PEMBELAJARAN IPA TERPADU DENGAN PENERAPAN MODEL EXPERIENTIAL LEARNING UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP DAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA SMP PADA TOPIK TEKANAN.
KONSEP DAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA SMP PADA TOPIK TEKANAN
TESIS
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Pendidikan Program Studi Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam
Disusun Oleh:
OLEH :
SURYA WARNI RIDYAH NIM. 1302997
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2015
(2)
Untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep dan Keterampilan Proses Sains Siswa SMP Pada Topik Tekanan
Oleh : Surya Warni Ridyah
NIM. 1302997
Disetujui untuk mengikuti Sidang Tahap I oleh: Pembimbing
Dr. Hj. Siti Sriyati, M.Si NIP. 197105302001122001
Mengetahui,
Ketua Program Studi Pendidikan IPA SPS UPI
Dr.Phil. Ari Widodo, M.Ed NIP. 196705271992031001
(3)
KONSEP DAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA SMP PADA TOPIK TEKANAN
Oleh
Surya Warni Ridyah
S.Pd FKIP Universitas Riau, 2010
Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd.) pada Program Studi Pendidikan Ilmu Pengetahuan
Alam
©Surya Warni Ridyah 2015 Universitas Pendidikan Indonesia
Juli 2015
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
Tesis ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difotokopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.
(4)
Surya Warni Ridyah , 2015
PEMBELAJARAN IPA TERPAD U D ENGAN PENERAPAN MOD EL EXPERIENNAL LEARNING UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP D AN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA SMP PAD A TOPIK
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
ii
PEMBELAJARAN IPA TERPADU DENGAN PENERAPAN MODEL
EXPERIENTIAL LEARNING UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN
KONSEP DAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA SMP PADA TOPIK TEKANAN
Surya Warni Ridyah 1302997
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi peningkatan penguasaan konsep dan keterampilan proses sains siswa SMP setelah penerapan model Experiential Learning pada pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam Terpadu dengan topik tekanan. Metode penelitian yang digunakan adalah pre-experiment dengan desain one-group pretest-postest yang dilakukan di salah satu SMP Negeri di Kota Bandung, dengan sampel siswa kelas VIII H sebanyak 34 siswa pada semester 2 tahun ajaran 2014/2015. Instrumen penelitian berupa soal pretest dan posttest untuk mengukur peningkatan penguasaan konsep dan keterampilan proses sains, lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran dan angket untuk mengetahui tanggapan siswa terhadap pelaksanaan model Experiential Learning. Hasil penelitian menunjukkan pembelajaran IPA Terpadu dengan penerapan model Experiential Learning dapat meningkatkan penguasaan konsep dan keterampilan proses sains siswa SMP pada topik tekanan. Hal ini dapat dilihat dari rata-rata skor N-Gain dari penguasaan konsep siswa sebesar 0,55 berada pada kategori sedang. Rata-rata N-gain untuk setiap aspek penguasaan konsep yang ditinjau yaitu mengingat (C1), memahami (C2), mengaplikasikan (C3), dan menganalisis (C4), masing-masing mengalami peningkatan. Secara berurut rata-rata N-gain dari yang terbesar hingga terkecil adalah aspek mengingat (0,61), menganalisis (0,54), mengaplikasikan (0,47) dan memahami (0,42). Untuk rata-rata N-gain keterampilan proses sains adalah 0,53 pada kategori sedang. Peningkatan masing-masing indikator keterampilan proses sains memiliki nilai yang bervariasi secara berurut dari yang terbesar hingga terkecil yaitu: berhipotesis (0,65), interpretasi (0,58), menerapkan konsep (0,36) dan mengkomunikasikan (0,35),. Hasil-hasil ini menunjukkan model Experiential Learning merupakan salah satu model pembelajaran yang dapat meningkatkan penguasaan konsep dan keterampilan proses sains siswa.
Kata Kunci: Experiential Learning, penguasaan konsep, keterampilan proses
(5)
Surya Warni Ridyah , 2015
PEMBELAJARAN IPA TERPAD U D ENGAN PENERAPAN MOD EL EXPERIENNAL LEARNING UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP D AN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA SMP PAD A TOPIK
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
iii
INTEGRATED SCIENCE LEARNING WITH IMPLEMENTATION OF EXPERIENTIAL LEARNING MODEL TO IMPROVE CONCEPT MASTERY and SCIENCE PROCESS SKILLS of JUNIOR HIGH SCHOOL
STUDENT ON PRESSURE TOPICS
Surya Warni Ridyah 1302997
Abstract
This study aims to identify the increasing mastery of concepts and skills of junior high school science students after the application of the Experiential Learning in Integrated Science learning with pressure topics. The method used is pre-experimental with design pretest-posttest of one-group which was conducted in one of the Junior High School in Bandung, with a sample of eighth grade students (Class VIII H) as many as 34 students in the 2nd half of 2014/2015 academic year. The research instrument like pretest and posttest to measure the increase of mastery of concepts and science process skills, learning observation sheets and questionnaires to determine the response of students to the implementation of Experiential Learning model. The results showed integrated science learning by implementation of Integrated Experiential Learning model can improve understanding of science concepts and process skills of junior high school students on the topic of pressure. It can be seen from the average score of N -Gain of student’s mastery of concepts of 0.55 in middle category. The average N-gain for every aspect of concepts mastery which are reviewed are : remembering (C1), understanding (C2), applying (C3), and analyzing (C4), respectively increased. Sequentially the average of N-gain from largest to smallest is remembering (0.61), analyzing (0.54), applying (0.47) and understanding (0.42). For the average N-gain of KPS is 0.53 in the medium category. Increased each KPS's indicator has a value that varies in sequence from largest to smallest: hypothesizing (0.65), interpretating (0.58), applying the concept (0.36) and communicating (0.35).These results indicate the model of Experiential Learning is one of learning model that can improve students' mastery of concepts and KPS.
(6)
Surya Warni Ridyah , 2015
PEMBELAJARAN IPA TERPAD U D ENGAN PENERAPAN MOD EL EXPERIENNAL LEARNING UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP D AN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA SMP PAD A TOPIK
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
iv
Keywords: Experiential learning, mastery of concepts, science process skills, pressure
(7)
Surya Warni Ridyah , 2015
PEMBELAJARAN IPA TERPAD U D ENGAN PENERAPAN MOD EL EXPERIENNAL LEARNING UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP D AN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA SMP PAD A TOPIK
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
vi
Halaman
PERNYATAAN ... i
ABSTRAK ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL ... viii
DAFTAR GAMBAR ... ix
DAFTAR LAMPIRAN ... x
BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah... 6
C. Batasan Masalah ... 6
D. Tujuan Penelitian ... 7
E. Manfaat Penelitian... 7
BAB II. KAJIAN PUSTAKA A. Pembelajaran IPA Terpadu ... 8
B. Model Experiential Learning ... 11
C. Penguasaan Konsep ... 15
D. Keterampilan Proses Sains ... 17
E.Tekanan... 21
F.Penelitian yang Relevan ... 32
BAB III. METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian ...34
B. Populasi dan Sampel Penelitian ...35
C. Variabel Penelitian ... 35
D. Prosedur Penelitian ... 35
(8)
Surya Warni Ridyah , 2015
PEMBELAJARAN IPA TERPAD U D ENGAN PENERAPAN MOD EL EXPERIENNAL LEARNING UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP D AN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA SMP PAD A TOPIK
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
vii
G.Teknik Pengumpulan Data...41
H. Teknik Pengolahan dan Analisis Data ...41
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 55
1.Keterlaksanaan Model Experiential Learning ... 55
2. Data Penguasaan Konsep Siswa... 57
3. Data Keterampilan Proses Sains ... 60
4. Angket Tanggapan Siswa ... 63
B. Pembahasan ... 65
1. Keterlaksanaan Model Experiential Learning ... 65
2. Penguasaan Konsep ... 71
3. Keterampilan Proses Sains Siswa ... 75
4. Tanggapan Siswa terhadap Model Experiential Learning ... 79
5. Respon Guru ... 80
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 83
B. Saran ... 83
DAFTAR PUSTAKA ... 84
(9)
Surya Warni Ridyah , 2015
PEMBELAJARAN IPA TERPAD U D ENGAN PENERAPAN MOD EL EXPERIENNAL LEARNING UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP D AN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA SMP PAD A TOPIK
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
viii
Tabel Halaman
2.1 Kemampuan Siswa dalam Proses Experiential Learning ... 14
2.2 Indikator Pencapaian Keterampilan Proses Sains ... 20
2.3 Perbedaan Pembuluh Arteri dan Vena... 27
3.1 Teknik Pengumpulan Data ... 41
3.2 Rekapitulasi Soal Tiap Aspek Penguasaan Konsep sebelum Validasi... 44
3.3 Rekapitulasi Soal Tiap Indikator Keterampilan Proses Sains sebelum Validasi ... 44
3.4 Interpretasi Validitas ... 45
3.5 Kategori Reliabilitas Butir Soal... 45
3.6 Kriteria Tingkat Kesukaran ... 46
3.7 Kategori Indeks Diskriminasi ... 47
3.8 Rekapitulasi Hasil Uji Coba Instrumen Keterampilan Proses Sains ... 48
3.9 Rekapitulasi Sebaran Soal Tiap Indikator Keterampilan Proses Sains... 48
3.10 Rekapitulasi Hasil Uji Coba Instrumen Penguasaan Konsep... 49
3.11 Rekapitulasi Sebaran Soal Tiap Aspek Penguasaan Konsep ... 50
3.12 Kategorisasi Skor Perolehan N-gain ... 51
3.13 Kategori Tanggapan Siswa ... 53
3.14 Kriteria Keterlaksanaan Model Experiential Learning ... 53
4.1 Rekapitulasi Persentase Keterlaksanaan Model Experiential Learning oleh Guru ... 56
4.2 Rekapitulasi Konsep Tekanan pada Pembelajaran IPA Terpadu ... 57
4.3 Rata-rata Pretest, Posttest, dan N-Gain Siswa ... 58
4.4 Data Peningkatan Tiap Aspek Kognitif... 59
4.4 Rata-rata Pretest, Posttest, dan N-Gain Siswa ... 61
(10)
Surya Warni Ridyah , 2015
PEMBELAJARAN IPA TERPAD U D ENGAN PENERAPAN MOD EL EXPERIENNAL LEARNING UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP D AN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA SMP PAD A TOPIK
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
ix
Experiential Learning dalam Pembelajaran ... 63 4.7 Hasil Wawancara dengan Guru ... 81
(11)
Surya Warni Ridyah , 2015
PEMBELAJARAN IPA TERPAD U D ENGAN PENERAPAN MOD EL EXPERIENNAL LEARNING UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP D AN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA SMP PAD A TOPIK
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
x
Gambar Halaman
2.1 Diagram Peta Connected ... 10
2.2 Kolb,s Experiential Learning Cycle ... 12
2.3 Keterpaduan Kompetensi Dasar 4.3 dengan Kompetensi Dasar 3.4... 22
2.4 Peredaran Darah Manusia ... 27
2.5 Skema Dongkrak Hidrolik... 28
3.1 Desain Penelitian One-Group Pretest-Posttest ... 33
3.2 Diagram Alur Penelitian ... 53
4.1 Perbandingan Persentase Rata-rata Skor Pretest dan Posttest untuk Setiap Aspek Penguasaan Konsep ... 59
4.2 Diagram Perbandingan Persentase Rata-rata Skor Pretest dan Posttest untuk Setiap Indikator Keterampilan Proses Sains ... 61
(12)
Surya Warni Ridyah , 2015
PEMBELAJARAN IPA TERPAD U D ENGAN PENERAPAN MOD EL EXPERIENNAL LEARNING UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP D AN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA SMP PAD A TOPIK
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
Pembelajaran adalah proses belajar yang dibangun oleh guru untuk mengembangkan kreativitas berpikir yang dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam mengkontruksi pengetahuan baru sebagai upaya meningkatkan penguasaan yang baik terhadap pelajaran (Abidin, 2014, hlm. 1). Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) menekankan pada pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar peserta didik mampu memahami alam sekitar melalui proses mencari tahu dan berbuat, hal ini membantu peserta didik untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam. IPA berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis sehingga IPA bukan hanya kumpulan pengetahuan yang berupa fakta, konsep, atau prinsip saja tetapi merupakan suatu proses penemuan. IPA adalah suatu kumpulan teori yang sistematis, penerapannya secara umum terbatas pada gejala-gejala alam lahir dan berkembang melalui metode ilmiah seperti observasi dan eksperimen yang menuntut sikap ilmiah seperti rasa ingin tahu, terbuka, jujur dan sebagainya (Trianto, 2014, hlm. 136).
