ANALISIS EKSISTENSI LAHAN PERTANIAN SAWAH DI KOTA BANDUNG.

(1)

No. Daftar FPIPS : 5022/UN.40.2.4/PL/2015

ANALISIS EKSISTENSI LAHAN PERTANIAN SAWAH

DI KOTA BANDUNG

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Departemen Pendidikan Geografi

Oleh: Hafid Munjinadir

1106024

DEPARTEMEN PENDIDIKAN GEOGRAFI

FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BANDUNG 2015


(2)

ANALISISEKSISTENSI LAHAN PERTANIAN SAWAH

DI KOTA BANDUNG

Oleh Hafid Munjinadir

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

© Hafid Munjinadir 2015 Universitas Pendidikan Indonesia

Oktober 2015

Hak Cipta dilindungi Undang-Undang

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis


(3)

Lembar Persetujuan

ANALISIS EKSISTENSI LAHAN PERTANIAN SAWAH DI KOTA BANDUNG

Oleh Hafid Munjinadir

1106024

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING Pembimbing I

Prof. Dr. Darsiharjo, MS. NIP. 19620921 198603 1 005

Pembimbing II

Drs. Jupri, MT NIP.

19600615 198803 1 003

Mengetahui,

Ketua Jurusan Pendidikan Geografi Universitas Pendidikan Indonesia

Dr. Ahmad Yani, M.Si NIP. 19670812 199702 1 001


(4)

i

Hafid Munjinadir, 2015

ANALISIS EKSISTENSI LAHAN PERTANIAN SAWAH DI KOTA BANDUNG Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

ANALISIS EKSISTENSI LAHAN PERTANIAN SAWAH DI KOTA BANDUNG

ABSTRAK Hafid Munjinadir (1106024)

Pembimbing 1 : Prof. Dr. Darsiharjo, M.S Pembimbing 2 : Drs. Jupri, M.T

Wilayah perkotaan merupakan wilayah yang kegiatan utamanya bukan di bidang pertanian, namun perkotaan merupakan wilayah yang kegiatan utamanya di bidang perdagangan barang dan jasa. Kota Bandung merupakan kota terbesar di Provinsi Jawa Barat yang lahan pertanian sawahnya terluas di antara kota-kota lainnya yang ada di Jawa Barat. Eksistensi lahan pertanian di Kota Bandung menjadi satu gejala yang terjadi tidak semestinya. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi eksistensi lahan pertanian dan mengidentifikasi kondisi sosial ekonomi petani di Kota Bandung. Metode penelitian menggunakan metode deskriptif dengan survey untuk mengamati langsung kondisi daya dukung lahan terhadap pertanian dan tingkat kesejahteraan petani. Penelitian ini dikalsanakan di tiga wilayah sampel berdasarkan kategori luas lahan pertanian luas, sedang, dan sempit, yang meliputi Kecamatan Gedebage, Kecamatan Buahbatu, Kecamatan Bandung Kulon dan Kecamatan Cibiru. Hasil penelitian menunjukan bahwa faktor fisik yang mempengaruhi eksistansi lahan pertanian yang meliputi aksesibilitas, morfologi, hidrologi dan jenis tanah sangat mendukung adanya lahan pertanian di Kota Bandung, kemudian faktor sosial yang meliputi kebijakan pemerintah, status kepemilikan lahan, tenaga kerja dan pengeluaran dan pendapatan petani cukup mendukung eksistensi lahan pertanian yang ada di Kota Bandung. Tingkat kesejahteraan petani dapat dinilai cukup sejahtera karena hasil produksi dari pertanian cukup baik. Hal ini membuat petani dapat memenuhi kebutuhan sehari-harinya. Meskipun suatu saat lahan sawah pasti berubah sesuai dengan RTRW Kota Bandung, namun sampai saat ini lahan sawah di Kota Bandung masih eksis dengan daya dukung dari berbagai macam faktor.


(5)

i

Hafid Munjinadir, 2015

ANALISIS EKSISTENSI LAHAN PERTANIAN SAWAH DI KOTA BANDUNG Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

ABSTRACK

The Analysis of Paddy Field Existence in Bandung City

Hafid Munjinadir, Darsiharjo, Jupri

The most activities in the urban area is not farming, but the most activities in the field of urban area are trades in goods and service. Bandung City is the biggest city in West Java Province that agricultural lands are the widest between other cities in West Java. The existence of agricultural land in Bandung City is a factor that not supposed to be happened. The goal of this research are analyzing factors that affected existence of agricultural land and identify farmer social economy condition in Bandung City. The research method uses a descriptive method with observe directly survey of the land, carrying capacity condition against agriculture and farmer's welfare. The research is implemented in three sample areas according to the category of agriculture land's area: wide, medium, and narrow that is covers Gedebage sub-district, Buahbatu sub-district, Bandung Kulon sub-district and Cibiru sub-district. The result of this research shows that physical factor influenced the existence of agricultural land that covers accessibility, morphology, hydrology and land types are supports the existence of agricultural land in Bandung City. The level of farmer's welfare can be rated as a good enough because the result of farming is good enough. This allows farmer able to fulfill their needs. Although one day their race fields will change in line with Urban Land Use Plan, yet now the rice fields in Bandung City still exist with supported from many factors.


(6)

2

Hafid Munjinadir, 2015

ANALISIS EKSISTENSI LAHAN PERTANIAN SAWAH DI KOTA BANDUNG Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu


(7)

Hafid Munjinadir, 2015

ANALISIS EKSISTENSI LAHAN PERTANIAN SAWAH DI KOTA BANDUNG Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... Error! Bookmark not defined. ABSTRACK ... Error! Bookmark not defined. KATA PENGANTAR ... Error! Bookmark not defined. UCAPAN TERIMA KASIH ... Error! Bookmark not defined. DAFTAR ISI ... i DAFTAR TABEL ... i DAFTAR GAMBAR ... 2 BAB 1 PENDAHULUAN ... Error! Bookmark not defined. A. Latar Belakang ... Error! Bookmark not defined. B. Identifikasi Masalah ... Error! Bookmark not defined. C. Rumusan Masalah ... Error! Bookmark not defined. D. Tujuan ... Error! Bookmark not defined. E. Manfaat ... Error! Bookmark not defined. F. Struktur Organisasi Skripsi ... Error! Bookmark not defined. BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... Error! Bookmark not defined. A. Eksistensi ... Error! Bookmark not defined. B. Lahan ... Error! Bookmark not defined. C. Pertanian ... Error! Bookmark not defined. D. Lahan Pertanian Sawah ... Error! Bookmark not defined. E. Lahan Pertanian Kota ... Error! Bookmark not defined. F. Aksesibilitas ... Error! Bookmark not defined. G. Pertanian Kota Bandung ... Error! Bookmark not defined. BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN ... Error! Bookmark not defined. A. Lokasi, Populasi dan Sampel ... Error! Bookmark not defined. 1. Lokasi ... Error! Bookmark not defined. 2. Populasi ... Error! Bookmark not defined. 3. Sampel ... Error! Bookmark not defined. B. Metode dan Pendekatan Penelitian ... Error! Bookmark not defined. 1. Metode Penelitian ... Error! Bookmark not defined.


(8)

Hafid Munjinadir, 2015

ANALISIS EKSISTENSI LAHAN PERTANIAN SAWAH DI KOTA BANDUNG Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

2. Pendekatan Penelitian ... Error! Bookmark not defined. C. Definisi Operasional... Error! Bookmark not defined. 1. Eksistensi ... Error! Bookmark not defined. 2. Lahan Pertanian Sawah ... Error! Bookmark not defined. 3. Lahan Pertanian di Kota ... Error! Bookmark not defined. D. Variabel Penelitian ... Error! Bookmark not defined. E. Teknik Pengumpulan Data ... Error! Bookmark not defined. 1. Observasi Lapangan ... Error! Bookmark not defined. 2. Penyebaran Angket ... Error! Bookmark not defined. 3. Studi Literatur ... Error! Bookmark not defined. 4. Studi Dokumentasi ... Error! Bookmark not defined. F. Tahapan Penelitian ... Error! Bookmark not defined. G. Alat Pengumpul Data ... Error! Bookmark not defined. H. Instrumen Penelitian ... Error! Bookmark not defined. I. Teknik Pengolahan dan Analisis Data ... Error! Bookmark not defined. 1. Teknik Pengolahan Data ... Error! Bookmark not defined. 2. Analisis Data ... Error! Bookmark not defined. J. Alur Penelitian ... Error! Bookmark not defined. BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN ... Error! Bookmark not defined. A. Hasil Penelitian ... Error! Bookmark not defined. 1. Kondisi Fisik Daerah Penelitian ... Error! Bookmark not defined. 2. Karakteristik Responden ... Error! Bookmark not defined. 3. Faktor Eksistensi Lahan Pertanian ... Error! Bookmark not defined. 4. Kondisi Sosial Ekonomi Petani ... Error! Bookmark not defined. B. Pembahasan ... Error! Bookmark not defined. 1. Faktor Eksistensi Lahan Pertanian ... Error! Bookmark not defined. 2. Kondisi Sosial Ekonomi Petani ... Error! Bookmark not defined. 3. Implementasi Hasil Penelitian Terhadap Pelajaran Geografi ... Error! Bookmark not defined.

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN ... Error! Bookmark not defined. A. KESIMPULAN ... Error! Bookmark not defined. B. SARAN ... Error! Bookmark not defined. DAFTAR PUSTAKA ... Error! Bookmark not defined.


(9)

Hafid Munjinadir, 2015

ANALISIS EKSISTENSI LAHAN PERTANIAN SAWAH DI KOTA BANDUNG Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu


(10)

Hafid Munjinadir, 2015

ANALISIS EKSISTENSI LAHAN PERTANIAN SAWAH DI KOTA BANDUNG Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

DAFTAR TABEL

TABEL 2.1LUAS LAHAN SAWAH DI KOTA-KOTA BESAR DI JAWA BARAT .. ERROR! BOOKMARK NOT DEFINED.

TABEL 3.1KLASIFIKASI LUAS LAHAN PERTANIAN ... ERROR!BOOKMARK NOT DEFINED.

