PENERAPAN BRAIN BASED LEARNING PADA PEMBELAJARAN IPA TERPADU TIPE WEBBED DAN CONNECTED UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN PENGUASAAN KONSEP MATERI PEMANASAN GLOBAL.

(1)

Yesi nofla meri, 2015

Penerapan brain based learning pada pembelajaran ipa terpadu tipe webbed dan connected untuk meningkatkan keterampilan proses sains dan penguasaan konsep materi pemanasan global

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

PENERAPAN BRAIN BASED LEARNING PADA PEMBELAJARAN IPA TERPADU TIPE WEBBED DAN CONNECTED UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN PENGUASAAN KONSEP MATERI

PEMANASAN GLOBAL

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Persyaratan untuk Memperoleh Gelar Master Pendidikan Program Studi Pendidikan IPA

Oleh ;

YESI NOFLA MERI


(2)

Yesi nofla meri, 2015

Penerapan brain based learning pada pembelajaran ipa terpadu tipe webbed dan connected untuk meningkatkan keterampilan proses sains dan penguasaan konsep materi pemanasan global

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN IPA SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2015

Penerapan Brain Based Learning pada Pembelajaran IPA Terpadu Tipe Webbed dan Connected untuk Meningkatkan Keterampilan Proses Sains dan

Penguasaan Konsep Materi Pemanasan Global

Oleh Yesi Nofla Meri S.Pd UNP Padang, 2010

Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd.) pada Sekolah Pascasarjana


(3)

Yesi nofla meri, 2015

Penerapan brain based learning pada pembelajaran ipa terpadu tipe webbed dan connected untuk meningkatkan keterampilan proses sains dan penguasaan konsep materi pemanasan global

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

© Yesi Nofla Meri 2015 Universitas Pendidikan Indonesia

Agustus 2015

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.

HALAMAN PENGESAHAN

YESI NOFLA MERI

PENERAPAN BRAIN BASED LEARNING PADA PEMBELAJARAN IPA TERPADU TIPE WEBBED DAN CONNECTED UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN PENGUASAAN KONSEP MATERI


(4)

Yesi nofla meri, 2015

Penerapan brain based learning pada pembelajaran ipa terpadu tipe webbed dan connected untuk meningkatkan keterampilan proses sains dan penguasaan konsep materi pemanasan global

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Disetujui dan disahkan oleh :

Pembimbing,

Dr. Ana Ratna Wulan, M.Pd NIP. 19740417 199903 2 001

Mengetahui,

Ketua Program Studi Pendidikan IPA

Dr. Phil. Ari Widodo, M. Ed NIP. 19670527 199203 1 001


(5)

Yesi nofla meri, 2015

Penerapan brain based learning pada pembelajaran ipa terpadu tipe webbed dan connected untuk meningkatkan keterampilan proses sains dan penguasaan konsep materi pemanasan global Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Penerapan Brain Based Learning pada Pembelajaran IPA Terpadu Tipe Webbed dan

Connected untuk Meningkatkan Keterampilan Proses Sains dan Penguasaan Konsep

Materi Pemanasan Global Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk melihat perbedaan peningkatan keterampilan proses saisn (KPS) siswa dan penguasaan konsep pemanasan global antara kelas yang menerapkan Brain based Learning keterpaduan tipe webbed dengan keterpaduan tipe connected. Metode penelitian yang digunakan adalah quasi eksperimen dengan rancangan Pretest-Posttest Control Group Only Design terhadap siswa kelas VII SMP N 1 Situjuah Limo Nagari, Sumatra Barat yang dipilih secara cluster random sampling. Data dikumpulkan dengan mengunakan tes tertulis soal keterampilan proses sains dan penguasaan konsep, lembar keterlaksanaan pembelajaran oleh guru dan peserta didik, serta angket tanggapan peserta didik dan guru. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran IPA Terpadu tipe webbed dan tipe connected menggunakan model Brain based Learning terlaksana sesuai dengan yang direncanakan. Peningkatan keterampilan proses sains dan penguasaan konsep pemanasan global tidak berbeda secara signifikan antara kelas yang menerapkan keterpaduan tipe webbed dan tipe connected. Pada kelas webbed peningkatan keterampilan proses sains peserta didik dengan perolehan nilai gain sebesar 0,68 (kategori sedang) dan penguasaan konsep dengan nilai gain 0,68 (kategori sedang). Sedangkan pada kelas connected peningkatan keterampilan proses sains peserta didik dengan perolehan nilai gain sebesar 0,71 (kategori tinggi) dan penguasaan konsep dengan nilai gain 0,68 (kategori sedang). Guru dan peserta didik memberikan tanggapan positif terhadap pelaksanaan Brain based Learning menggunakan keterpaduan tipe webbed dan tipe connected. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penerapan Brain Based Learning pada pembelajaran IPA Terpadu tipe webbed dan tipe connected dapat meningkatkan keterampilan proses sains dan penguasaan konsep pemanasan global.

Kata Kunci: Brain based Learning, Penguasaan Konsep, Keterampilan Proses Sains, ,


(6)

Yesi nofla meri, 2015

Penerapan brain based learning pada pembelajaran ipa terpadu tipe webbed dan connected untuk meningkatkan keterampilan proses sains dan penguasaan konsep materi pemanasan global Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Implementation of Brain Based Learning in Integrated Science Type of Webbed and Connected to Improve Science Skills Process and Mastery Concept of Global Warming

Abstract

This study aims to look at the differences increase science process skills (SPS) students and mastery concept of global warming among the classes that implement the Brain-based Learning using integration type webbed with alignment-type connected. The method used a quasi-experimental design with pretest-posttest control group Only Design to the students of class VII SMP N 1 Situjuah Limo Nagari, West Sumatra were selected by cluster random sampling.Data were collected by using a written test about the science process skills and mastery of concepts, sheet implementation learning by teachers and learners, as well as the questionnaire responses of learners and teachers.The results showed that the integrated type webbed and type of connected using a model-based Learning Brain implemented as planned.Improved science process skills and mastery concept of global warming did not differ significantly between the classes that implement the integration type webbed and type connected.in class webbed can enhance science process skills of learners with the acquisition value gain of 0.68 (medium category) and mastery of the concept of the value of gain of 0.68 (medium category).While class connected can enhance science process skills of learners with the acquisition value of a gain of 0.71 (high category) and mastery of the concept of the value of gain of 0.68 (medium category).Teachers and students gave positive responses to the implementation of the Brain-based Learning using alignment type webbed and the type of connected.It can be concluded that the application of the Brain-based Learning in Integrated science teaching type webbed and the type of connected can enhance science process skills and mastery of the concept of global warming.

Keywords:Brain-based Learning, Mastery of Concepts, Science Process Skills, Webbed Integration, Connected Integration.


(7)

Yesi nofla meri, 2015

Penerapan brain based learning pada pembelajaran ipa terpadu tipe webbed dan connected untuk meningkatkan keterampilan proses sains dan penguasaan konsep materi pemanasan global

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas segala karunia dan limpahan rahmat-Nya, sehingga peneliti dapat menyelesaikan penulisan tesis ini yang berjudul “Penerapan Brain Based Learning pada Pembelajaran IPA Terpadu Tipe Webbed dan Connected Untuk Meningkatkan Keterampilan Proses Sains dan Penguasaan Konsep Materi Pemanasan Global”.

Tesis ini ditulis sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan pada Jurusan Pendidikan IPA, Sekolah Pasca Sarjana, Universitas Pendidikan Indonesia. Dalam penyusunan tesis ini penulis banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu, penulis menyampaikan terima kasih kepada :

1. Ibu Dr. Ana Ratna Wulan, M.Pd, sebagai Penasehat Akademis sekaligus sebagai dosen Pembimbing yang telah memberikan bimbingan, arahan, saran, pemikiran dan motivasi disela-sela kesibukannya..

2. Bapak Dr. Hayat Sholihin, M.Sc, Ibu Prof. Dr. Anna Permanasari, M. Si, Dr. Bambang Supriatno, M.Si, selaku Penguji yang telah banyak memberikan bimbingan, arahan, saran, pemikiran dan motivasi disela-sela kesibukannya. 3. Bapak Dr. Phil. Ari Widodo, M. Ed, selaku Ketua Program Studi Pendidikan

IPA Sekolah Pascasarjana UPI Bandung yang telah memberikan berbagai kemudahan dalam penyusunan tesis ini.

4. Direktur Pascasarjana UPI Bandung, Asisten Direktur I dan asisten Direktur II yang telah memfasilitasi penulis mendapatkan banyak ilmu dan pengalaman selama penulis menempuh perkuliahan di Sekolah Pasca Sarjana UPI Bandung.

5. Ibu Dr. Ida Hamidah, M. Si, sebagai dosen ahli yang telah menjudgement instrumen penelitian dalam penyusunan tesis ini.


(8)

Yesi nofla meri, 2015

Penerapan brain based learning pada pembelajaran ipa terpadu tipe webbed dan connected untuk meningkatkan keterampilan proses sains dan penguasaan konsep materi pemanasan global

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

6. Seluruh Dosen Pascasarjana Program Studi Pendidikan IPA yang telah memberikan ilmu kepada penulis sebagai dasar penyusunan tesis ini.

7. Seluruh staf dan karyawan Prodi IPA dan Bagian Akademik Pascasarjana UPI Bandung yang telah memberikan kemudahan dan pelayanan akademik kepada penulis.

8. Teman-teman mahasiswa S-2 Program Studi IPA program kerjasama P2TK angkatan 2013 yang selalu kompak dari awal hingga akhir perkuliahan. 9. Seluruh pihak sekolah SMPN 1 Kec. Situjuah Limo Nagari yang telah

memfasilitasi penulis dalam melakukan penelitian di sekolah yang beliau pimpin.

10.Suamiku tercinta Febriyadi Pratama, S. Pd yang selalu memberikan semangat, dukungan dan motivasi bagiku dalam menyelesaikan kuliah ini dan anakku tersayang Muhammad Athar Alferysi yang selalu setia menemani Bunda dari awal hingga selesainya kuliah ini.

11.Kedua orang tua dan keluarga besar yang selalu memberikan dorongan, semangat dan doa kepada penulis.

12.Semua pihak yang yang tidak dapat disebutkan satu persatu

Semoga dorongan, bantuan dan bimbingan yang telah diberikan kepada peneliti menjadi amal ibadah dan mendapat pahala yang setimpal dari Allah SWT. Peneliti menyadari bahwa dalam penelitian ini masih banyak terdapat kekurangan. Oleh sebab itu, kritik dan saran yang bersifat membangun peneliti harapkan dari semua pihak untuk kesempurnaannya.


