PENGEMBANGAN PROGRAM PELATIHAN ORANG TUA DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN KOMUNIKASI ANAK TUNARUNGU KELAS DASAR.
PENGEMBANGAN PROGRAM PELATIHAN ORANGTUA DALAM MENGEMBANGKAN KETERAMPILAN KOMUNIKASI ANAK
TUNARUNGU KELAS DASAR
TESIS
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Master Pada Program Studi Pendidikan Kebutuhan Khusus
Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia
Dhea Intan Kusumawardhani
1302971
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KEBUTUHAN KHUSUS
SEKOLAH PASCASARJANA
(2)
PENGEMBANGAN PROGRAM PELATIHAN ORANGTUA
DALAM MENGEMBANGKAN KETERAMPILAN KOMUNIKASI
ANAK TUNARUNGU KELAS DASAR
Oleh
Dhea Intan Kusumawardhani S,Pd UPI Bandung, 2012
Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd.) pada Program Studi Pendidikan Khusus
© DheaIntanKusumawardani2015 Universitas Pendidikan Indonesia
September 2015
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
Tesis ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,
(3)
LEMBAR PENGESAHAN
Dhea Intan Kusumawardhani (1302971)
PENGEMBANGAN PROGRAM PELATIHAN ORANG TUA DALAM MENGEMBANGKAN KETERAMPILAN KOMUNIKASI ANAK
TUNARUNGU KELAS DASAR
DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH
Pembimbing,
Dr. Permanarian Somad, M.Pd NIP. 195404081981031001
Diketahui Oleh,
Ketua Program Studi Pendidikan Khusus,
Dr. Djadja Rahardja, M.Ed NIP. 195904141985031005
(4)
Dhea Intan Kusumawardani, 2015
PENGEMBANGAN PROGRAM PELATIHAN ORANG TUA DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN
METODE PENELITIAN
Dalam sebuah penelitian, sebagai seorang peneliti sangat perlu untuk menentukan metode yang akan digunakannya, sebab metode berhubungan erat dengan prosedur, alat, serta disain penelitian yang digunakan. Adapun pengertian metode penelitian menurut Sugiyono (2010:2) menyatakan bahwa “metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu.” Berdasarkan kedua pernyataan di atas yang dimaksud dengan metode penelitian merupakan langkah-langkah atau prosedur yang ditempuh dalam penelitian secara ilmiah untuk mencapai suatu tujuan tertentu berdasarkan isu-isu yang dihadapi.
A. Pendekatan dan Desain Penelitian
Hasil akhir dalam penelitian ini adalah program pelatihan orang tua dalam mengembangkan keterampilan komunikasi anak tunarungu kelas dasar. Penelitian ini dilaksanakan menggunakan 2 pendekatan dalam 3 tahap yaitu kualitatif, kualitatif dan kuantitatif.
Penggunaan metode kualitatif dan metode kuantitatif yang dikombinasikan, memberikan pemahaman yang lebih baik tentang masalah penelitian dan pertanyaan penelitian daripada hanya menggunakan salah satu metode saja.
Penelitian ini merupakan sebuah produk hipotetik yang dihasilkan dari penelitian yang bersifat analisis kebutuhan orang tua dan anak tunarungu. Desain pada penelitian ini menggunakan exploratory mixed methods research desing yaitu Discusses procedural issues related to mixed-methods in a sequential (quant then qual) design. Addresses issues of priority, implementation, and mixing in the design and offers practical guidance (Creswell, John W., & Stick, Sheldon L. 2006). Desain ini diaplikasikan untuk Membahas masalah prosedural yang berkaitan dengan metode campuran dalam sekuensial desain (kualitatif kemudian kuantitatif) dan juga membahas masalah-masalah prioritas , pelaksanaan , dan pencampuran dalam desain dan menawarkan panduan praktis .
(5)
Seperti yang telah diuraikan di atas penelitian dilakukan dengan melakukan dua tahap, dengan pola penelitian kualitatif yang dilanjutkan dengan penelitian kuantitatif (Eksploratory Reseach Design).
BAGAN ALUR PENELITIAN
TAHAP I TAHAP II TAHAP III
Teori Ekologi Perkembangan
Manusia
KKK KKB
Study Pendahuluan
Validasi Data Draf Program Analisis Konsep
Dan Study Literatur
Penyususnan Program
Keterampil an komunikasi
kurang (KKK)
Keterampil an komunikasi
Baik (KKB) ATR Kelas Dasar
Asesmen, Observasi, Wawancara Kondisi Objektif
Pemb. Di sekolah
Ling. Keluarga Validasi
Program AHLI
Guru/ Ortu
PROGRAM Pelatihan Orang tua
dalam Meningkatkan
Keterampilan Komunikasi Anak
Tunarungu Kelas Dasar
Diskusi Dan Pelatihan
(6)
B. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian ini menggunakan tahapan kualitatif dan kuantitatif dalam 3 tahapan yang dilakukan, Tahap Pertama yaitu Studi pendahuluan untuk mengumpulkan data objektif keterampilan anak dan kondisi objektif orang tua dengan cara menggali data melalui observasi, asesmen dan wawancara. Pada Tahap Kedua yaitu perumusan program pelatihan orang tua dalam meningkatkan keterampilan komunikasi anak tunarungu dengan mengkombinasikan antara data objektif di lapangan dengan teori ekologi, selanjutnya pada Tahap Ketiga yaitu uji keterlaksanaan program yang telah di validasi oleh ahli.
1. Prosedur Tahap I
Prosedur yang dilakukan pada tahap I menggunakan penelitian kualitatif dengan mengumpulkan data objektif anak dari hasil Studi dokumentasi, asesmen, wawancara dan observasi yang berkenaan dengan anak tunarungu kelas dasar dan orang tua yang bersangkutan dengan keterampilan komunikasi anak.
a. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian dilaksanakan di lingkungan sekolah anak yaitu di SLB Negeri B Garut dan rumah tempat tinggal anak di kabupaten Garut. b. Subjek Penelitian
Subjek dalam kegiatan penelitian ini adalah orang tua, dalam implementasi ini orang tua diwakili oleh ibunya, dimana seorang ibu dianggap akan mampu menjadi model atau contoh bagi anggota keluarga lainnya. Subjek ini adalah subjek yang memiliki anak usia para sekolah yang memiliki keterampilan komunikasi kurang.
c. Informan Penelitian 1) Orang tua
Orang tua adalah orang yang paling dekat dan mengetahui bagaimana kondisi dan perkembangan anak, maka dari itu orang tua dijadikan sebagai informan pada penelitian ini. Adapun orang tua yang diambil dalam penelitian ini sebanyak 5 orang tua (2 sebagai orang tua
(7)
yang memiliki anak dengan keterampilan komunikasi baik dan 3 orang tua yang memiliki anak dengan keterampilan komunikasi kurang)
2) Guru
Guru adalah orang yang mengetahui perkembangan sehari-hari anak di lingkungan sekolah, guru dapat dijadikan sebagai informan tentang bagaimana keterampilan komunikasi yang dimiliki anak dengan metode pembelajaran yang diberikan sekolah yang berhubungan dengan keterampilan komunikasi.
d. Proses Penelitian Tahap I 1) Studi Pendahuluan
Studi pendahuluan dilakukan untuk melihat kondisi objektif di lapangan tentang keterampilan komunikasi yang dimiliki anak, bagaimana proses penanganan orang tua di rumah terhadap anak dan guru di lingkungan sekolah.
2) Observasi
Observasi dilakukan untuk melihat keseharian anak dalam keterampilan komunikasi yang dimilikinya, dan menggali data terhadap perlakuan orang tua dan guru dalam pengembangan keterampilan komunikasi anak.
