PEMBERDAYAAN PEREMPUAN KEPALA KELUARGA (PEKKA) DALAM MENINGKATKAN EKONOMI KELUARGA DI TAMBAK MADU KECAMATAN SIMOKERTO SURABAYA.

(1)

SKRIPSI

Diajukan Kepada Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan dalam Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu

Sosial Islam (S. SOS.I)

Oleh : Muallifatul Jannah

B02212019

PROGRAM STUDI PENGEMBANGAN MASYARAKAT ISLAM JURUSAN DAKWAH

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA 2016


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

PEMBERDAYAAN PEREMPUAN KEPALA KELUARGA (PEKKA) DALAM MENINGKATKAN EKONOMI KELUARGA DI TAMBAK MADU

KECAMATAN SIMOKERTO SURABAYA Oleh:

Muallifatul Jannah

ABSTRAK

Tambak Madu adalah sebuah kampung yang terletak di kota Surabaya. Di tempat ini pendampingan PEKKA dalam meningkatkan ekonomi keluarga. Dimana para PEKKA di Kampung Tambak Madu bekerja keras untuk menafkahi keluarga dikarenakan suami yang tidak memiliki pekerjaan sehingga perempuan bekerja menggantikan sang suami yang tidak memiliki pekerjaan hingga disebut dengan PEKKA (perempuan kepala keluarga) yang menggantikan posisi suami menafkahi keluarga. Dalam pendampingan ini penelitian akan menggunakan pendekatan PAR (Participatory Action Research) yang dengan langkah yang pertama inkulturasi atau mengenal masyarakat, penemuan masalah-masalah yang ada di masyarakat, memecahkan dan mencari solusi, menyusun strategi untuk mencapai tujuan, melakukan aksi, mengevaluasi aksi yang dilakukan dan melakukan refleksi. Dari langkah-langkah ini akan mempermudah pendampingan dalam mengetahui apa yang terjadi di kehidupan masyarakat.

Pendampingan ini menfokuskan kepada peningkatan ekonomi keluarga. Dari hasil FGD (Focus Group Discussion) bersama para perempuan di Tambak Madu Surabaya bersepakat bahwa strategi pemecahan masalah PEKKA adalah membentuk kelompok perempuan agar bisa membuka usaha kecil, mengadakan pelatihan membuat jajanan supaya warga Tambak Madu sebelum membuka usaha mereka memiliki keahliaan dalam membuat jajanan untuk membuka usaha dan yang terakhir yakni mencari jaringan untuk memodali usaha para perempuan Tambak Madu ini. Aksi yang sudah dilakukan ini sudah berjalan sesuai dengan rencana dan strategi. Diharapkan dengan adanya aksi pendampingan ini para perempuan Tambak Madu bisa meningkatkan pendapatan mereka dalam pemenuhan kebutuhan hidupnya dan keluarga mereka. Dan dengan adanya pendampingan ini masyarakat bisa memanfaatkan waktu luang mereka untuk membuka usaha kecil supaya ada tambahan untuk pemenuhan kebutuhan hidup keluarga.


(7)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

PERSETUJUAN BIMBINGAN ... iii

PENGESAHAN ... iv

SURAT PERNYATAAN KEASLIAN ... v

MOTTO ... vi

PERSEMBAHAN ... vii

KATA PENGANTAR... ix

ABSTRAK ... xi

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR TABEL ... xvii


(8)

BAB I : PENDAHULUAN

A. Konteks Problem ... 1

B. Fokus Pendampingan... 5

C. Tujuan Pendampingan ... 6

D. Manfaat Penelitian... 6

E. Penelitian Terdahulu yang Relevan... 6

F. Definisi Konsep... 9

G. Sistematika Pembahasan... 12

BAB II : KAJIAN TEORI A. Pemberdayaan Perempuan ... 15

B. Peran Gender ... 17

C. Perubahan Sosial... 18

D. Dakwah Bil Hal dalam Pemberdayaan ... 21

BAB III : METODE PENELITIAN A. Pengertian PAR ... 25

B. Metode PAR ... 26

C. Strategi Pendampingan... 32

BAB IV : SELAYANG PANDAN KAMPUNG TAMBAK MADU A. Kondisi Geografis dan Demografis ... 35

B. Kondisi Ekonomi ... 37

C. Kondisi Pendidikan... 40


(9)

BAB V : PROBLEMATIKA KONDISI PEREMPUAN

A. Gambaran Kondisi PEKKA ... 48

B. Ketidakberdayaan Perempuan ... 55

BAB VI : PROSES AKSI A. Strategi Penguatan Ekonomi Keluarga ... 62

B. Membangun Kelompok Perempuan ... 65

C. Membangun Jaringan untuk Bantuan Modal ... 67

D. Pelatihan Keterampilan Membuat Jajanan ... 69

BAB : VII : CERITA AKHIR PENDAMPINGAN... 82

BAB : VIII : PENUTUP ... 90

A. Kesimpulan... 90

B. Rekomendasi ... 91 DAFTAR PUSTAKA


(10)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 : Peta perbatasan Tambak Madu

Gambar 2 : Kondisi rumah warga gang IV

Gambar 3 : Grafik belanja pangan

Gambar 4 : Kondisi sekolah di Tambak Madu

Gambar 5 : Kegiatan tahlilan bapak-bapak

Gambar 6 :Kegiatan diba’an ibu-ibu

Gambar 7 : Bu khoiriyah

Gambar 8 : Bu sugiati

Gambar 9 : Bu suwarni

Gambar 10 : Para perempuan diskusi

Gambar 11 : FGD setelah acara arisan

Gambar 12 : Pegawai koperasi kelompok perempuan

Gambar 13 : Oven untuk pelatihan

Gambar 14 : Hasil kue nastar

Gambar 15 : Proses pembuatan onde-onde


(11)

Gambar 17 : Hasil jajan keciput

Gambar 18 : Hasil jajan unthuk yuyu

Gambar 19 : Pembuatan jajan kacang praline

Gambar 20 : Hasil jajan kacang praline


(12)

DAFTAR TABEL

Tabel 1 : Jumlah penduduk

Tabel 2 : Contoh belanja pangan

Tabel 3 : Jadwal mengajar TPQ

Tabel 4 : Nama-nama Kelompok perempuan

DAFTAR BAGAN

Bagan : Analisis Pohon Masalah


(13)

BAB I PENDAHULUAN

A. Konteks Problem

Perempuan merupakan makhluk lemah lembut dan penuh kasih sayang karena perasaannya yang halus. Secara umum sifat perempuan yaitu keindahan, kelembutan serta rendah hati dan memelihara. Demikianlah gambaran perempuan yang sering terdengar di sekitar kita. Perbedaan secara anatomis dan fisiologis menyebabkan pula perbedaan pada tingkah lakunya, dan timbul juga perbedaan dalam hal kemampuan, selektif terhadap kegiatan-kegiatan intensional yang bertujuan dan terarah dengan kodrat perempuan. Perempuan secara etimologis berasal dari kata empu yang artinya dihargai.1

Dimana perempuan memiliki hak untuk dihargai dan dimengerti oleh laki-laki. Perempuan juga harus disayangi sebab perempuan memiliki hati yang lemah lembut dan tidak bisa untuk dikerasi sedikitpun. Sedangkan Para ilmuan seperti Plato, mengatakan bahwa perempuan ditinjau dari segi kekuatan fisik maupun spiritual, mental perempuan lebih lemah dari laki-laki, tetapi perbedaan tersebut tidak menyebabkan adanya perbedaan dalam bakatnya.2

1

Zaitunah Subhan,Qodrat Perempuan Taqdir atau Mitos(Yogyakarta: Pustaka Pesantren, 2004). Hal.43

2


(14)

Dalam realita peran perempuan lebih banyak dibandingkan laki-laki. Dan sudah banyak perempuan terkenal sebagai perempuan yang tangguh dalam segala hal yang disebut dengan PEKKA3(perempuan kepala keluarga). Beban ganda lebih sering dialamatkan kepada perempuan. Ia yang sudah berperan ganda dalam keseharian, mengurusi anak sekaligus membantu mencari nafkah untuk mencukupi kehidupannya. Ekonomi rumah tangga mereka yang miskin sehingga mengharuskan perempuan atau istri membantu bekerja, dengan pekerjaan apa saja yang sesuai dengan kemampuan. Seorang perempuan berusia 46 tahun mengatakan jika dilihat dalam kehidupan nyata hasil dari pendapatan perempuan sangat besar membantu ekonomi keluarga dibandingkan penghasilan laki-laki.4

Tepatnya di Tambak Madu Surabaya ini terdapat perempuan bekerja untuk pemenuhan kebutuhannya. Dari jumlah KK 76 ada sekitar 42 perempuan bekerja dengan rincian 6 perempuan kepala keluarga yang suaminya menganggur tidak memiliki pekerjaan, 9 perempuan menjadi kepala keluarga dikarenakan suami telah meninggal dunia/ditinggal cerai oleh suami dan sisanya 27 perempuan bekerja karena penghasilan suami yang tidak pasti dan kurang.5 Sehingga menjadikan perempuan membantu bekerja untuk memenuhi kebutuhannya. Dalam kesehariannya perempuan merelakan diri untuk mencukupi kebutuhannya menggantikan posisi sang suami yang tidak bisa untuk mencukupi semua kebutuhan sehari-hari.

3

Istilah ini diambil dari http://www.mampu.or.id/id/partner/pekka-pemberdayaan-perempuan-kepala-keluarga diakses pada 30 maret 2016

4

Wawancara pada tanggal 20 maret 2016 dengan Suwarni usia 46tahun 5


(15)

Salah satu perempuan berusia sekitar 49 tahun mengatakan kalau hanya mengandalkan hasil kerja suami tidak cukup untuk kebutuhan sehari-hari sebab suami itu lebih banyak menggunakan penghasilannya untuk membeli kebutuhannya sendiri (rokok, bensin dan lain-lain) dibandingkan mencukupi kebutuhan anak-anaknya. Dan kerjanya pun tidak bisa diperkirakan pasti dapat upah. Karena pekerjaan yang dikerjakan ketika ada barang saja, jika tidak ada barang maka mereka tidak bisa bekerja dan menganggur. Sebab kerjanya hanya jadi kuli sepatu.6 Dengan alasan begini para perempuan harus memilih untuk mencari kerjaan sampingan agar semua kebutuhan tercukupi walaupun tidak semuanya. Setidaknya ada sedikit usaha untuk mendapatkan upah.

Padahal sebenarnya sudah jelas laki-lakilah yang memiliki kewajiban untuk menafkahi dan mencukupi semua kebutuhan istri dan anak-anaknya. Seorang laki-laki jika menikahi seorang wanita, maka wajib baginya memberinya nafkah kepada keluarganya. Adapun dasar hukum tentang eksistensi dan kewajiban nafkah terdapat dalam beberapa ayat Al-Qur’an, hadis Rasulullah, kesepakatan para imam madzhab maupun UU yang ada di Indonesia, diantaranya adalah : Surat Ath-Thalaq ayat 6

                                 6


(16)

“Tempatkanlah mereka (para isteri) dimana kamu bertempat tinggal menurut kemampuanmu dan janganlah kamu menyusahkan mereka untuk menyempitkan hati mereka karena ingin utuk menyempitkan mereka. Jika mereka hamil berikan mereka belanja sampai lahir kandungan mereka. Jika mereka menyusukan untukmu (anakmu) berilah upah (imbalannya). Bermusyawarahlah kamu dengan sebaik-baiknya. Tetapi jika kamu kepayahan hendaklah (carilah) perempuan lain yang akan menyusukannnya). (QS: Ath-Thalaq ayat 6)7

Dalam ayat di atas dapat dipahami bahwasannya suami wajib memberikan istri tempat berteduh dan nafkah lainnya. Dan istri harus mengikuti suami dan bertempat tinggal di tempat suami. Besarnya kewajiaban nafkah tergantung pada keleluasaan suami. Jadi pemberian nafkah berdasarkan atas kesanggupan suami bukan permintaan istri.8 Dengan ayat di atas sudah terlihat bahwa laki-laki yang memiliki kewajiban untuk memenuhi kebutuhan hidupnya bukan perempuan yang banyak peran untuk mencukupinya. Namun dalam realitanya semua itu tidak terjadi karena laki-laki lebih santai dan tidak bisa mencukupi kebutuhannya. Justru perempuan yang lebih banyak berperan aktif dalam usaha untuk mencukupi semua kehidupan hidupnya.

