Peningkatan prestasi belajar sejarah melalui model group investigation pada siswa kelas XI IPS 1 SMA Pangudi Luhur St. Louis IX Sedayu tahun ajaran 2013 2014

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR SEJARAH
MELALUI MODEL GROUP INVESTIGATION
PADA SISWA KELAS XI IPS 1
SMA PANGUDI LUHUR SANTO LOUIS IX SEDAYU
TAHUN AJARAN 2013/2014

SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Sejarah

Disusun oleh:
H. Bambang Herianto
091314015


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2014

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR SEJARAH
MELALUI MODEL GROUP INVESTIGATION
PADA SISWA KELAS XI IPS 1
SMA PANGUDI LUHUR SANTO LOUIS IX SEDAYU
TAHUN AJARAN 2013/2014


SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Sejarah

Disusun oleh:
H. Bambang Herianto
091314015

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2014
i

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN

MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

PERSEMBAHAN


Skripsi ini saya persembahkan kepada :
1.

Tuhan Yesus Kristus,

2.

Kedua orangtuaku Bapak F.X. Sudiman dan Ibu Maria Lina, yang telah
membesarkan dan mendidikku dengan penuh cinta dan kasih sayang,

3.

Kakakku Elisabeth Diana, adikku Agustinus Beni dan Ade Saputra yang
telah mendukung saya dalam mengerjakan skripsi ini.

iv

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN

MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

MOTTO

“Apakah dengan mengatakan kebenaran saya menjadi musuhmu.”
(Galatia 4 : 16)

“Tidak peduli apa yang aku percayai,
yang penting apa yang bisa kubuktikan.”
(Film A Few Good Man 1992)

“Pemimpin sejati tidak menciptakan banyak pengikut,
pemimpin sejati menciptakan banyak pemimpin lainnya.”
(John C. Maxwell)

v


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI


ABSTRAK
PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR SEJARAH
MELALUI MODEL GROUP INVESTIGATION
PADA SISWA KELAS XI IPS 1
SMA PANGUDI LUHUR SANTO LOUIS IX SEDAYU
TAHUN AJARAN 2013/2014
Oleh :
H. Bambang Herianto
NIM: 091314015
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan peningkatan prestasi
belajar sejarah siswa setelah menerapkan pendekatan pembelajaran kooperatif
model Group Investigation (GI) kelas XI IPS 1 SMA Pangudi Luhur St. Louis IX
Sedayu tentang “perkembangan kehidupan negara-negara Kerajaan HinduBuddha di Indonesia.”
Penelitian ini menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
dengan model Hopkins dengan tahap perencanaan, tindakan, observasi dan
refleksi. Subyek penelitian ini adalah siswa kelas XI IPS 1 SMA Pangudi Luhur
St. Louis IX Sedayu yang berjumlah 30 siswa. Obyek penelitiannya adalah
prestasi belajar sejarah siswa melalui model pembelajaran Group Investigation
(GI). Analisis data dengan menggunakan análisis deskriptif prosentase.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi peningkatan prestasi belajar
sejarah siswa kelas XI IPS 1 SMA Pangudi Luhur St. Louis IX Sedayu setelah
diterapkannya model pembelajaran Group Investigation (GI). Pencapaian prestasi
belajar siswa sesuai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) 75 pada keadaan awal
sebanyak 17 siswa dari 30 siswa (57%), siklus 1 meningkat menjadi 20 siswa dari
30 siswa (66,67%) dan pada siklus 2 meningkat lagi menjadi 27 siswa dari 30
siswa (90%). Peningkatan nilai rata-rata siswa pada keadaan awal sebesar 71,42
pada siklus 1 meningkat menjadi 75,68 dan terakhir pada siklus 2 nilai rata-rata
siswa meningkat lagi menjadi 80,60.

viii

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

ABSTRACT

IMPROVING LEARNING ACHIEVEMENTS THROUGH THE
HISTORY MODEL GROUP INVESTIGATION
CLASS XI STUDENT OF SOCIAL SCIENCES 1
PANGUDI LUHUR HIGH SCHOOL St. LOUIS IX SEDAYU
ACADEMIC YEAR 2013/2014

By.
H. Bambang Herianto
SRN : 091314015
This study aimed to describe the history of student learning achievement
improvement after applying the model of cooperative learning approach to the
Group Investigation (GI) class XI Student of Social Sciences 1 Pangudi Luhur
High School St. Louis IX Sedayu about "the development of life countries of the
Hindu-Buddhist kingdoms in Indonesia."
This study uses the model of Class Action Research (CAR) by Hopkins
with the planning, action, observation and reflection. The subjects were 30
students of class XI Social Science 1 High School Pangudi Luhur High School
Noble St. Louis IX Sedayu. The object of this study is to learn the history of
student achievement through learning model Group Investigation (GI).
Descriptive analysis percentage was used to analyse the data.

The results showed an increase in students' learning achievement history
class XI Social Science 1 Pangudi Luhur High School St. Louis IX Sedayu after
the implementation of the learning model of Group Investigation (GI). The
student achievement according to the Minimum Completeness Criteria (CMC) in
reached 75 on the initial state from 17 students out of 30 students (57%). In cycle
1, it increased to 20 students from 30 students (66.67%) and the second cycle
increased to 27 students from 30 students (90%). The increase in the average
grade of students in the initial state at 71.42 on the first cycle was increased to
75.68, and the last in cycle 2 the average grade was increased to 80.60.

ix

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

KATA PENGANTAR


Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan rahmatNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Peningkatan
Prestasi Belajar Sejarah Melalui Model Group Investigation pada Siswa Kelas XI
IPS 1 SMA Pangudi Luhur St. Louis IX Sedayu Tahun Ajaran 2013/2014”. Skripsi
ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat untuk meraih gelar Sarjana
Pendidikan di Universitas Sanata Dharma, Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan, Jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial, Program Studi Pendidikan Sejarah.
Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan
berbagai pihak, maka pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan
terima kasih kepada:
1. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata
Dharma Yogyakarta.
2. Ketua Program Studi Pendidikan Sejarah Universitas Sanata Dharma yang
telah memberikan kesempatan untuk menyelesaikan skripsi ini.
3. Bapak Drs. Y. R. Subakti, M. Pd. dan Ibu Dra. Th. Sumini, M. Pd. selaku
dosen pembimbing yang telah sabar membimbing, membantu dan
memberikan banyak pengarahan, saran serta masukan selama penyusunan
skripsi ini.
4. Seluruh dosen dan pihak sekretariat Program Studi Pendidikan Sejarah
yang telah memberikan dukungan dan bantuan selama penulis
menyelesaikan studi di Universitas Sanata Dharma.
x

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...................................................................................

i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .......................................

ii

HALAMAN PENGESAHAN .....................................................................

iii

HALAMAN PERSEMBAHAN .................................................................

iv

HALAMAN MOTTO .................................................................................

v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA .....................................................

vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA
ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ..................................

vii

ABSTRAK ...................................................................................................

viii

ABSTRACT .................................................................................................

ix

KATA PENGANTAR .................................................................................

x

DAFTAR ISI ................................................................................................

xii

DAFTAR TABEL . .....................................................................................

xv

DAFTAR GAMBAR . .................................................................................

xv

DAFTAR LAMPIRAN ...............................................................................

xvi

BAB I

BAB II

PENDAHULUAN .......................................................................