3) Wawancara
Wawancara dilakukan kepada orang tua dan guru untuk mengungkap data terhadap keseharian anak di lingkungan rumah dan sekolah serta melihat sejauh mana penanganan dan support orang tua dan guru terhadap keterampilan komunikasi anak dalam pengembangan keterampilan komunikasinya.
e. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dilakukan secara terus menerus sejak penelitian dimulai sampai setiap perolehan data dari catatan-catatan observasi. Analisis data secara kualitatif dilakukan dengan cara melihat, memeriksa, membandingkan, dan menafsirkan pola-pola atau tema-tema yang bermakna yang muncul dalam data penelitian lalu analisis data secara
(8)
kuantitatif dilanjutkan dengan menganalisis data yang telah diperoleh dengan menggabungkan hasil instrumen dan observasi yang telah di persiapkan dan di uji cobakan.
(9)
1) Instrumen
Pada penelitian ini yang menggunakan 2 pendekatan dalam 3 tahap ini dengan model Exploratory Mixed Methods Research Design pada aspek kualitatif sebagai metode primer yang menjadi instrumen adalah peneliti sendiri. Menurut Sugiyono (2008:306) bahwa peneliti kualitatif sebagai human instrument, berfungsi menetapkan fokus penelitian, memilih informan sebagai sumber data, melakukan pengumpulan data, menilai kualitas data, analisis data,menafsirkan data dan membuat kesimpulan atas temuannya.
No Pertanyaan Penelitian
Sub Pertanyaan Aspek Indikator Sub Indikator Teknik
Pengumpulan Data
Instrumen Sumber Data
1 Bagaimana kondisi objektif keterampilan berkomunikasi anak tunarungu kelas dasar? Bagaimana Keterampialn komunikasi anak saat ini? Anak Tunarungu Milestone
perkembangan anak usia kelas dasar
Perkembangan bicara dan bahasa anak
Kemampuan keterampilan komunikasi anak
Perkembangann bicara dan bahasa kelas dasar
Kemmapuan : - Berbicara
- Menyimak kata dan kalimat
- Memahami kata dan kalimat
Kemampuan bahasa : - Menyebutkan suku
kata dan kalimat - Memahami kata dalam
kalimat dengan : bunyi bahasa (eja), bicara,
Wawancara Observasi Pedoman Wawancara Pedoman Observasi Anak Guru Orang tua
(10)
isyarat/simbol dan kombinasinya.
2 Bagaimana perlakuan orang tua, keluarga, guru dalam
mengembangkan keterampilan komunikasi anak tunarungu kelas dasar?
Bagaimana kondisi objektif orang tua, guru saat ini?
Orang tua, keluarga, guru
Pemahaman terhadap kemampuan
keterampilan
komunikasi yang dimiliki anak
Sikap orang tua terhadap keadaan anak
Perlakuan terhadap anak (pengasuhan anak)
Riwayat perkembangan bicara dan bahasa
Cara berkomunikasi sehari-hari
Mengetahui adanya masalah pada anak
Kemampuan untuk melakukan penanganan secara dini terhadap pada anak
Sikap penolakan
Sikap Marah
Depresi
Sikap Penerimaan
Responsif
Disiplin
Konsisten
Orang tua
(11)
Penolakan
Bagaimana proses penanganan keterampilan komunikasi anak oleh orang tua saat ini?
Intervensi Upaya yang dilakukan dalam pengembangan ketrampilan
komunikasi terhadap anak
Mencari Informasi tentang permasalahan anak
Mencari info pengembangan tentang keterampilan komunikasi anak sedini mungkin pada ahli
Melakuakan pengembangan
keterampilan komunikasi sendiri/dilakuakan dengan bantuan (guru, terapis,dll)
Hasil yang di dapat dari penanganandalam
pengembangakan
keterampilan komunikasi anak
Keadaan anak saat ini
Wawancara
Observasi
Pedoman wawancara
Pedoman wawancara
Orang tua
Apa yang menjadi faktor
Intervensi Faktor pendukung yang dilakuka dalam
Lingkungan keluarga inti
(12)
pendukung dan
penghambat bagi orang tua untuk
melakukan pengembanga n terhadap keterampilan komunikasi anak pengembangan keterampilan komunikasi anak
Faktor penghambat yang dilakuka dalam pengembangan keterampilan komunikasi anak Pengetahuan Waktu Konsisten Bagaimana proses pengembanga n keterampilan komunikasi yang dilakukan oleh guru saat ini?
Intervensi Upaya yang dilakukan dalam melaksanakan pengembanagan keterampilan komunikasi
Metode pembelajaran yang saat ini digunakan
Hasil yang diperoleh dari pembelajaran Wawancara Observasi Pedoman Wawancara Pedoman Observasi Guru
3 Program Pelatihan orang tua yang seperti apakah yang dapat mengembangkan
Bagaimana perumusan program pelatihan orang tua terhadap
Program pelatihan orang tua Prosedur 1. Perencanaan 2. Pelaksanaan 3. Evaluasi Prosedur 1. Perencanaan - Tujuan - Materi - Evaluasi
(13)
komunikasi anak tunarungu kelas dasar?
pengembangan keterampilan komunikasi anak?
2. Pelaksanaan - Skenario pelatihan - Teknik pelatihan - Mekanisme kegiatan
pelatihan - Jadwal pelatihan 3. Evaluasi
Bagaimana bentuk draf materi program pelatihan orang tua dalam mengembangka n keterampilan komunikasi anak?
Materi Program
Draf Materi program Pengetahuan perkembangan anak
Mendekteksi adanya eter;jembatan
perkembangan anak
Sikap dan perlakuan orang tua terhadap anak
Penanganan dan stimulus orang tua terhadap keterampilan komunikasi anak
Bermain peran
Pencataan data
Praktek penanganan untuk pengembangan
keterampilan komunikasi kepada anak
Gambar cerita
Slide powerpoint
(14)
Bagaimana peningkatan orang tua melalui
program pelatihan untuk mengembangka n keterampilan komunikasi anak?
Materi Program
Menguji peningkatkan program kepada orang tua
Meningkatkan kemmapuan
oenanganan dalam pengembangkan keterampilan komunikasi anak
Melakukan pengembangan
keterampilan komunikasi sesuai dengan program yang telah dibuat
Melihat kemampuan awal (vaselin) orang tua dalam pemahaman tentang pengembangan
keterampilan komunikasi anak
Pemberian treatment berupa program pelatihan bagi oragtua dalam mengembangkan
keterampilan komunikasi anak
Melihat kemampuan setelah diberikan pelatihan menggunakan program pengembangan
keterampilan komunikasi anak. Apakah ada
Wawancara Observasi Eksperimen desain SSR Pedoman Wawancara Pedoman Observasi Pertanyaan tentang ketunarunguan dan pengembanga n kemampuan keterampilan komunikasi anak.
(15)
peningkatan pemahaman dalam penanganan anak?
2) Pedoman Wawancara
Wawancara yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu berupa tanya jawab sepihak. Tanya jawab ‘sepihak’ berarti bahwa pengumpul data yang aktif bertanya, sermentara pihak yang ditanya aktif memberikan jawaban atau tanggapan. Dari penjelasan tersebut, kita juga dapat mengetahui bahwa tanya jawab dilakukan secara sistematis, telah terencana, dan mengacu pada tujuan penelitian yang dilakukan.
Pedoman wawancara dibuat sebagai panduan pengumpulan data saat melakukan wawancara. Pedoman wawancara ini berisi pertanyaan-pertanyaan mengenai keterampilan komunikasi anak tunarungu yang sudah dicapai saat ini, sikap dan perlakuan orang tua dalam memahami hakekat ketunarunguan serta keterlibatan dan peran serta orang tua dalam mengembangkan keterampilan komunikasi anak tunarungu saat ini di rumah, peran guru dalam mengembangkan kemampuan keterampilan komunikasi anak di lingkungan sekolah.