Rasulullah bersabda;

اﺮ ﻔﻛ

“Kefakiran itu bisa menjerumuskan pada kekufuran”.9

7

Departemen Agama,Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Bandung: CV Penerbit Diponegoro),Hal. 946

8

Drs. H. Rahmat Hakim, Hukum Pernikahan Islam.(Bandung: Pustaka Setia, 2000). Hal.101 9

Al-Hafidz al-Iraqy, Takhrij alhadits al-ihya’, (jilid 3 bab Dzammul Hasad kitab ash-shabr hadis no.2, hal 25


(17)

Makna ayat diatas menjelaskan orang yang malas bekerja akan membuat kepada dirinya menjadi kufur. Sedangkan pada kehidupan nyata ada sebagian laki-laki yang malas untuk mencukupi kebutuhan keluarganya. Dikarenakan pekerjaan yang dulu mereka kerjakan sekarang tidak bisa mereka kerjakan dan tidak bisa untuk dijadikan pendapatan utama. Sebab pekerjaan mereka yang hanya menjadi seorang kuli yang harus bergantung kepada pesanan orang. Sehingga mereka tidak punya keinginan untuk kerja yang lain sebab mereka beranggapan hanya bisa bekerja sebagai kuli. Dengan tidak bisanya laki-laki untuk dijadikan penghasil kebutuhan keluarga, maka perempuanlah yang menjadikan posisinya untuk menambah pendapatan keluarga agar semua kebutuhan sehari-hari bisa tercukupi dengan baik.

B. Fokus Pendampingan

Penelitian ini dilakukan di Tambak Madu Kecamatan Simokerto Surabaya, dengan fokus pendampingan perempuan Tambak Madu dalam meningkatkan ekonomi keluarga dengan cara memanfaatkan potensi yang dimiliki oleh perempuan-perempuan tangguh ini dan asset yang dapat diberdayakan untuk mengatasi masalah yang ada. Dengan fokus :

1. Bagaimana pola pendampingan partisipasi perempuan Tambak Madu dalam proses meningkatkan ekonomi keluarga?

2. Bagaimana pola membangun partisipasi perempuan Tambak Madu dalam proses aksi bersama untuk perubahan?


(18)

C. Tujuan Pendampingan

Tujuan dari penelitian ini yang pertama yakni agar mengetahui bagaimana kehidupan nyata yang dialami oleh perempuan kepala keluarga yang tinggal di Tambak Madu Surabaya dan agar bisa mengetahui bagaimana peran perempuan kepala keluarga dalam mencukupi kebutuhan hidupnya yang langsung dibebankan pada perempuan yang seharusnya kaum laki-laki yang berhak mencukupi kebutuhan keluarganya.

Dan yang kedua agar peneliti mengetahui apa saja masalah-masalah yang dihadapi oleh perempuan kepala keluarga dalam meningkatkan ekonomi keluarganya di Tambak Madu Surabaya. Bagaimana perempuan kepala keluarga memperkuat penghasilannya untuk meningkatkan ekonomi keluarganya. Dan mencari solusi-solusi supaya ekonomi keluarga bisa meningkat dengan memanfaatkan keterampilan yang dimiliki para perempuan.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini terbagi menjadi dua ada manfaat bagi masyarakat dan manfaat bagi penulis/peneliti :

1. Bagi masyarakat : adanya fasilitator ini masyarakat bisa termudahkan dalam menggali kemampuan dan keahlian terpendam yang dimiliki masyarakat, agar kemapuan itu bisa tertuangkan dengan baik dan tepat pada tempatnya supaya keahlian yang dimiliki oleh masyarakat tidak terbuang sia-sia. Dan agar masalah-masalah yang dihadapi oleh


(19)

masyarakat bisa terpecahkan dan bisa mencari solusi yang terbaik. Supaya masyarakat tidak bingung dengan masalah-masalah yang telah menghadang pada kehidupannya.

2. Bagi peneliti : manfaat penelitian ini sendiri yakni agar penulis mengetahui bagaimana perjuangan seorang perempuan memenuhi kebutuhannya dengan kerja kerasnya dan memberikan pengalaman baru kepada penulis.

E. Penelitian Terdahulu yang Relevan

Berdasarkan masalah yang terjadi maka peneliti melihat beberapa penelitian terdahulu yang relevan diantaranya yakni :

Yang pertama “Jurnal Pemberdayaan Perempuan (Study kasus pedagang jamu di Gedung Johor Medan)” oleh Darmono Haulay yang di dalam jurnalnya berisikan tentang pemberdayaan perempuan pedagang jamu melalui pemberdayaan ekonominya. Dimana para-para pedagang jamu ini adalah asli orang perantauan yang mengadu nasib di kota Medan. Hanya demi merubah nasib dan perekonomian mereka. Peneliti memberdayaan perempuan pedagang jamu ini melalui ekonominya yang meliputi pemberdayaan dalam pelatihan memotivasi kewirausahaan, pentingnya pendidikan dan pelatihan memanajemen penghasilannya.10

10

Darmono Haulay, “Jurnal harmoni sosial:Pemberdayaan Perempuan (Study kasus pedagang jamu di Gedung Johor Medan)”, September 2006, volume I no 1


(20)

Yang kedua “Skripsi Upaya Pemberdayaan Buruh Tani Perempuan dalam Pengembangan Ekonomi Keluarga di Dusun Banyulegi Desa Gempolmanis Kec. Sambeng Kab. Lamongan” oleh Ni’matul Firdausi yang di dalam penelitiannya memberdayakan perempuan buruh tani dalam memanfaatkan asset yang ada di desa tersebut. Hal ini dimaksudkan agar supaya buruh tani perempuan ini bisa berdaya dan tidak lagi bergantung pada mereman yang sifatnya musiman. Akan tetapi hal ini tidak serta merta dilakukan tanpa memperhatikan kodratnya sebagai ibu rumah tangga yang harus mengurus segala keperluan rumah tangga. Jadi, salah satu yang bisa dilakukan yakni dengan memperhatikan apa saja keterampilan yang dimiliki oleh buruh tani perempuan, selain mereman. Hal ini juga bisa dilakukan dengan memanfaatkan potensi lokal yang ada di Dusun Banyulegi, agar supaya kegiatan ini dapat berkelanjutan. Sehingga dengan adanya atau tidak adanya pendamping lapangan di Dusun Banyulegi, para buruh tani perempuan ini masih bisa mengembangkan keterampilan lokal yang dimilikinya tersebut. Yakni keterampilan yang dimaksud adalah keterampilan membuat tikar karena di dusun ini banyak tanaman pandan duri.11

F. Definisi Konsep

Definisi konsep yang dipilih dalam penelitian ini perlu ditentukan ruang lingkup dan batasan persoalannya. Sehingga persoalan-persoalan tersebut

11

Ni’matul Firdausi, ”Skripsi : Upaya Pemberdayaan Buruh Tani Perempuan dalam Pengembangan Ekonomi Keluarga di Dusun Banyulegi Desa Gempolmanis Kec. Sambeng Kab. Lamongan” tahun 2014.


(21)

tidak kabur, di samping itu konseptualisasi agar terhindar dari saling salah pengertian mengenai konsep-konsep yang digunakan, sehingga akan menjadi mudah memahami masalah yang dibahas.

1. Pemberdayaan

Secara etimologis pemberdayaan berasal pada kata dasar “daya” yang berarti kekuatan atau kemampuan. Bertolak dari pengertian tersebut, maka pemberdayaan dapat dimaknai sebagai suatu proses menuju berdaya, atau proses untuk memperoleh daya, kekuatan, kemampuan atau pemberian kekuatan dari pihak yang memiliki daya kepada pihak yang kurang atau belum berdaya.

Upaya pemberdayaan masyarakat sendiri perlu didasari pemahaman bahwa munculnya ketidakberdayaan masyarakat akibat masyarakat tidak memiliki kekuatan (powerless). Faktor yang lain dikarenakan adanya ketimpangan. Ketimpangan yang sering kali terjadi di masyarakat meliputi12:

a. Ketimpangan struktural yang terjadi di antara kelompok primer, seperti perbedaan kelas antara orang kaya (the have) dengan orang miskin (the have not) dan antara buruh dengan majikan; ketidaksetaraan gender; perbedaan ras maupun perbedaan etnis yang tercermin pada perbedaan antara masyarakat lokal; dengan pendatang dan antara kaum minoritas dengan mayorits.

12

Agus Afandi,Dasar-Dasar Pengembangan Masyarakat Islam, (Surabaya : IAIN Sunan Ampel Press, 2013). Hal. 136


(22)

b. Ketimpangan kelompok akibat perbedaan usia, kalangan tua dengan muda, keterbatasan fisik, mental dan intelektual, masalahgay-lesbi, isolasi geografis dan sosial (ketertinggalan dan keterbelakangan). c. Ketimpangan personal akibat faktor kematian, kehilangan

orang-orang yang dicintai, persoalan pribadi, dan keluarga.

Dari beberapa pengetian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pemberdayaan adalah proses menempatkan manusia sebagai subjek dari dunianya sendiri, dengan tujuan menghilangkan ketimpangan struktur sosial yang tidak adil dan masyarakat dapat menyelesaikan masalah yang dihadapinya.

2. PEKKA (Perempuan Kepala Keluarga)

PEKKA adalah perempuan yang menjadi kepala keluarga karena suami tidak mampu untuk menjadi kepala keluarga yang mencukupi kebutuhan kesehariannya sehingga perempuan yang menggantikan posisi suami menjadi kepala keluarga dan mengurus semua pekerjaan rumah. Dan mencukupi semua kebutuhan anak dan keluarga mereka. Sebab sang suami yang tidak produktif menjadikan perempuan bekerja untuk mencukupi semua kebutuhan yang dibutuhkan. Sebab jika tidak keluarga mereka tidak akan bisa makan dan memenuhi semua kebutuhan untuk kesaharian mereka.


(23)

3. Peningkatan Ekonomi

Dalam peningkatan ekonomi ini yakni dimana ekonomi keluarga yang sebelumnya selalu kurang dalam pemenuhan kebutuhannya. Bisa berubah menjadi lebih baik dari sebelumnya dan bisa bertambahnya pendapatan keluarga. Dengan bertambahnya pendapatan bisa dikatakan bahwasannya ekonomi keluarga mengalami peningkatan. Dengan adanya peningkatan ini maka semua kebutuhan akan tercukupi dengan baik. Dari kehidupan sebelumnya. Karena pendapatan mereka yang sangat pas-pasan dengan kebutuhan yang mereka alami, sehingga dikatakan bahwa ekonomi mereka kurang. Maka diharapkan dengan adanya membuka usaha bisa menambahkan kebutuhan hidup keluarga. 4. Tambak Madu

Tambak Madu adalah sebuah kampung yang berada di Kelurahan Tambak Rejo Kecamatan Simokerto Kota Surabaya. Dimana di kampung ini terdapat banyak perempuan yang bekerja untuk tambahan kebutuhan hidup keluarganya. Dan menggantikan posisi suami atau membantu pendapatan sang suami untuk memenuhi semua kebutuhan sehari hari.

Dari konsep di atas yang dilakukan yakni pendampingan perempuan PEKKA di Tambak Madu Surabaya. Dimana dengan adanya pendampingan ini diusahakan para perempuan-perempuan Tambak Madu ini bisa memiliki tambahan pendapatan untuk mencukupi hidup keluarga mereka. Dengan


(24)

membuka usaha melalui kelompok arisan atau yang biasa disebut dengan arisan pkk yang dikelolah oleh para ibu-ibu.

