IMPLEMENTASI NILAI-NILAI MASKULIN DALAM KELOMPOK PEREMPUAN KEPALA KELUARGA SAKINAH MAWADAH WARAHMAH (PEKKA SAMAWA) SEBAGAI UPAYA PENDIDIKAN KELUARGA.

(1)

IMPLEMENTASI NILAI-NILAI MASKULIN DALAM KELOMPOK PEREMPUAN KEPALA KELUARGA SAKINAH MAWADAH WARAHMAH (PEKKA SAMAWA)

SEBAGAI UPAYA PENDIDIKAN KELUARGA

SKRIPSI

diajukan untuk memenuhi sebagian syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Konsentrasi Pelatihan

Departemen Pendidikan Luar Sekolah

oleh

SITI RIZKI NURANISSA NIM 1102027

DEPARTEMEN PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG

2015


(2)

SEBAGAI UPAYA PENDIDIKAN KELUARGA

Oleh

Siti Rizki Nuranissa

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Ilmu Pendidikan

© Siti Rizki Nuranissa 2015 Universitas Pendidikan Indonesia

Oktober 2015

Hak cipta dilindung undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian, Dengan dicetak ulang, difotokopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.


(3)

(4)

ABSTRAK

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang dilaksanakan di lingkungan keluarga anggota Kelompok PEKKA Samawa Lembang yang bertujuan untuk mendeskripsikan dan menganalisis tentang proses penerapan nilai-nilai maskulin dalam kelompok perempuan kepala keluarga tersebut. Proses pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan teknik wawncara dan observasi yang dilaksanakan sebanyak delapan kali dalam kurun waktu empat minggu. Penelitian ini berangkat dari salah satu permasalahan yang sering dihadapi oleh orang tua tunggal (ibu) dalam menjalankan fungsi sosialisasi dan fungsi edukasi, yaitu dalam mengajarkan sesuatu yang bersifat maskulin kepada seorang anak lak-laki oleh orang tua tunggal (ibu) dianggap sulit untuk dilakukan, yang menyebabkan timbulnya ketidakmampuan orang tunggal untuk menjadi role model yang utuh bagi anak. Berangkat dari permasalahan tersebut, penulis melakukan penelitian tentang bagaimana proses pengenalan dan penerapan nilai-nilai maskulin dalam diri anak. Hasil penelitian menunjukan bahwa proses pendidikan keluarga, terutama yang berkaitan dengan pengenalan dan penerapan nilai-nilai maskulin tersebut memiliki pola yang berbeda di masing-masing keluarga, hal ini dikarenakan setiap orang tua memiliki pandangan yang berbeda terhadap arti feminitas dan maskulinitas itu sendiri, pengetahuan yang dimiliki orang tua tentang cara mendidik anak, pengalamannya ketika di didik oleh orang tuanya pada zaman dulu, tingkat pendidikan orang tua, status sosial ekonomi keluarga, pekerjaan orang tua, dan lingkungan. Berbagai cara yang dilakukan dalam menyampaikan tugas dan menerapkan pengendalian perilaku maskulin dalam diri anak, seperti dengan cara memberikannya nasihat, mencontohkan melalui perilaku orang terdekat, melalui tayangan di Televisi, memberikan hadiah dan hukuman, memberikan mainan sesuai dengan jenis kelamin anak, dll, serta biasanya kegiatan tersebut dilakukan secara turun temurun dari nenek moyang mereka.


(5)

Siti Rizki Nuranissa, 2015

IMPLEMENTASI NILAI-NILAI MASKULIN DALAM KELOMPOK PEREMPUAN KEPALA KELUARGA SAKINAH MAWADAH WARAHMAH (PEKKA SAMAWA) SEBAGAI UPAYA PENDIDIKAN KELUARGA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ABSTRACT

This research is a qualitative research conducted in in a group of female heads of household Sakinah Mawadah Warohmah ( Pekka Samawa ) that aims to describe and analyze the process of implementing of masculine values in the group of women heads of the family. The process of data collection was done by using interviews and observations conducted eight times within a period of four weeks. This research departs from one of the problems often faced by a single mother in performing the function of socialization and educational functions, namely in teaching something that is masculine to a son by a single mother was considered difficult to do, causing a single person's inability to be a role model for the child intact. Departing from this problem, the authors conducted a research on how the process of introduction and implementation of masculine values in the child. The results showed that the process of family education, especially with regard to the introduction and implementation of masculine values that have different patterns in each family, this is because each parent has a different view of the meaning of femininity and masculinity itself, knowledge owned by the parents on how to educate children, her experience in student by his parents in ancient times, the level of parental education, family socioeconomic status, parental employment, and environment. Various ways done in delivering and implementing control of masculine behavior in children, such as by giving advice, exemplified by the behavior of those closest, through impressions on television, giving reward and punishment, giving the toy according to the sex of a child, etc., and usually The activities carried out for generations of their ancestors.


(6)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... ii

DAFTAR TABEL ... iv

DAFTAR LAMPIRAN ... v

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Penelitian ... 7

D. Manfaat Penelitian ... 8

E. Sistematika Penulisan ... 9

BAB II KAJIAN TEORETIS ... 11

A. Keluarga ... 11

1. Definisi Keluarga ... 11

2. Fungsi Keluarga ... 11

3. Peranan yang Diharapkan dari Orang Tua ... 12

4. Komunikasi Efektif Dalam Keluarga ... 14

5. Keluarga sebagai Lembaga Pengendalian Sosial ... 16

B. Pendidikan Keluarga ... 18

1. Definisi Pendidikan Keluarga ... 18

2. Fungsi Pendidikan Keluarga ... 19

3. Ciri-ciri Pendidikan Keluarga ... 20

C. Isu Gender Dalam Keluarga ... 21

D. Konsep Maskulinitas ... 25

E. Konsep Nilai, Moral dan Perilaku ... 29

1. Nilai ... 29

2. Moral ... 30

3. Perilaku ... 31

BAB III METODE PENELITIAN ... 33

A. Desain Penelitian ... 33

B. Partisipan dan Tempat Penelitian ... 34

C. Pengumpulan Data ... 35

1. Jenis Data ... 35

2. Teknik Pengumpulan Data ... 35

3. Triangulasi ... 40

4. Instrumen Penelitian ... 40

5. Tahapan-tahapan Penelitian ... 40

D. Analisis Data ... 43

BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN ... 46

A. Profil Kelompok PEKKA Samawa ... 46

B. Hasil Temuan Lapangan ... 47

1. Identitas Responden ... 48


(7)

Siti Rizki Nuranissa, 2015

IMPLEMENTASI NILAI-NILAI MASKULIN DALAM KELOMPOK PEREMPUAN KEPALA KELUARGA SAKINAH MAWADAH WARAHMAH (PEKKA SAMAWA) SEBAGAI UPAYA PENDIDIKAN KELUARGA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

iii

C. Pembahasan Hasil Temuan Lapangan ... 73

1. Proses Penerapan Nilai-nilai Maskulin Dalam Keluarga Anggota Kelompok PEKKA Samawa Yang Telah Mengikuti Program Pendampingan ... 74

2. Proses Penerapan Pengendalian Perilaku Maskulin Dalam Keluarga Anggota Kelompok PEKKA Samawa Yang Telah Mengikuti Program Pendampingan ... 77

3. Hambatan Yang Dihadapi Dalam Penerapan Hasil Program Pendampingan Dalam Proses Pendidikan Keluarga Anggota Kelompok PEKKA Samawa ... 80

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI ... 85

A. Simpulan ... 85

B. Implikasi ... 87

C. Rekomendasi ... 87

DAFTAR RUJUKAN... 89

LAMPIRAN ... 93


(8)

DAFTAR TABEL

3.1 Matrik Rancangan Penelitian ……… 30 3.2 Jadwal Pelaksanaan Kegiatan Observasi Lapangan………... 32 3.3 Jadwal Pelaksanaan Kegiatan Wawancara………. 33


(9)

Siti Rizki Nuranissa, 2015

IMPLEMENTASI NILAI-NILAI MASKULIN DALAM KELOMPOK PEREMPUAN KEPALA KELUARGA SAKINAH MAWADAH WARAHMAH (PEKKA SAMAWA) SEBAGAI UPAYA PENDIDIKAN KELUARGA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

v

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Keterangan Bebas Plagiat Lampiran 2 Kisi-kisi Penelitian

Lampiran 3 Pedoman Wawancara Lampiran 4 Hasil Wawancara Lampiran 5 Pedoman Observasi Lampiran 6 Hasil Observasi

Lampiran 7 Dokumentasi Kegiatan

Lampiran 8 Surat Keterangan Pembimbing Lampiran 9 Surat Permohonan Izin Penelitian

Lampiran 10 Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian Lampiran 11 Lembar Bimbingan Skripsi


(10)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Pengembangan kualitas sumber daya manusia di tengah-tengah pesatnya perkembangan IPTEK dewasa ini, seakan menjadi suatu kebutuhan mutlak bagi suatu bangsa. Hal tersebut dilakukan untuk menghantarkan bangsa tersebut agar tumbuh dan berkembang ,sehingga mampu bersaing dan memainkan peranan penting dalam persaingan global. Dalam pengembangan kualitas sumber daya manusia ini didukung oleh berbagai macam sektor yang saling berkaitan satu sama lainnya. Seperti yang di terangkan oleh Ace Suryadi (2012, hlm.1) bahwa sektor-sektor yang berkontribusi secara langsung terhadap pengembangan kualitas sumber daya manusia adalah: pendidikan, pelatihan, perbaikan gizi dan kesehatan, migrasi tenaga kerja, serta program-program sosial yang bertujuan untuk memenuhi hajat hidup orang banyak.