1

A. Latar Belakang ......................................................................

1

B. Pembatasan Masalah .............................................................

11

C. Rumusan Masalah .................................................................

11

D. Tujuan Penelitian .............. ....................................................

12

E. Manfaat Penelitian ................................................................

12

KAJIAN TEORI ......... ...............................................................

13

A. Teori Konstruktivisme dalam Pembelajaran Sejarah ...........

13

1. Teori Belajar Konstruktivisme .........................................

13

xii

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

a) Scaffolding ................. ................................................

15

b) Proses Bottom Up ............... .......................................

16

c) Zone Of Proximal Development . ...............................

16

d) Pembelajaran Kooperatif . ..........................................

17

2. Prinsip-prinsip Pembelajaran Sejarah Berbasis
Konstruktivisme . ............................................................

18

B. Pendekatan Kooperatif dalam Proses Pembelajaran Sejarah .

19

1. Penerapan Pendekatan Pembelajaran Kooperatif di Kelas

20

2. Peran Guru sebagai Fasilitator dalam pendekatan
Pembelajaran Kooperatif … .............................................

20

3. Hasil dari Penerapan Pembelajaran Kooperatif .. .............

22

4. Prinsip Dasar dalam Proses Pembelajaran Kooperatif . ...

23

C. Prestasi Belajar Sejarah .. .......................................................

24

D. Pentingnya Belajar Sejarah di SMA .. ....................................

26

E. Pembelajaran Sejarah Model Group Investigation . ...............

28

F. Penelitian Tindakan Kelas . ....................................................

31

G. Kerangka Berpikir .. ...............................................................

35

H. Hipotesis Penelitian . ..............................................................

36

BAB III METODE PENELITIAN ..........................................................

37

A. Setting Penelitian ...................................................................

37

B. Subyek Penelitian ..................................................................

38

C. Obyek Penelitian ..................................................................

38

D. Variabel-variabel Penelitian . ................................................

38

E. Jenis Penelitian ……………………………………………..

38

F. Metode Pengumpulan Data .. ................................................

38

G. Instrumen Pengumpulan Data . .............................................

39

H. Desain Penelitian . .................................................................

44

I.

Analisis Data . .......................................................................

44

J.

Prosedur Penelitian .. .............................................................

47

xiii

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

K. Indikator Keberhasilan . ........................................................

52

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .........................

53

A. Hasil Penelitian ......................................................................

53

1. Keadaan Awal Prestasi Belajar Sejarah . ........................

53

2. Siklus 1 . ..........................................................................

55

3. Siklus 2 . ..........................................................................

67

B. Komparasi .............................................................................

76

C. Pembahasan . .........................................................................

80

PENUTUP ...................................................................................

83

A. Kesimpulan . .........................................................................

83

B. Saran . ....................................................................................

84

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................

86

LAMPIRAN .................................................................................................

89

BAB V

xiv

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

DAFTAR TABEL
Tabel 1

: PAP tipe 2 .. ..............................................................................

45

Tabel 2

: Penilaian Portofolio . ................................................................

46

Tabel 3

: Kategori Nilai . ..........................................................................

46

Tabel 4

: Kriteria Nilai PAP 2 ..................................................................

47

Tabel 5

: Hasil Perolehan Tes Pra Siklus.. ...............................................

53

Tabel 6

: Distribusi Frekuensi Prestasi Siswa Pra Siklus.. .......................

55

Tabel 7

: Hasil Penilaian Portofolio Siklus 1. ..........................................

59

Tabel 8

: Distribusi Frekuensi Portofolio Siswa Siklus 1. .......................

60

Tabel 9

: Nilai Perolehan Prestasi Belajar Sejarah pada Siklus 1. ...........

61

Tabel 10 : Nilai Final Siklus 1 .. ................................................................

63

Tabel 11 : Kriteria Nilai Kualitatif Siklus 1 . .............................................

64

Tabel 12 : Distribusi Frekuensi Prestasi Siswa Siklus 1 . ..........................

65

Tabel 13 : Penilaian Portofolio Siklus 2 . ..................................................

69

Tabel 14 : Distribusi Frekuensi Portofolio Siklus 2 . .................................

70

Tabel 15 : Nilai Perolehan Prestasi Siklus 2 . ............................................

71

Tabel 16 : Nilai Final Siklus 2 . .................................................................

73

Tabel 17 : Kriteria Nilai Kualitatif Siklus 2 . .............................................

74

Tabel 18 : Distribusi Frekuensi Prestasi Siswa Siklus 2 . ..........................

74

Tabel 19 : Komparasi Pra Siklus dengan Siklus 1 . ...................................

77

Tabel 20 : Komparasi Siklus 1 dengan Siklus 2 . ......................................

78

DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Zone Of Proximal Development … ............................................

17

Gambar 2. Model Penelitian Kurt Lewin … .................................................

34

Gambar 3. Bagan Kerangka Berpikir ……………………………………....

35

Gambar 4. Rancangan Siklus Penelitian . .....................................................

44

Gambar 5. Diagram Prestasi Belajar Sejarah Siswa Siklus 1 . .....................

65

Gambar 6. Diagram Prestasi Siklus 2 . .........................................................

75

xv

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidikan adalah salah satu bentuk kebudayaan manusia yang selalu
dinamis dan penuh dengan perkembangan. Perkembangan atau perubahan di
dalam dunia pendidikan haruslah berdampak positif dan berkesinambungan
sesuai

dengan

perkembangan

zaman.