TABEL 3.2LUAS LAHAN PERTANIAN PER KECAMATAN DI KOTA BANDUNGERROR!

BOOKMARK NOT DEFINED.

TABEL 3.3JUMLAH PETANI PER KECAMATAN DI KOTA BANDUNG ... ERROR!

BOOKMARK NOT DEFINED.

TABEL 3.4SAMPEL WILAYAH PENELITIAN ...ERROR!BOOKMARK NOT DEFINED. TABEL 3.5JUMLAH SAMPEL MANUSIA ...ERROR!BOOKMARK NOT DEFINED.

TABEL 3.6VARIABEL PENELITIAN ...ERROR!BOOKMARK NOT DEFINED.

TABEL 3.7KISI-KISI INSTRUMEN PENELITIAN ...ERROR!BOOKMARK NOT DEFINED.

TABEL 3.8ALTERNATIF JAWABAN MENGGUNAKAN SKALA LIKERT ... ERROR! BOOKMARK NOT DEFINED.

TABEL 3.9KRITERIA INTERPRETASI SKOR ...ERROR!BOOKMARK NOT DEFINED.

TABEL 3.10PERSENTASE HASIL PENELITIAN ....ERROR!BOOKMARK NOT DEFINED.

TABEL 4.1WILAYAH DAN SAMPEL PENELITIANERROR!BOOKMARK NOT DEFINED.

TABEL 4.2CURAH HUJAN KOTA BANDUNG ...ERROR!BOOKMARK NOT DEFINED. TABEL 4.3TEMPERATUR DAN HARI HUJAN DI KOTA BANDUNG ... ERROR!

BOOKMARK NOT DEFINED.

TABEL 4.4NILAI Q DAN TIPE IKLIM SF ...ERROR!BOOKMARK NOT DEFINED. TABEL 4.5KARAKTERISTIK RESPONDEN BERDASARKAN USIA ERROR!BOOKMARK

NOT DEFINED.

TABEL 4.6KARAKTERISTIK REPONDEN BERDASARKAN MATA PENCAHARIAN

...ERROR!BOOKMARK NOT DEFINED.

TABEL 4.7TINGKAT KEMUDAHAN DALAM DISTRIBUSI HASIL PANEN ... ERROR!

BOOKMARK NOT DEFINED.

TABEL 4.8KONDISI JALAN MENUJU KAWASAN PERTANIAN.... ERROR!BOOKMARK NOT DEFINED.

TABEL 4.9SUNGAI-SUNGAI DI KOTA BANDUNG ... ERROR!BOOKMARK NOT DEFINED.

TABEL 4.10JUMLAH BURUH TANI ...ERROR!BOOKMARK NOT DEFINED.

TABEL 4.11KELOMPOK USIA PETANI ...ERROR!BOOKMARK NOT DEFINED. TABEL 4.12SISTEM SEWA LAHAN PERTANIAN DI KOTA BANDUNG ... ERROR!

BOOKMARK NOT DEFINED.

TABEL 4.13HASIL PRODUKSI LAHAN PERTANIAN ... ERROR!BOOKMARK NOT DEFINED.


(11)

Hafid Munjinadir, 2015

ANALISIS EKSISTENSI LAHAN PERTANIAN SAWAH DI KOTA BANDUNG Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

TABEL 4.15STATUS PEKERJAAN SEBAGAI PETANI ... ERROR!BOOKMARK NOT DEFINED.


(12)

Hafid Munjinadir, 2015

ANALISIS EKSISTENSI LAHAN PERTANIAN SAWAH DI KOTA BANDUNG Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

DAFTAR GAMBAR

GAMBAR 2.1DIAGRAM KEGIATAN PERTANIANERROR!BOOKMARK NOT DEFINED.

GAMBAR 2.2FAKTOR PEMBENTUK TANAH ...ERROR!BOOKMARK NOT DEFINED. GAMBAR 3.1PETA ADMINISTRASI KOTA BANDUNG ... ERROR!BOOKMARK NOT

DEFINED.

GAMBAR 4.1PETA SEBARAN RESPONDEN ...ERROR!BOOKMARK NOT DEFINED. GAMBAR 4.2PERSENTASE EROSI DI KOTA BANDUNG... ERROR!BOOKMARK NOT

DEFINED.

GAMBAR 4.3PETA KERENTANAN GERAKAN TANAH ... ERROR!BOOKMARK NOT DEFINED.

GAMBAR 4.4SUMBER PENGAIRAN LAHAN PERTANIAN DI KOTA BANDUNG. ERROR! BOOKMARK NOT DEFINED.

GAMBAR 4.5SISTEM PENGAIRAN LAHAN PERTANIAN ... ERROR!BOOKMARK NOT DEFINED.

GAMBAR 4.6PETA JENIS TANAH KOTA BANDUNG ... ERROR!BOOKMARK NOT DEFINED.

GAMBAR 4.7TANAH MILIK PEMERINTAH KOTA BANDUNG .... ERROR!BOOKMARK NOT DEFINED.

GAMBAR 4.8STATUS KEPEMILIKAN LAHAN PERTANIAN .. ERROR!BOOKMARK NOT DEFINED.

GAMBAR 4.9PEMILIK LAHAN PERTANIAN ...ERROR!BOOKMARK NOT DEFINED.

GAMBAR 4.10PERBANDINGAN TENAGA KERJA DAN LUAS LAHAN SAWAH . ERROR!

BOOKMARK NOT DEFINED.

GAMBAR 4.11PRESENTASE KELOMPOK USIA PETANI ... ERROR!BOOKMARK NOT DEFINED.

GAMBAR 4.12GRAFIK PRODUKTIVITAS LAHAN PER HEKTAR DALAM 3 ... ERROR! BOOKMARK NOT DEFINED.


(13)

Hafid Munjinadir, 2015

ANALISIS EKSISTENSI LAHAN PERTANIAN SAWAH DI KOTA BANDUNG Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Lahan telah menjadi faktor penting dalam kelangsungan hidup manusia, karena segala kebutuhan hidup manusia bersumber dari lahan.Lahan juga berfungsi sebagai tempat beraktivitasnya manusia di seluruh dunia. Lahan dimanfaatkan untuk berbagai macam kegiatan mulai dari pertanian, pemukiman, industri, ekonomi, pertambangan dan sebaginya. Menurut Rafi’i (1982, hlm 9 dalam Jupri) lahan merupakan permukaan daratan dengan kekayaan benda-benda padat, cair dan bahkan benda gas. Lahan memiliki pengertian lain yang hampir sama dengan pendapat sebelumnya bahwa pengertian lahan adalah:

“Suatu daerah dipermukaan bumi dengan sifat-sifat tertentu yang meliputi biosfer, atmosfer, tanah, lapisan geologi, hidrologi, populasi tanaman dan hewan serta hasil kegiatan manusia masa lalu dan sekarang, sampai pada tingkat tertentu dengan sifat-sifat tersebut mempunyai pengaruh yang berarti terhadap fungsi lahan oleh manusia pada masa sekarang dan masa yang akan

datang. (FAO dalam Sitorus, 2004).”

Kesimpulan dari beberapa pendapat ahli di atas bahwa lahan merupakan lingkungan fisik di muka bumi yang meliputi biosfer, atmosfer, tanah, lapisan geologi, hidrologi dan populasi tanaman dan hewan yang dapat dimanfaatkan oleh manusia untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia.

Jenis penggunaan lahan dibagi atas dua yaitu, lahan pertanian dan pertanian. Lahan pertanian meliputi sawah dan perkebunan, dan lahan non-pertanian meliputi industri, pemukiman, perkantoran, dan lain-lain. Seiring dengan berjalannya waktu maka penduduk di bumi ini semakin bertambah, dan secara otomatis kebutuhan lahan untuk memenuhi kebutuhan manusia akan bertambah pula. Namun disisi lain, lahan tidak akan bertambah, lahan akan tetap dari segi luasnya.

Manusia memanfaatkan lahan sesuai dengan kebutuhanya, misalnya manusia membutuhkan bahan makanan untuk dikonsumsi, maka manusia akan membuka lahan dan menanami tanaman budidaya untuk menghasilkan makanan. Manusia juga membutuhkan tempat perlindungan dari cuaca, hewan buas dan


(14)

Hafid Munjinadir, 2015

ANALISIS EKSISTENSI LAHAN PERTANIAN SAWAH DI KOTA BANDUNG Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

sebagainya, maka manusia akan memanfaatkan lahannya untuk pemukiman agar mereka terlindungi. Pemanfaatan lahan sangat dinamis sesuai dengan kebutuhan manusia di sektiranya, sehingga akan terjadi perubahan lahan di setiap waktunya menyesuaikan dengan kebutuhan manusia pada saat itu.

Indonesia merupakan salah satu Negara kepulauan terluas di dunia, Indonesia juga biasa di sebut Negara maritime yang memiliki pulau-pulau dan kekayaan laut yang luas pula. Selain itu, Indonesia biasa disebut Negara agraris, karena banyaknya penggunaan lahan pertanian. Berbagai macam penggunaan lahan ada di Indonesia, dan dari situ dapat dilihat bahwa Indonesia memiliki tanah yang subur yang lahanya bisa digunakan untuk apapun oleh bangsanya. Namun jika tidak dikelola dengan baik maka akan terjadi masalah lingkungan dan sosial, misalnya ketidak teraturan penggunaan lahan yang berakibat bencana alam maupun bencana sosial. Oleh karena itu lahan perlu diarahkan untuk dimanfaatkan untuk kegiatan yang paling sesuai dengan sifat fisiknya sertadikelola agar mampu menampung kegiatan masyarakat yang terus berkembang.

Kota Bandung merupakan salah satu kota besar yang ada di Indonesia. Merupakan kota metropolitan terbesar di Jawa Barat sekaligus menjadi ibu kotaprovinsi tersebut. Kota ini terletak 140 km sebelah tenggara Jakarta, dan merupakan kota terbesar ketiga setelah Jakarta dan Surabaya menurut jumlah penduduk. Kota Bandung dikelilingi oleh pegunungan, sehingga bentuk morfologi wilayahnya bagaikan sebuah mangkok raksasa, secara geografis kota ini terletak di tengah-tengah provinsi Jawa Barat, serta berada pada ketinggian ±768 m di atas permukaan laut, dengan titik tertinggi di berada di sebelah utara dengan ketinggian 1.050 meter di atas permukaan laut dan sebelah selatan merupakan kawasan rendah dengan ketinggian 675 meter di atas permukaan laut.

