Strategi Quantum Learning Dalam Upaya Meningkatkan Kemampuan Berbicara Siswa (Penelitian Tindakan Kelas terhadap Siswa Kelas VIII F SMPN 1 Karangtengah Kab. Garut).

(1)

ABSTRAK

R. ASTI DWIJAYANTI. 0805643. Strategi Quantum Learning Dalam Upaya Meningkatkan Kemampuan Berbicara Siswa (Penelitian Tindakan Kelas terhadap Siswa Kelas VIII F SMPN 1

Karangtengah Kab. Garut).

Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui kemampuan berbicara siswa dengan penerapan strategi quantum learning pada pembelajaran melakukan wawancara dengan narasumber pada siswa kelas VIII F SMPN 1 Karangtengah Kab. Garut. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK) yang dilakukan di SMP Negeri 1 Karangtengah dengan subjek siswa kelas VIII F yang berjumlah 30 siswa. Adapun yang menjadi objek penelitian adalah pembelajaran berbicara yang termasuk dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia. Proses penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus yang masing-masing siklus meliputi empat tahap, yaitu tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, tahap observasi, serta tahap evaluasi dan refleksi. Tahap perencanaan tindakan meliputi (1) membuat skenario pembelajaran, (2) mempersiapkan sarana pembelajaran, (3) mempersiapkan instrumen penilaian, dan (4) mengajukan solusi alternatif berupa penerapan strategi

quantum learning dalam pembelajaran berbicara. Pada tahap pelaksanaan peneliti

mengadakan pengamatan terhadap tindakan yang telah dilakukan dapat mengatasi masalah yang ada. Selain itu, pengamatan dilakukan untuk mengumpulkan data yang nantinya diolah untuk menentukan tindakan yang akan dilakukan selanjutnya. Tahap observasi dilakukan peneliti dengan mengamati dan menginterpretasikan penerapan strategi quantum learning dalam pembelajaran keterampilan berbicara serta mengolah data untuk mengetahui ada tidaknya peningkatan kualitas proses dan hasil pembelajaran berbicara siswa dengan strategi quantum learning tersebut, juga untuk mengetahui kelemahan yang mungkin muncul. Tahap evaluasi dan refleksi dilakukan peneliti dengan menganalisis atau mengolah data hasil observasi dan interpretasi sehingga diperoleh kesimpulan bagian yang perlu diperbaiki dan bagian mana yang sudah mencapai tujuan penelitian. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan terdapat peningkatan kualitas pembelajaran keterampilan berbicara, yang meliputi (1) peningkatan kualitas proses pembelajaran keterampilan berbicara tersebut ditandai dengan meningkatnya (a) jumlah siswa yang aktif dalam mengikuti pembelajaran berbicara, (b) jumlah siswa yang berani berbicara di depan kelas, dan (c) jumlah siswa yang melakukan kerjasama dengan pasangannya, (2) Peningkatan kualitas hasil pembelajaran ditandai dengan meningkatnya jumlah siswa yang mencapai batas ketuntasan dalam keterampilan berbicara dengan rata-rata ketuntasan mencapai KKM 70 dan persentase ketuntasan 75%. (3) berdasar hasi analisis, yaitu: (a) pada siklus I sebanyak 53% atau 16 siswa dengan rata-rata ketuntasan 68, (b) pada siklus II sebanyak 77% atau 23 siswa dengan rata-rata ketuntasan 71 sehingga penggunaan strategi quantum learning dapat meningkatkan kualitas hasil pembelajaran keterampilan berbicara pada siswa.


(2)

ABSTRAK

R. ASTI DWIJAYANTI. 0805643. Quantum Learning Strategy In Effort to Improve Speaking Skills Students

(Classroom Action Research to Grade VIII F SMPN1 Karangtengah Kab. Garut)

Goals to be achieved in this research is to determine the students' speaking ability with the implementation of the learning strategy learning quantum conducting interviews with sources in class VIII F SMPN1 Karangtengah Kab. Garut. This research is a class action conducted in SMP Negeri 1 Karangtengah with the subject class VIII F totaling 30 students . As the research object is learning to speak the subjects included in Indonesian . The research process was conducted in two cycles , each cycle includes four stages of planning , implementation, observation phase , and the phase of evaluation and reflection . Action planning stage include ( 1 ) create a learning scenario , ( 2 ) prepare a means of learning , ( 3 ) preparing the assessment instruments , and ( 4 ) propose an alternative solution in the form of the application of quantum learning strategies in learning to talk . During the implementation phase of researchers make observations on the measures taken to overcome the existing problems . In addition , observations were made to collect data that will be processed to determine the action to be performed next . Stage researcher observations made by observing and interpreting the application of quantum learning strategies in learning speaking skills as well as process the data to determine whether there is an increase in the quality of the learning process and outcomes speaking students with the learning quantum strategy , also to know the weaknesses that may arise . Phase evaluation and reflection by researchers with analyzing or processing data observation and interpretation in order to obtain conclusions that need to be fixed part and a part which has achieved the objectives of the study. Based on the results of the research, there is an increase in the quality of learning conversational skills , which include ( 1 ) improving the quality of learning conversational skills are characterized by increased ( a) the number of students who are active in participating in learning to speak , ( b ) the number of students who dare to speak in front of the class , and ( c ) the number of students who do cooperation with partner , ( 2 ) Improving the quality of learning outcomes characterized by an increasing number of students who reach the limit of completeness in speaking skills with an average completeness reach KKM 70 and the percentage of 75 % completeness . ( 3 ) based hasi analysis , namely : ( a) in the first cycle as much as 53 % or 16 students with an average completeness 68 , ( b ) the second cycle as much as 77 % or 23 students with an average of 71 so that the use of strategies completeness of quantum learning can improve the quality of learning outcomes in students ' speaking skills .


(3)

1

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Bahasa adalah sebuah alat komunikasi. Tarigan (2008 : 11) menjelaskan, bahwa komunikasi atau speech acts dipergunakan secara sistematis untuk menyelesaikan atau mencapai maksud tertentu. Artinya, komunikasi merupakan elemen penting bagi manusia sebagai makhluk sosial yang mendirikan hubungan mental dan emosional dengan anggota-anggota lainnya. Hal ini menjadi penting bahkan sangat urgen karena tak dapat dipungkiri bahwa dalam kehidupan ini sebagai manusia normal kita tidak mungkin lari dari kenyataan, bahwa kita dalam berinteraksi dengan sesama manusia harus menggunakan suatu bentuk atau cara yang disebut komunikasi, khususnya bahasa verbal atau lisan.

Keraf (1984 : 3) mengemukakan bahwa sebagai suatu alat komunikasi, bahasa mempunyai beberapa fungsi, yaitu (1) untuk menyatakan ekspresi diri; (2) sebagai alat komunikasi; (3) alat untuk mengadakan integrasi dan adaptasi; (4) sebagai alat untuk mengadakan kontrol sosial.

Dalam bahasa Indonesia terdapat empat keterampilan yang tidak dapat dipisahkan dan sudah menjadi satu kesatuan utuh, yaitu keterampilan menyimak, keterampilan berbicara, keterampilan membaca, dan keterampilan menulis. Dalam penelitian ini penulis memfokuskan penelitian pada keteraampilan berbicara.


(4)

2

Mengapa berbicara? karena pada dasarnya keterampilan berbicara harus dimiliki oleh semua orang yang di dalam kegiatannya membutuhkan komunikasi, baik yang sifatnya satu arah maupun yang timbal balik ataupun keduanya. Seseorang yang memiliki keterampilan berbicara yang baik, akan memiliki kemudahan di dalam pergaulan, baik di rumah, di kantor, maupun di tempat lain. Dengan keterampilannya segala pesan yang disampaikannya akan mudah dicerna sehingga komunikasi dapat berjalan lancar dengan siapa saja.