Berdampak

positif

dan

berkesinambungan artinya bahwa pendidikan dapat meningkatkan kualitas
hidup manusia, baik di masa sekarang, maupun di masa depan.
Tokoh nasional yang sangat ternama seperti Ir. Soekarno dan Ki Hajar
Dewantara mengatakan, “bahwa satu-satunya yang dapat mengubah nasib
suatu bangsa hanyalah Pendidikan.” Bukan kekayaan alam yang melimpah
yang dapat membuat suatu bangsa menjadi unggul, hanyalah pendidikan yang
dapat mengubah nasib suatu bangsa. Bahkan, setelah Hiroshima dan Nagasaki
di bom oleh sekutu pada tahun 1945, Kaisar Jepang Hirohito bukannya
menanyakan mengenai berapa jumlah tentara yang tersisa. Sang Kaisar justru
bertanya, berapa banyak jumlah guru yang masih hidup. Hal ini menunjukan
tentang betapa pentingnya peranan seorang guru bagi sebuah kemajuan
bangsa. Maju atau mundurnya suatu pendidikan ditentukan oleh kualitas
tenaga pendidik yang ada.
Kepala Badan Pengembangan SDM dan Penjamin Mutu Pendidikan
Syawal Gultom mengatakan, rasio jumlah guru berbanding jumlah peserta

1

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

2

didik di Indonesia merupakan yang "termewah" di dunia. Rasio di Indonesia,
ungkapnya, sekitar 1:18. Angka tersebut lebih baik jika dibandingkan dengan
negara maju seperti Korea (1:30), atau Jerman (1:20).1 Indeks pembangunan
pendidikan untuk semua atau education for all di Indonesia belum juga
beranjak dari kategori medium atau sedang. Berdasarkan laporan Organisasi
Pendidikan, Ilmu Pengetahuan dan Kebudayaan PBB (UNESCO) tahun 2012,
Indonesia berada di peringkat ke-64 dari 120 negara.2 Data ini menunjukan
bahwa secara kuantitas jumlah guru di Indonesia cukup besar namun hal itu
tidak diimbangi dari segi kualitas akademik yang ada pada guru.
Perubahan paradigma pembelajaran di Indonesia telah terjadi secara
fundamental pada saat UU No. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan
nasional (Sisdiknas) dikeluarkan. Dalam undang-undang tersebut secara
tersurat jelas menyatakan bahwa perubahan paradigma pembelajaran
merupakan tuntutan dari reformasi pendidikan, di mana salah satunya
menyebutkan bahwa reformasi penyelenggaraan pendidikan nasional berubah
dari paradigma pengajaran menjadi paradigma pembelajaran. Hal ini
merupakan perubahan mendasar dari pengajaran menjadi pembelajaran yang
tertuang dalam UU Sisdiknas tersebut.3
Pengajaran adalah istilah yang mewakili peranan dominan guru di
dalam kelas, secara singkat diartikan sebagai pembelajaran yang berpusat pada

1

http://edukasi.kompas.com/read/2011/11/24/09561786/Rasio.Jumlah.Guru.Indonesia.Termewah.
di.Dunia.tetapi. “diakses pada tanggal 5 Februari 2014”
2
http://edukasi.kompas.com/read/2012/10/20/04385981/Indeks.Pendidikan.untuk.Semua.
Masih.Stagnan “diakses pada tanggal 5 Februari 2014”
3
Retno Lisyarti, Pendidikan Karakter dalam Metode Aktif, Innovatif dan Kreatif, Jakarta :
Erlangga, 2012, hlm. 14

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

3

guru dengan metode ceramah. Sementara pembelajaran berarti kegiatan
belajar yang berpusat pada siswa. Guru hanya sebagai fasilitator, sutradara,
penulis skenario sedangkan pemeran utamanya adalah siswa. Dengan begitu
jelas bahwa salah satu tujuan dari reformasi pendidikan tahun 2003 adalah
siswa harus berperan aktif dalam pembelajaran di kelas sehingga kreativitas
yang ada di dalam diri siswa dapat berkembang dengan baik.
Belajar adalah sebuah proses perubahan perilaku sebagai akibat dari
pengalaman dan latihan. Hilgard mengungkapkan bahwa, “Learning is the
process by wich an activity originates or changed through training procedurs
(wether in the laboratory or in the natural environment) as distinguished from
changes by factors not attributable to training.” Bagi Hilgard, belajar adalah
proses perubahan melalui kegiatan atau prosedur latihan di dalam
laboratorium maupun di dalam lingkungan ilmiah.4
Belajar bukan sekedar mengumpulkan pengetahuan. Belajar adalah
proses mental yang terjadi dalam diri seseorang, sehingga menyebabkan
munculnya sebuah perubahan perilaku. Aktivitas mental itu terjadi karena
adanya interaksi individu dengan lingkungan yang disadarinya. Proses belajar
pada hakikatnya merupakan kegiatan mental yang tidak dapat dilihat. Kita
hanya mungkin dapat menyaksikan dari adanya gejala-gejala perubahan
perilaku yang tampak. Misalnya, ketika seseorang guru menjelaskan suatu
materi pelajaran, walaupun sepertinya memerhatikan dengan saksama sambil
menganggukan kepala, maka belum tentu yang bersangkutan itu belajar.
4

Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, Jakarta :
Kencana Prenada Media, 2006, hlm. 112-113

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

4

Mungkin saja siswa yang menganggukan kepala bukan karena dia paham apa
yang dikatakan gurunya, akan tetapi karena dia sangat mengagumi cara
gurunya berbicara atau penampilan gurunya. Sehingga ketika dia ditanya apa
yang telah disampaikan guru, dia tidak mengerti apa-apa. Sebaliknya,
manakala

ada

siswa

yang

kelihatannya

mengantuk,

seakan

tidak

memperhatikan. Mungkin saja siswa yang ini berpikir dengan caranya sendiri.
Sehingga ketika dia ditanya tentang materi yang dibahas, dia akan bisa
menjawabnya.5
Hasil observasi kelas dan wawancara dengan Guru Sejarah SMA
Pangudi Luhur Sedayu menunjukan bahwa pada saat pembelajaran sejarah
akan dimulai siswa kurang siap untuk belajar, ada beberapa siswa yang
berbicara sendiri dengan temannya dan begitu pula saat pelajaran berlangsung
siswa kurang berpartisipasi aktif, ada siswa lebih sering berbicara di luar
materi yang sedang mereka hadapi, ada beberapa siswa yang malah tidur di
kelas. Hal tersebut yang merupakan kendala bagi guru dalam melaksanakan
pembelajaran sehingga perencanaan pembelajaran sering tidak tepat waktu
atau tidak efisien.
Keadaan kelas yang seperti ini menimbulkan suatu pertanyaan? Apa
yang melatarbelakangi berbagai permasalahan yang ada di dalam kelas pada
saat berlangsungnya pelajaran sejarah sehingga siswa bosan belajar sejarah,
siswa tidak aktif di kelas saat pelajaran sejarah, siswa mengantuk di kelas dan
siswa berbicara di luar materi yang diajarkan yaitu pelajaran sejarah.

5

Ibid., hlm. 113.