Saat ini pengajaran IPA di sekolah masih belum menghubungkan antara materi yang dipelajari siswa dengan kehidupan sehari-hari. Pembelajaran IPA di sekolah hanya berorientasi pada hasil akhir berupa nilai yang memprioritaskan pada kelulusan siswa dalam Ujian Nasional. Pembelajaran IPA di sekolah masih belum menggunakan pengalaman siswa tetapi hanya berbasis hafalan yang berdampak pada rendahnya penguasaan konsep IPA siswa.
(13)
Surya Warni Ridyah , 2015
PEMBELAJARAN IPA TERPAD U D ENGAN PENERAPAN MOD EL EXPERIENNAL LEARNING UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP D AN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA SMP PAD A TOPIK
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Berdasarkan hasil komunikasi personal dengan guru IPA di tempat dilakukan penelitian, sejauh ini guru masih mengajarkan IPA sebagai mata pelajaran yang terpisah (fisika, kimia, biologi) padahal pembelajaran IPA Terpadu merupakan integrasi dari tiga bidang ilmu dasar, yaitu biologi, fisika, dan kimia. Alasan guru tidak mengajarkan IPA Terpadu karena mata pelajaran IPA Terpadu tidak sesuai dengan keahlian yang dimiliki guru. Guru hanya ahli di satu bidang saja seperti fisika saja atau biologi saja, sehingga guru takut tidak maksimal dan salah konsep ketika mengajar di luar bidang keahliannya. Guru juga mengalami kesulitan dalam membuat perangkat pembelajaran IPA terpadu karena minimnya pelatihan tentang pembelajaran IPA terpadu. Pembelajaran terpadu sebagai suatu alternatif pendekatan dalam pembelajaran akan mengaitkan beberapa aspek, baik dalam intra mata pelajaran maupun antar mata pelajaran (Trianto, 2014, hlm. 57). Dengan adanya pemaduan itu, siswa akan memperoleh pengetahuan dan keterampilan secara utuh sehingga pembelajaran menjadi bermakna bagi siswa. Bermakna memberikan arti bahwa pada pembelajaran terpadu, siswa dapat memahami konsep-konsep yang mereka pelajari melalui pengalaman langsung dan nyata yang menghubungkan antar konsep dalam intra mata pelajaran maupun antar mata pelajaran.
Dalam pembelajarannya guru juga jarang memberikan kegiatan praktikum kepada siswa sehingga keterampilan proses sains siswa seperti mengkomunikasikan, hipotesis, interpretasi tidak terlatih dan tidak berkembang dengan baik. Hasil observasi pembelajaran di kelas juga ditemukan bahwa pembelajaran yang dilakukan di kelas masih berpusat pada guru (teacher center). Metode pembelajaran yang digunakan guru dalam menyampaikan materi adalah metode ceramah. Pembelajaran yang didominasi ceramah menyebabkan siswa tidak terlibat secara aktif dan
(14)
Surya Warni Ridyah , 2015
PEMBELAJARAN IPA TERPAD U D ENGAN PENERAPAN MOD EL EXPERIENNAL LEARNING UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP D AN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA SMP PAD A TOPIK
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
langsung dalam menemukan konsep akibatnya pengalaman belajar yang dimiliki siswa tidak berkembang dan penguasaan konsep siswa rendah.
Belajar menurut Gagne (Dahar, 1996, hlm. 2) adalah suatu proses dimana suatu organisasi berubah perilakunya sebagai akibat pengalaman. Tujuan belajar bukan semata-mata berorientasi pada penguasaan konsep dengan menghafal fakta-fakta yang tersaji dalam bentuk informasi atau materi pelajaran. Orientasi sesungguhnya dari proses belajar adalah memberikan pengalaman untuk jangka panjang sehingga hasil pembelajaran lebih bermakna bagi murid. Proses pembelajaran berlangsung secara alamiah dalam bentuk kegiatan di mana murid bekerja dan mengalami bukan transfer pengetahuan dari guru kepada murid (Majid, 2013, hlm. 151).
Proses pembelajaran di sekolah selain melibatkan siswa secara aktif juga diharapkan dapat melatih keterampilan proses sains. Melatihkan keterampilan proses merupakan salah satu upaya penting untuk memperoleh keberhasilan siswa yang optimal. Materi pelajaran akan lebih mudah dipelajari, dipahami, dihayati dan diingat dalam waktu yang relatif lama apabila siswa memperoleh pengalaman langsung dari pengamatannya (Trianto, 2014, hlm. 150).
Untuk mengembangkan keterampilan proses sains diperlukan pembelajaran yang memfasilitasi siswa secara langsung terlibat dan mengalami proses pembelajaran di kelas, karena dengan mengalami maka seseorang dapat lebih menghayati proses atau kegiatan yang dilakukan (Rustaman, 2005, hlm. 73). Salah satu model pembelajaran yang melibatkan siswa dalam pembelajaran aktif adalah experiential learning. Aspek keterampilan proses sains yang digunakan dalam model experiential learning diantaranya mengkomunikasikan, meramalkan (prediksi),
(15)
Surya Warni Ridyah , 2015
PEMBELAJARAN IPA TERPAD U D ENGAN PENERAPAN MOD EL EXPERIENNAL LEARNING UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP D AN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA SMP PAD A TOPIK
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
pengamatan (observasi), mengajukan hipotesis, menafsirkan pengamatan (interpretasi) dan menerapkan konsep.
Kolb (1984) berpendapat bahwa pembelajaran dengan model experiential learning merupakan proses dimana pengetahuan diperoleh melalui transformasi pengalaman. Belajar berdasarkan pengalaman lebih terpusat pada pengalaman belajar siswa yang bersifat terbuka dan mampu membimbing dirinya sendiri. Dalam model Experiential Learning, konsep diperkenalkan pada siswa melalui masalah yang berupa fenomena-fenomena yang sering dialami oleh siswa dalam kehidupan sehari-hari.
Experiential learning merupakan pembelajaran yang dilakukan melalui refleksi dan juga melalui suatu proses pemaknaan dari pengalaman langsung. Model pembelajaran ini menyajikan empat tahapan yaitu tahapan pengalaman konkrit (concrete experience) yang merupakan tahap awal pembelajaran bagi siswa, pada tahap ini siswa secara individu menekankan pada pembelajaran berpikir terbuka. Tahap kedua yaitu pengamatan reflektif (reflective observation), pada tahapan ini siswa mengamati demontrasi sederhana serta mencoba mengeluarkan pendapat mengapa dan bagaimana hal tersebut terjadi. Tahap ketiga yaitu tahap konseptualisasi (abstrak conceptualization) pada tahap ini siswa menjadi mengerti konsep secara umum dengan acuan tahap pertama dan kedua. Konseptualisasi mengharuskan siswa untuk menggunakan logika dan pikiran untuk memahami situasi dan masalah, kemudian diselesaikan dengan aplikasi (active experimentation), pada tahap ini siswa menggunakan teori yang mereka dapat selama konsepsi abstrak untuk membuat prediksi dan bereaksi untuk membuktikan prediksi tersebut (Majid, 2013, hlm. 154).
(16)
Surya Warni Ridyah , 2015
PEMBELAJARAN IPA TERPAD U D ENGAN PENERAPAN MOD EL EXPERIENNAL LEARNING UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP D AN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA SMP PAD A TOPIK
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Experiential Learning merupakan sebuah model holistik dari proses pembelajaran manusia belajar, tumbuh dan berkembang. Penggunaan istilah Experiential Learning dilakukan untuk menekankan bahwa experience (pengalaman) berperan penting dalam proses pembelajaran dan membedakannya dari teori pembelajaran lainnya seperti teori pembelajaran kognitif ataupun behaviorisme (Kolb, 1984). Belajar berdasarkan pengalaman lebih terpusat pada pengalaman belajar siswa yang bersifat terbuka dan siswa mampu membimbing dirinya sendiri. Dalam model Experiential Learning, konsep diperkenalkan pada siswa melalui masalah yang berupa fenomena-fenomena yang sering dialami oleh siswa dalam kehidupan sehari-hari. Jean Piaget (Dahar, 1996, hlm. 141) seorang tokoh filsafat konstruktivisme menyatakan bahwa dalam belajar anak akan membangun sendiri skemanya serta membangun konsep-konsep melalui pengalaman proses belajar yang melibatkan pembentukan makna oleh siswa dari apa yang mereka lakukan, lihat, dan dengar.