Keadaan geologis dan tanah yang ada di kota Bandung dan sekitarnya terbentuk pada zaman kwartier dan mempunyai lapisan tanah alluvial hasil letusan Gunung Tangkuban Parahu. Jenis material di bagian utara umumnya merupakan jenis andosol begitu juga pada kawasan dibagian tengah dan barat, sedangkan kawasan dibagian selatan serta timur terdiri atas sebaran jenis alluvial kelabu dengan bahan endapan tanah liat.Semetara iklim kota Bandung


(15)

Hafid Munjinadir, 2015

ANALISIS EKSISTENSI LAHAN PERTANIAN SAWAH DI KOTA BANDUNG Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

dipengaruhi oleh iklim pegunungan yang lembab dan sejuk, dengan suhu rata-rata 23.5 °C, curah hujan rata-rata 200.4 mm dan jumlah hari hujan rata-rata 21.3 hari per bulan.

Tabel 1.1Penggunaan Lahan Kota Bandung Tahun 2011

No. Jenis Penggunaan Luas (Ha) Persentase (%)

1 Sawah 1.354 8,09

2 Kebun/ Tegalan 650 3,88

3 Ladang/ Huma 186 1,11

4 Pekarangan + Bangunan 12.739 76,14

5 Perkantoran/ Rekreasi 1.219 7,28

6 Kolam/ Empang 35 0,20

7 Sementara tidak diusahakan 185 1,10

8 Lainnya 363 2,20

Jumlah 16.731 100,00

Sumber : BPS Kota Bandung 2014

Umumnya kota merupakan suatu wilayah yang berpenduduk relatif besar dan sebagai tempat pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial dan kegiatan ekonomi diluar kegiatan pertanian. Seperti yang dikemukakan oleh Maryani dan Waluya (2008, hlm 25) bahwa kota dapat dipandang sebagai suatu wilayah di permukaan bumi yang sebagian besar arealnya terdiri atas benda-benda hasil rekayasa manusia serta tempat pemusatan penduduk yang tinggi dengan mata pencaharian diluar sektor pertanian. Namun dalam perekembanganya, Kota Bandung saat ini masih memiliki banyak lahan pertanian sawah yang aktif. Menurut BPS Kota Bandung Tahun 2014, Kota Bandung masih memiliki 1.354 Ha atau 8,09% dari luas area Kota Bandung. Luas lahan tersebut tergolong luas jika dibandingkan dengan kota-kota besar lainnya.

Menurut Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kota Bandung Elly Wasliah (dalam jabartoday.com, tanggal 5 Oktober 2014) lahan sawah di Kota Bandung masih yang terluas dibanding kota-kota lainnya di Jawa Barat, seperti Kota Cimahi, Kota Depok, Kota Cirebon maupun Kota Sukabumi.


(16)

Hafid Munjinadir, 2015

ANALISIS EKSISTENSI LAHAN PERTANIAN SAWAH DI KOTA BANDUNG Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

Dari data di atas dapat dilihat Kota Cimahi, sebagai kota penyangga memiliki luas lahan pertanian sawah 276 Ha atau sekitar 7% dari luas wilayah Kota Cimahi. Kota Sukabumi sebagai kota yang dekat dengan daerah penghasil beras terbesar yaitu Kabupaten Cianjur, hanya memiliki luas lahan pertanian sebesar 321 Ha atau sekitar 7% dari luas wilayah Kota Sukabumi. Kota Depok pada tahun 2012 hanya memiliki 517 Ha atau sekitar 3% dari luas wilayah Kota Depok. Dari data-data tersebut bisa terlihat bahwa Kota Bandung masih memiliki luas lahan pertanian sawah yang relatif besar dibandingkan dengan kota-kota tersebut.

Bertitik tolak dari uraian dan permasalahan yang sudah disampaikan di atas

maka penulis bermaksud melakukan penelitian dengan judul “EKSISTENSI LAHAN PERTANIAN SAWAH DI KOTA BANDUNG”

B.

Identifikasi

Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas yang telah diuraikan oleh penulis, maka dari itu penulismelakukan identifikasi terhadap masalah tersebut yang akan dikaji pada penelitian ini. Identifikasimasalah ini disusun untuk menjadi acuan kerja dalam penelitian. Adapun identifikasi masalah sebagai berikut :

1. Kota Bandung merupakan salah satu kota besar dengan luas lahan sawah terbesar di seluruh Jawa Barat. Sampai saat ini Kota Bandung masih memiliki lahan sawah seluas 8,09% dari total luas wilayah Kota Bandung, dan luas lahan sawah kota-kota di Jawa Barat berada di bawah Kota Bandung.

2. Petani Kota Bandung masih mempertahankan lahan sawahnya untuk dijadikan lapangan pekerjaannya meskipun alih fungsi lahan pertanian sawah ke pemukiman semakin marak dan masih banyak lapangan pekerjaan di luar sektor petnainan Kota Bandung.

C.

RumusanMasalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang sudah dikemukakan di atas maka rumusan masalah yang akan diangkat dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :


(17)

Hafid Munjinadir, 2015

ANALISIS EKSISTENSI LAHAN PERTANIAN SAWAH DI KOTA BANDUNG Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

1. Analisis faktor-faktor yang eksistensi lahan pertanian sawah di Kota Bandung?

2. Bagaimana kondisi sosial ekonomi petani di Kota Bandung?

D.

Tujuan

Tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi eksistensi lahan pertanian sawah di Kota Bandung.

2. Mengidentifikasi kondisi sosial ekonomi petani di Kota Bandung.

E.

Manfaat

Manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah:

1. Bagi peneliti sebagai pengetahuan tambahan mengenai eksistensi lahan pertanian sawah di Kota Bandung.

2. Sebagai bahan pertimbangan dan masukan bagi pemerintah Kota Bandung dalam mengatur regulasi penggunaan lahan di Kota Bandung.

3. Sebagai sumber data bagi peneliti lain yang dapat dipertanggung jawabkan kebenaranya.

F. Struktur Organisasi Skripsi 1. BAB 1 PENDAHULUAN

Bab 1 menguraikan mengenai latar belakang, identifikasi masalah, rumusan masaah, manfaat penelitian dan struktur organisasi skripsi.

2. BAB 2 KAJIAN PUSTAKA

Bab 2 menguraikan tentang teori yang terkait dengan permasalahan yang dibahas dalam hal ini mengenai pengertian eksistensi pertanian, pengertian pertanian, bentuk-bentuk pertanian, lahan pertanian sawah dan lahan pertanian sawah di kota.

3. BAB 3 METODE PENELITIAN

Bab 3 menjelaskan mengenai tahapan yang harus dilakukan dalam proses penelitian seperti lokasi penelitaian, metode penelitian, variabel penelitian,


(18)

Hafid Munjinadir, 2015

ANALISIS EKSISTENSI LAHAN PERTANIAN SAWAH DI KOTA BANDUNG Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

populasi dan sampel penelitian, teknik pengumpulan data, analisis data dan instrumen penelitian.

4. BAB 4 PEMBAHASAN

Bab 4 membahas mengenai rumusan masalah yang telah disusun pada bab 1 dengan landasan teori pada bab 2 dan teknik analisis dan pengumpulan data pada bab 3, sehingga pada bab ini akan menjawab pertanyaan yang ada pada penelirian ini yaitu mengenai eksistensi pertanian sawah di Kota Bandung. 5. BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

Bab 5 berupa penyajian dan pemaknaan peneliti terhadap hasil dari analisis penelitian dan pemberian saran dari hasil penelitian dan utnuk penelitian selanjutnya.


(19)

Hafid Munjinadir, 2015

ANALISIS EKSISTENSI LAHAN PERTANIAN SAWAH DI KOTA BANDUNG Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu


(20)

Hafid Munjinadir, 2015

ANALISIS EKSISTENSI LAHAN PERTANIAN SAWAH DI KOTA BANDUNG Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

BAB 1

METODOLOGI PENELITIAN

A. Lokasi, Populasi dan Sampel 1. Lokasi

Lokasi penelitian berada beberapa wilayah di Kota Bandung yang memiliki sawah. Kota Bandung dikelilingi oleh pegunungan, sehingga bentuk morfologi wilayahnya bagaikan sebuah mangkok raksasa, secara geografis kota ini terletak di tengah-tengah provinsi Jawa Barat, serta berada pada ketinggian ±768 m di atas permukaan laut, dengan titik tertinggi di berada di sebelah utara dengan ketinggian 1.050 meter di atas permukaan laut dan sebelah selatan merupakan kawasan rendah dengan ketinggian 675 meter di atas permukaan laut.

Kota Bandung berada diantara koordinat 06°49’30’’ - 06°58’30”LS dan 107°33 00 BT - 107°36’00’’. Dengan batas-batas wilayah sebagai berikut :

- Sebelah Utara : Kabupaten Bandung Barat. - Sebelah Selatan : Kabupaten Bandung. - Sebelah Timur : Kabupaten Bandung. - Sebelah Barat : Kabupaten Bandung Barat.