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

5

Pada kenyataannya sebagian besar siswa SMA menganggap pelajaran
sejarah tidak menarik untuk dipelajari karena pelajaran sejarah hanya
menghafal suatu peristiwa penting masa lalu yang sangat banyak, sementara
sumbernya hanya dari buku saja, proses pembelajarannya hanya ceramah dan
tanya jawab yang membuat siswa menjadi tidak tertarik, bosan dan
mengantuk. Guru juga kurang inovatif dalam penggunaan media pembelajaran
di kelas. Hal ini tercermin dari kegiatan pembelajaran sejarah yang hanya
ceramah, diskusi dan tanya jawab di kelas. Sumber belajarnya juga minim,
hanya dari buku saja, padahal ada banyak media yang bisa dipakai sebagai
sumber di dalam pelajaran sejarah, ada youtube, koran online, dll.
Tidak dapat dipungkiri selama ini guru masih dominan dalam proses
pembelajaran sejarah di kelas. Guru terus berceramah, murid diam
mendengarkan penjelasan gurunya, pelajaran sejarah menjadi membosankan
dan akhirnya siswa tidak lagi belajar karena mengantuk. Hal ini terjadi karena
metode konvensional yang digunakan guru membuat suasana di kelas menjadi
statis dan monolog (dari guru ke siswa).
Selama ini metode konvensional hanya membuat siswa menjadi pasif
dan cenderung apatis sehingga tingkat pemahaman siswa terhadap pelajaran
sejarah menjadi rendah. Hal ini dibuktikan dengan rendahnya hasil nilai
ulangan mata pelajaran sejarah, dari 30 siswa di kelas, hanya 16 siswa yang
berhasil mencapai KKM, artinya hanya 53% siswa di kelas yang berhasil
mencapai KKM dan 47% sisanya belum berhasil mencapai KKM yang
tetapkan sekolah untuk mata pelajaran sejarah yaitu 75. Hasil ulangan ini tidak

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

6

berbeda jauh dengan hasil observasi peneliti dengan menggunakan pretes
sebanyak 40 soal pilihan ganda yaitu, sebanyak 17 siswa (57%) berhasil
mencapai KKM dan siswa 13 siswa (43%) belum mencapai KKM. Hal ini
tentu membuat pelajaran sejarah itu mengerikan bagi hampir separuh siswa
karena sangat sulit mencapai KKM yang ditetapkan oleh pihak sekolah.
Dalam masalah rendahnya prestasi ini tidak bisa hanya yang
disalahkan adalah siswa, tetapi perlu juga diperhatikan dari sisi pengajarnya,
apakah sudah memakai metode yang sesuai atau tidak, karena dalam proses
pembelajaran di dalam kelas tidak hanya siswa tetapi juga ada peran dari
seorang guru. Pada kenyataan yang ada di sekolah-sekolah rata-rata guru
menggunakan metode-metode yang kurang menarik sehingga berdampak pada
minat siswa terhadap mata pelajaran yang akhirnya akan mempengaruhi
prestasinya dalam mata pelajaran tersebut dalam hal ini adalah mata pelajaran
sejarah.
Banyak faktor yang menyebabkan prestasi belajar siswa rendah. Faktor
itu adalah faktor yang berasal dari dalam diri siswa, yaitu kurang adanya minat
dan kemauan siswa untuk belajar sejarah. Hal ini terlihat dari gejala yang
terjadi di kelas, yaitu siswa berbicara di luar topik pelajaran dengan teman
sebelahnya selama pelajaran berlangsung, siswa tidur di kelas saat pelajaran
berlangsung. Kurangnya minat dan kemauan siswa dalam belajar sejarah ini
diibaratkan sebagai penyakit dan obatnya adalah metode pembelajaran sejarah
yang menarik dan efektif yang memberikan dampak yang positif pada kondisi
psikologis siswa pada saat proses pembelajaran berlangsung. Oleh sebab itu,

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

7

guru harus betul-betul menyiapkan metode yang tepat untuk membuat
kemampuan belajar siswa menjadi maksimal dan pembelajaran sejarah
menjadi lebih berkualitas, efektif dan menarik.
Agar pembelajaran sejarah menjadi lebih menarik dan berkualitas,
metode pembelajaran sejarah di sekolah harus dibenahi. Pembenahan metode
pembelajaran sejarah tidak sekadar menjadi pemicu minat belajar, tetapi juga
sebagai salah satu instrument yang berperan memproses anak didik agar
mendapat hasil belajar yang baik. Langkah awal untuk merevitalisasi metode
pembelajaran adalah berusaha memahami bagaimana seharusnya mata
pelajaran sejarah diajarkan.
Selama ini, materi pembelajaran sejarah cenderung bersifat hafalan
sehingga membuat pengetahuan siswa tentang sejarah menjadi dangkal.
Padahal agar pembelajaran sejarah itu menjadi lebih hidup, guru harus
menciptakan suasana yang dinamis yaitu dengan berbagai macam metode
pembelajaran yang membuat siswa aktif di kelas. Ada berbagai macam variasi
dalam pembelajaran sejarah di kelas yang membuat siswa menjadi kreatif.
Namun kreatifitas siswa ini harus dipancing dengan umpan yaitu metode
pembelajaran

yang

dinamis.

Guru

harus

mampu

mendesain

suatu

pembelajaran sejarah dengan metode yang lebih inovatif dan kreatif. Siswa
juga harus dilibatkan secara aktif dalam pembelajaran di kelas sehingga
pelajaran sejarah tidak monoton dan terpusat pada guru. Guru harus lebih
banyak menerapkan materi sejarah dengan pola aplikasi, analisis, sintesis dan

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

8

evaluasi. Sehingga kualitas pembelajaran sejarah meningkat dan penanaman
karakter di dalam pelajaran sejarah menjadi semakin kuat di dalam diri siswa.
Dengan demikian siswa belajar sejarah tidak hanya untuk mengetahui
peristiwa di masa lampau, tetapi mengambil nilai dan makna dari setiap
peristiwa sejarah, hal itulah yang seharusnya diterapkan guru dalam proses
pembelajaran sejarah. Karena jika siswa hanya belajar sejarah dengan cara
menghafal tanggal, bulan, tahun, tempat, kejadian dan tokoh saja, maka
sesungguhnya tidak akan pernah menjadi nilai tambah bagi siswa itu sendiri.
Sehingga butuh langkah nyata perubahan dari guru sejarah untuk membuat
pelajaran sejarah yang “Boring” menjadi “Inspiring”. Dalam hal ini tentu saja
guru sebagai fasilitator memiliki peran yang penting dalam proses
pembelajaran di kelas.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan Dorkas H. Gardjalay6 tahun
2011

dengan judul Penerapan model kooperatif tipe group investigation

untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar IPS siswa kelas V SDN
Madyopuro II Kecamatan Kedungkandang Kota Malang membuktikan bahwa
model pembelajaran group investigation berhasil meningkatkan prestasi
belajar IPS siswa kelas V SDN Madyopuro II yang berjumlah 43 siswa yang
terdiri dari 20 siswa perempuan dan 23 siwa laki- laki dan satu guru kelas. Hal
ini dapat dilihat dari peningkatan hasil tes tulis pada setiap siklus. Hasil tes
pada siklus I mencapai 61,90% dan meningkat menjadi 75,71% pada siklus II.

