

Universitas Kristen Maranatha 78

BAB V PENUTUP 5.1 Simpulan

Promosi Rijsttafel Bandung Culinary merupakan sebuah metode yang dapat dipakai dalam mengangkat kembali budaya makan Rijsttafel hasil akulturasi Belanda, Indonesia, China, dan India yang kurang diminati dan dikenal oleh generasi zaman sekarang ini terutama bagi masyarakat Bandung yang bahkan ironisnya dulu sangat kental dengan budaya ini. Pendekatan visualisasi yang elegan, mewah, dan modern, serta mengangkat akulturasi yang unik dan nuansa nostalgia yang dapat dilihat dari gaya Art Deco yang digunakan, sesuai dengan selera masyarakat yang memiliki usia 25-40 tahun menengah ke atas sehingga promosi ini dapat lebih diterima dan efektif. Diharapkan dengan adanya promosi ini, Rijsttafel dapat menjadi salah satu bagian dari tujuan wisata masyarakat di kota Bandung.

5.2 Saran

 Fotografi kuliner kurang maksimal karena tidak begitu dapat menampilkan kemewahan.

 Info pelaksanaan acara sebaiknya dicantumkan juga di brosur agar masyarakat dapat mengetahui kapan acara itu dilakukan.


(16)

Universitas Kristen Maranatha 79

DAFTAR PUSTAKA

Pustaka Buku

Koentjaraningrat. 1993. Kebudayaan, Mentalitet, dan Pembangunan. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Rahman, Fadly. 2011. Rijsttafel: Budaya Kuliner di Indonesia Masa Kolonial 1870 – 1942. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.

Soekiman, Djoko. 2011. Kebudayaan Indis dari Zaman Kompeni sampai Revolusi. Jakarta : Komunitas Bambu.

Suratno, Pardi. 2013. Masyarakat Jawa & Budaya Barat. Yogyakarta: Adi Wacana.

Pustaka Internet

(http://tagorbiber.blogspot.com/2011/10/kebudayaan-indis.html, diakses pada 11 Februari 2014, 17.25)

(http://ardella230691.blogspot.com/2011/10/kebudayaan-indis.html, diakses pada 11 Februari 2014, 17.25)

(http://www.infoakademika.com/kebudayaan-indis-dari-zaman-kompeni-sampai-revolusi-djoko-soekiman/, diakses pada 11 Februari 2014, 17.30)

(http://serbasejarah.wordpress.com/2009/04/06/budaya-indis-jawa-bukan-belanda-bukan/, diakses pada 11 Februari 2014, 18.00)

(file.upi.edu/ diakses pada 11 Februari 2014, 18.15)

(http://www.suaramerdeka.com/v1/index.php/read/kejawen/2013/01/03/621/Kebuda yaan-Indis-Perkawinan-Budaya, diakses pada 11 Februari 2014, 18.17)

(http://seilfiah.blogspot.com/2011/10/kebudayaan-indis.html, diakses pada 11 Februari 2014, 18.25)


(17)

Universitas Kristen Maranatha 80 (http://online1pemasaran.blogspot.com/2009/05/konsep-promosi.html, diakses pada

12 Februari 2014, 21.00)

(http://www.scribd.com/doc/27877468/Menurut-Philip-Kotler, diakses pada 12 Februari 2014, 21.45)

(http://dirarahimsyah.blogspot.com/2013/03/koentjaraningrat-3-wujud-dalam-7-unsur.html, diakses pada 12 Februari 2014, 22.10)

(http://muhamadganifharuman.blogspot.com/2012/03/pengertian-kebudayaan-dan-7-unsur.html, diakses pada 12 Februari 2014, 22.25)

(http://sejarahsemarang.wordpress.com/2013/04/14/akulturasi-budaya/, diakses pada 12 Februari 2014, 22.40)

(http://sejarahsemarang.wordpress.com/2013/04/14/akulturasi-budaya/, diakses pada 12 Februari 2014, 23.50)

(http://www.tuguhotels.com/restaurants/jakarta/kunstkring/vip-rooms/vip-rijsttafel/, diakses pada 14 Februari 2014, 20.50)

(http://www.oasisjakarta.com/rijsttafel/, diakses pada 14 Februari 2014, 21.10)

(http://jabar.tribunnews.com/2012/11/06/menikmati-cara-makan-ala-belanda-di-homann, diakses pada 14 Februari 2014, 23.00)

(http://archive.today/1BeJ, diakses pada 15 Februari 2014, 16.30)

(http://blog.tuguhotels.com/rijsttafel-betawi/, diakses pada 15 Februari 2014, 20.15) (http://tempodoeloe.com/2011/09/18/makan-besar-itu-bernama-rijsttafel/, diakses

pada 16 Februari 2014, 21.30)

(http://arespendil.com/?p=207, diakses pada 17 Februari 2014, 23.00)

(https://www.facebook.com/pages/Rijsttafel/108194215872264#, diakses pada 17 Februari 2014, 23.50)


(18)