Adapun kisi-kisi pedoman wawancara yang telah dibuat adalah sebagai beikut : KISI-KISI PEDOMAN WAWANCARA ORANG TUA
ASPEK INDIKATOR RUANG LINGKUP TEKNIK
PENGUMPULAN DATA
INSTRUMEN INFORMAN
Kondisi Perkembangan Keterampilan
Komunikasi Anak
Bahasa ekspresif, Bahasa Reseptif, Interaksi
a. Mendengarkan/menyimak pesan
b. Mengerti Pesan c. Menyampaikan Pesan d. Memulai Interaksi
komunikasi
Wawancara Pedoman Wawancara Guru
(16)
Kondisi Pembelajaran di Sekolah
Program Pembelajaran anak dalam keterampilan berkomunikasi
a. Penerapan SKKD b. Program Melatih
keterampilan komunikasi anak di sekolah
c. Upaya yang dilakukan guru untuk
mengoptimalkan keterampilan komunikasi
Wawancara Pedoman Wawancara Guru
Kondisi Orang tua Pemahaman dan sikap orang tua terhadap kemampuan anak
a. Mengetahui
perkembangan bahasa anak
b.Mengetahui permasalahan anak dalam cara
berkomunikasi c. Memahami kebutuhan
anak dalam mengoptimalkan keterampilan komunikasinya d.Upaya yang dilakukan
orang tua untuk mengoptimalkan
keterampilan komunikasi anak
(17)
3) Pedoman Observasi
Observasi adalah metode pengumpulan data melalui pengamatan langsung atau peninjauan secara cermat dan langsung di lapangan atau lokasi penelitian. Dalam hal ini, peneliti dengan berpedoman kepada desain penelitiannya perlu mengunjungi lokasi penelitian untuk mengamati langsung berbagai hal atau kondisi yang ada di lapangan. Penemuan ilmu pengetahuan selalu dimulai dengan observasi dan kembali kepada observasi untuk membuktikan kebenaran ilmu pengetahuan tersebut.
Pedoman observasi sama halnya dengan pedoman wawancara yaitu dibuat untuk pengumpulan data objektif sesuai apa yang telah di lihat oleh peneliti di lapangan yang dijadikan sebagai acuan data tentang kemampuan keterampilan komunikasi anak tunarungu kelas dasar dan pengembangan keterampilan komunikasi yang dilakukan oleh orang tua dan guru kepada anak tunarungu.
Adapun kisi-kisi pedoman observasi yang telah dibuat adalah sebagai berikut:
ASPEK INDIKATOR RUANG LINGKUP TEKNIK
PENGUMPULAN DATA
INSTRUMEN INFORMAN
Kondisi Perkembangan Keterampilan Komunikasi Anak Bahasa ekspresif, Bahasa Reseptif, Interaksi e. Mendengarkan/menyimak pesan
f. Mengerti Pesan g. Menyampaikan Pesan h. Memulai Interaksi
komunikasi
Observasi Pedoman Observasi Anak Guru Orang tua Kondisi Pembelajaran di Sekolah Program Pembelajaran anak dalam keterampilan berkomunikasi
d. Penerapan SKKD e. Program Melatih
keterampilan komunikasi anak di sekolah
f. Upaya yang dilakukan guru untuk
mengoptimalkan
Observasi Pedoman Observasi
(18)
keterampilan komunikasi Kondisi Orang
tua
Pemahaman dan sikap orang tua terhadap kemampuan anak
e. Mengetahui
perkembangan bahasa anak
f. Mengetahui permasalahan anak dalam cara
berkomunikasi g.Memahami kebutuhan
anak dalam mengoptimalkan keterampilan komunikasinya h.Upaya yang dilakukan
orang tua untuk mengoptimalkan
keterampilan komunikasi anak
Observasi Pedoman Observasi
Orang tua
4) Pedoman Validasi
Validasi program dibuat untuk menghasilkan program yang bermutu dan bermanfaat, program yang telah di buat divalidasi terlebih dahulu kepada ahli ketunarunguan dan guru yang mengerti kondisi anak dengan memakai cara expert judgment. Proses ini tentunya menggunakan pedoman validasi yang akan berguna untuk panduan pembuatan program yang baik.
f. Teknik Analisis Data
Proses analisis dalam penelitian ini menggunakan kerangka yang dikembangkan oleh Miles dan Huberman (Sugiyono, 2011:246), yang terdiri dari tiga fase, yaitu reduksi data (data reduction), penyajian data (data
display), dan penarikan verifikasi data.
1) Reduksi Data
Reduksi data adalah proses menyeleksi, memfokuskan, menyederhanakan, mengabstraksikan, dan menstransformasikan data yang tercantum dalam transkip wawancara.
(19)
2) Penyajian Data
Penyajian data adalah analisis data ini adalah menentukan bagaimana data itu akan disajikan, mengecek data tentang kemampuan anak tunarungu dengan wawancara mendalam ke orang tua, melihat catatan intervensi yang dilaksanakan (dokumentasi) dan observasi terhadap anak. . Sajian data ini menampilkan rakitan yang memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindak. 3) Menarik Kesimpulan dan Verifikasi
Kegiatan selanjutnya yaitu menarik kesimpulan dan verifikasi data dengan cara mempelajari kembali data-data yang terkumpul dan meminta pertimbangan dari ahli Pendidikan Kebutuhan Khusus, dan Guru yang menguasai anak tunarungu.
2. Prosedur Tahap II
Pada tahap II ini merumuskan program pelatihan orang tua dalam mengembangkan keterampilan komunikasi anak tunarungu diadaptasikan dari hasil data pada tahap I lalu di sesuaikan dengan analisis teori ekologi yang diperoleh dari data kondisi objektif dan hasil yang telah di rumuskan serta di validasi secara konseptual.
3. Prosedur Tahap III
a. Prosedur Pelaksanaan Tahap III
Prosedur yang dilakukan pada tahap ke III ini setelah dilakukan validasi program terhadap ahli tunarungu dan guru tunarungu, maka program yang telah dibuat, dilakukan uji keterlaksanaan terhadap beberapa orang tua yang memiliki anak dengan keterampilan komunikasinya kurang.
Pengujian program dilakukan dengan eksperimen yang dilakukan adalah dengan menggunakan Single Subject Research (SSR). “Penelitian eksperimen yang dilaksanakan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh dari suatu perlakuan yang diberikan kepada subjek secara berulang- ulang dalam waktu tertentu ” (Sunanto, 2006). Alasan mengapa pengujian menggunakan SSR adalah sebagai berikut :
(20)
1) Jumlah subjek penelitian tidak banyak sehingga sulit untuk menggunakan eksperimen secara berkelompok.
2) Subjek heterogen, tidak mungkin dibuat secara kelompok.
Penggunaan metode eksperimen dengan Single Subject Research (SSR) dianggap sesuai untuk meneliti perlakuan tertentu terhadap subyek tunggal yaitu model A-B-A dengan desain A-B-A.
A-1 (baseline 1) merupakan suatu kondisi awal kemampuan melakukan intervensi dini dalam pemahaman ketunarunguan dan pengembangan keterampilan komunikasi. Pada kondisi ini, untuk mengetahui sejauh mana orang tua paham hakekat ketunarunguan dan sejauh mana dapat melakukan pengembangan keterampilan komunikasi anaknya yang tunarungu), sebelum dilakukan intervensi adalah memberikan 10 pertanyaan mengenai pengetahuan dan pemahaman orang tua tentang ketunarunguan dan pengembangan keterampilan komunikasi anak tunarungu. Kemudian dihitung menggunakan persentasi hasil, data skor selanjutnya dimasukkan ke dalam pencatatan data.