G. Sistematika Pembahasan

BAB I: Pendahuluan menjelaskan tentang konteks problem yang ada di lokasi pendampingan, fokus pendampingan bagaimana fokus pendampingan yang akan dilakukan, tujuan pendampingan, manfaat pendampingan, penelitian terdahulu yang relevan, defenisi konsep dan sistematika pembahasan.

BAB II: menjelaskan kajian teoritik yang berisi tentang pemberdayaan masyarakat, kajian teori yang akan dipakai peneliti. Dalam penelitian ini, peneliti bukan untuk menguji teori tetapi peneliti mencoba menemukan teori baru dari realitas yang ada. Teori yang akan dipakai oleh peneliti yakni teori pemberdayaan perempuan, dakwah bil hal dalam pemberdayaan, dan teori ekonomi dalam peningkatan pendapatan keluarga.

BAB III: Menjelaskan tentang metode pendampingan, antara lain: Pengertian Participatory Action Research apa yang dimaksud dengan PAR sendiri, bagaimana Metodologi PAR, dan bagaimana strategi pendampingannya.

BAB IV : Selayang pandang kampung Tambak Madu Menjelaskan tentang kondisi geografis dan kondisi demografi, kondisi perekonomian warga Kampung Tambak Madu, kondisi pendidikan warga, dan apa saja


(25)

kebudayaan yang tetap dilakukan oleh warga Kampung Tambak Madu sendiri.

BAB V: Analisa problematika keluarga dimana dalam analisa problematic ini akan muncul permasalahan-permasalah yang telah dialami oleh para perempuan yang ada di Kampung Tambak Madu ini dan di dalam pembahasan problematika ini menjelaskan tentang gambaran umum kondisi PEKKA, ketidakberdayaan perempuan dan menganalisi masalah masalah di dalam pohon masalah yang didapatkan dari hasil diskusi bersama para perempuan Kampung Tambak Madu.

BAB VI: Membahas Proses Aksi pendampingan dimana dalam pembahasan ini akan menjelaskan tentang bagaimana strategi yang dilakukan dalam mencari solusi permasalahan agar kedepannya para perempuan ini bisa mendapatkan pendapatan tambahan untuk kehidupan mereka, dan proses aksi sendiri yang pertama yakni pembentukan kelompok perempuan yang terdirikan dari sepuluh orang perempuan, dan yang kedua yakni pelatihan pembuatan jajanan yang diadakan sebanyak empat kali dan membangun serigan menggali modal yakni modal yang didapatkan dari lembaga koperasi kelompok perempuan.

BAB VII: membahas tentang akhir cerita selama pendampingan di Tambak Madu Kecamatan Simokerto Surabaya. Dimana peneliti ditempat ini mendapatkan pengalaman yang baru agar kedepannya bisa lebih baik dari kehidupan yang sebelumnya.


(26)

BAB VIII : Penutup berisikan: kesimpulan, rekomendasi dan saran dimana kesimpulan yang menjelaskan tentang penelitian yang menjadi pendampingan di Tambak Madu Surabaya dan kesimpulan ini meringkas tentang pembahasan pendampingan yang dilakukan oleh peneliti, rekomendasi pendampingan dan yang terakhir yakni saran dimana peneliti sangatlah membutuhkan saran pada semua karena penelit sangatlah jauh dari kesempurnaan maka dari itu peneliti sangatlah membutuhkan saran untuk membangun kedepannya lebih baik lagi.


(27)

(28)

BAB II KAJIAN TEORI

A. Pemberdayaan Perempuan

Pemberdayaan merupakan transformasi hubungan kekuasaan antara laki-laki dan perempuan pada empat level yang berbeda, yakni keluarga, masyarakat, pasar dan negara. Konsep pemberdayaan dapat dipahami dalam dua konteks.13Pertama, kekuasaan dalam proses pembuatan keputusan dengan titik tekan pada pentingnya peran perempuan. Kedua, pemberdayaan dalam term yang berkaitan dengan fokus pada hubungan antara pemberdayaan perempuan dan akibatnya pada laki-laki di masyarakat yang beragam.

Dalam upaya memberdayakan masyarakat dapat dilihat dari tiga sisi, yaitu :

Pertama, menciptakan suasana atau iklim yang memungkinkan potensi masyarakat berkembang (enabling). Disini titik tolaknya adalah pengenalan bahwa setiap manusia, setiap masyarakat, memiliki potensi yang dapat dikembangkan. Artinya, tidak ada masyarakat yang sama sekali tanpa daya, karena jika demikian akan sudah punah. Pemberdayaan adalah upaya untuk membangun daya itu, dengan mendorong, memotivasikan, dan

13

Zakiyah, Pemberdayaan Perempuan oleh Lajnah Wanita, Jurnal Pengkajian Masalah Sosial Keagamaan, XVII, 01 (Januari-Juni 2010). Hal.44


(29)

membangkitkan kesadaran akan potensi yang dimilikinya serta berupaya untuk mengembangkannya.14

Kedua, memperkuat potensi atau daya yang dimiliki masyarakat (empowering). Dalam rangka ini diperlukan langkah-langkah lebih positif, selain dari hanya menciptakan iklim dan suasana. Perkuatan ini meliputi langkah-langkah nyata, dan menyangkut penyediaan berbagai masukan (input), serta pembukaan akses ke dalam berbagai peluang (opportunities) yang akan membuat masyarakat menjadi berdaya.

Ketiga, memberdayakan mengandung pula arti melindungi. Dalam proses pemberdayaan, harus dicegah yang lemah menjadi bertambah lemah, oleh karena kekurang berdayaan dalam menghadapi yang kuat. Oleh karena itu, perlindungan dan pemihakan kepada yang lemah amat mendasar sifatnya dalam konsep pemberdayaan masyarakat. Melindungi tidak berarti mengisolasi atau menutupi dari interaksi, karena hal itu justru akan mengerdilkan yang kecil dan melunglaikan yang lemah. Melindungi harus dilihat sebagai upaya untuk mencegah terjadinya persaingan yang tidak seimbang, serta eksploitasi yang kuat atas yang lemah. Pemberdayaan masyarakat bukan membuat masyarakat menjadi makin tergantung pada berbagai program pemberian (charity). Karena, pada dasarnya setiap apa yang dinikmati harus dihasilkan atas usaha sendiri (yang hasilnya dapat dipertukarkan dengan pihak lain).

14

Gunawan Sumodiningrat,Pemberdayaan Masyarakat dan Jaring Pengaman Sosial(Jakarta: Gramedia 2002). Hal.


(30)

Dengan demikian tujuan akhirnya adalah memandirikan masyarakat, memampukan, dan membangun kemampuan untuk memajukan diri ke arah kehidupan yang lebih baik secara berkesinambungan. Dari berbagai definisi tersebut, dapat ditarik suatu benang merah bahwapemberdayaan masyarakat merupakan upaya untuk memampukan dan memandirikan masyarakat. Atau dengan kata lain adalah bagaimana menolong masyarakat untuk mampu menolong dirinya sendiri.15

B. Peran Gender

Kemampuan pekerjaan suami tidak cukup untuk kebutuhan keluarga. Sebab itu para perempuan kepala keluarga bekerja untuk tambahan kebutuhan hidup mereka agar terpenuhi. Dan beban gender lebih sering dialamatkan kepada perempuan. Ia yang sudah beperan ganda dalam keseharian, mengurusi anak sekaligus membantu mencari nafkah atau menjadi pencari nafkah tunggal di keluarganya. Ia sering dituntut berperan di ranah publik sekaligus di ranah domestik. Ia yang karena menjadi pejabat di sebuah kantor, misalnya. Dituntut untuk eksis dengan jabatannya, dan ia sebagai ibu rumah tangga, dituntut juga harus berhasil mendidik anak dan melayani suami. Peran ganda sekaligus beban ganda seperti itu yang banyak dialami perempuan.

Perempuan yang telah mengganti fungsi suami menjadi kepala keluarga, adalah para isteri dengan segala persoalan yang dihadapi. Peran itu sangat kompleks, menyangkut pengadaan nafkah, pengamanan keluarga, perlindungan keluarga, pendidikan anak-anak, dan sebagainya. Dengan

15

Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat(Bandung: PT Refika Aditama), Hal.58


(31)

adanya anggapan bahwa kaum perempuan memiliki sifat lemah lembut, rajin dan disiplin. Berakibat bahwa semua pekerjaan domestic rumah tangga menjadi tanggung jawab perempuan. Konsekuensinya banyak perempuan harus bekerja keras dalam menjaga kebersihan rumah mulai dari menyapu, mengepel, mencuci, memasak hingga meramut anak. Dikalangan perempuan tidak mampu beban seperti in sangatlah berat untuk ditanggu oleh perempuan. Terlebih-lebih jika perempuan tersebut harus bekerja sehingga membuat mereka memiliki peran ganda.16

C. Perubahan Sosial

Pembangunan adalah kata benda yang netral yang maksudnya adalah suatu kata yang digunakan untuk menjelaskan proses dan usaha untuk meningkatkan kehidupan ekonomi, politik, budaya, infrastruktur masyarakat dan sebagainya. Dan dengan pemahaman seperti ini kata pembangunan disejajarkan dengan kata perubahan sosial.17

Perubahan sosial merupakan gejala umum yang terjadi dalam masyarakat yang perlu didekati dengan model pemahaman yang lebih rinci dan khusus. Upaya tersebut untuk mendapatkan kejelasan substansial sehingga berguna untuk memahami dinamika kehidupan masyarakat.18Menurut teori perubahan social yang dikemukakan oleh August Comte membagi dalam dua konsep penting yaituSocial Static(bangunan structural) dan Social Dynamics

16

Mansour Fakih,Analisis Gender dan Transformasi Sosial, (Yogyakarta : INSIST PRESS) Hal.21

17

Mansour Fakih,Sesat Pikir Teori Pembangunan dan Globalisasi, (Yogyakarta : INSIST PRESS) Hal.10

18

Agus Salim,Perubahan Sosial sketsa teori dan refleksi metodologi kasus Indonesia. (Yogyakarta: PT Tiara Wacana 2002.) Hal. 131


(32)

(dinamika structural). Yang mana bangunan structural merupakan hal-hal yang mapan, berupa stuktur yang berlaku pada suatu masa tertentu. Bahasan utamanya mengenai struktur sosial yang ada di masyarakat yang melandasi dan menunjang orde, tertib dan kestabilan masyarakat.

Perubahan sosial memiliki ciri yaitu berlangsung terus menerus dari waktu kewaktu, apakah direncanakan atau tidak yang terus terjadi tak tertahankan. Perubahan adalah proses yang wajar, alamiah sehingga segala sesuatu yang ada di dunia ini akan selalu berubah. Perubahan akan mencakup suatu sistem sosial, dalam bentuk organisasi sosial yang ada di masyarakat, perubahan dapat terjadi dengan lambat, sedang atau keras tergantung situasi yang mempengaruhinya. Perubahan sosial menurut Roy Bhaskar bahwa perubahan sosial biasanya terjadi secara bertahap dan berjalan sebagaimana wajarnya (naturaly) serta tidak pernah terjadi secara radikal melainkan terjadi karena proses mengulangulang, menghasilkan kembali segala hal yang diterima.19 Tentu setiap masyarakat mempunyai impian-impian yang di inginkan untuk kehidupan mereka kedepannya. Karna bayangan tentang masa depan akan mengarahkan jalannya perubahan dalam masayarakat itu.

Dalam artian positif impian tentang masa depan berfungsi mengarahkan tindakan apa saja yang akan dilakukan maupun direncanakan oleh masyarakat. Dengan adanya impian tersebut masyarakat mengerti apa yang mereka inginkan maupun butuhkan. Setiap perubahan yang terjadi dimasyarakat, tidak selalu berarti bahwa semua harus seragam dan harus semodern barat. Namun

19

Robert H. Lauer,Perspektif Tentang Perubahan Sosial.Jakarta : PT Rineka Cipta. 1993 Hal. 268


(33)

bagimana masyarakat menyiasati perubahan tersebut sebagai peubahan yang menuju kebaikan. Dalam artian merubah pola pikir atau mindset yang ada dalam masyarakat, ketika pola pikir berubah maka dengan sedirinya masyarakat akan sadar apa yang menjadikan masyarakat berdaya dan mampu memanfaatkan potensi di sekelilingnya.

