Penerapan Perencanaan Pajak untuk Meminimalkan Pajak Pertambahan Nilai Terutang pada Perusahaan Ritel : Studi Kasus pada Perusahaan Ritel "X" di Bandung.

(1)

ABSTRACT

This research aims is to examine the difference of VAT Payable before and after doing the tax planning. The research conducted in the retail company which is located at Soekarno-Hatta road, Bandung. The company's main activity is the selling of household appliances. The research uses case study method with Paired Sample T-Test analysis. Data were conducted with interview and documentation. Based on the result, it can be concluded that there is no difference of VAT Payable before and after doing the tax planning.


(2)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya perbedaan sebelum dan sesudah dilakukannya perencanaan pajak terhadap PPN terutang. Penelitian dilakukan di Perusahaan retail “x” yang terletak di jalan Soekarno-Hatta, Bandung. Aktivitas utama perusahaan adalah penjualan alat-alat kebutuhan rumah tangga. Metode yang digunakan peneliti adalah penelitian lapangan dalam bentuk studi kasus, dengan teknik pengumpulan data yang digunakan adalah dengan cara melakukan wawancara, penelitian lapangan, serta dokumentasi. Pengujian hipotesis

menggunakan paired sample T-Test, dengan menggunakan data transaksi penjualan

dan pembelian barang. Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan antara sebelum dan sesudah dilakukannya perencanaan pajak terhadap PPN terutang.


(3)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

SURAT PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ... iii

SURAT PERNYATAAN PUBLIKASI LAPORAN PENELITIAN ... iv

KATA PENGANTAR ... v

ABSTRACT ... vii

ABSTRAK ... viii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR TABEL ... xiv

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 6

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian ... 6

1.4 Kegunaan Penelitian ... 7

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Pustaka... 8

2.1.1 Pajak ... 8

2.1.1.1 Definisi Pajak ... 8

2.1.1.2 Pungutan Lain Selain Pajak ... 10

2.1.1.3 Fungsi Pajak ... 11

2.1.1.4 Syarat Pemungutan Pajak ... 12

2.1.1.5 Teori-Teori Yang Mendukung Pemungutan Pajak ... 13

2.1.1.6 Pengelompokkan Pajak ... 14

2.1.1.7 Tata Cara Pemungutan Pajak ... 15


(4)

2.1.2 PPN ... 20

2.1.2.1 Dasar Hukum PPN ... 21

2.1.2.2 Legal Karakter Pajak Pertambahan Nilai Indonesia ... 21

2.1.2.2.1 PPN Adalah Pajak Tidak Langsung ... 21

2.1.2.2.2 PPN Adalah Pajak Objektif ... 22

2.1.2.2.3 PPN Bersifat Mutli Stage Levy... 22

2.1.2.2.4 Penghitungan PPN Terutang untuk Dibayar ke Kas Negara Menggunakan Indirect Method 22 2.1.2.2.5 PPN Bersifat Non Kumulatif ... 23

2.1.2.2.6 PPN Indonesia Menganut Tarif Tunggal ... 24

2.1.2.2.7 PPN Adalah Pajak Atas Konsumsi Dalam Negeri ... 24

2.1.2.2.8 PPN yang Diterapkan di Indonesia Adalah PPN Tipe Konsumsi ... 25

2.1.2.3 Objek Pajak ... 25

2.1.2.3.1 Penyerahan Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak di Dalam Daerah Pabean yang Dilakukan oleh Pengusaha ... 27

2.1.2.3.2 Impor Barang Kena Pajak (BKP) ... 40

2.1.2.3.3 Pemanfaatan Barang Kena Pajak Tidak Berwujud atau Jasa Kena Pajak dari Luar Daerah Pabean di Dalam Daerah Pabean ... 41

2.1.2.3.4 Ekspor Barang Kena Pajak Berwujud yang Dilakukan oleh Pengusaha Kena Pajak 41 2.1.2.3.5 Ekspor Barang Kena Pajak Tidak Berwujud 42 2.1.2.3.6 Ekspor Jasa Kena Pajak ... 43