B (intervensi) adalah untuk mengetahui data kemampuan orang tua dalam melakukan intervensi dini kepada anak. Pada tahap ini subjek diberi perlakuan dengan cara melakukan program pelatihan orang tua dalam intervensidini anaknya yaitu dengan memberikan pemahaman orang tua tentang ketunarunguan dan pengembangan keterampilan komunikasi. Pada tahap ini, orang tua diberikan latihan berupa teori dengan materi seputar pengetahuan orang tua tentang ketunarunguan, pemahaman orang tua dalam menangani anak dalam pengembangan keterampilan komunikasi. Intervensi diberikan sampai terjadi perubahan dalam pemahaman orang tua tentang ketunarunguan, orang tua dalam menangani anak, dan dalam mengembangkan keterampilan komunikasi anak. Proses intervensi setiap sesi dilakukan seminggu tiga kali dengan waktu dua jam pada setiap sesinya.
A-2 (baseline 2) merupakan pengulangan kondisi baseline 1 sebagai evaluasi apakah intervensi yang diberikan berpengaruh pada subjek atau
(21)
tidak. Hasil evaluasi dapat menunjukan apakah intervensi yang diberikan memberikan pengaruh positif pada subjek dengan membandingkan kondisi subjek pada baseline-1 dan baseline-2. Pelaksanaannya wawancara dengan orang tua seputar ketunarunguan dan kemampuan orang tua dalam mengembangkan kemampuan keterampilan komunikasi anak tunarungu.
Pelaksanaannya wawancara dengan orang tua seputar ketunarunguan dan kemampuan orang tua dalam mengembangkan keterampilan komunikasi anak tunarungu.
Secara visual desain A-B-A digambarkan dalam grafik sebagai berikut: DESAIN A-B-A
Gambar 3.2 Desain A-B-A
Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan wawancara dan hasilnya dalam bentuk persentasi. Bentuk wawancara berupa pertanyaan- pertanyaan seputar pengetahuan orang tua tentang ketunarunguan, pengembangan keterampilan komunikasi. Kemudian setelah data terkumpul akan dianalisis ke dalam statistik deskriptif. Single Subject Research (SSR) mengacu pada strategi penelitian yang dikembangkan untuk
10 20 30 40 50 60 70 80 90 100
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
sesi
sesi
BASELINE (A-1)
BASELINE (A-2) INTERVENSI
(22)
mendokumentasikan perubahan tentang tingkah laku subjek secara individual.
b. Prosedur Eksperimen. 1) Menentukan Baseline
Pada fase ini orang tua diberi tes untuk menguji target behavior tentang kemampuan mengintervensi tentang ketunarunguan dan keterampilan komunikasi yang dimiliki anak.
2) Prosedur Intervensi
Pada fase ini orang tua diberikan perlakuan tentang pemahaman anak tunarungu dan bagaimana cara mengembangkan keterampilan komunikasi anak melalui program pelatihan orang tua dalam meningkatkan keterampilan komunikasi anak tunarungu kelas dasar
c. Teknik Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan dalam tahap ini yaitu data pemahaman orang tua tentang perkembangan keterampilan komunikasi anak tunarungu, kemajuan orang tua dalam penanganan dalam mengembangkan keterampilan komunikasi anak di rumah. Peneliti ingin mengetahui peningkatan cara penanganan orang tua terhadap anak. Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan tes lisan dan tulisan.
Untuk mendapatkan data dilakukan pengamatan terhadap baseline 1 (A-1) , intervensi (B), dan baseline 2 (A-2) sebanyak 12 sesi. Penelitian ini dilakukan 1 minggu 2x. Adapun banyak sesi dalam pengumpulan data penelitian ini adalah sebagai berikut : pada tahap baseline 1 (A-1) 3 sesi, tahap intervensi B 6 sesi dan tahap baseline 2 (A-2) 3 sesi, dengan menggunakan alat penelitian berupa kamera untuk dokumentasi, instrumen pengembangan keterampilan komunikasi anak tunarungu kelas dasar.
d. Teknik Pengolahan Data
Pengolahan data yang di ambil dalam tahap ini adalah mengumpulkan data yang telah diambil melalui format pencatatan kemudian data diolah dan dianalisis ke dalam statistik deskriptif dengan tujuan memperoleh gambaran
(23)
secara jelas mengenai hasil intervensi dalam jangka waktu tertentu. Analisis dilakukan dengan satu subjek.
Grafik analisis diharapkan lebih memperjelas gambaran stabilitas perkembangan keterampilan komunikasi Anka tunarungu setelah diberikan perlakuan.
Desain subjek tunggal ini menggunkan tipe garis yang sederhana (type simple line graph). Menurut Sunanto dalam Gustarina, P (2014) : komponen komponen yang penting dalam membuat grafik diantaranya :
1) Absis , adalah sumbu X yang merupakan sumbu mendatar yang menunjukkan satuan untuk waktu (mis. Sesi, hari dan tanggal)
2) Ordinat, adalah sumbu Y yang merupakan sumbu vertikal yang menunjukkan satuan untuk variabel terikat atau perilaku sasaran (mis. Persen, frekuensi, dan durasi)
3) Titik awal, merupakan pertemuan antara sumbu Xan sumbu Y sebagai titik awal skala.
4) Skala, garis-garis pendek pada sumbu X dan sumbu Y yang menunjukkan ukuran
5) Tabel kondisi yaitu keterangan yang menggambarkan kondisi eksperimen, misalnya baseline atau intervensi.
6) Garis perubahan kondisi, yaitu garis vertikal yang menujukkan adanya perubahan dari kondisi lainnya.
7) Judul grafik, judul yang mengarahkan perhatian pembaca agar segera diketahui hubungan antara variabel bebas dan terikat.
Adapun langkah- langkah yang dapat diambil dalam menganalisis data ialah sebagai berikut :
1) Menskor hasil pengukuran baseline A-1 dari setiap subjek pada tiap sesi.
2) Menskor hasil pengukuran pada fase intervensi dari subjek pada tiap sesi. Menskor hasil pengukuran pada fase baseline A-2 dari setiap subjek pada setiap sesi.
(24)
3) Membuat tabel penelitian untuk skor yang telah diperoleh pada kondisi baseline-1, kondisi intervensi dan baseline-2. 5) Membandingkan hasil skor pada kondisi baseline-1, skor intervensi dan baseline-2.
4) Membuat analisis data bentuk grafik garis sehingga dapat dilihat secara langsung perubahan yang terjadi dari ketiga fase.
5) Membuat analisis dalam kondisi dan antar kondisi. C. Penjelasan Istilah
1. Definisi Konsep Variabel a. Variabel Bebas
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah Program Pelatihan Orang tua: Program ini dibuat untuk orang tua (ayah dan ibu) agar dapat menjadi panduan melakukan interaksi dan stimulasi dengan anak tunarungu dalam rangka mengembangkan komunikasi dalam kehidupan sehari-hari di rumah. b. Variabel Terikat
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah keterampilan komunikasi anak tunarungu kelas dasar. Keterampilan menurut (Gordon 1994) adalah sebuah kemajuan dalam mengoperasikan kemampuan secara lebih mudah dan tepat. Komunikasi pada kaidahnya merupakan penyampaian informasi melalui bicara dan bahasa, tekanan, kecepatan, intonasi, kualitas suara, pendengaran dan pemahaman, ekspresi muka, dan gerak-isyarat tangan (Samuel Kirk, dalam Permanarian: 2007).
Keterampilan komunikasi adalah merupakan model dalam menumbuh kembangkan fondasi dalam berinteraksi antara individu dengan lingkungan, komunikasi juga merupakan bentuk penyampaian pesan dari seseorang kepada orang lain hingga terjadinya komunikasi dua arah.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa Keterampilan komunikasi dalam penelitian ini adalah mengembangkan fondasi yang telah diberikan kepada orang tua melalui pelatihan, agar orang tua dapat mengoptimalkan potensi yang dimiliki anak dapat terjalin dengan baik dalam menangkap pesan dan menerima pesan serta memahami pesan yang telah disampaikan.