Berdasarkan riset yang telah dilakukan di sekolah-sekolah terutama di SMPN 1 Karangtengah Kab. Garut, terdapat beberapa fakta di lapangan, bahwa kemampuan berbicara siswa di dalam kelas masih sangatlah rendah. Dalam penelitian ini penulis memfokuskan pada materi berbicara, yaitu wawancara dengan mengangkat judul Strategi Quantum Learning Dalam Upaya Meningkatkan Kemampuan Berbicara Siswa (Penelitian Tindakan Kelas terhadap Siswa Kelas VIII F SMPN 1 Karangtengah Kab. Garut)”. Dari hasil wawancara yang dilakukan oleh penulis kepada guru pengajar bahasa Indonesia terdapat fakta yang sangat mengejutkan di lapangan, yaitu nilai bahasa Indonesia yang masih di bawah nilai batas ketuntasan, yaitu yang seharusnya batas ketuntasan dengan nilai 70 tetapi kebanyakan siswa, khususnya kelas VIII F mendapatkan nilai 55-60. Hal ini sangat memprihatinkan bagi penulis sehingga penelitian ini perlu dilakukan oleh penulis. Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi yang baik dalam dunia pendidikan dan dapat meningkatkan keterampilan berbicara pada siswa.


(5)

3

Penelitian yang sebelumnya pernah dilakukan oleh Jhon Bedi Adian dalam

skripsinya yang berjudul “ Strategi Pembelajaran Quantum Dalam Meningkatkan

Keterampilan Membaca Puisi Bagi Siswa Kelas X SMA Pariwisata Bandung“ menyatakan bahwa kendala dalam pembelajaran puisi adalah sulitnya memotivasi siswa untuk membaca puisi. Hal ini disebabkan siswa merasa malu dan tidak percaya diri untuk membacakan puisi serta sulitnya bagi siswa untuk memahami maksud isi puisi tersebut, dan kurangnya kreativitas guru dalam mengajar bahasa Indonesia menjadi salah satu pemicu bagi siswa untuk tidak menyukai pembelajaran bahasa Indonesia.

Efi Nuryani dalam skripsinya yang berjudul “ Peningkatan Keterampilan

Menulis Karangan Deskripsi Dengan Mengggunakan Teknik Ka Ki Gaya Quantum

Learning“ menyatakan siswa umumnya mengalami kesulitan menulis dan pada dasarnya kegiatan menulis tidak terlalu menarik bagi mereka. Guru tidak memiliki cara lain untuk mengajarkan EYD. Fenomena ini memerlukan upaya untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis dan kreativitas guru dalam pengajarannya. Dibutuhkan sebuah metode yang tepat dalam pengajarannya sehingga masalah seperti ini diharapkan tidak menjadi luas dan akan berulang sampai murid melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi atau bahkan dalam pemakaian kehidupan masyarakat sehari-harinya, yang lebih ditakutkan kualitas pembelajaran bahasa Indonesia akan semakin menurun atau bahkan kita menjadi bangsa yang tidak tahu bahasanya sendiri.


(6)

4

Guru sebagai salah satu unsur dalam proses belajar mengajar memiliki multi

peran, tidak terbatas hanya sebagai “pengajar” yang melakukan transfer pengetahuan,

tetapi juga sebagai pembimbing yang mendorong potensi, mengembangkan alternatif dan memobilisasi siswa dalam belajar. Artinya, guru memiliki tugas dan tanggung jawab yang kompleks terhadap pencapaian tujuan pendidikan, di mana guru tidak hanya dituntut untuk menguasai ilmu yang akan diajarkan dan memiliki seperangkat pengetahuan serta keterampilan teknis mengajar, namun juga dituntut untuk menampilkan kepribadian yang mampu menjadi teladan bagi siswa (Riduwan 2006 : 19).

Selain peranan guru yang menentukan keberhasilan siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran, partisipasi siswa yang turut andil pun menjadi faktor utama yang dapat menentukan keberhasilannya dalam proses belajar mengajar. Namun, kesadaran siswa atas keterlibatan dirinya dalam proses belajar mengajar masih sangat rendah sehingga membuat guru harus bekerja lebih keras untuk memberikan motivasi kepada siswa terutama dalam keterampilan berbicara. Tidak sedikit dari siswa takut untuk berbicara mengungkapkan pendapatnya. Kebanyakan dari mereka masih beranggapan bahwa memberi tanggapan atau berbicara di depan kelas itu sesuatu yang ditakutkan. Rasa takut salah dan malu biasanya menjadi faktor utama yang membuat para siswa enggan untuk berbicara di depan kelas.

Berkaitan dengan hal itu, guru dituntut untuk kreatif dalam mencari model pembelajaran yang dapat memicu semangat siswa untuk belajar dan dapat


(7)

5

memecahkan masalah dalam proses belajar mengajar. Peranan guru dalam menentukan strategi pembelajaran di kelas sangat menentukan suasana kesuksesan kegiatan proses belajar mengajar. Oleh karena itu, guru akan berusaha untuk mencari strategi pembelajaran yang tidak monoton sehingga dapat mencapai tujuan pembelajaran. Salah satu strategi pembelajaran yang dapat digunakan untuk meningkatkan keterampilan berbicara siswa, yaitu strategi pembelajaran quantum

learning. Strategi pembelajaran quantum learning merupakan cara baru yang

memudahkan proses belajar, yang memadukan unsur seni dan pencapaian yang terarah untuk segala mata pelajaran.

Pembelajaran quantum learning adalah pengubahan belajar yang meriah dengan segala nuansanya, yang menyertakan segala kaitan interaksi dan perbedaan yang memaksimalkan model belajar serta berfokus pada hubungan dinamis dalam lingkungan kelas interaksi yang mendirikan landasan dalam kerangka untuk belajar. Dengan demikian, hasil pembelajaran diharapkan lebih bermakna bagi siswa. Proses pembelaajaaran berlangsung alamiah dalam bentuk kegiatan siswa. Strategi pembelajaran quantum learning ini menawarkan strategi pembelajaran yang memungkinkan peserta didik lebih aktif dan kreatif (Deporter, 2001).

Penelitian yang penulis lakukan menggunakan metode quantum learning karena di dalam metode ini guru dan siswa dituntut untuk menciptakan suasana kondusif, kohesif, dinamis, interaktif, partisipatif, dan saling menghargai sehingga dapat tercipta proses belajar mengajar yang kooperatif antara guru dan siswa. Prinsip


(8)

6

quantum adalah semua berbicara makna, tujuan, konsep harus dialami, setiap usaha

diberikan reward (Nuryati dalam Pravina 2010 : 3).

Strategi quantum learning ini akan membawa siswa pada perubahan yang lebih baik. Perubahan ke arah perbaikan adalah tuntutan alamiah yang menjadi kebutuhan setiap individu dalam setiap kehidupan. Di dalam proses belajar mengajar penciptaan suasana kondusif perlu dilakukan karena unsur rasa dalam berpikir selau turut serta dan tak bisa dipisahkan. Oleh karena itu, penciptaan suasana kondusif perlu dilakukan sehingga dalam belajar siswa tidak lagi merasa cemas, tidak lagi takut dalam berpartisipasi, tidak lagi merasakan menjadi sebuah kewajiban, melainkan menjadi kesadaran dan kebutuhan, dalam suasana perasaan nyaman dan menyenangkan. Salah satu cara untuk menciptakan suasana perasaan yang nyaman dan menyenangkan serta terhindar dari kebiasaan adalah dengan memahami dan melaksanakan model belajar yang dilakukan siswa, komunaksi yang baik dan efektif, dan strategi pembelajaran yang tepat dan inovatif.

Manfaatnya adalah dapat meningkatkan antusias dan kreatifitas siswa dalam pembelajaran karena siswa dituntut untuk berkomunikasi secara aktif dan kreatif sehingga menumbuhkan rasa kepercayaan diri pada siswa dan kegiatan belajar mengajar tidak menjadi monoton.

Apabila masalah ini terus diabaikan kemungkinan besar dunia pendidikan tidak akan pernah mengalami perubahan ke arah yang lebih baik. Oleh karena itu


(9)

7

Berbicara Siswa (Penelitian Tindakan Kelas terhadap Siswa Kelas VIII F SMPN 1 Karangtengah Kab. Garut) “ perlu dilakukan demi kemajuan dan pengembangan dunia pendidikan yang lebih baik.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, terdapat beberapa hal yang dapat diidentifikasi untuk diteliti. Beberapa hal tersebut di antaranya sebagai berikut.