Materi yang dijadikan objek penelitian adalah tekanan. Tekanan adalah salah satu topik yang penting dalam pembelajaran IPA di sekolah. Konsep tekanan merupakan konsep yang sangat dekat dengan fenomena yang sering ditemui siswa dalam kehidupan sehari-hari. Dengan menggunakan topik tekanan, kita dapat mengajarkan konsep tekanan darah, gaya apung ikan, dan transportasi tumbuhan. Dari topik itu didapat pengetahuan dari disiplin ilmu biologi dan fisika yang saling berkaitan. Pembelajaran dengan model experiential learning pada topik tekanan dapat memberikan kesempatan siswa untuk tahu, melakukan, dan terlibat secara aktif dalam menemukan dan memahami konsep tekanan dari contoh fenomena tekanan yang ada di kehidupan sehari-hari. Namun, pada kenyataannya banyak siswa yang mengalami
(17)
Surya Warni Ridyah , 2015
PEMBELAJARAN IPA TERPAD U D ENGAN PENERAPAN MOD EL EXPERIENNAL LEARNING UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP D AN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA SMP PAD A TOPIK
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
kesulitan dalam mempelajari konsep tekanan dan mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Konsep tekanan dalam pembelajarannya menggunakan kegiatan praktikum, sehingga ketika melakukan kegiatan praktikum siswa bisa menemukan konsep dan dapat melatihkan keterampilan proses sains seperti mengkomunikasikan, berhipotesis, menafsirkan pengamatan (interpretasi) dan menerapkan konsep dalam pembelajaran. Dalam pembelajarannya konsep tekanan ini dipadukan dengan tipe pembelajaran IPA Terpadu connected. Tipe pembelajaran yang dipakai dalam penelitian ini difokuskan pada tipe keterhubungan (connected). Pembelajaran terpadu model keterhubungan (connected model) menurut Fogarty (1991, hlm. 14) adalah : “model focuses on making explicit connections with each subject area, connecting one topic to the next, connecting one concept to another, connecting a skill to related skill, connecting one day’s work to the next, or even one semester’s ideas to the next”. Pengertian tersebut menunjukkan bahwa fokus model connected adalah pada keterkaitan dalam seluruh bidang, keterkaitan antar topik, keterkaitan antar konsep, keterkaitan antar keterampilan, mengaitkan tugas pada hari ini dengan selanjutnya bahkan ide yang dipelajari pada satu semester dengan ide-ide yang dipelajari pada semester berikutnya dalam satu bidang studi. Keterpaduan topik tekanan pada pembelajaran IPA Terpadu dengan memadukan pelajaran fisika dengan biologi. Konsep tekanan yang dipelajari dalam penelitian ini adalah transportasi pada tumbuhan, tekanan darah dan gaya apung pada ikan.
Berdasarkan pemaparan di atas, perlu dilakukan penelitian mengenai “Pembelajaran IPA Terpadu dengan Penerapan Model Experiential Learning untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep dan Keterampilan Proses Sains Siswa SMP pada Topik Tekanan”.
(18)
Surya Warni Ridyah , 2015
PEMBELAJARAN IPA TERPAD U D ENGAN PENERAPAN MOD EL EXPERIENNAL LEARNING UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP D AN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA SMP PAD A TOPIK
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
B.Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka secara umum dapat dirumuskan masalah penelitian, yaitu “Bagaimana keterlaksanaan model Experiential Learning pada topik tekanan dapat meningkatkan penguasaan konsep dan keterampilan proses sains siswa pada pembelajaran IPA Terpadu?”
Rumusan masalah tersebut dijabarkan dalam beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut:
1. Bagaimanakah keterlaksanaan model experiential learning dalam pembelajaran IPA terpadu pada topik tekanan?
2. Apakah penerapan model experiential learning pada topik tekanan dapat meningkatkan penguasan konsep siswa pada pembelajaran IPA terpadu?
3. Apakah penerapan model experiential learning pada topik tekanan dapat meningkatkan keterampilan proses sains siswa pada pembelajaran IPA terpadu? 4. Bagaimana tanggapan siswa dan guru terhadap penerapan model experiential
learning dalam pembelajaran?
C. Batasan Masalah
Untuk memfokuskan permasalahan, maka ruang lingkup masalah yang diteliti dibatasi sebagai berikut:
(19)
Surya Warni Ridyah , 2015
PEMBELAJARAN IPA TERPAD U D ENGAN PENERAPAN MOD EL EXPERIENNAL LEARNING UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP D AN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA SMP PAD A TOPIK
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
2. Model pembelajaran yang digunakan adalah model pembelajaran experiential learning yang diterapkan pada satu kelas.
3. Materi IPA terpadu yang diajarkan selama penelitian adalah mengenai tekanan. 4. Tipe keterpaduan yang digunakan dalam pembelajaran IPA Terpadu adalah tipe
connected.
D. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Mengidentifikasi keterlaksanaan model experiential learning dalam pembelajaran IPA Terpadu pada topik tekanan.
2. Mengidentifikasi peningkatan penguasaan konsep siswa setelah penerapan model pembelajaran experiential learning pada topik tekanan.
3. Mengidentifikasi peningkatan keterampilan proses sains siswa setelah penerapan model pembelajaran experiential learning pada topik tekanan.
4. Mengidentifikasi tanggapan siswa dan guru terhadap penerapan model experiential learning dalam pembelajaran.
E. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut :
1. Bagi siswa, melalui penelitian ini diharapkan siswa dapat meningkatkan penguasaan konsep dan keterampilan proses sains pada materi tekanan.
(20)
Surya Warni Ridyah , 2015
PEMBELAJARAN IPA TERPAD U D ENGAN PENERAPAN MOD EL EXPERIENNAL LEARNING UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP D AN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA SMP PAD A TOPIK
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
2. Bagi guru, diharapkan penelitian ini dapat memotivasi guru untuk menerapkan model pembelajaran yang sejenis untuk materi pelajaran IPA terpadu.
3. Bagi sekolah dan institusi pendidikan lainnya, diharapkan penelitian ini dapat dijadikan sebagai informasi dan kajian dalam pengembangan pembelajaran IPA dan sebagai bahan masukan bagi peneliti lain.
(21)
Surya Warni Ridyah , 2015
PEMBELAJARAN IPA TERPAD U D ENGAN PENERAPAN MOD EL EXPERIENNAL LEARNING UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP D AN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA SMP PAD A TOPIK
(22)
Surya Warni Ridyah , 2015
PEMBELAJARAN IPA TERPAD U D ENGAN PENERAPAN MOD EL EXPERIENNAL LEARNING UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP D AN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA SMP PAD A TOPIK
(23)
Surya Warni Ridyah , 2015
PEMBELAJARAN IPA TERPAD U D ENGAN PENERAPAN MOD EL EXPERIENNAL LEARNING UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP D AN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA SMP PAD A TOPIK
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB III
METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah pre-eksperimen atau metode penelitian eksperimen awal. Metode ini dipilih sesuai dengan tujuan penelitian yang hanya ingin melihat pengaruh penerapan model experiential learning terhadap peningkatan penguasaan konsep dan keterampilan proses sains siswa.
Penelitian ini menggunakan desain one-group pretest-posttest (Frienkel, 2007, hlm. 214). Dengan desain seperti ini, subyek penelitian adalah satu kelas eksperimen tanpa pembanding. Dalam desain one-group pretest-posttest kelompok subjek tunggal diberi pretest/tes awal (O), perlakuan (X), dan posttest/tes akhir (O). Instrumen pada saat pretest dan posttest sama, tetapi diberikan dalam waktu yang berbeda. Bentuk desainnya seperti pada gambar berikut :
Gambar 3.1 Desain Penelitian One-Group Pretest-Posttest Keterangan:
T1 : pretest untuk mengukur hasil belajar penguasaan konsep dan keterampilan proses sains siswa
T2 : posttest untuk mengukur hasil belajar penguasaan konsep dan keterampilan proses sains siswa
X : perlakuan berupa penerapan model pembelajaran experiential learning
T1 X T2
(24)
Surya Warni Ridyah , 2015
PEMBELAJARAN IPA TERPAD U D ENGAN PENERAPAN MOD EL EXPERIENNAL LEARNING UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP D AN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA SMP PAD A TOPIK
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Perlakuan (treatment) yang diberikan pada kelas eksperimen berupa pembelajaran dengan model experiential learning, yang dilakukan sebanyak tiga pertemuan dengan berpatokan pada RPP, skenario, dan lembar kerja siswa (LKS) yang telah disusun sebelumnya.
(25)
B. Populasi dan Sampel penelitian
Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian sedangkan sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang diteliti (Arikunto, 2013, hlm. 173). Penelitian ini dilaksanakan di SMP 2 Bandung dengan populasi penelitian siswa kelas VIII semester dua yang memiliki 5 kelas dengan komposisi siswa masing-masing 30-35 orang dalam satu kelas.
Penentuan sampel dalam penelitian ini menggunakan metode cluster random sampling. Metode ini digunakan peneliti bertujuan untuk melakukan penelitian dengan menggunakan kelas yang sudah ada (Fraenkel, et al., 2012, hlm. 216). Teknik random dilakukan dengan cara pengundian. Pengundian sampel dilakukan pada semua kelas, karena setiap kelas memiliki peluang yang sama untuk dipilih menjadi sampel sehingga diperoleh satu kelas sebagai kelas eksperimen. Sampel pada penelitian ini terdiri dari satu kelas. Sampel yang digunakan dalam penelitian adalah siswa kelas VIII H SMP 2 Bandung pada semester II tahun pelajaran 2014/2015 yang terdiri dari 34 siswa.
C. Variabel Penelitian
Pada penelitian ini terdapat perlakuan dan dua variabel terikat. Perlakuan dalam penelitian ini adalah penerapan model pembelajaran experiential learning, dan variabel terikatnya adalah penguasaan konsep dan keterampilan proses sains siswa, dan diketahui juga sebagai variabel kontrol pada penelitian adalah guru yang mengajar, waktu pembelajaran, dan materi pembelajaran. Pada penelitian ini akan melihat peningkatan variabel terikat (penguasaan konsep dan keterampilan proses sains) sebagai dampak dari penerapan model experiential learning.