2. Populasi

Menurut Sumaatmadja (1988, hlm 122) populasi adalah keseluruhan gejala(fisik,sosial,ekonomi,budaya,politik), individu (manusia baik perorangan maupun kelompok), kasus (masalah peristiwa tertentu) yang ada pada ruang tertentu. Adapun menurut Arikunto (2010, hlm 173) populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Berdasarkan pengertian tersebut, maka populasi yang diambil dalam penelitian ini adalah populasi wilayah dan populasi manusia. Populasi penelitian ini terdiri atas :

1) Populasi wilayah yaitu wilayah penggunaan lahan pertanian sawah di Kota Bandung. Persebaran lahan pertanian di Kota Bandung yang tersebar di 19 Kecamatan. Lebih jelasnya lihat tabel 3.2. pertanian terluas di Kota Bandung berada di Kecamatan Gedebage dengan luas 476 Ha, atau sekitar 49,69 % dari luas wilayah Kecamatan Gedebage. Kecamatan Gedebage


(21)

Hafid Munjinadir, 2015

ANALISIS EKSISTENSI LAHAN PERTANIAN SAWAH DI KOTA BANDUNG Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

sendiri masuk merupakan pemekaran Kota Bandung kedalam wilayah Bandung Timur. Kemudian lahan sawah tersempit berada di Kecamatan Batununggal dengan luas 1 Ha atau sekitar 0,20 % dari luas Kecamatan Batununggal yang berada di bagian tengah Kota Bandung. Data pada tabel 3.2 menunjukan luas lahan pertanian per kecamatan di Kota Bandung yang tersebar di 19 kecamatan. Lahan pertanian kemudian di klasifikasikan menjadi 3 kategori yaitu kategori luas, sedang dan sempit dengan perhitungan berikut ini:

�= Max− Min

3

Dimana : n = nilai selisih

Max = nilai maksimal pada variabel Min = nilai minimal pada variabel 3 = 3 Kategori

Pengklasifikasian luas, sedang dan sempitnya lahan pertanian di setiap kecamatan yang ditunjukan pada tabel 3.2 tersebut berdasarkan perhitungan yang di sesuaikan dengan luas lahan masing-masing kecamatan, dengan hasil pada tabel 3.1.

Tabel 1.1Klasifikasi Luas Lahan Pertanian

No. Luas (Ha) Klasifikasi

1 0 – 158 Ha Sempit

2 159 – 316 Ha Sedang

3 >317 Ha Luas


(22)

Hafid Munjinadir, 2015

ANALISIS EKSISTENSI LAHAN PERTANIAN SAWAH DI KOTA BANDUNG Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

Tabel 1.2Luas Lahan Pertanian per Kecamatan di Kota Bandung

Sumber : Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kota Bandung dan perhitungan penulis, 2015.

2) Populasi Manusia

Populasi manusia pada penelitian ini adalah seluruh petani sawah yang ada di Kota Bandung yang tersebar di 19 kecamatan yang ada di Kota Bandung. Perhatikan Tabel 3.3 berikut :

No Kecamatan Luas Wilayah

(km2)

Luas Lahan (Ha)

% Kategori

1 Gedebage 958 476 49,69 Luas

2 Ujungberung 640 110 17,19 Sempit

3 Cinambo 368 70 19,02 Sempit

4 Cibiru 632 60 9,49 Sempit

5 Buahbatu 793 55 6,94 Sempit

6 Rancasari 733 40 5,46 Sempit

7 Bandung Kidul 606 35 5,78 Sempit

8 Arcamanik 587 30 5,11 Sempit

9 Panyileukan 510 27 5,29 Sempit

10 Kiaracondong 612 14 2,29 Sempit

11 Mandalajati 667 11 1,65 Sempit

12 Babakan Ciparay 745 10 1,34 Sempit

13 Bandubg Kulon 646 8 1,24 Sempit

14 Antapani 379 7 1,85 Sempit

15 Bojongloa kidul 626 7 1,12 Sempit

16 Regol 43 3 6,98 Sempit

17 Cidadap 611 2 0,33 Sempit

18 Cibeunying Kaler 45 1 2,22 Sempit


(23)

Hafid Munjinadir, 2015

ANALISIS EKSISTENSI LAHAN PERTANIAN SAWAH DI KOTA BANDUNG Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

Tabel 1.3Jumlah Petani Per Kecamatan di Kota Bandung

No. Kecamatan Jumlah Petani

(jiwa)

1 Gedebage 1534

2 Cinambo 320

3 Ujungberung 6774

4 Cibiru 2111

5 Rancasari 2128

6 Regol 41

7 Buahbatu 6956

8 Bandung Kidul 130

9 Panyileukan 382

10 Arcamanik 1418

11 Kiaracondong 47

12 Cibeunying Kaler 22

13 Antapani 40

14 Mandalajati 2034

15 Babakan Ciparay 1092

16 Bandung Kulon 52

17 Bojongloa kidul 279

18 Cidadap 50

Sumber :Dari berbagai sumber dan perhitungan penulis, 2015.

3. Sampel

Menurut Sumaatmadja (1988, hlm 112) “sampel adalah merupakan bagian dari populasi (cuplikan, contoh) yang mewakili populasi yang bersangkutan”. Berdasarkan pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa penentuan sampel tidak terpaut pada besarnya jumlah sampel tertentu. Yang penting adalah sampel tersebut haruslah bersifat respresentatif, atau dapat mewakili populasi yang ada. Dalam penelitian ini terdapat dua macam sampel, yaitu sampel manusia dan sampel wilayah. Sampel manusia adalah berupa sebagian petani.


(24)

Hafid Munjinadir, 2015

ANALISIS EKSISTENSI LAHAN PERTANIAN SAWAH DI KOTA BANDUNG Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

Bandung memiliki 30 Kecamatan yang tersebar di seluruh Kota Bandung. Namun dari semua kecamatan, hanya 19 kecamatan yang masih memiliki lahan pertanian sawah dengan luas lahan yang berbeda-beda.Sampel wilayah pada penelitian ini adalah Kecamatan Gedebage untuk mewakili klasifikasi lahan kategori luas dan Kecamatan Buahbatu, Kecamatan Bandung Kulon dan Kecamatan Cidadap untuk mewakili klasifikasi lahan kategori sempit. Sampeldari kategori sempit diambil berdasarkan letak lahan yang dianggap mewakili Kota Bandung. Perhatikan Tabel 3.4 berikut ini :

Tabel 1.4Sampel Wilayah Penelitian

No Kecamatan Luas Wilayah

(KM2)

Luas Lahan Sawah (Ha)

Lokasi

1 Gedebage 958 476 Timur

2 Buah Batu 793 55 Selatan

3 Bandung Kulon 646 8 Barat

4 Cibiru 632 60 Utara

Sumber : Hasil perhitungan penulis, 2015.

2) Sampel Manusia

Penentuan Penetuan jumlah sampel dalam penelitian ini menggunakan pendekatan Dixon dan B. Leach (Rego, 2012:30) dengan rumus:

� = Z x V C ²

Dimana :

n = Jumlah sample

Z = tingkat kepercayaan (Confindence level) nilai confindence level 95% adalah 1.96

V = Variabilitas dalam persen dihitung dengan rumus :

�= �(100− �)


(25)

Hafid Munjinadir, 2015

ANALISIS EKSISTENSI LAHAN PERTANIAN SAWAH DI KOTA BANDUNG Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

� = Persentasi karakteristik sampel yang dianggap benar, rumus untuk menghitung jumlah p:

� = jumlah petani

Jumlah Pendudukx 100% kecamatan Gedebage :

� = 1543

26937x 100% � = 5,72%

�= �(100− �)

�= 5,72(100−5,72) �= 23,23

kecamatan Buah Batu∶

� = 2226

88596x 100% � = 2,51%

�= �(100− �)

�= 2,51(100−2,51) �= 15,65

Kecamatan Cibiru :

� = 50

58672x 100% � = 0,08%

�= �(100− �)

�= 0,08(100−0,08) �= 2,91

Kecamatan Bandung Kulon :

� = 52

136738x 100% � = 0,03%

�= �(100− �)

�= 0,03(100−0,03) �= 1,9


(26)

Hafid Munjinadir, 2015

ANALISIS EKSISTENSI LAHAN PERTANIAN SAWAH DI KOTA BANDUNG Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

C = Batas kepercayaan (Confindence level) dalam persen Maka perhitungan jumlah sample adalah :

� = Z x V C ²

Kecamatan Buah Batu :

� = 1,96 x 15,65

10 ²

� = 3,06751007 ²

� = 9,40

Kecamatan Gede Bage :

� = 1,96 x 23,23

10 ²

� = 4,55465374 ² � = 20,74

Kecamatan Cibiru :

� = 1,96 x 2,91

10 ²

� = 0,57192686 ²

� = 0,32

Kecamatan Bandung Kulon :

� = 1,96 x 1,94

10 ²

� = 0,38214707 ²

� = 0,14

Berdasarkan perhitungan di atas diketahui bahwa jumlah sampel penduduk dalam penelitian ini sebanyak 9 sampel di Kecamatan Buah Batu, 21 sampel di Kecamatan Gede Bage, 1 sampel di Kecamatan Cibiru 2 dan 1 sampel di Kecamatan Bandung Kulon (dibulatkan). Sehingga total sampel manusia berjumlah 32 petani. Perhatikan Tabel 3.5 berikut.


(27)

Hafid Munjinadir, 2015

ANALISIS EKSISTENSI LAHAN PERTANIAN SAWAH DI KOTA BANDUNG Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

Tabel 1.5 Jumlah Sampel Manusia

No. Kecamatan Sampel

1 Gedebage 21

2 Buahbatu 9

3 Bandung Kulon 1

4 Cibiru 2

Jumlah 33

Sumber : Hasil perhitungan, 2015

B. Metode dan Pendekatan Penelitian 1. Metode Penelitian

Menurut penelitian merupakan satu cara yang dipergunakan dalam pengumpulan dan analisis data, serta menginterpretasikan data yang diperoleh menjadi suatu kesimpulan. Hal ini sejalan dengan pendapat Surakhmad (1990, hlm 131) :

“Metode merupakan cara utama yang dipergunakan untuk mencapai tujuan, misalanya untuk menguji serangkaian hipotesis dengan mempergunakan teknik dan alat-alat tertentu. Cara utama itu dipergunakan setelah penyelidik memperhitungkan kewajarannya ditinjau dari tujuan penyelidikan serta situasi penyelidikan”.

Sesuai dengan pendapat di atas, maka dalam suatu penelitian diperlukan suatu metode yang sesuai dengan tujuan penelitian dan karakteristik masalah yang diteliti.Oleh karena itu dalam penelitian ini menggunakan metode deskriptif yang didukung oleh studi kepustakaan, wawacara, pengamatan (observasi).