Sedangkan dalam pertumbuhan ekonomi merupakan suatu proses perubahan kondisi perekonomian suatu Negara yang berkesinambungan menuju keadaan yang lebih baik selama periode tertentu. Menurut Sukirno (2000) pertumbuhan ekonomi berarti perkembangan kegiatan dalam perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa yang diproduksikan dalam masyarakat bertambah dan kemakmuran masyarakat meningkat. Sehingga pertumbuhan ekonomi dapat diartikan juga sebagai proses kenaikan kapasitas produksi suatu perekonomian yang diwujudkan dalam bentuk kenaikan pendapatan nasional. Adanya pertumbuhan ekonomi merupakan indikasi keberhasilan pembangunan ekonomi.

Teori Schumpeter menekankan tentang pentingnya peranan pengusaha dalam menciptakan pertumbuhan ekonomi dan para pengusaha merupakan golongan yang akan terus-menerus membuat pembaruan atau inovasi dalam ekonomi. Hal ini bertujuan untuk peningkatan pertumbuhan perekonomian jika para pengusaha terus-menerus mengadakan inovasi dan mampu pengadakan kombinasi baru atas investasinya atau proses produksinya.


(34)

Adapun jenis-jenis inovasi, di antaranya dalam hal berikut. a) Penggunaan teknik produksi.

b) Penemuan bahan dasar. c) Pembukaan daerah pemasaran. d) Penggunaan manajemen.

Dalam meningkatkan ekonomi pertumbuhan ekonomi pada dasarnya merupakan sebuah teori pembangunan. Dimana faktor manusia yang menjadikan fokus utama.20Jika meningkatkan sebuah ekonomi keluarga yang paling utama diliat dari manusianya terlebih dahulu. Lalu melihat apa sumber daya yang mereka miliki supaya bisa untuk dikembangkan.

D. Dakwah Bil hal dalam Pemberdayaan

Dakwah adalah proses penyampaian pesan dari seseorang kepada orang lain. Ditinjau dari segi komunikasi, dakwah adalah merupakan proses penyampaian pesan-pesan (massage) berupa ajaran Islam yang disampaikan secara persuasif dengan harapan agar komunikasi dapat bersikap dan berbuat amal sholeh sesuai dengan ajaran Islam tersebut.21

Menurut Drs.H. Masyhur Amin, menyatakan dakwah sebagai suatu aktifitas yang mendorong manusia memeluk Agama Islam, melalui cara yang

20

Mansour Fakih,Sesat Pikir Teori Pembangunan dan Globalisasi, (Yogyakarta : INSIST PRESS) hal.55

21


(35)

bijaksana, dengan materi ajaran Islam, agar mereka mendapatkan kesejahteraan kini (dunia) dan kebahagiaan nanti (akhirat).22

Allah Berfirman dalam surat An- nahl ayat 125 :

                      

“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.”(QS: An Nahl ayat 125)23

Dakwah merupakan bagian penting bagi umat saat ini. Dakwah menjadi obat bagi manusia ketika dilanda kegersangan spiritual, rapuhnya akhlak, maraknya korupsi, kolusi dan manipulasi, ketimpangan sosial, kerusuhan, kecurangan, dan sederet tindakan-tindakan tidak terpuji lainnya. Bukan hanya itu, seorang fasilitator maupun da’i harus memahamai latar belakang objek dampingannya atau dakwahnya.24Adapun sifat-sifat dasar dakwah adalah :

1. Dakwah bersifat persuasif, bukan koersif

22

Masyhur Amin,Dakwah Islam dan Pesan Moral(Yogyakarta, Al Amin 1997) hal. 10 23

Departemen Agama,Al-Qur’an dan Terjemahannya,(Bandung: CV Penerbit Diponegoro) Hal. 281

24

Kurdi Mustofa,Dakwah Di Balik Kekuasaan, (Bandung:PT Remaja Rosdakarya Offset, 2012). Hal.95


(36)

Berusaha mempengaruhi manusia untuk menjalankan agama sesuai dengan kesadaran dan kemauannya sendiri bukannya dengan jalan koersif/paksaan.

2. Dakwah ditujukan kepada pemeluk Islam dan non Islam

Berusaha menyebarkan dan meratakan rahmat Allah kepada seluruh penghuni alam raya. Oleh karena itu dakwah ditujukan baik kepada orang-orang yang sudah beragama Islam untuk meningkatkan kualitas imannya maupun kepada orang-orang Non Islam ntuk menerima kebenaran Islam.

3. Dakwah adalah anamnesis

Berupaya mengembalikan manusia kepada sifat aslinya yang fitri (suci), yaitu sifat asal mula manusia sejak lahir yang menjadikannya secara kodrati menerima kebenaran.

4. Dakwah bukanlah prabawa psikotropik

Dakwah tidak boleh membpunyai sasaran lain tetapi dengan berhati-hati dan penuh kesungguhan mencoba mencari suatu pengakuan maupun persetujuan yang tulus ikhlas tentang apa yang diajaknya. 5. Dakwah adalah rationally necessary

Suatu penyajian penilaian kritis bagi nilai-nilai kebenaran atau fakta tentang metafisik dan etik serta relevansinya bagi manusia.25

Pemberdayaan masyarakat merupakan suatu proses dimana masyarakat, khususnya mereka yang kurang memiliki akses ke sumber daya pembangunan,

25


(37)

didorong untuk meningkatkan kemandiriannya di dalam mengembangkan peri kehidupan mereka. Pemberdayaan masyarakat juga merupakan proses siklus terus-menerus, proses partisipatif di mana anggota masyarakat bekerja sama dalam kelompok formal maupun informal untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman serta berusaha mencapai tujuan bersama. Jadi, pemberdayaan masyarakat lebih merupakan suatu proses.26

Dakwah dalam pemberdayaan diharapkan untuk mengubah cara pikir masyarakat agar tetap sadar bahwa mereka dalam tingkatan yang sedang dijajah. Kebanyakan yang terjadi bahwa setiap berdakwah hanya mementingkan da’inya saja, namun tidak berpihak kepada mad’unya. Berdakwah hanya mementingkan satu individu dan tempat berdakwah pun selalu di tempat suci seperti tempat ibadah. Da’inya pun dipilih bukan da’i sembarang. Harus memiliki ilmu agama yang mumpuni, meski terkadang ucapan dakwahnya tidak sesuai perbuatannya.

Dalam kehidupan nyata memang sudah banyak para perempuan bekerja dalam membantu pekerjaan suami atau meringankan beban suami. Bekerja tidak memandang laki atau perempuan. Siapa yang bisa lebih cepat merekalah yang akan memutuskan, sebab semua kebutuhan sangatlah penting untuk dipenuhi jika tidak seseorang tidak akan bisa hidup. Karena semua kebutuhan hidup harus dibeli dengan uang. Dalam pemberdayaan perempuan ini maka dakwah bil hal yang dapat dilakukan yakni meringankan beban yang dialami

26

Pemberdayaan Masyarakat ,http://chikacimoet.blogspot.co.id/2013/02/pemberdayaan-masyarakat.html?m=1, diakses 2 April 2016


(38)

oleh perempuan kepala keluarga, agar semua kebutuhan yang mereka butuhkan dapat terpenuhi dengan baik walaupun hanya sedikit.


(39)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pengertian PAR (Participatory Action Research)

Menurut Yoland Wadworth, Participatory Action Research (PAR) adalah istilah yang memuat seperangkat asumsi yang mendasari paradigma baru ilmu pengetahuan dan bertentangan dengan paradigm pengetahuan tradisional atau kuno. Asumsi-asumsi baru tersebut menggaris bawahi arti penting proses social dan kolektif dalam mencapai kesimpulan-kesimpulan mengenai “apa kasus yang sedang terjadi” dan “apa implikasi perubahannya” yang dipandang berguna oleh orang-orang yang berbeda pada situasi problematis, dalam mengantarkan untuk melakukan penelitian awal.27

Pada dasarnya, PAR merupakan penelitian yang melibatkan secara aktif semua pihak-pihak yang relevan (stakeholders) dalam mengkaji tindakan yang sedang berlangsung (dimana pengalaman mereka sendiri sebagai persoalan) dalam rangka melakukan perubahan dan perbaikan ke arah yang lebih baik. Untuk itu, mereka harus melakukan refleksi kritis terhadap konteks sejarah, politik, budaya, ekonomi, geografis, dan konteks lain-lain terkait. Yang mendasari dilakukannya PAR adalah kebutuhan kita untuk mendapatkan perubahan yang diinginkan.28

27Agus Afandi, dkk,Modul Participatory Action Reseacrh (PAR)(UIN Sunan Ampel Surabaya:

Lembaga Pengabdian Masyarakat (LPM) 2016). Hal. 90 28


(40)

PAR memiliki tiga kata yang selalu berhubungan satu sama lain, yaitu partisipasi, riset dan aksi. Semua riset harus diimplementasikan dalam aksi. PAR merupakan intervensi sadar yang tak terelakkan terhadap situasi-situasi sosial. Riset berbasis PAR dirancang untuk mengkaji sesuatu dalam rangka merubah dan melakukan perbaikan terhadapnya. Sesungguhnya gerakan menuju tindakan baru dan lebih baik melibatkan moment transformatif yang kreatif. Hal ini melibatkan imajinasi yang berangkat dari dunia sebagaimana adanya menuju dunia yang seharusnya ada. Tantangan utama bagi semua peneliti PAR adalah merancang proses yang dapat menciptakan kreatifitas dan imajinatif maksimal.29

B. Metode PAR (Partosipatory Action Research)

Mendayagunakan bentuk penelitian aksi bagi masyarakat yakni agar lebih bermanfaat dan meningkatkan kemampuan masyarakat penelitian aksi dilaksanakan secara partisipatif, dimana obyek penelitian yang menjadi subyek penelitian. Ada beberapa elemen penting yang perlu di perhatikan bagi para aktivis dan peneliti dalam melakukan PAR antara lain:

1. Memunculkan kesadaran dalam masyarakat, memahami, menyadari bahwa ada sistem nilai dalam masyarakat.

2. Belajar dari masyarakat melalui pengembangan sikap empati dan persahabatan untuk menemukan permasalahan, perasaan dan kebutuhan mereka.

29


(41)

3. Setelah memahami banyak informasi dan memahami permasalahan bersama masyarakat melalui diskusi dalam kelompok kecil, mancari kemungkinan solusi bersama-sama. Semua dilakukan dengan kehati-hatian karena permasalahan sesungguhnya berawal dari konflik kepentingan. Konflik dan kontradiksi yang terjadi tersebut hendaknya di bawa ke arah keterbukaan di masyarakat dan mencari inisiatif pemecahan masalah.

Dalam cara kerja PAR (Participatory Action Research), landasan utamanya adalah gagasan-gagasan yang datang dari rakyat. Oleh karena itu, peneliti PAR harus melakukan cara kerja. Cara Kerja PAR terdiri dari berbagai macam. sebagai berikut:30

1. Pemetaan Awal

Pemetaan awal sebagai alat untuk memahami komunitas, sehingga peneliti akan mudah memahami realitas problem dan relasi sosial yang terjadi. Dengan demikian akan memudahkan masuk kedalam masyarakat/ komunitas baik melalui kunci masyarakat (key people) maupun komunitas akar rumput yang sudah terbangun. Dalam pemetaan awal ini, peneliti akan melakukan pendekatan melalui kelompok-kelompok yang aktif di masyarakat seperti tahlilan, yasinan diba’an, arisan PKK dan kegiatan masyarakat yang lainnya lainnya.