(25)
a. Variabel Bebas
Variabel bebas adalah “variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel terikat” (Sugiyono, 2008:39). Dalam penelitian ini yang menjadi variabel bebas adalah program pelatihan orang tua.
Program pelatihan orang tua yang dimaksud dalam penelitian ini adalah suatu program pelatihan yang ditujukan kepada orang tua yang memiliki anak tunarungu dalam mengembangkan keterampilan komunikasi anaknya. Program dalam pelatihan ini terdiri dari (1) Kesadaran Orang tua terhadap kondisi anak, (2) Sikap dan perilaku orang tua terhadap anak (3)Pengembangan keterampilan komunikasi anak tunarungu.
Adapun pelaksanaan program pelatihan orang tua ini adalah sebagi beikut:
1) Menjelaskan kepada orang tua tentang tujuan dari program yang akan dilakukan bersama-sama dengan peneliti. Program pelatihan orang tua ini dibagi menjadi 2 tahap yaitu pelatihan teori dan pelatihan praktek intervensi
2) Setelah orang tua memahami tujuan dari program yang akan dibuat, orang tua diberikan pelatihan awal yaitu pelatihan teori. Pelatihan ini bertujuan untuk memahami dan memiliki pengetahuan tentang ketunarunguan, yaitu tentang asesmen anak tunarungu, perkembangan anak tunarungu. Klasifikasi anak tunarungu dan dampak ketunarunguan.
3) Setelah pelatihan teori diberikan lalu diadakannya sharing bersama dengan orang tua seputar teori yang diberikan, lalu dilakukannya intervensi untuk melihat anak dan menangani anak tunarungu dalam keseharian. Secara teknis praktek intervensi ini dilakukan kegiatan dengan cara modeling dan bermain peran (dicontohkan terlebih dahulu oleh peneliti lalu di praktekan oleh orang tua), dengan tujuan agar dapat membantu dan mempermudah orang tua dalam melakukan praktek tersebut sendiri di rumah.
(26)
4) Setelah sesi pelatihan teori dan praktek intervensi selesei, selanjutnya peneliti mengadakan refleksi dengan mencatat kegiatan yang sudah dilakukan, mencatat kegiatan yang akan dilakukan berikutnya, dan merencanakan jadwal kunjungan berikutnya.
5) Setelah semua sesi diikuti oleh orang tua, selanjutnya peneliti mengadakan evaluasi/tidak lanjut. Evaluasi/tindak lanjut ini bertujuan apakah orang tua melakukan program pelatihan yang telah diberikan selam ini sehingga tujuan program tercapai. Dan evaluasi dilakukan seminggu dua kali.
6) Penilaian dalam pelatihan teori yaitu orang tua dan peneliti melakukan wawancara seputar teori ketunarunguan dan intervensi (materi). Penilaian berupa sejauh mana orang tua memahami isi materi, jawaban yang disampaikan sesuai dengan isi materi. Dari hasil wawancara dapat diberi penilaian. Adapun kriteria penilaian yaitu :
a) Konsep Ketunarunguan
(1) 2 jika orang tua memahami konsep ketunarunguan, Nilai (2) 1 jika orang tua masih ragu-ragu dan belum memahami
konsep ketunarunguan yang diberikan, dan
(3) 0 jika orang tua tidak memahami tentang konsep ketunarunguan.
b) Pemahaman Pola Layanan Orang tua terhadap Anak Tunarungu dalam Perspektif Ekologi
(1) 2 jika orang tua memahami pola layanan orang tua terhadap anak tunarungu dalam perspektif ekologi
(2) 1 jika orang tua masih ragu-ragu dan belum memahami pola layanan orang tua terhadap anak tunarungu dalam perspektif ekologi
(3) 0 jika orang tua tidak memahami pola layanan orang tua terhadap anak tunarungu dalam perspektif ekologi.
c) Pemahaman Orang tua dalam Pengembangan Keterampilan Komunikasi
(27)
(1) 2 jika orang tua memahami orang tua dalam pengembangan keterampilan komunikasi
(2) 1 jika orang tua masih ragu-ragu dan belum memahami orang tua dalam pengembangan keterampilan komunikasi
(3) 0 jika orang tua tidak memahami orang tua dalam pengembangan keterampilan komunikasi
7) Penilaian dalam praktek intervensi yaitu orang tua mampu melakukan langkah-langkah mengembangkan keterampilan komunikasi anak tunarungu. Penilaian nilai yaitu :
a) Prinsip Pengejaran Anak Tunarungu
(1) 2 jika orang tua mampu melakukan pengembangan keterampilan komunikasi dalam penggunaan pengajaran keterarahwajahan pada anak tunarungu
(2) 1 jika orang tua masih ragu dan belum memahami dalam melakukan pengembangan keterampilan komunikasi dalam pengguanaan pengajaran keterarahwajahan pada anak tunarungu,
(3) 0 jika orang tua tidak mampu melakukan pengembangan keterampilan komunikasi dalam pengguanaan pengajaran keterarahwajahan pada anak tunarungu
b) Cara meningkatan Keterampilan Komunikasi
(1) 2 jika orang tua mampu mengaplikasikan cara meningkatkan keterampilan komunikasi pada anak tunarungu
(2) 1 jika orangt ua masih ragu dan belum mengerti untul mengaplikasikan cara meningkatkan keterampilan komunikasi pada anak tunarungu
(3) 0 jika orang tua tidak mampu mengaplikasikan cara meningkatkan keterampilan komunikasi pada anak tunarungu Adapun langkah-langkah pengembangan program pelatihan orang tua terlampir.
(28)
b. Variabel Terikat
Variabel terikat yaitu variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas (Sugiyono, 2008:39). Dalam hal ini variabel terikat adalah keterampilan komunikasi anak tunarungu.
Keterampilan komunikasi dalam penelitian adalah kemampuan orang tua untuk melatih anaknya yang tunarungu dalam berkomunikasi dengan bahasa ekspresif dan ekspresifnya secara tepat.
Keterampilan komunikasi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah cara orang tua untuk melakukan intervensi dalam hal keterampilan komunikasi agar anak mampu memahami komunikasi dengan lawan biacarnya dengan benar dan akhirnya anak tunarungu mampu mengungkapkan keinginannya dan dimengerti oleh partner komunikasinya.
Untuk menentukan penilaian, terlebih dahulu harus membuat kriteria penilaian. Kriteria penilaian disusun berdasarkan program yang telah dibuat. Adapun kriteria penilaian dibagi menjadi dua bagian, Yang pertama penilaian tentang pemahaman orang tua tentang ketunarunguan. Penilaian yang dilakukan dengan cara memberikan pertanyaan seputar ketunarunguan. Hasilnya akan diberi nilai yaitu :
1) Konsep Ketunarunguan
a) 2 jika orang tua memahami konsep ketunarunguan,
b) 1 jika orang tua masih ragu-ragu dan belum memahami konsep ketunarunguan yang diberikan, dan
c) 0 jika orang tua tidak memahami tentang konsep ketunarunguan. 2) Pemahaman Pola Layanan Orang tua terhadap Anak Tunarungu dalam
Perspektif Ekologi
a) 2 jika orang tua memahami pola layanan orang tua terhadap anak tunarungu dalam perspektif ekologi
(29)
b) 1 jika orang tua masih ragu-ragu dan belum memahami pola layanan orang tua terhadap anak tunarungu dalam perspektif ekologi
c) 0 jika orang tua tidak memahami pola layanan orang tua terhadap anak tunarungu dalam perspektif ekologi.