Penggunaan metode penelitian deskriptif dalam penelitian ini adalah metode survey. Metode survey pada penelitian ini dimaksudkan guna pegamatan langsung di lapangan untuk lebih memahami kondisi setempat serta pengumpulan berbagai data yang berhubungan dengan kondisi suatu lahan. Data


(28)

Hafid Munjinadir, 2015

ANALISIS EKSISTENSI LAHAN PERTANIAN SAWAH DI KOTA BANDUNG Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

diperoleh melalui beberapa tekhnik, seperti wawacara, pengamatan (observasi), dan studi kepustakaan/studi literatur.


(29)

Hafid Munjinadir, 2015

ANALISIS EKSISTENSI LAHAN PERTANIAN SAWAH DI KOTA BANDUNG Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

Pelaksanaan metode survey pada penelitian ini menggunakan beberapa instrument baik untuk meneliti aspek sosial maupun fisik. Untuk penelitian aspek sosial menggunakan instrument berupa angket maupun format wawancara, sedangkan untuk penelitian fisik instrument yang digunakan berupa format observasi.

2. Pendekatan Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan keruangan (spasial). Pendekatan spasial mnganalisis gejala atau fenomena geografis berdasarkan penyebaranyya dalam ruang. Analisis spasial merupakan pendekatan yang khas dalam geografi, sebab merupakan studi tentang keanekaragaman ruang muka bumi dengan membahas masing-masing aspek keruanganya.

Aspek-aspek ruang muka bumi meliputi faktor lokasi, kondisi alam dan kondisi sosial budaya masyarakat. Dalam mengkaji aspek tersebut, peneliti memperthatikan faktor letak, distribusi (persebaran), interelasi serta interaksi. Karena itu, analisis keruangan dapat dijadikan dasar untuk perencanaan penggunaann lahan tertentu. Pendekatan pada penelitian ini membahas mengenai faktor fisik dan sosial yang menyebabkan ketersediaan lahan sawah yang saat ini masih ada dan tersebar di Kota Bandung.

C. Definisi Operasional 1. Eksistensi

Menurut kamus besar bahasa Indonesia (2002, hlm 357), eksistensi adalah keberadaan,kehadiran yang mengandung unsur bertahan. Sedangkan menurut Abidin (2007, hlm 58) mengemukakan bahwa:

“eksistensi seharusnya dipahami bukan sebagai substansi, mekanisme-mekanisme, pola-pola statis,melainkan sebagai “gerak”, atau “menjadi” sebagai sesuatu yang “mengada”. Konteks eksistensi haruslah berdasarkan pada kenyataan bahwa menyadari ada pada saat ini dalam ruang dan waktu dan melakukan sesuatu kemudian”.

Berdasarkan definisi yang dipaparkan di atas maka dapat disimpulkan bahwa eksistensi adalah proses atau gerak untuk menjadi ada. Dalam bidang pertanian khususnya padi sawah, eksistensi dapat diartikan sebagai aktifitas pertanian yang berada di suatu tempat dan perkembanganya relative tetap. Adapun yang


(30)

Hafid Munjinadir, 2015

ANALISIS EKSISTENSI LAHAN PERTANIAN SAWAH DI KOTA BANDUNG Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

dimaksud penulis dengan eksistensi disini adalah eksistensi pertanian sawah padi di Kota Bandung.

2. Lahan Pertanian Sawah

Penggunaan lahan dapat digolongkan menjadi dua golongan yaitu penggunaan lahan pertanian dan penggunaan lahan non pertanian. Penggunaan lahan pertnaian dibagi menjadi beberapa penggunaan lahan, seperti : sawah irigasi, sawah tadah hujan, perkebunan, tegalan, hutan produksi dan sebagainya. Sedangkan lahan non pertanian seperti : pemukiman, perindustrian, jalan, dan lain-lain.

Pertanian adalah sejenis proses produksi yang khas yang didasarkan atas proses-proses pertumbuhan tanaman dan hewan. Hal ini dikemukakan oleh mosher dalam Banoewidjojo (1983, hlm 20), dalam pengertian di atas dapat diartikan bahwa pertanian merupakan usaha mengembangbiakan atau menambah hasil produksi dari reproduksi hewan dan tumbuhan.

Salah satu penggunaan lahan yang sudah disebutkan di atas adalah sawah.Sawah adalah bentuk pertanian lahan basah karena menggunakan banyak air dalam kegiatan pertaniannya dan sawah juga bertujuan untuk ditanami padi, tetapi pada kenyataanya sawah juga dimanfaatkan untuk tanaman palawija lainnya secara bergiliran. Adapun yang dimaksud penulis dari lahan pertanian sawah padi yang ada di Kota Bandung.

3. Lahan Pertanian di Kota

Lahan pertanian kota merupakan lahan usaha tani yang membudidayakan tanaman sawah padi yang berada di perkotaan. Padahal secara umum kota dapat dicirikan dengan adanya fasilitas yang lengkap seperti, jalan raya, sekolah, rumah sakit, bank dan bangunan-bangunan yang besar. Seperti yang dikemukan oleh Maryani dan Waluya (2008, hlm 25) bahwa kota dapat dipandang sebagai suatu wilayah di permukaan bumi yang sebagian besar arealnya terdiri atas benda-benda hasil rekayasa manusia serta tempat pemusatan penduduk yang tinggi dengan mata pencaharian diluar sektor pertanian. Adapun yang dimaksud penulis dari lahan pertanian sawah yang berada di area Kota Bandung.


(31)

Hafid Munjinadir, 2015

ANALISIS EKSISTENSI LAHAN PERTANIAN SAWAH DI KOTA BANDUNG Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

D. Variabel Penelitian

Arikunto (2002, hlm 104), menyatakan bahwa: “Variabel adalah gejala yang bervariasi, yang menjadi objek penelitian”. Berdasarkan kutipan tersebut dapat disimpulkan bahwa dalam satu penelitian memiliki variabel yang akan menjadi objek suatu penelitian. Untuk variabel pada penelitian ini tertera pada tabel 3.6 berikut :

Tabel 1.6Variabel Penelitian

Sumber : diolah dari berbagai sumber oleh penulis, 2015

E. Teknik Pengumpulan Data

Untuk mendapatkan data yang akurat dan aktual dalam penelitian, maka penulis menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut :

1. Observasi Lapangan

Merupakan teknik pengumpulan data dengan cara meneliti secara langsung dan mengamati objek di lapangan. Perolehan data primer dari lapangan akan sangat membantu dalam kelengkapan data untuk selanjutnya diolah dan dianalisis oleh penulis untuk mendapatkan hasil penelitian yang baik. Observasi lapangan secara langsung akan dilakukan untuk mengetahui secara

Variabel Bebas (X) Variabel Terikat (Y)

1. Faktor Fisik a. Aksesibilitas b. Morfologi c. Hidrologi d. Jenis Tanah

2. Faktor Sosial dan Ekonomi a. Kebijakan Pemerintah b. Status Kepemilikan Tanah c. Tenaga Kerja

d. Pendapatan Petani e. Pengeluaran Petani


(32)

Hafid Munjinadir, 2015

ANALISIS EKSISTENSI LAHAN PERTANIAN SAWAH DI KOTA BANDUNG Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

langsung kondisi di lapangan terutama yang terkait dengan variabel eksistensi lahan pertanian perkotaan yaitu variabel fisik dan sosial yang diindikasikan menjadi faktor bertahannya lahan pertanian.

2. Penyebaran Angket

Menurut Riduwan (2011, hlm 25) angket/kuisioner adalah daftar pertanyaan yang diberikan kepada orang yang bersedia memberikan respon (informan) sesuai dengan permintaan pengguna (peneliti). Kuisioner ini berisikan pertanyaan untuk mengukur variabel respon (persepsi, sikap dan prilaku) dalam bentuk pertannyaan yang telah disusun secara terstruktur. Penggunaan angket dianggap lebih efektif untuk menghimpun data lapangan yang luas dengan waktu yang cukup singkat jika harus dibandingkan dengan teknik pengambilan data yang lainnya.

3. Studi Literatur

Studi literatur dimaksudkan untuk mencari teori-teori tentang eksistensi lahan pertanian dari berbagai sumber baik dari buku, internet, artikel, karya tulis dan lain-lain.

4. Studi Dokumentasi

Menurut Fathoni (2006, hlm.112) studi dokumentasi adalah teknik pengumpulan data dengan mempelajari catatan-catatan mengenai data pribadi responden. Teknik ini dilakukan dengan mengumpulkan data dan pengkajian terhadap dokumen yang tersedia. Studi dokumentasi dilakukan untuk melengkapi data dalam rangka rangka untuk analisis masalah terkait, berupa catatan, buku, media cetak dengan cara medokumentasikan atau memotret fenomena yang ada.

F. Tahapan Penelitian

Tahapan dalam penilitian ini adalah sebagai berikut : 1. Persiapan


(33)

Hafid Munjinadir, 2015

ANALISIS EKSISTENSI LAHAN PERTANIAN SAWAH DI KOTA BANDUNG Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

Tahap persiapan dilakukan dengan cara mempersiapkan data yang diperlukan untuk penelitian seperti mempersiapkan instrumen penelitian dan pedoman observasi.

2. Survey Lapangan dan Pengolahan Data

Survey lapangan dilakukan untuk menyesuaikan data yang diperoleh dari instansi terkait dengan keadaan sesungguhnya.

3. Studi Dokumentasi

Studi dokumetasi yang dilakukan dalam penelitian ini bertujuan menghadirkan data-data yang telah terhimpun khususnya data dari Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kota Bandung dan data lainnya yang mendukung untuk penelitian ini.

G. Alat Pengumpul Data

Adapun alat pengumpul data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Peta RBI Lembar Bandung, Ujung Berung, Cimahi dan Lembang tahun 2001. Peta ini digunakan untuk menganalisis kawasan pertanian di Kota Bandung terkait dengan eksistensi lahan pertanian kota.

2. Alat tulis untuk mencatat hasil penelitian lapangan.

3. Instrumen penelitian berupa pedoman wawancara dan lembar observasi sebagai acuan dalam melakukan kegiatan wawancara dengan objek penelitian terkait dengan eksistensi lahan pertanian.