(9)

Yesi nofla meri, 2015

Penerapan brain based learning pada pembelajaran ipa terpadu tipe webbed dan connected untuk meningkatkan keterampilan proses sains dan penguasaan konsep materi pemanasan global

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Penulis

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 9

1.3 Batasan Masalah ... 10

1.4 Tujuan Penelitian ... 10

1.5 Manfaat Penelitian ... 12

1.6 Definisi Operasional ... 12

1.7 Asumsi Penelitian ... 13

BAB II. KAJIAN TEORI 2. 1Pembelajaran IPA Terpadu... 14

2.1.1 Model Webbed ... 18

2.1.2 Model Connected ... 20

2. 2Brain Based Learning ... 23


(10)

Yesi nofla meri, 2015

Penerapan brain based learning pada pembelajaran ipa terpadu tipe webbed dan connected untuk meningkatkan keterampilan proses sains dan penguasaan konsep materi pemanasan global

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2. 4Penguasaan Konsep ... 33

2. 5Pembelajaran Tema Pemanasan Global ... 40

2.5.1 Pengertian Pemanasan Global... 43

2.5.2 Penyebab dan Mekanisme Pemanasan Global... 44

2.5.3 2.5.4 Dampak Pemanasan Global ... 46

2.5.5 Langkah-langkah Mengurangi Pemanasan Global ... 49

2. 6 Hipotesis Penelitian ... 51

BAB III. METODE PENELITIAN 3.1 Metode dan Desain Penelitian ... 52

3.2 Populasi dan Sampel ... 52

3.3 Instrumen Penelitian ... 53

3.4 Prosedur Penelitian ... 58

3.5 Teknik Analisis Data ... 61

BAB IV. PEMBAHASAN 4.1Analisis Data dan Temuan Hasil Penelitian ... 65

4.1.1 Keterlaksanaan Brain Based learning ... 65

4.1.2 Peningkatan Keterampilan Proses Sains ... 70

4.1.3 Peningkatan Peguasaan Konsep ... 75

4.1.4 Tanggapan Pelaksanaan Brain Based learning ... 81

4.2Pembahasan ... 87

4.2.1 Keterlaksanaan Brain Based learning ... 88

4.2.2 Peningkatan Keterampilan Proses Sains ... 89

4.2.3 Peningkatan Peguasaan Konsep ... 92

4.2.4 Tanggapan Pelaksanaan Brain Based learning ... 94

BAB V . KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan ... 97


(11)

Yesi nofla meri, 2015

Penerapan brain based learning pada pembelajaran ipa terpadu tipe webbed dan connected untuk meningkatkan keterampilan proses sains dan penguasaan konsep materi pemanasan global

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR PUSTAKA ... 99

LAMPIRAN ... 99

DAFTAR TABEL Tabel Halaman Tabel 2.1 Jenis Keterampilan Proses Sains dan Indikatornya ... 30

Tabel 2.2 Kaitan Tahapan Brain based Learning dan indikator KPS ... 32

Tabel 2.3 Kombinasi Taksonomi Blom Revisi Anderso dan Karthwol ... 35

Tabel 2.4 Hubungan Tahapan Brain based Learning dan dimensi pengetahuan dan dimansi proses kognitif ... 40

Tabel 2.5 Ikhtisar Gas Rumah Kaca... 37

Tabel 3.1 Rancangan Penelitian ... 52

Tabel 3.2 Jenis Instrumen Penelitian ... 53

Tabel 3.3 Kriteria Validitas Butir Soal ... 54

Tabel 3.4 Kriteria Reliabilitas ... 55

Tabel 3.5 Kriteria Tingkat Kesukaran Soal ... 55

Tabel 3.6 Kriteria Daya Beda Soal ... 55

Tabel 3.7 Hasil Uji Coba Soal KPS ... 56

Tabel 3.8 Hasil Uji Coba Soal Penguasaan Konsep... 56

Tabel 3.9 Kriteria Keterlaksanaan Pembelajaran ... 63


(12)

Yesi nofla meri, 2015

Penerapan brain based learning pada pembelajaran ipa terpadu tipe webbed dan connected untuk meningkatkan keterampilan proses sains dan penguasaan konsep materi pemanasan global

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Tabel 4.1 Persentase Keterlaksanaan Pembelajaran oleh Peserta Didik... 67

Tabel 4.2 Persentase Rerata Peningkatan KPS ... 64

Tabel 4.3 Hasil Uji Normalitas KPS ... 71

Tabel 4.4 Hasil Uji Homogenitas KPS ... 72

Tabel 4.5 Hasil Uji t KPS... 73

Tabel 4.6 Hasil Belajar Penguasaan Konsep Pemanasan Global untuk setiap Subkonsep ... 76

Tabel 4.7 Hasil Rerata Penguasaan Konsep Dimensi Pengetahuan ... 76

Tabel 4.6 Hasil Rerata Penguasaan Konsep Dimensi Proses Kognitif ... 77

Tabel 4.7 Hasil Uji Normalitas Penguasaan Konsep... 79

Tabel 4.8 Hasil Uji Homogenitas Penguasaan Konsep ... 79

Tabel 4.9 Hasil Uji t Penguasaan Konsep ... 79

Tabel 4.11 Tanggapan Peserta didik terhadap Materi Pemanasan Global... 82

Tabel 4.11 Tanggapan Peserta didik terhadap Penerapan BBL ... 82

Tabel 4.12 Tanggapan Peserta didik terhadap Bahan Ajar dan Soal... 84


(13)

Yesi nofla meri, 2015

Penerapan brain based learning pada pembelajaran ipa terpadu tipe webbed dan connected untuk meningkatkan keterampilan proses sains dan penguasaan konsep materi pemanasan global

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

Gambar 2.1 Keterhubungan Konsep untuk Keterpaduan Webbed ... 42

Gambar 2.2 Keterhubungan Konsep untuk Keterpaduan Connected ... 43

Gambar 3.1 Alur Penelitian ... 60

Gambar 4.1 Rata-rata Skor Pretest, Postetst, N-gain KPS ... 71

Gambar 4.2 Persentase Gain KPS untuk setiap indikator ... 74

Gambar 4.3 Rata-rata Skor Pretest, Postetst, N-gain Penguasaan Konsep... 78


(14)

Yesi nofla meri, 2015

Penerapan brain based learning pada pembelajaran ipa terpadu tipe webbed dan connected untuk meningkatkan keterampilan proses sains dan penguasaan konsep materi pemanasan global

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran A Perangkat Pembelajaran ... 104

A. 1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 105

A. 2 Bahan Ajar Tipe Webbed ... 109

A. 3 Bahan Ajar Tipe Connected ... 124

Lampiran B Instrumen Penelitian ... 138

B. 1 Kisi-Kisi Soal Uji Coba KPS ... 139

B. 2 Kisi-Kisi Soal Uji Coba Penguasaan Konsep... 146

B. 3 Soal Pretest-Postets... 151

B. 4 Format Observasi Guru ... 159


(15)

Yesi nofla meri, 2015

Penerapan brain based learning pada pembelajaran ipa terpadu tipe webbed dan connected untuk meningkatkan keterampilan proses sains dan penguasaan konsep materi pemanasan global

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

B. 6 Angket Tanggapan Peserta Didik ... 166

B. 7 Instrumen Wawacara Guru... 167

Lampiran C Hasil Uji Coba KPS dan Penguasaan Konsep ... 169

Lampiran D Pengolahan Data ... 180

D.1 Rekap keterlaksanaan Pembelajaran Oleh Guru ... 181

D.2 Rekap keterlaksanaan Pembelajaran Oleh Peserta didik ... 182

D.3 Rincian Skor KPS ... 183

D.4 Rincian Nilai KPS ... 187

D.6 Rincian Skor Penguasaan Konsep ... 188

D.7 Rincian Nilai Penguasaan Konsep... 192

D.5 Uji Statistik KPS ... 193

D.8 Uji Statistik Penguasaan Konsep ... 195

D.9 Rekap Angket Tanggapan Peserta Didik ... 196


(16)

Yesi nofla meri, 2015

Penerapan brain based learning pada pembelajaran ipa terpadu tipe webbed dan connected untuk meningkatkan keterampilan proses sains dan penguasaan konsep materi pemanasan global

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang

Pembelajaran IPA sebagai bagian dari mata pelajaran di SMP menurut kurikulum 2013, dikembangkan sebagai mata pelajaran integrative science atau IPA terpadu bukan sebagai pendidikan disiplin ilmu. Menurut Rustaman, (2004) pembelajaran terpadu merupakan pendekatan yang intinya memadukan dua unsur atau lebih dalam suatu kegiatan pembelajaran. Unsur pembelajaran yang dipadukan dapat berupa konsep dengan proses, konsep dari satu mata pelajaran dengan konsep mata pelajaran lain, atau dapat juga berupa penggabungan suatu metode dengan metode lain. Pemaduan dilakukan dengan menekankan pada prinsip keterkaitan antar satu unsur dengan unsur lain, sehingga diharapkan terjadi peningkatan pemahaman yang lebih bermakna dan peningkatan wawasan karena satu pembelajaran melibatkan lebih dari satu cara pandang. Kemendikbud (2013) menyatakan bahwa pembelajaran IPA berorientasi pada kemampuan aplikatif, pengembangan kemampuan berfikir, kemampuan belajar, rasa ingin tahu, dan pengembangan sikap peduli dan bertanggung jawab terhadap lingkungan biologi dan alam sekitarnya, serta pengenalan berbagai keunggulan wilayah nusantara.

Mengacu pada orientasi tersebut, pembelajaran IPA dilaksanakan secara inkuiri ilmiah (scientific inquiry) untuk menumbuhkan kemampuan berpikir, bekerja dan bersikap ilmiah serta mengkomunikasikannya sebagai aspek penting kecakapan hidup. Oleh karena itu pembelajaran IPA di SMP menekankan pada pemberian pengalaman belajar langsung melalui penggunaan dan pengembangan keterampilan proses dan sikap ilmiah. Hal ini sejalan dengan yang dinyatakan oleh Susilowati (2013) bahwa hakikat IPA yang cukup penting adalah dimensi proses ilmiah (metode ilmiah) yang intinya bahwa siswa dalam belajar IPA bukan belajar hafalan konsep tetapi belajar menemukan melalui proses sains.


(17)

2

Pelaksanaan proses pembelajaran yang terkait dengan aktivitas sains dikenal sebagai keterampilan proses sains. Menurut Rustaman (2007) keterampilan proses sains adalah keterampilan yang melibatkan keterampilan kognitif atau intelektual, manual dan sosial. Nur (dalam Haryono, 2006), menyatakan bahwa dengan pendekatan keterampilan proses sains, siswa diajak untuk melakukan proses pencarian pengetahuan melalui berbagai aktivitas proses sains sebagiamana dilakukan oleh para ilmuan dalam melakukan penyelidikan ilmiah, dengan demikian siswa diarahkan untuk menemukan sendiri berbagai fakta, membangun konsep dan nilai-nilai baru untuk kehidupannya. Oleh sebab itu Rustaman (2007) mengemukakan bahwa keterampilan proses perlu dikembangkan melalui pengalaman langsung sebagai pengalaman belajar dan disadari ketika kegiatannya sedang berlangsung. Melalui pegalaman langsung seseorang dapat lebih menghayati proses atau kegiatan yang sedang dilakukan. Sejalan dengan itu, Taconis et.al (2000), Harlen dalam Keil et.al (2009) menyatakan bahwa keterampilan proses sains sebagai cara yang penting dalam membangun pengetahuan dengan investigasi ilmiah.