3) Pemahaman Orang tua dalam Pengembangan Keterampilan Komunikasi
a) 2 jika orang tua memahami orang tua dalam pengembangan keterampilan komunikasi
b) 1 jika orang tua masih ragu-ragu dan belum memahami orang tua dalam pengembangan keterampilan komunikasi
c) 0 jika orang tua tidak memahami orang tua dalam pengembangan keterampilan komunikasi
Penilaian dalam praktek intervensi yaitu orang tua mampu melakukan langkah-langkah mengembangkan keterampilan komunikasi anak tunarungu. Penilaian nilai yaitu :
1) Prinsip Pengejaran Anak Tunarungu
a) 2 jika orang tua mampu melakukan pengembangan keterampilan komunikasi dalam penggunaan pengajaran keterarahwajahan pada anak tunarungu
b) 1 jika orang tua masih ragu dan belum memahami dalam melakukan pengembangan keterampilan komunikasi dalam penggunaan pengajaran keterarahwajahan pada anak tunarungu, c) 0 jika orang tua tidak mampu melakukan pengembangan
keterampilan komunikasi dalam penggunaan pengajaran keterarahwajahan pada anak tunarungu
2) Cara meningkatkan Keterampilan Komunikasi
a) 2 jika orang tua mampu mengaplikasikan cara meningkatkan keterampilan komunikasi pada anak tunarungu
(30)
b) 1 jika orang tua masih ragu dan belum mengerti untuk mengaplikasikan cara meningkatkan keterampilan komunikasi pada anak tunarungu
c) 0 jika orang tua tidak mampu mengaplikasikan cara meningkatkan keterampilan komunikasi pada anak tunarungu Adapun langkah-langkah pengembangan program pelatihan orang tua terlampir.
(31)
DAFTAR PUSTKA
Aprilia, I, M. (2014). Konsep Dasar Komunikasi. Tersedia di: http://file.upi.edu/Direktori/fip/jur.pdf.Diakses 02 Juli 2014
Apter. (1982). Trouble System Trouble Children. New York: Prentice Hall. Inc Bronferbrenner, U. (2004). Making Human Beings Human. Bioecological
Perspectives on Human Development. [Online]. Tersedia: http://www.hfrp.org/content/download/1181/48685/file/earlychildhood. [Diakses tanggal Januari 2014].
Bunawan, L. (2000). Penguasaan Bahasa Anak Tunarungu. Jakarta. Yayasan Santi Rama.
Cresswell, J. (2010). Research Design Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif dan
Mixed. Yogyakarta. Pustaka Pelajaran.
Dahlan M.D, dkk (1984). Issus & Ethics in The Helping Profesion, California : Brooks/Cole Publishing Company
Dubois, D.D, Rothwell, W.L, Stem, D. J.K & Kemp, L.K (2009).
Competency-based human Resources Management. California: Davies-Black Publishing.
Evan, L (1993). Total Communication.Galllaudet Collage Press:Kendal Green, Washington D.C 2-8802
Hurlock, E.B. (1978). Perkembangan Anak : Jilid 1. Edisi Keenam. Jakarta : Penerbit Erlangga.
Kamus Besar Bahasa Indonesia. (1989). Depdikbud.
Masitoh. (2007). Strategi Pembelajaran TK. Jakarta : Universitas Terbuka
Moores F.D fifth edition (2001). Educating The def New York: Houhton Mifflin Company
Notoatmodjo,S. (1991). Pengantar Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku
Kesehatan. BPKM FKM UPI
Payitno dan Erman Anti, (1996). Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling, Jakarta : PPPMTK-Dikjen Dikti
Permanarian Somad dan Didi Tarsidi. (2011). Dampak Ketunarunguan Terhadap
Perkembangan Individu. [Online]. Tersedia di
(32)
Permanarian Somad. (2009). Dampak Kehilangan Pendengaran. . [Online]. Tersedia
di.http://permanariansomad.blogspot.com/2009/11/dampakketunarunguan.ht ml [diakses tanggal Desember 2013].
Permanarian Somad. (2009). Dampak Kehilangan Pendengaran. . [Online].
Tersedia di
http://permanariansomad.blogspot.com/2009/11/dampakketunarunguan.html [diakses tanggal Februari 2014].
Permanarian, Somad dan Tati Hernawati. (1996). Orthopedagogik Tunarungu. Jakarta. Ditjen Dikti.
Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. (2013). Bandung. Universitas Pendidikan Indonesia.
Piaget, Jean & Barbel Inhelder, Psikologi Anak.Terj.Miftahul Jannah, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, Cet. 1, 2014
Prayitno, (1987) Buku I: Pelayanan Bimbingan Konseling Sekolah Dasar (SD), Jakarta: Kerjasama Koperasi Karyawan Pusgrafin dan Penerbit Panebar Aksara
Rahardja, Djaja. (2006). Pengantar Pendidikan Luar Biasa ( Introduction to Spesial Education). CRIED. University of Skuba
Sadja’ah, E. (2003). Layanan dan Latihan Artikulasi bagi Anak Tunarungu.
Bandung : San Grafika.
Sadja’ah. E. (2003) Bina Bicara, Persepsi Bunyi dan Irama. Bandung: San Grafika.
Santrock, I. (2004). Psikologi Pendidikan. Jakarta. Kencana PrenadaMedia grup. Siagian, SP. (1995). Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta. Bumi Aksara.
Santrock, John W. (2007). Perkembangan Anak (Jilid 1). Jakarta: Erlangga. Santrock, John W. (2007). Perkembangan Anak (Jilid 2). Jakarta: Erlangga. Sugiyono. (2008) Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung:
Alpabeta.
Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Kombinasi. Bandung (mixed Methods): Alfabeta.
Sunanto, Juang, dkk. (2006). Pengantar Penelitian dengan Subjek Tunggal. CRICED. University of Tsukuba
(33)
Sutjihati, S. (1996). Psikologi Anak Luar Biasa. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Proyek Pendidikan Tenaga Guru.
Tarigan, Guntur. (1990). Pengajaran Bahasa Komunikatif. Bandung. FPBS IKIP Bandung
Thornburg, H.D. (1982). Developmental Psychology. Monterey. California: Brooks and Cole Publishing Company
Uden, Van (1977). A World Of Languange for Deaf Children, Maternal Reflective Methode, St. Michielsgestel
(34)
BAB V
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis di lapangan ditemukan kesimpulan bahwa keterampilan komunikasi anak tunarungu sangat beragam, ada yang kemampuan komunikasinya baik dan kurang. Anak tunarungu yang memiliki keterampilan komunikasi yang baik sudah mampu berkomunikasi secara ekspresif dan reseptif, serta sudah mampu untuk berkomunikasi dua arah dan saling berkesinambungan dalam penyampaian dan pertukaran informasi. Sedangkan anak yang dikatakan yang masih kurang dalam memiliki keterampilan komunikasi terlihat dalam penyampaian komunikasi yang dia katakan tidak dapat dimengerti dan tidak bisa diajak untuk berkomunikasi dua arah, dan belum mampu bertukar informasi dengan partner komunikasinya, serta belum mampu berkomunikasi secara ekspresif dan reseptif. Anak tunarungu yang memiliki keterampilan komunikasi yang kurang akan memunculkan dampak ketunarunguan dari kurangnya keterampilan komunikasi yang dimiliki ke arah kognitifnya yang secara otomatis akan terpengaruh ke proses prestasi belajar di sekolah dan ada akhirnya akan terpengaruh kepada sosial pribadi anak untuk perkembangan selanjutnya.