Sebagai salah satu sektor yang berkontribusi secara langsung, pendidikan merupakan sektor kunci dari peningkatan kualitas sumber daya manusia itu sendiri. Hal ini selaras dengan definisi pendidikan dalam UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang menjelaskan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Proses pendidikan yang berlangsung sepanjang hayat mampu membuat manusia untuk terus tumbuh dan berkembang, karena dengan proses seperti ini manusia akan selalu belajar melalui peristiwa-peristiwa yang terjadi setiap harinya, maupun melalui pengalaman yang telah di alami. Dengan konsep seperti itu, maka pendidikan dapat terjadi kapanpun, dimanapun, dan pada siapapun. Hal ini menunjukan bahwa pendidikan tidak hanya berlangsung di jalur formal (sekolah), akan tetapi juga berlangsung di jalur nonformal dan informal. Ketiga jalur pendidikan ini merujuk pada jalur pendidikan yang tercantum dalam UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.


(11)

Siti Rizki Nuranissa, 2015

IMPLEMENTASI NILAI-NILAI MASKULIN DALAM KELOMPOK PEREMPUAN KEPALA KELUARGA SAKINAH MAWADAH WARAHMAH (PEKKA SAMAWA) SEBAGAI UPAYA PENDIDIKAN KELUARGA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2

Pendidikan Informal sebagai salah satu jalur pendidikan memiliki peranan penting dalam proses pendidikan, hal ini dikarenakan pendidikan informal dilakukan oleh keluarga. Sebagai unit sosial terkecil, keluarga menjadi tempat pertama bagi setiap individu untuk mendapatkan pendidikan. Dalam dan dari keluarga manusia mempelajari banyak hal, seperti bagaimana berinteraksi dengan lingkungan, bertutur kata, tatakrama dan sopan santun, menyampaikan pendapat, hingga bagaimana menganut nilai-nilai tertentu sebagai prinsip dalam hidup, sehingga pendidikan dalam keluarga ini dianggap sebagai dasar bagi pembentukan karakter individu.

Orang tua merupakan pendidik yang paling utama dalam pendidikan keluarga, selain itu orang tua juga berperan sebagai guru serta teman bagi anak-anaknya, dan merupakan pihak yang bertanggung jawab atas pendidikan anak-anak di rumah. Anak-anak tumbuh dan berkembang di bawah asuhan orang tua. Di dalam mengasuh anak, masing-masing orangtua memiliki pola asuh tersendiri. Hal ini sangat dipengaruhi oleh latar belakang pendidikan, mata pencaharian, keadaan sosial-ekonomi, adat istiadat, keutuhan serta keharmonisan rumah tangga, dan sebagainya.

Keutuhan dan keharmonisan orang tua merupakan salah satu faktor yang mendukung keberhasilan pendidikan seorang anak dalam keluarga, karena itu akan membuat seorang anak merasa mendapat perhatian dan kasih sayang dari orang tuanya. Perubahan sosial yang terjadi saat ini sedikit banyaknya telah mempengaruhi dan membawa perubahan terhadap keluarga itu sendiri. Permasalahan yang timbul menjadi sangat kompleks, sehingga tidak jarang menimbulkan suatu kondisi baru yang menyebabkan keluarga tersebut menjadi terpisah dan salah satu dari orang tua (ayah ataupun ibu) memiliki status baru sebagai seorang orang tua tunggal dan memiliki peranan ganda dalam keluarganya. Dewasa ini istilah orang tua tunggal sudah tidak asing lagi dikalangan masyarakat. Orang tua tunggal atau biasa disebut dengan istilah single parent merupakan orang tua yang hanya terdiri dari satu orang saja, di mana di dalam rumah tangga ia memiliki peranan sebagai kepala rumah tangga. Kecenderungannya yang terjadi saat ini adalah jumlah perempuan yang menjadi orang tua tunggal lebih banyak dibandingkan dengan laki-laki. Perempuan yang


(12)

menjadi orang tua tunggal ini sering disebut sebagai Perempuan Kepala Keluarga (PEKKA)

Perubahan status ini menimbulkan masalah baru. Perempuan yang bercerai ataupun yang memutuskan untuk menjadi orang tua tunggal seringkali dibebani dengan masalah ekonomi. Permasalahan ini akan terasa lebih berat jika dialami oleh perempuan yang sebelumnya sangat menggantungkan hidupnya pada suaminya dan memilih tidak bekerja. Banyak wanita yang setelah menikah dilarang bekerja oleh suaminya dengan alasan untuk mengurus keluarga, sehingga pada saat ditinggalkan oleh suaminya (meninggal atau bercerai), tidak ada kestabilan secara ekonomi. Saat mencoba mencari pekerjaan, tingkat penghasilan tidak terlalu besar karena faktor pengalaman kerja yang masih minim. Belum lagi perasaan tidak terbiasa karena harus mengurus keluarga sekaligus mencari nafkah. Kondisi mental mulai terganggu, yang akhirnya menimbulkan rasa depresi.

Pergeseran peran yang menyebabkan perempuan menjadi kepala keluarga, memberikan dampak tersendiri dalam pelaksanaan pendidikan keluarga. Hal ini dikarenakan perempuan memiliki andil yang lebih besar dibandingkan dengan laki-laki. Ketiadaan salah satu pihak sedikit banyaknya akan mempengaruhi proses pendidikan anak-anak, bahkan tidak bisa dihindari bahwa anak akan mengalami dampak psikologis yang memengaruhi terhadap perilakunya sehari-hari, baik di rumah, sekolah, maupun masyarakat.

Perempuan kepala keluarga harus pandai membagi waktu dan harus pandai menjalankan perannya sebagai kepala keluarga. Berkaitan dengan hal tersebut, maka perempuan kepala keluarga diharuskan mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarganya, harus mengasuh, dan membesarkan anaknya, serta mengurus hal-hal lainnya yang ada dalam rumah, sehingga dalam kondisi bekerja pun tetap harus mampu memonitor apa yang terjadi di rumah.

Kondisi seperti di atas menunjukan bahwa dalam prosesnya pendidikan keluarga cenderung tidak dapat berjalan sebagaimana mestinya, karena orang tua tidak dapat menjadi role model yang memuaskan bagi anak-anak. Ketidakmampuan orang tua tunggal untuk menjadi role model yang sebagaimana mestinya bagi anak dalam pandangan saya disebabkan oleh adanya kecenderungan di masyarakat yang menciptakan dan membentuk konstruksi sosial yang terkait


(13)

Siti Rizki Nuranissa, 2015

IMPLEMENTASI NILAI-NILAI MASKULIN DALAM KELOMPOK PEREMPUAN KEPALA KELUARGA SAKINAH MAWADAH WARAHMAH (PEKKA SAMAWA) SEBAGAI UPAYA PENDIDIKAN KELUARGA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

4

dengan gender, kemudian ditempelkan pada individu sesuai dengan jenis kelaminnya (laki-laki dan perempuan).

Gender yang dimaksud dalam tulisan ini seperti yang diungkapkan oleh Rianingsih Djohani (1996, hlm.7) adalah hal yang berkaitan dengan pembagian peran, kedudukan, dan tugas antara laki-laki dan perempuan yang ditetapkan oleh masyarakat berdasarkan sifat perempuan dan laki-laki yang dianggap pantas menurut norma-norma, adat istiadat, kepercayaan, dan kebiasaan masyarakat setempat. Disadari atau tidak, dalam setiap masyarakat baik perempuan maupun laki-laki ditentukan untuk mengisi peran, tugas, dan kedudukan tertentu sesuai dengan jenis kelaminnya, sehingga sedari kecil orang tua telah mengenalkan pada hal-hal yang pantas untuk dilakukan oleh seorang laki-laki, maupun perempuan. Hal ini berdampak pada perilaku individu tersebut, di mana terdapat kecenderungan laki-laki akan bersifat lebih maskulin dan perempuan akan bersifat lebih feminin, sehingga mengajarkan sesuatu yang bersifat maskulin kepada seorang anak lak-laki oleh orang tua tunggal (ibu) dianggap sulit untuk dilakukan. Kondisi inilah yang menyebabkan timbulnya ketidakmampuan orang tunggal untuk menjadi role model yang utuh bagi anak..

Ketidakmampuan orang tua tunggal untuk menjadi role model yang utuh, akan menimbulkan kegagalan peran di dalam rumah. Menurut William J. Goode (2005, hlm. 206) kegagalan peran tersebut rupanya mempunyai akibat yang lebih merusak terhadap anak-anak. Kondisi yang tercipta adalah anak mencari contoh lain untuk dijadukan panutan, perilaku anak menjadi lebih bebas, anak menjadi lebih sulit diatur, anak menjadi lebih sering bermain di luar rumah, dan sekolah hanya sekedar pergi ke sekolah, bermain dan mendapat uang jajan.

Kondisi ini melahirkan sebuah program yang bertujuan untuk menempatkan perempuan kepala keluarga lebih pada kedudukan, peran, dan tanggungjawabnya sebagai kepala keluarga. Selain itu, upaya ini diharapkan mampu membuat perubahan sosial dengan mengangkat martabat janda dalam masyarakat yang selama ini terlanjur mempunyai stereotipe negatif. Program ini diberi judul Program Pemberdayaan Perempuan Kepala Keluarga (PEKKA).

Salah satu kelompok PEKKA yang ada di Kecamatan Lembang adalah Kelompok PEKKA Samawa (sakinah, mawadah, warahmah), yang berlokasi di Kp.


(14)

Sukajadi RT/RW 03/02 Desa Lembang Kec. Lembang Kab. Bandung Barat. Kelompok Samawa ini didirikan pada awal tahun 2014, dan hingga saat ini memiliki 20 anggota. Anggota kelompok ini mayoritas berusia dari 30 tahun hingga 60 tahun. Di mana mayoritasnya, 80% anggota merupakan lulusan SD, sisanya menyelesaikan pendidikan hingga tingkat SMP dan SMA.

Mayoritas dari anggota kelompok PEKKA Samawa mencari nafkah dengan cara berwirausaha, yang lainnya bekerja sebagai buruh dan tidak bekerja. Selain itu didapati informasi bahwa umumnya anggota kelompok PEKKA Samawa memiliki pendapatan dibawah Rp. 15,000,- / hari, tetapi ada dari beberapa anggota yang mendapatkan penghasilan hingga Rp. 50.000,- / harinya. Dengan kondisi perekonomian yang mengharuskan perempuan kepala keluarga bekerja, maka waktunya dirumah menjadi semakin berkurang. Setiap pagi mereka berangkat bekerja, dan baru kembali ke rumah pada sore atau malam hari, sehingga tidak sedikit dari mereka yang menitipkan putra-putrinya kepada neneknya, terutama jika usia anak-anak mereka masih balita.