Pendekatan keterampilan proses menjadi sangat penting karena beberapa hal berikut; a) perkembangan ilmu pengetahuan berlangsung semakin cepat sehingga tidak mungkin lagi para guru mengajarkan semua fakta dan konsep kepada peserta didik, b) anak-anak mudah memahami konsep-konsep yang rumit dan abstrak jika disertai dengan contoh-contoh yang kongkret, c) penemuan ilmu pengetahuan tidak bersifat mutlak benar seratus persen, penemuannya relatif, d) dalam proses belajar mengajar seyogyanya pengembangan sikap dan nilai dalam diri anak didik. Guru menumbuhkan potensi dan mengembangkan kemampuan-kemampuan tersebut dalam diri anak sesuai dengan taraf pemikirannya (Semiawan et.al, 1986). Hal ini selaras dengan pendapat Karamustafaoglu (2011) bahwa dengan pendekatan keterampilan proses sains, siswa disamping bisa menggunakan kemampuan kognitif untuk mendapatkan informasi, mereka


(18)

3

akan berpikir terhadap suatu permasalahan dan berusaha mencari solusi terhadap permasalahan tersebut.

Berdasarkan pengamatan di lapangan, tidak bisa dipungkiri ada siswa yang mendapatkan nilai yang tinggi dalam sejumlah mata pelajaran, namun mereka tampak kurang mampu dalam menerapkan baik pengetahuan, keterampilan dan sikap ke dalam situasi yang lain. Depdiknas (2007) melihat bahwa kecenderungan pembelajaran IPA di sekolah hanya berorientasi pada hasil tes, pengalaman belajar di kelas tidak utuh, guru menyampaikan IPA sebagai produk, dan siswa menghafal informasi faktual, siswa mempelajari IPA terbatas pada domain kognitif yang rendah, dan siswa tidak dibiasakan untuk mengembangkan potensi berpikirnya. Hal inilah yang menurut Karamustafaoglu (2011) menyebabkan banyak kemampuan siswa yang terkait keterampilan proses sains tidak dapat berkembang dengan baik, dimana mereka kesulitan menghubungkan hal-hal yang dipelajari dengan persoalan dalam kehidupan sehari-hari. Disadari atau tidak, sejumlah pengetahuan yang diperoleh siswa diterima dari guru sebagai informasi, siswa tidak dibiasakan untuk mencoba menemukan sendiri pengetahuan dan informasi itu. Akibatnya pengetahuan tersebut menjadi tidak bermakna.

Adanya kecenderungan pada sebagian besar guru untuk mengajarkan suatu materi dengan menggunakan metode ceramah. Metode ceramah dianggap sebagai cara yang ampuh dalam menyampaikan informasi kepada peserta didik, sangat umum dan sering dipakai guru tanpa banyak melihat kemungkinan penerapan metode lain sesuai dengan jenis materi dan bahan yang tersedia. Hal ini selaras dengan pendapat Semiawan et.al (1986) metode ceramah cukup mudah dilakukan karena kurang menuntut usaha yang terlalu banyak, baik dari guru maupun dari peserta didik. Akibatnya, materi pelajaran dijejalkan kepada para peserta didik, tanpa memperhatikan taraf perkembangan mental siswa secara umum dan perseorangan dengan baik. Melihat keadaan yang demikian tentu sangat disayangkan, karena menurut


(19)

4

penelitian Aktamis (2008) keterampilan proses sains dapat meningkatkan prestasi akademik, sikap positif dan kreativitas sains peserta didik.

Permasalahan lainnya siswa masih kesulitan untuk memahami dan menguasai dengan baik keterpaduan suatu materi. Hal ini terlihat pada saat siswa diberikan permasalahan yang membutuhkan analisis dalam kehidupan nyata, siswa agak kesulitan dalam menemukan solusi. Mengacu pada hasil PISA Indonesia 2009 dan 2012, dari enam level yang diujikan siswa kita dengan persentase sangat rendah baru mampu mencapai level empat (siswa diharapkan mampu bekerja secara efektif dengan situasi dan masalah yang mungkin melibatkan fenomena eksplisit yang mengharuskan mereka untuk membuat kesimpulan tentang peran ilmu pengetahuan atau teknologi) dan kebanyakan siswa kita berada pada level satu dimana yang diukur baru sebatas pengetahuan ilmiah yang sifatnya masih sangat terbatas pada situasi biasa dalam kehidupan dan diharapkan mereka dapat memberikan penjelasan ilmiah yang jelas dan menggambarkan secara eksplisit dari bukti yang diberikan (OECD, 2010 & 2013).

Berdasarkan hasil observasi terhadap guru-guru IPA yang ada di Kabupaten Lima Puluh Kota, masih ada guru IPA yang ingin terus konsisten mengampu mata pelajaran IPA tetapi dipisahkan antara fisika dan biologi, dan para guru tersebut ingin mengajar sesuai dengan ijazah yang diperolehnya sewaktu kuliah dulu. Sebagian lainnya berusaha untuk mengampu mata pelajaran IPA baik untuk materi biologi, fisika atau kimia. Namun mereka masih belum bisa dengan baik memadukan materi biologi, fisika atau kimia menjadi IPA terpadu sesuai dengan tuntutan kurikulum. Meskipun hampir tidak ada guru yang tidak pernah mengikuti kegiatan profesi untuk meningkatkan kompetensinya sebagai pendidik profesional (Rahmat et.al, dalam Rahmat et.al, 2015).

Hal tersebut sangat disayangkan, karena menurut Susilowati (2013) Guru IPA juga harus mempunyai kemampuan interdisipliner IPA ditunjukkan dalam keilmuan (pengetahuan) IPA dan juga hubungannya


(20)

5

dengan lingkungan, teknologi, dan bidang lainnya. Sejalan dengan itu NSTA dalam Susilowati (2013), juga merekomendasikan agar guru-guru IPA sekolah dasar dan menengah harus memiliki kemampuan interdisipliner IPA. Hal ini yang mendasari perlunya guru IPA memiliki kompetensi dalam membelajarkan IPA secara terpadu (terintegrasi), meliputi integrasi dalam bidang IPA, integrasi dengan bidang lain dan integrasi dengan pencapaian sikap, proses ilmiah dan keterampilan.

Melalui pembelajaran IPA terpadu, siswa diharapkan dapat memperoleh pengalaman langsung sehingga dapat membantu proses penerimaan, penyimpanan, dan penarapan konsep yang telah dipelajarinya, dengan demikian siswa dapat menemukan berbagai konsep yang dipelajari secara menyeluruh, bermakna, autentik dan aktif (Kemendikbud, 2013). Opara (2011) menegaskan bahwa penggunaan pendekatan sains terintegrasi dibutuhkan agar pembelajaran menjadi lebih bermakna dan relevan bagi peserta didik. Sejalan dengan itu Sa’ud et.al (2006) menyatakan bahwa aktivitas-aktivitas dalam pembelajaran terpadu menawarkan model-model pembelajaran yang menjadikan aktivitas pembelajaran itu relevan dan penuh makna bagi anak, baik aktivitas informal maupun formal, meliputi pembelajaran inkuiri secara aktif sampai dengan penyerapan pengetahuan dan fakta secara pasif dengan memberdayakan pengetahuan dan pengalaman anak untuk membantu anak mengerti dan memahami dunia mereka.

Menurut Fogarty (1991) terdapat sepuluh cara atau model dalam pembelajaran terpadu, yakni : (1) fragmented, (2) connected, (3) nested, (4) sequenced, (5) shared, (6) webbed, (7) threaded, (8) integrated, (9) immersed, (10) networked. Hasil analisis Kemendikbud (2013) terhadap sejumlah model pembelajaran yang dikemukakan Fogarty tersebut, terdapat empat model yang potensial untuk diterapkan dalam pembelajaran IPA Terpadu, yaitu connected, webbed, shared, dan integrated. Empat model tersebut dipilih karena konsep-konsep dalam IPA memiliki karakteritik yang berbeda-beda,


(21)

6

sehingga memerlukan model yang sesuai agar memberikan hasil keterpaduan yang optimal.

Silabus IPA SMP mengandung kompetensi dasar yang konsepnya saling berkaitan tetapi tidak beririsan. Guna menghasilkan kompetensi yang utuh, konsep-konsep harus dikaitkan dengan suatu tema tertentu sehingga menyerupai jaring laba-laba. Model semacam ini disebut webbed, karena selalu memerlukan tema pengait, maka model webbed lazim juga disebut model tematik sebagaimana dijelaskan oleh Fogarty (1991). Tema yang dipilih harus yang dekat dengan lingkungan anak sehingga dapat memotivasi anak.

Disamping itu ada sejumlah konsep yang saling bertautan dalam suatu kompetensi dasar. Agar pembelajarannya menghasilkan kompetensi yang utuh, maka konsep-konsep tersebut harus dipertautkan (connected) dalam pembelajarannya. Pada model connected ini konsep pokok menjadi materi pembelajaran inti, sedangkan contoh atau terapan konsep yang dikaitkan berfungsi untuk memperkaya. Sebagimana dinyatakan oleh Fogarty (1991) bahwa connected merupakan pembelajaran terpadu yang secara sengaja diusahakan untuk menghubungkan satu konsep dengan konsep lain dalam satu mata pelajaran.

Kurikulum 2013 menuntut siswa untuk bisa menguasai keterpaduan suatu konsep. Menurut Kemendikbud (2013) melalui pembelajaran terpadu beberapa konsep yang relevan untuk dijadikan topik tidak perlu dibahas berulang kali dalam bidang kajian yang berbeda, sehingga penggunaan waktu untuk pembahasannya lebih efisien dan pencapaian tujuan pembelajaran juga diharapkan akan lebih efektif. Pemanasan global merupakan salah satu konsep esensial yang bisa dikaji dari sudut pandang fisika, biologi, dan kimia dalam hal ini di fokuskan pada materi kelas VII Kompetensi Dasar (KD) 3.10 : Mendeskripsikan tentang penyebab terjadinya pemanasan global dan dampaknya bagi ekosistem dan KD 4.10 : Menyajikan data dan informasi tentang pemanasan global dan memberikan usulan penanggulangan masalah.


(22)

7

Berdasarkan KD di atas tampak adanya tujuan penguasaan konsep (pemanasan global yang dikaitkan dengan konsep ekosistem) dan perlunya keterampilan proses sains (penyajian data dan informasi yang dapat diperoleh melalui kegiatan pratikum).