2.1.2.4 Subjek Pajak... 44

2.1.2.4.1 Pengusaha dan Pengusaha Kena Pajak ... 44

2.1.2.4.2 Pengusaha Kecil ... 45

2.1.2.4.3 Kewajiban Pengusaha Kena Pajak ... 46

2.1.2.4.4 Bentuk Kerja Sama Operasi ... 47

2.1.2.5 Dasar Pengenaan Pajak dan Tarif PPN ... 47

2.1.2.5.1 Dasar Pengenaan Pajak ... 47

2.1.2.5.2 Beberapa Pengertian Dasar Pengenaan Pajak 47 2.1.2.5.3 Tarif PPN ... 50


(5)

2.1.2.6 Pemungut Pajak Pertambahan Nilai... 50

2.1.2.6.1 Pemungut Pajak Pertambahan Nilai... 50

2.1.2.6.2 Mekanisme Pemungutan, Penyetoran, dan Pelaporan Pemungut PPN ... 51

2.1.2.7 Faktur Pajak ... 55

2.1.2.7.1 Dasar Hukum dan Kewajiban Membuat Faktur Pajak ... 55

2.1.2.7.2 Faktur Pajak ... 55

2.1.2.7.2.1 Kode dan Nomor Seri Faktur Pajak 57 2.1.2.7.2.2 Tata Cara Penggunaan Kode Transaksi pada Faktur Pajak ... 58

2.1.2.7.2.3 Tata Cara Penggunaan Kode Status pada Faktur Pajak ... 63

2.1.2.7.2.4 Tata Cara Penggunaan Nomor Seri Faktur Pajak ... 63

2.1.3 Manajemen Pajak ... 64

2.1.3.1 Perencanaan Pajak ... 65

2.1.3.2 Motivasi Dilakukannya Perencanaan Pajak ... 66

2.1.3.3 Tahapan dalam Membuat Perencanan Pajak ... 69

2.1.3.4 Perencanaan Pajak atas Pajak Pertambahan Nilai ... 71

2.1.3.5 Pengkreditan Pajak Masukan ... 71

2.2 Rerangka Pemikiran ... 73

2.3 Hipotesis ... 75

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1.Objek Penelitian ... 76

3.1.1 Sejarah Singkat Perusahaan... 76

3.1.2 Sistem Penjualan... 77

3.1.3 Struktur Organisasi ... 77

3.2.Jenis Penelitian ... 79

3.3.Teknik Pengumpulan Data ... 79


(6)

3.4.1 Paired Sample T-Test ... 80

3.4.2 Pengujian Hipotesis ... 80

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Pembahasan ... 82

4.1.1 Perencanaan Pajak ... 82

4.1.2 Data Pajak Pertambahan Nilai ... 83

4.1.3 Perencanaan Pajak dengan Memaksimalkan Pajak Masukan yang dapat Dikreditkan ... 103

4.1.4Perencanaan Pajak dengan Mengkreditkan Pajak Masukan pada Periode Berikutnya ... 103

4.2 Hasil Penelitian ... 105

4.2.1 Paired Sample T-Test analisis ... 105

BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan ... 108

5.2 Keterbatasan Penelitian ... 109

5.2 Saran ... 109

DAFTAR PUSTAKA ... 110 LAMPIRAN


(7)

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran ... 75


(8)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 4.1 Daftar Pajak Masukan PPN Sebelum Tax Planning Januari 2012 ... 83

Tabel 4.2 Daftar Pajak Masukan PPN Sebelum Tax Planning Februari 2012 ... 94

Tabel 4.3 Rekap Perhitungan Sebelum Dilakukan Perhitungan Perencanaan Pajak Januari dan Februari 2012 ... 105

Tabel 4.4 Rekap Perhitungan Sesudah Dilakukan Perhitungan Perencanaan Pajak Januari dan Februari 2012 ... 106