30


(42)

2. Membangun hubungan kemanusiaan

Peneliti melakukan inkulturasi dan membangun kepercayaan (trust building) dengan masyarakat, sehingga terjalin hubungan yang setara dan saling mendukung. Peneliti dan masyarakat bisa menyatu menjadi sebuah simbiosis mutualisme untuk melakukan riset, belajar memahami masalahnya, dan memecahkan persoalan secara bersama-sama (partisipasi). Peneliti akan melakukan observasi dengan cara berkecimpung langsung dengan masyarakat yang berkumpul di samping rumah dan mengikuti semua kegiatan masyarakat.

3. Penentuan agenda riset untuk perubahan

Bersama masyarakat peneliti mengagendakan program riset melalui teknik Partisipatory Rural Aprial (PRA) untuk memahami persoalan masyarakat yang selanjutnya menjadi alat perubahan sosial. Peneliti melakukan agenda bersama kelompok-kelompok yang sudah dibangun untuk melakukan perubahan. Sambil merintis membangun kelompok-kelompok komunitas sesuai dengan potensi dan keragaman yang ada. 4. Pemetaan Partisipatif (Participatory Mapping)

Peneliti bersama masyarakat/komunitas melakukan pemetaan wilayah, maupun persoalan yang dialami masyarakat. Peneliti bersama masyarakat mulai melakukan pemetaan wilayah yang dikaji.

5. Merumuskan masalah kemanusiaan

Masyarakat/komunitas merumuskan masalah mendasar hajat hidup kemanusiaan yang dialaminya. Seperti persoalan sandang, pangan, papan,


(43)

kesehatan, pendidikan, lingkungan hidup, dan persoalan utama kemanusiaan lainnya.

6. Menyusun Strategi Gerakan

Komunitas menyusun strategi gerakan untuk memecahkan problem kemanusiaan yang telah dirumuskan. Menentukan langkah sistematik, menentukan pihak yang terlibat, (stakeholders), dan merumuskan kemungkinan keberhasilan dan kegagalan program yang direncanakannya serta mencari jalan keluar apabila terdapat kendala yang menghalangi keberhasilan program tersebut.

7. Pengorganisasian masyarakat

Komunitas didampingi peneliti untuk membangun pranata-pranata sosial. Baik dalam bentuk kelompok-kelompok kerja, maupun lembaga-lembaga masyarakat yang secara nyata bergerak memecahkan problem sosialnya. Demikian pula membentuk jaringan-jaringan antar kelompok kerja dan antara kelompok kerja dengan lembaga-lembaga lain terkait dengan program aksi yang direncanakan.

8. Melancarkan aksi perubahan

Aksi memecahkan masalah dilakukan secara partisipasif. Program pemecahan persoalan kemanusiaan bukan sekedar untuk menyelesaikan persoalan itu sendiri, tetapi merupakan proses pembelajaran masyarakat, sehingga terbangun pranata baru dalam komunitas dan sekaligus memunculkan pengorganisir dari masyarakat sendiri dan akhirnya akan muncullocal leaderdan pemimpin perubahan.


(44)

9. Membangun pusat-pusat belajar masyarakat

Pusat-pusat belajar dibangun atas dasar kebutuhan kelompok atau komunitas yang sudah bergerak melakukan aksi perubahan. Pusat belajar ini sendiri merupakan media komunikasi, riset, diskusi dan segala aspek untuk merencanakan, mengorganisir dan memecahkan masalah social. 10. Refleksi (teoritisasi perubahan sosial)

Peneliti dan komunitas merumuskan teoritisasi perubahan social. Berdasarkan hasil riset, proses pembelajaran masyarakat, dan program-program aksi yang sudah terlaksana. Lalu peneliti merefleksikan semua proses dan hasil yang diperoleh selama pendampingan.

11. Meluaskan skala pergerakan dan dukungan

Keberhasilan program PAR tidak bisa diukur dari hasil kegiatan selama proses, tetapi juga diukur dari tingkat keberlanjutan program yang sudah berjalan dan serta munculnya pemimpin local yang melanjutkan program yang sudah berjalan itu.

Dalam PAR juga perlu menggunakan adanya teknik-teknik. Teknik yang digunakan adalah teknikParticipatory Rural Apparisal (PRA). Secara umum PRA adalah sebuah metode pemahaman lokasi dengan cara belajar dari, untuk dan bersama masyarakat.31 Teknik ini bisa digunakan untuk memecahkan problematika yang ada, membangun kesadaran pada masyarakat serta mengenali potensi yang ada di wilayah tersebut. Adapun teknik-teknik PRA diantaranya:

31


(45)

1. Mapping (pemetaan)

Mapping merupakan suatu teknik dalam PRA untuk memetakan wilayah seperti desa, dusun, RT atau wilayah yang lebih luas bersama masyarakat. Dalam pemetaan ini peneliti bersama masyarakat yaitu Karmo‘ah, Ani dan Alimah melakukan FGD untuk memetakan kondisi wilayah Desa Pliwetan yang menjadi pusat lokasi pendampingan.

2. Pemetaan Desa dan Survei belanja rumah tangga

Teknik ini digunakan untuk memperoleh gambaran kehidupan masyarakat secara utuh, sehingga diketahui bagaimana kelayakan kesehatan, pendidikan, tingkat konsumsi, dan ekonomi masyarakat. Dalam hal ini peneliti menyebarkan survey belanja rumah tangga kepada lima kepala keluarga untuk dijadikan sempel. Hal ini dilakukan untuk mengetahui kondisi ekonomi masyarakat Desa Pliwetan apakah berdampak pada kebiasaan masyarakat dalam membuang sampah sembarangan.

3. Diagram Alur

Diagram alur menggambarkan arus dan hubungan diantara semua pihak yang terlibat dalam suatu sistem. Dalam hal ini peneliti dan ibu-ibu melakukan FGD untuk mengetahui bagaimana alur pembuangan sampah Desa Pliwetan. Hal ini sangat diperlukan agar peneliti dan masyarakat tahu bagaimana kondisi dan bagaimana sampah yang menumpuk secara sembarangan bisa terjadi.


(46)

4. Wawancara semi terstruktur

Wawancara semi terstruktur adalah alat penggalian informasi berupa tanya jawab yang sistematis tentang pokok-pokok tertentu. Peneliti mengkaji berbagai aspek kehidupan dengan menyusun pertanyaan tentang kebiasaan masyarakat dalam membuang sampah sembarangan secara sistematis dan terstruktur.

5. Analisis pohon masalah dan harapan

Disebut teknik analisa masalah karena melalui teknik ini, dapat dilihatakar‘ dari suatu masalah, dan kalau sudah dilaksanakan, hasil dari teknik ini kadang-kadang mirip pohon dengan akar yang banyak. Analisa Pohon Masalah sering dipakai dalam masyarakat sebab sangat visual dan dapat melibatkan banyak orang dengan waktu yang sama.32 Dalam hal ini peneliti dan masyarakat melakukan FGD tentang permasalahan pembuangan sampah sembarangan yang menjadi kebiasaan dan menyelesaikannya dengan apa yang menjadi keinginan masyarakat secara bersama-sama.

C. Strategi Pendampingan

Strategi pendampingan merupakan proses awal untuk menyiapkan pendampingan kepada masyarakat agar proses pendampingan tersebut bisa dilakukan secara terencana, terprogram, dan terlaksana bersama

32

Agus Afandi, dkk,Modul Participatory Action Research (PAR),(LPPM UIN Sunan Ampel Surabaya, 2016). Hal. 145-185


(47)

masyarakat/komunitas. Berikut ini susunan strategi pendampingan menggunakan metode PAR:33

1. Mengetahui kondisi riil masyarakat/komunitas (to know)

Dalam tahap untuk mengetahui kehidupan perempuan kepala keluarga di Tambak Madu ini, peneliti tidak perlu melakukan inkulturasi sebab proses penelitian dilakukan dilingkungan tempat tinggal peneliti. Sehingga peneliti paham dengan kondisi masyarakat saat ini dan sebelumnya yang sudah terjadi.34

2. Memahami problem komunitas (to understand)

Tahapto understandini untuk memahami permasalahan masyarakat yang diperoleh peneliti melalui FGD (focus group discussion) dengan perempuan kepala keluarga yang telah didiskusikan bersama. dan merumuskan masalah dengan menggunakan cara analisis diagram alur, diagram venn, survie belanja rumah tangga, melihat kalender harian perempuan kepala keluarga sehingga permasalah ditemukan pada pohon masalah.

3. Merencanakan pemecahan masalah komunitas (to plan)

Dalam perencanaan pemecahan masalah rendahnya pendapatan perempuan kepala keluarga ini, bagaimana cara dan rencana-rencana apa saja untuk memecahkan permasalahan yang terjadi, lalu digambarkan

33

Agus Afandi,Panduan Penyelenggaraan Kuliah Kerja Nyata (KKN) Transformatif, (Surabaya : LPPM UIN Sunan Ampel, 2014), hal. 51-60

34


(48)

sebuah harapan dari masyarakat supaya kegiatan untuk memecahkan masalah yang dialami sehingga masyarakat mengetahui apa penyebab terjadinya permasalahan itu.

4. Melakukan aksi (to action)

Kegiatan aksi ini yakni memberdayakan para perempuan kepala keluarga untuk memanfaatkan waktu luang mereka dijadikan kegiatan yang menghasilkan uang. Kegiatan aksi ini dilakukan bersama-sama sebagai partisipasi para perempuan.

5. Refleksi (to reflection)

Tahap yang terakhir yakni refleksi yang merupakan evaluasi kegiatan yang telah dilakukan dan dimana refleksi ini untuk mengetahui kegiatan ini bisa dilanjutkan oleh masyarakat atau tidak.


(49)

BAB IV

SELAYANG PANDANG KAMPUNG TAMBAK MADU

A. Kondisi Geografis dan Demografis

Tambak Madu adalah sebuah kampung yang termasuk dalam wilayah Kelurahan Tambak Rejo, Kecamatan Simokerto Surabaya. Kampung Tambak Madu mudah terjangkau oleh angkutan umum sebab perkampungan ini tidak jauh dari pusat perkotaan. Tambak Madu juga dikelilingi oleh permukiman yang padat. Selain itu, di Kampung Tambak Madu juga terdapat satu pondok pesantren yang memang merupakan tempat untuk menuntut ilmu. Tambak Madu sendiri terbagi menjadi empat kampung yakni Tambak Madu gang I, II, III, IV yang akan digambarkan dibawah ini.

Gambar 4.1


(50)

Adapun kampung yang berbatasan dengan Kampung Tambak Madu yaitu sebagai berikut:

1. Sebelah utara berbatasan dengan kampung Tambak Anakan 2. Sebelah selatan berbatasan dengan kampung Ngaglik 3. Sebelah barat berbatasan dengan kampung Tambak Adi

4. Sebelah timur berbatasan dengan Tambak Windu dan Tambak Arum Secara administrative, Kampung Tambak Madu terbagi ke dalam lima RT dan satu RW. Dan gambar dibawah ini yakni suasana perkampungan yang ada di Tambak Madu Surabaya:

Gambar 4.2

Kondisi rumah warga gang IV

Di Kampung Tambak Madu jumlah KK (kepala keluarga) sebesar 643 KK sedangkan di Tambak Madu gang IV sendiri terdapat 110 KK.35 Namun KK yang bertempat tinggal di Tambak Madu gang IV hanya sekitar 75 KK dan sisanya kartu keluarga warga yang sudah pindah dari Tambak Madu 35


(51)

namun masih memakai KK di Tambak Madu. Jumlah penduduk keseluruhan di Tambak Madu gang IV, yakni ada :

Tabel. 4.1

Jumlah Penduduk Tambak Madu gang IV

No. Status Kelamin Jumlah

1. Laki-laki 194 Jiwa

2. Perempuan 193 Jiwa

Jumlah 387 jiwa

Sumber : hasil dari data sensus penduduk dan survey rumah tangga

Dari hasil tabel di atas sudah terlihat bahwa Kampung Tambak Madu meskipun tidak begitu besar namun dapat menampung begitu banyak orang. Sebab di Tambak Madu ini satu rumah berisikan tiga kartu keluarga ataupun lebih. Dan rata-rata rumah yang ditempati yakni rumah warisan dari orang tua sehingga setiap rumah dipetak-petak agar terbagi rata.