Ditinjau dari KD di atas yang menjadi fokus dalam penelitian ini, setelah dilakukan analisis terhadap KD maka pemanasan global dapat dikaitkan dengan materi fotosintesis, perpindahan kalor, lapisan atmosfer, ekosistem dan pencemaran lingkungan dengan menggunakan tema pengait

“Hijaukan Hutan Ku Kembali” sebagai keterpaduan webbed. Tema ini dipilih karena daerah tempat penelitian berada di sekitar kaki pegunungan yang hutannya mulai tidak dilestarikan dengan baik oleh penduduk sekitar. Banyak diantara penduduk, memanfaatkan hutan sebagai sumber mata pencarian dengan melakukan penebangan hutan secara liar. Hal ini tentu dapat memicu terjadinya pemanasan global. Melalui pembelajaran terpadu tipe webbed siswa dapat melihat keterkaitan dampak penebangan hutan secara liar dengan materi fotosintesis, perpindahan kalor, efek gas rumah kaca, serta konsep ekosistem, dan pencemaran lingkungan. Sebagaimana dijelaskan menurut Trianto (2007) dengan model webbed melalui pemilihan tema yang tepat akan memotivasi siswa untuk belajara sehingga dapat memberikan kemudahan bagi anak didik dalam melihat kegiatan-kegiatan dan ide-ide yang berbeda yang saling terkait.

Disamping dapat dijadikan tematik seperti di atas, setelah dilakukan analisis terhadap KD pemanasan global 3.10 dan KD 4.10 dapat ditautkan dengan menggunakan model keterpaduan connected. Bahan ajar tipe connected dirancang dengan menjadikan induknya pada materi fisika konsep pemanasan global sebagai akibat efek gas rumah kaca yang dapat ditautkan dengan proses perpindahan kalor dan lapisan atmosfer, dampak pemanasan global sebagai interaksi makhluk hidup dengan lingkungan ditautkan dengan konsep ekosistem dan pencemaran lingkungan serta upaya penanggulangannya ditautkan dengan materi fotosintesis. Melalui


(23)

8

pembelajaran connected siswa dapat melihat gambaran materi pemanasan global secara lebih utuh dan komprehensif. Menurut Trianto (2007) dengan pengintegrasian ide-ide antar bidang studi pada keterpaduan connected, maka siswa mempunyai gambaran yang luas sebagaimana suatu bidang studi yang terfokus pada suatu aspek tertentu.

Memadukan berbagai materi IPA yang relevan dengan tuntutan KD di atas mampu meningkatkan penguasaan konsep pemanasan global dan keterampilan proses sains siswa melalui pembelajaran yang aktif, menyenangkan dan tentunya bermakna bagi siswa. Semua itu akan terwujud dengan baik bila guru sebagai fasilitator pembelajaran juga memperhatikan bagian penting dalam setiap pemrosesan informasi yakni otak dari peserta didik. Hal ini sejalan dengan Ward (2010) poin utama jika kita ingin membantu siswa belajar sains, pengajaran harus mempertimbangkan cara siswa belajar dan agar dapat melakukannya secara efektif, membutuhkan pemahaman akan peran otak dalam proses belajar.

Otak manusia yang bersifat unik inilah yang sering kali terhalang oleh pembelajaran di kelas yang dilakukan oleh guru. Menurut Marzano dalam Rahmat et.al (2015) untuk mencapai pengalaman belajar yang signifikan, pembelajaran perlu dikembangkan dengan memperhatikan domain pengetahuan, proses sistem kognitif (intrinsic cognitive processing), sistem metakognitif, dan self system. Maka dari itu, perlu adanya suatu model pembelajaran yang dikonstruksi atas dasar proses berfikir yang melakukan pemprosesan informasi dalam otak dengan baik.

Salah satu metode yang memperhatikan cara kerja dari otak itu sendiri adalah Brain based Learning. Menurut Jensen (2011) Brain based Learning adalah sebuah konsep untuk menciptakan pembelajaran dengan berorientasi pada upaya pemberdayaan potensi otak peserta didik. Brain based Learning merupakan model pembelajaran yang mengarahkan siswa untuk mengembangkan otaknya dalam memecahkan suatu permasalahan atau mengembangkan suatu informasi yang diperolehnya. Hal ini sesuai dengan


(24)

9

penelitian Ramakrishnan (2013) bahwa dengan perencanaan yang baik, hasil penemuan tentang otak dan sedikit kreativitas guru melalui penerapan Brain based Learning dapat membantu siswa menghadapi tantangan pembalajaran dan tantangan lainnya.

Brain based Learning mengandung beberapa prinsip menurut Jensen (2011): 1) otak sebagai prosesor paralel yang dapat melakukan beberapa kegiatan sekaligus seperti rasa dan bau, karena belajar sesungguhnya melibatkan seluruh fisiologi, 2) pencarian makna datang melalui pembentukan pola yang dipengaruhi oleh emosi, sesungguhnya keseluruhan proses otak dan bagian-bagiannya bekerja secara bersamaan, 3) belajar melibatkan proses sadar dan tak sadar dengan memusatkan perhatian pada perifer persepsi, 3) otak memahami fakta terbaik ketika tertanam di dalam memori spasial, 4) belajar ditingkatkan dan dihambat oleh tantangan dan ancaman, serta 5) setiap otak adalah unik. Berdasarkan penelitian Duman (2010) Brain based Learning dapat meningkatkan prestasi belajar siswa lebih baik dari metode pembelajaran tradisional.

Brain based Learning dalam pelaksanaanya, tidak hanya mengarah kepada konten semata, tetapi juga memadukan emosi dan konteks pembelajaran dengan dunia nyata. Semua itu dipadukan lewat kemelekan informasi, penyelidikan ilmiah, perkembangan personal, kefasihan sosial serta dengan ekspresi artistik dan disarankan untuk dilaksanakan lewat pembelajaran terpadu, sehingga pembelajaran menjadi lebih bermakna (Jensen, 2011). Kebermaknaan dalam pembelajaran akan meningkatkan keterampilan proses sains siswa dan penguasaan konsep terhadap suatu materi. Brunner dalam Tawil (2014) mengemukakan ketika seorang individu belajar dan mengembangkan pikirannya, maka sebenarnya ia telah menggunakan potensi intelektual untuk berpikir dan melalui sarana keterampilan-keterampilan proses sains anak akan dapat didorong secara internal untuk membentuk intelektual secara benar.


(25)

10

Berdasarkan permasalahan di atas, maka perlu dilakukan penelitian dengan menerapkan Brain based Learning yang diharapkan dapat meningkatkan keterampilan proses sains dan penguasaan konsep pemanasan global peserta didik, dalam pembelajaran IPA terpadu yang diharapkan sesuai kurikulum 2013. Dalam penelitian ini digunakan keterpaduan tipe webbed dan connected.

1.2Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, maka rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah : “Bagaimana penerapan Brain based Learning pada pembelajaran tipe webbed dan tipe connected dalam meningkatkan keterampilan proses sains dan penguasaan konsep pemanasan global?”

Untuk mempermudah penelitian diajukan pertanyaan penelitian sebagai berikut :

1. Bagaimanakah implementasi Brain based Learning pada kelas yang menerapkan pembelajaran keterpaduan tipe webbed dan keterpaduan tipe connected?

2. Bagaimanakah perbedaan peningkatan keterampilan proses sains siswa yang menggunakan Brain based Learning keterpaduan tipe webbed dengan keterpaduan tipe connected pada materi pemanasan global?

3. Bagaimanakah perbedaan peningkatan penguasaan konsep pemanasan global siswa yang menggunakan Brain based Learning keterpaduan tipe webbed dengan keterpaduan tipe connected?

4. Bagaimanakah tanggapan guru dan siswa terhadap pelaksanaan Brain based Learning yang menerapkan pembelajaran keterpaduan tipe webbed dengan keterpaduan tipe connected?

1.3Batasan Masalah

Agar penelitian ini lebih terarah dan terkontrol, maka penulis perlu membatasi masalah yang akan diteliti. Berdasarkan latar belakang masalah di atas, penulis membatasi masalah pada :


(26)

11

1. Konsep pemanasan global yang akan diteliti merupakan konsep pemanasan global pada Kelas VII Kurikulum 2013 Kompetensi Dasar (KD) 3.10 : Mendeskripsikan tentang penyebab terjadinya pemanasan global dan dampaknya bagi ekosistem dan KD 4.10 : Menyajikan data dan informasi tentang pemanasan global dan memberikan usulan penanggulangan masalah.

2. Penguasaan konsep siswa diukur menggunakan taksonomi Bloom yang telah di revisi oleh Anderson dan Kratwohl (2001) pada dimensi pengetahuan yakni pengetahuan faktual dan konseptual serta dimensi proses kognitif aspek mengingat (remember), memahami (understand), menerapkan (applying), menganalisis (analyze).

3. Keterampilan proses sains dalam penelitian ini merujuk pada Rustaman (2007) yang meliputi interpretasi, prediksi, komunikasi, berhipotesis dan merencanakan percobaan pada materi pemanasan global.

1.4Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk :

1. Memperoleh gambaran efektivitas penerapan Brain based Learning pada pembelajaran IPA terpadu tipe webbed dan connected untuk meningkatkan keterampilan proses sains dan penguasaan konsep pemanasan global

2. Menganalisis tentang penerapan Brain based Learning pada pembelajaran IPA terpadu tipe webbed dan connected pada materi pemanasan global terhadap peningkatan keterampilan proses sains siswa

3. Membandingkan tentang penerapan Brain based Learning pada pembelajaran IPA terpadu tipe webbed dan connected terhadap peningkatan penguasaan konsep pemanasan global

4. Menggali informasi tentang tanggapan siswadan guru terkait penerapan Brain based Learning pada pembelajaran IPA terpadu tipe


(27)

12

webbed dan connected untuk meningkatkan keterampilan proses sains dan penguasaan konsep pemanasan global

1.5Manfaat Penelitian

Bertolak dari tujuan penelitian di atas, maka diharapkan penelitian ini dapat dimanfaatkan untuk :

1. Pengalaman dan bekal bagi peneliti untuk melaksanakan proses pembelajaran di masa yang akan datang untuk meningkatkan penguasaan konsep secara utuh dan keterampilan proses dengan materi bahan ajar IPA yang terintegrasi.

2. Bahan masukan dan pertimbangan bagi guru-guru dalam melakukan inovasi terhadap tipe-tipe pembelajaran dalam membelajarkan IPA secara terpadu serta dapat mengefektif dan mengefisienkan waktu pembelajaran, dapat memberikan pengalaman dan pengetahuan tentang penerapan tipe-tipe pembelajaran IPA secara terpadu di sekolah.

3. Sebagai sumber ide, informasi dan referensi dalam pengembangan penelitian dalam bidang pendidikan dengan menggunakan model, tipe dan konsep pembelajaran yang berbeda.

1.6Definisi Operasional

1. Pembelajaran Brain Based Learning tentang pemanasan global adalah pembelajaran yang dilaksanakan dengan tahapan-tahapan : (a) pra-paparan menggunakan peta konsep dan penetapan tujuan pembelajaran, (b) persiapan melalui penyajian video, (c) inisiasi dan akuisisi bekerja berdasarkan LKS yang ada pada bahan ajar, (d) elaborasi dengan melakukan diskusi kelas, (e) inkubasi dan pengkodean materi dengan membuat jurnal pembelajaran sendiri, (f) verifikasi dan pengecekan kepercayaan lewat kuis dalam bentuk permainan, (g) selebrasi pada materi pemanasan global dengan nyanyian.