Untuk mengatasi permasalahan di atas, Kelompok PEKKA Samawa memiliki program pendampingan yang dipandang sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan kesadaran anggotanya akan pentingnya pendidikan keluarga melalui peningkatan kapasitas dan membangun kesadaran kritis anggotanya. Kegiatan ini dilakukan dengan tujuan agar anggota PEKKA menyadari pentingnya pendidikan keluarga.

Program pendampingan yang dilakukan oleh Kelompok PEKKA Samawa ini dilaksanakan dengan mengelompokkan kegiatan yang akan dilakukan ke dalam dua bidang, yaitu ekonomi, dan pendidikan. Di bidang ekonomi kegiatan yang dilakukan adalah kegiatan simpan pinjam dan usaha ekonomi kreatif. Sedangkan di bidang pendidikan kegiatan yang sering dilakukan biasanya bersifat sharing mengenai permasalahan yang sering dihadapi oleh perempuan kepala keluarga, tidak jarang juga pelaksanaan kegiatannya bekerja sama dengan POS KB Desa Lembang. Kegiatan ini biasanya dilakukan oleh petugas lapangan atau pun oleh ibu-ibu kader.

Hasil dari program pendampingan ini berbeda pada setiap keluarga anggota kelompok PEKKA Samawa. Hal ini terlihat dengan adanya perubahan perilaku


(15)

Siti Rizki Nuranissa, 2015

IMPLEMENTASI NILAI-NILAI MASKULIN DALAM KELOMPOK PEREMPUAN KEPALA KELUARGA SAKINAH MAWADAH WARAHMAH (PEKKA SAMAWA) SEBAGAI UPAYA PENDIDIKAN KELUARGA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

6

yang terjadi pada beberapa anak dari anggota kelompok ini, di mana mereka menjadi lebih rajin dan patuh terhadap orang tua, serta mau membantu orang tuanya dalam hal ekonomi dengan cara bekerja di pabrik atau garmen. Meskipun begitu, tetap saja ada anak-anak dari anggota kelompok ini yang tidak mengalami perubahan perilaku.

Berdasarkan pemaparan di atas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai “Implementasi Nilai-nilai Maskulin Dalam Kelompok PEKKA Samawa Sebagai Upaya Pendidikan Keluarga”.

B. Rumusan Masalah

Setelah melakukan observasi pada Kelompok PEKKA Samawa didapati hal-hal sebagai berikut :

1. Proses pelaksanaan pendidikan dalam keluarga memiliki pola yang berbeda di masing-masing keluarga, hal ini dikarenakan tiap keluarga memili latar belakang pendidikan, sosial, ekonomi dan situasi lingkungan yang berbeda, 2. Umumnya anggota kelompok PEKKA Samawa memiliki pendapatan dibawah

Rp. 15,000,- / hari, tetapi ada dari beberapa anggota yang mendapatkan penghasilan hingga Rp. 50.000,- / harinya, di mana perolehan biaya ini belum dapat dimanfaatkan secara optimal untuk memenuhi kebutuhan biaya pendidikan anak dan kehidupan sehari-hari,

3. Kegiatan program pendampingan yang telah dilakukan di kelompokan ke dalam dua bidang, yaitu ekonomi dan pendidikan, hanya saja dalam pelaksanaanya program pendampingan bidang ekonomi lebih di prioritaskan di bandingkan dengan program pendampingan bidang pendidikan,

4. Hasil dari program pendampingan ini berbeda pada masing-masing keluarga anggota Kelompok PEKKA Samawa, hal ini dikarenakan ada beberapa keluarga yang hanya mengikuti program pendampingan bidang ekonomi saja, sedangkan program pendampingan bidang pendidikan tidak mereka ikuti. Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka peneliti dapat merumuskan: “Bagaimana proses implementasi nilai-nilai maskulin sebagai upaya pendidikan keluarga dalam Anggota Kelompok PEKKA Samawa setelah mengikuti Program Pendampingan yang dilakukan oleh Kelompok PEKKA Samawa?”


(16)

Permasalahan yang akan diteliti dibatasi menjadi:

1. Bagaimana proses penerapan nilai-nilai maskulin dalam keluarga anggota kelompok PEKKA Samawa yang telah mengikuti program pendampingan? 2. Bagaimana proses penerapan pengendalian perilaku maskulin dalam keluarga

anggota kelompok PEKKA Samawa yang telah mengikuti program pendampingan?

3. Hambatan yang dihadapi dalam penerapan hasil program pendampingan dalam proses pendidikan keluarga anggota Kelompok PEKKA Samawa?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan umum dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui sejauh mana proses implementasi nilai-nilai maskulin sebagai upaya pendidikan keluarga dalam Anggota Kelompok PEKKA Samawa setelah mengikuti Program Pendampingan. Adapun tujuan khusus dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk mendapatkan informasi mengenai proses penerapan nilai-nilai maskulin

dalam keluarga anggota kelompok PEKKA Samawa yang telah mengikuti program pendampingan;

2. Untuk mendapatkan informasi mengenai proses penerapan pengendalian perilaku maskulin dalam keluarga anggota kelompok PEKKA Samawa yang telah mengikuti program pendampingan;

3. Untuk mendapatkan informasi mengenai faktor-faktor apa saja yang menjadi penghambat dalam pelaksanaan pendidikan keluarga.

D. Manfaat Penelitian

Merujuk pada permasalahan dan tujuan penelitian yang telah dipaparkan sebelumnya, dapat dirumuskan bahwa manfaat dilakukannya penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Manfaat/Signifikasi dari Segi Teori

Dengan dilakukannya penelitian ini, diharapkan mampu memberikan kontribusi dan mampu memperkuat konsep yang sudah ada sebelumnya dalam memecahkan permasalahan mengenai perempuan kepala keluarga.


(17)

Siti Rizki Nuranissa, 2015

IMPLEMENTASI NILAI-NILAI MASKULIN DALAM KELOMPOK PEREMPUAN KEPALA KELUARGA SAKINAH MAWADAH WARAHMAH (PEKKA SAMAWA) SEBAGAI UPAYA PENDIDIKAN KELUARGA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

8

2. Manfaat/Signifikasi dari Segi Kebijakan

Dengan dilakukannya penelitian ini, diharapkan mampu memberikan kontribusi dalam merumuskan dan menentukan berbagai kebijakan yang dapat dijadikan solusi untuk memecahkan permasalahan mengenai perempuan kepala keluarga.

3. Manfaat/Signifikasi dari Segi Praktik

Dengan dilakukannya penelitian ini, diharapkan mampu memberikan kontribusi dalam perencenaan program yang sesuai dengan kebutuhan PEKKA ,sehingga mampu memecahkan permasalahan yang dihadapi oleh perempuan kepala keluarga.

4. Manfaat dari Segi Aksi Sosial

Dengan dilakukannya penelitian ini, diharapkan mampu memberikan kontribusi dalam membangun kesadaran masyarakat bahwa pandangan negatif yang terkait dengan PEKKA sudah saatnya untuk di rubah.

E. Sistematika Penulisan

Penyusunan skripsi ini akan menggunakan sistematika penulisan sebagai berikut:

HALAMAN JUDUL

Judul skripsi yang disusun sesuai isi dari skripsi dan dirumuskan dalam satu kalimat yang ringkas, komunikatif, dan afirmatif.

HALAMAN PENGESAHAN

Halaman ini dimaksudkan untuk menunjukan bahwa karya tulis ini legal, karena telah mendapatkan persetujuan dari pembimbing dan ketua jurusan.

HALAMAN PERNYATAAN

Pernyataan ini menegaskan bahwa karya tulis adalah benar-benar karya mahasiswa yang bersangkutan, dan bukan jiplakan.

HALAMAN UCAPAN TERIMA KASIH

Halaman ini merupakan bentuk apresiasi penulis terhadap pihak-pihak yang telah terlibat dalam penyusunan karya tulis yang bersangkutan


(18)

ABSTRAK

Abstrak merupakan uraian singkat tetapi lengkap, yang di dalamnya memuat judul, informasi umum mengenai penelitian, tujuan penelitian, alasan dilaksanakannya penelitian, metode yang digunakan, dan temuan penelitian. DAFTAR ISI

Merupakan penyajian sistematika isi secara lebih rinci, untuk mempermudah para pembaca dalam mencari judul ataupun sub judul.

DAFTAR TABEL

Menyajikan tabel secara berurutan. DAFTAR LAMPIRAN

Menyajikan lampiran secara berurutan. BAB I PENDAHULUAN

BAB I merupakan bagian awal dari karya tulis ilmiah. Pada bagian pendahuluan berisi: latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.

BAB II KAJIAN TEORETIS

Kajian teoretis dalam sebuah karya tulis ilmiah memiliki kedudukan yang sangat penting. Melalui karya pustaka ditunjukan kedudukan suatu penelitian di tengah perkembangan ilmu dalam bidang yang diteliti. Pengambilan teori yang dijadikan landasan dalam kegiatan penelitian ini diharuskan mampu menuntun peneliti untuk menjawab permasalahan penelitian berdasarkan data yang diperoleh dari lapangan.

BAB III METODE PENELITIAN

Menguraikan tentang desain penelitian yang diterapkan, partisipan dan tempat penelitian, metode serta teknik pengumpulan data yang dipilih, instrumen pengumpulan data yang digunakan, dan langkah-langkah dalam mengolah serta menganalisis data yang telah diperoleh.

BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN

BAB ini menjelaskan tentang hasil temuan penelitian dan pembahasan terhadap data yang telah diperoleh. Di dalamnya memuat tentang gambaran umum objek penelitian, dan pemaparan hasil penelitian berdasarkan data yang diperoleh di lapangan.