B. Kondisi Ekonomi

Secara umum kondisi ekonomi warga di wilayah Tambak Madu gang IV Surabaya termasuk ekonomi menengah kebawah. Sebab antara pemasukan dan pengeluran biasanya lebih banyak pengeluarannya. Dan sebagian dari warga ekonominya menengah dan sedikit warga yang ekonominya menengah ke atas, ini berasal dari indikator keluarnya belanja pangan di bawah ini:


(52)

Gambar 4.3 grafik belanja pangan:

Dari hasil grafik di atas terlihat bahwasannya tingkat belanja pangan warga Tambak Madu terbilang cukup tinggi dan sangat membutuhkan pendapatan yang banyak dalam memenuhi semua kebutuhan hidup sehari-hari namun kebanyakan kebutuhan tersebut tidak dapat dipenuhi dengan pendapatannya karena pendapatan mereka tidak cukup untuk pemenuhan hidupnya. Karena mayoritas pekerjaan warga Tambak Madu yakni sebagai kuli sepatu, kuli bangunan, kuli mebel dan buruh pabrik. Dibawah ini gambaran pangan warga Kampung Tambak Madu. Dibawah ini akan digambarkan belanja pangan salah satu warga yang pendapatannya kurang dari biaya pengeluarannya.


(53)

Tabel 4.2

Contoh Belanja Per Bulan (kelas bawah)

Sumber :hasil diperoleh dari data survey rumah tangga keluarga bawah

No. Konsumsi Banyaknya Harga Jumlah Prosentase

Pangan

1. Beras 30 kg 8.000 240.000

2. Lauk-pauk Per hari 20.000 600.000

3. Sesayuran 1 bulan 20.000

4. Bumbu masak 1 bulan 30.000

5. Minyak goreng 1 minggu 10.000 40.000

7. Kopi & teh 1 bulan 15.000

8. Gula 1 bulan 35.000

9. Susu 0 0 0

10. Rokok 1 bulan 10.000 100.000

11. Air bersih 1 bulan 50.000

Jumlah 1.130.000 62 %

Energi

12. LPG 3 tabung 15.000 45.000

13. Rekening listrik 1 bulan 60.000 150.000

14. BBM motor 0 0

Jumlah 195.000 11 %

Pendidikan

15. SPP/iuran sekolah 1 bulan 40.000

16. Jajan harian anak per hari 10.000 300.000

17. Perlengkapan sekolah 1 bulan 20.000 20.000

Jumlah 360.000 20 %

Kesehatan

18. Biaya berobat 1 bulan 20.000

19. Beli obat-obatan 1 bulan 0

20. Perlengkapan kebersihan

1 bulan 50.000

Jumlah 70.000 3 %

Sosial & lainnya

21. Iuran warga 1 bulan 30.000

22. Pulsa HP 1 bulan 50.000

23. Hiburan keluarga 1 bulan 0

Jumlah 80.000 4 %


(54)

Dari tabel di atas, konsumsi pangan prosentase tertinggi yakni 62%, sedangkan yang terendah adalah kesehatan 3%. Jumlah pendapatan hanya sebesar Rp. 2.000.000,- sedangkan pengeluaran tiap bulannya sebesar contoh table di atas jadi pendapatan dan pengeluaran terkadang tidak dapat memenuhi untuk menutupi semua kebutuhan yang dibutuhkan.

Dan jika diliat dari prosentase di atas menunjukkan bahwa konsumsi pangan lebih tinggi dibandingkan dengan yang lain. Jika diliat dari beberapa teori yang ada, ada sebuah perkataan yang berbunyi. “Semakin tinggi pengeluaran pangan, maka semakin rendah pendapatan / miskin. Semakin rendah pendidikan, energi, kesehatan, maka keluarga tersebut dikatakan kurang berdaya”.

C. Kondisi Pendidikan

Di Tambak Madu pendidikan dibagi menjadi 2 yaitu pendidikan formal dan pendidikan non formal:

1. Formal

Pendidikan secara formal yang terdapat di Tambak Madu berjumlah kurang lebih 2 tempat pendidikan, diantaranya: 1 TK/PAUD, 1 Madrasah Ibtidaiyah, SMPI dan MA. TK dan PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini) sendiri bertempat dibalai RW Tambak Madu sedangkan Madrasah Ibtidaiyah (MI), SMPI dan Madrasah Aliyah (MA) bertempat di satu gedung yang berada di Tambak Madu gang II.36

36


(55)

Gambar 4.4

Kondisi sekolah yang ada di Tambak Madu

a. PAUD dan TK

Taman PAUD dan TK Budi Dharma terletak di balai RW Tambak Madu. Gedung lembaga ini hanya memiliki satu ruang kelas. Pagi hari ditempati oleh anak-anak TK sedangkan sore harinya ditempati oleh anak-anak PAUD. PAUD sendiri memiliki kurang lebih 10 siswa dan 4 guru pengajar, sedangkan TK Budi Dharma memiliki siswa kurang lebih 47 siswa yang terbagi menjadi dua kelompok yakni kelompok A 24 siswa dan 23 kelompok B. Tenaga pengajar di TK Budi Dharma tersebut terdiri dari 3-4 pendidik yang berpengalaman dan berkompetensi dalam mengajar.37

Kegiatan belajar mengajar TK Budi Dharma dilaksanakan selama 6 (enam) hari yaitu di mulai dari hari senin sampai dengan hari sabtu hari minggu libur. Masuknya pun sama dengan sekolah-sekolah lainnya yaitu masuk pukul 07.00 WIB, dan untuk pulangnya, 37


(56)

kelompok A pulang pukul 09.00 dan kelompok B masuk jam 09.00 pulang pukul 11.00.

b. MI, SMPI, MA

Di Tambak Madu hanya terdapat 1 gedung sekolah yang ditempati oleh sekolah tingkat MI, SMP dan MA. Di gedung ini hanya memiliki sembilan ruang kelas. Enam ruang kelas untuk MI dan SMP dengan pembagian waktu MI pagi hari dan SMP siang hari. Tiga ruang untuk tingkat MA yang hanya memiliki tiga ruang kelas sehingga ada pembagian waktu juga yakni di pagi hari diisi oleh siswa perempuan dan siang harinya ditempati oleh siswa laki-laki. Karena keterbatasan lahan sekolah sehingga mengharuskan untuk bergiliran.

2. Non Formal

Kegiatan keagamaan dalam bidang pendidikan melalui lembaga informal adalah Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPQ), merupakan tempat pendidikan yang lebih mengutamakan:

a. Mempelajari cara membaca al-Qur’an dengan baik dan benar,

b. Mempelajari do’a-do’a sehari-hari, seperti: do’a sebelum dan sesudah makan, do’a sebelum dan sesudah tidur, do’a sholat, danmengaji kitab.

Di Tambak Madu terdapat 5 TPQ yang terdiri dari TPQ bertempat di Tambak Madu gang satu, sedangkan TPQ Musthofa dan TPQ Darussalam bertempat di Tambak Madu gang II, TPQ Roudhotus Shobirin bertempat di Tambak gang III dan TPQ Roudhotun Nahdliyah sendiri bertempat di


(57)

Tambak Madu gang IV. Pendidikan TPQ diikuti oleh anak-anak usia 5-12 tahun yang dalam pengajarannya tidak hanya belajar mengaji akan tetapi mereka juga diajarkan ilmu-ilmu agama seperti ilmu fiqih, al-qur’an hadis, aqidah akhlak, bahasa Arab dan tentang ilmu sejarah Islam.38

Tabel 4.3

Jadwal mengajar TPQ Tambak Madu

Lokasi Kegiatan Hari Waktu Tempat

Tambak Madu Kelurahan Tambakrejo Kecamatan Simokerto Surabaya

 TPQ Senin-minggu

(Jum’at Libur)

15.00-17.00 Mushollah

 TPQ Al-Musthofa Senin-minggu (Jum’at Libur) 15.00-17.00 Rumah Ustad Nur Cholis  TPQ Darussalam Senin-minggu (Kamis Libur) Ba’da Magrib Mushollah Al-Mustaqim  TPQ Roudhotus Shobirin Senin-minggu Ba’da Magrib Mushollah Roudhotus Shobirin  TPQ Roudhotun Nahdliyah Senin-minggu

(Sabtu Libur) Ba’da Magrib

Mushollah Roudhotun Nahdliyah

38


(58)

D. Kondisi Budaya 1. Sosial Keagamaan

a. Tahlil dan Yasin

Tahlilan dan yasinan merupakan adat istiadat yang dilakukan oleh warga kampung Tambak Madu ketika ada keluarganya yang meninggal dunia. Warga dsini melaksanakannya dari hari ke 1 meninggalnya sampai 7 harinya keluarga yang meninggal. Dan untuk acara hajatan haul keluarga yang telah meninggal.39

Gambar 4.5

Kegiatan tahlilan bapak-bapak

b. Diba’an

Diba’an juga salah satu kegiatan keagamaan warga Tambak Madu untuk bersholawat. Bacaan diba’ dilaksanakan ketika ada keluarga yang memiliki hajat untuk selapan bayi, tasyakuran ulang tahun, acara tiap mingguan. Kegiatan diba’an ini dilakukan oleh ibu-ibu tidak untuk bapak-bapak.

39


(59)

Gambar 4.6 Kegiatan diba’an ibu-ibu

c. Tahlilan Ibu-Ibu Muslimat

Salah satu kegiatan di Tambak Madu adalah tahlilan dan istighosah ibu-ibu muslimat yang diadakan dalam satu bulan sekali dan langsung dipimpin oleh ketua tokoh agama (modin). Tahlilan dan istighosah ini rutin dilakukan bergiliran di masing-masing rumah anggota muslimatan yang berketempatan dan anggota muslimatan yang memiliki hajat tertentu. Biasanya tahlilan dan istighosah ini dilakukan setelah sholat dhuhur. Dengan susunan acara membaca surat Yasin, Tahlil dan Istigosah lalu diisi dengan pengajian singkat yang langsung disampaikan oleh ketua muslimatan atau ustadza yang dijadikan sebagai contoh warga kampung.40

d. Peringatan Hari Besar

Peringatan hari besar ini dilakukan rutin tiap tahun sekali. Salah satunya yakni peringatan maulid Nabi Muhammad SAW. Dimana

40


(60)

setiap warga diwajibkan untuk membawa makanan apa saja yang sesuai dengan isi kantung masing-masing. Dan acara dalam memperingati kelahiran Nabi Muhammad ditandai dengan adanya acara tukar jajan yang dibawa oleh setiap warga. Kalau dahulunya jajan saling diperebutkan namun sekarang sudah berubah karena lebih sopan saling menukar dari pada diperebutkan.

2. Sosial Kebudayaan a. Megengan

Megengan merupakan adat istiadat yang dilakukan oleh warga kampung Tambak Madu sebelum melaksanakan ibadah puasa. Tujuannya adalah untuk meminta keselamatan kepada Allah SWT, agar dalam menjalankan ibadah puasa diberi kelancaran dan kesehatan.41

Megengan ini dilakukan setiap warga secara bersama-sama sehingga banyak sekali hidangan yang disediakan untuk para undangan yang datang. Waktu megengan sehari sebelum memasuki puasa dan sebelum tanggal kemerdekaan Indonesia. Mengenai hidangan yang disajikan dalam acara megengan tersebut terdapat beberapa jenis. Yang utama adalah nasi tumpeng, di atasnya juga dilengkapi dengan lauk pauk dan serundeng. Dan setiap warga membawa nasi sebanyak empat kotak untuk ditukarkan dengan warga yang lain dan sisanya

41


(61)

akan diberikan kepada warga yang tidak mampu dan tidak memiliki suami.