2. Keterampilan proses sains merupakan skor tes siswa dalam interpretasi, prediksi, komunikasi, berhipotesis dan merencanakan percobaan pada materi pemanasan global yang diukur menggunakan tes pilihan ganda.


(28)

13

3. Penguasaan konsep merupakan skor tes siswa dalam menguasai konsep pemanasan global yang diukur pada dimensi pengetahuan yang meliputi pengetahuan faktual dan konseptual serta dimensi proses kognitif yang meliputi 4 aspek, yaitu mengingat (remember), memahami (understand), menerapkan (applying), menganalisis (analyze) menggunakan tes pilihan ganda pada materi pemanasan global.

1.7Asumsi Penelitian

Asumsi yang menjadi landasan dalam penelitian ini adalah:

1. Pembelajaran terpadu melibatkan siswa aktif secara mental dan fisik di dalam kegiatan pembelajaran sehingga siswa dapat menghubungkan berbagai konsep melalui pengalaman yang bermakna sesuai dengan kebutuhan siswa (Karli et.al, 2007).

2. Model pembelajaran berbasis pengolahan informasi memungkinkan siswa mengaktifkan memori episodik, semantik, dan prosedural sehingga pengetahuan akan menjadi lebih bermakna (Slavin, 2011).

3. Penguasaan konsep akan lebih bermakna melalui pembelajaran dengan mengolah informasi melalui penemuan (Ausubel dalam Dahar,2002 ).


(29)

Yesi nofla meri, 2015

Penerapan brain based learning pada pembelajaran ipa terpadu tipe webbed dan connected untuk meningkatkan keterampilan proses sains dan penguasaan konsep materi pemanasan global

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

52

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN 3.1Metode dan Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode quasi eksperimen (Frankel et.al, 2012) dengan dua kelas sampel, yang bertujuan untuk mengetahui sejauh mana pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah Brain based Learning menggunakan Pembelajaran IPA terpadu tipe webbed dan Brain based Learning menggunakan Pembelajaran IPA terpadu tipe connected. Keterampilan Proses Sains dan Penguasaan Konsep pemanasan global siswa sebagai variabel terikat yang dijaring dengan pemberian tes objektif sebelum dan sesudah diberi perlakuan. Dalam penelitian sampel yang digunakan tidak dipilih secara acak murni melainkan secara acak kelas (random class). Hal ini dilakukan karena dalam penelitian pendidikan tidak memungkinkan terjadinya pemilihan untuk setiap individu dan dimasukkan ke dalam suatu kelompok lain karena satu sekolah formal, siswa telah diatur sedemikian rupa ke dalam kelas-kelas. Rancangan penelitian menggunakan Pretest-Posttest Control Group Only Design yang diadaptasi dengan gambaran sebagai berikut:

Tabel 3.1 Rancangan Penelitian

Kelas Pretest Perlakuan Posttest

Ek sperimen I T1 X1 T2

Ek sperimen II T1 X2 T2

Sugiyono (2008 ) Keterangan:

T1 : Tes awal (pretest)

T2 : Tes akhir (posttest)

X1 : Brain based Learning dengan IPA terpadu tipe webbed

X2 : Brain based Learning dengan IPA terpadu tipe connected


(30)

53

Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII SMPN 1 Situjuh Limo Nagari Kabupaten Lima Puluh Kota, Provinsi Sumatra Barat yang terdaftar pada semester II tahun ajaran 2014 / 2015 yang berjumlah 118 orang. Adapun yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII4 dan VII5 yang masing-masing kelas berjumlah 21 orang. Kelas

VII4 diberikan perlakuan dengan menerapkan Brain based Learning

dengan IPA terpadu tipe webbed, sedangkan kelas VII5 dengan perlakuan

Brain based Learning dengan IPA terpadu tipe connected 3.2Instrumen Penelitian

Instrumen merupakan alat pengambil data untuk mengungkap Penguasaan konsep dan Keterampilan Proses Sains siswa dengan penerapan Brain based Learning. Adapun instrument yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

Tabel 3.2 Jenis Instrument Penelitian

No. Jenis Instrumen Kegunaan Waktu Sumber

Data

1. Tes tertulis

kemampuan penguasaan konsep dan keterampilan proses sains

Untuk mengukur kemampuan penguasaan konsep dan KPS siswa pada masing-masing pada indikatornya

Awal dan akhir pembelajaran

Siswa

2. Angket tanggapan

siswa dan

wawancara dengan guru

Untuk mengetahui tanggapan/respon siswa mengenai pembelajaran yang telah dilakukan Akhir pembelajaran atau setelah posttest Siswa dan Guru

3. Catatan observasi

aktivitas guru dan siswa

Untuk mencatat keterlaksanaan proses pembelajaran yang telah dirancang dan aktivitas guru dan siswa selama

pembelajaran

Selama proses pembelajaran berlangsung

Guru

3.2.1 Tes Tertulis

Jenis tes tertulis adalah tes pilihan ganda yang digunakan untuk mengukur penguasaan konsep dan keterampilan proses sains siswa. Agar instrumen merupakan alat ukur yang baik, maka disusun langkah-langkah sebagai berikut :


(31)

54

1. Membuat kisi-kisi soal

2. Menyusun soal tes berdasarkan kisi-kisi yang telah dibuat. 3. Uji coba tes

Dari hasil uji coba dilakukan analisis soal, seperti yang diungkapkan

oleh Arikunto (2006) yaitu “Analisis soal antara lain bertujuan untuk

mengadakan identifikasi soal-soal yang baik, kurang baik dan jelek. Dengan analisis soal dapat diperoleh kekurangan sebuah soal dan

petunjuk untuk mengadakan perbaikan”.

Dalam menganalisis soal, langkah-langkah yang dilakukan adalah: a) Menentukan Validitas

Suatu soal dikatakan valid apabila dapat mengukur apa yang hendak diukur. Untuk mengetahui valid atau tidaknya tes dapat dianalisis dengan validitas isi (content validity). Untuk mengetahui validitas isi dilakukan dengan meminta pertimbangan ahli terhadap soal keterampilan proses sains dan penguasaan konsep. Hasil pertimbangan tersebut baik berupa saran maupun koreksi yang disampaikan, direvisi oleh peneliti baru kemudian soal tersebut digunakan untuk di uji coba. Hasil uji coba dianalisis menggunakan program Anates V4. Validitas butir soal dilihat melalui hubungan kolerasi butir soal terhadap skor total. Kriteria validitas butir soal dapat dilihat pada Tabel 3.4 berikut :

Tabel 3.3 Kriteria Validitas Butir Soal

Koefisien Korelasi Kriteria

0,8 – 1,00 Sangat tinggi (sangat baik)

0,6 – 0,79 Tinggi (baik)

0,4 – 0,59 Cukup (sedang)

0,2 – 0,39 Rendah (kurang)

0,0 – 0,19 Sangat rendah (sangat kurang)

(Arikunto, 2006)

b) Menentukan Reliabilitas

Reliabilitas merupakan ketepatan suatu tes apabila digunakan pada subyek yang sama. Pengujian reliabilitas dianalisis dengan program


(32)

55

Anates V4. Kriteria untuk reliabilitas instrumen dapat dinyatakan pada Tabel 3.5 berikut.

Tabel 3.4 Kriteria Reliabilitas

Nilai Reliabilitas Kriteria

0,81 ≤ r11 < 1,00 Sangat tinggi (sangat baik) 0,61 ≤ r11 < 0,80 Tinggi (baik)

0,41 ≤ r11 < 0,60 Cukup (sedang) 0,21 ≤ r11 < 0,40 Rendah (kurang) 0,00 ≤ r11 < 0,20 Sangat rendah (sangat kurang)

(Arikunto, 2006) c) Tingkat Kesukaran

Asumsi yang digunakan untuk memperoleh kualitas soal yang baik adalah keseimbangan dari tingkat kesulitan soal tersebut. Keseimbangan yang dimaksudkan adalah adanya soal-soal yang termasuk mudah, sedang, dan sukar secara proporsional. Tingkat kesukaran suatu butir soal dihitung dengan menggunakan program Anates V4, dengan kriteria sebagai berikut:

Tabel 3.5 Kriteria Tingkat Kesukaran Soal

Indeks Kesukaran Kriteria

0,86 – 1,00 Sangat mudah, sebaiknya dibuang

0,71 – 0,85 Mudah

0,31 – 0,70 Sedang

0,16 – 0,30 Sukar

0,00 – 0,15 Sangat sukar, sebaiknya di buang

(Arikunto, 2006)

d) Menghitung Daya Beda

Daya beda soal merupakan suatu indikator untuk membedakan antara siswa yang pandai dengan siswa yang kurang pandai. Menentukan daya beda digunakan program Anates V4, dengan kriteria sebagai berikut: Tabel 3.6 Kriteria Daya Beda Soal

Daya Pembeda (D) Kriteria

0,70 < D ≤ 1,00 Baik sekali

0,40 < D ≤ 0,70 Baik

0,20 < D ≤ 0,40 Cukup

0,00 < D ≤ 0,20 Jelek


(33)

56

(Arikunto, 2006)

Uji coba dilakukan pada siswa kelas VII SMP N 5 Kecamatan Harau, Kabupaten Lima Puluh Kota. Adapun rekapitulasi hasil analisis soal-soal tes keterampilan proses sains dan penguasaan konsep berdasarkan kriteria di atas dapat dilihat pada Tabel 3.7 dan Tabel 3.8 berikut :

Tabel 3.7 Hasil Uji Coba Tes Soal Keterampilan Proses Sains No

Butir Soal

Daya Pembeda Tingkat

Kesukaran Validitas butir Soal Kesimpulan Nilai Kriteria Nilai Kriteria Nilai Kriteria

1 0.67 Baik 0.58 Sedang 0.50 Sedang Digunakan

2* 0.50 Baik 0.50 Sedang 0.40 Sedang Digunakan

3 0.83 Baik sekali 0.58 Sedang 0.69 Baik Digunakan

4 0.50 Baik 0.50 Sedang 0.54 Sedang Digunakan

5 0.83 Baik sekali 0.58 Sedang 0.59 Sedang Digunakan

6 0.67 Baik 0.63 Sedang 0.61 Baik Digunakan

7 0.83 Baik sekali 0.58 Sedang 0.64 Baik Digunakan

8 0.67 Baik 0.63 Sedang 0.59 Sedang Digunakan

9* 0.67 Baik 0.58 Sedang 0.41 Sedang Digunakan

10 0.83 Baik sekali 0.63 Sedang 0.57 Sedang Digunakan

11 1.00 Baik sekali 0.58 Sedang 0.76 Baik Digunakan

12 0.50 Baik 0.54 Sedang 0.51 Sedang Digunakan

13 0.83 Baik sekali 0.63 Sedang 0.59 Sedang Digunakan

Reliabilitas tes keterampilan proses sains yang dicobakan bernilai 0.82 dengan kriteria sangat baik. Berdasarkan Tabel 3.7 dari 13 soal keterampilan proses sains yang diuji cobakan, semuanya digunakan untuk soal pretest dan posttest. Namun pada soal no 2 dan 9 dilakukan perbaikan terhadap bahasa soal dan option jawaban.