Kemampuan orang tua mempengaruhi terhadap dampak ketunarunguan yang terjadi pada diri anak, Kemampuan yang dimiliki orang tua sangat beragam, maka menghasilkan perkembangan keterampilan komunikasi anak yang beram pula. Orang tua yang memiliki pengetahuan tentang anak tunarungu lebih bisa mengarahkan anak-anaknya untuk berkembang terutama dalam mengembangkan keterampilan komunikasi anak tunarungu. Mereka yang memiliki pemahaman dan pengetahuan mulai menangani anaknya sejak dini, memberikan perlakuan dan layanan yang tepat untuk menunjang tumbuh kembang anak. Orang tua yang tidak memiliki pengetahuan akan berdampak pada perkembangan anak tunarungu, upaya yang dilakukannya belum maksimal, orang tua hanya memberikan stimulasi yang seadanya kepada anaknya yang tunarungu karena pemahaman yang kurang tentang bagaimana cara untuk menangani dan mengembangkan pertumbuhan dan pengembangan keterampilan anak tunarungu. Setelah memperoleh penjelasan tentang dampak ketunarunguan terhadap perkembangan keterampilan komunikasi anaknya, orang tua memperoleh pandangan yang optimis bahwa anaknya mampu melakukan komunikasi
(35)
dengan baik. Pemahaman orang tua tentang konsep ketunarunguan akan berdampak pada kemampuan orang tua dalam memberikan layanan kepada anak tunarungu, pemahaman yang baik akan menumbuhkan pola asuh yang tepat dan cara penanganan Anka dapat meningkat. Sedangkan kemampuan pemahaman pola layanan orang tua terhadap anak tunarungu dari perspektif ekologi akan mempengaruhi pengertian orang tua untuk dapat lebih memberikan kesempatan, dukungan dan penguatan terhadap perkembangan anak terutama dalam aspek keterampilan komunikasi, dan pemahaman orang tua dalam pengembangan keterampilan komunikasi akan dapat membantu orang tua mengintervensi anaknya di rumah dalam mengembangkan teknik-teknik komunikasi yang benar dengan anak tunarungu sehingga keterampilan komunikasi yang dimiliki anak akan meningkat.
Program pelatihan orang tua dalam mengembangkan keterampilan komunikasi di rumuskan berdasarkan kondisi objektif anak, kondisi objek =tip orang tua, teori ekologi dan pembelajaran di sekolah tentang pengembangan keterampilan komunikasinya. Keterampilan komunikasi anak yang baik dan pola asuh orang tua yang baik dijadikan rujukan untuk pembuatan program kepada orang tua yang masih memiliki keterampilan komunikasi yang kurang. Dengan contoh seperti itu orang tua dapat meniru, mengaplikasikan dan mempraktekkannya untuk mengembangkan keterampilan komunikasi anak tunarungunya. Setelah dirumuskan berdasarkan kondisi di atas maka hasil penelitian ini berupa sebuah program pelatihan orang tua yang ditunjukkan kepada orang tua yang memiliki kemampuan dan pengetahuan yang kurang dalam memberikan layanan kepada anaknya dan mengakibatkan anak tunarungu memiliki keterampilan komunikasi kurang baik sehingga kemajuan orang tua dalam pengetahuan, pemahaman dan cara memberikan layanan kepada anak menjadi baik. Untuk itu program yang dibuat untuk orang tua ini sangat cocok dan membantu dan meningkatkan kemampuan orang tua dalam mengembangkan keterampilan komunikasi anaknya.
(36)
B. Rekomendasi
Berdasarkan kesimpulan yang telah dijelaskan sebelumnya, maka rekomendasi peneliti antara lain :
1. Bagi Orang tua
Keluarga merupakan aspek penting untuk pertumbuhan anak, terutama orang tua. Oleh karena itu perlunya pemberian pengetahuan kepada orang tua yang memiliki anak tunarungu dalam cara melakukan pemberian layanan bagi anak, sehingga orang tua dapat menerapkan program pelatihan orang tua yang dilakukan kepada anak tunarungu dengan melakukan latihan kemampuan keterampilan komunikasi. Program pelatihan ini dikhususkan untuk orang tua yang memiliki anak tunarungu kelas dasar, sehingga program pelatihan ini hanya bisa digunakan oleh orang tua dengan kriteria yang tela ditentukan saja.
2. Bagi Peneliti Selanjutnya
Diharapkan kepada peneliti selanjutnya agar lebih menyempurnakan kekurangan yang ada pada penelitian ini dengan cara dan disain yang berbeda agar lebih Bervariatif dan lebih jelas. Program pelatihan orang tua terlampir
(1)
Dhea Intan Kusumawardani, 2015
PENGEMBANGAN PROGRAM PELATIHAN ORANG TUA DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN KOMUNIKASI ANAK TUNARUNGU KELAS DASAR
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR PUSTKA
Aprilia, I, M. (2014). Konsep Dasar Komunikasi. Tersedia di: http://file.upi.edu/Direktori/fip/jur.pdf.Diakses 02 Juli 2014
Apter. (1982). Trouble System Trouble Children. New York: Prentice Hall. Inc Bronferbrenner, U. (2004). Making Human Beings Human. Bioecological
Perspectives on Human Development. [Online]. Tersedia:
http://www.hfrp.org/content/download/1181/48685/file/earlychildhood. [Diakses tanggal Januari 2014].
Bunawan, L. (2000). Penguasaan Bahasa Anak Tunarungu. Jakarta. Yayasan Santi Rama.
Cresswell, J. (2010). Research Design Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif dan Mixed. Yogyakarta. Pustaka Pelajaran.
Dahlan M.D, dkk (1984). Issus & Ethics in The Helping Profesion, California : Brooks/Cole Publishing Company
Dubois, D.D, Rothwell, W.L, Stem, D. J.K & Kemp, L.K (2009). Competency-based human Resources Management. California: Davies-Black Publishing. Evan, L (1993). Total Communication.Galllaudet Collage Press:Kendal Green,
Washington D.C 2-8802
Hurlock, E.B. (1978). Perkembangan Anak : Jilid 1. Edisi Keenam. Jakarta : Penerbit Erlangga.
Kamus Besar Bahasa Indonesia. (1989). Depdikbud.
Masitoh. (2007). Strategi Pembelajaran TK. Jakarta : Universitas Terbuka
Moores F.D fifth edition (2001). Educating The def New York: Houhton Mifflin Company
Notoatmodjo,S. (1991). Pengantar Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku Kesehatan. BPKM FKM UPI
Payitno dan Erman Anti, (1996). Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling, Jakarta : PPPMTK-Dikjen Dikti
Permanarian Somad dan Didi Tarsidi. (2011). Dampak Ketunarunguan Terhadap
Perkembangan Individu. [Online]. Tersedia di
(2)
Dhea Intan Kusumawardani, 2015
PENGEMBANGAN PROGRAM PELATIHAN ORANG TUA DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN KOMUNIKASI ANAK TUNARUNGU KELAS DASAR
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Permanarian Somad. (2009). Dampak Kehilangan Pendengaran. . [Online]. Tersedia
di.http://permanariansomad.blogspot.com/2009/11/dampakketunarunguan.ht ml [diakses tanggal Desember 2013].
Permanarian Somad. (2009). Dampak Kehilangan Pendengaran. . [Online].
Tersedia di
http://permanariansomad.blogspot.com/2009/11/dampakketunarunguan.html [diakses tanggal Februari 2014].
Permanarian, Somad dan Tati Hernawati. (1996). Orthopedagogik Tunarungu. Jakarta. Ditjen Dikti.
Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. (2013). Bandung. Universitas Pendidikan Indonesia.
Piaget, Jean & Barbel Inhelder, Psikologi Anak.Terj.Miftahul Jannah, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, Cet. 1, 2014
Prayitno, (1987) Buku I: Pelayanan Bimbingan Konseling Sekolah Dasar (SD), Jakarta: Kerjasama Koperasi Karyawan Pusgrafin dan Penerbit Panebar Aksara
Rahardja, Djaja. (2006). Pengantar Pendidikan Luar Biasa ( Introduction to Spesial Education). CRIED. University of Skuba
Sadja’ah, E. (2003). Layanan dan Latihan Artikulasi bagi Anak Tunarungu. Bandung : San Grafika.