Yang kedua adalah kue apem. Kue apem merupakan hal yang penting, sehingga harus selalu ada ada dalam acara megengan.

b. Tujubelasan

Tujuhbelasan adalah hari dimana semua warga Indonesia memperingati hari kemerdekaan bangsa Indonesia. Tak lain halnya warga kampung Tambak Madu tidak pernah tertinggal untuk memperingati hari kemerdekaan ini dengan melaksanakan lomba-lomba yang bermacam-macam, megadakan karnaval dan jalan sehat untuk menyehatkan dengan tema yang bermacam-macam.

c. Tingkepan, Selapan, Turun Tanah

Tradisi ini selalu dilakukan oleh warga kampung Tambak Madu untuk mendoakan jabang bayi yang masih ada di perut dengan usia kandungan 4 bulanan, konon masyarakat mempercayai bahwa pada usia tersebut roh sudah ditiupkan ke jabang bayi yang mereka kandung.

Selapan juga tradisi yang sering dilaksanakan di kampung ini ketika bayi sudah lahir ke dunia. Masyarakat mendoakan bayi yang sudah lahir akan menjadi anak yang sholeh dan sholeha di kemudian hari. Mudun lemah yaitu dimana tradisi ketika anak-anak bisa menginjakan kaki mereka di tanah maka dari itu masyarakat menyebutnya dengan sebutan mudun lemah.


(62)

BAB V

PROBLEMATIKA KONDISI PEREMPUAN

Dalam sebuah kehidupan akan selalu mengalami yang namanya permasalahan. Dimana disetiap tempat akan memiliki perbedaan yang sangat jauh. Di dalam pemenuhan kebutuhan sehari-hari seorang laki-lakilah yang patut dan wajib memenuhi kebutuhan apa yang mereka butuhkan. Seorang laki-laki sudah biasa menjadi tulang punggung rumah tangga dan menjadi penanggung jawab atas semua yang dibutuhkan dalam kebutuhan sehari-hari. Namun semua itu sudah terbalik tidak semua laki-laki selalu bertanggung jawab dan memenuhi kebutuhan hidupnya.

Tepatnya di tambak madu ini tidak sedikit para perempuan bekerja keras untuk pemenuhan hidupnya, disini rata-rata para ibu rumah tangga juga ikut bekerja demi menambah pendapatan kebutuhan hidup. Sebab upah suami yang tidak bisa untuk memenuhi semua kebutuhan sehari-hari karena upah yang tidak begitu banyak sehingga menjadikan perempuan ikut bekerja agar pendapatan untuk keseharian mereka bisa terpenuhi.

A. Gambaran Kondisi PEKKA

Pemenuhi kebutuhan sehari-hari yang memiliki kewajiban adalah para kaum laki-laki yang bekerja untuk mendapatkan penghasilan yang akan dibuat pemenuhan kebutuhan hidup berhari-hari keluarga mereka. Namun dalam realitasnya sudah kebanyakan kebalik justru banyak kaum perempuanlah yang


(63)

melakukan pekerjaan untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka. Kenyaataan ini sudah banyak terjadi dalam kehidupan, para perempuan yang berjuang untuk memenuhi kehidupan, karena jika tidak bekerja begitu mereka mau makan apa, sedangkan kebutuhan yang harus dipenuhi sangatlah banyak.

Dalam kehidupan selalu memilikii bermacam-macam, dalam kebutuhan hidupnya seseorang harus bekerja untuk dapat memenuhi kebutuhan hidup mereka. Dengan cara bekerjalah seseorang akan mendapatkan uang dan pendapatan tersebut akan dibuat untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Jika mereka tidak bekerja maka tidak ada pendapatan yang mereka terima. Sebab semua dapat terpenuhi dengan adanya kerja keras pada diri sendiri. Seperti halnya yang telah dialami oleh ibu lima anak ini yang kurang lebih berusia 40 tahun lebih ini.

Gambar 5.1 : Bu Khoiriyah (Usia 40 tahun)

Sebut saja dengan nama Bu Khoi sesosok perempuan tangguh dan tak mengenal lelah yang dalam kesehariannya bekerja sebagai penjahit yang tak menentu, jika ada seseorang menjahitkan baju ataupun celana maka Khoi ini


(64)

akan ada pendapatan untuk kebutuhan anak-anaknya, sebaliknya jika tidak ada maka tidak ada pula tambahan untuk pemenuhan kebutuhan hidup keluarga mereka. Khoi tidak hanya menjadi seorang penjahit namun ia juga membantu suami menjadi pekerja kuli sepatu yang bekerja ketika ada pesanan saja. Kerja sebagai kuli sepatu dirasa tidak cukup karena dalam satu minggunya hanya mendapatkan upah sebesar Rp. 250.000,- higga Rp. 300.000.42

Pendapatan upah tersebut tergantung penggarapannya, jika dalam satu minggu bisa menyelesaikan dengan banyak maka bisa mendapatkan upah besar karena di tempat kerjanya menghitung dengan sistem kodian. Jika diliat dari pendapatan sang suami semua kebutuhan anak tidak akan bisa mencukupi sedangkan biaya untuk sehari-harinya sangatlah banyak. Dimana uang saku anak untuk sekolah perharinya sebesar Rp. 5.000,- per anak dan mereka memiliki empat orang anak. Setelah pulang sekolah pun sang anak pasti meminta uang untuk beli jajan. Jadi dalam satu hari Khoi harus menyiapkan uang kurang lebih sebesar Rp. 28.000,-. Jika hanya mengandalkan dari penghasilan sang suami maka kebutuhan untuk sehari-hari tidak akan cukup untuk dipenuhi.

Karena dengan adanya situasi begini yang harus menjadikan Khoi ikut bekerja dan berusaha mencukupi kebutuhan anak-anaknya. Khoi tak pernah mengenal rasa menyerah walaupun ia sudah dibebani dengan pekerjaan rumah, mengurus anak namun ia juga tidak tidak segan-segan untuk mencari nafkah untuk tambahan kebutuhan sehari-hari.

42


(65)

Selain keluarga Khoi ada pula perempuan yang bekerja dikarenakan suami yang tidak memiliki pendapatan yang pasti. Sehingga membuat mereka harus bekerja keras untuk bertahan hidup dan memenuhi semua kebutuhan. Yaitu Sugiati perempuan yang tangguh berusia 49 tahun yang bekerja serabutan dan memiliki tujuh orang anak. Suami hanya bekerja sebagai kuli sandal yang tidak menentu upahnya, sehingga membuat sugiati harus ikut mencari nafkah hanya untuk pemenuhan kebutuhan hidup keluarganya. Sugiati mengatakan.

“Sak iki mbak mek gak tala kerjo apene mangan opo, wong bojoku yo ora nge’i duwek belonjo akeh mosok atene meneng-menengan ngene, wes kerjo opo wae tak lakoni pokok isok ngurepi anak-anakku, laa ngandelne wonk lanang yoo gak enek jelas e dari pada bergantung gak keruan mending aku tolek kerjoan opo wae pokok anak-anakku isok mangan, sekolah mbek sekabehanee seng dibutuhnee.”

“Sekarang ini mbak kalau tidak kerja mau makan apa, suami ya tidak mengasih uang belanja untuk tiap hari, masak saya mau diam-diaman aja, jadi mau kerja apa saja saya lakuin yang terpenting bisa ngidupin buat anak-anak. Laa mau ngandelin suami juga gak jelas, dari pada bergantung pada orang laki mending saya cari kerjaan apa saja asalkan anak-anak saya bisa makan, sekolah dan terpenuhi semua kebutuhannya.”

Pada sore hari tepatnya pada tanggal 01 mei 2016 sugiati mengatakan hal tersebut dikarenakan sang suami yang tidak ngasih belanjaan untuk tiap hari, sehingga membuat ibu tujuh anak ini berjuang sendiri demi kebutuhan anak-anak terkecukupi. Sebab jika hanya menunggu upah dari sang suami yang tidak pasti akan membuat semua kebutuhan tidak akan terpebuhi dengan


(66)

kebutuhan yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan anak-anaknya. Pekerjaan sang suami hanya sebagai kuli sepatu sandal yang hanya mendapatkan hasil upah tidak banyak. Sedangkan kebutuhan untuk anak-anak mereka sangatlah banyak sehingga tidak dengan mudah keluarga ini mendapatkan pendapatan untuk pemenuhan kebutuhan hidup mereka.

Gambar 5.2 : Bu Sugiati (Usia 49 tahun)

Selain keluarga Khoiriyah dan Sugiati ada pula keluarga Suwarni (46 tahun) yang berprofesi sebagai ibu rumah tangga dan serabutan apa adanya kerjaan. Kehidupan Suwarni tidak beda jauh dengan kehidupan Khoi. Suwarni memiliki empat orang anak, namun satu dari anaknya sudah berumah tangga dan Suwarni hanya memiliki dua anak yang masih bersekolah. Kehidupan Suwarni tidak beda jauh dengan Khoi perempuan yang tangguh memenuhi semua kebutuhan hidupnya. Kegiatan Suwarni sendiri yakni sebelum ia berangkat kerja ia harus mengurus semua kebutuhan dalam rumahnya. Setelah pekerjaan rumah selesai ia berangkat kerja sebagai pembantu rumah tangga yang lokasinya tidak jauh dari tempat tinggal atau rumah.


(67)

Gambar 5.3 : Bu Suwarni (Usia 46 tahun)

Dalam kesehariannya para perempuan kepala keluarga yang menggantikan posisi suami dalam memenuhi semua kebutuhannya, selalu mengalami kesulitan. Namun tanpa henti walaupun semua bagi mereka sangat sulit untuk dijalani, tapi mereka sangatlah santai dalam memenuhi semua kebutuhan yang sudah menjadi kewajiban meraka dalam membantu sang suami memenuhi semua kebutuhan sehari-harinya. Entah apa yang ada pada benak suami hingga membiarkan para istri mereka membantu dalam meringankan semua beban-beban keluarga.

Dari potret semua para perempuan kepala keluarga dapat dibuatkan dalam kalender harian yang diajalani oleh semua para perempuan kepala keluarga yang ada di Kampung Tambak Madu ini. Dan dapat digambarkan di bawah ini, semuanya akan tampak jelas jika beban ganda sangatlah berpihak kepada para perempuan sebab semua pekerjaan perempuan yang melakukan dan pekerjaan laki-laki hanya sedikit berikut kalender hariannya:


(68)

Tabel. 5.1 Kalender Harian

Jam Ayah Ibu

00 : 00

Istirahat Istirahat

01 : 00 02 : 00 03 : 00

04 : 00 Sholat Subuh Sholat Subuh

05 : 00

Duduk santai Memasak, kora-kora,

bersih-bersih 06 : 00

07 : 00 Sarapan pagi Sarapan dan

mempersiapkan kebutuhan anak

08 : 00 09 : 00

Kerja bila ada kerjaan atau ada pesanan jika tidak

maka menganggur

Kerja 10 : 00

11 : 00

12 : 00 Sholat Dhuhur

13 : 00

Kerja 14 : 00

15 : 00

16 : 00 Pulang kerja mandi,

masak untuk makan sore

17 : 00 Sholat magrib Sholat magrib

18 : 00

Santai

cangkrukan/nongkrong

19 : 00 Membelajari anak jika ada

tugas dari sekolahan 20 : 00

21 : 00 Nonton tv

22 : 00

Istirahat 23 : 00

24 : 00 Istirahat

Sumber dari ibu Sugiati salah satu PEKKA

Jika dilihat sari kalender harian yang dijalani oleh laki-laki dan perempuan, peran perempuan sangat banyak dibandingkan dengan peran laki-laki yang hanya kerjaannya nongkrong dengan teman-temannya.