(19)

Siti Rizki Nuranissa, 2015

IMPLEMENTASI NILAI-NILAI MASKULIN DALAM KELOMPOK PEREMPUAN KEPALA KELUARGA SAKINAH MAWADAH WARAHMAH (PEKKA SAMAWA) SEBAGAI UPAYA PENDIDIKAN KELUARGA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

10

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

BAB ini merupakan laporan akhir dari suatu penelitian. Di bagian ini disimpulkan apa saja yang telah berhasil dikumpulkan selama kegiatan penelitian, dan saran yang ditulis setelah kesimpulan diharapkan mampu membantu memberikan solusi dari hasil akhir penelitian sebagai suatu kegiatan ilmiah. DAFTAR RUJUKAN

Daftar rujukan memuat semua sumber tertulis yang pernah dikutip dan digunakan dalam penyusunan karya tulis ilmiah.

LAMPIRAN

Lampiran berisi semua dokumen yang digunakan dalam penelitian. RIWAYAT HIDUP

Riwayat hidup dibuat secara ringkas dan padat, hanya memuat hal-hal yang relevan dengan kegiatan ilmiah dari penulis yang bersangkutan.


(20)

BAB III

METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian

Penelitian tentang Kualitas Pendidikan Keluarga di Lingkungan Anggota Kelompok PEKKA Samawa ini merupakan penelitian kualitatif yang menggunakan desain penelitian studi kasus. Penelitian kualitatif menurut Nasution dalam Sugiyono (2014, hlm.180) pada hakekatnya adalah mengamati orang dalam lingkungan hidupnya, berinteraksi dengan mereka, berusaha memahami bahasa dan tafsiran mereka tentang dunia sekitarnya. Dengan kata lain, pendekatan kualitatif adalah suatu pendekatan dalam melakukan penelitian yang berorientasi pada gejala-gejala yang bersifat alamiah atau bersifat apa adanya dan harus dilakukan di lapangan.

Penggunaan desain penelitan studi kasus ini memfokuskan penelitian pada suatu fenomena atau permasalahan tertentu yang ingin dipahami secara mendalam. Seperti yang diungkapkan oleh Endang Komara (2007, hlm. 105) bahwa yang di maksud dengan studi kasus adalah penelitian yang bertujuan untuk mempelajari secara intensif latar belakang dan keadaan sekarang (termasuk interaksinya) mengenai unit sosial tertentu, yang meliputi individu, kelompok, dan lembaga masyarakat.

Pemilihan metode penelitian yang digunakan merujuk pada tujuan dari

penelitian ini, yaitu untuk menjawab pertanyaan ‘bagaimana proses pelaksanaan

pendidikan keluarga anggota Kelompok PEKKA Samawa setelah mengikuti Program Pendampingan yang dilakukan oleh Kelompok PEKKA Samawa?’. Dalam penelitian ini, aspek-aspek yang diuraikan oleh penulis berkaitan dengan proses pendidikan keluarga di lingkungan anggota kelompok PEKKA, dimana hasil analisis data yang diperoleh mengarah pada pemaparan yang lebih konkret tentang proses pendidikan keluarga di lingkungan anggota kelompok PEKKA Samawa. Terutama yang berkaitan dengan bagaimana orang tua tunggal, dalam hal ini ibu untuk mensosialisasikan nilai-nilai maskulin pada anak-anaknya.


(21)

34

Siti Rizki Nuranissa, 2015

IMPLEMENTASI NILAI-NILAI MASKULIN DALAM KELOMPOK PEREMPUAN KEPALA KELUARGA SAKINAH MAWADAH WARAHMAH (PEKKA SAMAWA) SEBAGAI UPAYA PENDIDIKAN KELUARGA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

B. Partisipan dan Tempat Penelitian

Penelitian ini bertempat di Kp. Sukajadi RT/RW 03/02 Desa Lembang Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat. Pemilihan lokasi penelitian ini didasarkan pada matrik rancangan penelitian yang telah di buat sebelumnya oleh peneliti, yaitu sebagai berikut:

Tabel 3.1

Matrik Rancangan Penelitian Kategori

Kategori

Status Sosial Ekonomi Tinggi

(SSET)

Status Sosial Ekonomi Rendah

(SSER) Tingkat Pendidikan Tinggi

(TPT) 1 1

Tingkat Pendidikan Rendah

(TPR) 1 1

Pada dasarnya pemilihan partisipan dalam penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling. Seperti yang dijelaskan oleh Sugiyono (2014, hlm. 53) bahwa yang dimaksud dengan purposive sampling adalah teknik pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan tertentu. Merujuk pada definisi tersebut, penulis menentuka beberapa karakteristik yang harus dimiliki oleh partisipan dengan berlandaskan pada fokus penelitian dan matrik rancangan penelitian di atas, maka didapati kesimpulan bahwa partisipan yang dilibatkan dan dijadikan sumber data dalam penelitian ini sebanyak empat keluarga, di mana setiap keluarga mewakili setiap kategori pada matrik dengan karakteristik sebagai berikut:

1. Terdaftar sebagai anggota Kelompok PEKKA Samawa; 2. Memiliki anak-anak usia sekolah;

3. Tiap orang tua dalam masing-masing keluarga memiliki latar belakang pendidikan yang berbeda

4. Tiap keluarga memiliki status sosial – ekonomi yang berbeda

5. Tercatat pernah mengikuti program pendampingan yang diselenggarakan oleh Kelompok PEKKA Samawa;


(22)

C. Pengumpulan Data 1. Jenis Data

Jenis data yang digali dalam penelitian ini adalah data yang bersifat kualitatif, dimana data kualitatif ini adalah data yang dinyatakan dalam bentuk ungkapan dan kata-kata. Selain data yang bersifat kualitatif, dalam penelitian ini penulis juga menggali data yang tergolong data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari partisipan, yaitu keluarga anggota kelompok PEKKA Samawa, sedangkan data sekunder adalah data yang diperoleh penulis dari sumber lain yang memiliki kedekatan dengan partisipan, seperti anggota keluarga maupun pengurus kelompok PEKKA Samawa.

2. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi dan wawancara.

a. Observasi

Zainal Arifin (2013, hlm. 153) mendefinisikan observasi sebagai suatu proses pengamatan dan pencatatan secara sistematis, logis, objektif, dan rasional mengenai berbagai fenomena, baik dalam situasi yang sebenarnya maupun dalam situasi buatan untuk mencapai tujuan tertentu. Pada penelitian ini, penulis melakukan observasi partisipasi moderat. Seperti yang diungkapkan oleh Sugiyono (2014, hlm.66) bahwa dalam observasi partisipasi moderat ini peneliti datang di tempat kegiatan, dan mengikuti beberapa kegiatan, tetapi tidak seluruhnya. Dalam pelaksanaanya, penulis langsung mendatangi rumah dari anggota kelompok PEKKA Samawa, dimana pada saat melakukan observasi peneliti tidak hanya melakukan pengamatan saja, tetapi juga melakukan wawncara dengan anggota keluarga. Pelaksanaan observasi dalam penelitian ini akan dijelaskan secara lebih terperinci dalam table dibawah ini.


(23)

36

Siti Rizki Nuranissa, 2015

IMPLEMENTASI NILAI-NILAI MASKULIN DALAM KELOMPOK PEREMPUAN KEPALA KELUARGA SAKINAH MAWADAH WARAHMAH (PEKKA SAMAWA) SEBAGAI UPAYA PENDIDIKAN KELUARGA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Tabel 3.2

Jadwal Pelaksanaan Kegiatan Observasi Lapangan

No Waktu

observasi Tempat observasi

Aspek yang di

observasi Partisipan

Alat Pengumpul

Data Tgl. Jam

1 05 Sept 2015 11.00 – 12.30 Rumah Ibu Eli - Kondisi lingkungan sekitar rumah - Cara berinteraksi

dengan anak - Kedekatan orang

tua dengan anak - Cara mendidik

anak - Pemberian nasihat dan hukuman Keluarga Ibu Eli Mulyani - Pedoman Observasi - Perekam Suara 2 09

Sept 2015 13.00 – 15.00 Rumah Ibu Ai Keluarga Ibu Ai Rosmiati 3 13 Sept 2015 09.00 – 11.30 Rumah Ibu Yeye Keluarga Ibu Yeye 4 16 Sept 2015 13.00 – 14.30 Rumah Ibu Ilah Keluarga Ibu Ilah Hayati 5 23 Sept 2015 10.30 – 11.30 Rumah

Ibu Ilah - Perilaku anggota keluarga

- Sosialisasi Peran Gender

- Cara mendidik anak

- Kedekatan orang tua dengan anak

Keluarga Ibu Ilah - Pedoman Observasi - Perekam Suara - Kamera Digital - Alat Tulis 11.30 – 12.30 Rumah Ibu Eli Keluarga Ibu Eli 6 26 Sept 2015 10.00 – 10.45 Rumah Ibu Ai Keluarga Ibu Ai 10.45 – 11.30 Rumah Ibu Yeye Keluarga Ibu Yeye

Tabel di atas menjelaskan pelaksanaan observasi berdasarkan pada pedoman observasi yang telah dibuat sebelumnya, tetapi disamping itu penulis juga melakukan observasi tidak terstruktur, artinya sambil berbincang-bincang dan penulis juga mengamati cara berbicara, bahasa yang digunakan partisipan, gerak tubuh, penataan ruang rumah, gaya bangunan rumah, dan perilaku-perilaku anggota keluarga yang lain. Merujuk pada kondisi di atas, penelitian ini dilaksanakan sebanyak delapan kali dengan lama waktu yang relatif berbeda di masing-masing keluarga, tapi rata-rata waktu yang diperlukan ialah selama 90 –120’.