Tabel 4.5 Tabel Hasil Perhitungan Sebelum dan Sesudah Perencanaan Pajak ... 107

Tabel 4.6 Paired Sample Statistic ... 107

Tabel 4.7 Paired Sample Correlations ... 108


(9)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan negara yang terbesar. Salah satu jenis pajak yang turut berperan dalam penerimaan negara adalah Pajak Pertambahan Nilai (PPN). PPN dikatakan memiliki peranan yang strategis dan signifikan dalam porsi penerimaan negara dari sektor perpajakan (www.pajak.go.id). Hal ini dapat terlihat dari besarnya total target penerimaan pajak yang telah ditetapkan. Target yang telah ditetapkan yaitu sebesar Rp 1.016.000.000.000.000,00., sedangkan untuk penerimaan pajak yang berasal dari PPN ditetapkan sebesar Rp 336.100.000.000.000,00 atau sebesar 33,08%. Penerimaan pajak yang berasal dari PPN sendiri pada tahun 2012 menjadi primadona, karena target yang ditetapkan sebesar Rp 336.100.000.000.000,00 dalam APBN-P (Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan) terlampaui menjadi Rp 337.600.000.000.000,00 (bisniskeuangan.kompas.com).

Pajak Pertambahan Nilai (PPN) di Indonesia baru diterapkan pada 1 April 1985 untuk menggantikan Pajak Penjualan (PPn) yang telah berlaku sejak tahun 1951. PPN menggantikan peranan PPn di Indonesia, karena PPN memiliki beberapa karakter positif yang tidak dimiliki PPn. PPN dapat diartikan sebagai pajak yang dikenakan atas pertambahan nilai setiap peredaran Barang Kena Pajak dan pemanfaatan Jasa Kena Pajak baik di dalam wilayah Indonesia maupun dari luar daerah Pabean, dari produsen ke konsumen. Pengenaan PPN berkaitan erat dengan proses konsumsi. Siapapun yang mengonsumsi barang atau jasa yang termasuk objek


(10)

BAB I PENDAHULUAN 2

PPN, akan diperlakukan sama dan wajib membayar PPN atas konsumsi barang atau jasa tersebut.

Menurut Resmi (2008:8) salah satu yang termasuk dalam subjek pajak adalah Pengusaha Kena Pajak (PKP). Pengusaha Kena Pajak adalah pengusaha yang melakukan penyerahan BKP dan/atau penyerahan JKP yang dikenakan pajak. Berdasarkan UU Nomor 42 tahun 2009 tentang PPN dan PPnBM yang termasuk sebagai Pengusaha Kena Pajak adalah:

1. Pabrikan atau produsen;

2. Importir dan indentor;

3. Pengusaha yang mempunyai hubungan istimewa dengan pabrikan atau importir;

4. Agen utama dan penyalur utama pabrikan atau importir;

5. Pemegang hak paten atau merk dagang BKP;

6. Pedagang besar (distributor);

7. Pengusaha yang melakukan hubungan penyerahan barang;

8. Pedagang eceran (peritel)

Penyerahan BKP dan/atau JKP ini erat hubungannya dengan bidang perdagangan. Sebagaimana yang kita ketahui, perdagangan sangat umum terjadi di sekitar kita. Salah satu bidang perdagangan yang sudah tidak asing lagi adalah perdagangan di bidang eceran atau ritel. Usaha di bidang ritel ini merupakan usaha yang cukup baik berkembang di Indonesia. Dari tahun ke tahun usaha ritel mengalami pertumbuhan yang pesat. Pada prakteknya, orang yang melakukan usaha ritel melakukan pembelian barang ataupun produk dalam jumlah besar dari produsen, ataupun importir baik secara langsung ataupun melalui grosir, untuk kemudian dijual kembali dalam jumlah kecil. Hal ini menunjukkan adanya peredaran


(11)

BAB I PENDAHULUAN 3

barang kena pajak dari produsen ke konsumen yang di dalamnya mengandung pengenaan PPN.

Keputusan bisnis sebagian besar dipengaruhi oleh pajak, baik secara langsung maupun tidak langsung. Keputusan bisnis yang baik jika berhubungan dengan pajak bisa menjadi keputusan bisnis yang kurang baik, begitu pula sebaliknya.

