Peningkatan Minat dan Prestasi Belajar Sejarah Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Group Investigation Pada Siswa Kelas XA SMA Pangudi Luhur Sedayu.

(1)

viii

ABSTRAK

PENINGKATAN MINAT DAN PRESTASI BELAJAR SEJARAH MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF GROUP INVESTIGATION PADA SISWA KELAS XA SMA PANGUDI LUHUR

SEDAYU

Oleh

Leonardo Soni Aditya Universitas Sanata Dharma

2015

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan minat dan prestasi belajar siswa melalui model pembelajaran kooperatif Group Investigation.

Penelitian ini menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas Kemmis dan McTaggart dengan tahapan perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Data dikumpulkan dengan menggunakan observasi, kuesioner, dan tes. Analisis data dengan menggunakan deskriptif persentase.

Hasil penelitian menunjukan bahwa terjadi peningkatan minat dan prestasi belajar siswa setelah diterapkannya pembelajaran sejarah dengan model pembelajaran kooperatif Group Investigation. (1) Peningkatan minat belajar siswa dilihat dari rata-rata skor keadaan awal sebesar 136,9 (68,4%) dengan kategori sedang, meningkat menjadi 145,8 (72,9%) pada keadaan akhir dengan kategori sedang atau terjadi peningkatan sebesar 4,5%. (2) Peningkatan prestasi siswa dengan KKM 75, dari keadaan awal 19 siswa (63,3%), meningkat menjadi 28 siswa (93,3%) pada keadaan akhir, terjadi peningkatan sebesar 30%.


(2)

ix

ABSTRACT

IMPROVEMENT OF INTEREST AND LEARNING ACHIEVEMENT OF COOPERATIVE LEARNING MODEL THROUGH HISTORY GROUP INVESTIGATION ON CLASS PANGUDI LUHUR HIGH SCHOOL XA

SEDAYU

By

Leonardo Soni Aditya Sanata Dharma

2015

The aims of this research is to improve the interest of the students and the students achievement through cooperative learning model Group Investigation.

This research used a Class Action Research Kemmis and McTaggart with the stages of planning, action, observation, and reflection. Data were collected using observations, questionnaires, and tests. Data analysis used descriptive percentages.

The results showed that an increase in interest and student achievement after the implementation of the teaching of history with Group Investigation model of cooperative learning. (1) The student interest increased from an average score of 136.9 in the initial state (68.4%) with moderate category, to 145.8 (72.9%) in the final state with the medium category, or an increase of 4.5%. (2) The increase students achievement with KKM 75, from the initial 19 students (63.3%), to 28 students (93.3%) at the end of the state, an increase of 30%.


(3)

i

PENINGKATAN MINAT DAN PRESTASI BELAJAR SEJARAH MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF GROUP INVESTIGATION PADA SISWA KELAS XA SMA PANGUDI LUHUR

SEDAYU

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Sejarah

Disusun Oleh :

Leonardo Soni Aditya

(101314007)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA


(4)

(5)

(6)

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

Skripsi ini ku persembahkan kepada:

1. Tuhan Yesus Kristus yang selalu memberikan perlindungan dan kekuatan dalam hidupku.

2. Kedua orangtua ku tercinta dan kakakku tersayang yang selalu mendukung dan memberi semangat dalam segala hal.


(7)

v

MOTTO

Pekerjaan hebat tidak dilakukan dengan kekuatan, tapi dengan ketekunan dan kegigihan. - (Samuel Jhonson-kritikus Inggris)

Kesederhanaan adalah pengalaman yang sangat berharga di dunia. – (Leonardo da Vinci)

Ingatlah selalu bahwa tekad anda untuk sukses lebih penting dari pada yang lainnya.- (Abraham Lincoln)


(8)

vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Yang bertanda tangan di bawah ini, penulis: Nama : Leonardo Soni Aditya

NIM : 101314007

Program Studi : Pendidikan Sejarah

Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Judul Skripsi : PENINGKATAN MINAT DAN PRESTASI BELAJAR SEJARAH MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF GROUP

INVESTIGATION PADA SISWA KELAS XA SMA PANGUDI LUHUR

SEDAYU.

Menyatakan bahwa skripsi ini adalah hasil karya sendiri. Sepanjang pengetahuan penulis, skripsi ini tidak berisi materi yang ditulis oleh orang lain, kecuali bagian-bagian tertentu yang diambil sebagai acuan dengan mengikuti tata cara dan etika penulisan karya ilmiah yang lazim.

Apabila terbukti bahwa pernyataan ini tidak benar, sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis.

Yogyakarta, 15 Juli 2015 Penulis,


(9)

vii

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK

KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan dibawah ini, saya mahasiswa universitas Sanata Dharma: Nama : Leonardo Soni Aditya

NIM : 101314007

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul : Peningkatan Minat Dan Prestasi Belajar Sejarah Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Group

Investigation Pada Siswa Kelas XA SMA Pangudi Luhur Sedayu. Dengan

demikian saya memberikan hak kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma untuk menyimpan, mengallih dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa meminta ijin dari saya maupun memberikan royalty selama mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Dengan demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya. Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal, 15 Juli 2015 Yang menyatakan


(10)

viii

ABSTRAK

PENINGKATAN MINAT DAN PRESTASI BELAJAR SEJARAH MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF GROUP INVESTIGATION PADA SISWA KELAS XA SMA PANGUDI LUHUR

SEDAYU

Oleh

Leonardo Soni Aditya Universitas Sanata Dharma

2015

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan minat dan prestasi belajar siswa melalui model pembelajaran kooperatif Group Investigation.

Penelitian ini menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas Kemmis dan McTaggart dengan tahapan perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Data dikumpulkan dengan menggunakan observasi, kuesioner, dan tes. Analisis data dengan menggunakan deskriptif persentase.

Hasil penelitian menunjukan bahwa terjadi peningkatan minat dan prestasi belajar siswa setelah diterapkannya pembelajaran sejarah dengan model pembelajaran kooperatif Group Investigation. (1) Peningkatan minat belajar siswa dilihat dari rata-rata skor keadaan awal sebesar 136,9 (68,4%) dengan kategori sedang, meningkat menjadi 145,8 (72,9%) pada keadaan akhir dengan kategori sedang atau terjadi peningkatan sebesar 4,5%. (2) Peningkatan prestasi siswa dengan KKM 75, dari keadaan awal 19 siswa (63,3%), meningkat menjadi 28 siswa (93,3%) pada keadaan akhir, terjadi peningkatan sebesar 30%.


(11)

ix

ABSTRACT

IMPROVEMENT OF INTEREST AND LEARNING ACHIEVEMENT OF COOPERATIVE LEARNING MODEL THROUGH HISTORY GROUP INVESTIGATION ON CLASS PANGUDI LUHUR HIGH SCHOOL XA

SEDAYU

By

Leonardo Soni Aditya Sanata Dharma

2015

The aims of this research is to improve the interest of the students and the students achievement through cooperative learning model Group Investigation.

This research used a Class Action Research Kemmis and McTaggart with the stages of planning, action, observation, and reflection. Data were collected using observations, questionnaires, and tests. Data analysis used descriptive percentages.

The results showed that an increase in interest and student achievement after the implementation of the teaching of history with Group Investigation model of cooperative learning. (1) The student interest increased from an average score of 136.9 in the initial state (68.4%) with moderate category, to 145.8 (72.9%) in the final state with the medium category, or an increase of 4.5%. (2) The increase students achievement with KKM 75, from the initial 19 students (63.3%), to 28 students (93.3%) at the end of the state, an increase of 30%.


(12)

x

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan bimbingan-Nya skripsi yang berjul ”Peningkatan Minat Dan Prestasi Belajar Sejarah Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Group

Investigation Pada Siswa Kelas XA SMA Pangudi Luhur Sedayu ini dapat terselesaikan dengan baik. Bagi penulis penyusunan skripsi ini telah memberikan banyak ilmu dan pengalaman yang sangat berguna dalam penyusunan sebuah karya ilmiah.

Penulis menyadari bahwa terselesaikannya skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan banyak terimakasih kepada:

1. Bapak Rohadi, Ph.D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

2. Bapak Indra Darmawan, S.E., M.Si. selaku ketua jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Universitas Sanata Dharma.

3. Dra. Theresia Sumini., M.Pd. selaku dosen pembimbing I yang telah banyak memberikan informasi dan bimbingan kepada penulis.

4. Drs. A.K. Wiharyanto., M.M. selaku dosen pembimbing II yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan kepada penulis

5. Bapak Drs. Paulus Samsuhari, selaku guru mata pelajaran sejarah SMA Pangudi Luhur Sedayu yang selalu membimbing dan memberi masukan kepada penulis.