(24)

b. Wawancara

Esteberg (2002) dalam Sugiyono (2014, hlm.72) mendefinisikan wawancara sebagai pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu. Jenis wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara tidak terstruktur. Sugiyono (2014, hlm.74) menjelaskan bahwa tujuan dari wawancara semitersruktur ini adalah untuk mendapatkan informasi yang lebih mendalam dari responden seputar permasalahan yang sedang di teliti. Dengan menggunakan wawancara tidak terstruktur ini peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah disusun secara sistematis dan rapi, tetapi pedoman wawancara yang digunakan hanya berupa garis-garis besarnya saja. Wawancara ini sebanyak delapan kali dalam kurun waktu empat minggu, dengan lama waktu yang relatif berbeda di masing-masing keluarga, tapi rata-rata waktu yang diperlukan ialah selama 90 –120’. Pelaksanaan wawancara ini akan dijelaskan secara lebih terperinci dalam tabel dibawah ini.

Tabel 3.3

Jadwal Pelaksanaan Kegiatan Wawancara

No Waktu

Wawancara Tempat

Wawancara

Aspek yang di

Wawancara Partisipan

Alat Pengumpul

Data Tgl. Jam

1 05 Sept 2015 11.00 – 12.30 Rumah Ibu Eli - Kondisi kehidupan keluarga - Cara mendidik

anak - Pemberian nasihat dan hukuman - Pengawasan terhadap anak Keluarga Ibu Eli Mulyani - Pedoman Wawancara - Perekam Suara


(25)

38

Siti Rizki Nuranissa, 2015

IMPLEMENTASI NILAI-NILAI MASKULIN DALAM KELOMPOK PEREMPUAN KEPALA KELUARGA SAKINAH MAWADAH WARAHMAH (PEKKA SAMAWA) SEBAGAI UPAYA PENDIDIKAN KELUARGA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2 09 Sept 2015 13.00 – 15.00 Rumah Ibu Ai - Kondisi kehidupan keluarga - Cara mendidik

anak - Pemberian nasihat dan hukuman - Pengawasan terhadap anak - Pengaruh lingkungan Keluarga Ibu Ai Rosmiati - Pedoman Wawancara - Perekam Suara 3 13 Sept 2015 09.00 – 11.30 Rumah Ibu Yeye - Kondisi kehidupan keluarga - Cara mendidik

anak - Pemberian nasihat dan hukuman - Pengawasan terhadap anak - Pengaruh lingkungan Keluarga Ibu Yeye - Pedoman Wawancara Perekam Suara 4 16 Sept 2015 13.00 – 14.30 Rumah Ibu Ilah - Kondisi kehidupan keluarga - Cara mendidik

anak - Pemberian nasihat dan hukuman - Pengawasan terhadap anak - Pengaruh lingkungan - Kesulitan dalam mendidik anak Keluarga Ibu Ilah Hayati - Pedoman Wawancara - Perekam Suara


(26)

5 23 Sept 2015 10.00 – 11.30 Rumah Ibu Eli - Pengaruh lingkungan - Kesulitan dalam mendidik anak - Media dan

Pendekatan yang digunakan - Sosialisasi peran gender - Memberikan keteladanan Keluarga Ibu Eli - Pedoman Wawancara - Perekam Suara - Kamera Digital - Alat Tulis 11.30

– 12.30

Rumah Ibu Ilah

- Media dan Pendekatan yang digunakan - Sosialisasi peran gender - Memberikan Keteladanan Keluarga Ibu Ilah 6 26 Sept 2015 10.00 – 10.45 Rumah Ibu Ai - Kesulitan dalam mendidik anak - Media dan

Pendekatan yang digunakan - Sosialisasi peran gender - Memberikan Keteladanan Keluarga Ibu Ai - Pedoman Wawancara - Perekam Suara - Kamera Digital - Alat Tulis 10.45 – 11.30 Rumah Ibu Yeye - Kesulitan dalam mendidik anak - Media dan

Pendekatan yang digunakan - Sosialisasi peran gender - Memberikan Keteladanan Keluarga Ibu Yeye


(27)

40

Siti Rizki Nuranissa, 2015

IMPLEMENTASI NILAI-NILAI MASKULIN DALAM KELOMPOK PEREMPUAN KEPALA KELUARGA SAKINAH MAWADAH WARAHMAH (PEKKA SAMAWA) SEBAGAI UPAYA PENDIDIKAN KELUARGA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Tabel di atas menjelaskan pelaksanaan wawancara berdasarkan pedoman wawancara yang telah dibuat sebelumnya, tetapi disamping itu penulis juga menanyakan aspek-aspek yang tidak terdapat pada tabel. Mengingat wawancara yang digunakan adalah wawancara tidak terstruktur, sehingga memberikan keleluasaan pada penulis untuk menanyakan pertanyaan berbeda pada tiap responden. Pertanyaan yang diberikan penulis berkisar pada pelaksanaan pendidikan keluarga itu sendiri, di mana tujuan dari pemberian pertanyaan di luar pedoman wawancara adalah untuk mengkonfirmasi dan memastikan apakah jawaban yang diberikan responden konsisten atau tidak.

3. Triangulasi

Observasi dan wawancara tidak terstruktur yang penulis gunakan dalam penelitian ini memang menghasilkan data yang tergolong masih kacau, sehingga mengharuskan penulis untuk melakukan triangulasi data. Triangulasi yang dilakukan oleh penulis dalam penelitian ini adalah triangulasi sumber, dimana triangulasi sumber ini bertujuan untuk memeriksa kembali data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber yang memiliki kedekatan dengan partisipan penelitian, seperti anggota keluarga atau kerabat, dan pengurus Kelompok PEKKA Samawa.

4. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang utama dalam penelitian kualitatif ini adalah penulis sendiri, kemudia setelah fokus permasalahan menjadi lebih jelas, maka peneliti mengembangkan instrumen penelitian yang bertujuan untuk menjadi acuan dalam proses pengumpulan data. Instrumen penelitian yang dikembangkan oleh peneliti berupa pedoman wawancara dan pedoman observasi. Baik pedoman wawancara maupun pedoman observasi, keduanya penulis susun tidak hanya berdasarkan pada tujuan penelitian saja, tetapi juga berdasarkan teori yang berkaitan dengan permasalahan yang sedang di teliti.

5. Tahapan-tahapan Penelitian

Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan oleh penulis melalui tiga tahapan tertentu, tahapan-tahapan tersebut adalah Tahapan Pra-Lapangan, Tahapan Kegiatan Lapangan, dan Tahapan Pelaporan.


(28)

a. Tahapan Pra-Lapangan

Berbekal informasi awal yang diperoleh setelah penulis melakukan studi pendahuluan dan telaah pustaka, maka pada tahapan pra-lapangan ini penulis melakukan beberapa kegiatan, yaitu sebagai berikut: 1) Menyusun proposal penelitian; 2) Bimbingan dengan Dosen Pembimbing I dan Dosen Pembimbing II, 3) Melakukan penjajakan lapangan dan menyempurnakan rancangan penelitian; 4) Mengurus ijin kegiatan penelitian; 5) Melakukan interaksi dengan subjek penelitian, dan 6) Menyiapkan instrumen penelitian.

Kegiatan penjajakan lapangan dilakukan oleh penulis dengan menggunakan tiga teknik, yaitu melakukan pengamatan terhadap gejala-gejala umum permasalahan yang tampak, melakukan wawancara secara langsung terhadap pengurus dan beberapa anggota Kelompok PEKKA Samawa, dan teknik yang ketiga adalah dengan melakukan telaah pustaka dan dokumen, dimana penulis memilih dan mengkategorisasikan teori dan dokumen yang relevan, baik yang berkaitan dengan PEKKA, gender, ataupun yang berkaitan dengan kehidupan pendidikan keluarga.

Selama melakukan beberapa kegiatan di atas, dalam prosesnya peneliti banyak melakukan perubahan pada rancangan penelitian, seperti yang berkenaan dengan masalah penelitian, tempat penelitian, dan teori-teori pendukung. Perubahan-perubahan tersebut terjadi karena selama peneliti melakukan penjajakan di lapangan dan berinteraksi dengan calon partisipan penelitian, informasi yang didapati dan kondisi lingkungangan tempat penelitian mengalami perubahan, selain itu penulis juga mendapatkan beberapa masukan dan koreksi dari dosen pembimbingan, sehingga rancangan penelitian terus mengalami penajaman dan penyesuaian.

Setelah rancangan penelitian rampung, langkah selanjutnya adalah penulis mencari subjek penelitian yang sesuai dengan karakteristik-karakteristik tertentu yang telah dibuat sebelumnya. Ketika subjek penelitian yang dimaksud telah ditemukan, maka sebelum mulai dilakukan wawancara dan observasi penulis bertanya kepada partisipan tersebut tentang kesiapannya untuk di wawancara dan di observasi oleh penulis. Setelah subjek bersedia,


(29)

42

Siti Rizki Nuranissa, 2015

IMPLEMENTASI NILAI-NILAI MASKULIN DALAM KELOMPOK PEREMPUAN KEPALA KELUARGA SAKINAH MAWADAH WARAHMAH (PEKKA SAMAWA) SEBAGAI UPAYA PENDIDIKAN KELUARGA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

selanjutnya penulis membuat kesepakatan dengan partisipan tersebut mengenai waktu pelaksanaan wawamcara dan observasi.

b. Tahapan Kegiatan Lapangan

Menindak lanjuti beberapa kegiatan yang telah dilakukan pada tahap pra-lapangan, maka pada tahapan kegiatan ini diawali dengan wawancara sekaligus pengamatan yang dilakukan oleh peneliti terhadap partisipan. Baik wawancara maupun observasi, semuanya penulis upayakan untuk dapat dilakukan dalam suasana alamiah yang wajar. Pada tahap awal, penulis melakukan wawancara dengan observasi yang lebih bersifat tersamarkan, artinya sambil berbincang-bincang penulis mengamati cara berbicara, bahasa yang digunakan partisipan, gerak tubuh, penataan ruang rumah, gaya bangunan rumah, dan perilaku-perilaku anggota keluarga yang lain. Setelah penulis menjadi lebih dekat dan akrab dengan partisipan, maka ketersamaran dalam pengamatan juga mulai dikurangi, sehingga penulis dapat mengkonfirmasi secara langsung hasil pengamatan melalui wawancara lebih mendalam dengan partisipan.