D. Prosedur penelitian
Prosedur penelitian ini dideskripsikan melalui alur penelitian yang dibagi menjadi tiga tahapan, yaitu tahap persiapan, tahap pelaksanaan dan tahap akhir. Tahap-tahap penelitian dijelaskan sebagai berikut:
(26)
1. Tahap Persiapan
Persiapan yang dilakukan meliputi tahapan-tahapan sebagai berikut:
a. Melakukan studi lapangan, studi lapangan bertujuan untuk mencari permasalahan yang muncul ketika proses pembelajaran baik pada guru maupun siswa. Studi pendahuluan ini juga untuk menggali respon siswa terhadap pembelajaran IPA yang selama ini mereka dapatkan di sekolah. Pada tahap ini juga diteliti mengenai metode yang digunakan oleh guru di dalam kelas. Studi lapangan ini dilakukan dengan cara mewawancarai serta mengamati guru mengajar ketika berada di dalam kelas.
b. Merumuskan masalah yang akan diteliti. c. Menentukan tujuan dari penelitian.
d. Melakukan studi literatur, studi literatur ini bertujuan untuk mendapatkan teori dan konsep yang berkaitan dengan materi yang dipilih agar dapat disesuaikan dengan kompetensi dasar yang telah ditentukan. Studi literatur dilakukan terhadap jurnal, buku, dan laporan penelitian mengenai materi, penguasaan konsep dan keterampilan proses sains siswa.
e. Menganalisis kurikulum IPA kelas VIII SMP dan materi pelajaran yang akan diteliti, sehingga dipilih materi dengan topik tekanan. Hasil analisis dijadikan acuan untuk mendesain pembelajaran serta perangkat yang diperlukan untuk penelitian ini.
f. Menganalisis model experiential learning.
g. Membuat perangkat pembelajaran meliputi rencana pembelajaran dengan berdasarkan tahapan experiential learning, lembar kerja siswa (LKS).
h. Menyusun instrumen penelitian meliputi tes penguasaan konsep, tes keterampilan proses sains, lembar observasi dan angket siswa.
i. Melakukan validasi instrumen penelitian kepada beberapa dosen ahli kemudian melakukan revisi berdasarkan saran dosen ahli.
j. Melakukan uji coba dan analisis instrumen penelitian bertujuan untuk mengetahui reliabilitas, tingkat kesukaran, dan daya pembeda butir-butir soal
(27)
yang akan digunakan pada tes awal (pretest) dan tes akhir (posttest). Instrumen ini diujikan kepada siswa yang sudah mempelajari materi yang akan diujikan. k. Merevisi/memperbaiki instrumen yang sudah divalidasi dan diuji coba. l. Menentukan populasi dan sampel penelitian.
m.Menentukan kelas yang akan diteliti. 2. Tahap Pelaksanaan
Tahap pelaksanaan adalah tahap di mana proses pembelajaran berlangsung. Pelaksanaan dalam penelitian ini meliputi:
a. Memberikan pretest kemampuan penguasaan konsep dan keterampilan proses sains siswa sebelum pembelajaran untuk mengetahui kemampuan awal siswa terhadap materi tekanan.
b. Melakukan proses pembelajaran dengan menerapkan pembelajaran dengan empat tahapan yaitu tahapan pengalaman konkrit (concrete experience) yang merupakan tahap awal pembelajaran bagi siswa, pada tahap ini siswa secara individu menekankan pada pembelajaran berpikir terbuka. Tahap kedua yaitu pengamatan reflektif (reflective observation), pada tahapan ini siswa mengamati demontrasi sederhana serta mencoba mengeluarkan pendapat mengapa dan bagaimana hal tersebut terjadi. Tahap ketiga yaitu tahap konseptualisasi (abstrak conceptualization) pada tahap ini siswa menjadi mengerti konsep secara umum dengan acuan tahap pertama dan kedua. Konseptualisasi mengharuskan siswa untuk menggunakan logika dan pikiran untuk memahami situasi dan masalah, kemudian diselesaikan dengan aplikasi (active experimentation), pada tahap ini siswa menggunakan teori yang mereka dapat selama konsepsi abstrak untuk membuat prediksi dan bereaksi untuk membuktikan prediksi tersebut (Majid, 2013, hlm. 154). Pertemuan pertama membahas tentang transportasi pada tumbuhan, pertemuan kedua tentang tekanan darah dan pertemuan ketiga tentang gaya apung pada ikan.
c. Melakukan pengamatan ketika penerapan pembelajaran dilakukan oleh beberapa observer.
(28)
d. Memberikan postest untuk mengetahui penguasaan konsep dan keterampilan proses sains pada materi tekanan setelah mendapatkan perlakuan.
e. Memberikan angket kepada siswa kelas sampel untuk menggali respon siswa terhadap penerapan model pembelajaran yang digunakan.
3. Tahap Akhir
Pelaksanaan tahapan akhir meliputi:
a. Melakukan pengolahan data hasil penelitian berupa data penguasaan konsep dan keterampilan proses sains baik sebelum perlakuan maupun sesudah diberikan perlakuan.
b. Melakukan analisis data dan membahas hasil penelitian.
c. Menarik kesimpulan berdasarkan tujuan penelitian yang diajukan.
Langkah-langkah penelitian yang dilakukan ditunjukan dengan alur penelitian pada Gambar 3.2.
E. Definisi Operasional
1. Model pembelajaran experiential learning adalah model pembelajaran yang didasarkan pada pengalaman siswa yang terdiri dari empat tahapan siklus yaitu pengalaman konkrit merupakan awal pembelajaran bagi siswa, kemudian observasi reflektif merupakan tahap di mana siswa dapat mendeskripsikan pengalaman yang dimilikinya, selanjutnya tahap konseptualisasi dimana siswa mulai membentuk sebuah konsep pengetahuan, dan yang terakhir tahap aplikasi merupakan proses belajar bermakna karena pengalaman yang dimiliki siswa sebelumnya dapat diterapkan dalam pembelajaran yang baru. Keterlaksanaan model experiential leaning diamati dengan menggunakan lembar observasi.
2. Keterampilan proses sains merupakan keterampilan yang dilatihkan dalam pembelajaran IPA (ilmu pengetahuan alam). Keterampilan proses sains membuat siswa menjadi belajar proses dan produk ilmu pengetahuan sekaligus. Keterampilan proses sains melibatkan keterampilan-keterampilan kognitif, intelektual, manual, dan sosial. Indikator keterampilan proses sains yang
(29)
dilatihkan dalam penelitian ini adalah menafsirkan pengamatan, berkomunikasi, berhipotesis, dan menerapkan konsep. Keterampilan proses sains diukur dengan instrument tes berupa soal pilihan ganda dengan jumlah 10 butir soal.
3. Penguasaan konsep dalam penelitian ini adalah kemampuan siswa untuk menguasai suatu konsep yang dilihat dari hasil pretest dan postestnya. Indikator penguasaan konsep pada penelitian ini didasarkan pada tingkatan domain kognitif Bloom yang revisi dibatasi pada aspek mengingat (C1), memahami (C2), mengaplikasikan (C3) dan menganalisis (C4). Penguasaan konsep diukur dengan menggunakan tes penguasaan konsep dalam bentuk pilihan ganda dengan jumlah 25 butir soal.
F. Instrumen Penelitian
Untuk mendapatkan data yang mendukung penelitian, peneliti menyusun dan menyiapkan beberapa instrument untuk menjawab pertanyaan penelitian yaitu tes penguasaan konsep dan tes keterampilan proses sains siswa sebagai instrumen utama serta lembar observasi sebagai instrumen pelengkap, sehingga dalam penelitian ini peneliti menggunakan tiga instrumen yaitu : (1) tes penguasaan konsep; (2) tes kemampuan keterampilan proses sains; dan lembar observasi keterlaksanaan model experiential learning guru dan siswa, selain itu digunakan angket untuk menjaring respon siswa terhadap pengajaran yang dilakukan oleh guru. Perangkat pembelajaran yang digunakan dalam pembelajaran ini meliputi Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan Lembar Kerja Siswa (LKS).
Berikut ini uraian secara rinci masing- masing instrumen : 1. Tes penguasaan konsep
Tes penguasaan konsep siswa yang digunakan dalam penelitian ini dibuat berdasarkan taksonomi Bloom yang telah direvisi oleh Anderson dan Krathwohl (2001) yang dibatasi pada aspek mengingat (remember/C1), memahami (understand/C2), menerapkan (apply/C3), dan menganalisis (analyze/C4). Tes yang
(30)
digunakan untuk mengukur penguasaan konsep ini berisi 25 butir soal. Tes ini dilakukan sebanyak dua kali, yaitu di awal (pretest) dan akhir (posttest) perlakuan. 2. Tes keterampilan proses sains
Tes keterampilan proses sains yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan tes pilihan ganda dibatasi pada aspek mengkomunikasikan, meramalkan (prediksi), mengajukan hipotesis, menafsirkan pengamatan (interpretasi), menerapkan konsep. Tes yang digunakan untuk mengukur keterampilan proses sains siswa berisi 10 butir soal. Tes ini dilakukan sebanyak dua kali, yaitu di awal (pretest) dan akhir (posttest) perlakuan.
Langkah-langkah yang ditempuh dalam menyusun instrumen penelitian adalah sebagai berikut:
1) Membuat kisi-kisi instrumen penelitian untuk materi yang dibahas. 2) Menyusun instrumen penelitian berdasarkan kisi-kisi yang telah dibuat.
3) Meminta pertimbangan (judgement) terhadap instrumen penelitian yang telah dibuat kepada dosen ahli untuk mengukur validitas instrumen yang digunakan. 4)Melakukan uji coba instrumen penelitian terhadap siswa untuk mengukur tingkat
kemudahan, daya pembeda, dan relabilitas instrumen.
Setelah instrumen yang diujicobakan diolah dengan dihitung tingkat kemudahan, daya pembeda, dan reliabilitasnya maka instrumen itu dapat digunakan untuk melakukan pretest dan posttest jika skor daya pembeda minimal 0,21 (minimal kriteria cukup) dan skor reliabilitasnya minimal 0,40 (minimal kriteria cukup)
3. Lembar pengamatan keterlaksanaan model Experiential Learning
Lembar pengamatan ini bertujuan untuk mengamati keterlaksanaan model experiential learning sesuai dengan skenario model experiential learning. Skenario model experiential learning mencakup empat tahap utama yaitu tahap orientasi pada pengalaman konkrit, tahap observasi reflektif, tahap penyusunan konseptualisasi dan tahap aplikasi. Bertindak sebagai pengamat yaitu peneliti dan dibantu oleh dua orang rekan. Instrumen keterlaksanaan model pembelajaran ini berbentuk rating scale yang
(31)
memuat kolom ya dan tidak, dimana observer hanya memberikan tanda cek () pada kolom yang sesuai dengan aktivitas guru yang diobservasi mengenai keterlaksanaan pembelajaran.