Dalam praktik bisnis, umumnya pengusaha mengindentikkan pembayaran pajak sebagai beban sehingga akan berusaha untuk meminimalkan beban tersebut guna mengoptimalkan laba. Pengelolaan kewajiban pajak tersebut sering diasosiasikan dengan suatu elemen dalam manajemen dalam suatu perusahaan yang disebut dengan manajemen pajak. Dalam bukunya, Suandy (2011:6) menyatakan bahwa manajemen pajak adalah sarana untuk memenuhi kewajiban perpajakan dengan benar tetapi jumlah pajak yang dibayar dapat ditekan serendah mungkin untuk memperoleh laba dan likuiditas yang diharapkan.

Tujuan dari manajemen pajak sendiri dapat dicapai melalui fungsi-fungsi

manajemen pajak yang terdiri atas perencanaan pajak (tax planning), pelaksanaan

kewajiban perpajakan (tax implementation), dan pengendalian pajak (tax control).

Menurut Suandy (2011:6) pada umumnya penekanan perencanaan pajak adalah untuk meminimalkan kewajiban pajak, karena pajak merupakan unsur pengurang laba yang tersedia.

Perencanaan Pajak pada umumnya merujuk pada proses merekayasa usaha dan transaksi Wajib Pajak supaya utang pajak berada dalam jumlah yang minimal tetapi masih dalam bingkai peraturan perpajakan. Namun, perencanaan pajak juga dapat berkonotasi positif sebagai perencanaan pemenuhan kewajiban perpajakan secara lengkap, benar, dan tepat waktu sehingga dapat menghindari pemborosan


(12)

BAB I PENDAHULUAN 4

sumber daya. Salah satu penerapan perencanaan pajak yang dapat dilakukan di dalam perusahaan adalah perencanaan pajak atas Pajak Pertambahan Nilai (PPN) (Suandy, 2011:1).

Dalam Suandy (2011;137) dikatakan bahwa perencanaan pajak atas Pajak

Pertambahan Nilai (PPN) dapat dilakukan sebagai berikut:

1. Memaksimalkan PPN masukan yang dapat dikreditkan; perusahaan sebaiknya

memperoleh Barang Kena Pajak (BKP) atau Jasa Kena Pajak (JKP) dari Pengusaha Kena Pajak (PKP), agar pajak masukannya dapat dikreditkan.

2. Dalam hal penjualan, Barang Kena Pajak (BKP) atau Jasa Kena Pajak (JKP)

yang pembayarannya belum diterima, pembuatan faktur pajak bisa ditunda sampai akhir bulan berikutnya setelah penyerahan Barang Kena Pajak (BKP) atau Jasa Kena Pajak (JKP).

Beberapa penelitian yang sebelumnya sudah dilakukan dan mendasari dilakukannya penelitian ini, antara lain, penelitian dari:

No Nama Judul Sumber Simpulan

1

Anne Hartono (2004)

Penerapan Tax

Planning untuk meminimalkan pajak

pertambahan nilai terutang (studi kasus pada PT. X di Surabaya)

Hartono, Anne. 2004.

“Penerapan Tax

Planning untuk meminimalkan pajak pertambahan nilai terutang (studi kasus pada PT. X di

Surabaya)”. Fakultas Ekonomi Program S-1. Universitas Kristen Petra. Surabaya.

Dengan dilakukannya Tax Planning berupa pengkreditan pajak masukan, maka laba bersih perusahaan meningkat sebesar Rp 1.297.143,00 dan hutang PPN

berkurang dari Rp 65.591.199,00 menjadi


(13)

BAB I PENDAHULUAN 5 2 Sonny Wahyu Ariyanto (2007) Pengaruh

Penerapan Tax

Planning atas Pajak

Pertambahan Nilai Terutang yang Lebih Bayar untuk

Menghindari Pemeriksaan Pajak dalam Satu Masa Pajak pada PT "X" di

Surabaya

Ariyanto, Sonny Wahyu. 2007.