Wawancara yang digunakan pada penelitian ini adalah wawancara tidak terstruktur, hal ini dilakukan agar tidak ada kekakuan antara penulis dan partisipan pada saat wawancara sedang berlangsung. Lamanya waktu pengamatan dan wawancara di masing-masing keluarga anggota Kelompok PEKKA Samawa cenderung berbeda, hal ini dikarenakan proses pengumpulan data akan dihentikan apabila data yang diperoleh sudah jenuh, sehingga ketuntasan peroleh informasi menjadi sesuatu yang sangat diperhatikan oleh penulis, dibandingkan dengan jumlah sumber data itu sendiri.

Berkaitan dengan jumlah sumber data, kenyataan di lapangan menunjukan bahwa tidak semua anggota Kelompok PEKKA Samawa sesuai dengan kriteria subjek penelitian penulis, bersedia untuk di wawancara dan di observasi, dan dapat memberikan data yang diperlukan, sehingga dari ± 20 anggota yang ada, hanya empat anggota yang bersedia dan dianggap memenuhi karakteristik partisipan sesuai dengan yang penulis butuhkan. Penelitian ini dilakukan dalam kurun waktu empat minggu, dimana setiap dua


(30)

kali dalam seminggu peneliti melakukan wawancara dan pengamatan di keluarga anggota Kelompok PEKKA Samawa.

c. Tahapan Pelaporan

Berkenaan dengan tahapan pelaporan, beberapa kegiatan yang penulis lakukan sebelum menyusun laporan hasil analisis data yang telah diperoleh adalah sebagai berikut:

1) Setelah melakukan wawancara dan pengamatan terhadap partisipan, maka penlis mencatat hasilnya ke dalam lembar catatan lapangan. Lembar catatan lapangan ini memaparkan tentang identitas responden, waktu pengumpulan data, tempat kegiatan, dan paparan hasil wawancara dan observasi. Contoh catatan lapangan dapat diperiksa pada bagian lampiran. 2) Penulis melakukan analisis data dan interpretasi data dengan

menggunakan model analisis data yang dikembangkan oleh Miles dan Huberman, dimana analisis data dilakukan melalui tiga tahapan, yaitu reduksi data, display data, dan kesimpulan atau verifikasi.

3) Setelah kegiatan-kegiatan di atas selesai penulis lakukan, langkah selanjutnya adalah penulis menarik kesimpulan tentang hasil akhir dari penelitian yang telah dilakukan, dan penulis mencoba meberikan saran dan rekomendasi terhadap pihak-pihak terkait.

D. Analisis Data

Analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan pada saat pengumpulan data berlangsung, dan setelah selesai pengumpulan data dalam periode tertentu. Miles dan Huberman (1984) dalam Sugiyono (2014, hlm.91) mengemukakan bahwa aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas, hingga datanya sudah jenuh. Aktivitas dalam analisis data yaitu reduksi data, display data, dan kesimpulan atau verifikasi.

1. Reduksi Data

Reduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, serta dicari tema dan polanya. Dalam mereduksi data, penulis mengacu pada tujuan penelitian itu sendiri,


(31)

44

Siti Rizki Nuranissa, 2015

IMPLEMENTASI NILAI-NILAI MASKULIN DALAM KELOMPOK PEREMPUAN KEPALA KELUARGA SAKINAH MAWADAH WARAHMAH (PEKKA SAMAWA) SEBAGAI UPAYA PENDIDIKAN KELUARGA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

sehingga data yang telah di peroleh dibaca secara berulang-ulang dengan tujuan agar penulis memahami dengan sebaik-baiknya data yang telah didapatkan.

Alasan pembacaan data secara berulang-ulang karena penulis beranggapan bahwa pada tahapan reduksi data ini diperlukan pemahaman yang mendalam terhadap data yang telah di peroleh, dan keterbukaan terhadap hal-hal baru diluar apa yang ingin penulis dapatkan. Selain itu, dalam mereduksi data penulis juga melakukan diskusi dengan Dosen Pembimbing, teman sejawat, dan orang yang dipandang ahli, hal ini penulis lakukan agar wawasan penulis semakin berkembang sehingga mampu mereduksi data secara objektif.

Mengingat teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara dan observasi, maka setelah menperoleh data yang dibutuhkan, penulis mencoba menganalisis data berdasarkan pemahaman terhadap hal-hal yang diungkapkan oleh responden. Setelah itu, berdasarkan kerangkan teori, kisi-kisi, instrumen penelitian dan matrik rancangan penelitian yang telah dibuat penulis menyusun sebuah kerangka awal analisis sebagai acuan dalam membuat kategorisasi, sehingga nantinya data yang relevan akan diberi kode baru kemudian dikategorikan berdasarkan kerangka analisis tersebut.

2. Display Data

Langkah selanjutnya setelah data direduksi adalah display data. Penyajian dilakukan dalam bentuk narasi dan tabel. Pada bagian sebelumnya telah diterangkan bahwa penulis membuat matrik rancangan penelitian, sehingga dalam penyajian data yang diperoleh penulis mengacu pada matrik rancangan penelitian yang telah dibuat sebelumnya. Melalui penyajian data berdasarkan matrik rancangan penelitian ini, maka data yang diperoleh akan mdah difahami karena terorganisasikan dan tersusun dalam pola hubungan tertentu.

3. Kesimpulan atau Verifikasi

Langkah ketiga dalam analisis data dalam penelitian kualitatif adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. Sebelum penulis menarik kesimpulan,


(32)

terlebih dahulu penulis melakukan analisis kembali data yang telah dikategorikan untuk ditinjau kembali berdasarkan landasan teori yang ada pada BAB II. Hal ini dilakukan penulis karena kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara, dan mengalami perubahan selama tahap pengumpulan data berlangsung. Melalui peninjauan kembali ini penulis dapat mengetahui dengan jelas apakah ada kesamaan antara landasan teori dengan data yang diperoleh, sehingga penulis dapat memperoleh pemahaman dan mampu menarik kesimpulan yang didalamnya mencakup keseluruhan simpulan dari hasil penelitian yang telah dilakukan.


(33)

85

Siti Rizki Nuranissa, 2015

IMPLEMENTASI NILAI-NILAI MASKULIN DALAM KELOMPOK PEREMPUAN KEPALA KELUARGA SAKINAH MAWADAH WARAHMAH (PEKKA SAMAWA) SEBAGAI UPAYA PENDIDIKAN KELUARGA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB V

SIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian penulis akan menjabarkan simpulan dari masing-masing rumusan pertanyaan penelitian.

1. Proses Penerapan Nilai-nilai Maskulin Dalam Keluarga Anggota Kelompok PEKKA Samawa Yang Telah Mengikuti Program Pendampingan

Peranan keluarga mengkomunikasikan dan mensosialisasikan penerapan nilai-nilai maskulin dalam diri anak sangat besar, dengan tidak adanya sosok ayah yang menjadi role model utama bagi anak dalam menerapkan nilai-nilai maskulin, maka sosok ibu menjadi peran yang paling dominan dalam mengkomunikasikan dan mensosialisasikan penerapan nilai-nilai maskulin tersebut. Berkaitan dengan peranan orang tua (ibu) dalam mengkomunikasikan dan mensosialisasikan penerapan nilai-nilai maskulin biasanya dilakukan dengan beberapa cara, yaitu sebagai berikut: a) Mencontohkannya sendiri kepada anak, ini menunjukan bahwa orang tua memberikan keteladanan pada anak; b) Mengajak dan mengikutsertakan anak-anak untuk membantu pekerjaan yang sedang dilakukan oleh orang tua, sehingga dengan begitu anak akan memahami mengapa orang tua mensosialisasikan dan menerapkan nilai-nilai maskulin tersebut, dan c) Membantu orang lain yang dipekerjakan oleh ibu dalam melakukan pekerjaan yang biasa dilakukan oleh laki-laki.

2. Proses Penerapan Pengendalian Perilaku Maskulin Dalam Keluarga Anggota Kelompok PEKKA Samawa Yang Telah Mengikuti Program Pendampingan

Salah satu dasar dari terbentuknya konsep diri pada anak, ialah ditampilkannya perilaku yang sesuai harapan lingkungan sosialnya, sehingga orang tua sudah sejak dini mensosialisasikan identitas dan peran gender kepada anak-anak, sebab melalui proses pendidikan keluarga anak mempelajari peranan gender (maskulin atau feminin) melalui komunikasi, interaksi, dan observasi. Jadi,


(34)

anak akan melakukan identifikasi terhadap peran-peran maskulin dan feminin yang dilakukan oleh orang-orang sekitarnya.

Berbagai cara dilakukan orang tua (ibu) dalam menyampaikan tugas dan menerapkan pengendalian perilaku maskulin dalam diri anak, seperti dengan cara memberikannya nasihat, mencontohkan melalui perilaku orang terdekat, melalui tayangan di Televisi, memberikan hadiah dan hukuman, memberikan mainan sesuai dengan jenis kelamin anak, dll, serta biasanya kegiatan tersebut dilakukan secara turun temurun dari nenek moyang mereka.

Berkaitan dengan sosialisasi peran gender terutama proses penerapan pengendalian perilaku maskulin dalam diri anak-anak sangat berbeda pada masing-masing keluarga, hal ini dikarenakan setiap orang memiliki pandangan yang berbeda terhadap arti feminitas dan maskulinitas itu sendiri, sehingga memengaruhi proses sosialisasi peran gender dalam keluarga. Perbedaan pandangan tersebut disebabkan oleh beberapa faktor, seperti peran yang biasa dimainkan di rumah, kepercayaan, tingkat pendidikan, lingkungan, pekerjaan, budaya setempat dan nilai yang di anut pada masyarakat tersebut.