G. Teknik Pengumpulan Data
Penelitian ini menggunakan dua macam cara pengumpulan data yaitu melalui tes dan observasi. Pengumpulan data ini terlebih dahulu menentukan sumber data, jenis data, teknik pengumpulan data dan instrumen yang digunakan.
Tabel 3.1. Teknik Pengumpulan Data No Sumber
Data
Jenis data Teknik pengumpulan data
Instrument 1. Siswa Penguasaan konsep
siswa sebelum perlakuan dan mendapat perlakuan
Pretest dan Postest Tes penguasaan konsep berupa soal berbentuk pilihan ganda dengan empat pilihan jawaban 2. Siswa keterampilan proses
sains siswa sebelum perlakuan dan setelah perlakuan
Pretest dan postest keterampilan
proses sains berupa soal pilihan ganda
3. Guru dan siswa
Keterlaksanaan model experiential learning
Observasi/pengamatan Angket
Wawancara
Pedoman observasi aktivitas guru dan siswa selama pembelajaran, pedoman
wawancara dan angket siswa
H. Teknik Pengolahan dan Analisis Data
Data dalam penelitian ini ada dua macam yaitu data tes dan data observasi. Pengujian hasil tes meliputi validitas butir soal, realibilitas, tingkat kesukaran dan daya pembeda. Penelitian yang berkualitas diperlukan pengumpulan data yang berasal dari tes yang baik. Syarat tes yang baik memenuhi kriteria validitas konstruksi
(32)
menurut Ahli, reliabilitas tinggi, tingkat kesukaran yang layak, dan daya pembeda yang baik. Untuk mengetahui karakteristik kualitas tes yang digunakan, maka sebelum digunakan seharusnya tes tersebut dinilai oleh Ahli untuk mendapatkan gambaran validitas konstruksi, dan diuji coba untuk mendapatkan gambaran reliabilitas, tingkat kesukaran, dan daya pembeda. Analisis setiap bagian dijabarkan sebagai berikut:
1. Validitas butir soal
Instrumen yang valid berarti alat ukur yang dgunakan untuk mendapatkan data (mengukur) itu valid dimana instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur (Sugiyono, 2013, hlm. 363). Pengujian validitas instrumen yang dilakukan pada penelitian ini adalah pengujian validitas konstruksi (construct validity). Untuk menguji validitas konstruksi, dapat digunakan pendapat dari ahli (judgment experts) (Sugiyono, 2013, hlm. 364). Judgment ahli untuk mendapatkan validitas konstruksi pada penelitian ini dilakukan oleh tiga orang ahli. Judgement experts dilakukan dengan meminta penilaian dari ahli yang sesuai dengan lingkup yang diteliti untuk memastikan bahwa instrumen yang dibuat telah sesuai dengan aspek-aspek yang akan diukur pada penelitian. Pengujian konstruk dan isi instrumen dilakukan dengan melihat kesesuaian instrumen dengan materi pelajaran yang diajarkan (meliputi standar kompetensi dan kompetensi dasar), serta indikator keterampilan proses sains siswa.
Jumlah soal penguasaan konsep yang dinilai oleh ahli sebanyak 40 soal pilihan ganda dengan rincian untuk setiap aspek penguasaan konsep yaitu: (1) mengingat (C1) sebanyak 9 soal, (2) memahami (C2) sebanyak 11 soal, (3) mengaplikasikan sebanyak 15 soal, dan (4) menganalisis (C4) sebanyak 9 soal. Rekapitulasi sebaran soal per aspek penguasaan konsep sebelum divalidasi dapat dilihat pada Tabel 3.2.
(33)
Tabel 3.2 Rekapitulasi Soal Tiap Aspek Penguasaan Konsep sebelum Validasi
Sub Konsep
Penguasaan Konsep Mengingat (C1) Memahami (C2) Mengaplikasikan (C3) Menganalisis (C4)
Transportasi pada Tumbuhan
1, 4, 6, 30,
2, 3, 15,
38, 40 - -
Tekanan Darah
7, 9, 10,11 13,
31, 34
5, 21, 22, 24, 25, 27, 32, 37
17, 19 33, 35
Gaya Apung pada Ikan 16, 26,
12, 14, 18, 36 ,
39
8, 20, 23, 28, 29 -
Jumlah 13 18 7 2
Judgement dari ahli untuk seluruh soal kemampuan kognitif meliputi aspek-aspek kesesuaian tes dengan kompetensi inti (KI) dan kompetensi dasar (KD), indikator soal, redaksi soal, dan kesesuaian kunci jawaban pada setiap soal. Secara umum kesimpulan dari hasil judgement ahli yaitu instrumen hasil belajar kognitif yang disusun sudah memenuhi validitas konstruksi dan dapat digunakan untuk keperluan penelitian. Ada beberapa redaksi soal yang perlu diperbaiki. Setelah direvisi maka instrumen tes kemampuan penguasaan konsep siap untuk diuji coba kepada siswa yang telah mempelajari materi tekanan. Kisi-kisi soal tes penguasaan konsep sebelum validasi dan hasil validitas konstruksi oleh ahli (judgement expert) untuk tes penguasaan konsep selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran B.1 dan B.2. a) Validitas Konstruksi untuk Instrumen Tes Keterampilan Proses Sains
Instrumen tes keterampilan proses sains yang dikembangkan terbatas pada 4 indikator keterampilan proses sains yang diadaptasi dari indikator keterampilan proses sains `yang dikembangkan Rustaman (2005, hlm. 78), yaitu: interpretasi, berhipotesis, menerapkan konsep, dan mengkomunikasikan. Jumlah soal keterampilan proses sains yang dinilai oleh ahli sebanyak 11 soal pilihan ganda. Rekapitulasi sebaran soal per indikator keterampilan proses sains sebelum divalidasi dapat dilihat pada Tabel 3.3.
(34)
Tabel 3.3 Rekapitulasi Soal Tiap Indikator Keterampilan Proses Sains sebelum Validasi
Indikator Keterampilan Proses Sains Nomor Soal
Menerapkan Konsep 1, 6, 8
Hipotesis 3, 9
Interpretasi 4, 5, 7
Mengkomunikasikan 10, 11
Merencanakan percobaan 2
Jumlah 11
Secara umum hasil judgement ahli untuk seluruh soal KPS menyatakan kesesuaian indikator soal dan uraian soal, dengan aspek KPS yang dikembangkan Rustaman (2005). Kisi-kisi soal tes keterampilan proses sains sebelum validasi dan komentar umum hasil judgement instrumen tes keterampilan proses sains dapat dilihat pada Lampiran B.3 dan B.4.
Setelah dilakukan perbaikan oleh peneliti, kemudian pengujian validitas instrumen dilanjutkan dengan uji coba instrumen. Setelah data uji coba ditabulasikan, validitas instrumen dihitung dengan menggunakan rumus korelasi product moment dengan angka kasar sebagai berikut:
(3.1) dimana:
: koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y, dua variabel yang dikorelasikan
N : jumlah subjek X : skor item Y : skor total
Validitas soal-soal ini ditentukan dengan membandingkan harga r yang diperoleh dengan harga rtabel, dengan ketentuan rhitung> rtabel maka butir soal tersebut valid (Arikunto, 2012). Untuk menginterpresentasikan besarnya koefisien korelasi
(35)
Tabel 3.4 Interpretasi Validitas
Koefisien Korelasi Kriteria
0,80 < rxy≤ 1,00 Validitas sangat tinggi 0,60 < rxy ≤ 0,80 Validitas tinggi 0,40 < r xy≤ 0,60 Validitas cukup 0,20 < r xy≤ 0,40 Validitas rendah 0,00 < rxy ≤ 0,20 Sangat rendah
(Surapranata, 2013, hlm. 59) 2. Reliabilitas tes
Reliabilitas adalah kestabilan skor yang diperoleh ketika diuji ulang dengan tes yang sama pada situasi yang berbeda atau dan satu pengukuran ke pengukuran lainnya. Dalam penelitian ini digunakan perhitungan reliabilitas internal (Internal Consistency), yang dilakukan dengan cara mencobakan instrumen sekali saja, kemudian data yang diperoleh dianalisis dengan teknik tertentu. Suatu tes dapat dikatakan memiliki taraf reliabilitas yang tinggi jika tes tersebut dapat memberikan hasil tetap yang dihitung dengan koefisien reliabilitas. Menghitung koefisien reliabilitas tes dengan rumus sebagai berikut : (Arikunto, 2013, hlm. 115)
r11 =
}
(3.2)Keterangan :
r11 = reliabilitas tes secara keseluruhan
n = banyaknya soal tes
p = Proporsi subjek yang menjawab item dengan benar
q = Proporsi subjek yang menjawab item dengan salah (q = 1-p)
s2 = varians total
Interpretasi untuk menentukan koefisien reliabilitas dapat dilihat pada tabel 3.5. Tabel 3.5 Kategori reliabilitas butir soal
Batasan Kategori
0,80 < r11 ≤ 1,00 Sangat tinggi (sangat baik) 0,60 < r11 ≤ 0,80 Tinggi (baik)
0,40 < r11 ≤ 0,60 Cukup (sedang) 0,20 < r11≤ 0,40 Rendah (kurang)
r11 ≤ 0,20 Sangat rendah (sangat kurang)
(36)
3. Tingkat kesukaran butir soal
Tingkat kesukaran adalah bilangan yang menunjukan sukar atau mudahnya suatu butir soal. Besarnya indeks kesukaran berkisar antara 0,0 sampai 1,00. Soal dengan kesukaran 0,0 menunjukan bahwa soal tersebut terlalu sukar, sebaliknya indeks 1,00 menunjukan bahwa soal tersebut terlalu mudah. Indeks kesukaran disebut proporsi (P) yang dihitung dengan rumus (Arikunto, 2013, hlm. 223)
(3.3)
Keterangan:
P : Tingkat kesukaran
B : Banyaknya siswa yang menjawab soal itu dengan benar JS : Jumlah seluruh peserta tes
Kriteria indeks kesukaran suatu tes dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 3.6 Kriteria Tingkat Kesukaran
Batasan Kriteria
P < 0,3 Sukar
0,31 < P < 0,70 Sedang
P< 0,7 Mudah
(Surapranata , 2009, hlm. 21) 4. Daya Pembeda
Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara siswa yang berkemampuan rendah dengan siswa berkemampuan tinggi. Angka yang menunjukan besarnya daya pembeda disebut indeks diskriminasi (D). Soal yang dapat dijawab dengan benar baik oleh siswa yang berkemampuan tinggi maupun siswa berkemampuan rendah dikatakan tidak memiliki daya pembeda. Begitu juga dengan soal yang tidak dapat dijawab oleh semua siswa, baik siswa berkemampuan tinggi dan siswa berkemampuan rendah juga dikatakan tidak memiliki daya pembeda. Soal-soal yang tidak memiliki daya pembeda tersebut dikualifikasikan sebagai soal yang tidak baikRumus untuk menentukan indeks diskriminasi adalah (Arikunto, 2013, hlm. 226)
(37)
D = = (3.4)
Keterangan :
J = Jumlah peserta tes
JA = Banyaknya peserta kelompok atas JB = Banyaknya peserta kelompok bawah
BA = Banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal itu dengan benar BB = Banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab soal itu dengan
Benar
PA = Proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar PB = Proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar Kategori indeks daya pembeda dapat dilihat pada tabel 3.7.