1) Keterlibatan siswa dalam pembelajaran keterampilan berbicara masih rendah. 2) Kurangnya penguasaan materi, rasa malu, takut, tidak percaya diri, serta

keberanian yang dimiliki siswa dalam melakukan wawancara dengan narasumber. 3) Perlunya suatu metode pembelajaran yang inovatif sebagai alternatif dalam

meningkatkan pembelajaran berbicara pada siswa.

1.3 Batasan Masalah

Banyaknya faktor yang menyebabkan kurangnya keberhasilan siswa dan keterbatasan penulis dalam melakukan penelitian. Maka untuk mendapatkan hasil penelitian yang baik penulis membuat batasan masalah sebagai berikut.


(10)

8

2) Kompetensi yang dikembangkan adalah kemampuan berbicara siswa dalam melakukan wawancara dengan narasumber.

1.4 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, beberapa rumusan yang menjadi masalah penelitian adalah :

1) Bagaimanakah perencanaan strategi quantum learning pada keterampilan berbicara dalam melakukan wawancara dengan narasumber pada siswa kelas VIII F SMPN 1 Karangtengah Kab. Garut?

2) Bagaimanakah pelaksanaan strategi pembelajaran quantum learning pada keterampilan berbicara dalam melakukan wawancara dengan narasumber pada siswa kelas VIII F SMPN 1 Karangtengah Kab. Garut?

3) Bagaimanakah hasil pembelajaran berbicara dengan menggunakan strategi pembelajaran quantum learning dalam melakukan wawancara dengan narasumber pada siswa kelas VIII F SMPN 1 Karangtengah Kab. Garut?

1.5 Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian 1.5.1 Tujuan Penelitian

Secara umum, tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kemampuan berbicara siswa dengan penerapan strategi quantum learning pada pembelajaran


(11)

9

melakukan wawancara dengan narasumber pada siswa kelas VIII F SMPN 1 Karangtengah Kabupaten Garut.

1.5.2 Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ada dua, yaitu: 1) Manfaat teoretis

Penelitian ini memberikan kontribusi terhadap pelaksanaan pembelajaran di bidang ilmu pendidikan, khususnya mata pelajaran bahasa Indonesia dalam hal pembelajaran melakukan wawancara dengan narasumber dengan menggunakan strategi quantum learning.

2) Manfaat praktis dalam penelitian ini a. Bagi Peneliti

Bagi peneliti kegiatan penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan wawasan penulis sebagai calon guru bahasa dan sastra Indonesia, serta dapat menciptakan suatu pembelajarana yang bervariasi dalam pembelajaran keterampilan berbicara dengan menggunakan strategi pembelajaran quantum

learning.

b. Bagi Guru

Penelitian ini membantu guru dalam mencapai tujuan yang tertera dalam kurikulum pendidikan, di mana siswa dapat berkomunikasi dengan baik dan dapat menciptakan suasana belajar yang kooperatif sehingga proses belajar mengajar


(12)

10

tidak lagi melibatkan peran guru yang dominan dalam proses pembelajaran tetapi siswapun ikut terlibat di dalamnya sehingga sekaligus melatih siswa untuk berani berbicara di depan umum.

1.6 Anggapan Dasar

Anggapan dasar merupakan suatu kebenaran yang tidak memerlukan penyajian lagi, sekurang-kurangnya bagi peneliti pada waktu itu. Ada beberapa anggapan dasar yang penulis rumuskan.

1) Berani berbicara atau melakukan wawancara dengan narasumber merupakan salah satu hal yang dapat diteladani yang merupakan suatu kompetensi yang perlu diajarkan kepada siswa kelas VIII SMP.

2) Metode pembelajaran merupakan salah satu faktor yang memengaruhi keberhasilan suatu pembelajaran.

3) Strategi quantum learning merupakan strategi yang dapat memudahkan siswa untuk berani melakukan wawancara dengan narasumber secara baik dalam penggunaan bahasa dan etika berbahasa dalam berbicara sehingga menimbulkan rasa percaya diri pada siswa dalam berbicara di depan umum.

1.7.Definisi Operasional

Agar tidak terjadi kesalahpahaman dalam mendefinisikan penelitian ini, maka istilah-istilah dalam penelitian ini didefinisikan sebagai berikut.


(13)

11

1) Strategi pembelajaran quantum learning merupakan cara baru yang memudahkan proses belajar, yang memadukan unsur seni dan pencapaian yang terarah untuk segala mata pelajaran. Pembelajaran quantum learning adalah pengubahan belajar yang meriah dengan segala nuansanya, yang menyertakan segala kaitan interaksi dan perbedaan yang memaksimalkan model belajar serta berfokus pada hubungan dinamis dalam lingkungan kelas interaksi yang mendirikan landasan dalam kerangka untuk belajar.

2) Keterampilan berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi untuk menyampaikan ide, pikiran, perasaan dan gaagasan dengan tujuan untuk mengkomunikasikannya kepada pendengar atau penyimak.


(14)

53

BAB 3

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian

Sesuai dengan hakikatnya, penelitian tindakan kelas merupakan upaya yang dimaksudkan untuk meningkatkan profesionalisme guru untuk menjadi pelaku yang menentukan dalam proses pembaharuan dan perbaikan pembelajaran yang dilakukan secara terus-menerus. Menurut Arikunto (2008:129), penelitian tindakan adalah penelitian tentang hal-hal yang terjadi di masyarakat atau kelompok sasaran, dan hasilnya langsung dapat dikenakan pada masyarakat yang bersangkutan. PTK merupakan suatu kajian yang bersifat reflektif dari pelaku penelitian. PTK dilakukan dalam suatu situasi sosial (termasuk di dalamnya situasi pendidikan) untuk memantapkan alasan dan ketepatan dari (a) praktik pembelajaran pelaku penelitian (guru), (b) pemahaman terhadap praktik tersebut, dan (c) situasi praktik tersebut dilakukan.

Dengan pengertian di atas, jelaslah bahwa PTK merupakan suatu penelitian yang dilakukan karena adanya kebutuhan pada saat ini, suatu situasi yang memerlukan penanganan langsung dari pihak yang bertanggung jawab atas penanganan situasi tersebut (guru).

Tujuan utama penelitian tindakan kelas adalah selain untuk memecahkan permasalahan kongkret di kelas yang dialami langsung oleh guru dan siswa, juga untuk mendorong tumbuhnya budaya akademis dan menigkatkan profesionalisme guru. Dengan PTK, diharapkan budaya akademis guru lebih bergairah. (Undang,


(15)

54

2008:3). Oleh karena itu, fokus penelitian tindakan kelas adalah terletak pada tindakan-tindakan alternatif itu dapat memecahkan persoalan proses pembelajaran yang dihadapi guru. Bila tujuan tersebut tercapai, maka sesungguhnya telah tercapai pula tujuan pengiring ialah berupa terjadinya proses latihan dalam jabatan selama proses penelitian tindakan kelas itu berlangsung. Secara khusus tujuan utama PTK adalah memperbaiki praktek pendidikan dan bukan menghasilkan ilmu baru Elliot (dalam Resmini, 2007:405).

Dalam pelaksanaan PTK, siswa bukan hanya diajarkan seperti biasa dan mengarjakan LKS yang intinya mengerjakan soal-soal setelah memperlajari ringkasan, tetapi harus melakukan suatu tindakan. Siswa harus aktif bekerja melakukan sesuatu yang diarahkan oleh guru. Ketika sampai saat refleksi, siswa diajak diskusi, ditanya tentang pembelajaran yang mereka alami. Dari hasil refleksi itulah guru mengadakan perbaikan untuk perencanaan siklus kedua. Sekali lagi, jadi inti PTK adalah keaktifan siswa karena dalam pembelajaran siswa yang diutamakan. (Arikunto 2008:137).