Universitas Kristen Maranatha 81

(http://pendidikan4sejarah.blogspot.com/2013/05/juru-masak-dan-rijsttafel-masa-kolonial.html, diakses pada 17 Februari 2014, 00.12)

(http://www.thericetable.com/events.php, diakses pada 17 Februari 2014, 01.10) (http://abc7chicago.com/archive/8757741/, diakses pada 17 Februari 2014, 01.25) (http://jelajahbudaya.blogspot.com/, diakses pada 17 Februari 2014, 01.27) (http://komunitasjelajahbudaya.wordpress.com/event-agenda-trip/agenda-2013/,

diakses pada 17 Februari 2014, 01.27)

(http://www.waspada.co.id/index.php?option=com_content&view=article&id=21591 9:warna-si-pembangkit-selera-makan&catid=54:gaya-hidup&Itemid=84, diakses pada 20 Februari 2014, 01.17)

(http://www.fonts.com/content/learning/fyti/typefaces/art-deco, diakses pada 22 Februari 2014, 19.30)

(http://www.fonts.com/font/itc/itc-anna, diakses pada 22 Februari 2014, 20.45) (http://www.fonts.com/font/mark-simonson-studio/coquette, diakses pada 22


(1)

Universitas Kristen Maranatha 4 Indonesia Masa Kolonial 1870-1942” dan bapak Achmad selaku supervisor pada restoran Indischetafel yang memang mengusung tema zaman kolonial Belanda dalam konsep restonya.

3. Studi Pustaka

Teknik pengumpulan data dengan mengadakan studi penelaahan terhadap buku-buku, literatur-literatur, catatan-catatan, dan laporan-laporan yang ada hubungannya dengan masalah yang dipecahkan ini merupakan metode yang penting untuk mendapatkan data-data yang dapat dipercaya. Penulis menggunakan buku-buku sebagai referensi sebagai pelengkap data-data yang diperlukan. Buku utama yang dipegang penulis dalam menyelesaikan tugas akhir ini yaitu “Rijsttafel: Budaya Kuliner di Indonesia Masa Kolonial 1870-1942” karya Fadly Rahman tahun 2011. 4. Kuesioner

Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawab. Kuesioner ini dibagikan kepada 100 responden yang berusia 25 – 40 tahun di Bandung untuk mengetahui informasi yang diperlukan untuk memperkuat fakta yang ada.


(2)

Universitas Kristen Maranatha 5 1.5 Skema Perancangan

Budaya Kuliner Rijsttafel

Latar Belakang

Rijsttafel merupakan perpaduan 4 budaya yakni Indonesia, Belanda, China,

dan India yang menjadi ikon wisata pada abad ke-19.

Pendudukan Jepang dan panasnya situasi kondisi politik menyebabkan redupnya Rijsttafel.

Rijsttafel memiliki nilai-nilai yang patut dipertahankan. Rijsttafel Tidak lagi dikenal oleh masyarakat Bandung.

Data Observasi Wawancara Studi Pustaka Kuisioner Target Market Usia 25 – 40 tahun Pecinta budaya kuliner Teori Promosi Event Website Media Sosial Poster Pemecahan Masalah

Promosi Rijsttafel Bandung Culinary

Konsep Komunikasi Elegan, Mewah, Modern, Akulturasi

Budaya, Nostalgia

Konsep Kreatif

Ilustrasi vektor, Foto kuliner, Tipografi Art Deco, Warna emas hitam,

Ornamen Art Deco

Konsep Media

Website, Media Sosial, Poster, Brosur, Billboard, Iklan Majalah, Invitation, Umbul-umbul, Placemate,

Acrylic Stand

Tujuan

Masyarakat Bandung yang mengenal Rijsttafel sehingga eksistensinya dapat dipertahankan menjadi tujuan wisata kuliner di Bandung


(3)

Universitas Kristen Maranatha 78 BAB V

PENUTUP 5.1 Simpulan

Promosi Rijsttafel Bandung Culinary merupakan sebuah metode yang dapat dipakai dalam mengangkat kembali budaya makan Rijsttafel hasil akulturasi Belanda, Indonesia, China, dan India yang kurang diminati dan dikenal oleh generasi zaman sekarang ini terutama bagi masyarakat Bandung yang bahkan ironisnya dulu sangat kental dengan budaya ini. Pendekatan visualisasi yang elegan, mewah, dan modern, serta mengangkat akulturasi yang unik dan nuansa nostalgia yang dapat dilihat dari gaya Art Deco yang digunakan, sesuai dengan selera masyarakat yang memiliki usia 25-40 tahun menengah ke atas sehingga promosi ini dapat lebih diterima dan efektif. Diharapkan dengan adanya promosi ini, Rijsttafel dapat menjadi salah satu bagian dari tujuan wisata masyarakat di kota Bandung.

5.2 Saran

 Fotografi kuliner kurang maksimal karena tidak begitu dapat menampilkan kemewahan.

 Info pelaksanaan acara sebaiknya dicantumkan juga di brosur agar masyarakat dapat mengetahui kapan acara itu dilakukan.