Tabel 3.7 Kategori Indeks Diskriminasi
Batasan Kategori
0,00 < D ≤ 0,20 Jelek
0,20 < D ≤ 0,40 Cukup
0,40 < D ≤ 0,70 Baik
0,70 < D ≤ 1,00 Baik sekali
(Arikunto, 2011, hlm. 232) 5. Deskripsi Hasil Uji Coba Instrumen Soal
Uji coba tes bertujuan untuk mengetahui layak atau tidaknya soal yang digunakan dalam penelitian ini. Uji coba tes dilakukan pada siswa kelas VIII di salah satu sekolah di kota Bandung. Rekapitulasi data hasil uji coba tes penguasaan konsep dan tes keterampilan proses sains secara terperinci tertera pada Lampiran C.1 dan C.3. Soal tes keterampilan proses sains berjumlah 11 butir soal dalam bentuk pilihan ganda. Analisis instrumen dilakukan dengan menggunakan program Anates V4 untuk menguji realibilitas tes, tingkat kesukaran, validitas soal dan daya pembeda soal. Hasil analisis butir soal keterampilan proses sains berjumlah 11 butir soal yang berbentuk pilihan ganda diperoleh reliabilitas 0,73 yang termasuk dalam kategori tinggi. Berikut ini adalah rekapitulasi hasil analisis butir soal pilihan ganda keterampilan proses sains siswa :
(38)
Tabel 3.8 Rekapitulasi Hasil Uji Coba Instrumen Keterampilan Proses Sains
No Soal
Daya Pembeda Tingkat
Kesukaran
Validitas Reliabilitas
Ket. Nilai Kriteria Nilai Kriteria Nilai Kriteria
1 0,88 Baik sekali 0,59 Sedang 0,67 tinggi
0,73
Dipakai
2 0,00 Jelek 0,81 Mudah 0,02 Sangat rendah Dibuang
3 0,55 Baik 0,78 Mudah 0.58 cukup Dipakai
4 0,22 Cukup 0,90 Mudah 0,16 Sangat rendah Dipakai
5 0,22 Cukup 0,78 Mudah 0,36 rendah Dipakai
6 0,44 Baik 0,59 Sedang 0,49 cukup Dipakai
7 0,55 Baik 0,28 Sukar 0,45 cukup Dipakai
8 0,44 Baik 0,84 Mudah 0,57 cukup Dipakai
9 0,44 Baik 0,40 Sedang 0,30 rendah Dipakai
10 0,77 Baik sekali 0,59 Sedang 0,52 cukup Dipakai
11 0,66 Baik 0,53 Sedang 0,61 Tinggi Dipakai
Berdasarkan Tabel 3.6 dapat dilihat bahwa dari 11 butir soal yang diujicobakan terdapat satu soal yang memiliki daya pembeda yang berada dalam kategori jelek sehingga soal tes keterampilan proses sains yang digunakan sebagai instrumen tes keterampilan proses sains untuk pretest dan posttest berjumlah 10 butir soal yang meliputi aspek menerapkan konsep sebanyak 3 soal, menafsirkan/interpretasi 3 soal, mengkomunikasikan 2 soal dan hipotesis sebanyak 2 soal.
Rekapitulasi sebaran soal tiap aspek keterampilan proses sains yang digunakan pada penelitian dapat dilihat pada Tabel 3.9.
Tabel 3.9 Rekapitulasi Sebaran Soal Tiap Indikator Keterampilan Proses Sains
Indikator Keterampilan Proses Sains Nomor Soal
Menerapkan Konsep 1, 4, 7
Hipotesis 2, 8
Interpretasi 3, 5, 6
Mengkomunikasikan 9, 10
(39)
Soal tes penguasaan konsep yang di ujicobakan berjumlah 40 butir soal dalam bentuk pilihan ganda diperoleh reliabilitas tes penguasaan konsep 0,82 yang termasuk dalam kategori sangat tinggi. Tabel 3.10 rekapitulasi hasil analisis butir soal pilihan ganda penguasaan konsep siswa :
Tabel 3.10 Rekapitulasi Hasil Uji Coba Instrumen Penguasaan Konsep Siswa
No Soal
Daya Beda Tingkat
Kesukaran
Validitas Reliabilitas
Ket. Nilai Kriteria Nilai Kriteria Nilai Kriteria
1 0,44 Baik 0,68 Sedang 0,46 cukup
0.82
Dipakai
2 0,44 Baik 0,62 Sedang 0,43 cukup Dipakai
3 0,66 Baik 0,75 Mudah 0,57 cukup Dipakai
4 0,66 Baik 0,56 Sedang 0,55 cukup Dipakai
5 0,55 Baik 0,31 Sedang 0,52 cukup Dipakai
6 0,11 Jelek 0,31 Sedang 0,19 Sangat rendah Dibuang
7 0,22 Cukup 0,40 Sedang 0,19 Sangat rendah Dipakai
8 0,33 Cukup 0,50 Sedang 0,36 rendah Dipakai
9 0,22 Cukup 0,90 Mudah 0,29 rendah Dibuang
10 0,44 Baik 0,59 Sedang 0,44 cukup Dipakai
11 0,88 Baik sekali 0,59 Sedang 0,71 tinggi Dipakai
12 0,22 Cukup 0,21 Sukar 0,19 Sangat rendah Dibuang
13 0,33 Cukup 0,90 Mudah 0,46 cukup Dipakai
14 0,33 Cukup 0,40 Sedang 0,20 Sangat rendah Dipakai
15 0,55 Baik 0,50 Sedang 0,46 cukup Dipakai
16 0,44 Baik 0,50 Sedang 0,38 rendah Dipakai
17 0,33 Cukup 0,62 Sedang 0,20 Sangat rendah Dibuang
18 0,55 Baik 0,34 Sedang 0,44 cukup Dipakai
19 0.11 Jelek 0,40 Sedang 0,13 Sangat rendah Dibuang
20 0,88 Baik sekali 0,59 Sedang 0,67 tinggi Dipakai
21 0,22 Cukup 0,28 Sukar 0,20 Sangat rendah Dibuang
22 0,00 Jelek 0,25 Sukar -0,08 Sangat rendah Dibuang
23 -0,11 Jelek 0,03 Sukar -0,26 Sangat rendah Dibuang
24 -0,22 Jelek 0,28 Sukar -0,14 Sangat rendah Dibuang
25 0,55 Baik 0,65 Sedang 0,42 cukup Dipakai
26 0,55 Baik 0,31 Sedang 0,39 rendah Dipakai
27 0,11 Jelek 0,90 Mudah 0,18 Sangat rendah Dibuang
28 -0,11 Jelek 0,53 Sedang -0,03 Sangat rendah Dibuang
29 -0,44 Jelek 0,18 Sukar -0,50 Sangat rendah Dibuang
30 0,44 Baik 0,78 Mudah 0,47 cukup Dipakai
(40)
No Soal
Daya Beda Tingkat
Kesukaran
Validitas Reliabilitas
Ket. Nilai Kriteria Nilai Kriteria Nilai Kriteria
32 0,88 Baik sekali 0,53 Sedang 0,67 tinggi Dipakai
33 0,55 Baik 0,59 Sedang 0,46 cukup Dipakai
34 0,22 Cukup 0,75 Mudah 0,23 rendah Dibuang
35 0,88 Baik sekali 0,37 Sedang 0,66 tinggi Dipakai
36 0,66 Baik 0,56 Sedang 0,52 cukup Dipakai
37 0,22 Cukup 0,12 Sukar 0,25 rendah Dibuang
38 0,33 Cukup 0,78 Mudah 0,33 rendah Dipakai
39 0,22 Cukup 0,28 Sukar 0,31 rendah Dipakai
40 0,22 Cukup 0,50 Sedang 0,25 rendah Dibuang
Berdasarkan Tabel 3.7 dapat dilihat bahwa dari 40 butir soal yang diujicobakan maka soal tes penguasaan konsep yang digunakan sebagai instrumen tes penguasaan konsep untuk pretest dan posttest berjumlah 25 butir soal yang meliputi aspek mengingat (C1) sebanyak 4 butir soal, memahami (C2) sebanyak 12 butir soal, menerapkan (C3) sebanyak 7 butir soal dan menganalisis (C4) sebanyak 2 butir soal, sedangkan soal yang tidak digunakan dalam penelitian ini ada 15 butir soal.
Tabel 3.11 Rekapitulasi Sebaran Soal Tiap Aspek Penguasaan Konsep
Aspek Penguasaan Konsep Nomor Soal Jumlah
(C1) Mengingat 11,14, 16, 20 4
(C2) Memahami 12, 13, 18, 19, 21, 26, 28, 32, 33, 34, 35 12 (C3) Mengaplikasikan 17, 22, 23, 24, 25, 27, 30, 7
(C4) Menganalisis 29, 31 2
Jumlah Soal 25
Data hasil penelitian yang diperoleh berupa data kuantitatif, yaitu data yang diperoleh dari hasil pretest dan posttest baik untuk tes penguasaan konsep dan tes keterampilan proses sains siswa dan data kualitatif yaitu data yang diperoleh dari
(41)
hasil observasi aktivitas keterlaksanaan pembelajaran oleh siswa dan guru dan angket tanggapan siswa terhadap pembelajaran. Data penguasaan konsep dan keterampilan proses sains dianalisis dengan statistik, sedangkan data keterlaksanaan pembelajaran dan angket tanggapan siswa dianalisis secara deskriptif.