3. Hambatan Yang Dihadapi Dalam Penerapan Hasil Program Pendampingan Dalam Proses Pendidikan Keluarga Anggota Kelompok PEKKA Samawa

Berdasarkan data temuan penelitian menunjukan bahwa orang tua tidak selalu berhasil dalam menerapkan hasil program pendampingan, sehingga perubahan perilaku yang diinginkan tidak dapat terjadi. Kegagalan tersebut menunjukan bahwa ada hambatan-hambatan yang harus dihadapi oleh orang tua dalam mengkomunikasikan dan menerapkan hasil program pendampingan tersebut. Di mana hambatan-hambatan tersebut berbeda pada masing-masing keluarga, tetapi secara umum hambatan-hambatan tersebut dapat digolongkan ke dalam dua kategori, yaitu hambatan yang berasal dari dalam keluarga dan hambatan yang berasal dari luar keluarga.

Hambatan yang berasal dari dalam keluarga diantaranya adalah berkaitan dengan komunikasi antara orang tua dengan anak, status sosial ekonomi keluarga, dan ketidak utuhan struktur keluarga. Disamping hambatan yang berasal dari dalam keluarga, orang tua juga menghadapi hambatan yang berasal dari luar


(35)

87

Siti Rizki Nuranissa, 2015

IMPLEMENTASI NILAI-NILAI MASKULIN DALAM KELOMPOK PEREMPUAN KEPALA KELUARGA SAKINAH MAWADAH WARAHMAH (PEKKA SAMAWA) SEBAGAI UPAYA PENDIDIKAN KELUARGA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

keluarga dalam menerapkan program pendampingan tersebut, hambatan terbesar yang berasal dari luar keluarga adalah lingkungan tempat sehari-hari bersosialisasi.

B. Implikasi

Implikasi pada penelitian yang telah dilaksanakan pada keluarga anggota Kelompok PEKKA Samawa terhadap penulis adalah sebagai berikut:

1. Ibu dapat menggantikan peran ayah dalam proses pengenalan dan penerapan nilai-nilai maskulin dalam diri anak;

2. Pekerjaan-pekerjaan yang bersifat maskulin dan biasa dilakukan sehari-hari oleh laki-laki dapat dikerjakan dan diselesaikan oleh perempuan;

3. Anak laki-laki yang dibesarkan di dalam lingkungan keluarga anggota Kelompok PEKKA Samawa tetap bersikap maskulin layaknya anak yang dibesarkan dengan struktur keluarga yang utuh.

C. Rekomendasi

Berdasarkan penelitian yang telah dilaksanakan sebelumnya oleh penulis, maka penulis merasa perlu untuk memberikan rekomendasi bagi pihak-pihak terkait untuk perbaikan di masa mendatang, yaitu sebagai berikut:

1. Bagi Pengelola Kelompok PEKKA Samawa Lembang

Berdasarkan data hasil temuan di lapangan, didapati bahwa ada kecenderungan yang menunjukan bahwa orang tua tunggal (ibu) masih mengalami kesulitan dalam mensosialisasikan nilai-nilai maskulin dan menerapkan perilaku maskulin di dalam diri anak-anaknya, sehingga terhadap pengelola Kelompok PEKKA Samawa penulis merekomendasikan pengelola untuk mengembangkan program pendampingan bidang pendidikan yang dapat menjawab permasalahan tersebut dan memberikan solusi pada orang tua tunggal (ibu) tentang bagaimana caranya mensosialisasikan nilai-nilai maskulin dan menerapkan perilaku maskulin di dalam diri anak-anaknya.

2. Bagi Keluarga Anggota Kelompok PEKKA Samawa Lembang

Berdasarkan hasil penelitian terlihat bahwa hanya ada beberapa anggota Kelompok PEKKA Samawa yang dapat mensosialisasikan nilai-nilai maskulin dan menerapkan perilaku maskulin di dalam diri anak-anaknya dengan cukup baik, sehingga penulis merekomendasikan agar anggota Kelompok PEKKA


(36)

Samawa yang lain mau belajar dan mencari tahu lebih banyak tentang upaya-upaya apa saja yang dilakukan oleh K1 sehingga dapat mensosialisasikan nilai-nilai maskulin dan menerapkan perilaku maskulin di dalam diri anak-anaknya dngan baik.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Penulis merekomendasikan bagi peneliti selanjutnya untuk mengembangkan dan melaksanakan penelitian lanjutan tentang Kualitas Pendidikan Keluarga di Lingkungan Anggota Kelompok PEKKA Samawa yang tidak mengikuti kegiatan pendampingan atau dapat juga melakukan penelitian tentang kualitas pendidikan keluarga dengan perempuan sebagai kepala keluarga yang tidak termasuk pada kelompok PEKKA manapun. .


(37)

89

Siti Rizki Nuranissa, 2015

IMPLEMENTASI NILAI-NILAI MASKULIN DALAM KELOMPOK PEREMPUAN KEPALA KELUARGA SAKINAH MAWADAH WARAHMAH (PEKKA SAMAWA) SEBAGAI UPAYA PENDIDIKAN KELUARGA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR RUJUKAN

Arifin, Zainal. (2013). Evaluasi Pembelajaran. Bandung: Remaja Rosdakarya Aw, Suranto. (2011). Komunikasi Interpersonal. Yogyakarta: Graha Ilmu

Azwar, Saifuddin. (2015). Sikap Manusia, Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

De Vito, Joseph. (2011). Komunikasi Antar Manusia. Jakarta: Kharisma Group Publishing

Djohani, Rianingsih. (1996). Dimensi Gender dalam Pengembangan Program Secara Partisipatif. Bandung: Studio Driya Media

Faisal, Sanapiah. (1981). Pendidikan Luar Sekolah. Surabaya: CV Usaha Nasional Gerungan. (2004). Psikologi Sosial. Bandung: Refika Aditama

Goode, William J. (2005). Sosiologi Keluarga. Jakarta: Sinar Grafika Offset Hurlock, B.Elizabeth. (1980). Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan

Sepanjang Rentang Kehidupan, Edisi Kelima. Jakarta: Erlangga

Jajat S.A dan Achmad Hufad. (2007). Sosiologi Antropologi Pendidikan. Bandung: UPI Press

Komara, Endang. (2007). Metode Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: Remaja Rosdakarya

Liliweri, Alo. (1994). Perspektif Teoritis Komunikasi Antar Pribadi. Bandung: PT.Citra Aditya Bakti

Muchson dan Samsuri. (2013). Dasar-dasar Pendidikan Moral. Yogyakarta: Ombak.

Purwanto, Ngalim. (1995). Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis. Bandung: Remaja Rosdakarya

Robbins, Stephen.P. (2001). Perilaku Organisasi, Edisi Bahasa Indonesia. Jakarta: PT Prenallindo

Saparinah S dan Soemarti P. (1995). Identitas Gender dan Peranan Gender. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia


(38)

Sigit, Soehardi. (2003). Perilaku Organisasional. Yogyakarta: Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa

Setiono, Kusdwiratri. (2011). Psikologi Keluarga. Bandung: PT. Alumni Soekanto, Soerjono. (2009). Sosiologi Keluarga. Jakarta: Rineka Cipta Solaeman, M.I. (1994). Pendidikan Dalam Keluarga. Bandung: Alfabeta

Soelaiman Joesoef dan Slamet. (1981). Pendidikan Luar Sekolah. Surabaya: CV. Usaha Nasional

Sugiyono. (2014). Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta

Suryadi, Ace. (2012). Pendidikan, Investasi SDM, dan Pengembangan. Bandung: Widya Aksara Press.

Tatang S dan Kurniasih. (2009). Pedagogik Teoritis Sistematis. Bandung: Percikan Ilmu

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 52 Tahun 2009 Tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga

Universitas Pendidikan Indonesia. (2014). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah UPI Tahun Akademik 2014/2015. Bandung: UPI

Willis, S.S. (2008). Remaja dan Masalahnya, Menguapas Berbagai Bentuk Kenakalan Remaja Seperti Narkoba, Free Sex, dan Pemecahannya. Bandung: Alfabeta

Yulius, Hendri. (2015). Coming out. Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia

Skripsi

Syar’an, Nasir, (2007). Maskulinitas dalam lklan Gudang Garam: Analisis Semiotik atas lklan Gudang Garam. (Skripsi). Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Gajah Mada, Yogyakarta.


(39)

91

Siti Rizki Nuranissa, 2015

IMPLEMENTASI NILAI-NILAI MASKULIN DALAM KELOMPOK PEREMPUAN KEPALA KELUARGA SAKINAH MAWADAH WARAHMAH (PEKKA SAMAWA) SEBAGAI UPAYA PENDIDIKAN KELUARGA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Makalah dalam Prosiding Seminar

Rahardjo, Yulfita. (1996). Seksualitas Manusia dan Masalah Gender: Dekonstruksi Sosial dan Reorientasi. Dalam Agus Dwiyanto dan Muhadjir Darwin (Editor), Prosiding Seminar Nasional Hak dan Kesehatan Reproduksi: Implikasi Pasal 7 Rencana Tindakan Kairo bagi Indonesia (hlm 259-266). Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.


(1)

Siti Rizki Nuranissa, 2015

IMPLEMENTASI NILAI-NILAI MASKULIN DALAM KELOMPOK PEREMPUAN KEPALA KELUARGA SAKINAH MAWADAH WARAHMAH (PEKKA SAMAWA) SEBAGAI UPAYA PENDIDIKAN KELUARGA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

anak akan melakukan identifikasi terhadap peran-peran maskulin dan feminin yang dilakukan oleh orang-orang sekitarnya.

Berbagai cara dilakukan orang tua (ibu) dalam menyampaikan tugas dan menerapkan pengendalian perilaku maskulin dalam diri anak, seperti dengan cara memberikannya nasihat, mencontohkan melalui perilaku orang terdekat, melalui tayangan di Televisi, memberikan hadiah dan hukuman, memberikan mainan sesuai dengan jenis kelamin anak, dll, serta biasanya kegiatan tersebut dilakukan secara turun temurun dari nenek moyang mereka.

Berkaitan dengan sosialisasi peran gender terutama proses penerapan pengendalian perilaku maskulin dalam diri anak-anak sangat berbeda pada masing-masing keluarga, hal ini dikarenakan setiap orang memiliki pandangan yang berbeda terhadap arti feminitas dan maskulinitas itu sendiri, sehingga memengaruhi proses sosialisasi peran gender dalam keluarga. Perbedaan pandangan tersebut disebabkan oleh beberapa faktor, seperti peran yang biasa dimainkan di rumah, kepercayaan, tingkat pendidikan, lingkungan, pekerjaan, budaya setempat dan nilai yang di anut pada masyarakat tersebut.