Menurut kutipan di atas, bahwa pelaksanaan PTK itu berbeda dengan kegiatan belajar mengajar seperti biasa. Dalam PTK ada suatu refleksi untuk perbaikan pembelajaran yang telah dilaksanakan. Model PTK yang digunakan dalam penelitian ini adalah model John Eliot, model ini menggambarkan adanya langkah dan pengulangan yang menekankan pada siklus atau putaran kegiatan yang terdiri dari perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi, model ini juga dikenal dengan model spiral, diagram alur siklus PTK ini sebagai berikut.


(16)

55

Gambar 3.1. Penelitian Tindakan Kelas Model John Eliot

Bentuk penelitian tindakan kelas yang penulis gunakan adalah penelitian tindakak kelas yang bersifat guru sebagai peneliti. Hal ini sesuai dengan pendapat Kasbolah, yang menyatakan bahwa: Bentuk tindakan kelas yang memandang guru sebagai peneliti memilki ciri penting, yaitu sangat berperannya guru itu sendiri dalam proses penelitian tindakan kelas. Dalam bentuk ini tujuan utama penelitian

PELAKSANAAN

PERENCANAAN PENGAMATAN

PELAKSANAAN

PENGAMATAN PERENCANAAN

REFLEKSI REFLEKSI SIKLUS 1

SIKLUS 2 SIKLUS 1

PELAKSANAAN

SIKLUS 3

PERENCANAAN PENGAMATAN


(17)

56

tindakan kelas ialah untuk meningkatkan praktek-praktek pembelajaran di kelas tempat guru terlihat secara penuh dalam proses perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi.

Penulis mengambil penelitian ini kerena guru sebagai peneliti dan memiliki ciri yang penting yaitu berperannya guru itu sendiri dalam proses penelitian tindakan kelas. Dalam hal ini guru mencari masalah sendiri dan untuk dipecahkan sendiri melalui penelitian tindakan kelas. Jika peneliti melibatkan pihak lain, maka berperan untuk membantu. Keterlibatan pihak lain hanya sebagai tempat konsultasi atau konsultatif dalam mencari dan memperjelas permasalahan-permasalahan yang dihadapi guru, jika layak dipecahkan melalui penelitian tersebut. Sehingga guru sebagai peneliti dan juga sebagai pelaksana.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Kelas VIII F SMP Negeri 1 Karangtengah

Kabupaten Garut.

3.2.2 Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan mulai tanggal dengan rincian jadwal sebagai berikut.

Tabel 3.1. Jadwal Penelitian

No Hari, Tanggal Kegiatan Pembelajaran

1. Senin, 9 September 2013

Siklus I 2. Selasa, 10 September 2013


(18)

57

4. Selasa, 17 September 2014

Karena penelitian tindakan kelas yang dilakukan peneliti mempunyai tujuan untuk memperbaiki proses dan hasil belajar siswa, maka kegiatan penelitian ini dilakukan dalam beberapa siklus.

3.3 Subjek Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada mata pelajaran bahasa Indonesia. Subjek penelitian yang diambil adalah siswa kelas VIII F SMPN 1 Karangtengah Kabupaten Garut Tahun Ajaran 2013/2014, dengan jumlah siswa 30 siswa yang terdiri dari 16 siswa laki-laki dan14 siswa perempuan. Alasan peneliti memilih kelas VIII F sebagai subjek penelitian karena menurut peneliti kelas ini perlu dilakukan inovasi pembelajaran dalam pelajaran bahasa Indonesia dengan harapan siswa akan termotivasi untuk belajar sehingga akan berdampak positif bagi peningkatan hasil belajar siswa. Pelaksanaan disesuaikan dengan jadwal pelajaran yang ada di kelas VIII F.

3.4 Teknik Pengumpulan Data 3.4.1 Studi Pendahuluan

Studi pendahuluan dalam penelitian ini dilakukan dalam dua tahap.Tahap pertama adalah wawancara dengan guru mata pelajaran bahasa Indonesia dan siswa kelas VIII F SMPN 1 Karangtengah Kab. Garut. Tahap kedua adalah observasi langsung dengan mengamati siswa dalam proses pembelajaran untuk


(19)

58

mengetahui kemampuan berbicara siswa. Wawancara dilakukan untuk mengetahui bagaimana kondisi konkret pembelajaran bahasa Indonesia khususnya pembelajaran berbicara di kelas VIII F SMPN 1 Karangtengah Kabupaten Garut.

3.4.2 Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas

Berikut ini diuraikan tahapan penelitian tindakan kelas pada tiap siklus. a. Perencanaan

Perencanaan pada siklus I didasari atas permasalahan-permasalahan yang penulis dapatkan dari studi pendahuluan. Kemudian, penulis melakukan tahapan: (1) menganalisis berbagai alternatif pemecahan-pemecahan masalah yang sesuai dengan kondisi pembelajaran; (2) menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan memerhatikan indikator-indikator hasil belajar sesuai dengan SKKD dalam Standar Isi; (3) menyiapkan materi, alat peraga, atau media pembelajaran yang menunjang pembelajaran; (4) merencanakan tindakan dengan media pembelajaran yang sesuai; (5) menyusun alat evaluasi pembelajaran sesuai dengan indikator hasil belajar.

b. Pelaksanaan Tindakan

Tindakan yang penulis lakukan selanjutnya adalah mengimplementasikan tindakan perlakuan pada siswa. Perlakuan tersebut berupa pembelajaran berbicara dengan kompetensi dasar melakukan wawancara dengan narasumber. Penulis melaksanakan pembelajaran sesuai dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran(RPP) yang telah disiapkan dalam tahap perencanaan.


(20)

59

Secara umum, observasi adalah upaya merekam segala peristiwa dan kegiatan yang terjadi selama tindakan perbaikan itu berlangsung, dengan atau tanpa bantuan alat. Observasi yang dilakukan oleh penulis berupa observasi terbuka yaitu observasi untuk mencatat hal-hal yang berlangsung selama pembelajaran membaca pemahaman di kelas. Observasi dilakukan dengan mengamati perilaku siswa dan guru secara langsung dengan tujuan memperoleh gambaran mengenai aktivitas siswa dan guru. Observasi yang dilakukan dalam upaya pengumpulan data. Untuk melaksanakan pengamatan tersebut penulis dibantu oleh observer selama proses pembelajaran berlangsung. Hasil dari observasi tersebut didiskusikan secara kolaboratif bersama guru bidang studi, yang dijadikan bahan pertimbangan dan penilaian menuju tahapan berikutnya. d. Analisis dan Refleksi

Pada tahap ini penulis menganalisis berbagai kendala yang mengacu pada data hasil observasi dan tindakan yang telah dilakukan pada tahapan sebelumnya. Selanjutnya penulis melakukan refleksi terhadap kekurangan-kekurangan tersebut sebagai bahan pertimbangan untuk menentukan rencana tindakan yang harus dilaksanakan selanjutnya.

3.5 Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh penulis dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap, sistematis sehingga lebih mudah diolah (Arikunto, 2008: 136). Dalam melakukan pengamatan atau observasi terhadap


(21)

60

aktivitas guru dan siswa, penulis berkolaborasi dengan guru kelas VII, VIII, dan IX. Instrumen perlakuan yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Adapun instrumen pelengkap yang penulis gunakan sebagai berikut.

3.5.1 Angket

Angket dalam penelitian ini adalah angket untuk mengetahui ketertarikan siswa selama penelitian berlangsung. Jenis angket yang penulis gunakan berupa angket tertutup. Angket yang dimaksud berupa daftar pertanyaan tertulis mengenai masalah-masalah yang diteliti oleh penulis yang bertujuan untuk mengetahui sejauh mana respon atau sikap siswa terhadap pembelajaran berbicara dalam melakukan wawancara sebelum dan sesudah diberi tindakan.

Angket Siswa A.Petunjuk Pengisian

1. Jawablah pertanyaan dengan memilih jawabaaan sesuai dengan keaadan yang Anda alami dan rasakan.

2. Jawaban yang anda pilih tidak berakibat pada nilai anda untuk mata pelajaran ini

3. Pertanyaan dan jawaban yang anda berikan semata-mata untuk penelitian yang bertujuan untuk meningkatkan proses KBM

B.Daftar Pertanyaan

1. Apakah guru mata pelajaran Bahasa Indonesia anda menggunakan beragam metode dalam mengajar keterampilan berbicara Bahasa Indonesia ?