(13)

xi

6. Siswa-siswi kelas XA SMA Pangudi Luhur Sedayu yang telah berpartisipasi dalam penelitian ini.

7. Teman-teman P.Sejarah yang telah mendukung

8. Semua pihak yang telah banyak membantu dan tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.

Penulis menyadari penulisan laporan ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun. Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Penulis


(14)

xii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR GAMBAR ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

Bab I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 6

C. Batasan Masalah... 7

D. Rumusan Masalah ... 7

E. Pemecahan Masalah ... 8

F. Tujuan Penelitian ... 8

G. Manfaat Penelitian ... 9

H. Sistematika Penulisan ... 10

Bab II KAJIAN TEORI ... 11

A. Deskripsi Teori ... 11

1. Minat ... 11

2. Prestasi Belajar ... 13


(15)

xiii

4. Pembelajaran Sejarah ... 18

5. Pembelajaran Kooperatif ... 18

6. Model Pembelajaran Group Investigation ... 24

7. Penelitian Tindakan Kelas... 26

B. Materi Pembelajaran ... 29

C. Penelitian yang Relevan ... 37

D. Kerangka Berfikir... 38

E. Hipotesis ... 40

Bab III METODE DAN METODOLOGI PENELITIAN ... 41

A. Jenis penelitian ... 41

B. Setting Penelitian ... 41

C. Subyek dan obyek ... 42

D. Desain penelitian ... 43

E. Perumusan Variabel-Variabel ... 43

1.Variabel Bebas ... 43

2. Variabel Terikat ... 44

F. Sumber data ... 44

a. Siswa ... 44

b. Guru ... 44

c. Dokumen ... 44

G. Metode Pengumpulan data ... 45

1. Kuesioner ... 45

2. Tes ... 45

3. Observasi ... 45

4. Dokumentasi ... 45

H. Instrumen Pengumpulan data ... 46

a. Minat Belajar ... 46

1. Lembar Kuesioner ... 46

2. Lembar Observasi ... 46


(16)

xiv

b. Prestasi Belajar ... 47

1. Lembar Soal ... 47

2. Daftar Nilai... 47

c. Validitas Instrumen ... 48

d. Reabilitas Instrumen... 49

I. Analisis data ... 50

1. Data Kuantitatif ... 50

a. Tes ... 50

2. Data Kualitatif ... 51

a. Pengamatan (observasi) ... 51

3. Komparasi ... 52

J. Prosedur Pelaksanaan Penelitian Secara Keseluruhan ... 53

K. Indikator keberhasilan ... 55

Bab IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 56

A. Hasil penelitian... 56

B. Komparasi ... 77

C. Pembahasan ... 80

D. Hubungan Minat dan Prestasi Dengan Model Pembelajaran Group Investigation ... 84

Bab V PENUTUP ... 86

A. Kesimpulan ... 86

B. Saran ... 80


(17)

xv

DAFTAR TABEL

Tabel 1: Kriteria Penentuan Hasil Belajar Berdasarkan PAP 1 ... 51

Tabel 2: Instrumen Pengamatan ... 52

Tabel 3: Tingkat Kategori Nilai Minat dan Prestasi Siswa ... 53

Tabel 4: Indikator Keberhasilan ... 55

Tabel 5: Data Keadaan Awal Minat Siswa ... 56

Tabel 6: Frekuensi Data Keadaan Awal Minat Siswa ... 58

Tabel 7: Hasil Observasi Keadaan Awal Kegiatan Siswa ... 59

Tabel 8: Data Keadaan Awal Prestasi Siswa ... 60

Tabel 9 : Frekuensi Data Keadaan Awal Prestasi Siswa ... 61

Tabel 10: Data Minat Siswa Siklus 1 ... 63

Tabel 11 : Frekuensi Data Minat Siswa Siklus 1 ... 65

Tabel 12 : Data Observasi Kegiatan Siswa Siklus 1 ... 66

Tabel 13 : Data Prestasi Siswa Siklus 1 ... 67

Tabel 14 : Frekuensi Data Nilai Prestasi Siklus 1 ... 68

Tabel 15 : Data Minat Belajar Siswa Siklus 2 ... 70

Tabel 16 : Frekuensi Data Minat Belajar Siswa Siklus 2... 72

Tabel 17 : Data Hasil Observasi Kegiatan Siswa Siklus 2 ... 73

Tabel 18: Data Prestasi Siswa Siklus 2 ... 74

Tabel 19 : Frekuensi Data Prestasi Siswa Siklus 2 ... 75

Tabel 20 : Data Hasil Komparasi Minat ... 77


(18)

xvi

DAFTAR GAMBAR

Gambar I : Kerangka Berfikir ... 38

Gambar II : Siklus PTK Menurut Kemmis dan McTaggart ... 43

Gambar III : Grafik Keadaan Awal Minat Siswa ... 58

Gambar IV : Grafik Keadaan Awal Prestasi Siswa ... 62

Gambar V : Grafik Minat Siswa Siklus 1 ... 65

Gambar VI : Grafik Prestasi Belajar Siklus 1 ... 69

Gambar VII : Grafik Minat Siswa Siklus 2 ... 72

Gambar VIII : Grafik Prestasi Belajar Siklus 2 ... 76

Gambar IX : Diagram Komparasi Keadaan Awal dan Akhir Minat Siswa .. 78 Gambar X : Diagram Komparasi Keadaan Awal dan Akhir Prestasi Siswa. 80


(19)

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Surat Ijin Penelitian ... 91

Lampiran 2 : Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian ... 92

Lampiran 3 : Silabus ... 93

Lampiran 4 : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 95

Lampiran 5 : Kisi-Kisi Kuesioner Minat ... 103

Lampiran 6 : Lembar Kuesioner Minat ... 105

Lampiran 7 : Analisis Validitas Minat ... 108

Lampiran 8 : Soal Ulangan Harian Siklus 1&2 ... 111

Lampiran 9 : Analisis Validitas Prestasi ... 115

Lampiran 10: Hasil Uji Reabilitas... 119

Lampiran 11: Jadwal Penelitian ... 120


(20)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Pendidikan adalah bantuan yang diberikan orang dewasa kepada orang yang belum dewasa, agar ia mencapai kedewasaan. Bantuan yang diberikan oleh pendidik itu berupa pendampingan, yang menjaga agar anak didik belajar hal-hal yang positif sehingga sungguh-sungguh menunjang perkembangannya1. Pendidikan mempunyai peran penting dalam menciptakan masyarakat yang cerdas, kritis dan demokratis guna menjamin kelangsungan hidup negara, karena dengan pendidikan kehidupan manusia menjadi lebih terarah. Sehingga pendidikan bukan hanya berfungsi sebagai media untuk mengembangkan kemampuan akademik semata, melainkan juga berfungsi untuk membentuk karakter serta peradaban bangsa.

Di era globalisasi ini, pendidikan merupakan hal yang wajib dimiliki oleh setiap individu. Pembaharuan pendidikan harus senantiasa dilakukan guna terciptanya pendidikan yang berkualitas serta dapat melahirkan para penerus bangsa yang berkualitas pula. Maka cara belajar anak didik juga harus diarahkan dan tidak dibiarkan berlangsung sembarangan saja tanpa tujuan. Proses belajar seperti ini menuntut kedisiplinan dan kreatifitas dari seorang guru, karena kunci pengajaran itu terletak pada seorang guru. Tetapi bukan berarti hanya guru yang


(21)

selalu aktif dalam proses pembelajaran di kelas, sedangkan siswa pasif. Sebuah pembelajaran menuntut siswa dan guru sama-sama aktif guna mencapai tujuan pembelajaran.

Pendidikan ini bisa dilakukan dimana saja dan dengan siapa saja, di lingkungan sekolah, masyarakat, dan keluarga, dan yang paling penting untuk diperhatikan adalah bagaimana memberikan atau mendapat pendidikan yang baik dan benar agar anak tidak terjerumus ke dalam hal yang negatif. Oleh karena itu, untuk mencapai tujuan perkembangan anak yang lebih baik maka pendidikan di sekolah lah yang memegang peranan penting dan hal tersebut. Pendidikan di sekolah merupakan pendidikan yang dilakukan antara seorang guru dan siswa ataupun antara siswa dengan siswa dimana pendidikan di sekolah harus mengutamakan perkembangan kognitif, afektif, serta psikomotorik. Tentu saja ditunjang dengan guru-guru atau pendidik yang berkualitas demi tercapainya tujuan pendidikan. Pada dasarnya menjadi seorang guru bukanlah hal yang mudah, guru akan menemui banyak murid yang memiliki karakter berbeda-beda. Di sinilah guru seringkali menemui kendala dalam proses pembelajaran. Maka dari itu, guru dituntut untuk dapat menarik perhatian siswanya pada saat mengajar agar siswa dapat terlibat secara aktif dalam proses belajar mengajar di kelas dengan cara yaitu guru harus dapat memilih metode pembelajaran yang tepat untuk diterapkan dalam proses belajar mengajar.

Dalam pendidikan di sekolah dewasa ini, siswa dituntut untuk lebih aktif dan guru diposisikan sebagai pendamping belajar siswa, siswa dituntut untuk bisa memecahkan permasalahannnya sendiri. Dengan adanya perubahan mengenai


(22)

peranan siswa yang dituntut untuk bisa lebih aktif maka saat ini mulai bermunculan berbagai model-model pembelajaran baru yang dapat memancing keaktifan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran. Model-model pembelajaran baru tersebut sangat membantu dalam menarik minat siswa dalam mengikuti proses belajar mengajar dengan cara belajar mandiri tanpa harus tergantung pada guru dan bisa memperoleh keberhasilan belajar. Namun dalam hal ini peran guru juga penting yaitu guru bertugas sebagai demonstrator, pengelolaan kelas, mediator, fasilitator serta evaluator untuk mencapai tujuan dalam kegiatan belajar. Selain model pembelajaran tersebut guru juga berperan penting dalam tercapainya tujuan pembelajaran yang menjadikan siswa memperoleh keberhasilan dalam belajar. Salah satu ciri keberhasilan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran yaitu siswa memiliki minat dan prestasi belajar yang tinggi. Akan tetapi hal tersebut masih belum bisa dilaksanakan secara baik oleh seorang guru, pasalnya kurangnya pengetahuan tentang berbagai macam model pembelajaran oleh guru. Sehingga hal tersebut membuat guru selalu memposisikan diri sebagai aktor utama di dalam kelas.