“Pengaruh Penerapan Tax Planning atas Pajak Pertambahan Nilai Terutang yang Lebih Bayar untuk Menghindari Pemeriksaan Pajak dalam Satu Masa Pajak pada PT "X" di Surabaya”. Fakultas Ekonomi Program S-1. Universitas Kristen Petra. Surabaya. Dengan melakukan Tax Planning berupa penundaan waktu pelaporan PPN masukan, berhasil memperkecil kompensasi atas pajak lebih bayar dari Rp 13.555.483,00 menjadi Rp 157.092,00 3 Cindy Megasari (2008)

Penerapan Tax

Planning untuk Meminimalkan Pajak

Pertambahan Nilai Terhutang pada PT. Wijaya Karya Beton Wilayah Penjualan 1 Sumatera Utara Medan Megasari, Cindy. 2008. “Penerapan Tax Planning untuk Meminimalkan Pajak Pertambahan Nilai Terhutang pada PT. Wijaya Karya Beton Wilayah Penjualan 1 Sumatera Utara Medan”. Fakultas Ekonomi Program S-1 Ekstensi. Universitas Sumatera Utara. Medan. Dengan dilakukannya Tax Planning, maka laba bersih

perusahaan

meningkat sebesar Rp 1.297.143,00 dan adanya penghematan pajak atas Pajak Pertambahan Nilai sebesar


(14)

BAB I PENDAHULUAN 6

Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian dengan judul PENERAPAN PERENCANAAN PAJAK UNTUK

MEMINIMALKAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI TERUTANG PADA PERUSAHAAN RITEL: STUDI KASUS PADA PERUSAHAAN RITEL “X” DI BANDUNG. Perbedaan penelitian ini dengan peneliti sebelumnya terletak pada objek penelitiannya, dimana penelitian ini mengambil studi kasus pada Perusahaan Ritel. Perusahaan ritel erat hubungannya dengan perdagangan, dimana dalam perdagangan ini terdapat penyerahan BKP (Barang Kena Pajak). Penyerahan atas BKP ini berhubungan langsung dengan Pajak Pertambahan Nilai, karenanya Pajak Pertambahan Nilai merupakan salah satu pajak yang berpengaruh di dalam perusahaan ritel.

1.2. Identifikasi Masalah

Adapun masalah dalam penelitian ini dapat diidentifikasi sebagai berikut: 1. Bagaimana penerapan perencanaan pajak atas PPN yang dilakukan oleh

perusahaan?

2. Apakah penerapan perencanaan pajak dapat meminimalkan PPN terutang?

1.3. Maksud dan Tujuan Penelitian

Maksud dan tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui penerapan perencanaan pajak atas PPN yang dapat dilakukan

oleh perusahaan.

2. Untuk mengetahui sejauh mana penerapan perencanaan pajak pada perusahaan


(15)

BAB I PENDAHULUAN 7

1.4. Kegunaan Penelitian

Adapun penelitian ini diharapkan dapat memberikan kegunaan sebagai berikut:

1. Bagi mahasiswa

Sebagai sarana untuk menambah pengetahuan dan wawasan dalam bidang perpajakan, khususnya pada Perencanaan Pajak untuk meminimalkan Pajak Pertambahan Nilai Terutang.

2. Bagi peneliti lainnya

Diharapkan penelitian ini dapat menjadi bahan masukan ataupuan rujukan apabila ada peneliti lain yang ingin melakukan penelitian mengenai topik perencanaan pajak untuk meminimalkan Pajak Pertambahan Nilai Terutang.

3. Bagi Pengusaha Ritel

Diharapkan perusahaan akan dapat menentukan dan menggunakan perencanaan pajak yang tepat sesuai dengan peraturan perpajakan yang berlaku yaitu Undang Undang No. 42 tahun 2009 tentang Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah.