http://library.um.ac.id/ptk/index.php?mod=detail&id=51539 “diakses pada tanggal 13 Februari
2014”

6

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

9

Dwi Cahyo Rini7 dalam penelitiannya yang berjudul Penerapan
pembelajaran kooperatif tipe group investigation untuk meningkatkan hasil
belajar IPS di SDN Pagentan 01 Kecamatan Singosari Kabupaten Malang
tahun 2011 menyatakan bahwa penerapan pembelajaran Kooperatif Tipe
Group Investigation terbukti berhasil meningkatkan prestasi belajar IPS siswa
kelas prestasi belajar IV SDN Pagentan 01 Kecamatan Singosari. Berdasarkan
penilaian prestasi hasil belajar IPS nilai rata-rata tes formatif 69 meningkat 86,
jumlah siswa yang tuntas belajar pada siklus 1 ada 21 siswa, dan pada siklus 2
meningkat 31 siswa sedangkan persentase ketuntasan pada siklus 1 mencapai
58% dan pada siklus ke 2 meningkat 83 %, siswa lebih aktif dan responsif
dalam melakukan diskusi dengan menggunakan media video visual.
Juliana Fasse8 dalam penelitiannnya yang berjudul Penerapan model
group investigation untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas III pada
mata pelajaran IPS SDN Lesanpuro 3 Kecamatan Kedungkandang Kota
Malang tahun 2011. Hasil dari penelitian ini siswa pada pra tindakan yang
menunjukkan bahwa rata-rata nilai hasil belajar yang dicapai siswa adalah
58,33 dengan 10 siswa (27,77 %) yang sudah mencapai ketuntasan dan 26
siswa (72,22 %) yang belum mencapai ketuntasan, dapat meningkatkan
kemampuan guru dalam merancang serta mengelola pembelajaran.

http://library.um.ac.id/ptk/index.php?mod=detail&id=49255 “diakses pada tanggal 4 Maret
2014”
8
http://library.um.ac.id/ptk/index.php?mod=detail&id=50094 “diakses pada tanggal 4 Maret
2014”

7

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

10

Siti Mahmudah9 pada tahun 2013 dalam penelitiannya yang berjudul
Penerapan model Group Investigation (GI) untuk meningkatkan aktivitas dan
hasil belajar IPS kelas IV di SDN Rampal Celaket 2 Kecamatan Klojen Kota
Malang. Hasil penelitian pada penerapan model Group Investigation (GI) pada
siswa kelas IV mata pelajaran IPS di SDN Rampal Celaket 2 Kecamatan
Klojen Kota Malang menunjukkan adanya peningkatan pembelajaran. Hal ini
dapat dilihat dari data keberhasilan guru dalam pembelajaran, dengan ratarata nilai prosentase keberhasilan guru pada pra tindakan sebesar 58,33%,
siklus I sebesar 70,84% dan siklus II sebesar 87,5%. Aktivitas belajar siswa
juga mengalami peningkatan pada pra tindakan sebesar 56%, siklus I sebesar
68,75% dan pada siklus II sebesar 80,09%.
Beberapa penelitian di atas membuktikan bahwa penerapan metode
pembelajaran group investigation ini berhasil meningkatkan prestasi belajar
siswa pada mata pelajaran sejarah. Atas dasar itu, maka peneliti tertarik untuk
mengadakan penelitian tindakan kelas di SMA Pangudi Luhur St. Louis IX
Sedayu menggunakan model pembelajaran group investigation, dengan
harapan bahwa metode ini berhasil meningkatkan prestasi belajar siswa kelas
XI IPS 1 pada mata pelajaran sejarah.
Dalam model group investigation siswa dibagi ke dalam beberapa
kelompok heterogen yang terdiri dari 4-5 anak untuk menganalisis materi
yang

ditentukan

secara

mendalam.

Selanjutkan

siswa

saling

mempresentasikan hasil investigasinya bersama kelompok di depan kelas.
http://library.um.ac.id/ptk/index.php?mod=detail&id=58498 “diakses pada tanggal 4 Maret
2014”

9

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

11

Guru hanya bertindak sebagai fasilitator untuk mengarahkan tujuan
pembelajaran. Dengan demikian siswa dapat mengeluarkan pendapat dan
idenya secara terbuka terhadap suatu peristiwa sejarah di depan kelas. Hal
yang menjadi inti dari model ini adalah siswa bisa bekerjasama dengan temantemannya di kelas untuk memecahkan suatu persoalan dan siswa memperoleh
suatu jawaban atas permasalahan yang dibahas. Tentunya siswa bisa memakai
sumber sejarah baik dari buku maupun internet sehingga pelajaran sejarah
menjadi lebih dinamis.
B. Pembatasan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, penelitian ini dibatasi pada
Kompetensi Dasar (KD) tentang menganalisis perkembangan kehidupan
negara-negara kerajaan Hindu-Buddha di Indonesia yang materinya meliputi
tentang perkembangan kehidupan negara-negara kerajaan Hindu-Buddha di
Indonesia, dengan menggunakan pendekatan pembelajaran kooperatif model
Group Investigation pada kelas XI IPS 1 SMA PL St. Louis Sedayu.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan
permasalahannya sebagai berikut : Apakah model pembelajaran Group
Investigation

dapat

meningkatkan

prestasi

belajar

sejarah

tentang

perkembangan kehidupan negara-negara kerajaan Hindu-Buddha di Indonesia
pada Siswa Kelas XI IPS 1 SMA PL St. Louis Sedayu tahun pelajaran
2013/2014?

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

12

D. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah : Untuk mendeskripsikan
peningkatan prestasi belajar sejarah siswa setelah menggunakan pendekatan
kooperatif model group investigation kelas XI IPS 1 tentang “Perkembangan
kehidupan negara-negara kerajaan Hindu-Buddha di Indonesia.”
E. Manfaat Penelitian
1. Bagi Siswa
Dapat meningkatkan Competence (pengetahuan) siswa Kelas XI
IPS 1 SMA PL St. Louis IX Sedayu pada mata pelajaran sejarah tentang
“Perkembangan kehidupan negara-negara kerajaan Hindu-Buddha di
Indonesia.”
2. Bagi Peneliti
Penelitian dapat menambah wawasan dan pengalaman peneliti
dalam melaksanakan pembelajaran sejarah yang inovatif dan kreatif
dengan pendekatan pembelajaran kooperatif.
3. Bagi Sekolah
Sebagai bahan masukan dan pertimbangan untuk meningkatkan
prestasi belajar siswa pada mata pelajaran sejarah.
4. Bagi Guru
Dapat digunakan sebagai pertimbangan dalam meningkatkan
kualitas pembelajaran sejarah di kelas.