Seperti yang terjadi di kelas XA SMA Pangudi Luhur Sedayu pada mata pelajaran sejarah. Guru sejarah masih menggunakan model pembelajaran konvensional dalam bentuk ceramah yang monoton sehingga guru terkesan hanya mementingkan penyampaian materi dari pada membangkitkan minat siswa. Penggunaan model pembelajaran konvensional dalam bentuk ceramah tersebut tentu saja mempengaruhi minat siswa dalam belajar dimana siswa cenderung bosan dan sibuk dengan dirinya sendiri yang mengakibatkan rendahnya minat


(23)

serta prestasi belajar siswa. Hal ini tentu menjadi sesuatu yang perlu ditanggapi secara serius sebab pada dasarnya siswa sudah mempunyai pandangan yang negatif terhadap mata pelajaran sejarah.

Sebagian besar siswa cenderung menganggap bahwa pelajaran sejarah hanya berisi materi yang menuntut mereka untuk menghafal dan tak jarang mereka menganggap bahwa pelajaran sejarah merupakan mata pelajaran yang membosankan serta membuat jenuh. Kembali lagi persepsi siswa yang memandang negatif mata pelajaran sejarah tersebut dikarenakan selama ini mereka hanya di tuntut untuk mendengarkan ceramah dari guru. Guru ceramah panjang lebar dalam menyampaikan materi akan tetapi materi tersebut tidak masuk pada siswa dan justru sebaliknya siswa sama sekali tidak mendapatkan materi apapun dari guru tersebut. Padahal mata pelajaran sejarah merupakan mata pelajaran yang penting bagi siswa karena siswa merupakan pemuda penerus bangsa sehingga harus mempunyai sikap nasionalisme yang tinggi terhadap bangsa dan tanah air.

Rasa nasionalisme tersebut salah satunya bisa muncul dengan penyampaian materi pada mata pembelajaran sejarah yang baik sehingga dapat masuk ke dalam pikiran siswa dan akan menumbuhkan rasa cinta tanah air pada diri siswa. Ketidakberhasilan siswa dalam mengikuti proses belajar mengajar mata pelajaran sejarah ini dapat dilihat dengan rendahnya minat serta prestasi siswa dalam mata pelajaran sejarah. Melihat kejadian tersebut tentu saja guru dituntut untuk lebih kreatif agar bisa meningkatkan minat dan prestasi belajar siswa. Maka dari itu guru sebaiknya tidak hanya menggunakan metode ceramah dalam menyampaikan


(24)

materi kepada peserta didik. Karena hal tersebut hanya akan membuat siswa menjadi bosan dan tidak membentuk karakter Siswa yang berkualitas. Metode-metode yang dilakukan guru dalam mengajar tentu sangat mempengaruhi minat siswa dalam mengikuti pelajaran.

Banyak metode-metode dalam mendorong siswa untuk bisa aktif dalam kegiatan pembelajaran dan salah satu metodenya adalah dengan menggunakan model pembelajaran Group Investigation. Model pembelajaran Group

Investigation ini merupakan model pembelajaran dengan menekankan kerja

kelompok serta menemukan dan memecahkan permasalahan dalam suatu materi. Siswa di bagi menjadi beberapa kelompok dan kemudian masing-masing kelompok, masing-masing kelompok diwajibkan untuk menemukan permasalahan dalam sebuah materi pembelajaran. Serta di tuntut untuk bisa memecahkan permasalahan tersebut, kemudian mempresentasikan hasil kerja kelompok mereka di depan kelas.

Model pembelajaran tersebut bisa menjadi salah satu alternatif untuk membangkitkan minat siswa kelas XA SMA Pangudi Luhur Sedayu dalam belajar terutama mata pelajaran sejarah. Dimana kerja dalam kelompok dalam model pembelajaran Group Investigation berguna untuk melatih siswa agar dapat menghargai berbagai macam pendapat yang berbeda dan mereka dapat menyatukan perbedaan pendapat tersebut. Menemukan serta memecahkan masalah dalam model pembelajaran Group Investigation dapat mendorong siswa untuk menjadi lebih kritis dalam menyikapi sebuah permasalahan, siswa di tuntut untuk selalu berfikir dan hal tersebut akan menghilangkan rasa kebosanan yang


(25)

selama ini mereka rasakan. Mempresentasikan hasil diskusi mereka di depan kelas dapat melatih siswa untuk lebih percaya diri serta melatih siswa untuk dapat menghargai teman yang sedang berbicara di depan kelas sehingga kelak mereka tidak akan memandang sebelah mata terhadap siapapun yang sedang menyampaikan materi. Mata pelajaran sejarah yang selama ini identik dianggap sebagai mata pelajaran yang membosankan, jika siswa sudah mempunyai minat untuk belajar maka hasilnya tentu akan berpengaruh terhadap prestasi mereka yang akan ikut meningkat seiring dengan minat mereka untuk selalu belajar sejarah.

Berdasarkan latar belakang yang telah disampaikan, peneliti tertarik untuk

melakukan sebuah penelitian tindakan kelas dengan judul “Peningkatan Minat

Dan Prestasi Belajar Sejarah Melalui Model Pembelajaran Group Investigation

Pada Siswa Kelas XA SMA Pangudi Luhur Sedayu”. Dengan penelitian ini

diharapkan akan meningkatkan minat dan prestasi belajar sejarah pada siswa kelas XA SMA Pangudi Luhur Sedayu.

B.Identifikasi Masalah

Dari latar belakang masalah yang penulis sampaikan di atas, maka dapat diidentifikasikan masalahnya sebagai berikut :

1. Guru masih memposisikan diri sebagai aktor utama di dalam kelas

2. Penggunaan model pembelajaran konfensional ceramah sehingga proses pembelajaran monoton


(26)

4. Anggapan siswa bahwa mata pelajaran sejarah merupakan mata pelajaran yang membosankan

5. Penyampaian materi lebih dipentingkan daripada membangkitkan minat siswa 6. Rendahnya prestasi dipengaruhi kurangnya minat siswa dalam belajar

C.Batasan Masalah

Dalam penelitian ini hanya akan membahas tentang peningkatan minat dan prestasi belajar siswa kelas XA SMA Pangudi Luhur Sedayu dengan penerapan model pembelajaran Group Investigation

D.Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang serta identifikasi permasalahan di atas dapat ditarik suatu rumusan masalah sebagai berikut:

1. Apakah ada peningkatan minat belajar sejarah siswa kelas XA SMA Pangudi Luhur Sedayu setelah penerapan model pembelajaran Group Investigation? 2. Apakah ada peningkatan prestasi belajar sejarah siswa kelas XA SMA Pangudi

Luhur Sedayu setelah penerapan model pembelajaran Group Investigation?

3. Hubungan minat dan prestasi belajar dengan model pembelajaran Group


(27)

E.Pemecahan Masalah

Berdasarkan rumusan masalah di atas, pemecahan masalah yang dipilih dalam penelitian ini adalah penerapan model pembelajaran kooperatif type Group

Investigation yang bertujuan untuk meningkatkan minat dan prestasi belajar

sejarah siswa. Model pembelajaran kooperatif type Group Investigation dipilih karena dalam penerapan model pembelajaran ini dapat memacu siswa untuk lebih meningkatkan minat belajar. Dengan adanya minat belajar yang tinggi dalam diri siswa selama proses belajar mengajar dapat memacu siswa untuk menggali informasi yang akan berguna dan menambah pengetahuannya, sehingga dengan semakin bertambahnya wawasan siswa maka akan semakin baik pula prestasi belajar yang akan siswa capai.

F. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin di capai dalam penelitian ini adalah :

1. Mendeskripsikan peningkatan minat belajar siswa setelah pembelajaran sejarah dengan menggunakan metode Group Investigation.

2. Mendeskripsikan peningkatan prestasi belajar siswa setelah pembelajaran sejarah dengan menggunakan metode Group Investigation.

3. Mendeskripsikan hubungan minat dan prestasi dengan model pembelajaran


(28)

G.Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan akan memberikan manfaat bagi semua pihak sebagai berikut :

1. Bagi Sekolah

Hasil penelitian ini dapat memberikan masukan bagi sekolah dalam perbaikan proses belajar mengajar guna menciptakan siswa-siswa yang berkualitas serta mempunyai minat dan prestasi belajar yang tinggi.

2. Bagi Guru

Memberikan informasi bagi guru bahwa menggunakan model pembelajaran

Group Investigation dapat meningkatkan minat serta prestasi siswa serta

memberikan alternatif bagi guru untuk berani menggunakan model-model pembelajaran yang bervariasi dalam menyampaikan materi.

3. Bagi Siswa

Model pembelajaran kooperatif type Group Investigation ini dapat meningkatkan minat siswa dalam belajar sejarah dan hal tersebut berpengaruh kepada peningkatan prestasi siswa dalam pelajaran sejarah.

4. Bagi Peneliti

Penelitian ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan baru bagi peneliti bahwa penerapan model pembelajaran Group Investigation ini dapat meningkatkan minat belajar serta prestasi belajar terutama pada mata pelajaran sejarah.


(29)

H.Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan dalam skripsi yang berjudul “Peningkatan Minat dan

Prestasi Belajar Sejarah Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Type Group

Investigation Pada Siswa Kelas XA SMA Pangudi Luhur Sedayu” terdiri dari

lima bab yaitu :

Bab I: Berupa pendahuluan yang berisi latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan masalah, rumusan masalah, pemecahan masalah, tujuan, manfaat penelitian dan sistematika penulisan.

Bab II: Berupa kajian pustaka yang memaparkan teori-teori pendukung dalam penelitian ini, materi pembelajaran, penelitian yang relevan, kerangka berpikir dan hipotesis penelitian.