Sadja’ah. E. (2003) Bina Bicara, Persepsi Bunyi dan Irama. Bandung: San Grafika. Santrock, I. (2004). Psikologi Pendidikan. Jakarta. Kencana PrenadaMedia grup. Siagian, SP. (1995). Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta. Bumi Aksara.
Santrock, John W. (2007). Perkembangan Anak (Jilid 1). Jakarta: Erlangga. Santrock, John W. (2007). Perkembangan Anak (Jilid 2). Jakarta: Erlangga. Sugiyono. (2008) Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung:
Alpabeta.
Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Kombinasi. Bandung (mixed Methods): Alfabeta.
Sunanto, Juang, dkk. (2006). Pengantar Penelitian dengan Subjek Tunggal. CRICED. University of Tsukuba
(3)
Dhea Intan Kusumawardani, 2015
PENGEMBANGAN PROGRAM PELATIHAN ORANG TUA DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN KOMUNIKASI ANAK TUNARUNGU KELAS DASAR
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Sutjihati, S. (1996). Psikologi Anak Luar Biasa. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Proyek Pendidikan Tenaga Guru.
Tarigan, Guntur. (1990). Pengajaran Bahasa Komunikatif. Bandung. FPBS IKIP Bandung
Thornburg, H.D. (1982). Developmental Psychology. Monterey. California: Brooks and Cole Publishing Company
Uden, Van (1977). A World Of Languange for Deaf Children, Maternal Reflective Methode, St. Michielsgestel
(4)
Dhea Intan Kusumawardani, 2015
PENGEMBANGAN PROGRAM PELATIHAN ORANG TUA DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN KOMUNIKASI ANAK TUNARUNGU KELAS DASAR
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB V
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis di lapangan ditemukan kesimpulan bahwa keterampilan komunikasi anak tunarungu sangat beragam, ada yang kemampuan komunikasinya baik dan kurang. Anak tunarungu yang memiliki keterampilan komunikasi yang baik sudah mampu berkomunikasi secara ekspresif dan reseptif, serta sudah mampu untuk berkomunikasi dua arah dan saling berkesinambungan dalam penyampaian dan pertukaran informasi. Sedangkan anak yang dikatakan yang masih kurang dalam memiliki keterampilan komunikasi terlihat dalam penyampaian komunikasi yang dia katakan tidak dapat dimengerti dan tidak bisa diajak untuk berkomunikasi dua arah, dan belum mampu bertukar informasi dengan partner komunikasinya, serta belum mampu berkomunikasi secara ekspresif dan reseptif. Anak tunarungu yang memiliki keterampilan komunikasi yang kurang akan memunculkan dampak ketunarunguan dari kurangnya keterampilan komunikasi yang dimiliki ke arah kognitifnya yang secara otomatis akan terpengaruh ke proses prestasi belajar di sekolah dan ada akhirnya akan terpengaruh kepada sosial pribadi anak untuk perkembangan selanjutnya.
Kemampuan orang tua mempengaruhi terhadap dampak ketunarunguan yang terjadi pada diri anak, Kemampuan yang dimiliki orang tua sangat beragam, maka menghasilkan perkembangan keterampilan komunikasi anak yang beram pula. Orang tua yang memiliki pengetahuan tentang anak tunarungu lebih bisa mengarahkan anak-anaknya untuk berkembang terutama dalam mengembangkan keterampilan komunikasi anak tunarungu. Mereka yang memiliki pemahaman dan pengetahuan mulai menangani anaknya sejak dini, memberikan perlakuan dan layanan yang tepat untuk menunjang tumbuh kembang anak. Orang tua yang tidak memiliki pengetahuan akan berdampak pada perkembangan anak tunarungu, upaya yang dilakukannya belum maksimal, orang tua hanya memberikan stimulasi yang seadanya kepada anaknya yang tunarungu karena pemahaman yang kurang tentang bagaimana cara untuk menangani dan mengembangkan pertumbuhan dan pengembangan keterampilan anak tunarungu. Setelah memperoleh penjelasan tentang dampak ketunarunguan terhadap perkembangan keterampilan komunikasi anaknya, orang tua memperoleh pandangan yang optimis bahwa anaknya mampu melakukan komunikasi
(5)
206
Dhea Intan Kusumawardani, 2015
PENGEMBANGAN PROGRAM PELATIHAN ORANG TUA DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN KOMUNIKASI ANAK TUNARUNGU KELAS DASAR
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
dengan baik. Pemahaman orang tua tentang konsep ketunarunguan akan berdampak pada kemampuan orang tua dalam memberikan layanan kepada anak tunarungu, pemahaman yang baik akan menumbuhkan pola asuh yang tepat dan cara penanganan Anka dapat meningkat. Sedangkan kemampuan pemahaman pola layanan orang tua terhadap anak tunarungu dari perspektif ekologi akan mempengaruhi pengertian orang tua untuk dapat lebih memberikan kesempatan, dukungan dan penguatan terhadap perkembangan anak terutama dalam aspek keterampilan komunikasi, dan pemahaman orang tua dalam pengembangan keterampilan komunikasi akan dapat membantu orang tua mengintervensi anaknya di rumah dalam mengembangkan teknik-teknik komunikasi yang benar dengan anak tunarungu sehingga keterampilan komunikasi yang dimiliki anak akan meningkat.
Program pelatihan orang tua dalam mengembangkan keterampilan komunikasi di rumuskan berdasarkan kondisi objektif anak, kondisi objek =tip orang tua, teori ekologi dan pembelajaran di sekolah tentang pengembangan keterampilan komunikasinya. Keterampilan komunikasi anak yang baik dan pola asuh orang tua yang baik dijadikan rujukan untuk pembuatan program kepada orang tua yang masih memiliki keterampilan komunikasi yang kurang. Dengan contoh seperti itu orang tua dapat meniru, mengaplikasikan dan mempraktekkannya untuk mengembangkan keterampilan komunikasi anak tunarungunya. Setelah dirumuskan berdasarkan kondisi di atas maka hasil penelitian ini berupa sebuah program pelatihan orang tua yang ditunjukkan kepada orang tua yang memiliki kemampuan dan pengetahuan yang kurang dalam memberikan layanan kepada anaknya dan mengakibatkan anak tunarungu memiliki keterampilan komunikasi kurang baik sehingga kemajuan orang tua dalam pengetahuan, pemahaman dan cara memberikan layanan kepada anak menjadi baik. Untuk itu program yang dibuat untuk orang tua ini sangat cocok dan membantu dan meningkatkan kemampuan orang tua dalam mengembangkan keterampilan komunikasi anaknya.
(6)
207
Dhea Intan Kusumawardani, 2015
PENGEMBANGAN PROGRAM PELATIHAN ORANG TUA DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN KOMUNIKASI ANAK TUNARUNGU KELAS DASAR
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu B. Rekomendasi
Berdasarkan kesimpulan yang telah dijelaskan sebelumnya, maka rekomendasi peneliti antara lain :
1. Bagi Orang tua
Keluarga merupakan aspek penting untuk pertumbuhan anak, terutama orang tua. Oleh karena itu perlunya pemberian pengetahuan kepada orang tua yang memiliki anak tunarungu dalam cara melakukan pemberian layanan bagi anak, sehingga orang tua dapat menerapkan program pelatihan orang tua yang dilakukan kepada anak tunarungu dengan melakukan latihan kemampuan keterampilan komunikasi. Program pelatihan ini dikhususkan untuk orang tua yang memiliki anak tunarungu kelas dasar, sehingga program pelatihan ini hanya bisa digunakan oleh orang tua dengan kriteria yang tela ditentukan saja.
2. Bagi Peneliti Selanjutnya
Diharapkan kepada peneliti selanjutnya agar lebih menyempurnakan kekurangan yang ada pada penelitian ini dengan cara dan disain yang berbeda agar lebih Bervariatif dan lebih jelas. Program pelatihan orang tua terlampir