(16)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan analisis data dan pembahasan atas perencanaan pajak pada PPN yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, maka penulis dapat menarik beberapa kesimpulan yaitu:

1. Perusahaan telah menggunakan perencanaan pajak yang berupa pengkreditan Pajak Masukan sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Selisih dari Pajak Masukan dan Pajak Keluaran inilah yang menjadi PPN terutang yang harus di setorkan oleh perusahaan. Dalam kasus ini, yang banyak terjadi adalah PPN terutang lebih bayar, yaitu dimana Pajak Masukan lebih besar dari pada Pajak Keluarannya. Hal ini meyebabkan PPN terutang lebih bayar dapat di kompensasikan ke masa pajak berikutnya..

2. Perusahaan melakukan pembelian barang kepada supplier yang telah dikukuhkan

sebagai Pengusaha Kena Pajak (PKP) sehingga dapat mengkreditkan Pajak Keluaran yang berasal dari penjualan Barang Kena Pajak dengan Pajak Masukan yang berasal dari pembelian Barang Kena Pajak

3. Apabila dilihat dari segi nominalnya, sebelum dilakukan perencanaan pajak total PPN terutang yang wajib disetorkan adalah sebesar Rp 11.260.203.00 untuk bulan Januari dan sebesar Rp 12.625.208.00 untuk bulan Februari. Sedangkan setelah dilakukan perencanaan pajak, maka PPN terutang yang wajib disetorkan menjadi lebih bayar sebesar Rp 29.840.482,00 untuk bulan Januari dan lebih bayar sebesar Rp 17.215.274.00 untuk bulan Februari.


(17)

BAB V Kesimpulan dan Saran 109

4. Tidak terdapat perbedaan sebelum dan sesudah diterapkannya Perencanaan Pajak dalam upaya meminimalkan PPN terutang. Hal ini dapat terlihat dalam Sig (2-tailed) sebesar 0.100, yang berarti Sig (2-tailed) 0.100 > 0.05.

5.2 Keterbatasan dalam penelitian

Keterbatasan dalam penelitian ini adalah periode untuk data yang digunakan dalam penelitian ini adalah 2 bulan. Sehingga perbedaaan yang dihasilkan menurut perhitungan statistik pada SPSS tidak siginifikan. Sehingga disarankan untuk menambah periode data minimal 4 bulan, agar mendapatkan hasil yang signifikan.

5.3 Saran

Adapun saran yang dapat penulis berikan sehubungan dengan perencanaan pajak untuk meminimalkan PPN terutang adalah:

1. Perusahaan sebaiknya terus mengikuti perkembangan perubahan

Undang-Undang perpajakan khususnya mengenai PPN beserta dengan ketentuan peraturan pelaksanaannya.

2. Perusahaan sebaiknya tetap melaksanakan perencanaan pajak agar dapat terus


(18)

DAFTAR PUSTAKA

Djumena, Erlangga. 2013. Penerimaan Pajak 2012 Meleset dari Target. Harian

Kompas, 8 Januari 2013 diakses dari http://bisniskeuangan.kompas.com/read- /2013/01/08/02005642/Penerimaan.Pajak.2012.Meleset.dari.Target pada tanggal 14 Maret 2013

Ghozali, Imam. 2009. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Semarang:

Penerbit Universitas Diponegoro.

Mardiasmo. 2011. Perpajakan. Yogyakarta: Penerbit ANDI

Resmi, Siti. 2009. Perpajakan: Teori dan Kasus. Jakarta: Penerbit Salemba Empat.

Sugiyono. 1999. Statistika Untuk Penelitian, Alfabeta, CV.

Suandy, Erly. 2011. Perencanaan Pajak. Jakarta: Penerbit Salemba Empat

Sukardji, Untung. 2012. Pokok-Pokok PPN Indonesia. Jakarta: RajaGrafindo Persada

UU Nomor 42 tahun 2009 tentang PPN dan PPnBM

Wahana, Komputer. 2004. Pengolahan Data Statistik dengan SPSS 12. Yogyakarta:


(1)

BAB I PENDAHULUAN 5

Universitas Kristen Maranatha

2 Sonny Wahyu Ariyanto (2007) Pengaruh Penerapan Tax Planning atas Pajak

Pertambahan Nilai Terutang yang Lebih Bayar untuk

Menghindari Pemeriksaan Pajak dalam Satu Masa Pajak pada PT "X" di

Surabaya

Ariyanto, Sonny Wahyu. 2007.