4. GPS digunakan untuk menentukan lokasi sebaran lahan pertanian responden. 5. Kamera digunakan untuk mendokumentasikan berbagai objek hasil penelitian

di lapangan.

H. Instrumen Penelitian

Instumen penelitian merupakan alat yang digunakan untuk mengumpulkan data atau informasi yang bermanfaat dan dapat menjawab permasalahan penelitian. Dalam penelitian terdapat variabel terikat yaitu eksistensi lahan pertanian dan variabel bebas yaitu faktor fisik dan faktor sosial dan ekonomi masyarakat petani. Kisi-kisi instrumen terdapat pada tabel 3.7.


(34)

Hafid Munjinadir, 2015

ANALISIS EKSISTENSI LAHAN PERTANIAN SAWAH DI KOTA BANDUNG Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

I. Teknik Pengolahan dan Analisis Data 1. Teknik Pengolahan Data

Pengolahan data yang digunakan digunakan penulis pada penelitian ini berdasarkan dari Pabundi (2005, hlm 91) yaitu :

a. Editing data, data yang terkumpul di baca kembali kemudian diperbaiki jika ada hal-hal yang masih kurang. Data yang akan diolah lebih lanjut adalah data yang cukup baik dan relevan terhadap tujuan penelitian.

b. Coding, pengklasifikasian atau pengelompokan jawaban menurut macamnya yang bertujuan untuk mempermudah dalam analisis sehingga dapat diketahui apakah data tersebut sudah memenuhi terhadap pertanyaan peneliti.

c. Entry, setelah dilakukan coding maka dilakukan entry data dimana setelah diklasifikasikan data dimasukan ke dalam kolom-kolom yang terdapat pada Ms Excel.

d. Tabulasi, hasil dari coding dan entry , data-data yang sudah terkumpul didalam tabel kemudian dapat menghasilkan angka-angka sehingga dapat dihitung jumlah masalah dalam berbagai kategori kemudian ditampilkan dalam bentuk tabel.

2. Analisis Data

Analisis dilakukan setelah selesai mengumpulkan data secara lengkap dari lapangan. Adapun analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Analisis Deskriptif

Analisis yang digunakan untuk mendeskripsikan gejala yang nampak di daerah penelitiannya serta kondisi dari keadaan masalah yang diteliti mulai dari mengolah, menginterpretasi data, dan informasi lain berdasarkan data yang sudah dianalisis secara berskala dari literatur dan hasil observasi di lapangan. Mendeskripsikan eksistensi lahan pertanian sawah di Kota Bandung melalui data primer yang didapat dari responden dan data pendukung seperti dari data dokumentasi yang ada.


(35)

Hafid Munjinadir, 2015

ANALISIS EKSISTENSI LAHAN PERTANIAN SAWAH DI KOTA BANDUNG Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

Tabel 1.7Kisi-kisi Instrumen Penelitian

No Variabel Sub Variabel

Indikator Bentuk

Instrumen

No Item Sasaran Point pertanyaan

1 Faktor Sosial

dan Ekonomi

Karakteistik Petani

-Identitas petani Format

Angket

1A – 1E Petani Nama, umur, pekerjaan pokok, pekerjaan sampingan,

Status Kepemilikan Lahan

-Status lahan -Luas lahan

-Kepemilikan lahan

2A – 2C - status kepemilikan lahan

- asal-usul lahan pertanian - luas lahan

- sistem sewa, jika menyewa

Tenaga kerja -Sistem tenaga kerja

-Jumlah tenaga kerja

3A – 3C - Pengerjaan sawah

- Jumlah tenaga kerja

- Sistem ketenaga kerjaan

- Upah tenaga kerja

Modal - Modal usaha tani - Sumber dana

Pengeluaran -Harga bibit

-Harga pupuk

-Sumber air -Pestisida

-Upah tenaga kerja

4A – 4H - Biaya bibit dalam sekali tanam

- Biaya pupuk dalam sekali tanam

- Biaya pengairan sawah dalam sekali tanam

- Biaya pestisida dalam sekali tanam

- Biaya upah untuk karyawan dalam sekali

tanam

Pendapatan -RESPONDEN

panen -hasil panen -kualitas padi

-waktu panen

5A – 5D - Jumlah panen dalam 1 tahun

- -hasil produksi panen

- Jumlah hasil panen dalam 1 kali panen (ton)

- Kualitas padi


(36)

Hafid Munjinadir, 2015

ANALISIS EKSISTENSI LAHAN PERTANIAN SAWAH DI KOTA BANDUNG Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

Sumber : berbagai sumber dan diolah oleh penulis, 2015.

-Harga gabah - Harga beras per ton

2 Faktor Fisik Identitas

Lokasi

- Koordinat

Morfologi -Ketinggian

-Kemiringan Lereng

-Jenis batuan -Tingkat erosi

Hidrologi -Kualitas air

-Sumber pengairan

-Tingkat kecukupan


(37)

Hafid Munjinadir, 2015

ANALISIS EKSISTENSI LAHAN PERTANIAN SAWAH DI KOTA BANDUNG Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

b. Skala Likert

Skala Likert menurut Riduwan (2009, hlm 87) digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau sekelompok tentang kejadian atau gejala sosial. Dalam penelitian ini menggunakan skala likert untuk menganalisis pendapat dan persepsi petani mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi bertahannya lahan pertanian sawah dan keadaan di masa yang akan datang di Kota Bandung.

Pengukuran berdasarkan indikator yang telah diturunkan dari Variabel menggunakan skala 1-5 dengan keterangan yang dihubungkan sesuai jawaban, adapun skala likert pada tabel berikut :

Tabel 1.8Alternatif Jawaban Menggunakan Skala Likert

Indikator

Nilai/Kategori Jawaban

Sangat Baik

Baik Cukup

Baik

Kurang Baik

Tidak Baik

Pernyataan 5 4 3 2 1

Sumber : Riduwan, 2009

Keterangan dari tabel di atas memiliki masing-masing nilai yang mana dari nilai tersebut akan diakumulasikan dan dilakukan perhitungan. Adapun keterangan nilai dari sekala Likert yang digunakan yaitu :

1) Sangat Baik : (SB) Nilai 5

2) Baik : (B) Nilai 4

3) Cukup Baik : (CB) Nilai 3 4) Kurang Baik : (KB) Nilai 2 5) Sangat Tidak Baik : (STB) Nilai 1

Angket yang telah disebar dan diisi oleh petani selanjutnya jawaban ditabulasi dan didapat kecenderungan atas jawaban petani tersebut. Angket yang berisikan tabel dengan item faktor eksistensi pertanian yang kemudian diukur dengan menggunakan skala Likert akan diolah dalam perhitungan yaitu :


(38)

Hafid Munjinadir, 2015

ANALISIS EKSISTENSI LAHAN PERTANIAN SAWAH DI KOTA BANDUNG Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

Keterangan :

F1 = RESPONDEN jawaban responden yang menjawab 1 ( Sangat Tidak Baik)

F2 = RESPONDEN jawaban responden yang menjawab 2 ( Kurang Baik) F3 = RESPONDEN jawaban responden yang menjawab 3 ( Cukup Baik ) F4 = RESPONDEN jawaban responden yang menjawab 4 ( Baik )

F5 = RESPONDEN jawaban responden yang menjawab 5 ( Sangat Baik )

Hasil perhitungan yang telah dilakukan, maka selanjutnya adalah interpretasi skor yang mencakup hasil dari setiap analisis data yang telah dilakukan dalam analisis dari setiap jawaban responden yang dijadikan sampel penelitian. berikut adalah tabel 3.9 persentase hasil akumulasi skala Likert yang akan digunakan :

Tabel 1.9Kriteria Interpretasi Skor

Angka 0%-20% Sangat lemah

Angka 21%-40% Lemah

Angka 41%-60% Cukup

Angka 61%-80% Kuat

Angka 81%-100% Sangat Kuat

Sumber : Riduwan, 2011

c. Analisis Statistik

Analsis statistik adalah analisis yang digunakan untuk mengaetahui kecenderugan-kecenderungan jawaban responden yang digunakan berdasarkan metode persentase menurut Santoso (2001, hlm 299) dengan rumus sebagai berikut:

P =�

� × 100 %

Keterangan:

P = Persentase

f = data yang didapat


(39)

Hafid Munjinadir, 2015

ANALISIS EKSISTENSI LAHAN PERTANIAN SAWAH DI KOTA BANDUNG Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

100 % = Bilangan konstan

Angka yang dimasukan ke dalam rumus di atas merupakan data yang diperoleh dari hasil jawaban responden atas pertanyaan yang diajukan. Hasil perhitungan tersebut kemudian dibandingkan dengan kriteria yang telah ditentukan.

Kriteria penjabaran mengenai nilai persentase yang akan dihasilkan dari penghitungan yaitu menggunakan persentase hasil penelitian yang dikemukakan oleh Effendi dan Manning (dalam Mahardika,2014, hlm 49) yang dapat dilihat pada tabel 3.10.