(4)

Universitas Kristen Maranatha 79 DAFTAR PUSTAKA

Pustaka Buku

Koentjaraningrat. 1993. Kebudayaan, Mentalitet, dan Pembangunan. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Rahman, Fadly. 2011. Rijsttafel: Budaya Kuliner di Indonesia Masa Kolonial 1870 – 1942. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.

Soekiman, Djoko. 2011. Kebudayaan Indis dari Zaman Kompeni sampai Revolusi. Jakarta : Komunitas Bambu.

Suratno, Pardi. 2013. Masyarakat Jawa & Budaya Barat. Yogyakarta: Adi Wacana.

Pustaka Internet

(http://tagorbiber.blogspot.com/2011/10/kebudayaan-indis.html, diakses pada 11 Februari 2014, 17.25)

(http://ardella230691.blogspot.com/2011/10/kebudayaan-indis.html, diakses pada 11 Februari 2014, 17.25)

(http://www.infoakademika.com/kebudayaan-indis-dari-zaman-kompeni-sampai-revolusi-djoko-soekiman/, diakses pada 11 Februari 2014, 17.30)

(http://serbasejarah.wordpress.com/2009/04/06/budaya-indis-jawa-bukan-belanda-bukan/, diakses pada 11 Februari 2014, 18.00)

(file.upi.edu/ diakses pada 11 Februari 2014, 18.15)

(http://www.suaramerdeka.com/v1/index.php/read/kejawen/2013/01/03/621/Kebuda yaan-Indis-Perkawinan-Budaya, diakses pada 11 Februari 2014, 18.17)

(http://seilfiah.blogspot.com/2011/10/kebudayaan-indis.html, diakses pada 11 Februari 2014, 18.25)


(5)

Universitas Kristen Maranatha 80 (http://online1pemasaran.blogspot.com/2009/05/konsep-promosi.html, diakses pada

12 Februari 2014, 21.00)

(http://www.scribd.com/doc/27877468/Menurut-Philip-Kotler, diakses pada 12 Februari 2014, 21.45)

(http://dirarahimsyah.blogspot.com/2013/03/koentjaraningrat-3-wujud-dalam-7-unsur.html, diakses pada 12 Februari 2014, 22.10)

(http://muhamadganifharuman.blogspot.com/2012/03/pengertian-kebudayaan-dan-7-unsur.html, diakses pada 12 Februari 2014, 22.25)

(http://sejarahsemarang.wordpress.com/2013/04/14/akulturasi-budaya/, diakses pada 12 Februari 2014, 22.40)

(http://sejarahsemarang.wordpress.com/2013/04/14/akulturasi-budaya/, diakses pada 12 Februari 2014, 23.50)

(http://www.tuguhotels.com/restaurants/jakarta/kunstkring/vip-rooms/vip-rijsttafel/, diakses pada 14 Februari 2014, 20.50)

(http://www.oasisjakarta.com/rijsttafel/, diakses pada 14 Februari 2014, 21.10)

(http://jabar.tribunnews.com/2012/11/06/menikmati-cara-makan-ala-belanda-di-homann, diakses pada 14 Februari 2014, 23.00)

(http://archive.today/1BeJ, diakses pada 15 Februari 2014, 16.30)

(http://blog.tuguhotels.com/rijsttafel-betawi/, diakses pada 15 Februari 2014, 20.15) (http://tempodoeloe.com/2011/09/18/makan-besar-itu-bernama-rijsttafel/, diakses

pada 16 Februari 2014, 21.30)

(http://arespendil.com/?p=207, diakses pada 17 Februari 2014, 23.00)

(https://www.facebook.com/pages/Rijsttafel/108194215872264#, diakses pada 17 Februari 2014, 23.50)


(6)

Universitas Kristen Maranatha 81

(http://pendidikan4sejarah.blogspot.com/2013/05/juru-masak-dan-rijsttafel-masa-kolonial.html, diakses pada 17 Februari 2014, 00.12)

(http://www.thericetable.com/events.php, diakses pada 17 Februari 2014, 01.10) (http://abc7chicago.com/archive/8757741/, diakses pada 17 Februari 2014, 01.25) (http://jelajahbudaya.blogspot.com/, diakses pada 17 Februari 2014, 01.27) (http://komunitasjelajahbudaya.wordpress.com/event-agenda-trip/agenda-2013/,

diakses pada 17 Februari 2014, 01.27)

(http://www.waspada.co.id/index.php?option=com_content&view=article&id=21591 9:warna-si-pembangkit-selera-makan&catid=54:gaya-hidup&Itemid=84, diakses pada 20 Februari 2014, 01.17)

(http://www.fonts.com/content/learning/fyti/typefaces/art-deco, diakses pada 22 Februari 2014, 19.30)

(http://www.fonts.com/font/itc/itc-anna, diakses pada 22 Februari 2014, 20.45) (http://www.fonts.com/font/mark-simonson-studio/coquette, diakses pada 22