“Pengaruh Penerapan

Tax Planning atas Pajak Pertambahan Nilai Terutang yang Lebih Bayar untuk Menghindari Pemeriksaan Pajak dalam Satu Masa Pajak pada PT "X" di Surabaya”. Fakultas Ekonomi Program S-1. Universitas Kristen Petra. Surabaya. Dengan melakukan

Tax Planning berupa penundaan waktu pelaporan PPN masukan, berhasil memperkecil kompensasi atas pajak lebih bayar dari Rp 13.555.483,00 menjadi Rp 157.092,00 3 Cindy Megasari (2008)

Penerapan Tax Planning untuk Meminimalkan Pajak

Pertambahan Nilai Terhutang pada PT. Wijaya Karya Beton Wilayah Penjualan 1 Sumatera Utara Medan Megasari, Cindy. 2008. “Penerapan

Tax Planning untuk Meminimalkan Pajak Pertambahan Nilai Terhutang pada PT. Wijaya Karya Beton Wilayah Penjualan 1 Sumatera Utara Medan”. Fakultas Ekonomi Program S-1 Ekstensi. Universitas Sumatera Utara. Medan. Dengan dilakukannya

Tax Planning, maka laba bersih

perusahaan

meningkat sebesar Rp 1.297.143,00 dan adanya penghematan pajak atas Pajak Pertambahan Nilai sebesar


(2)

BAB I PENDAHULUAN 6

Universitas Kristen Maranatha

Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul PENERAPAN PERENCANAAN PAJAK UNTUK MEMINIMALKAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI TERUTANG PADA PERUSAHAAN RITEL: STUDI KASUS PADA PERUSAHAAN RITEL “X” DI BANDUNG. Perbedaan penelitian ini dengan peneliti sebelumnya terletak pada objek penelitiannya, dimana penelitian ini mengambil studi kasus pada Perusahaan Ritel. Perusahaan ritel erat hubungannya dengan perdagangan, dimana dalam perdagangan ini terdapat penyerahan BKP (Barang Kena Pajak). Penyerahan atas BKP ini berhubungan langsung dengan Pajak Pertambahan Nilai, karenanya Pajak Pertambahan Nilai merupakan salah satu pajak yang berpengaruh di dalam perusahaan ritel.

1.2.Identifikasi Masalah

Adapun masalah dalam penelitian ini dapat diidentifikasi sebagai berikut: 1. Bagaimana penerapan perencanaan pajak atas PPN yang dilakukan oleh

perusahaan?

2. Apakah penerapan perencanaan pajak dapat meminimalkan PPN terutang?

1.3.Maksud dan Tujuan Penelitian

Maksud dan tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui penerapan perencanaan pajak atas PPN yang dapat dilakukan oleh perusahaan.

2. Untuk mengetahui sejauh mana penerapan perencanaan pajak pada perusahaan untuk dapat meminimalkan PPN terutang.


(3)

BAB I PENDAHULUAN 7

Universitas Kristen Maranatha

1.4.Kegunaan Penelitian

Adapun penelitian ini diharapkan dapat memberikan kegunaan sebagai berikut:

1. Bagi mahasiswa

Sebagai sarana untuk menambah pengetahuan dan wawasan dalam bidang perpajakan, khususnya pada Perencanaan Pajak untuk meminimalkan Pajak Pertambahan Nilai Terutang.

2. Bagi peneliti lainnya

Diharapkan penelitian ini dapat menjadi bahan masukan ataupuan rujukan apabila ada peneliti lain yang ingin melakukan penelitian mengenai topik perencanaan pajak untuk meminimalkan Pajak Pertambahan Nilai Terutang. 3. Bagi Pengusaha Ritel

Diharapkan perusahaan akan dapat menentukan dan menggunakan perencanaan pajak yang tepat sesuai dengan peraturan perpajakan yang berlaku yaitu Undang Undang No. 42 tahun 2009 tentang Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah.