Tabel 1.10Persentase Hasil Penelitian

Persentase Kriteria

100 % Seluruhnya

75% - 99% Sebagian besar

51% - 74% Lebih dari setengahnya

50% Setengahnya

25% - 49% Kurang dari setengahnya

1% - 24% Sebagian kecil

0% Tidak ada / tidak seorangpun


(40)

Hafid Munjinadir, 2015

ANALISIS EKSISTENSI LAHAN PERTANIAN SAWAH DI KOTA BANDUNG Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

J. Alur Penelitian

Masalah di Lapangan

KESIMPULAN 1. Analisis Deskriptif

2. Persentase 3. Skala Likert Pengolahan Data dan

Analisis Data

Data Primer - Wawancara - Observasi

Pengumpulan Data Memberi Manfaat kepada Penulis, Pemerintah, dan

wisatawan Tujuan yang Dicapai Rumusan Masalah

Observasi Lapangan Tahap Awal

Data Sekunder Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Bappeda Kota Bandung


(41)

Hafid Munjinadir, 2015

ANALISIS EKSISTENSI LAHAN PERTANIAN SAWAH DI KOTA BANDUNG Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu


(42)

Hafid Munjinadir, 2015

ANALISIS EKSISTENSI LAHAN PERTANIAN SAWAH DI KOTA BANDUNG Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

BAB 1

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan pada daerah yang memiliki lahan pertanian di Kota Bandung yang masih bertahan sampai saat ini, maka dapat kesimpulan sebagai berikut :

1. Hasil penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi lahan pertanian di Kota Bandung terlepas dari faktor fisik Kota Bandung yang memang sangat mendukung adanya kegiatan pertanian, bahwa faktor dominan yang mempengaruhi eksistensi lahan pertanian sawah di Kota Bandung adalah faktor sosiaalnya, yang meliputi kebijakan pemerintah, status kepemilikan tanah, tenaga kerja, pendapatan dan pengeluaran petani. Namun faktor sosial yang sangat berpengaruh adalah status kepemilikan tanah. Status kepemilikan tanah sangat mempengaruhi eksistensi lahan sawah karena pemilik lahan memiliki hak penuh atas penggunaan lahan yang di milikinya. Pemilik lahan bisa mempertahankan lahannya untuk dimanfaatkan penggarap dengan bebagai alasan, salah satunya karena harga jual lahan yang belum mencapai target yang di inginkan. Sehingga meskipun RTRW Kota Bandung sudah menetapkan kawasan Bandung Timur sebagai kawasan pemukiman, namun pemerintah kota tetap tidak dapat mengintervensi perubahan lahan milik masyarakat tersebut sehingga sampai saat ini lahan sawah dan kegiatan pertanian masih eksis di wilayah tersebut. Fakta di lapangan menunjukan bahwa pembebasan lahan untuk membuka exit tol di wilayah Gedebage membuat sebagian kecil lahan di urug untuk menjadi jalan tol, hal ini menunjukan bahwa cepat atau lambat konversi lahan akan terjadi di wilayah tersebut.

2. Secara ekonomi, dilihat dari penghasilan dari mata pencaharian petani, rata-rata penghasilan pertanian di Kota Bandung cukup besar. Hal ini dikarenakan harga jual gabah yang di atas rata-rata sehingga sangat mempengaruhi pendapatan. Rata-rata petani mendapatkan Rp.13.355.000,-/hektar atau sekitar Rp. 3.050.000,-/ bulan jika dalam satu tahun 3 kali panen atau Rp.2.600.000/bulan jika dalam satu tahun hanya terdapat 2 kali panen. Pendapatan itu cukup besar karena berada di atas UMR Kota Bandung yaitu 2.050.000,-. Secara angka memang rata-rata pendapatan petani cukup


(43)

Hafid Munjinadir, 2015

ANALISIS EKSISTENSI LAHAN PERTANIAN SAWAH DI KOTA BANDUNG Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

besar, namun kenyataanya hasil dari bertani hanya bisa digunakan untuk makan saja, paling tidak hasil panen bisa dikonsumsi sendiri. Hal ini yang membuat para petani tetap bertahan dengan mata pencahariannya, karena mata pencahariaan ini yang memberikan kehidupan kepada petani. Namun dengan adanya konversi lahan beberapa petani mulai kehilangan lahanya dan penghasilannya pun berkurang.

B. SARAN

Berdasarkan kesimpulan yang telah diuraikan di atas menunjukan gambaran hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti. Maka peneliti memiliki beberapa saran yang peneliti kemukakan untuk Pemerintah Kota Bandung dan masyarakat petani yang ada di Kota Bandung. Adapun saran peneliti sebagi berikut :

1. Kota Bandung sebagai kota metropolitan dan sebagai Ibu Kota Provinsi Jawa Barat seharusnya dapat memenuhi kebutuhan provinsi sebagai kota yang dapat menjalankan fungsi sebagai kota, dimana kota merupakan suatu wilayah yang kegiatan ekonominya diluar sektor pertanian. Namun disisi sangat memenuhi kriteria sebagai kawasan pertanian, dilihat dari aspek fisik dan sosialnya. Dari hasil penelitian menyatakan bahwa produksi lahan sawah di Kota Bandung baik dan dapat memenuhi kebutuhan. Namun di sisi lain bila memperhatikan RTRW Kota Bandung akan memungkinkan terjadinya konversi lahan dari lahan sawah menjadi pemukiman, industri atau lainnya, maka perlu adanya intensifikasi lahan di wilayah lain untuk memenuhi kebutuhan konsumsi Kota Bandung, dengan demikian RTRW yang sudah ada tidak perlu dirombak dan kebutuhan konsumsi Kota Bandung tetap terpenuhi.

2. Berdasarkan hasil penelitian bahwa lahan sawah dalam waktu yang tidak lama akan terjadi konversi lahan sawah menjadi pemukiman. Maka dari itu sebaiknya pemerintah mulai memberi sosialisasi dan pembekalan skill dan keterampilan kepada petani-petani untuk mengerjakan pekerjaan lain selain bertani.


(44)

Hafid Munjinadir, 2015

ANALISIS EKSISTENSI LAHAN PERTANIAN SAWAH DI KOTA BANDUNG Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

DAFTAR PUSTAKA

Agung, Mahardika.2010. Eksistensi Industri Kripik Pisang di Provinsi Lampung. Bandung. FPIPS UPI.

Anwar, Chaerul. 2015. Areal Pertanian di Kota Medan Terjepit.

http://www.medanbisnisdaily.com/news/read/2015/02/12/146568/areal-pertanian-di-kota-medan-terjepit/#.VWqZCNKqqko. Diakses pada 19 Mei 2015.

Arikunto.Suharsimi.2010. Prosedurpenelitian suatu pendekatan praktik.Jakarta :RinekaCipta. Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup DKI Jakarta. 2011. Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Tahun 2011.http://bplhd.jakarta.go.id/SLHD2011/Lap_SLHD/Lap_3D.htm. Diakses pada 19 Mei 2015

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Bandung. 2006. Development Brief, Pusat Primer Gedebage. Bandung.

Badan Pusat Statistik Kota Bandung. 2014. Kota Bandung Dalam Angka 2014. Badan Pusat Statistik Kota Bandung.

Badan Pusat Statistik Kota Bandung. 2014. Kecamatan Buah Batu Dalam Angka 2014.

Badan Pusat Statistik Kota Bandung

Badan Pusat Statistik Kota Bandung. 2013. Kecamatan Cibiru Dalam Angka 2013. Badan Pusat Statistik Kota Bandung

Badan Pusat Statistik Kota Bandung. 2014. Statistik Daerah Kecamatan Gede Bage Kota Bandung. Badan Pusat Statistik Kota Bandung

Badan Pusat Statistik Kota Bandung. 2014. Rancasari Dalam Angka 2014. Badan Pusat Statistik Kota Bandung

BPTP. 1997. Usaha Tani Padi Tanam Benih Langsung (TABELA). Lembang. Departemen Pertanian.

Ediawati, Susiani. 2010. Eksistensi Industri bawang goreng terhadap kondisi sosial ekonomi petani bawang merah di desa Sukamulya dan Desa Garawangi kecamatan Garawangi Kabupaten Kuningan.FPIPS UPI.

Jamulya dan Sunarto. 1991. Metode Evaluasi Kemampuan Lahan. Yogyakarta. Universitas Gajah Mada.


(45)

Hafid Munjinadir, 2015

ANALISIS EKSISTENSI LAHAN PERTANIAN SAWAH DI KOTA BANDUNG Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

Jamulya dan Yunianto T. 1991. Evaluasi Sumber Daya Lahan untuk Pertanian. Yogyakarta. Universitas Gajah Mada.

Jupri. Lahan. FPIPS UPI.

Maryani E dan Waluya B. 2008. Hand Out Mata Kuliah Geografi Desa Kota. Bandung. FPIPS UPI.

Mubyarto. 1987. Politik Pertanian dan Pembangunan Pedesaan. Sinar Harapan.

Notohadiprawiro, Tejoyuwono. 2006. Tanah dan Lingkungan. Yogyakarta. Ilmu Tanah. UGM.

Pradana, Rego.2012.Partisipasi Masyarakat Dalam Reklamasi Lahan Galian C di Desa Cibereum Wetan Kecamatan Cimalaka Kabupaten Sumedang. Skripsi pada Jurusan Pendidikan Geografi. Bandung.

Rafi’i, S. 1995. Meteorologi dan Klimatologi. Bandung. Angkasa

Rafi’i, S. 1982. Ilmu Tanah. Bandung. Angkasa.

Sartika, Euis. 2012. Dampak alih fungsi lahan pertanian menjadi lahan industry terhadap kondisi social ekonomi masyarakat di kecamatan cikampek kabupaten karawang.

FPIPS UPI.

Sumaatmadja, Nursid. 1988. Studigeografisuatupendekatandananalisakeruangan. Bandung : Alumni.

Surakhmad, Winarno. 1999. Pengantar penelitian Ilmiah. Bandung : Alumni

Sutanto, Rachman. 2005. Dasar-dasar Ilmu Tanah Konsep dan Kenyataan. Yogyakarta. Kanisius

Sundari, S Laksmi. 2015. Lahan Pertanian di Cimahi Terjadi Alih Fungsi. www.galamedianews.com diakses pada : 22 Mei 2015

Warsa. 2013. Lahan Pertanian di Kota Sukabumi.

http://sosbud.kompasiana.com/2013/10/05/lahan-pertanian-di-kota-sukabumi-598783.html. diakses pada 31 Mei 2015

Vergara, B.S. 1995. Bercocok Tanam Padi. Jakarta. Departemen Pertanian.

Vil. 2014. Luas Sawah Kota Bandung Tertinggi di Jabar.

http://jabartoday.com/bandung-raya/2014/10/05/1209/19674/luas-sawah-kota-bandung-tertinggi-di-jabar. diakses

pada 31 Mei 2015.