(22)

61

b. Sering d. Tidak Pernah

2. Apakah anda merasa jenuh dengan jika metode yang digunakan guru bersifat monoton (tidak berubah/tidak ganti)?

a. Sangat jenuh c. Cukup jenuh

b. Biasa d. Tidak pernah

3. Apakah guru anda menggunakan media pembelajaran dalam mengajar keterampilan berbicara Bahasa Indonesia ?

a. Selalu c. Jarang

b. Sering d. Tidak pernah

4. Apakah anda menemukan kemudahan dalam belajar ketika guru anda menggunakan media pembelajaran ?

a. Selalu c. Jarang

b. Sering d. Tidak prnah

5. Apakah anda punya motivasi yang tinggi untuk belajar berbicara Bahasa Indonesia ?

a. Selalu c. Jarang

b. Sering d. Tidak pernah

6. Apakah anda bertanya pada teman atau guru jika menemukan kesulitan dalam berbicara Bahasa Indonesia yang baik dan benar ?

a. Selalu c. Jarang

b. Sering d. Tidak pernah

7. Dalam mengikuti pelajaran berbicara Bahasa Indonesia, apakah anda memusatkan perhatian secara penuh ?


(23)

62

a. Selalu c. Jarang

b. Sering d. Tidak Pernah

8. Apakah metode yang digunakan guru selama ini dapat membantu kelancaran anda dalam proses kegiatan belajar mengajar?

a. Sangat c. Jarang

b. Sering d. Tidak pernah

9. Apakah selalu menggunakan Bahasa Indonesia pada saat KBM berlangsung ?

a. Selalu c. Jarang

b. Sering d. Tidak pernah

10.Seberapa besar keberanian anda dalam belajar Bahasa Indonesia khususnya dalam keterampilan berbicara ?

a. Sangat c. Biasa

b. Sedang d. Tidak tahu

3.5.2 Wawancara

Wawancara yang penulis lakukan adalah wawancara semi tertsruktur, yaitu bentuk wawancara yang pertanyaannya sudah dipersiapkan terlebih dahulu, kemudian satu persatu diperdalam dalam mengorek keterangan lebih lanjut (Arikunto, 2008: 202). Dalam penelitian ini, penulis menggunakan wawancara sebagai instrumen untuk memperoleh data berupa kondisi konkret mengenai pembelajaran berbicara dalam melakukan wawancara dengan narasumber di kelas VIII F SMPN 1 Karangtengah Kab. Garut sebagai bahan studi pendahuluan. Sumber data diambil dari guru mata pelajaran dan siswa.


(24)

63

a. Pedoman Wawancara Guru Mata Pelajaran

Data yang diambil dari guru mata pelajaran berupa (1) pengalaman guru dalam mengajar bahasa Indonesia, (2) kemampuan siswa dalam pembelajaran bahasa Indonesia, khususnya dalam berbicara dalam melakukan wawancara dengan narasumber, (3) kemampuan siswa dalam pembelajaran berbicara dalam melakukan wawancara dengan narasumber dengan menggunakan strategi

quantum learning yang dipakai guru, dan (4) kendala yang dihadapi guru ketika

mengajarkan pembelajaran berbicara dalam melakukan wawancara dengan narasumber.

b. Pedoman Wawancara Siswa

Seperti yang telah dikatakan di atas bahwa untuk mengetahui kondisi konkret pembelajaran berbicara dalam melakukan wawancara dengan narasumber di SMPN 1 Karangtengah Kab. Garut, penulis tidak hanya mewawancarai guru melainkan juga siswa. Data yang diambil dari siswa berupa (1) kemampuan siswa terhadap pembelajaran bahasa Indonesia, (2) kemampuan siswa terhadap pembelajaran berbicara melakukan wawancara dengan narasumber, (3) kendala yang dihadapi siswa dalam berbicara melakukan wawancara dengan narasumber, dan (4) keinginan siswa dalam pembelajaran bahasa Indonesia, khususnya dalam pembelajaran berbicara melakukan wawancara dengan narasumber.

3.5.3 Lembar Observasi


(25)

64

Lembar observasi merupakan alat pengamatan yang digunakan untuk melihat aktivitas guru dan siswa selama pembelajaran berlangsung. Lembar observasi ini digunakan sebagai bahan refleksi pembelajaran berikutnya. Berikut format lembar obervasi aktivitas guru.

Tabel 3.2

LEMBAR OBSERVASI AKTIVITAS GURU

No Penampilan Mengajar Nilai

0 1 2 4 5 1. Kemampuan membuka pelajaran

a. Menarik perhatian siswa. b. Memotivasi siswa. c. Mengadakan apersepsi.

d. Member acuan materi yang akan diajarkan. 2. Sikap guru kelas dalam proses pembelajaran

a. Kejelasan suara dalam komunikasi dengan siswa b. Tidak melakukan gerakan dan/atau ungkapan

yang mengganggu perhatian siswa. c. Antusiasme mimik dalam penampilan. d. Mobilitas posisi tempat dalam kelas. 3. Implementasi materi pembelajarann

a. Kejelasan menghubungkan materi pembelajaran berbicara dalam wawancara dengan narasumber. b. Kejelasan menerangkan materi berbicara dalam

wawancara dengan narasumber.

c. Kejelasan dalam memberikan contoh/ilustrasi sesuai dengan aspek kompetensi berbicara.

d. Mencerminkan penguasaan materi

4. Implementasi langkah-langkah pembelajaran

a. Penyajian materi membaca pemahaman dengan strategi quantum learning sesuai dengan langkah-langkah yang tertuang dalam RPP.

b. Proses pembelajaran mencerminkan komunikasi guru-siswa.

c. Antusias dalam menanggapi dan menggunakan respon dari siswa terhadap pembelajaran.

d. Cermat dalam memanfaatkan waktu. 5. Penggunaan media pembelajaran

a. Memerhatikan prinsip penggunaan media b. Pengunaan media sesuai dengan bahan ajar


(26)

65

pembelajaran 6. Evaluasi

a. Melakukan evaluasi sesuai dengan RPP

b. Lembar Observasi Aktivitas Siswa

Lembar aktivitas siswa ini digunakan untuk mengetahui dan memantau respon atau reaksi siswa dalam pembelajaran berbicara dalam melakukan wawancara dengan narasumber yang dilakukan siswa dengan menggunakan strategi quantum learning. Observasi meliputi minat, perhatian, partisipasi, dan kegiatan lain yang dilakukan siswa selama kegiatan belajar mengajar berlangsung, kemudian lembar aktivitas siswa tersebut digunakan sebagai bahan refleksi terhadap pembelajaran. Berikut format lembar observasi aktivitas siswa.

Tabel 3.3

FORMAT OBSERVASI AKTIVITAS SISWA

NO HAL YANG DIAMATI JUMLAH %

1. Antusias siswa dalam mengikuti pelajaran

2. Keseriusan siswa dalam memerhatikan penjelasan guru

3. Keberanian siswa dalam

mengemukakan pendapat

4. Keberanian siswa dalam menjawab pertanyaan guru

5. Bekerjasama dengan siswa lain

6. Keseriusan siswa dalam mengerjakan tugas yang diberikan guru

7. Mencatat materi yang dianggap penting

8. Keikutsertaan siswa mengikuti pembelajaran sampai akhir


(27)

66

Catatan lapangan adalah catatan yang dibuat oleh mitra penulis yang melakukan pengamatan atau observasi terhadap subjek atau objek penelitian tindakan kelas. Catatan lapangan dimaksudkan untuk mengungkapkan temuan-temuan selama proses pembelajaran berlangsung sebagai bahan refleksi untuk tindakan selanjutnya. Berikut format catatan lapangannya.