Bab III: Menjelaskan metode penelitian yang terdiri dari jenis penelitian, setting penelitian, subyek dan obyek penelitian, desain penelitian, definisi operasional variabel, sumber data, metode pengumpulan data, instrumen pengumpulan data, analisis data, prosedur penelitian, indikator keberhasilan.

Bab IV: Berupa hasil penelitian dan pembahasan, dalam bab ini dipaparkan hasil penelitian dari keadaan awal sampai siklus II dan komparasinya.


(30)

11

BAB II

KAJIAN TEORI

A.Deskripsi Teori

1. Minat

Minat adalah suatu landasan yang paling meyakinkan demi keberhasilan suatu proses belajar, jika seorang murid memiliki rasa ingin belajar, ia akan cepat mengerti dan mengingatnya2. Dalam belajar diperlukan suatu pemusatan perhatian agar apa yang di pelajari dapat dipahami sehingga siswa dapat melakukan sesuatu yang sebelumnya tidak dapat dilakukan. Minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan beberapa kegiatan, kegiatan yang diminati siswa, diperhatikan terus menerus yang disertai rasa senang dan di peroleh kepuasan. Jadi untuk menumbuhkan minat belajar siswa, guru harus menciptakan rasa senang dalam diri siswa yaitu dengan membuat suasana belajar mengajar yang menarik dengan menerapkan berbagai model pembelajaran yang bervariatif.

Beberapa faktor pendorong menciptakan minat menurut Sardiman3 : a. Membangkitkan adanya suatu kebutuhan untuk belajar.

b. Menghubungkan pengalamannya dengan persoalan atau masalah pada masa lampau.

c. Menggunakan berbagai macam cara mengajar supaya siswa tidak merasa bosan.

d. Memberi kesempatan kepada siswa untuk berlomba mendapatkan hasil yang lebih baik.

2 Kurt Singer,1987, Membina Hasrat Belajar Di Sekola. Bandung : Cv Remaja Karya, hlm. 78 3 Sardiman, 2007, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Jakarta : Rajawali, hlm. 93-94


(31)

Faktor-faktor yang mempengaruhi minat belajar siswa :

a. Dorongan dalam, yaitu dorongan dari individu itu sendiri, sehingga timbul minat untuk melakukan aktivitas atau tindakan tertentu untuk memenuhinya, misalnya dorongan untuk belajar dan hal ini menimbulkan minat belajar. b. Faktor motivasi sosial, yaitu faktor melakukan suatu aktivitas agar dapat

diterima dan diakui oleh lingkungannya. Minat ini merupakan kompromi pihak individu dengan lingkungan sosialnya. Misalnya minat pada studi karena ingin mendapatkan penghargaan dari orang tuanya.

c. Faktor emosional, yakni minat yang erat hubungannya dengan emosi karena faktor emosional selalu menyertai seseorang dalam berhubungan dengan objek minatnya. Kesuksesan seseorang pada suatu aktivitas disebabkan karena aktivitas tersebut menimbulkan perasaan suka atau puas, sedangkan kegagalan akan menimbulkan perasaan tidak senang dan mengurangi minat seseorang terhadap kegiatan yang bersangkutan.

Berdasarkan faktor pendorong dan faktor yang mempengaruhi minat menurut Sardiman tersebut dapat di simpulkan bahwa minat dan perhatian dalam belajar mempunyai hubungan yang erat sekali. Seseorang yang menaruh minat pada mata pelajaran tertentu, biasanya cenderung untuk memperhatikan mata pelajaran tersebut. Kalau seorang siswa mempunyai minat pada pelajaran tertentu dia akan memperhatikannya. Namun sebaliknya jika siswa tidak berminat, maka perhatian pada mata pelajaran yang sedang di ajarkan biasanya dia malas untuk mengerjakannya. Demikian juga dengan siswa yang tidak menaruh perhatian pada


(32)

mata pelajaran yang di ajarkan, maka sulit bagi siswa tersebut dapat belajar dengan baik.

Menurut Safari (2003:60) ada beberapa indikator minat belajar yaitu sebagai berikut4 :

1) Perasaan Senang 2) Ketertarikan Siswa 3) Perhatian

4) Keterlibatan Siswa

Indikator di atas dapat dijelaskan sebagai berikut : 1) Perasaan Senang

Seorang siswa yang memiliki perasaan senang atau suka terhadap pelajaran sejarah, maka ia harus tetap mempelajari ilmu yang berhubungan dengan sejarah. Sama sekali tidak ada perasaan terpaksa untuk mempelajari bidang tersebut.

2) Ketertarikan Siswa

Berhubungan dengan daya gerak yang mendorong siswa untuk cenderung merasa tertarik pada orang berbeda, kegiatan, atau bisa berupa pengalaman efektif yang dirangsang oleh kegiatan itu sendiri.

3) Perhatian Siswa

Perhatian merupakan konsentrasi atau aktifitas jiwa terhadap pengamatan dan pengertian, dengan mengesampingkan yang lain dari pada itu. Siswa yang memiliki minat pada objek tertentu, maka dengan sendirinya akan memperhatikan objek tersebut.

4) Keterlibatan Siswa

Ketertarikan seseorang akan sesuatu obyek yang mengakibatkan orang tersebut senang dan tertarik untuk melakukan atau mengerjakan kegiatan dari obyek tersebut.

2. Prestasi Belajar

Winkel mengatakan bahwa prestasi belajar adalah suatu bukti keberhasilan belajar atau kemampuan seorang peserta didik dalam melakukan kegiatan belajarnya sesuai dengan bobot yang dicapainya.5 Selanjutnya Muhibbin Syah

4 Safari, 2003, Evaluasi Pembelajaran, jakarta : Departemen Pendidikan Nasional, hlm. 60 5 W.S. Winkel, 1999, Psikologi Pengajaran (edisi revisi), Jakarta : Raja Grasindo Persada,


(33)

menjelaskan bahwa prestasi belajar merupakan taraf keberhasilan sebuah proses belajar mengajar atau taraf keberhasilan sebuah program pembelajaran/penyajian materi, dan kenaikan kelas.6

Menurut Dimyati Mahmud terdapat dua faktor yang mempengaruhi tingkat prestasi belajar yaitu7 :

1) Faktor Internal

a. N.Ach (Need for Achievement) ialah dorongan atau motif untuk berprestasi. N.Ach adalah suatu motif intrinsik untuk mencapai prestasi dalam hal tertentu. Remaja yang mempunyai dorongan kuat untuk berprestasi berasal dari keluarga-keluarga yang memiliki standar tinggi dalam berprestasi, yang memberikan imbalan hadiah terhadap keberhasilan berprestasi dan yang memberikan dorongan untuk mandiri dan tidak bergantung pada pihak lain. Disamping itu hal tersebut pada umumnya ada kaitannya dengan hubungan orang tua dan anak yang hangat dimana anak membentuk identifikasi yang kental dengan orang tuanya.

b. Takut gagal, Takut gagal yang acap kali berupa perasaan cemas seperti apabila menempuh ujian, memperlajari sesuatu yang baru atau memecahkan masalah yang sulit, dapat mengganggu keberhasilan dalam prestasi. N.Ach dan takut gagal itu bersifat komplementer, yaitu disatu pihak N.Ach mendorong seseorang untuk mencapai sukses, disisi lain pihak takut gagal mempengaruhi seseorang untuk menghindari kegagalan. Motif menghindari kegagalan itu dapat melemahkan motif untuk meraih keberhasilan.

6 Muhhibin Syah, 2003, Psikologi Belajar, Jakarta :Raja Grafindo Persada, hlm.197

7 Dimyati Mahmud, 1990, Psikologi Pendidikan Suatu Pendekatan Terapan, Yogyakarta: BPFE,


(34)

c. Takut sukses, takut sukses mungkin lebih karakteristik pada wanita ketimbang pria. Apabila cukup kuat, takut sukses itu dapat mendorong N.Ach seseorang dan melahirkan perasaan-perasaan negatif terhadap prestasi yang baik.

2) Faktor Eksternal

Banyak perbedaan dalam prestasi akademik bukan disebabkan oleh bedanya kemampuan ataupun motif, tetapi karena berbedanya lingkungan. Lingkungan sekolah misalnya, amat bervariasi : gedungnya, fasilitas fisik lainnya, peralatannya, perpustakaannya, kesempatan untuk memperluas dan memperkaya pengetahuan, disiplinnya, kualitas dan penghasilan guru-gurunya. Sudah barang tentu bukan lingkungan sekolah saja tetapi juga lingkungan lain seperti: lingkungan rumah tangga dan kualitas lingkungan keluarga.

Prestasi belajar dikatakan meningkat bila indikator prestasi belajar meningkat, indikator prestasi belajar itu meliputi aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Aspek kognitif dilihat dari perkembangan hasil evaluasi tiap-tiap akhir pembelajaran dan perkembangan hasil tes akhir pada PTK, aspek afektif dapat diamati dari peningkatan kehadiran siswa, kemampuan siswa dalam mengajukan pertanyaan, kemampuan mengajukan gagasan dan aktivitas belajar, prestasi belajar aspek psikomotorik dilihat dari aktivitas siswa dalam menyiapkan, menggunakan, menjaga alat-alat sebagai penunjang proses belajar.