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

BAB II
KAJIAN TEORI

A. Teori Konstruktivisme dalam Pembelajaran Sejarah
1. Teori Belajar Konstruktivisme
Konstruktivisme adalah salah satu aliran filsafat pengetahuan yang
mempertanyakan apa itu pengetahuan dan bagaimana orang membangun
pengetahuan. Pengetahuan menurut konstruktivisme merupakan konstruksi
(bentukan) kognitif oleh seseorang terhadap obyek, pengalaman dan
lingkungannya. Pengetahuan bukan sekadar kumpulan fakta “barang jadi”
yang tinggal diambil, atau ditransfer dari seseorang kepada orang lain.1
Menurut teori konstruktivisme ditekankan bahwa untuk memiliki
pengetahuan, tiap individu itu harus berperan aktif dalam membina
pengetahuan. Jadi pengetahuan haruslah diperoleh dari tindakan mencari
tahu, bukan hanya diperoleh dari menerima dari orang lain. Dalam hal
membina pengetahuan itu setiap orang memiliki cara-cara yang berbeda
karena kemampuan dan keinginan tiap individu itu tidak sama. Dengan
aktif mencari tahu sendiri, diharapkan seseorang memperoleh hal-hal baru
yang dapat membuat pengetahuan itu semakin berkembang.
Jelas bahwa bagi konstruktivisme, kegiatan belajar adalah kegiatan
yang aktif, di mana pelajar membangun sendiri pengetahuannya. Pelajar
mencari arti sendiri dari yang mereka pelajari. Ini merupakan proses
http://www.slideshare.net/nikmahnurvicalesti/teori-belajar-konstruktivisme-25983588 “diakses
tanggal 18 Maret 2014”
1

13

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

14

menyesuaikan konsep dan ide-ide baru dengan kerangka berpikir yang
telah ada dalam pikiran mereka.2 Siswa mengelola pengertian lama dalam
situasi belajar yang baru, membuat pemikiran yang logis terhadap suatu
permasalahan yang dihadapinya.
Setiap pelajar mempunyai cara sendiri untuk mengerti. Maka
penting bahwa setiap pelajar mengerti kekhasannya, juga keunggulan dan
kelemahannya dalam mengerti sesuatu. Mereka perlu menemukan cara
belajar yang tepat bagi mereka sendiri. Setiap pelajar mempunyai cara
yang cocok untuk mengkonstruksikan pengetahuannya yang kadang
sangat berbeda dengan teman-teman yang lain.3 Setiap pelajar memiliki
kekhasannya

masing-masing,

tentu

dalam

hal

ini

para

pelajar

dimungkinkan mencoba berbagai macam cara belajar yang sesuai dengan
dirinya. Artinya pengajar harus bisa mengkondisikan suasana kelas dengan
situasi yang demokratis dan bersahabat. Dengan kondisi kelas yang
demokratis diharapkan siswa dapat mengungkapkan hasil penalarannya
dengan lebih leluasa di dalam kelas, dengan begitu siswa akan saling
memperoleh ide-ide baru dari teman-temannya di kelas.
Teori belajar konstruktivisme menyatakan bahwa siswa harus
membangun pengetahuan di dalam benak mereka sendiri. Setiap
pengetahuan atau kemampuan atau dikuasai oleh seseorang apabila orang

2
3

Paul Suparno, Filsafat Konstruktivisme dalam Pendidikan, Yogyakarta : Kanisius, 1997, hlm. 62
Ibid., hlm. 63.

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

15

itu secara aktif mekonstruksi pengetahuan atau kemampuannya di dalam
pikirannya.4
Y.R. Subakti tahun 20105 menjelaskan beberapa konsep kunci dari
teori konstruktivisme, adalah :
a) Scaffolding
Scaffolding merupakan istilah yang berhubungan teknik
konstruksi bangunan, yaitu susunan yang dapat berupa bambu, kayu
balok atau besi sebagai tumpuan sementara ketika sedang membangun
sebuah bangunan, khususnya bangunan dalam konstruksi beton. Ketika
konstruksi beton dianggap sudah mampu berdiri kokoh, maka susunan
bambu, kayu balok atau besi itu pun akan dicabut kembali.
Scaffolding dapat diartikan, memberikan sejumlah bantuan
dalam tahap awal pembelajaran, setelah itu baru melepaskan anak
untuk punya tanggung jawab sendiri dalam proses belajarnya, setelah
ia menguasai bahan yang dipelajari.6
Dalam lingkungan pembelajaran, proses pembentukan makna
dalam diri siswa membutuhkan dukungan guru berupa topangan
(scaffolding). Topangan adalah bantuan yang diberikan dalam wilayah
perkembangan terdekat (zone of proximal development) siswa.
Scaffolding merupakan bantuan yang diberikan kepada siswa untuk

4

http://usd.ac.id/lembaga/lppm/f1l3/Jurnal%20Historia%20Vitae/vol24no1april2010/PARADIG
MA%2 0PEMBELAJARAN%20SEJARAH%20YR%20Subakti.pdf “diakses tanggal 15 Maret
2014”
5
Ibid.,
6
http://rudicahyo.com/psikologi-artikel/zone-of-proximal-development-dan-scaffolding-padateori-belajar-vygotsky/ “diakses tanggal 23 April 2014”

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

16

belajar dan untuk memecahkan masalah. Bantuan tersebut dapat
berupa petunjuk, dorongan, peringatan, menguraikan masalah ke
dalam langkah-langkah pemecahan, memberikan contoh dan tindakantindakan lain yang memungkinkan siswa itu belajar mandiri. Tentunya,
diharapkan scaffolding ini benar-benar bisa membantu siswa dalam
memecahkan suatu permasalahan yang dipelajari di kelas.
b) Proses Bottom Up
Pendekatan

konstruktivisme

dalam

pengajaran

lebih

menekankan proses pengajaran secara bottom-up daripada top-down.
Konteks bottom-up menekankan bahwa, untuk memiliki pengetahuan,
tiap individu itu harus berperan aktif dalam membina pengetahuan.
Jadi pengetahuan haruslah diperoleh dari tindakan mencari tahu, bukan
hanya diperoleh dari menerima dari orang lain. Dalam hal membina
pengetahuan itu setiap orang memiliki cara-cara yang berbeda karena
kemampuan dan keinginan tiap individu itu tidak sama.
c) Zone Of Proximal Development (ZPD)
Zone of proximal development (ZPD) dimaknai sebagai jarak
antara tingkat perkembangan sesungguhnya dalam bentuk kemampuan
pemecahan masalah secara mandiri, dengan tingkat perkembangan
potensial dalam bentuk kemampuan pemecahan masalah di bawah
bimbingan guru atau melalui kerjasama dengan teman sejawat yang
lebih mampu. Siswa bekerja dalam ZPD mereka, berarti siswa tersebut

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

17

tidak dapat menyelesaikan tugas-tugasnya dan dapat terselesaikan jika
mendapat bantuan dari teman sebaya atau guru.