(4)

108 Universitas Kristen Maranatha BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan analisis data dan pembahasan atas perencanaan pajak pada PPN yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, maka penulis dapat menarik beberapa kesimpulan yaitu:

1. Perusahaan telah menggunakan perencanaan pajak yang berupa pengkreditan Pajak Masukan sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Selisih dari Pajak Masukan dan Pajak Keluaran inilah yang menjadi PPN terutang yang harus di setorkan oleh perusahaan. Dalam kasus ini, yang banyak terjadi adalah PPN terutang lebih bayar, yaitu dimana Pajak Masukan lebih besar dari pada Pajak Keluarannya. Hal ini meyebabkan PPN terutang lebih bayar dapat di kompensasikan ke masa pajak berikutnya..

2. Perusahaan melakukan pembelian barang kepada supplier yang telah dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak (PKP) sehingga dapat mengkreditkan Pajak Keluaran yang berasal dari penjualan Barang Kena Pajak dengan Pajak Masukan yang berasal dari pembelian Barang Kena Pajak

3. Apabila dilihat dari segi nominalnya, sebelum dilakukan perencanaan pajak total PPN terutang yang wajib disetorkan adalah sebesar Rp 11.260.203.00 untuk bulan Januari dan sebesar Rp 12.625.208.00 untuk bulan Februari. Sedangkan setelah dilakukan perencanaan pajak, maka PPN terutang yang wajib disetorkan menjadi lebih bayar sebesar Rp 29.840.482,00 untuk bulan Januari dan lebih bayar sebesar Rp 17.215.274.00 untuk bulan Februari.


(5)

BAB V Kesimpulan dan Saran 109

Universitas Kristen Maranatha

4. Tidak terdapat perbedaan sebelum dan sesudah diterapkannya Perencanaan Pajak dalam upaya meminimalkan PPN terutang. Hal ini dapat terlihat dalam Sig (2-tailed) sebesar 0.100, yang berarti Sig (2-tailed) 0.100 > 0.05.

5.2 Keterbatasan dalam penelitian

Keterbatasan dalam penelitian ini adalah periode untuk data yang digunakan dalam penelitian ini adalah 2 bulan. Sehingga perbedaaan yang dihasilkan menurut perhitungan statistik pada SPSS tidak siginifikan. Sehingga disarankan untuk menambah periode data minimal 4 bulan, agar mendapatkan hasil yang signifikan.

5.3 Saran

Adapun saran yang dapat penulis berikan sehubungan dengan perencanaan pajak untuk meminimalkan PPN terutang adalah:

1. Perusahaan sebaiknya terus mengikuti perkembangan perubahan Undang-Undang perpajakan khususnya mengenai PPN beserta dengan ketentuan peraturan pelaksanaannya.

2. Perusahaan sebaiknya tetap melaksanakan perencanaan pajak agar dapat terus meminimalkan pajak perutang.


(6)

112

Universitas Kristen Maranatha DAFTAR PUSTAKA

Djumena, Erlangga. 2013. Penerimaan Pajak 2012 Meleset dari Target. Harian Kompas, 8 Januari 2013 diakses dari http://bisniskeuangan.kompas.com/read- /2013/01/08/02005642/Penerimaan.Pajak.2012.Meleset.dari.Target pada tanggal 14 Maret 2013

Ghozali, Imam. 2009. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Semarang: Penerbit Universitas Diponegoro.

Mardiasmo. 2011. Perpajakan. Yogyakarta: Penerbit ANDI

Resmi, Siti. 2009. Perpajakan: Teori dan Kasus. Jakarta: Penerbit Salemba Empat. Sugiyono. 1999. Statistika Untuk Penelitian, Alfabeta, CV.

Suandy, Erly. 2011. Perencanaan Pajak. Jakarta: Penerbit Salemba Empat

Sukardji, Untung. 2012. Pokok-Pokok PPN Indonesia. Jakarta: RajaGrafindo Persada UU Nomor 42 tahun 2009 tentang PPN dan PPnBM

Wahana, Komputer. 2004. Pengolahan Data Statistik dengan SPSS 12. Yogyakarta: Penerbit ANDI.