3. Hambatan Yang Dihadapi Dalam Penerapan Hasil Program Pendampingan Dalam Proses Pendidikan Keluarga Anggota Kelompok PEKKA Samawa

Berdasarkan data temuan penelitian menunjukan bahwa orang tua tidak selalu berhasil dalam menerapkan hasil program pendampingan, sehingga perubahan perilaku yang diinginkan tidak dapat terjadi. Kegagalan tersebut menunjukan bahwa ada hambatan-hambatan yang harus dihadapi oleh orang tua dalam mengkomunikasikan dan menerapkan hasil program pendampingan tersebut. Di mana hambatan-hambatan tersebut berbeda pada masing-masing keluarga, tetapi secara umum hambatan-hambatan tersebut dapat digolongkan ke dalam dua kategori, yaitu hambatan yang berasal dari dalam keluarga dan hambatan yang berasal dari luar keluarga.

Hambatan yang berasal dari dalam keluarga diantaranya adalah berkaitan dengan komunikasi antara orang tua dengan anak, status sosial ekonomi keluarga, dan ketidak utuhan struktur keluarga. Disamping hambatan yang berasal dari dalam keluarga, orang tua juga menghadapi hambatan yang berasal dari luar


(2)

Siti Rizki Nuranissa, 2015

IMPLEMENTASI NILAI-NILAI MASKULIN DALAM KELOMPOK PEREMPUAN KEPALA KELUARGA SAKINAH MAWADAH WARAHMAH (PEKKA SAMAWA) SEBAGAI UPAYA PENDIDIKAN KELUARGA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

keluarga dalam menerapkan program pendampingan tersebut, hambatan terbesar yang berasal dari luar keluarga adalah lingkungan tempat sehari-hari bersosialisasi.

B. Implikasi

Implikasi pada penelitian yang telah dilaksanakan pada keluarga anggota Kelompok PEKKA Samawa terhadap penulis adalah sebagai berikut:

1. Ibu dapat menggantikan peran ayah dalam proses pengenalan dan penerapan nilai-nilai maskulin dalam diri anak;

2. Pekerjaan-pekerjaan yang bersifat maskulin dan biasa dilakukan sehari-hari oleh laki-laki dapat dikerjakan dan diselesaikan oleh perempuan;

3. Anak laki-laki yang dibesarkan di dalam lingkungan keluarga anggota Kelompok PEKKA Samawa tetap bersikap maskulin layaknya anak yang dibesarkan dengan struktur keluarga yang utuh.

C. Rekomendasi

Berdasarkan penelitian yang telah dilaksanakan sebelumnya oleh penulis, maka penulis merasa perlu untuk memberikan rekomendasi bagi pihak-pihak terkait untuk perbaikan di masa mendatang, yaitu sebagai berikut:

1. Bagi Pengelola Kelompok PEKKA Samawa Lembang

Berdasarkan data hasil temuan di lapangan, didapati bahwa ada kecenderungan yang menunjukan bahwa orang tua tunggal (ibu) masih mengalami kesulitan dalam mensosialisasikan nilai-nilai maskulin dan menerapkan perilaku maskulin di dalam diri anak-anaknya, sehingga terhadap pengelola Kelompok PEKKA Samawa penulis merekomendasikan pengelola untuk mengembangkan program pendampingan bidang pendidikan yang dapat menjawab permasalahan tersebut dan memberikan solusi pada orang tua tunggal (ibu) tentang bagaimana caranya mensosialisasikan nilai-nilai maskulin dan menerapkan perilaku maskulin di dalam diri anak-anaknya.

2. Bagi Keluarga Anggota Kelompok PEKKA Samawa Lembang

Berdasarkan hasil penelitian terlihat bahwa hanya ada beberapa anggota Kelompok PEKKA Samawa yang dapat mensosialisasikan nilai-nilai maskulin dan menerapkan perilaku maskulin di dalam diri anak-anaknya dengan cukup baik, sehingga penulis merekomendasikan agar anggota Kelompok PEKKA


(3)

Siti Rizki Nuranissa, 2015

IMPLEMENTASI NILAI-NILAI MASKULIN DALAM KELOMPOK PEREMPUAN KEPALA KELUARGA SAKINAH MAWADAH WARAHMAH (PEKKA SAMAWA) SEBAGAI UPAYA PENDIDIKAN KELUARGA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Samawa yang lain mau belajar dan mencari tahu lebih banyak tentang upaya-upaya apa saja yang dilakukan oleh K1 sehingga dapat mensosialisasikan nilai-nilai maskulin dan menerapkan perilaku maskulin di dalam diri anak-anaknya dngan baik.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Penulis merekomendasikan bagi peneliti selanjutnya untuk mengembangkan dan melaksanakan penelitian lanjutan tentang Kualitas Pendidikan Keluarga di Lingkungan Anggota Kelompok PEKKA Samawa yang tidak mengikuti kegiatan pendampingan atau dapat juga melakukan penelitian tentang kualitas pendidikan keluarga dengan perempuan sebagai kepala keluarga yang tidak termasuk pada kelompok PEKKA manapun. .


(4)

Siti Rizki Nuranissa, 2015

IMPLEMENTASI NILAI-NILAI MASKULIN DALAM KELOMPOK PEREMPUAN KEPALA KELUARGA SAKINAH MAWADAH WARAHMAH (PEKKA SAMAWA) SEBAGAI UPAYA PENDIDIKAN KELUARGA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR RUJUKAN

Arifin, Zainal. (2013). Evaluasi Pembelajaran. Bandung: Remaja Rosdakarya Aw, Suranto. (2011). Komunikasi Interpersonal. Yogyakarta: Graha Ilmu

Azwar, Saifuddin. (2015). Sikap Manusia, Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

De Vito, Joseph. (2011). Komunikasi Antar Manusia. Jakarta: Kharisma Group Publishing

Djohani, Rianingsih. (1996). Dimensi Gender dalam Pengembangan Program Secara Partisipatif. Bandung: Studio Driya Media

Faisal, Sanapiah. (1981). Pendidikan Luar Sekolah. Surabaya: CV Usaha Nasional Gerungan. (2004). Psikologi Sosial. Bandung: Refika Aditama

Goode, William J. (2005). Sosiologi Keluarga. Jakarta: Sinar Grafika Offset Hurlock, B.Elizabeth. (1980). Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan

Sepanjang Rentang Kehidupan, Edisi Kelima. Jakarta: Erlangga

Jajat S.A dan Achmad Hufad. (2007). Sosiologi Antropologi Pendidikan. Bandung: UPI Press

Komara, Endang. (2007). Metode Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: Remaja Rosdakarya

Liliweri, Alo. (1994). Perspektif Teoritis Komunikasi Antar Pribadi. Bandung: PT.Citra Aditya Bakti

Muchson dan Samsuri. (2013). Dasar-dasar Pendidikan Moral. Yogyakarta: Ombak.

Purwanto, Ngalim. (1995). Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis. Bandung: Remaja Rosdakarya

Robbins, Stephen.P. (2001). Perilaku Organisasi, Edisi Bahasa Indonesia. Jakarta: PT Prenallindo

Saparinah S dan Soemarti P. (1995). Identitas Gender dan Peranan Gender. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia


(5)

Siti Rizki Nuranissa, 2015

IMPLEMENTASI NILAI-NILAI MASKULIN DALAM KELOMPOK PEREMPUAN KEPALA KELUARGA SAKINAH MAWADAH WARAHMAH (PEKKA SAMAWA) SEBAGAI UPAYA PENDIDIKAN KELUARGA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Sigit, Soehardi. (2003). Perilaku Organisasional. Yogyakarta: Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa

Setiono, Kusdwiratri. (2011). Psikologi Keluarga. Bandung: PT. Alumni Soekanto, Soerjono. (2009). Sosiologi Keluarga. Jakarta: Rineka Cipta Solaeman, M.I. (1994). Pendidikan Dalam Keluarga. Bandung: Alfabeta

Soelaiman Joesoef dan Slamet. (1981). Pendidikan Luar Sekolah. Surabaya: CV. Usaha Nasional

Sugiyono. (2014). Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta

Suryadi, Ace. (2012). Pendidikan, Investasi SDM, dan Pengembangan. Bandung: Widya Aksara Press.

Tatang S dan Kurniasih. (2009). Pedagogik Teoritis Sistematis. Bandung: Percikan Ilmu

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 52 Tahun 2009 Tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga

Universitas Pendidikan Indonesia. (2014). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah UPI Tahun Akademik 2014/2015. Bandung: UPI

Willis, S.S. (2008). Remaja dan Masalahnya, Menguapas Berbagai Bentuk Kenakalan Remaja Seperti Narkoba, Free Sex, dan Pemecahannya. Bandung: Alfabeta

Yulius, Hendri. (2015). Coming out. Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia

Skripsi

Syar’an, Nasir, (2007). Maskulinitas dalam lklan Gudang Garam: Analisis Semiotik atas lklan Gudang Garam. (Skripsi). Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Gajah Mada, Yogyakarta.


(6)

Siti Rizki Nuranissa, 2015

IMPLEMENTASI NILAI-NILAI MASKULIN DALAM KELOMPOK PEREMPUAN KEPALA KELUARGA SAKINAH MAWADAH WARAHMAH (PEKKA SAMAWA) SEBAGAI UPAYA PENDIDIKAN KELUARGA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Makalah dalam Prosiding Seminar

Rahardjo, Yulfita. (1996). Seksualitas Manusia dan Masalah Gender: Dekonstruksi Sosial dan Reorientasi. Dalam Agus Dwiyanto dan Muhadjir Darwin (Editor), Prosiding Seminar Nasional Hak dan Kesehatan Reproduksi: Implikasi Pasal 7 Rencana Tindakan Kairo bagi Indonesia (hlm 259-266). Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.