Kemampuan Siswa

Kemampuan

ZPD

Sekarang

awal siswa

Gambar 1 : Zone Of Proximal Development
Keterangan :
1) Kemampuan awal siswa : kemampuan yang dimiliki siswa sebelum
menerima pembelajaran
2) ZPD : zona antara tingkat perkembangan aktual dan tingkat
perkembangan potensial. Tingkat perkembangan aktual tampak dari
kemampuan anak menyelesaikan tugas-tugas secara mandiri.
3) Kemampuan Siswa Sekarang : kemampuan siswa memecahkan
masalah setelah mendapatkan bantuan dari teman sejawat dan
gurunya.
d) Pembelajaran Kooperatif
Salah

satu

implikasi

penting

pendidikan adalah

perlunya

kelas

kooperatif

antar siswa,

teori

Vygotsky

berbentuk

dalam

pembelajaran

sehingga siswa dapat berinteraksi dalam

menyelesaikan tugas-tugas dan dapat saling memunculkan strategi

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

18

pemecahan masalah yang efektif di dalam masing-masing ZPD
mereka. Pendekatan konstruktivitis dalam pengajaran kelas yang
menerapkan pembelajaran kooperatif secara ekstensif, atas dasar
teori bahwa siswa akan lebih mudah menemukan dan memahami
konsep-konsep
mendiskusikan

yang

sulit

apabila

masalah-masalah

yang

mereka

dapat

saling

mereka

hadapi

dengan

temannya.
Model

pembelajaran

kooperatif

dikembangkan

untuk

mencapai tiga tujuan pembelajaran yang penting, yaitu prestasi
akademik, penerimaan

akan

penghargaan

dan

pengembangan

keterampilan sosial, contohnya berani mengungkapkan pendapat di
depan kelas, berani bertanya, menghargai pendapat teman, dsb. Jadi,
meskipun

pembelajaran

kooperatif

mencakup

berbagai

tujuan

sosial, namun pembelajaran kooperatif dapat juga digunakan untuk
meningkatkan prestasi akademik siswa.
2. Prinsip-prinsip Pembelajaran Sejarah Berbasis Konstruktivisme
Prinsip-prinsip dalam pembelajaran yang berpaham konstruktivis
diantaranya adalah sebagai berikut7 :
a. Pengetahuan dibangun oleh siswa sendiri baik secara personal maupun
sosial;
b. Pengetahuan tidak dapat dipindahkan dari guru ke siswa, kecuali hanya
dengan keaktifan siswa itu sendiri untuk menalar;
7

http://usd.ac.id/lembaga/lppm/f1l3/Jurnal%20Historia%20Vitae/vol24no1april2010/
PARADIGMA%20PEMBELAJARAN%20SEJARAH%20YR%20Subakti.pdf “diakses tanggal 15
Maret 2014”

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

19

c. Siswa aktif mengkonstruksi terus menerus sehingga selalu terjadi
perubahan konsep menuju ke konsep yang lebih rinci, lengkap,
serta sesuai dengan konsep ilmiah;
d. Guru sekedar membantu menyediakan sarana dan situasi agar
proses konstruksi siswa berjalan mulus;
e. Evaluasi

dalam

pembelajaran,

dalam

pandangan

konstruktivis,

evaluasi menekankan pada penyusunan makna secara aktif yang
melibatkan keterampilan
masalah

dalam konteks

yang

terintegrasi

nyata;

menggali

dengan

menggunakan

munculnya

berpikir

divergen, pemecahan ganda, bukan hanya satu jawaban benar; evaluasi
harus diintegrasikan ke dalam tugas-tugas yang menuntut aktivitas
belajar yang bermakna serta menerapkan apa yang dipelajari dalam
konteks nyata, bukan sebagai kegiatan yang terpisah
B. Pendekatan Kooperatif dalam Proses Pembelajaran Sejarah
Teori yang melandasi pembelajaran kooperatif adalah teori belajar
konstruktivisme. Pembelajaran kooperatif mengkondisikan siswa berinteraksi
secara aktif dan positif dalam kelompok sehingga terjadi dialog dan
pertukaran gagasan di antara siswa dalam suasana diskusi, sesuai dengan
falsafah konstruktivisme. Dengan demikian, proses pembelajaran di kelas ini
hendaknya mampu memberikan dorongan untuk mengoptimalkan dan
membangkitkan potensi siswa, menumbuhkan aktivitas serta daya cipta
(kreativitas), sehingga akan menjamin terjadinya dinamika dalam proses
pembelajaran. Dalam teori konstruktivisme lebih mengutamakan pada

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

20

pembelajaran siswa yang dihadapkan pada masalah-masalah kompleks untuk
dicari solusinya (proses top down), selanjutnya menemukan bagian-bagian
yang lebih sederhana atau keterampilan yang diharapkan, sehingga
pengetahuan itu dibangun dalam pikiran anak.8
1. Penerapan Pendekatan Pembelajaran Kooperatif di kelas
Pendekatan

pembelajaran

kooperatif

adalah

teknik

pengelompokan yang di dalamnya siswa bekerja terarah pada tujuan
belajar bersama dalam kelompok kecil yang umumnya terdiri dari 4-5
anak.9 Siswa belajar berdiskusi dalam sebuah kelompok untuk
memecah suatu persoalan yang diberikan oleh guru. Di dalam sebuah
kelompok belajar ini siswa saling bertukar informasi, ide dan
mengeluarkan

gagasan

masing-masing

untuk

kemudian

dikolaborasikan menjadi sebuah kesimpulan yang ilmiah. Selama
proses diskusi, mereka harus saling menghargai pendapat satu sama
lain dan memberikan tanggapan, bantuan ataupun solusi. Jadi siswa
juga bisa berperan sebagai guru bagi teman-temannya.
2. Peran Guru sebagai Fasilitator dalam Pendekatan Pembelajaran
Kooperatif
Dalam pembelajaran konstruktivisme, guru lebih berperan
sebagai fasilitator dan mediator daripada sebagai guru menurut
pengertian konvensional. Jika dalam metode konvensional seorang
guru menyampaikan ceramah yang menyangkut pokok bahasan, maka
Rusman, Model-Model Pembelajaran “Mengembangkan Profesionalisme Guru”, Jakarta : PT
RajaGrafindo Persada, 2011, hlm. 201
9
Ibid., hlm. 204.
8