Tabel 3.4 Catatan Lapangan Siklus ke- :

Hari, tanggal :

Catatan Lapangan Kendala/Kesulitan Solusi/Saran

3.5.6 Lembar Kemampuan Berbicara Siswa dalam Melakukan Wawancara dengan Narasumber

Untuk mengetahui tingkat kemampuan berbicara siswa dalam melakukan wawancara dengan strategi quantum learning, penulis memberi tugas kepada siswa secara berkelompok, siswa mengamati contoh berwawancara, berdiskusi dengan tema yang sudah ditentukan oleh penulis, kemudian dipresentasikan di depan kelas. Penilaian dilakukan secara individual terhadap kemampuan berbicara siswa dalam melakukan wawancara dengan narasumber, dengan kriteria penilaian yang sudah ditentukan oleh penulis.


(28)

67

3.6 Teknik Pengolahan Data

Pengolahan data dimulai dengan menganalisis seluruh data yang didapat dari berbagai sumber, yaitu angket siswa, wawancara (siswa dan guru), lembar observasi guru, lembar observasi siswa, jurnal siswa, dan tes kemampuan berbicara siswa dalam melakukan wawancara. Data tersebut kemudian dikategorisasikan. Data kuantitatif maupun data kualitatif terlebih dahulu dianalisis kemudian dideskripsikan. Setelah dianalisis dan dideskripsikan langkah selanjutnya direfleksikan untuk memperoleh sebuah simpulan.

3.6.1 Interpretasi data

Semua data yang diperoleh dikategorisasikan berdasarkan tujuan penelitian. Langkah selanjutnya adalah penulis menginterpretasikan data yang telah dikumpulkan. Berikut pemaparan hal-hal yang dilakukan oleh penulis. a. Mendeskripsikan perencanaan pelaksanaan tindakan pada tiap siklus. Hal-hal

yang dideskripsikan adalah sebagai berikut.

1) mengidentifikasi permasalahan menyangkut bahan ajar, media, teknik, aktivitas guru dan siswa, evaluasi, kondisi kelas, dan minat siswa terhadap pembelajaran berbicara dalam melakukan wawancara dengan strategi

quantum learning.

2) menyusun komponen pembelajaran meliputi pengembangan bahan ajar, media, dan evaluasi pembelajaran.

b. Mendeskripsikan pelaksanaan tindakan pada tiap siklus. Hal-hal yang dideskripsikan adalah sebagai berikut.


(29)

68

1) memberikan gambaran umum pembelajaran, mulai dari awal hingga akhir pembelajaran.

2) mengidentifikasi temuan-temuan dari tiap siklus. c. Menganalisis data dari hasil penelitian.

1) Menganalisis hasil pengamatan aktivitas siswa

Menurut Nuryanti (2009: 32), setiap kategori dikelompokkan dalam klasifikasi interprestasi. Berikut pengklasifikasian hasil pengamatan aktivitas siswa.

Tabel 3.5.

Interpretasi Perhitungan Persentase

Besar Presentase Interpretasi

0% Tidak ada

1% - 25% Sebagian kecil

26% - 49% Hampir setengahnya

50% Setengahnya

51% - 75% Sebagian besar

76% - 99% Pada umumnya

100% seluruhnya

Setelah mengklasifikasikan hasil pengamatan aktivitas siswa, penulis menghitung persentase aktivitas siswa untuk setiap aktivitas tindakan dari tiga observer dengan rumus sebagai berikut.

Keterangan:

01 = persentase yang diberikan observer pertama 02 = persentase yang diberikan observer kedua 03 = persentase yang diberikan observer ketiga


(30)

69

Persentase akhir aktivitas siswa adalah:

2) Menganalisis hasil pengamatan aktivitas guru

Data hasil pengamatan aktivitas guru dianalisis berdasarkan pencapaian skala penilaian setiap aspek yang diberikan ketiga observer. Hasil analisis ini digunakan sebagai refleksi tindakan pada siklus berikutnya.

Keterangan:

NA1= nilai yang diberikan pengamat pertama untuk satu aspek NA2= nilai yang diberikan pengamat kedua untuk satu aspek NA3= nilai yang diberikan pengamat kedua untuk satu aspek

3) Menganalisis jurnal siswa

Keterangan:

PKS01 = presentasi komentar siklus I PKS02 = presentasi komentar siklus II PKS03 = presentasi komentar siklus III


(31)

70

3.6.2 Kriterian Penilaian Kemampuan Berbicara Melakukan Wawancara dengan Narasumber

Pengolahan data merupakan langkah terakhir dalam penelitian tindakan kelas. Untuk mengolah data kuantitatif, penulis menggunakan statistik sederhana sebagai berikut :

Tabel 3.6.

Rubrik Pengamatan Penilaian Keterampilan Berbicara

No Nama Siswa Aspek penilaian Skor

1 2 3 4

Diadopsi dari Burhan Nurgiyantoro (2001: 284-287)

Keterangan: 1. Intonasi

Kemampuan menerapkan intonasi (naik dan turunnya suara, serta ketepatan penekanaaannn suku kata) dengan benar dapat dinilai dengan indikator di bawah ini.

a. Siswa dalam berbicara tidak terjadi salah penekanan kosakata yang mencolok, mendekati ucapan standar = 5.

b. Siswa dalam berbicara intonasinya tepat dan tidak menyebabkan kesalahpahaman = 4.


(32)

71

c. Siswa dalam berbicara penekanan kosakatanya sering salah/kurang tepat = 3. d. Siswa dalam berbicara sering terjadi kesalahan besar dan aksen kuat

yang menyulitkan pemahaman, menghendaki untuk selalu diulang = 2.

e. Siswa dalam berbicara intonasi/penekanannya banyak yang tidak tepat sering tidak dapat dipahami = 1.

2. Pilihan Kata

Kemampuan memilih kata dengan tepat dapat dinilai dengan indikator di bawah ini.

a. Siswa mampu memilih kata-kata dan ungkapan yang baik dan tepat = 5. b. Siswa terkadang menggunakan kata-kata yang tidak tepat = 4.

c. Siswa sering menggunakan kata yang salah sehingga pembicaraannya menjadi terbatas karena kata-kata yang dipakai tidak tepat = 3.

d. Siswa salah menggunakan kata-kata dan masih terbatas sehingga menyebabkan pembicaraannya sukar sekali untuk dipahami = 2.

e. Siswa menggunakan kata-kata yang sangat terbatas sehingga pembicaraannya hampir tidak pernah dilakukan = 1.

3. Kelancaran

Kelancaran sewaktu berbicara dapat dinilai dengan indikator di bawah ini. a. Siswa mampu berbicara dengan lancar sekali = 5.

b. Siswa tampak berbicara dengan kecepatan yang sedikit berkurang = 4.

c. Siswa tampak berkurang kecepatan dan kelancaran berbicaranya karena pengaruh kesulitan-kesulitan berbahasa = 3.


(33)

72

d. Siswa sedikit ragu-ragu dalam berbicara, sering siswa terpaksa berdiam diri karena penguasaan bahasanya terbatas (sering tersendat-sendat) = 2. e. Siswa sering melakukan pemberhentian dalam berbicara dan pendek-pendek,

sehingga menyebabkan pembicaraannya benar-benar tidak berlangsung = 1.

4. Pemahaman

Kemampuan pemahaman terhadap isi dan maksud pembicaraan dapat dinilai dengan indikator di bawah ini.

a. Siswa mampu memahami isi percakapan dan menguasai maksudnya = 5. b. Siswa mampu memahami isi percakapan dengan baik = 4.

c. Siswa mampu memahami isi percakapan dalam kecepatan kurang dari normal, dengan banyak pengulangan-pengulangan = 3.

d. Siswa kurang mampu memahami isi percakapan sehingga sulit berbicara = 2. e. Siswa tidak mampu memahami isi percakapan sehingga tidak mampu

berbicara di depan kelas = 1.

Untuk mencari nilai dari setiap siswa dapat menggunakan teknik penilaian sebagai berikut:

1. Nilai setiap unsur yang dinilai dalam berbicara berkisar antara 1 sampai dengan 5. Nilai 5 berarti baik sekali, nilai 4 berarti baik, nilai 3 berarti sedang, nilai 2 berarti kurang, dan nilai 1 berarti kurang sekali.

