PEMANFAATAN TEKNOLOGI OPEN BASE TRANSCEIVER STATION TANPA IZIN DALAM PENYELENGGARAAN TELEKOMUNIKASI BERDASARKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN BIDANG TELEKOMUNIKASI DI INDONESIA.

ABSTRAK
Telekomuikasi berkembang sangat pesat. Teknologi telekomunikasi
berkembang dengan berbagai penemuan baru, sehingga penggunaan
telekomunikasi turut berkembang. Seluruh sistem telekomunikasi yang
digunakan membutuhkan apa yang disebut sebagai Spektrum Frekuensi.
Spektrum frekuensi merupakan sumber daya alam yang terbatas.
Spektrum elektromagnetik sama langkanya dengan sumber daya lainya.
Dalam penyelenggaraan telekomunikasi, sering kali ditemukan berbagai
permasalahan dilapangan, salah satunya pemanfaatan spektrum tanpa
izin. Penelitian ini secara khusus membahas mengenai pemanfaatan
teknologi Open Base Transceiver station (OpenBTS) tanpa izin dalam
penyelenggaraan telekomunikasi. Adapun yang menjadi tujuan dalam
penulisan ini yaitu untuk memahami dan mengetahui kewenangan
pemerintah atas pemenfaatan spektrum frekuensi serta untuk mengetahui
tindakan hukum yang dapat dilakukan oleh pemerintah atas pemanfaatan
teknologi OpenBTS tanpa izin dalam penyelenggaraan telekomunikasi di
Indonesia.
Metode penelitian yang digunakan dalam penulisan ini adalah
deskriptif analitis, dengan menggunakan metode pendekatan yuridis
normatif, yaitu dengan melakukan penelitian yang menitikberatkan pada
data kepustakaan atau data sekunder dengan pendekatan asas-asas

hukum dan perbandingan hukum.
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa pemerintah dalam hal ini
Direktorat Pengelolaan spektrum frekuensi radio dibawah Direktorat
Jendral Sumber Daya Perangkat Pos dan Informatika Kementrian
Komunikasi dan Informatika (Ditjen SDPPIl-Kemenkominfo) memiliki
kewenangan terhadap penguasaan dan pengelolaan sumber daya alam
berupa spektrum frekuensi. Dengan demikian Direktorat Jendral Sumber
Daya Perangkat Pos dan Informatika Kementrian Komunikasi dan
Informatika (Ditjen SDPPIl) dapat menangani segala permasalahan terkait
pemanfaatan spektrum frekuensi radio tanpa izin oleh teknologi OpenBTS.
Ditjen SDPPIl-Kemenkominfo dapat melakukan tindakan hukum terhadap
pengguna OpenBTS dengan menerapkan Pasal 53, Pasal 55 UU No. 36
Tahun 1999 Tentang Telekomunikasi yang menyatakan berupa sanksi
selama 4 tahun pidana penjara atau denda Rp. 400.000.000,00 (empat
ratus juta rupiah) untuk pelanggaran Pasal 53 serta pidana penjara 6
tahun ataupun Rp. 600.000.000,00 (enam ratus juta rupiah) bagi
pelanggaran Pasal 55. Atas pelanggaran Pasal 21 dan Pasal 33 Ayat (1)
dan (2) UU No. 36 Tahun 1999 Tentang Telekomunikasi.