Tabel 3.8 Hasil Uji Coba Tes Soal Penguasaan Konsep No

Butir Soal

Daya Pembeda Tingkat Kesukaran Validitas butir Soal

Kesimpula n Nilai Kriteria Nilai Kriteria Nilai Kriteria

1 0.17 Jelek 0.88 Sangat

mudah

0.16 Sangat

rendah

Tidak digunakan

2 0.83 Baik

sekali

0.54 Sedang 0.61 Baik Digunakan

3 0.83 Baik

sekali

0.50 Sedang 0.66 Baik Digunakan

4* 0.50 Baik 0.58 Sedang 0.45 Sedang Digunakan

5 0.00 Tidak baik 0.83 Sangat

mudah

0.22 Rendah Tidak


(34)

57

No Butir

Soal

Daya Pembeda Tingkat Kesukaran Validitas butir Soal

Kesimpula n Nilai Kriteria Nilai Kriteria Nilai Kriteria

6 0.83 Baik

sekali

0.54 Sedang 0.53 Sedang Digunakan

7 0.50 Baik 0.58 Sedang 0.46 Sedang Digunakan

8 0.67 Baik 0.54 Sedang 0.59 Sedang Digunakan

9 0.83 Baik

sekali

0.58 Sedang 0.74 Baik Digunakan

10 0.83 Baik

sekali

0.50 Sedang 0.60 Baik Digunakan

11 0.67 Baik 0.46 Sedang 0.60 Baik Digunakan

12 0.67 Baik 0.42 Sedang 0.64 Baik Digunakan

13 0.83 Baik

sekali

0.58 Sedang 0.65 Baik Digunakan

14 0.50 Baik 0.58 Sedang 0.31 Rendah Digunakan

15 0.67 Baik 0.63 Sedang 0.43 Sedang Digunakan

16 0.83 Baik

sekali

0.54 Sedang 0.56 Sedang Digunakan

17* 0.67 Baik 0.58 Sedang 0.40 Sedang Digunakan

18 0.83 Baik

sekali

0.54 Sedang 0.61 Baik Digunakan

19 0.67 Baik 0.50 Sedang 0.62 Baik Digunakan

20 0.33 Cukup 0.63 Sedang 0.29 Rendah Tidak

digunakan

21* 0.67 Baik 0.50 Sedang 0.43 Sedang Digunakan

22 0.67 Baik 0.63 Sedang 0.51 Sedang Digunakan

Reliabilitas tes penguasaan konsep yang diuji cobakan bernilai 0.88 dengan kriteria sangat baik. Berdasarkan Tabel 3.8 di atas terdapat soal penguasaan konsep yang tidak digunakan sebagai soal pretest maupun posttest karena daya pembedanya jelek, tingkat kesukarannya mudah, dan validitasnya rendah. Berdasarkan Tabel 3.8, dari 22 soal penguasaan konsep yang diuji cobakan, 3 soal tidak digunakan. Pada soal no 4, 17 dan 20 dilakukan perbaikan terhadap bahasa soal dan pilihan jawaban.

3.3.2 Catatan observasi

Catatan observasi digunakan untuk mengamati keterlaksanaan tahapan-tahapan kegiatan Brain based Learning pada pembelajaran IPA terpadu tipe webbed dan Brain based Learning yang pada pembelajaran IPA terpadu tipe connected, keterampilan proses sains dan Penguasaan konsep siswa.


(35)

58

3.3.3 Angket

Angket dalam penelitian ini dirancang untuk mengetahui tanggapan siswa dan guru terhadap penerapan Brain based Learning yang pada pembelajaran IPA terpadu tipe webbed dan Brain based Learning yang pada pembelajaran IPA terpadu tipe connected. Isi angket mencakup (a) tentang diri materi pemanasan global, (b) tentang penerapan Brain based Learning, (c) bahan ajar yang digunakan (d) soal pretest-posttest yang diberikan.

3.4 Prosedur Penelitian

Secara umum, prosedur penelitian ini sebagai berikut : 3.4.1 Tahap Persiapan

1. Melakukan observasi sekolah yang akan dijadikan tempat pelaksanaan penelitian

2. Menetapkan jadwal penelitian 3. Mengurus surat izin penelitian 4. Menentukan populasi dan sampel 5. Mempersiapkan instrumen penelitian

6. Menjudmen instrument penelitian kepada dosen yang berkompeten dengan masalah yang akan diteiliti

7. Melakukan uji coba instrumen

8. Memperbaiki dan memperbanyak instrumen

9. Menentukan kelas yang akan digunakan dalam penelitian 3.4.2 Tahap Pelaksanaan

10.Pelaksanaan pretest 11.Pelaksanaan pembelajaran

Tahapan pembelajaran yang diterapkan pada kedua kelas eksperimena adalah sama, yang membedakan adalah pengkonstruksian materi pada bahan ajar. Tahapan Brain based Learning yang dilakukan meliputi;


(36)

59

a. Pra-paparan (Pemberian tinjauan dalam bentuk peta pikiran, kemudian siswa diminta untuk menetapkan tujuan pembelajaran mereka sendiri berdasarkan gambaran peta pikiran yang disampaikan guru)

b. Persiapan (Siswa diberikan gambaran tentang materi yang akan di ajarkan apakah dalam bentuk video)

c. Inisiasi dan akuisisi (kegiatan pratikum atau kerja kelompok membahas LKS dalam bahan ajar)

d. Elaborasi (Menyelenggarakan forum debat, diskusi kelas)

e. Inkubasi dan pengkodean memori (Siswa diminta untuk membuat jurnal tentang pembelajaran versi mereka sendiri, melakukan peregangan dan relaksasi dengan senam otak)

f. Verifikasi dan pengecekan kepercayaan (Siswa mempresentasikan hasil rangkuman pembelajarannya, kuis sederhana dalam bentuk permainan

g. Selebrasi dan integrasi (Siswa merayakan pembelajaran hari itu dengan nyanyian)

12.Memberikan tes akhir pada kedua kelas sampel, guna melihat hasil perlakuan yang diberikan.

3.4.3 Tahap Akhir

13.Mengolah data dari kedua kelas sampel

a. Untuk melihat keterlaksanaan metode Brain Based Learning menggunakan lembar observasi

b. Untuk melihat peningkatan keterampilan proses sains siswa digunakan persamaan N-Gain yang ternormalisasi

c. Untuk melihat peningkatan penguasaan konsep Pemanasan global siswa digunakan persamaan N-Gain yang ternormalisasi

d. Untuk melihat perbedaan peningkatan keterampilan proses sains antara kedua kelas eksperimen dilakukan uji kesamaan dua rata-rata


(37)

60

e. Untuk melihat perbedaan peningkatan penguasaan konsep antara kedua kelas eksperimen dilakukan uji kesamaan dua rata-rata f. Untuk melihat tanggapan siswa dan guru terhadap pembelajaran

dengan melakukan pengolahan angket tanggapan siswa dan guru. 14.Menarik kesimpulan berdasarkan hasil yang didapatkan sesuai dengan

teknik analisis data yang sesuai.

Untuk memudahkan pelaksanaan penelitian maka digunakan alur penelitian seperti yang tertera pada Gambar 3.1 ;

Analisis standar isi mata pelajaran IPA SMP

Studi kepustakaan Brain

based Learning

Studi kepustakaan IPA terpadu model webbed dan

connected

Menentukan materi

Penentuan tema, perumusan indikator dan tujuan pembelajaran , penyusunan RPP, Bahan ajar dan instrument penelitian model webbed

Perumusan indikator dan tujuan pembelajaran, penyusunan RPP, Bahan ajar dan instrument penelitian model

connected

Penentuan validitas dan reliabilitas instrumen penelitian

Uji coba soal instrumen penelitian

Implementasi

Pretest

KBM dengan penerapan BBL tipe webbed KBM dengan penerapan BBL tipe

connected

Posttest


(38)

61

Gambar 3.1 Alur penelitian

3.5 Teknik Analisis Data 3.5.1 Catatan observasi

Menganalisis catatan observasi untuk memperoleh deskripsi keterlaksanaan Brain based Learning pada pembelajaran IPA terpadu tipe webbed dan Brain based Learning yang pada pembelajaran IPA terpadu tipe connected yang telah diterapkan. Berdasarkan data-data tersebut akan disimpulkan pula kelebihan dan kekurangan pembelajaran yang diterapkan. Adapun langkah untuk mengolah data tersebut sebagai berikut ;

1) Menghitung jumlah jawaban yang observer isi pada format observasi keterlaksanaan pembelajaran.

2) Menghitung persentase keterlaksanaan pembelajaran dengan menggunakan persamaan ;

Untuk mengetahui keterlaksanaan Brain based Learning pada pembelajaran IPA terpadu tipe webbed dan Brain based Learning yang pada pembelajaran IPA terpadu tipe connected yang telah diterapkan dapa diinterpretasikan pada Tabel 3.10 berikut ;

Tabel 3.10 Kriteria keterlaksanaan pembelajaran ;

KP (% ) Kriteria

KP = 0 Tak satu kegiatan pun terlaksana

0 < KP < 25 Sebagian kecil kegiatan terlaksana

25 < KP < 50 Hampir setengah kegiatan terlaksana

KP = 50 Setengah kegiatan terlaksana

50 < KP < 75 Sebagian besar kegiatan terlaksana

75 < KP < 100 Hampir seluruh kegiatan terlaksana

KP = 100 Seluruh kegiatan terlaksana

(Pelita dalam utami, 2015) 3.5.2 Tes Tertulis

Teknik analisis data menggunakan uji kesamaan dua rata-rata. Sebelum uji kesamaan dua rata-rata, terlebih dahulu dilakukan uji


(39)

62

parameter populasi sehubungan dengan Uji Normalitas dan Uji Homogenitas.

1) Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk melihat apakah sampel berasal dari populasi yang terdistribusi normal. Data hasil pretest-posttest KPS, pretest-pretest-posttest penguasaan konsep siswa diuji normalitasnya menggunakan program SPPS 22.0 for window. Uji yang digunakan adalah uji Shapiro-Wilk. Berdasarkan hasil uji tersebut dibandingkan terhadap nilai signifikansinya. Pada taraf signifikansi α = 0,05, jika nilai signifikansi tersebut lebih besar daripada nilai , dapat disimpulkan bahwa kedua kelompok data skor tes terdistribusi normal.