2. Jumlah skor atau total nilai diperoleh dari menjumlahkan nilai setiap unsur penilaian yang diperoleh siswa.


(34)

73

4. Persentase keberhasilan pembelajaran berbicara dapat dihitung dengan menggunakan rumus:

Pengumpulan data dilakukan pada setiap aktivitas sesuai dengan petunjuk pelaksanaan penelitian tindakan kelas, Suyanto 1996 (Suryani, 2011). Pada penelitian tahap pengumpulan data dilakukan pada saat:

1. Observasi awal dan identifikasi awal permasalahan.

2. Pelaksanaan, analisis dan refleksi tindakan pembelajaran siklus I. 3. Pelaksanaan, analisis dan refleksi tindakan pembelajaran siklus II. 4. Pelaksanaan, analisis dan refleksi tindakan pembelajaran siklus III. 5. Evaluasi terhadap pelaksanaan tindakan siklus I, siklus II dan siklus III.

6. Menganalisis peningkatan kemampuan berbicara dalam melakukan wawancara dengan narasumber.

Dalam penelitian ini data berasal dari observasi dan tes kemampuan berbicara terhadap pihak yang terkait langsung, dalam proses belajar mengajar. Penyajian data dalam bentuk tes keterampilan berbicara. Sedangkan penarikan kesimpulan dilaksanakan setiap siklus melalui diskusi bersama di kelas. Berdasarkan analisis data kuantitatif di atas. Jika nilai siswa selalu meningkat pada setiap siklusnya, maka metode quantum learning dapat meningkatkan


(35)

74

keterampilan berbicara siswa. Pembelajaran dengan menggunakan metode

quantum learning dapat menjadikan pembaharuan guru dalam menyampaikan


(36)

109

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan

1) terdapat peningkatan kualitas pembelajaran keterampilan berbicara, yaitu peningkatan kualitas proses pembelajaran keterampilan berbicara tersebut ditandai dengan meningkatnya (a) jumlah siswa yang aktif dalam mengikuti pembelajaran berbicara, (b) jumlah siswa yang berani berbicara di depan kelas, dan (c) jumlah siswa yang melakukan kerjasama dengan pasangannya, 2) peningkatan kualitas hasil pembelajaran ditandai dengan meningkatnya jumlah

siswa yang mencapai batas ketuntasan dalam keterampilan berbicara dengan rata-rata ketuntasan mencapai KKM 70 dan persentase ketuntasan 75%.

3) hasil analisis pada siklus I sebanyak 53% atau 16 siswa dengan rata-rata ketuntasan 68. Hasil tersebut belum memenuhi rata-rata kriteri ketuntasan sebesar 70 dan persentase ketuntasan belum mencapai 75% sehingga dilanjutka pada Siklus II. Pada siklus II sebanyak 77% atau 23 siswa dengan rata ketuntasan 71. Hasil tersebut sudah memenuhi harapan, yaitu rata-rata ketuntasan mencapai KKM 70 dan persentase ketuntasan di atas 75%. Dengan demikian penggunaan strategi quantum learning dapat meningkatkan kualitas hasil pembelajaran keterampilan berbicara pada siswa kelas VIII F SMP Negeri 1 Karangtengah. Terbukti dengan meningkatnya hasil pembelajaran berbicara.


(37)

110

5.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas, peneliti ingin menyampaikan beberapa saran sebagai berikut:

1) Pembelajaran dengan strategi quantum learning dapat dijadikan salah satu alternatif pendekatan pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan berbicara siswa.

2) Untuk meningkatkan kemampuan berbicara pada siswa diharapkan keterlibatan seluruh siswa dalam pembelajaran berbicara.

3) Strategi quantum learning diharapkan dapat mendorong keberanian siswa dalam mengemukakan pendapat.


(38)

111

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi, Suhardjono dan Supardi. 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara.

Arsjad, Maidar G. dan Mukti U.S. 1988. Kemampuan Berbicara Bahasa

Indonesia. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Baharuddin. 2010. Pendidikan dan Psikologi Perkembangan. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.

Depdiknas. 2003. Kurikulum 2004 Sekolah Menengah Pertama. Jakarta: Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat Pendidikan Lanjutan Pertama.

________. 2006. Sari Penelitian Pembelajaran Hibah PTK dan PPKP Tahun

2005. Jakarta: Depdiknas Dirjen Dikti Direktorat Ketenagaan.

________. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

DePorter, Bobbi dan Hernacky, Mike .2004. Quantum Learning :Membiasakan

Belajar Nyaman dan Menyenangkan. Bandung: PT. Mizan Pustaka.

Djamarah, Syaiful Bahri dan Aswan Zain. 2006. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rinekacipta.

Hamalik, Oemar. 2004. Psikologi Belajar dan Mengajar. Bandung: Sinar Baru. Hendrikus, Dori Wuwur. 1991. Retorika Terampil Berpidato, Berdiskusi,

Berargumentasi,Bernegosiasi. Jogjakarta: Kanisius.

Iskandarwassid dan Dadang Sunendar. 2008. Strategi Pembelajaran Bahasa. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Keraf, Gorys. 2001. Komposisi: Sebuah Pengantar Kemahiran Berbahasa, cetakan XII. Ende: Nusa Indah

Kirsten Schaetzel. 2008. Facilitating adult Learning Interactions to Build

Listening and Speaking Skillshttp: // www. interscience. wiley. com/

journal/ articletext.

Marwoto dan Yant Mujiyanto. 1998. BPK Berbicara II (Sanggar Bahasa dan


(39)

112

Mulyadi Adhisupo. Pelatihan Jurnalistik_ Info Jawa 12-15/12/2005.

www.infojawa.org

Nababan, Sri Untari Subyakto. 1993. Metodologi Pengajaran Bahasa. Jakarta: PT Gramedia.

Nurgiyantoro, Burhan. 2001. Penilaian dalam Pengajaran Bahasa dan Sastra

Edisi Ketiga. Yogyakarta: BPFE.

Purwanto, Ngalim. 2010. Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Bandung: Rosdakarya.

Rofi’uddin, Ahmad dan Darmiyati Zuchdi. 2001. Pendidikan Bahasa dan Sastra

Indonesia di Kelas Tinggi. Malang: Universitas Negeri Malang.

Sabarti Akhadiah MK.; Maidar G. Arsjad; Sakura H. Ridwan; Zulfahnur Z.F.; dan Mukti U.S. 1991. Bahasa Indonesia I. Jakarta: Depdikbud.

Sagala, Syaiful. 2003. Konsep dan Makna Pembelajaran untuk Membantu

Memecahkan Problematika Belajar Mengajar. Bandung: Alfabeta.

Sardiman, A.M. 2011. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Rajawali.

Sepudin, Azwar. 1997. Tes Prestasi II. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Slameto. 2010. Belajar dan Faktor Yang Mempengaruhinya. Bandung : Rineka Cipta.

Sudjana, Nana dan Ahmad Rivai. 2005.Media Pengajaran. Bandung. Sinar Baru Algensindo

Suharyanti. 1996. Berbicara (IND. 202) BPK FKIP-PBS-Indonesia. Surakarta: UNS Press.

Sukmadinata, Nana Syaodih. 2007. Hubungan Antara Motivasi dengan Prestasi

Prestasi Belajar Siswa. Bandung: Sinar Baru Algensindo.

Suwandi, Sarwiji dan Budhi Setiawan. 2003. Keterampilan Berbicara. Surakarta: Universitas Sebelas Maret Press.

Syah, Muhibin. 2010. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.


(40)

113

Tarigan, Henry Guntur. 2008. Berbicara Sebagai Suatu Keterampilan

Berbahasa. Bandung: Angkasa.

Undang, Gunawan. 2008. Teknik Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Sayagatama.

Wenli Tsou. 2005. Improving Speaking Skills Through Instruction in Oral

Classroom Participation.www. brandies.edu/ department /roms/ strategies-speakingskill.


(1)

keterampilan berbicara siswa. Pembelajaran dengan menggunakan metode quantum learning dapat menjadikan pembaharuan guru dalam menyampaikan pelajaran, sehingga pembelajaran tidak terkesan monoton.