(69)

B. Ketidakbedayaan Perempuan

Para pempuan di kampung ini tidak memiliki pilihan lagi selain harus mereka yang membantu untuk menafkahi keluarganya, sebab suami tidak memiliki pendapatan yang pasti sehingga menjadikan para perempuan ini harus merelakan dirinya untuk banting tulang memenuhi semua kebutuhan keluarga mereka. Sebenarnya para perempuan ini banyak memiliki kendala saat mereka bekerja sebab pekerjaan mereka yang tak menentu sehingga mereka terkadang mengalami kebingungan.

Salah satu perempuan (Puji) berkata :

“jaman sak iki wes jamane akeh wong wedok seng kerjo, la piye bojo ogak kerjo piye anak-anakku ape mangan mbekk jajan, mek tala dibelan-belani isok-isok anakku yoee gak urep, urep iki yoe ngene iki mbak opo menee lek wes kerjoan gak enekk seng digarap lan gak onok pesenan malah garakne bingung garakne gajian oleh titik”.

“Jaman sekarang sudah memang jaman perempuan yang bekerja, mau gimana lagi kalau suami saya tidak kerja anak-anak saya mau makan dan jajan apa, kalau tidak dibela-belain anak saya tidak akan bisa hidup, hidup ini memang begini mbak apalagi kalau udah tidak ada kerjaan mau apa lagi yang mau dikerjakan apalagi kalau tidak ada pesanan buat kerja malah membikin bingung sebab gajian bakal dapat sedikit.”

Perbincangan ini dibicarakan saat mereka saling cerita-cerita masalah hidup yang dialami oleh para perempuan di Tambak Madu ini. Tanpa merasa malu para perempuan ini saling menceritakan apa masalah yang sedang mereka hadapi terutama masalah pemenuhan kebutuhan hidup tidak luput dari perbincangan mereka.


(70)

Gambar 5.4 : Para Perempuan diskusi

Dalam pengorganisiran para perempuan, fokus yang lebih diutamakan adalah gagasan-gagasan yang muncul dari perempuan itu sendiri. Gagasan dalam agenda riset meliputi problematika yang dihadapi perempuan, potensi dan korelasi antara kemanfaatan potensi sebagai solusi dari permasalahan yang sedang terjadi.

Dalam konteks pemberdayaan perempuan kepala keluarga, motivator bersama para ibu-ibu kepala rumah tangga melakukan agenda focus group discussion (FGD) sebagai langkah utama dalam mengidentifikasi persoalan, potensi, membangun kesadaran kritis, serta aksi yang dilakukan bersama dalam rangka menyelesaikan problematika yang terjadi agar semua permasalahan yang terjadi dapat terselesaikan.

FGD awal dilakukan pada tanggal 07 Mei 2016 yang berketempatan di depan mushollah, dalam pembahasan ini menfokuskan pada masalah apa saja yang dialami oleh para perempuan kepala keluarga yang ada di Tambak Madu. Dan dengan adanya FGD yang dilakukan oleh fasilitator dan para perempuan-perempuan Tambak Madu ini sangat antusias mengikuti diskusi.


(71)

Setelah mengetahui masalah-masalah tersebut betapa sulitnya beban yang dikerjakan oleh para perempuan, maka hal yang paling utama yakni mengetahui apa yang menjadi penghambat para perempuan dalam menambah pendapatan untuk kesehariannya. Dimana memang tidak mudah untuk mengatasi masalah yang dihadapi oleh perempuan kepala keluarga yang ada di kampung Tambak Madu ini. Untuk mengetahui masalah apa yang terjadi maka yang dilakukan yakni dengan FGD bersama para perempuan-perempuan yang ada di Tambak Madu ini. Supaya dalam diskusi ini masalah-masalah yang sedang dihadapi oleh para perempuan-perempuan ini bisa tertuangkan semuan.

Gambar 5.2 :Diskusi setelah acara arisan ibu-ibu

Dari hasil diskusi yang dilakukan oleh para perempuan ini yakni berdikusi apa saja yang menjadi masalah rendahnya pendapatan keluarga. Dan menganalisis masalah apa saja yang ada di wilayah ini. Sebelum membahas masalah terlebih dahulu perempuan ini membentuk kelompok


(1)

90

BAB VII

PENUTUP

Berdasarkan uraian tersebut di atas dan pembahasan dari permasalahan mengenai perempuan kepala keluarga di Kampung Tambak Madu maka yang dapat diuraikan kesimpulan dan saran yang merupakan akhir dari pembahasan skripsi ini.

A. Kesimpulan

Dari hasil pendampingan yang telah dilakukan selama beberapa waktu di Kampung Tambak Madu, dapat diketahui pola pendampingan perempuan dalam meningkatkan ekonomi keluarga adalah dengan pola pengorganisasian masyarakat. Dalam proses pengorganisasian ini dilakukan dengan cara melakukan diskusi secara intens bersama mereka, dari pembicaraan diskusi-diskusi tersebut maka, dengan sendirinya mereka akan menemukan solusi dan perencanaan aksi untuk menangani masalah mereka.

Dimana warga Kampung Tambak Madu diajak untuk berdiksusi mengenai solusi pemecahan masalah yang dihadapi perempuan Tambak Madu ini. Dan ketika diskusi itu di dalami mereka menemukan jawabannya. Yang pertama mereka harus memiliki satu kelompok perempuan agar mempermudah mereka untuk membuka usaha dan mencari modal.


(2)

☞✌

Yang kedua yakni dari hasil diskusi bersama para perempuan bersepakat untuk melakukan aksi pelatihan pembuatan jajanan agar diwaktu mereka luang mereka bisa mempraktikan hasil dari pelatihan tersebut dan yang ketiga dari hasil diskusi tersebut para perempuan harus mencari jaringan bantuan modal agar mempermudah mereka untuk membuka suatu usaha. Dan hasil akhir semua itu bisa dilakukan oleh para perempuan Tambak Madu sebab mereka saling bantu membantu satu dengan yang lain sehingga mereka bisa kokoh untuk membuat usaha kecil bersama-sama.

Langkah-langkah ini telah dilakukan dengan cara, di antaranya dengan membuka tantangan dan peluang baru, menggalang terjadi komitmen bersama untuk menggalang terjadinya komitmen bersama, memberi informasi tentang akses ke sumber daya, meningkatkan keterampilan, memperkuat kebersamaan, membangun solidaritas, menciptakan suasana nyaman untuk berekreasi, adanya sistem apresiasi, dan sebagainya.

B. Saran Rekomendasi

Sebagai akhir penulisan ini dikemukakan rekomendasi peneliti hanya bisa pendampingan membentuk kelompok perempuan untuk membuka usaha kecil, membentuk kelompok perempuan, pelatihan membuat jajanan, mencari jaringan untuk usaha modal. Kegiatan ini semua dilakukan supaya waktu luang yang dimiliki para perempuan bisa ternilai dengan adanya pelatihan membuat jajanan ini mereka bisa memanfaatkan waktu luang mereka dengan baik.


(3)

✍✎

Sedangkan rekomendasi yang telah dirujuk untuk ke depannya agar para perempuan Tambak Madu ini lebih berdaya lagi, yakni dengan:

1. Melakukan pendampingan dari sektor yang lain, untuk meningkatkan kapasitas kemampuan perempuan dibidang yang lain seperti menjahit membuat sampah daur ulang dan lain-lain.

2. Lebih memberikan pelajaran untuk bersikap lebih disiplin kepada perempuan-perempuan tersebut.

3. Belajar bersama mereka dan tidak mendikte mereka.

Demikian tulisan skripsi ini saya buat. Penulis menyadari akan banyaknya kekurangan dalam penulisan skripsi dan pendampingan jauh dalam arti kesempurnaan. Masih banyak kesalahan dari penyusunan skripsi ini. Oleh sebab itu penulis mengharapkan kritikan dan saran dari pembaca, rekan-rekan mahasiswa, serta kepada dosen pembimbing skripsi khususnya yang bersifat membangun guna dalam penyempurnaan skripsi, agar bisa menjadikan motivasi bagi penulis agar ke depannya bisa lebih baik lagi. Ucapan terima kasih juga saya berikan kepada segala pihak yang telah membantu hingga terselesaikannya skripsi ini sesuai sistematika yang sudah dibuat. Wassalam


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Departemen Agama,Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Bandung: CV Penerbit Diponegoro).

Afandi, Agus,Dasar-Dasar Pengembangan Masyarakat Islam, (Surabaya : IAIN Sunan Ampel Press, 2013).

Afandi, Agus, dkk. Modul Participatory Action Research (PAR), LPPM UIN Sunan Ampel, Surabaya. 2016

Afandi, Agus, dkk, Panduan Penyelenggaraan Kuliah Kerja Nyata (KKN) Transformatif, (Surabaya : LPPM UIN Sunan Ampel, 2014).

Amin, Masyhur,Dakwah Islam dan Pesan Moral(Yogyakarta, Al Amin 1997).

Asmara, Toto,” Komunikasi Dakwah ”,(Jakarta : Gaya Media Pratama, 1997). Bisri, Hasan,Ilmu Dakwah,(Surabaya:Fak. Dakwah IAIN Sunan Ampel,1998).

Fakih, Mansour, Analisis Gender dan Transformasi Sosial, (Yogyakarta : INSIST PRESS).

Fakih, Mansour, Sesat Pikir Teori Pembangunan dan Globalisasi, (Yogyakarta : INSIST PRESS).

Hakim, Rahmat, Hukum Pernikahan Islam.(Bandung: Pustaka Setia, 2000).

Mustofa, Kurdi, Dakwah Di Balik Kekuasaan,(Bandung:PT Remaja Rosdakarya Offset,2012).

Muthahari, Murtadlo,Hak-hak Wanita dalam Islam(Jakarta: Lentera, 1995).

Subhan, Zaitunah,Qodrat Perempuan Taqdir atau Mitos(Yogyakarta: Pustaka Pesantren, 2004).


(5)

Suharto, Edi, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat (Bandung: PT Refika Aditama).

Sumodiningrat, Gunawan, Pemberdayaan Masyarakat dan Jaring Pengaman Sosial(Jakarta: Gramedia 2002).

Zakiyah, Pemberdayaan Perempuan oleh Lajnah Wanita, Jurnal Pengkajian Masalah Sosial Keagamaan, XVII, 01 (Januari-Juni 2010).

Haulay, Darmono, “Jurnal harmoni sosial: Pemberdayaan Perempuan (Study kasus pedagang jamu di Gedung Johor Medan)”, September 2006, volume

I no 1

Firdausi, Ni’matul, ”Skripsi : Upaya Pemberdayaan Buruh Tani Perempuan dalam Pengembangan Ekonomi Keluarga di Dusun Banyulegi Desa Gempolmanis Kec. Sambeng Kab. Lamongan”tahun 2014.

Internet :

PemberdayaanMasyarakat,http://chikacimoet.blogspot.co.id/2013/02/pemberdaya an-masyarakat.html?m=1, diakses 2 April 2016

http:// www.academia.edu/10984587/jurnal_ekonomi_syari’ah di akses pada 12 Mei 2016

Istilah ini diambil dari http://www.mampu.or.id/id/partner/pekka-pemberdayaan-perempuan-kepala-keluarga diakses pada 30 maret 2016

Wawancara :


(6)

Wawancara dengan Zahro’ (putri pemilik yayasan) pada tanggal 13 Mei 2016

Wawancara dengan Alfi selaku guru pengajar pada tanggal 17 Mei 2016 Wawancara dengan Ustad Nur Cholis pada tanggal 15 Mei 2016

Wawancara dengan Maudu’ah pada tanggal 19 April 2016

Wawancara dengan Muzaiyanah pada tanggal 12 Mei 2016 wawancara dengan Achmad pada tanggal 16 Mei 2016 Wawancara dengan Bu Khoiriyah pada tanggal 21 April 2016 Wawancara dengan Suwarni pada tanggal 20 maret 2016 Wawancara dengan Sugiati pada tanggal 27 maret 2016

Focus Group Discussion

1. FDG pada tanggal 15 April 2016 2. FDG pada tanggal 07 Mei 2016 3. FDG pada tanggal 18 Juni 2016 4. FGD pada tanggal 02 Juli 2016