(35)

Indikator prestasi belajar8 : a. Ranah Cipta (kognitif)

1. Pengamatan Dapat menunjukkan Dapat membandingkan Dapat menghubungkan 2. Ingatan Dapat meyebutkan Dapat menunjukkan 3. Pemahaman Dapat menjelaskan

Dapat mendefinisikan dengan lisan sendiri 4. Aplikasi/penerapan

Dapat memberikan contoh Dapat menggunakan secara tepat

5. Analisis (pemeriksaan dan pemilihan secara teliti) Dapat menguraikan

Dapat mengklarifikasi/memilah-milah 6. Sintesis (membuat paduan baru dan utuh)

Dapat menghubungkan materi-materi, sehingga menjadi kesatuan baru Dapat menyimpulkan

Dapat menggeneralisasikan (membuat prinsip umum) b. Ranah rasa (afektif)

1. Penerimaan

Menunjukkan sikap menerima Menunjukkan sikap menolak 2. Sambutan

Kesediaan berpartisipasi/terlibat Kesediaan memanfaatkan 3. Apresiasi (sikap menghargai)

Menganggap penting dan bermanfaat Menganggap indah dan harmonis Mengagumi

4. Internalisasi (pendalaman) Mengakui dan meyakini Mengingkari

5. Karakterisasi (penghayatan) Melembagakan/meniadakan

Menjelmakan dalam pribadi dan perilaku sehari-hari


(36)

c. Ranah Karsa (psikomotor)

1. Kemampuan bergerak dan bertindak

Kecakapan mengkoordinasikan gerak mata, tangan, kaki, dan anggota tubuh lainnya.

2. Kecakapan ekspresi verbal dan non-verbal Kefasihan melafalkan/mengucapkan

Kecakapan membuat mimik dan gerakan jasmani

3. Belajar

Dalam kamus besar bahasa Indonesia belajar adalah berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu; berlatih; berubah tingkah laku atau tanggapan yang disebabkan oleh pengalaman9. H.C. Witherington dalam Eveline Siregar menjelaskan pengertian belajar sebagai suatu perubahan di dalam kepribadian yang menyatakan diri sebagai suatu pola baru dari reaksi berupa kecakapan, sikap, kebiasaan kepribadian atau suatu pengertian. Sedangkan menurut Gagne dalam Eveline Siregar belajar adalah suatu perubahan perilaku yang relatif menetap yang dihasilkan dari pengalaman masa lalu ataupun dari pembelajaran yang bertujuan/direncanakan. Pengalaman diperoleh individu dalam interaksinya dengan lingkungan, baik yang tidak direncanakan maupun yang direncanakan, sehingga menghasilkan perubahan yang bersifat relatif menetap.10

Definisi belajar juga dikemukakan oleh beberapa para ahli yang ditulis oleh Fudyartanto11:

1) Menurut Arthur J. Gates Belajar adalah perubahan tingkah laku melalui pengalaman dan latihan.

2) L. D. Crow dan A. Crow mengemukakan bahwa belajar adalah suatu proses aktif yang perlu dirangsang dan dibimbing ke arah hasil-hasil yang diinginkan.

9

Hasan Alwi, 2005, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, hlm. 756

10

Eveline Siregar dan Hartini Nara, 2011, Teori Belajar dan Pembelajaran, Bogor: Ghalia Indonesia, hlm. 4

11 Fudyartanto, 2002, Psikologi Pendidikan : Dengan Pendekatan Baru, Yogyakarta: Global


(37)

3) Melvin H. Marx berpendapat bahwa belajar adalah perunahan yang dialami secara relatif abadi dalam tingkah laku yang mana adalah suatu fungsi dari tingkah laku sebelumnya.

4) R.S. Chauhan definisi belajar adalah membawa perubahan-perubahan dalam tingkah laku.

5) Gregory A. Kimble mengatakan belajar adalah perubahan yang relatif permanen dalam potensialitas tingkahlaku yang terjadi sebagai suatu hasil alat praktek yang diperkuat.

4. Pembelajaran Sejarah

Pembelajaran Sejarah adalah perpaduan antara aktivitas belajar dan mengajar yang di dalamnya mempelajari tentang peristiwa masa lampau yang erat kaitannya dengan masa kini12. Dari pendapat tersebut dapat di simpulkan jika mata pelajaran sejarah merupakan bidang studi yang terkait dengan fakta-fakta dalam ilmu sejarah namun tetap memperhatikan tujuan pendidikan pada umumnya. Sedangkan sejarah berasal dari bahasa Arab “ Syajaratun” yang berarti “pohon” atau “keturunan” yang kemudian berkembang menjadi bahasa Melayu “Syajarah” dan dalam bahasa Indonesia menjadi “sejarah”13. Menurut Sutrasno sejarah adalah segala kegiatan manusia dan segala kejadian yang ada hubungannya dengan kegiatan manusia sehingga mempunyai akibat adanya perubahan politik, sosial, ekonomi dan kebudayaan, dan kesemuanya itu di tinjau dari sudut-sudut perkembangannya.14.

5. Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif bukanlah sesuatu yang baru. Sebagian guru dan siswa kita pernah menggunakannya atau mengalaminya sebagai contoh saat

12 I .G.Widja, 1989, Dasar-Dasar Pengembangan Strategi Serta Metode Pengajaran Sejarah,

Jakarta :Depdikbud, hlm.23

13 I.G.Widja, 1988, Ilmu Sejarah : Sejarah Dalam Perspektif Pendidikan, Semarang: Satya

Wacana, hlm.6


(38)

bekerja dalam laboratorium. Dalam belajar kooperatif, siswa dibentuk dalam kelompok-kelompok yang terdiri dari 4 atau 5 orang untuk bekerja sama dalam menguasai materi yang diberikan guru. Bahwa dalam belajar kooperatif siswa belajar bersama sebagai suatu tim dalam menyelesaikan tugas-tugas kelompok untuk mencapai tujuan bersama. Jadi, setiap anggota kelompok mempunyai tanggung jawab yang sama untuk keberhasilan kelompoknya15.

Pembelajaran kooperatif bernaung dalam teori kontruktivis. Pembelajaran ini muncul dari konsep bahwa siswa akan lebih mudah menemukan dan memahami konsep yang sulit jika mereka saling berdiskusi dengan temannya. Siswa secara rutin bekerja dalam kelompok untuk saling membantu memecahkan masalah-masalah yang kompleks. Jadi, hakikat sosial dan penggunaan kelompok sejawat menjadi aspek utama dalam pembelajaran kooperatif. Selama belajar secara kooperatif siswa tetap tinggal dalam kelompoknya selama beberapa kali pertemuan. Mereka diajarkan keterampilan-keterampilan khusus agar dapat bekerjasama dengan baik di dalam kelompoknya, seperti menjadi pendengar aktif, memberikan penjelasan kepada teman sekelompok dengan baik, berdiskusi, dan sebagainya. Agar terlaksana dengan baik siswa diberi lembar kegiatan yang berisi pertanyaan atau tugas yang direncanakan untuk diajarkan. Selama bekerja dalam kelompok, tugas anggota kelompok adalah mencapai ketuntasan materi yang disajikan guru dan saling membantu di antara teman sekelompok untuk mencapai

15

Trianto, 2009, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif, Jakarta:Prenada Media,hlm 56


(39)

ketuntasan materi. Belajar belum selesai jika salah satu anggota kelompok ada yang belum menguasai materi pelajaran16.

Bahwa tujuan pokok belajar kooperatif adalah memaksimalkan belajar siswa untuk peningkatan prestasi akademik dan pemahaman baik secara individu maupun secara kelompok. Karena siswa bekerja dalam suatu team, maka dengan sendirinya dapat memperbaiki hubungan diantara siswa dari berbagai latar belakang etnis dan kemampuan, mengembangkan keterampilan-keterampilan proses kelompok dan pemecahan masalah. Zamroni (2000) mengemukakan bahwa manfaat penerapan belajar kooperatif adalah dapat mengurangi kesenjangan pendidikan khususnya dalam wujud input pada level individual. Di samping itu belajar kooperatif dapat mengembangkan solidaritas sosial dikalangan siswa. Dengan belajar kooperatif diharapkan kelak akan muncul generasi baru yang memiliki prestasi akademik yang cemerlang dan memiliki solidaritas yang kuat17.

Pembelajaran kooperatif merupakan sebuah kelompok strategi pengajaran yang melibatkan siswa bekerja secara berkolaborasi untuk mencapai tujuan bersama. Pembelajaran kooperatif di susun dalam sebuah usaha untuk meningkatkan partisipasi siswa, memfasilitasi siswa dengan pengalaman sikap kepemimpinan dan membuat keputusan dalam kelompok, serta memberikan kesempatan pada siswa untuk berinteraksi dan belajar bersama-sama siswa yang berbeda latar belakangnya. Jadi dalam pembelajaran kooperatif siswa berperan ganda yaitu sebagai siswa ataupun sebagai guru. Dengan bekerja secara

16

Ibid., hlm 56-57 17 idem


(40)

kolaboratif untuk mencapai sebuah tujuan bersama, maka siswa akan mengembangkan keterampilan berhubungan dengan sesama manusia yang akan sangat bermanfaat bagi kehidupan di luar sekolah. Struktur tujuan kooperatif terjadi jika siswa dapat mencapai tujuan mereka hanya jika siswa lain dengan siapa mereka bekerjasama mencapai tujuan tersebut. Tujuan-tujuan pembelajaran ini mencakup tiga jenis tujuan penting, yaitu hasil belajar akademik, penerimaan terhadap keragaman, dan pengembangan keterampilan sosial18.