(2)

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan

1) terdapat peningkatan kualitas pembelajaran keterampilan berbicara, yaitu peningkatan kualitas proses pembelajaran keterampilan berbicara tersebut ditandai dengan meningkatnya (a) jumlah siswa yang aktif dalam mengikuti pembelajaran berbicara, (b) jumlah siswa yang berani berbicara di depan kelas, dan (c) jumlah siswa yang melakukan kerjasama dengan pasangannya, 2) peningkatan kualitas hasil pembelajaran ditandai dengan meningkatnya jumlah

siswa yang mencapai batas ketuntasan dalam keterampilan berbicara dengan rata-rata ketuntasan mencapai KKM 70 dan persentase ketuntasan 75%.

3) hasil analisis pada siklus I sebanyak 53% atau 16 siswa dengan rata-rata ketuntasan 68. Hasil tersebut belum memenuhi rata-rata kriteri ketuntasan sebesar 70 dan persentase ketuntasan belum mencapai 75% sehingga dilanjutka pada Siklus II. Pada siklus II sebanyak 77% atau 23 siswa dengan rata ketuntasan 71. Hasil tersebut sudah memenuhi harapan, yaitu rata-rata ketuntasan mencapai KKM 70 dan persentase ketuntasan di atas 75%. Dengan demikian penggunaan strategi quantum learning dapat meningkatkan kualitas hasil pembelajaran keterampilan berbicara pada siswa kelas VIII F SMP Negeri 1 Karangtengah. Terbukti dengan meningkatnya hasil pembelajaran berbicara.


(3)

5.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas, peneliti ingin menyampaikan beberapa saran sebagai berikut:

1) Pembelajaran dengan strategi quantum learning dapat dijadikan salah satu alternatif pendekatan pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan berbicara siswa.

2) Untuk meningkatkan kemampuan berbicara pada siswa diharapkan keterlibatan seluruh siswa dalam pembelajaran berbicara.

3) Strategi quantum learning diharapkan dapat mendorong keberanian siswa dalam mengemukakan pendapat.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi, Suhardjono dan Supardi. 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara.

Arsjad, Maidar G. dan Mukti U.S. 1988. Kemampuan Berbicara Bahasa Indonesia. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Baharuddin. 2010. Pendidikan dan Psikologi Perkembangan. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.

Depdiknas. 2003. Kurikulum 2004 Sekolah Menengah Pertama. Jakarta: Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat Pendidikan Lanjutan Pertama.

________. 2006. Sari Penelitian Pembelajaran Hibah PTK dan PPKP Tahun 2005. Jakarta: Depdiknas Dirjen Dikti Direktorat Ketenagaan.

________. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

DePorter, Bobbi dan Hernacky, Mike .2004. Quantum Learning :Membiasakan Belajar Nyaman dan Menyenangkan. Bandung: PT. Mizan Pustaka. Djamarah, Syaiful Bahri dan Aswan Zain. 2006. Strategi Belajar Mengajar.

Jakarta: Rinekacipta.

Hamalik, Oemar. 2004. Psikologi Belajar dan Mengajar. Bandung: Sinar Baru. Hendrikus, Dori Wuwur. 1991. Retorika Terampil Berpidato, Berdiskusi,

Berargumentasi,Bernegosiasi. Jogjakarta: Kanisius.

Iskandarwassid dan Dadang Sunendar. 2008. Strategi Pembelajaran Bahasa. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Keraf, Gorys. 2001. Komposisi: Sebuah Pengantar Kemahiran Berbahasa, cetakan XII. Ende: Nusa Indah

Kirsten Schaetzel. 2008. Facilitating adult Learning Interactions to Build Listening and Speaking Skillshttp: // www. interscience. wiley. com/ journal/ articletext.

Marwoto dan Yant Mujiyanto. 1998. BPK Berbicara II (Sanggar Bahasa dan Sastra Indonesia). Surakarta: Depdikbud RI UNS Surakarta.


(5)

Mulyadi Adhisupo. Pelatihan Jurnalistik_ Info Jawa 12-15/12/2005. www.infojawa.org

Nababan, Sri Untari Subyakto. 1993. Metodologi Pengajaran Bahasa. Jakarta: PT Gramedia.

Nurgiyantoro, Burhan. 2001. Penilaian dalam Pengajaran Bahasa dan Sastra Edisi Ketiga. Yogyakarta: BPFE.

Purwanto, Ngalim. 2010. Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Bandung: Rosdakarya.

Rofi’uddin, Ahmad dan Darmiyati Zuchdi. 2001. Pendidikan Bahasa dan Sastra

Indonesia di Kelas Tinggi. Malang: Universitas Negeri Malang.

Sabarti Akhadiah MK.; Maidar G. Arsjad; Sakura H. Ridwan; Zulfahnur Z.F.; dan Mukti U.S. 1991. Bahasa Indonesia I. Jakarta: Depdikbud.

Sagala, Syaiful. 2003. Konsep dan Makna Pembelajaran untuk Membantu Memecahkan Problematika Belajar Mengajar. Bandung: Alfabeta.

Sardiman, A.M. 2011. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Rajawali.

Sepudin, Azwar. 1997. Tes Prestasi II. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Slameto. 2010. Belajar dan Faktor Yang Mempengaruhinya. Bandung : Rineka Cipta.

Sudjana, Nana dan Ahmad Rivai. 2005.Media Pengajaran. Bandung. Sinar Baru Algensindo

Suharyanti. 1996. Berbicara (IND. 202) BPK FKIP-PBS-Indonesia. Surakarta: UNS Press.

Sukmadinata, Nana Syaodih. 2007. Hubungan Antara Motivasi dengan Prestasi Prestasi Belajar Siswa. Bandung: Sinar Baru Algensindo.

Suwandi, Sarwiji dan Budhi Setiawan. 2003. Keterampilan Berbicara. Surakarta: Universitas Sebelas Maret Press.

Syah, Muhibin. 2010. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.


(6)

Tarigan, Henry Guntur. 2008. Berbicara Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa.

Undang, Gunawan. 2008. Teknik Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Sayagatama.

Wenli Tsou. 2005. Improving Speaking Skills Through Instruction in Oral

Classroom Participation.www. brandies.edu/ department /roms/


Dokumen yang terkait

Upaya peningkatan hasil belajar IPS melalui project based learning (pembelajaran berbasis proyek) pada siswa kelas V di SD Islam Al-Syukro Universal

1 26 253

Upaya Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa Dengan Model Experiential Learning (Penelitian Tindakan Kelas Pada Siswa Kelas Viii Smp Negeri 9 Kota Tangerang Selatan)

1 8 271

Penerapan metode e-learning dalam upaya meningkatkan hasil belajar siswa kelas vii pada mata pelajaran IPS terpadu: penelitian tindakan kelas di SMP IT Al-Atiqiyah Cipanengah-Sukabumi.

0 6 139

Efektifitas pelaksanaan quantum learning untuk meningkatkan hasil belajar sejarah kebudayaan islam: suatu penelitian tindakan kelas di kelas VII MTS Al-Adzkar Pamulang

0 7 112

Upaya meningkatkan pemahaman konsep siswa kelas 5 pada materi FPB dan KPK melalui metode learning tournament

1 6 156

Peningkatan kemampuan berbicara melalui penerapan teknik bermain peran. penelitian tindakan kelas pada siswa kelas V MI. Ath-Thoyyibiyyah Kalideres Jakarta Barat

0 10 170

PENDAHULUAN Upaya Meningkatkan Kemampuan Berbicara Anak Usia Dini Melalui Media Gambar Foto Keluarga Di Kelompok B Tk Pertiwi Butuhan Delanggu Tahun 2012/2013.

0 0 4

UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN SISWA DALAM MEMBACA PUISI DENGAN MENGGUNAKAN METODE PELATIHAN DASAR: Penelitian Tindakan Kelas Terhadap Siswa Kelas VII F SMPN 44 Bandung Tahun Ajaran 2012/2013.

1 3 62

UPAYA MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA MENGGUNAKAN MODEL QUANTUM LEARNING PADA SISWA KELAS V SDN KARANGKANDRI 04 CILACAP.

0 1 171

Penelitian Tindakan Kelas Penggunaan Skype untuk Meningkatkan Kemampuan Berbicara pada Siswa-Siswi STMIK Pontianak

0 0 5