2) Uji Homogenitas

Uji homogenitas bertujuan untuk melihat apakah kedua sampel mempunyai varians yang homogen atau tidak. Data hasil pretest-posttest KPS, pretest-posttest penguasaan konsep siswa diuji normalitasnya menggunakan program SPPS 22.0 for window. Uji yang digunakan adalah uji Levene. Berdasarkan hasil uji tersebut dibandingkan terhadap nilai signifikansinya. Pada taraf signifikansi α = 0,05, jika nilai signifikansi tersebut lebih besar dari pada nilai , dapat disimpulkan bahwa kedua kelompok data skor tes terdistribusi homogen.

3) Gain

Peningkatan penguasaan konsep dan KPS siswa pada materi pemanasan global antara sebelum dan sesudah pembelajaran dihitung dengan rumus g faktor (gain skor ternormalisasi), dengan rumus :


(40)

63

g : gain yang dinormalisasi : Skor pretest

: Skor postest : Skor maksimum Dengan kriteria :

g > 0,7 : tinggi 0,3 > g > 0,7 : sedang g < 0,3 : rendah (Meltzer, 2002)

4) Uji Hipotesis

Uji hipotesis bertujuan untuk mengetahui apakah hipotesis penelitian diterima atau ditolak. Untuk menguji hipotesis digunakan uji kesamaan dua rata-rata (independen sample t-test) menggunakan program SPPS 22.0 for window. Berdasarkan hasil uji tersebut ditafsiran sebagai berikut: jika nilai signifikansi sig (2-tailed) > 0,05 maka Ho diterima dan dapat disimpulkan tidak

terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata skor pretest dan posttest pada dua kelas perlakuan. Jika nilai signifikansi sig (2-tailed )< 0,05 maka Ho ditolak dan dapat disimpulkan bahwa

terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata skor pretest dan posttest pada dua kelas perlakuan.

3.5.3 Pengolahan angket

Data angket hasil respon siswa dianalisis secara deskriptif kuantitatif untuk memaparkan hasil respon siswa terhadap penerapan Brain based Learning pada pembelajaran IPA terpadu tipe webbed dan Brain based Learning yang pada pembelajaran IPA terpadu tipe connected. Adapun langkah untuk mengolah data tersebut sebagai berikut;


(41)

64

1) Menghitung jumlah jawaban “S”, “SB/KD”, “SK/TP” yang diisi pada angket tanggapan siswa terhadap pembelajaran.

2) Menghitung persentase angket tanggapan siswa terhadap pembelajaran dengan menggunakan persamaan ;

Untuk mengetahui kategori tanggapan siswa terhadap Brain based Learning pada pembelajaran IPA terpadu tipe webbed dan Brain based Learning yang pada pembelajaran IPA terpadu tipe connected yang telah diterapkan dapa diinterpretasikan pada Tabel 3.11 berikut ;

Tabel 3.11 Kriteria Angket Tanggapan Siswa;

ATGS (% ) Kriteria

ATGS = 0 Tak satu kegiatan pun siswa

0 < ATGS < 25 Sebagian kecil siswa

25 < ATGS < 50 Hampir setengah siswa

ATGS = 50 Setengah siswa

50 < ATGS < 75 Sebagian besar siswa

75 < ATGS < 100 Hampir seluruh siswa

ATGS = 100 Seluruh siswa


(42)

Yesi nofla meri, 2015

Penerapan brain based learning pada pembelajaran ipa terpadu tipe webbed dan connected untuk meningkatkan keterampilan proses sains dan penguasaan konsep materi pemanasan global

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1Kesimpulan

Penerapan Brain based Learning yang menggunakan keterpaduan tipe webbed dan Brain based Learning keterpaduan tipe connected pada materi pemanasan global dapat dilaksanakan dengan baik oleh guru pada setiap pertemuan, dan diikuti oleh siswa dengan semakin aktif dalam setiap tahapan yang meliputi tahapan prapaparan, persiapan, inisiasi, elaborasi, inkubasi, verifikasi dan selebrasi.

Brain based Learning yang menggunakan keterpaduan tipe webbed dan Brain based Learning keterpaduan tipe connected pada materi pemanasan global secara signifikan dapat meningkatkan Keterampilan Proses Sains (KPS) pada materi pemanasan global dengan perolehan rata-rata N-Gain pada kelas webbed sebesar 0.68 (kategori sedang) dan kelas connected (kategori tinggi) sebesar 0.71. KPS yang diujikan meliputi keterampilan interpretasi (I), prediksi (P), komunikasi (K), hipotesis (H), dan merencanakan percobaan (MP).

Penerapan Brain Based Learning pada pembelajaran IPA terpadu tipe webbed dan Brain Based Learning pada pembelajaran IPA terpadu tipe connected secara signifikan dapat meningkatkan penguasaan konsep pemanasan global dengan perolehan rata-rata N-Gain pada kelas webbed sebesar 0.68 (kategori sedang) dan kelas connected sebesar 0.69 (kategori sedang). Penguasaan konsep yang diujikan pada dimensi pengetahuan faktual dan konseptual,dan dimensi proses kognitif ranah mengingat (C1), memahami (C2), mengaplikasi (C3), dan menganalisis (C4).

Tanggapan siswa dan guru positif terhadap penerapan Brain Based Learning. Siswa merasa lebih mudah memahami materi pemanasan global karena dirasa bermanfaat bagi kehidupan. Dengan tahapan Brain based Learning


(43)

98

siswa dapat meningkatkan keterampilan proses sains dan penguasan konsep pemanasan global, yang didukung oleh keberedaan bahan ajar. Guru melihat potensi penerapan Brain based Learning sebagai pembelajaran yang dapat merangsang keterampilan berfikir dengan menyeimbangakn otak kiri dan otak kanan.

5.2Rekomendasi

Penelitian yang telah dilakukan memilki banyak keterbatasan dan kekurangan. Oleh karena itu, penulis menyarankan beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menerapkan Brain based Learning, diantaranya ;

1. Bagi Guru

a. Guru perlu memperhatikan cara dalam mengajar, yakni memperhatikan prinsip kerja otak, sehingga proses pembelajaran secara alami dapat memaksimalkan potensi otak siswa.

b. Guru perlu memberikan perhatian lebih pada siswa dengan kemampuan yang rendah.

2. Bagi Peneliti Lainnya

a. Penelitian ini dilakukan pada materi pemanasan global dengan menggunakan tipe webbed dan connected, sehingga diharapkan penelitian penerapan Brain Based Learning pada materi lainnya dan model lainnya.

b. Pada penerapan Brain Based Learning tipe webbed dan connected pada materi pemanasan global peserta didik dituntut untuk aktif dalam berpikir, sehingga diharapkan adanya penelitian lebih lanjut terkait keterampilan berpikir kritis yang terkait dengan Brain based Learning.


(44)

99

Yesi nofla meri, 2015

Penerapan brain based learning pada pembelajaran ipa terpadu tipe webbed dan connected untuk meningkatkan keterampilan proses sains dan penguasaan konsep materi pemanasan global

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR PUSTAKA

Aktamis,H & Ergin, O. (2008). The Effect Of Scientific Process Skills Education On Students’ Scientific Creativity, Science Attitudes And Academic

Achievements. Asia-Pacific Forum on Science Learning and Teaching, 9 (1).

Alwi, H. (2008). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka Anderson, L.W., & Krathwohl, D.R. 2001. A Taxonomy for Learning,

Teaching, and Assesing: A Revision of Bloom’s Taxonomy of Educatioanl Objectives. New York: Addison Wesley Longman, Inc.

Arikunto,S. (2006). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan . Jakarta : Bumi Aksara. Bowen, CH. (2011). Resolving the Conflict: Brain-Based Learning, Best

Practices, and No Child Left Behind Resolving the Conflict: Brain-Based Learning, Best Practices, and No Child Left Behind. Perspectives in Learning: A Journal of the College of Education & Health Professions Columbus State University Volume 12, Number 1

BSNP. (2006). Panduan Penyusuna KTSP. Jakarta : BSNP

Campbel. A,Neil., Reece. B. Jane., et.al. (2010). BIOLOGI. Jakarta : Gelora Aksara Pratama.

Connel, D.W. & Miller, G.J. (2006). Kimia danEkotoksikologiPencemaran. Jakarta: Universitas Indonesia Press.

Dahar,W. R. (2002). Teori-teori Belajar. Bandung : PT Gelora Aksara Pratama Dahlan.A. (2014). Keterampilan Proses Sains. [online]. Diakses dari

www.eurekapendidikan.com/ket-proses-sains

Danisa, V.S. (2014). Pengembangan Modul Pembelajaran Biologi Berbasis Brain Based Learning disertai Vee diagram untuk meningkatkan KPS dan Kemampuan Pengaturan Diri. (Tesis). Surakarta : Universitas Sebelas Maret

Depdiknas. (2007). Kajian Kebijakan Mata Pelajaran IPA. Jakarta : Depdiknas De Poter, B & Hernackl, M. (2013). Qutum learning. Bandung : Kaifa


(1)

DAFTAR PUSTAKA

Aktamis,H & Ergin, O. (2008). The Effect Of Scientific Process Skills Education On Students’ Scientific Creativity, Science Attitudes And Academic

Achievements. Asia-Pacific Forum on Science Learning and Teaching, 9 (1).

Alwi, H. (2008). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka Anderson, L.W., & Krathwohl, D.R. 2001. A Taxonomy for Learning,

Teaching, and Assesing: A Revision of Bloom’s Taxonomy of Educatioanl

Objectives. New York: Addison Wesley Longman, Inc.

Arikunto,S. (2006). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan . Jakarta : Bumi Aksara. Bowen, CH. (2011). Resolving the Conflict: Brain-Based Learning, Best

Practices, and No Child Left Behind Resolving the Conflict: Brain-Based Learning, Best Practices, and No Child Left Behind. Perspectives in Learning: A Journal of the College of Education & Health Professions Columbus State University Volume 12, Number 1

BSNP. (2006). Panduan Penyusuna KTSP. Jakarta : BSNP

Campbel. A,Neil., Reece. B. Jane., et.al. (2010). BIOLOGI. Jakarta : Gelora Aksara Pratama.

Connel, D.W. & Miller, G.J. (2006). Kimia danEkotoksikologiPencemaran. Jakarta: Universitas Indonesia Press.