Para ahli telah menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademik, unggul dalam membantu siswa memahami konsep-konsep yang sulit, dan membantu siswa menumbuhkan kemampuan berpikir kritis. Pembelajaran kooperatif dapat memberikan keuntungab baik siswa kelompok bawah maupun kelompok atas yang bekerjasama menyelesaikan tugas-tugas akademik. Pembelajaran kooperatif mempunyai efek yang berarti terhadap penerimaan yang luas terhadap keragaman ras, budaya dan agama, strata sosial,kemampuan,dan ketidak mampuan. Pembelajaran kooperatif memberikan peluang kepada siswa yang berbeda latar belakang dan kondisi untuk bekerja saling bergantung satu sama lain atas tugas-tugas bersama, dan melalui penggunaan struktur penghargaan kooperatif, belajar untuk menghargai satu sama lain. Keterampilan sosial atau kooperatif berkembang secara signifikan dalam pembelajaran kooperatif. Pembelajaran

18 Ibid., hlm 58-59


(41)

kooperatif sangat tepat digunakan untuk melatihkan keterampilan-keterampilan kerjasama dan kolaborasi, dan juga jeterampilan-keterampilan tanya jawab19.

Terdapat lima unsur penting dalam belajar kooperatif, yaitu20 :

Pertama, Saling ketergantungan yang bersifat positif antara siswa, dalam belajar

kooperatif siswa merasa bahwa mereka sedang bekerjasama untuk mencapai satu tujuan dan terikat satu sama lain. Seorang siswa tidak akan sukses kecuali semua anggota kelompoknya juga sukses. Siswa akan merasa bahwa dirinya bagian dari kelompok yang juga mempunyai andil terhadap suksesnya kelompok.

Kedua, Interaksi antar siswa yang semakin meningkat. Belajar kooperatif akan

meningkatkan interaksi siswa. Hal iini terjadi dalam hal seorang siswa akan membantu siswa lain untuk sukses sebagai anggota kelompok. Saling memberikan bantuan ini akan berkangsung secara alamiah karena kegagalan seseorang dalam kelompok mempengaruhi suksesnya kelompok. Untuk mengatasi masalah ini, siswa yang membutuhkan bantuan akan mendapatkan dari teman sekelompoknya. Interaksi yang terjadi dalam belajar kooperarif adalah dalam hal tukar-menukar ide mengenai masalah yang sedang di pelajari bersama.

Ketiga, Tanggung jawab individual. Tanggung jawab individual dalam belajar

kelompok dapat berupa tanggung jawab siswa dalam hal membantu siswa yang membutuhkan bantuan dan siswa tidak dapat hanya sekedar “membonceng” pada hasil kerja teman siswa dan teman sekelompoknya.

Keempat, Keterampilan interpersonal dan kelompok kecil. Dalam belajar

kooperatif, selain dituntut untuk mempelajari materi yang di berikan seorang

19Ibid., hlm 60 20 Ibid., hlm 61


(42)

siswa dituntut untuk belajar bagaimana berinteraksi dengan siswa lain dalam kelompoknya. Bagaimana siswa bersikap sebagai anggota kelompok dan menyampaikan ide dalam kelompok akan menuntut keterampilan khusus.

Kelima, Proses kelompok. Belajar kooperatif tidak akan berlangsung tanpa proses

kelompok. Proses kelompok terjadi jika anggota kelompok mendiskusikan bagaimana mereka akan mencapai tujuan dengan baik dan membuat hubungan kerja yang baik.

Selain kelima unsur penting yang terdapat dalam model pembelajaran kooperatif, model pembelajaran ini juga mengandung prinsip-prinsip yang membedakan dengan model pembelajaran lainnya. Konsep utama dari belajar kooperatif menurut Slavin adalah sebagai berikut21 :

Pertama, penghargaan kelompok, yang akan diberikan jika kelompok mencapai

kriteria yang ditentukan

Kedua, tanggung jawab individual, bermakna bahwa suksesnya kelompok

tergantung pada belajar individual semua anggota kelompok. Tanggung jawab ini terfokus dalam usaha untuk membantu yang lain dan memastikan setiap anggota kelompok telah siap menghadapi evaluasi tanpa bantuan yang lain

Ketiga, kesempatan yang sama untuk sukses, bermakna bahwa siswa telah

membantu kelompok dengan cara meningkatkan belajar mereka sendiri. Hal ini memastikan bahwa siswa berkemampuan tinggi, sedang, dan rendah sama-sama tertantang untuk melakukan yang terbaik dan bahwa kontribusi semua anggota kelompok sangat bernilai.

21


(43)

6. Model Pembelajaran Group Investigation

Group Investigation ini merupakan model pembelajaran kooperatif yang

paling kompleks dan paling sulit untuk diterapkan. Model ini di kembangkan pertamakali oleh Thelan, dalam perkembangannya model ini di perluas dan dipertajam oleh Sharan dari Universitas Tel Aviv. Berbeda dengan STAD dan Jigsaw, dalam pembelajaran ini siswa terlibat dalam perencanaan baik topik yang di pelajari dan bagaimana penyelidikan mereka. Pendekatan ini memerlukan norma dan struktur kelas yang lebih rumit dari pada pendekatan yang lebih berpusat pada guru. Pendekatan ini juga memerlukan mengajar siswa keterampilan komunikasi dan proses kelompok yang baik22.

Penting bagi Group Investigation adalah perencanaan kooperatif siswa atas apa yang di tuntut dari mereka. Anggota kelompok mengambil bagian dalam merencanakan berbagai dimensi dan tuntutan dari proyek mereka. Bersama mereka menentukan apa yang ingin mereka investigasikan sehubungan dengan upaya untuk menyelesaikan masalah yang mereka hadapi, sumber apa yang mereka butuhkan, siapa akan melakukan apa, dan bagaimana mereka akan menampilkan proyek mereka yang sudah selesai dihadapan kelas. Biasanya ada pembagian tugas dalam kelompok yang mendorong tumbuhnya interpendensi yang bersifat positif di antara anggota kelompok23.

Peran guru dalam kelas yang melaksanakan proyek Group Investigation. Guru bertindak sebagai narasumber dan fasilitator. Guru tersebut berkeliling diantara kelompok-kelompok yang ada dan untuk melihat bahwa mereka bisa

22 ibid., hlm 78-79


(44)

mengelola tugasnya dan membantu tiap kesulitan yang siswa hadapi dalam interaksi kelompok. Peran guru ini dipelajari dengan praktik sepanjang waktu seperti halnya peran siswa. Yang peertama dan terpenting adalah guru harus membuat model kemampuan komunikasi dan sosial yang diharapkan dari para siswa. Ada banyak kesempatan bagi guru sepanjang waktu sekolah untuk memikirkan berbagai variasi peran kepemimpinan, seperti dalam diskusi dengan seluruh kelas atau dengan kelompok-kelompok kecil24.

Dalam Group Investigation para murid bekerja dalam enam tahap, seperti di bawah ini25 :

Tahap 1 : Mengidentifikasikan Topik dan Mengatur Murid ke dalam Kelompok Para siswa meneliti beberapa sumber, mengusulkan sejumlah topik, dan mengkategorikan saran-saran.

Para siswa bergabung dengan kelompoknya untuk mempelajari topik yang mereka pilih.

Komposisi kelompok di dasarkan pada ketertarikan siswa dan harus bersifat heterogen.

Guru membantu dalam pengumpulan informasi dan memfasilitasi pengaturan. Tahap 2: Merencanakan Tugas yang akan Dipelajari

Para siswa merencanakan bersama mengenai : Apa yang akan dipelajari?, bagaimana kita mempelajarinya? Siapa melakukan apa?, dan untuk tujuan atau kepentingan apa kita menginvestigasi topik ini?

Tahap 3: Melaksanakan Investigasi

Para siswa mengumpulkan informasi, menganalisis data, dan membuat kesimpulan.

Tiap anggota kelompok berkontribusi untuk usaha-usaha yang dilakukan kelompoknya.

Para siswa saling bertukar, berdiskusi, mengklarifikasi dan mensistesis semua gagasan.

Tahap 4: Menyiapkan Laporan Akhir

Anggota kelompok menentukan pesan-pesan esensial dari proyek mereka. Anggota kelompok merencanakan apa yang akan mereka laporkan, dan

24

Ibid,hlm 217

25


(45)

bagaimana mereka akan membuat presentasi mereka.

Wakil-wakil kelompok membentuk sebuah panitia acara untuk mengkoordinasikan rencana-rencana presentasi.

Tahap 5: Mempresentasikan Laporan Akhir

Presentasi yang dibuat untuk seluruh kelas dalam berbagai macam bentuk. Bagian presentasi tersebut harus dapat melibatkan pendengarnya secara aktif. Para pendengar tersebut mengevaluasi kejelasan dan penampilan presentasi berdasarkan kriteria yang telah ditentukan sebelumnya oleh seluruh anggota kelas.

Tahap 6: Evaluasi

Para siswa saling memberikan umpan balik mengenai topik tersebut, mengenai tugas yang telah mereka kerjakan, mengenai keefektifan pengalaman-pengalaman mereka.

Guru dan murid berkolaborasi dalam mengevaluasi pembelajaran siswa. Penilaian atas pembelajaran harus mengevaluasi pemikiran paling tinggi.

7. Penelitian Tindakan Kelas

Sudah lebih dari sepuluh tahun penelitian tindakan kelas dikenal dan ramai di bicarakan dalam dunia pendidikan. Dalam bahasa Inggris PTK diartikan dengan Classroom Action Research, disingkat CAR. Namanya sendiri sebenarnya sudah menunjukkan isi yang terkandung di dalamnya, oleh karena ada tiga kata yang membentuk pengertian tersebut26.