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

21

peran

fasilitator

adalah

membantu

siswa

untuk

memperoleh

pemahamannya sendiri terhadap pokok bahasan. Dalam metode
konvensional, pembelajar berperan secara pasif, maka dalam
paradigma pembelajaran konstruktivisme siswa memegang peran aktif
dalam pembelajaran, artinya tekanan ada pada siswa yang belajar,
bukan pada guru yang mengajar. Guru sebagai mediator dan fasilitator
harus mengkondisikan keadaan kelas yang memungkinkan siswa
bertanggung jawab dalam proses pembelajaran di kelas, memberikan
kegiatan-kegiatan yang merangsang keingintahuan mereka dan
membantu siswa mengekspresikan gagasan-gagasannya.
Dalam perannya sebagai fasilitator, guru

tidak hanya

memberikan pengetahuan pada siswa, tetapi juga harus membangun
pengetahuan dalam pikirannya. Guru memberikan bantuan berupa
dorongan, petunjuk atau pun contoh pada siswa agar dapat
memecahkan suatu permasalahan. Dalam pembelajaran kooperatif
ditekankan pentingnya interaksi dengan teman sebaya, melalui
pembentukan

kelompok

belajar.

Dengan

kelompok

belajar,

memberikan kesempatan kepada siswa secara aktif dan kesempatan
untuk mengungkapkan sesuatu yang dipikirkan siswa kepada teman
akan membantunya untuk melihat sesuatu dengan lebih jelas bahkan
melihat ketidaksesuaian pandangan mereka sendiri.

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

22

3. Hasil dari Penerapan Pembelajaran Kooperatif
Dalam situasi belajar pun sering terlihat sifat individualistis
siswa. Siswa cenderung berkompetensi secara individual, bersikap
tertutup terhadap teman, ingin menang sendiri, dsb. Jika keadaan ini
dibiarkan tidak mustahil akan dihasilkan warga negara yang egois,
inklusif, kurang bergaul dalam masyarakat, acuh tak acuh dengan
tetangga dan lingkungan, kurang menghargai orang lain, serta tidak
mau menerima kelebihan dan kelemahan orang lain. Yang kedua
adalah, metode pembelajaran konvensional yang banyak diterapkan
guru di kelas cenderung membuat guru semakin pandai, sementara
siswa semakin malas dan tidak memberikan siswa kesempatan untuk
belajar berpikir kritis. Pembelajaran kooperatif ini memungkinkan
melatih siswa berpikir kritis sehingga potensi yang dimiliki siswa
dapat berkembang secara optimal.
Model

pembelajaran

kooperatif

merupakan

model

pembelajaran yang banyak digunakan dan menjadi perhatian serta
dianjurkan oleh para ahli pendidikan. Hal ini dikarenakan berdasarkan
hasil penelitian yang dilakukan oleh Slavin tahun 1995 yang
menyatakan bahwa : (1) penggunaan pembelajaran kooperatif dapat
meningkatkan prestasi belajar siswa dan sekaligus meningkatkan
hubungan sosial, menumbuhkan sikap toleransi dan menghargai
pendapat orang lain, (2) pembelajaran kooperatif dapat memenuhi
kebutuhan siswa dalam berpikir kritis, memecahkan masalah dan

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

23

mengintegrasikan pengetahuan dengan pengalaman. Dengan alasan
tersebut,

strategi

pembelajaran

kooperatif

diharapkan

mampu

meningkatkan kualitas pembelajaran.
4. Prinsip Dasar dalam Proses Pembelajaran Kooperatif
Menurut pernyataan Roger dan David Johnson yang dikutip
oleh Rusman tahun 201310 menjelaskan lima prinsip dasar dalam
pembelajaran kooperatif (cooperative learning), yaitu sebagai berikut :
a) Prinsip ketergantungan positif (positive interdepence), yaitu dalam
pembelajaran kooperatif, keberhasilan dalam penyelesaian tugas
pada usaha yang dilakukan oleh kelompok tersebut. Keberhasilan
kerj

Dokumen yang terkait

Penggunaan model Problem Based Learning (PBL) untuk meningkatkan hasil belajar materi sistem sirkulasi kelas XI IPA 1 SMA Pangudi Luhur St. Louis IX Sedayu.

0 0 202

Peningkatan Minat dan Prestasi Belajar Sejarah Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Group Investigation Pada Siswa Kelas XA SMA Pangudi Luhur Sedayu.

0 0 144

Peningkatan pemahaman membaca teks bacaan nonsastra melalui penerapan model pembelajaran kooperatif pada siswa kelas X tahun ajaran 2013/1014 SMA Pangudi Luhur St. Louis IX Sedayu.

0 0 178

Peningkatan prestasi belajar sejarah melalui model group investigation pada siswa kelas XI IPS 1 SMA Pangudi Luhur St. Louis IX Sedayu tahun ajaran 2013/2014.

0 1 165

Peningkatan prestasi belajar sejarah melalui pendekatan CTL model Problem Solving pada siswa kelas XI IPS 2 SMA Pangudi Luhur St. Louis IX Sedayu tahun ajaran 2012/2013.

0 4 163

Peningkatan prestasi belajar sejarah melalui pendekatan CTL model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Division (STAD) kelas XI IPS 1 SMA Pangudi Luhur St Louis IX Sedayu th. 2012/2013.

0 0 167

Hubungan antara minat belajar dan perhatian orang tua dengan prestasi belajar siswa pada pembelajaran ekonomi : studi kasus SMA Pangudi Luhur St. Louis IX Sedayu.

0 0 165

Peningkatan pemahaman membaca teks bacaan nonsastra melalui penerapan model pembelajaran kooperatif pada siswa kelas X tahun ajaran 2013 1014 SMA Pangudi Luhur St. Louis IX Sedayu

1 10 176

Peningkatan prestasi belajar sejarah melalui pendekatan CTL model Problem Solving pada siswa kelas XI IPS 2 SMA Pangudi Luhur St. Louis IX Sedayu tahun ajaran 2012 2013

0 0 161

Peningkatan keaktifan dan prestasi belajar sejarah melalui model pembelajaran kooperatif tipe Number Heads Together (NHT) pada siswa kelas X-D SMA Pangudi Luhur St. Louis IX Sedayu - USD Repository

0 0 257