Dahar,W. R. (2002). Teori-teori Belajar. Bandung : PT Gelora Aksara Pratama Dahlan.A. (2014). Keterampilan Proses Sains. [online]. Diakses dari

www.eurekapendidikan.com/ket-proses-sains

Danisa, V.S. (2014). Pengembangan Modul Pembelajaran Biologi Berbasis Brain Based Learning disertai Vee diagram untuk meningkatkan KPS dan Kemampuan Pengaturan Diri. (Tesis). Surakarta : Universitas Sebelas Maret

Depdiknas. (2007). Kajian Kebijakan Mata Pelajaran IPA. Jakarta : Depdiknas De Poter, B & Hernackl, M. (2013). Qutum learning. Bandung : Kaifa


(2)

Achivement of Students With Different Learning Style. Educational Science Journal, Theory & Practice, 10 (2). 2077-2103

Feyzioglu, B. (2009). An Investigation of the Relationship between Science Proccess Skills with Efficient Laboratory Use and Science Achievement in Chemistry Education. Journal of Turkish Science Education. 6 (3). p. 114-132

Fogarty, R. (1991). How To Integrate Curricula. New York : IRI / Sky Light Publishing

Fraenkel, J.R., Norman E & Hyun,H.H. (2012). How To Design And Evaluate Research In Education. New York : Mc. Graw Hill

Haghighi, M. (2013). The effect of brain- based learning on Iranian EFL

achievement and retention. Procedia - Social and Behavioral Sciences 70 ( 2013 ) 508 – 516

Indrawati. (1999). Keterampilan Proses Sains : Tinjauan Kritis dari Teori ke Praktis. Bandung : Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah

Irwan, Z.D. (2012). Prinsip-prinsip Ekologi, Ekosistem, Lingkungan dan Pelestariannya. Jakarta: BumiAksara.

Jensen, E. (2011). Pembelajaran Berbasis Otak. Jakarta : Indeks

Jhamtani, H., Seyanto & Suherly, L. (1991). Krisis Biologi: Hilangnya Keanekaragaman Biologi. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

Haryono. (2006). Model Pembelajaran Berbasis Peningkatan Keterampilan Proses Sains.Jurnal Pendidikan dasar. 7, (1),13

Karamustafaoglu,S. (2011). Improving The Science Process Skill Ability Of Science Student Teacher Using I Diagram. Eurasian Journal of Physics and Chemistry Education. 3 (1). 26-38

Karli. & Hutabarat. (2007). Implementasi KTSP dalam Model-model Pembelajaran. Bandung : Generasi Info Media

Kaur, J. (2013). Effectiveness of Brain Based learning Strategies on

Enhancement of Life Skills among primary school students with internal and external Locus of Control. International Journal of Advancements in Research & Technology, Volume 2, Issue 6


(3)

Keil, C., Haney, J., & Zoffel, J. (2009). Improvements in Student

Achievement and Science Process Skills Using Environmental Health Science Problem-Based LearningCurricula. Electronic Journal of Science Education Vol 13 (1)

Kemendikbud. (2013). Materi Pelatihan Guru Implementasi Kurikulum 2013. Jakarta : Badan Pengembangan SDM Pendidikan dan Kebudayaan Dan Penjamin Mutu Pendidikan

Killen. (1996). Gas-gas RumahKaca di Atmosfer. (online). Tersedia:https://jurnallingkungan.wordpress.com/gas-rumah-kaca/

(Diakses 22 Maret 2015)

Kurt, K & Pehlivan,M. (2013). Integrated Programfor Science and Mathematics, Review of Related literature. International Journal of Education in Mathematic, Science, and Technology. I (2).

Losaries, I. (2013). Makalah Pembelajaran Terpadu Model Webbed. (online). Tersedia:http://softwarecomput.blogspot.com/2013/04/makalahpembelajar

an- terpadu -model.html (Diakses 02 November 2014)

Meltzer, D. E. 2002. “The Relationship between Mathematics Preparation and Conceptual Learning in Physics: A Possible “Hidden Variable” in Diagnostice Pretest Scores”. American Journal Physics. 70, (12), 1259-1286.

McCarthy.(2010). Advantages-disadvantages Brain Based Learning. (online), tersedia di rowanclass.09.blogspot.com/2010/04/brain-based- learning. Diakses tanggal 28 Mei 2015

NASA. (2014). Global Warming. [Online]. Diakses dari

www.earthobservatory.gov./features/globalwarming

Niebert, K., & Gropengiesser, H. (2013). The Model of Educational Reconstruction: A framework for the design of theory- based content specific interventions. The example of climate change. In T. Plomp, & N. Nieveen (Eds.), Educational design research – Part B: Illustrative cases (pp. 511-531). Enschede, the Netherlands: SLO.

Opara, J.A. (2011). Bajah’s Model And The Teaching And Learning Of Integrated Science In Nigerian High School System. International Journal of


(4)

OECD. (2010). PISA 2009 Results: What Students Know and Can Do – Student Performance in Reading, Mathematics and Science.(Volume I).

OECD. (2013). PISA 2012 Result: What Students Know and can Do-Student Performance in Mathemathics, Reading and Science (Volume I). PISA: OECD Publishing.

Ozden,M & Gultekin M (2008). The effects of BBL on academic achievements and retention of knowladge in science course. EJSE. 2008 vol 12 no 1 Puskur. (2006). Panduan Pengembangan Pembelajaran IPA Terpadu. Jakarta :

Balitbang Depdiknas

Rahmat, A., Soesilawati, SA., Nuraeni, E, Hidayat, T. (2015). Pengendalian Beban Kognitif Siswa PEMBELAJARAN Sains – Biologi [power point]. Biology Education Working Group Biology Education Working Group Teaching Strategy For Enhancing Thinking Quality In Biology. UPI : Bandung

Ramakrishnan, J & Annakodi. (2013). Brain Based Learning Strategies. International Journal of Innovative Research & Studies. 2 (5). 235 -242 Rauf, R.A.A., Rasul, M.S. (2013). Inculcation of Science Process Skills in Science

Classroom. Asia Social Science. Vol 9 No 9

Rehman, A.U., Malik,M.A, Hussain, S. (2007). Effectiveness of Brain-Based Learning Theory on Secondary Level Students of Urban Areas. Journa of Mangerial Sciences. Vol (VI) No 1

Resmini, N. (2004). Model-model pembelajaran IPA Terpadu. Bandung ; UPI Rusbiantoro, D. (2008). Global Warming For Beginner . Yogyakarta :

Perpustakaan Departemen Pekerjaan Umum

Rustaman, N.Y et.al. (2004). Strategi Belajar Mengajar Biologi. Bandung: Jurusan Pendidikan Biologi FPMIPA UPI.

Rustaman, N. (2007). Keterampilan Proses Sains. Bandung : UPI

Segala, S. 2003. Konsep Dan Makna Pembelajaran. Bandung : Alfa Beta Saleh, S. (2012). The effectiveness of the brain based teaching approach in

enhanching scientific understanding of Newtonian physics among form four students. International Journal of Environmental & Science. Vol 7 (1)


(5)

Sa’ud. Et.al. (2006). Pembelajaran Terpadu. Bandung: UPI Press Selin, H. (2014). Global Warming. [Online]. Diakses dari

www.britanica.com/science/global-warming

Semiawan, C., Tangyong, AF., Matahelemual, Y & Suseloardjo, W. (1986). Pendekatan Keterampilan Proses. Jakarta : Gramedia

Slavin, R.E. (2011). Psikologi Pendidikan. Jakarta : Indeks

Sriyati, S. (2008). Integrated Approach. Bandung : Jurusan Pendidikan Biologi FPMIPA UPI

Sugiyono . (2008). Statistik Untuk Penelitian. Bandung : Alfabeta

Susilowati. (2013). Integrated Science Worksheet Pembelajaran IPA dalam Kurikulum 2013. Makalah Diklat pengembangan Student Worksheet Integrated Science bagi guru SMP/MTs di Sleman. 24 agustus 2013 Suhandi, A. (2013). Adaptasi dan Mitigasi. (Bahan ajar perkuliahan). Sekolah

Pascasrjana, UPI, Bandung

Sterberg, R.J., Kaufman, J.C & Grikorenko, E.L. (2011). Kecerdasan Terapan. Yogyakarta : Pustaka Belajar

Tawil, M. & Liliasari. (2014). Keterampilan-Keterampilan Sains dan

Implementasinya dalam Pembelajaran IPA. Makassar: Badan Penerbit UNM

Trianto.(2007). Model Pembelajaran Terpadu Dalam Teori Dan Praktek . Jakarta : Prestasi Pustaka

Taconis, R., Ferguson,H, M. G. M., & Broekkamp, H. (2000). Teaching

science problem solving: An overview of experimental work . Journal of Research in Science Teaching, 38, 442-468.

http://dx.doi.org/10.1002/tea.1013

Tokcan, H. (2009). Effects of conditions on learning and brain. Procedia Social and Behavioral Sciences 1 (2009) 37–41


(6)

Trefill, J & Hazen, R. (2010). The Sciences: an Integrated Approach. New York: John Willey & Sons, Inc.

Tim.(2009). Bahan Ajar Klimatologi. Makasar : Universitas Hasanudin

Tim.(2011). Bahan Ajar IPA SMP/MTs PLPG. Bandung : UPI

Utami, CP. (2015). Pengaruh penerapan model pembelajaran Children

Learning in Sciance (CLIS) menggunakan virtual Laboratory terhadap peningkatan keterampilan proses sains siswa dan kemampuan kognitif siswa.(Tesis). Bandung ; Sekolah Pascasarjana UPI

Ward, H. (2010). Pengajaran Sains Berdasarkan Cara Kerja Otak. Jakarta : Indeks

Wulan, A.R. (2013). Taksonomi Bloom Revisi. (Bahan ajar perkuliahan). Sekolah Pascasrjana, UPI, Bandung


Dokumen yang terkait

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING BERBASIS INKUIRI UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP DAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA SMP

11 78 199

PEMBELAJARAN IPA TERPADU TIPE WEBBED TEMA TEKANAN UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS DAN PENGUASAAN KONSEP SISWA SMP.

0 2 57

PENERAPAN PROJECT BASED LEARNING DAN PROBLEM BASED LEARNING DALAM PEMBELAJARAN IPA TERPADU TIPE CONNECTED UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP DAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRISIS SISWA.

0 1 46

PENERAPAN PEMBELAJARAN IPA TIPE WEBBED DAN SHARED PADA TEMA PEMANFAATAN SAMPAH DENGAN PENDEKAKATAN INKUIRI UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES DAN PENGUASAAN KONSEP.

0 0 16

PEMBELAJARAN IPA TERPADU DENGAN PENERAPAN MODEL EXPERIENTIAL LEARNING UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP DAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA SMP PADA TOPIK TEKANAN.

0 2 50

Penerapan Model Project Based Learning Pembelajaran Ipa Terpadu Tipe Nested Pada Tema Pencemaran Air Untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep Dan Keterampilan Berpikir Kreatif Siswa SMP.

1 6 41

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING MENGGUNAKAN PEMBELAJARAN IPA TERPADU TIPE SHARED DAN WEBBED PADA MATERI PEMANASAN GLOBAL UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP DAN KETERAMPILAN PROSES SAINS PESERTA DIDIK SMP.

2 6 55

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING BERBASIS INKUIRI UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP DAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA SMP.

1 6 266

PENGGUNAAN ASESMEN AUTENTIK DALAM DISCOVERY LEARNING UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP DAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA PADA MATERI PEMANASAN GLOBAL - repository UPI T IPA 1308060 Title

0 0 2

PENGUASAAN KONSEP DAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA SMP PADA PEMBELAJARAN IPA TERPADU TIPE CONNECTED BERBASIS GUIDED INQUIRY - repository UPI T IPA 1404536 Title

0 0 3