Penelitian, adalah kegiatan mencermati suatu objek, menggunakan aturan metodologi tertentu untuk memperoleh data atu informasi yang bermanfaat untuk meningkatkan mutu dari suatu hal yang menarik minat dan penting bagi peneliti27. Tindakan, adalah suatu gerak kegiatan yang sengaja dilakukan dengan tujuan tertentu, yang dalam penelitian ini berbentuk rangkaian siklus kegiatan28. Kelas, adalah sekelompok siswa yang dalam waktu yang sama menerima pelajaran yang

26 Aqib Zainal, 2006, Penelitian Tindakan Kelas,Bandung: Yrama Widya. hlm 12

27

idem 28 idem


(46)

sama dari seorang guru. Batasan yang ditulis untuk pengertian kelas tersebut adalah pengertian lama, untuk melumpuhkan pengertian yang salah dan dipahami secara luas oleh umum dengan “ ruangan tempat guru mengajar “ . kelas bukan wujud ruangan tetapi sekelompok peserta didik yang sedang belajar, kelompok orang yang sedang belajar dan kerja di lab, lapangan olah raga, workshop dan lain-lain29.

Dengan menggabungkan batasan pengertiasn ketiga kata tersebut segera dapat disimpulkan bahwa penelitian tindakan kelas merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas. Jenis penelitian ini dapat dilakukan dalam bidang pengembangan organisasi, manajemen, kesehatan, pendidikan, dan sebagainya. Di dalam bidang pendidikan penelitian ini dapat di lakukan dalam skala makro ataupun mikro. Dalam skala mikro misalnya di lakukan di dalam kelas pada waktu berlangsungnya suatu kegiatan belajar mengajar untuk suatu pokok bahawan tertentu pada suatu pengajaran30. Maka dari itu penelitian ini di kombinasikan dengan model pembelajaran Group Investigation demi meningkatkan minat dan prestasi belajar sejarah.

Menurut Hopkins dalam Tahir terdapat 6 prinsip penelitian tindakan kelas31. Prinsip-prinsip tersebut adalah sebagai berikut:

1) Sebagai seorang guru yang pekerjaan utamanya adalah mengajar, seyogyanya Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang di lakukan tidak mengganggu komitmennya sebagai pengajar.

29

idem 30 Ibid., hlm 13

31 Muhamad Tahir, 2011, Pengantar Metodologi Penelitian Pendidikan, Makasar: Unismuh,


(47)

2) Teknik pengumpulan data tidak menuntut waktu dan cara yang berlebihan. Sedapat mungkin hendaknya dapat di upayakan prosedur pengumpulan data uang dapat di tangani sendiri, sementara guru tetap aktif sebagai mana biasanya.

3) Metodologi yang digunakan hendaknya dapat di pertanggung jawabkan realibilitasya. Jadi, walaupun terdapat kelonggaran secara metodologis, namun Penelitian Tindakan Kelas (PTK) mestinya tetap di laksanakan atas dasar taat kaidah keilmuan.

4) Masalah yang terungkap adalah masalah yang benar-benar masalag yang nyata di hadapi oleh guru. Sehingga atas dasar tanggung jawab dan profesional, guru di dorong oleh hatinya untuk memiliki komitmen dalam rangka menemukan jalan keluarnya melalui Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

5) Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) seharusnya mengindahkan tata karama kehidupan berorganisasi. Artinya, Penelitian Tindakan Kelas (PTK) hendaknya diketahui oleh kepala sekolah, di sosialisasikan pada rekan guru, silakukan sesuai kaidah-kaidah keilmuan, di laporkan hasilnya sesuai dengan tata krama penyusunan karya tulis ilmiah, dan tetap mengedepankan kepentingan siswa layaknya sebagau manusia.

6) Permasalahan yang hendaknya dicarikan solusinya lewat Penelitian Tindakan Kelas (PTK) hendaknya tidak terbatas hanya pada konteks kelas atau mata pelajaran tertentu, tetapi tetap mempertimbangkan perspektif sekolah secara keseluruhan. Dalam hal ini, pelibatan lebih dari seorang pelaku akan sangat mengakomodasi kepentingan tersebut.

PTK merupakan bagian penting dari upaya pengembangan profesionalisme guru, karena PTK dapat melatih guru untuk lebih kritis dan sistematis, mampu membiasakan guru untuk menulis dan membuat catatan.guru yang inovatif, kreatif dan produktif adalah guru yang selalu mencari dan menemukan hal-hal baru dan mutakhir untuk kepentingan kualitas pembelajaran di kelas.32

Tujuan utama dari Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah untuk meningkatkan kualitas pembelajaran. Dalam penelitian ini, kualitas pembelajaran yang dimaksud adalah untuk meningkatkan minat dan prestasi.

Tujuan dari PTK yaitu33:

32 Daryanto, 2011, Penelitian Tindakan Kelas dan Penelitian Tindakan Sekolah Beserta Contoh-contohnya, Yogyakarta, Gava Media,hlm.8

33 Sarwiji Suwandi, 2011, Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dan Penulisan Karya Ilmiah,


(48)

1) Untuk menanggulangi masalah dalam bidang pendidikan dan pengajaran yang dihadapi oleh guru terutama dalam permasalahan pengajaran dan pengembangan materi ajar.

2) Untuk memberikan pedoman bagi guru dan civitas akademika guna memperbaiki dan meningkatkan mutu kinerja supaya lebih baik dan produktif. 3) Untuk memasukkan unsur-unsur pembaharuan dalam sistem pembelajaran

yang sedang berjalan dan sulit untuk ditembus oleh pembaharuan pada umumnya.

4) Untuk perbaikan suasana keseluruhan sistem sekolah.

Dari pemaparan tujuan diatas maka dapat dilihat manfaat PTK yaitu 34:

1) Guru dapat melakukan inovasi pembelajaran, sehingga pembelajaran menjadi lebih variatif dan menarik serta bermanfaat.

2) Guru dapat mengembangkan kurikulum sesuai dengan karakteristik pembelajaran, situasi, dan kondisi kelas.

3) Untuk mengembangkan profesionalisme guru, karena dengan PTK guru bisa lebih berlatih dalam mengembangkan metode pengajaran serta pemahaman atas materi pembelajaran.

B. Materi Pembelajaran

Materi pembelajaran dalam penelitian ini diambil dari:

Standar Kompetensi : 2. Menganalisis peradaban Indonesia dan Dunia.

Kompetensi Dasar : 2.2 Mengidentifikasi peradaban awal masyarakat di dunia yang berpengaruh terhadap peradaban Indonesia.

Materi pokok dalam pembelajaran adalah Peradaban Yunani Kuno dan Peradaban Romawi Kuno.

a) Peradaban Yunani Kuno35

1) Letak geografis

34 Mulyasa, 2010, Praktik Penelitian Tindakan Kelas, Bandung : PT Remaja Rosdakarya, hlm.90 35 I Wayan Badrika, 2006, Sejarah untuk SMA Kelas X, Jakarta, Erlangga, hlm.148


(49)

Wilayah Yunani merupakan wilayah maritim artinya wilayah tersebut dikelilingi oleh laut, kecuali sebelah Utara yang berbatasan dengan Yugoslavia, Bulgaria, dan Turki, sedangkan di bagian Barat berbatasan dengan Laut Ionia, bagian Selatan dengan Laut Tengah dan bagian Timur dengan Laut Aegea. Selain dikelilingi laut, di wilayah Yunani terdapat pegunungan kapur dengan lembah-lembah yang terjal. Kondisi ini membentuk kelompok-kelompok masyarakat yang terpisah-pisah dan mandiri. Keadaan geografis ini menciptakan bangsa Yunani kuno hidup sebagai pedagang, walaupun tanahnya yang kurang subur sebagian di antaranya hidup sebagai petani gandum.

2) Peradaban Awal Yunani

Peradaban Pulau Kreta

Kebudayaan yang di temukan di Pulau Kreta adalah kebudayaan Minos (Minoa). Nama Minos di ambil dari nama raja yang pernah berkuasa, yakni Raja

Minos. Kebudayaan ini terlahir dari penduduk asli orang Yunani. Kebudayaan

Pulau Kreta menyisakan bangunan-bangunan tua tersusun dengan tata kota yang rapi.

Peninggalan kebudayaan Pulau Kreta ditemukan pada tahun 1900 oleh Sir

Arthur Evans saat di lakukan penggalian istana Knossos. Istana Knossos dibuat

dengan indah yang di dalamnya terdapat ruang pertemuan antarmenteri. Selain itu, keberadaan peradaban ini didapat pada cerita Yunani Kuno, Odysseus karangan Homerus. Di dalam ceritanya di gambarkan bahwa Kreta sebagai Kerajaan sembilan puluh kota yang makmur. Sebagai negara maritim, masyarakat Pulau Kreta sudah melakukan perdagangan dengan negara-negara tetangga, seperti


(50)

Mesir, Pulau Sicilia, Syria dan AsiaKecil. Nama pelabuhan yang terkenalnya adalah Phaestus.

Bangsa Pulau Kreta sudah mengenal tulisan, ini di buktikan dengan penemuan tiga manuskrip. Huruf yang terdapat pada manuskrip-manuskrip tersebut adalah pictograf, namun huruf tersebut masih sukar dibaca tetapi 88 simbol di antaranya sudah dapat diterjemahkan oleh Michael Ventris pada 1953. Kepercayaan yang dianut oleh masyarakat Pulau Kreta adalah Polytheisme, sebagai dewa utama adalah Dewi Kesuburan atau Ibu Agung. Ibu Agung memiliki bawahan yang bernama Velhanos, ia digambarkan sebagai sosok seorang lelaki yang memiliki kekuatan luar biasa dan disamakan dengan kekuatan banteng.