1. Pengolahan Data Tes (Tes Penguasaan Konsep dan Tes Keterampilan Proses Sains)
Analisis data kuantitatif yang dilakukan meliputi analisis data pretest dan postest. Pengolahan data hasil pretest dan posttest bertujuan untuk mengetahui peningkatan penguasaan konsep dan keterampilan proses sains siswa dengan penerapan model pembelajaran experiential learning sebelum dan sesudah pembelajaran yang dilakukan di kelas. Nilai N-gain yang diperoleh dapat digunakan untuk melihat peningkatan penguasaan konsep dan keterampilan proses sains dengan penerapan model experiential learning pada topik tekanan. Analisis data yang diuji secara statistika dilakukan dengan cara sebagai berikut:
S
S
g
S
S
post pre
m ideal pre
(3.5)Keterangan:
g = gain yang dinormalisasi
Spost = skor tes akhir yang diperoleh siswa
Spre = skor tes awal yang diperoleh siswa
Sm ideal = skor maksimum ideal
Tabel 3.11 Kategorisasi Perolehan skor N-Gain
G Kriteria
g ≥ 0,7 Tinggi
0,3 g < 0,7 Sedang
g < 0,3 Rendah
(42)
2. Pengolahan Data Tanggapan Siswa terhadap Experiential Learning
Angket ini digunakan untuk memperoleh informasi tentang tanggapan siswa terhadap penerapan model experiential learning. Angket ini memuat daftar pertanyaan terkait penerapan model experiential learning yang dilaksanakan. Analisis yang dilakukan secara deskriptif dalam bentuk skala Likert, yaitu setiap pertanyaan diikuti beberapa respons yang menunjukkan tingkatan (Sugiyono, 2013, hlm. 199). Untuk pernyataan yang bersifat positif kategori sangat setuju (SS) diberi skor tertinggi. Sebaliknya untuk pernyataan yang bersifat negatif kategori sangat tidak setuju (STS) diberi skor tertinggi.
Instrumen angket tanggapan ini memuat 4 kategori, yaitu sangat setuju (SS), setuju (S), tidak setuju (TS), dan sangat tidak setuju (STS). Bobot kategori SS = 4; S = 3; TS = 2; dan STS = 1. Siswa diminta memberikan tanda cek () pada pernyataan yang terdapat pada angket. Sebaliknya untuk pertanyaan negatif dikaitkan dengan nilai SS = 1, S = 2, TS = 3, dan STS = 4. Berdasarkan Sugiyono (2013, hlm. 202), data interval yang diperoleh dianalisis dengan menghitung rata-rata jawaban berdasarkan skoring setiap jawaban dari responden dan skor tersebut dioalah dengan menggunakan jumlah skor ideal (kriterium) untuk setiap ítem pertanyaan. Tingkat persetujuan terhadap setiap ítem dapat dihitung dengan menggunaan persamaan berikut ini (Sugiyono, 2013, hlm.203).
% 100 ) , , , ( % x Siswa Seluruh STS atau TS S SS menjawab yang Siswa Siwa Tanggapan
(3.6)
Kategori tanggapan siswa terhadap penerapan model experiential learning dapat dinterpretasikan sesuai Tabel 3.12.
(43)
Tabel 3.12 Kategori Tanggapan Siswa
Keterlaksanaan Model (%) Kriteria
TS = 0 Tak ada satupun siswa 0 < TS < 25 Sebagian kecil siswa 25 ≤ TS < 50 Hampir setengah siswa
TS = 50 Setengah siswa
50 < TS < 75 Sebagian besar siswa 75 ≤ TS < 100 Hampir seluruh siswa
TS= 100 Seluruh siswa
(Riduwan, 2008, hlm. 37) 3. Pengolahan Data Observasi Keterlaksanaan model Experiential Learning.
Pengolahan data hasil observasi aktivitas keterlaksanaan model experiential learning dilakukan dengan cara mencari persentase keterlaksanaan pembelajaran. Adapun langkah-langkah yang peneliti lakukan untuk mengolah data tersebut adalah dengan:
a) Menghitung jumlah jawaban “ya” dan “tidak” yang observer isi pada format keterlaksanaan model pembelajaran.
b) Melakukan perhitungan persentase keterlaksanaan pembelajaran dengan menggunakan persamaan berikut:
% 100 % x diamati akan yang aspek n Keseluruha terlaksana diamati yang Aspek naan Keterlaksa
(3.7)
Untuk mengetahui kategori keterlaksanaan model experiential learning dapat diinterpreasikan pada Tabel 3.13.
Tabel 3.13 Kriteria Keterlaksanaan Model experiential learning
KM (% ) Kriteria
KM = 0 Tak satu kegiatan pun terlaksana
0 < KM < 25 Sebagian kecil kegiatan terlaksana
25 ≤ KM < 50 Hampir setengah kegiatan terlaksana
KM = 50 Setengah kegiatan terlaksana
50 ≤ KM < 75 Sebagian besar kegiatan terlaksana
75 ≤ KM < 100 Hampir seluruh kegiatan terlaksana
KM = 100 Seluruh kegiatan terlaksana
(44)
Gambar 3.2. Diagram Alur Proses Penelitian Analisis Konsep Tekanan
pada Materi IPA Kelas VIII SMP
Analisis Model Experiential Learning
Analisis Mengenai Penguasaan Konsep dan
KPS Siswa
Validasi Instrumen Penelitian
Ujicoba
Tahap Akhir
Pembahasan
Kesimpulan
Kelas Eksperimen Pelaksanaan Posttest
Pelaksanaan Model
Experiential Learning
Analisis Data
Revisi Instrument
Revisi Pelaksanaan Pretest
Tahap persiapan
Tahap Pe laksanaan
Pembuatan Intrumen Penelitian Studi Pendahuluan
(45)
Surya Warni Ridyah , 2015
PEMBELAJARAN IPA TERPAD U D ENGAN PENERAPAN MOD EL EXPERIENNAL LEARNING UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP D AN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA SMP PAD A TOPIK
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Penelitian yang dilakukan ini untuk mengidentifikasi peningkatan penguasaan konsep dan keterampilan proses sains siswa setelah penerapan model experiential learning pada topik tekanan. Adapun butir-butir yang dihasilkan dalam penelitian ini mengacu pada pertanyaan penelitian yaitu : (1) keterlaksanaan model experiential learning dalam pembelajaran IPA terpadu pada topik tekanan hampir seluruhnya terlaksana; (2) keterlaksanaan model experiential learning pada topik tekanan dapat meningkatkan penguasaan konsep siswa pada pembelajaran IPA terpadu dengan rata-rata nilai N-gain sebesar 0,55 berada pada kategori sedang; (3) keterlaksaan model experiential learning pada topik tekanan dapat meningkatkan keterampilan proses sains siswa pada pembelajaran IPA terpadu dengan rata-rata nilai N-gain sebesar 0,53 berada pada kategori sedang; (4) angket siswa menunjukan hampir seluruh siswa memberikan tanggapan positif (setuju) terhadap penerapan model experiential learning dalam pembelajaran IPA Terpadu. (5) hasil wawancara dengan guru menunjukan bahwa guru sangat tertarik dengan penerapan model experiential learning dalam pembelajaran IPA Terpadu.
B. SARAN DAN REKOMENDASI
Berdasarkan penelitian yang dilakukan ada beberapa hal yang perlu diperhatikan diantaranya dalam pelaksanaan pembelajaran dengan model Experiential Learning diperlukan managemen waktu yang baik, sehingga setiap tahapan kegiatan dapat terlaksana. Dalam hal ini pengalaman belajar siswa belum muncul pada semua siswa oleh karena itu diperlukan kreativitas guru dalam mengungkapkan pengalaman belajar siswa dengan fenomena pembelajaran yang
(46)
Surya Warni Ridyah , 2015
PEMBELAJARAN IPA TERPAD U D ENGAN PENERAPAN MOD EL EXPERIENNAL LEARNING UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP D AN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA SMP PAD A TOPIK
(47)
Surya Warni Ridyah , 2015
PEMBELAJARAN IPA TERPAD U D ENGAN PENERAPAN MOD EL EXPERIENNAL LEARNING UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP D AN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA SMP PAD A TOPIK
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DAFTAR PUSTAKA
Abidin, Yunus. (2014). Desain Sistem Pembelajaran dalam Konteks Kurikulum 2013. Bandung: Refika Aditama.
Anderson, L .W & Krathwohl D. R. (2001). A Taxonomy for Learning, Teaching, and Assessing: A Revision of Bloom's Taxonomy of Educational Objectives. New York: Longman.
Arikunto, Suharsimi. (2013). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan Edisi Kedua. Jakarta: Bumi Aksara.
Arikunto, Suharsimi. (2013). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik . Jakarta: Rineka Cipta.
Budhi, Hendry S. (2012). Model Experiential Learning untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Keterampilan Proses Sains serta Identifikasi Miskonsepsi Siswa Setelah Pembelajaran Tesis UPI: tidak diterbitkan
Dahar R. (1996). Teori-Teori Belajar. Bandung: Earlangga.
Dimyati & Mudjiono. (2013). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta. Fogarty, R. 1991. The Mindful School : How to Integrated Curricula. Palatine,
Illinois: IRI/Skylight Publising.Inc.
Fraenkel, J. R., Wallen, E. N, & Hyun, H. (2007). How To Design and Evaluate Research in Education. Newyork: Mc. Graw Hill.
(48)
Surya Warni Ridyah , 2015
PEMBELAJARAN IPA TERPAD U D ENGAN PENERAPAN MOD EL EXPERIENNAL LEARNING UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP D AN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA SMP PAD A TOPIK
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Karim, S., Karniwati, I., Fauziah, Y.N., Sopandi, W. 2008.Belajar IPA Membuka Cakrawala Alam sekitar. Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.
Kemendikbud. (2014). Buku Guru Ilmu Pengetahuan Alam SMP/MTs Kelas VIII Edisi Revisi 2014. Jakarta: Kemendikbud.
Kemendikbud. (2014). Buku Siswa Ilmu Pengetahuan Alam SMP/MTs Kelas VIII Edisi Revisi 2014. Jakarta: Kemendikbud.