(1)

Hafid Munjinadir, 2015

ANALISIS EKSISTENSI LAHAN PERTANIAN SAWAH DI KOTA BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

J. Alur Penelitian

Masalah di Lapangan

KESIMPULAN 1. Analisis Deskriptif

2. Persentase 3. Skala Likert Pengolahan Data dan

Analisis Data

Data Primer - Wawancara - Observasi

Pengumpulan Data Memberi Manfaat kepada Penulis, Pemerintah, dan

wisatawan Tujuan yang Dicapai Rumusan Masalah

Observasi Lapangan Tahap Awal

Data Sekunder Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Bappeda Kota Bandung


(2)

Hafid Munjinadir, 2015

ANALISIS EKSISTENSI LAHAN PERTANIAN SAWAH DI KOTA BANDUNG


(3)

Hafid Munjinadir, 2015

ANALISIS EKSISTENSI LAHAN PERTANIAN SAWAH DI KOTA BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu BAB 1

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan pada daerah yang memiliki lahan pertanian di Kota Bandung yang masih bertahan sampai saat ini, maka dapat kesimpulan sebagai berikut :

1. Hasil penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi lahan pertanian di Kota

Bandung terlepas dari faktor fisik Kota Bandung yang memang sangat mendukung adanya kegiatan pertanian, bahwa faktor dominan yang mempengaruhi eksistensi lahan pertanian sawah di Kota Bandung adalah faktor sosiaalnya, yang meliputi kebijakan pemerintah, status kepemilikan tanah, tenaga kerja, pendapatan dan pengeluaran petani. Namun faktor sosial yang sangat berpengaruh adalah status kepemilikan tanah. Status kepemilikan tanah sangat mempengaruhi eksistensi lahan sawah karena pemilik lahan memiliki hak penuh atas penggunaan lahan yang di milikinya. Pemilik lahan bisa mempertahankan lahannya untuk dimanfaatkan penggarap dengan bebagai alasan, salah satunya karena harga jual lahan yang belum mencapai target yang di inginkan. Sehingga meskipun RTRW Kota Bandung sudah menetapkan kawasan Bandung Timur sebagai kawasan pemukiman, namun pemerintah kota tetap tidak dapat mengintervensi perubahan lahan milik masyarakat tersebut sehingga sampai saat ini lahan sawah dan kegiatan pertanian masih eksis di wilayah tersebut. Fakta di lapangan menunjukan bahwa pembebasan lahan untuk

membuka exit tol di wilayah Gedebage membuat sebagian kecil lahan di urug untuk

menjadi jalan tol, hal ini menunjukan bahwa cepat atau lambat konversi lahan akan terjadi di wilayah tersebut.

2. Secara ekonomi, dilihat dari penghasilan dari mata pencaharian petani, rata-rata

penghasilan pertanian di Kota Bandung cukup besar. Hal ini dikarenakan harga jual gabah yang di atas rata-rata sehingga sangat mempengaruhi pendapatan. Rata-rata petani mendapatkan Rp.13.355.000,-/hektar atau sekitar Rp. 3.050.000,-/ bulan jika dalam satu tahun 3 kali panen atau Rp.2.600.000/bulan jika dalam satu tahun hanya terdapat 2 kali panen. Pendapatan itu cukup besar karena berada di atas UMR Kota Bandung yaitu 2.050.000,-. Secara angka memang rata-rata pendapatan petani cukup


(4)

Hafid Munjinadir, 2015

ANALISIS EKSISTENSI LAHAN PERTANIAN SAWAH DI KOTA BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

besar, namun kenyataanya hasil dari bertani hanya bisa digunakan untuk makan saja, paling tidak hasil panen bisa dikonsumsi sendiri. Hal ini yang membuat para petani tetap bertahan dengan mata pencahariannya, karena mata pencahariaan ini yang memberikan kehidupan kepada petani. Namun dengan adanya konversi lahan beberapa petani mulai kehilangan lahanya dan penghasilannya pun berkurang.

B. SARAN

Berdasarkan kesimpulan yang telah diuraikan di atas menunjukan gambaran hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti. Maka peneliti memiliki beberapa saran yang peneliti kemukakan untuk Pemerintah Kota Bandung dan masyarakat petani yang ada di Kota Bandung. Adapun saran peneliti sebagi berikut :

1. Kota Bandung sebagai kota metropolitan dan sebagai Ibu Kota Provinsi Jawa Barat

seharusnya dapat memenuhi kebutuhan provinsi sebagai kota yang dapat menjalankan fungsi sebagai kota, dimana kota merupakan suatu wilayah yang kegiatan ekonominya diluar sektor pertanian. Namun disisi sangat memenuhi kriteria sebagai kawasan pertanian, dilihat dari aspek fisik dan sosialnya. Dari hasil penelitian menyatakan bahwa produksi lahan sawah di Kota Bandung baik dan dapat memenuhi kebutuhan. Namun di sisi lain bila memperhatikan RTRW Kota Bandung akan memungkinkan terjadinya konversi lahan dari lahan sawah menjadi pemukiman, industri atau lainnya, maka perlu adanya intensifikasi lahan di wilayah lain untuk memenuhi kebutuhan konsumsi Kota Bandung, dengan demikian RTRW yang sudah ada tidak perlu dirombak dan kebutuhan konsumsi Kota Bandung tetap terpenuhi.

2. Berdasarkan hasil penelitian bahwa lahan sawah dalam waktu yang tidak lama akan

terjadi konversi lahan sawah menjadi pemukiman. Maka dari itu sebaiknya

pemerintah mulai memberi sosialisasi dan pembekalan skill dan keterampilan kepada


(5)

Hafid Munjinadir, 2015

ANALISIS EKSISTENSI LAHAN PERTANIAN SAWAH DI KOTA BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu DAFTAR PUSTAKA

Agung, Mahardika.2010. Eksistensi Industri Kripik Pisang di Provinsi Lampung. Bandung.

FPIPS UPI.

Anwar, Chaerul. 2015. Areal Pertanian di Kota Medan Terjepit.

http://www.medanbisnisdaily.com/news/read/2015/02/12/146568/areal-pertanian-di-kota-medan-terjepit/#.VWqZCNKqqko. Diakses pada 19 Mei 2015.

Arikunto.Suharsimi.2010. Prosedurpenelitian suatu pendekatan praktik.Jakarta :RinekaCipta.

Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup DKI Jakarta. 2011. Status Lingkungan Hidup Daerah

Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Tahun

2011.http://bplhd.jakarta.go.id/SLHD2011/Lap_SLHD/Lap_3D.htm. Diakses pada

19 Mei 2015

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Bandung. 2006. Development Brief, Pusat

Primer Gedebage. Bandung.

Badan Pusat Statistik Kota Bandung. 2014. Kota Bandung Dalam Angka 2014. Badan Pusat

Statistik Kota Bandung.

Badan Pusat Statistik Kota Bandung. 2014. Kecamatan Buah Batu Dalam Angka 2014.

Badan Pusat Statistik Kota Bandung

Badan Pusat Statistik Kota Bandung. 2013. Kecamatan Cibiru Dalam Angka 2013. Badan

Pusat Statistik Kota Bandung

Badan Pusat Statistik Kota Bandung. 2014. Statistik Daerah Kecamatan Gede Bage Kota

Bandung. Badan Pusat Statistik Kota Bandung

Badan Pusat Statistik Kota Bandung. 2014. Rancasari Dalam Angka 2014. Badan Pusat

Statistik Kota Bandung

BPTP. 1997. Usaha Tani Padi Tanam Benih Langsung (TABELA). Lembang. Departemen

Pertanian.

Ediawati, Susiani. 2010. Eksistensi Industri bawang goreng terhadap kondisi sosial ekonomi

petani bawang merah di desa Sukamulya dan Desa Garawangi kecamatan

Garawangi Kabupaten Kuningan.FPIPS UPI.

Jamulya dan Sunarto. 1991. Metode Evaluasi Kemampuan Lahan. Yogyakarta. Universitas


(6)

Hafid Munjinadir, 2015

ANALISIS EKSISTENSI LAHAN PERTANIAN SAWAH DI KOTA BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

Jamulya dan Yunianto T. 1991. Evaluasi Sumber Daya Lahan untuk Pertanian. Yogyakarta.

Universitas Gajah Mada.

Jupri. Lahan. FPIPS UPI.

Maryani E dan Waluya B. 2008. Hand Out Mata Kuliah Geografi Desa Kota. Bandung.

FPIPS UPI.

Mubyarto. 1987. Politik Pertanian dan Pembangunan Pedesaan. Sinar Harapan.

Notohadiprawiro, Tejoyuwono. 2006. Tanah dan Lingkungan. Yogyakarta. Ilmu Tanah.

UGM.

Pradana, Rego.2012.Partisipasi Masyarakat Dalam Reklamasi Lahan Galian C di Desa

Cibereum Wetan Kecamatan Cimalaka Kabupaten Sumedang. Skripsi pada Jurusan

Pendidikan Geografi. Bandung.

Rafi’i, S. 1995. Meteorologi dan Klimatologi. Bandung. Angkasa

Rafi’i, S. 1982. Ilmu Tanah. Bandung. Angkasa.

Sartika, Euis. 2012. Dampak alih fungsi lahan pertanian menjadi lahan industry terhadap

kondisi social ekonomi masyarakat di kecamatan cikampek kabupaten karawang. FPIPS UPI.

Sumaatmadja, Nursid. 1988. Studigeografisuatupendekatandananalisakeruangan. Bandung :

Alumni.

Surakhmad, Winarno. 1999. Pengantar penelitian Ilmiah. Bandung : Alumni

Sutanto, Rachman. 2005. Dasar-dasar Ilmu Tanah Konsep dan Kenyataan. Yogyakarta.

Kanisius

Sundari, S Laksmi. 2015. Lahan Pertanian di Cimahi Terjadi Alih Fungsi.

www.galamedianews.com diakses pada : 22 Mei 2015

Warsa. 2013. Lahan Pertanian di Kota Sukabumi.

http://sosbud.kompasiana.com/2013/10/05/lahan-pertanian-di-kota-sukabumi-598783.html. diakses pada 31 Mei 2015

Vergara, B.S. 1995. Bercocok Tanam Padi. Jakarta. Departemen Pertanian.

Vil. 2014. Luas Sawah Kota Bandung Tertinggi di Jabar.

http://jabartoday.com/bandung-raya/2014/10/05/1209/19674/luas-sawah-kota-bandung-tertinggi-di-jabar. diakses pada 31 Mei 2015.