KOMUNIKASI/ INTENSITAS ORANG TUA DALAM MOTIVASI BELAJAR ANAK DILINGKUNGAN KELUARGA | Karya Tulis Ilmiah artikel belajar nDa

NAMA
NIM

: KRISTINDA P.V
: 80 2009 114

KOMUNIKASI/ INTENSITAS ORANG TUA DALAM MOTIVASI BELAJAR ANAK
DILINGKUNGAN KELUARGA
Lingkungan keluarga merupakan media pertama dan utama yang berpengaruh terhadap
perilaku pengembangan anak. Tujuan pendidikan secara universal adalah melatih anak agar
mandiri, bukan hanya dapat mencari nafkahnya sendiri, tetapi juga bias mengarahkan dirinya
pada keputusannya sendiri untuk mengambangkan semua kemampuan fisik, mental, social dan
emosianal yang dimiliki, sehingga dapat mengembangkan kehidupan yang sehat dan produkif.
Motivasi belajar itu sendiri ialah suatu kecenderungan siswa untuk melakukan kegiatan
akademi yang berarti dan berguna, untuk meraih hasil yang baik dari kegiatan tersebut.
Dengan motivasi belajar, setiap anak memotivasi dirinya untuk belajar bukan hanya untuk
mengetahui tetapi lebih kepada untuk memahami hasil pembelajaran tersebut. Motivasi belajar
anak dipengaruhi oleh beberapa faktor. Menurut Wlodkowski dan Jaynes (2004), diantaranya
adalah budaya sebagai dasar ataupun acuan yang dipegang dari setiap individu untuk berperilaku
di lingkungannya, keluarga tempat individu bernanung dan berinteraksi dengan anggota keluarga
yang memberikan pengaruh satu dengan lainnya, sekolah atau institusi yang merupakan tempat

dimana terjadinya proses pembelajaran, dan kepribadian dari individu tersebut.
Intensitas komunikasi merupakan tingkat kedalaman penyampaian pesan anggota
keluarga kepada yang lainnya. Hal ini mencakup aspek-aspek : kejujuran, keterbukaan,
pengertian, percaya yang mutlak diantara kedua belah pihak dan dukungan. Intensitas
komunikasi dalam keluarga adalah penting, karena dapat mempererat hubungan keluarga dan
dapat memberikan rasa aman pada mereka, situasi demikian juga dapat membantu
perkembangan motivasi belajarnya. Untuk itu dalam lingkungan rumah harus diciptakan kondisi
yang kondusif bagi anak, yaitu suasana yang demokratis, terbuka, saling support satu sama lain.
Dengan adanya Kominukasi yang baik antara orang tua dan anak membuat hubungan
akan berkembang menjadi harmonis, yaitu anak lebih peka terhadap kebutuhan dan tuntutan
lingkungan, dan lebih sadar akan tujuan hidupnya, sehingga menjadi lebih termotivasi dan yakin
dalam mencapai tujuan yang diinginkan.

Sarana belajar juga dianggap sebagai salah satu prasyarat motivasi belajar, meskipun
bukan menjadi suatu ukuran mutlak untuk perwujudan peningakatan motivasi belajar. Suatu
lingkungan keluarga baru dapat dikatakan memenuhi tuntutan motivasi belajar, apabila keluarga
tersebut dapat mengadakan lingkungan yang kaya stimulasi mental dan intelektual, dengan
mengusahakan suatu suasanan dan sarana belajar yang memberikan kesempatan kepada anak
secara spontan dapat menyatakan dan memerhatikan diri terhadap berbagai kejadian didalam
lingkungan ( Conny Semiawan ).

Orang tua menyerahkan beban dan tugas pendidikan ke sekolah karena diyakini dapat
membimbing dan mengarahkan anak-anaknya belajar. Dan mereka selalu menginginkan anaknya
memperoleh prestasi terbaik disekolahnya, ditempat kursus, dan lain-lain. Seiring dengan hal itu
banyak pertanyaan yang timbul mengapa orang tua khawatir anak-anaknya tidak berprestasi,
apakah motivasi belajarnya rendah atau mutu pendidikan di sekolah yang kurang baik atau
aktifitas orang tua yang terlalu sibuk sehingga sedikit waktu untuk belajar bersama mereka.
Anak yang memiliki motivasi belajar tinggi akan mempunyai banyak energy untuk
melakukan kegiatan belajar (Sprinthall & Sprinthall 1990). Anak dengan motivasi belajar tinggi
memiliki ciri-ciri seperti tekun menghadapi tugas, ulet menghadapi kesulitan, menunjukkan
minat terhadap bermacam-macam masalah, lebih senang bekerja mandiri, cepat bosan pada
tugas-tugas yang rutin, senang mencari dan memecahkan soal-soal. Perbedaan motivasi belajar
pada setiap anak dapat dipengaruhi oleh banyak faktor, salah satunya adalah komunikasi dalam
keluarga.
Olson (1992), membedakan komunikasi dalam lima taraf, yaitu taraf basa basi,
membicarakan orang lain, menyatakan gagasan dan pendapat, mengungkapkan isi hati atau
perasaan dan komunikasi puncak. Intensitas komunikasi yang dalam dapat tercapai apabila taraf
komunikasi telah mencapai komunikasi puncak, yang ditandai dengan kejujuran, keterbukaan,
pengertian dan saling percaya yang mutlak diantara kedua belah pihak dan tidak ada lagi
ganjalan-ganjalan seperti rasa takut, rasa khawatir, karena kepercayaan itu disia-siakan dan
dukungan.

Berbeda dengan intensitas komunikasi yang dangkal dalam keluarga,di mana komunikasi
itu tidak disertai dengan kejujuran, keterbukaan, percaya, tidak memberikan dukungan dan hanya
sekedar saling bertukar informasi, tidak salingmembuka diri antara orang tua dan anak. Hal ini
menyebabkan anak kurang dapat bertanggung jawab terhadap tugas yang harus dikerjakannya,

kurang bekerja keras, tidak menyukai umpan balik, dan tidak tertantang untuk menyelesaikan
tugas secepat mungkin, serta kurang mampu menetapkan tujuan realistik yang sesuai dengan
kemampuannya.
Dan untuk memotivasi anak agar gairah belajarnya meningkat ialah dengan mengakui
kebutuhan social mereka dan membuat mereka merasa berguna. Sebaliknya jika orang tua tidak
mampu mempertahankan kesinambungan komunikasi yang intensif dengan anak, maka motivasi
belajarpun dapat terhambat. Komunikasi merupakan hal yang dilakukan oleh setiap orang dalam
kehidupan, terkadang dianggap sederhana, namun untuk mencapai tujuan komunikasi yang fektif
tidak semudah yang kita bayangkan.
Salah satu factor yang bisa mempengaruhi intensitas komunikasi dalam lingkungan
keluarga ialah Suasana Psikologis. Ketika suasana hati anak sedang gundah, atau missal pada
kaum wanita mengalami haid, terkadang suasana hati menjadi sensitive, sehingga mudah marahmarah dan motivasi yang tadinya sudah baik, bisa menjadi turun . Keluargalah yang memulai
untuk membuat motivasi bagi anak-anak, kemudian ketika anak sudah mengalami kedewasaan,
anak akan semakin mengerti dan motivasi itu diberikan terus tanpa henti, kerena itu merupakan
sebuah bentuk perhatian keluarga kepada anak sehingga anak terus maju dan semangat.