(49)
Kurniawan, D. (2011). Pembelajaran Terpadu Teori, Praktik, dan Penilaian. Bandung: Pustaka Cendekia Utama.
Kolb, D. (1984). Experiential Learning. New Jersey: Prentice-Hall, Inc.
Krisno, A. Mucharam. Mampuono. Suhada. 2008. Ilmu Pengetahuan Alam Untuk SMP/MTs Kelas VIII. Jakarta; Departemen Pendidikan Nasional.
Majid, Abdul. (2013). Strategi pembelajaran. Bandung: Remaja Rosdakarya Offset.
Majid, Abdul. (2014). Implementasi Kurikulum 2013 Kajian Teoritis dan Praktis.Bandung: Interes Media.
Manolas, Evangelos. (2005). Kolb’s experiential learning model:enlivening physics course in primary education. The Internet TESL Journal.3,(9).
Nuh, Usep. (2012). Model Pembelajaran Experietial Learning Untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep dan Keterampilan Proses Sains Siswa SMA Pada Materi Hokum Newton. Tesis UPI: Tidak diterbitkan.
Nuryani R. (2005). Strategi Belajar Mengajar Biologi. Malang; UM PRESS. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 65
Tahun 2013 Tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: Dedikbud.
Pratiwi, R., Kuswanti, N., Rahardjo, Rahayu, Y.S., Amin, M. 2008. Contextual Teaching and Learning Ilmu Pengetahuan Alam Sekolah Menengah Pertama. Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional. Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. (2008). Kamus Besar Bahasa
Indonesia.[online].Tersedia http://bahasa.kemdiknas.go.id/kbbi/index.php.
Riduwan. (2008). Skala Pengukuran Variabel-Variabel Penelitian. Bandung: Alfabeta.
Sardiman. (2004). Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Rajawali Pers.
(50)
Semiawan, C. (1986). Pendekatan Keterampilan Proses: Bagaimana Mengaktifkan Siswa dalam Belajar?. Jakarta: Gramedia.
Slameto. (2003). Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka cipta.
Suparno, Paul. (2005). Miskonsepsi dan Perubahan Konsep Pendidikan Fisika. Jakarta : Grasindo.
Surapranata. S. (2009). Analisis, Validitas, Reliabilitas dan Interpretasi Hasil Tes. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Sugyono. (2013). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.
.Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Methods). Bandung: Alfabeta.
Tim Abdi Guru. (2014). IPA Terpadu Untuk SMP/MTs Kelas VIII. Jakarta: Erlangga.
Toharudin, U., Hendrawati,S., & Rustaman, A. (2011). Membangun Literasi Sains Peserta Didik. Bandung: Humaniora
Trianto. (2014). Model Pembelajaran Terpadu. Jakarta : Bumi Aksara.
Wasis, Irianto, S.Y,. 2008. Ilmu Pengetahuan Alam SMP dan MTs Kelas VIII. Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.
(1)
Surya Warni Ridyah , 2015
PEMBELAJARAN IPA TERPAD U D ENGAN PENERAPAN MOD EL EXPERIENNAL LEARNING UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP D AN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA SMP PAD A TOPIK
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB V
KESIMPULAN, SARAN, REKOMENDASI
A. KESIMPULAN
Penelitian yang dilakukan ini untuk mengidentifikasi peningkatan penguasaan konsep dan keterampilan proses sains siswa setelah penerapan model experiential learning pada topik tekanan. Adapun butir-butir yang dihasilkan dalam penelitian ini mengacu pada pertanyaan penelitian yaitu : (1) keterlaksanaan model experiential learning dalam pembelajaran IPA terpadu pada topik tekanan hampir seluruhnya terlaksana; (2) keterlaksanaan model experiential
learning pada topik tekanan dapat meningkatkan penguasaan konsep siswa pada pembelajaran
IPA terpadu dengan rata-rata nilai N-gain sebesar 0,55 berada pada kategori sedang; (3) keterlaksaan model experiential learning pada topik tekanan dapat meningkatkan keterampilan proses sains siswa pada pembelajaran IPA terpadu dengan rata-rata nilai N-gain sebesar 0,53 berada pada kategori sedang; (4) angket siswa menunjukan hampir seluruh siswa memberikan tanggapan positif (setuju) terhadap penerapan model experiential learning dalam pembelajaran IPA Terpadu. (5) hasil wawancara dengan guru menunjukan bahwa guru sangat tertarik dengan penerapan model experiential learning dalam pembelajaran IPA Terpadu.
B. SARAN DAN REKOMENDASI
Berdasarkan penelitian yang dilakukan ada beberapa hal yang perlu diperhatikan diantaranya dalam pelaksanaan pembelajaran dengan model Experiential Learning diperlukan managemen waktu yang baik, sehingga setiap tahapan kegiatan dapat terlaksana. Dalam hal ini pengalaman belajar siswa belum muncul pada semua siswa oleh karena itu diperlukan kreativitas guru dalam mengungkapkan pengalaman belajar siswa dengan fenomena pembelajaran yang
(2)
Surya Warni Ridyah , 2015
PEMBELAJARAN IPA TERPAD U D ENGAN PENERAPAN MOD EL EXPERIENNAL LEARNING UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP D AN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA SMP PAD A TOPIK
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
lebih menarik agar siswa bisa terlatih mengungkapkan pengalaman belajar yang sudah dimilikinya.
(3)
Surya Warni Ridyah , 2015
PEMBELAJARAN IPA TERPAD U D ENGAN PENERAPAN MOD EL EXPERIENNAL LEARNING UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP D AN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA SMP PAD A TOPIK
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DAFTAR PUSTAKA
Abidin, Yunus. (2014). Desain Sistem Pembelajaran dalam Konteks Kurikulum
2013. Bandung: Refika Aditama.
Anderson, L .W & Krathwohl D. R. (2001). A Taxonomy for Learning, Teaching,
and Assessing: A Revision of Bloom's Taxonomy of Educational Objectives. New York: Longman.
Arikunto, Suharsimi. (2013). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan Edisi Kedua. Jakarta: Bumi Aksara.
Arikunto, Suharsimi. (2013). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik . Jakarta: Rineka Cipta.
Budhi, Hendry S. (2012). Model Experiential Learning untuk Meningkatkan
Pemahaman Konsep Keterampilan Proses Sains serta Identifikasi Miskonsepsi Siswa Setelah Pembelajaran Tesis UPI: tidak diterbitkan
Dahar R. (1996). Teori-Teori Belajar. Bandung: Earlangga.
Dimyati & Mudjiono. (2013). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
Fogarty, R. 1991. The Mindful School : How to Integrated Curricula. Palatine, Illinois: IRI/Skylight Publising.Inc.
Fraenkel, J. R., Wallen, E. N, & Hyun, H. (2007). How To Design and Evaluate
Research in Education. Newyork: Mc. Graw Hill.
(4)
Surya Warni Ridyah , 2015
PEMBELAJARAN IPA TERPAD U D ENGAN PENERAPAN MOD EL EXPERIENNAL LEARNING UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP D AN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA SMP PAD A TOPIK
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Karim, S., Karniwati, I., Fauziah, Y.N., Sopandi, W. 2008.Belajar IPA Membuka Cakrawala Alam sekitar. Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.
Kemendikbud. (2014). Buku Guru Ilmu Pengetahuan Alam SMP/MTs Kelas VIII
Edisi Revisi 2014. Jakarta: Kemendikbud.
Kemendikbud. (2014). Buku Siswa Ilmu Pengetahuan Alam SMP/MTs Kelas VIII
(5)
85
Kurniawan, D. (2011). Pembelajaran Terpadu Teori, Praktik, dan Penilaian. Bandung: Pustaka Cendekia Utama.
Kolb, D. (1984). Experiential Learning. New Jersey: Prentice-Hall, Inc.
Krisno, A. Mucharam. Mampuono. Suhada. 2008. Ilmu Pengetahuan Alam Untuk SMP/MTs Kelas VIII. Jakarta; Departemen Pendidikan Nasional.
Majid, Abdul. (2013). Strategi pembelajaran. Bandung: Remaja Rosdakarya Offset.
Majid, Abdul. (2014). Implementasi Kurikulum 2013 Kajian Teoritis dan
Praktis.Bandung: Interes Media.
Manolas, Evangelos. (2005). Kolb’s experiential learning model:enlivening
physics course in primary education. The Internet TESL Journal.3,(9).
Nuh, Usep. (2012). Model Pembelajaran Experietial Learning Untuk
Meningkatkan Penguasaan Konsep dan Keterampilan Proses Sains Siswa SMA Pada Materi Hokum Newton. Tesis UPI: Tidak diterbitkan.
Nuryani R. (2005). Strategi Belajar Mengajar Biologi. Malang; UM PRESS.
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 65 Tahun 2013 Tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: Dedikbud.
Pratiwi, R., Kuswanti, N., Rahardjo, Rahayu, Y.S., Amin, M. 2008. Contextual Teaching and Learning Ilmu Pengetahuan Alam Sekolah Menengah Pertama. Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional. Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. (2008). Kamus Besar Bahasa
Indonesia.[online].Tersedia http://bahasa.kemdiknas.go.id/kbbi/index.php.
Riduwan. (2008). Skala Pengukuran Variabel-Variabel Penelitian. Bandung: Alfabeta.
Sardiman. (2004). Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Rajawali Pers.
(6)
86
Semiawan, C. (1986). Pendekatan Keterampilan Proses: Bagaimana
Mengaktifkan Siswa dalam Belajar?. Jakarta: Gramedia.
Slameto. (2003). Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka cipta.
Suparno, Paul. (2005). Miskonsepsi dan Perubahan Konsep Pendidikan Fisika. Jakarta : Grasindo.
Surapranata. S. (2009). Analisis, Validitas, Reliabilitas dan Interpretasi Hasil Tes. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Sugyono. (2013). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.
.Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Methods). Bandung: Alfabeta.
Tim Abdi Guru. (2014). IPA Terpadu Untuk SMP/MTs Kelas VIII. Jakarta: Erlangga.
Toharudin, U., Hendrawati,S., & Rustaman, A. (2011). Membangun Literasi Sains
Peserta Didik. Bandung: Humaniora
Trianto. (2014). Model Pembelajaran Terpadu. Jakarta : Bumi Aksara.
Wasis, Irianto, S.Y,. 2008. Ilmu Pengetahuan Alam SMP dan MTs Kelas VIII. Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.