Peninggalan Kebudayaan Peradaban Yunani Kuno

Seni pahat dan bangunan menjadi salah satu kebanggaan Yunani masa lalu dan sekarang. Peninggalan-peninggalanya dibangun dengan gaya arsitektur yang tinggi juga kokoh, misalnya Acropolis yang dibangun pada masa peradaban Mycenae, Epidaurus (gedung kesenian) Kuil Pathenon (Kuil Dewi Athena), Kuil

Erectheum.

Karya sastra yang di tulis lebih banyak menceritakan tentang perjuangan (heroik), seperti Homerus yang mengarang Illyas (penyerbuan ke Troya, sekitar tahun 11194 SM) dan Odyssea (pengembaraan Odyssea setelah perang Troya), cerita perang Yunani dan Persia karya Herodotus dan cerita tentang perang Sparta dan Athena karya Thuchydiades. Tidak jarang pula di temukan sastra yang berisi cerita lucu karya Aristofane, dan cerita tragedi karya Aiskhilos dan Sofokles. Dalam bidang ilmu pengetahuan, orang Yunani yang menjadikan konsep alam


(51)

dan hidup keseharian manusia ke dalam bentuk filsafat. Filsafat ini berisi penalaran dalam bentuk metode yang masuk akal (logis) dan penyelidikan suatu objek pengamatan hingga ke bagian terkecil.

b) Peradaban Romawi Kuno36

1) Sistem Pemerintahan

Perkembangan sejarah Romawi di bagi dalam tiga periode, yakni zaman kerajaan, zaman republik, dan zaman monarki atau kekaisaran

Zaman Kerajaan

Pada masa ini, semenanjung Apenina dihuni oleh bangsa pendatang dari Laut Kaspia, sedangkan dibagian selatan di huni oleh bangsa Funisia dan Yunani. Diantara mereka terjadi percampuran sehingga melahirkan bangsa Romawi. Kerajaan Roma diperintah oleh seorang raja yang merangkap sebagai penglima perang dan hakim tinggi. Dalam menjalankan pemerintahnya Raja dibantu oleh Senat, yang terdiori dari 300 orang golongan patricia. Roma menjadi negara Republik yang di kuasai kaum bangsawan.

Zaman Republik

Sistem pemerintahan Republik dipimpin oleh dua orang konsul, konsul pertama bertugas dalam masalah hukum dan ekonomi sedangkan konsul yang kedua memegang urusan pertahanan. Pada masa darurat, jumlah konsul hanya satu orang yaitu seoranng diktatum. Konsul dipilih setiap tahun sekali. Selain menjadi kepala atau penguasa negara juga menjadi ketua senat dan panglima besar. Konsul dipilih oleh rakyat. Dalam menjalankan tugas pemerintahan, konsul

36

Tarcicius Suhirman, Petrus Suparyana,dkk, 2010, Sejarah Untuk SMA Kelas X, Bekasi: Media Maxima, hlm 155-162


(52)

di bantu oleh dewan yang terdiri atas Senat dan Dewan Perwakitan Rakyat. Namun golongan bangsawan dan golongan rakyat biasa sering terjadi perbenturan atau ketidak cocokan. Maka, akibat sering terjadi pertentangan tersebut dilakukanlah perundingan dan menghasilkan kesepakatan persamaan hak yang di tuangkan dalam Twaalftafelenwet, yaitu dua belas meja batu undang-undang. Kekuasaan Romawi yang semakin luas dan besar menyebabkan pertikaian antara golongan bangsawan dan protelar, pertama kaum Protelar mengangkat Tiberius Graccus sebagai Tribun, dengan tuntutan tanah, tetapi gagal Tiberius Gracchus mati tahun 132. Perjuangannya dilanjutrkan adiknya Gayus Gracchus, juga gagal dan mati terbunuh 121 SM. Kemudian kaum protelar mengangkat Marius sebagai tribun untuk membawa kaum Optimat (bangsawan) yang di pimpin oleh Sulla. Akhirnya terjadi peperangan yang dimenangkan kaum bangsawan.

Julius Caesar berhasil mengalahkan kaum optimat dan berkuasa selama dua tahun (46-44SM). Selain menjadi penguasa mutlak Julius Caesar juga mengembangkan kalender baru yang disebut kalender Julian. Kalender ini terus di pakai selama beberapa periode, sampai kemudian diperbaharui oleh Gregorius yang kemudian dikenal dengan kalender Gregorius. Julius Caesar dibunuh oleh Brutus dan Casinus (pada tahun 44 SM) yang menginginkan suatu pemerintahan berbentuk Republik. Akibat kematian Julius Caesar, timbul kekacauan dan terbentuklah tiga serangkai tribun untuk melawan senat, yaitu Antonius, Octavianus, San Lepidus. Lepidus tersingkir, tinggalah Antonius dan Octavianus yang membagi dua wilayah, Yaitu:


(53)

1. Romawi Utara dan Romawi Barat, dipimpin oleh Octavianus, dengan mayoritas golongan protelar (Plebyer)

2. Romawi Selatan dan Timur, dipimpin oleh Antonius, mayoritas masyarakatnya golongan bangsawan (Patricier). Antonius menikah dengan ratu Cleopatra, seorang putri dari keturunan dinasti Ptolomeus Mesir. Antonius dan Cleopatra mati bunuh diri tahun 31 SM karena patah semangat akibat kalah dalam perang di Actium melawan Octavianus.

Zaman Kekaisaran

Sepeninggal Julius Caesar, anak angkatnya yang bernama Oktavianus kemudian dapat menguasai Roma kembali dan berkuasa secara diktator. Dalam kekuasaannya, Oktavianus banyak dikelilingi orang-orang pandai sehingga ia dapat berkuasa cukup lama. Pada masa Octavianus, orang-orang Romawi melihat sesuatu dari sudut kegunaannya. Pandangan hidup bangsa Romawi ini memberikan warna dalam kehidupan agama. Tepatlah apa yang diungkapkan oleh cicero, bahwa agama bagi mereka bukan untuk mendidik manusia kepada kebajikan, melainkan manusia sehat dan kaya. Pandangan hidup yang praktis ini menjadi ciri utama orang-orang Romawi. Dalam ilmu pengetahuan, bangsa Romawi bukanlah pencipta teori-teori tetapi pelaksana teori yang sudah ada sejak zaman Yunani. Dengan ini mata rantai yang seakan-akan putus dalam perkembangan ilmu pengetahuan menjadi tumbuh kembali. Bila sarjana Yunani adalah ahli teori, maka sarjana Romawi adalah ahli praktik.

Masa Octavianus merupakan masa penyempurnaan seni dan budaya Romawi. Pengaruh budaya Yunani mulai masuk dengan kuatnya sejak tahun 146


(54)

SM bersama dengan usaha bangsa Romawi melakukan penaklukan di laut tengah. Selama kekuasaan Romawi, seni Romawi disebarkan ke Eropa dan sekitar Laut Tengah. Selanjutnya kaisar Romawi yang berkuasa adalah kaisar Nero (54-68 SM), kaisar Nero terkenal sangat kejam dan membunuh para pemeluk agama kristen.

2) Sistem Kepercayaan

Dalam sistem kepercayaan, orang-orang Romawi menganut kepercayaan terhadap dewa-dewa. Hanya saja dewa-dewa di Romawi berbeda dengan di Yunani. Dewa-dewa yang dipercayai oleh orang-orang Romawi antara lain: jupiter (raja dewa-dewa); Yuno (dewi rumah tangga); Minerus (dewi pengetahuan); Venus (dewi kecantikan); Mars (dewa perang); Neptunus (dewa laut); Diana (dewi perburuan); dan Bacchus (dewa anggur).

3) Peninggalan Bangsa Romawi

Dalam bidang kebudayaan, terdapat percampuran dua unsur seni budaya, yaitu Romawi yang merupakan daerah kekuasaan Etruskia dan Seni Yunani. Pada hakikatnya, budaya ini bukan berasal dari rakyat biasa melainkan dari golongan bangsawan. Golongan seniman besar, seperti yang terdapat di Yunani, di Roma tidak ada. Justru bangsa Romawi yang mendatangkan seniman-seniman dari Yunani. Oleh karena itu, pengaruh Yunani di Romawi sangat kuat. Dengan begitu seni Romawi pada dasarnya adalah percampuran unsur-unsur budaya Etrustika dan Yunani yang kemudian menjadi seni budaya baru. Setiap kaisar yang berkuasa di Romawi selalu meninggalkan seni budaya berupa bangunan monumen. Kebiasaan yang dilakukan oleh kaisar-kaisar ini dilakukan sebagai


(55)

sarana untuk menunjukan jasanya kepasa negara. Maka sejak kaisar-kaisar ini berkuasa, banyak sekali didirikan bangunan besar dan megah dengan menggunakan bahan dari marmer.

Peninggalan seni bangunan Romawi pada masa kekaisaran ini sangat banyak. Bangunan-bangunan monumen tersebut antara lain:

1. Kuil Zeus yang didirikan di Olympia.

2. Kuil Jupiter Heliopalitanus di ba’albek (syria).

3. Pantheon merupakan sebuah kuil yang kemudian digunakan untuk gereja. 4. Mousoleum di Roma yang didirikan pada tahun 175 SM.

5. Teater di Pompeii, solona, dan Amperados. 6. Amphiteater.

7. Thermen.

8. Bangunan istana. 9. Gerbang kemenangan. 10. Tiang kemenangan.

Ketika penguasa Roma masih memusuhi para pengikut agama kristen, di Roma sendiri secara sembunyi-sembunyi berkembang seni Katamba.Seni Katakomba sendiri merupakan kuburan-kuburab bawah tanah. Kemudian dalam masyarakat Romawi pada masa Gothik ini selalu melakukan kebiasaan untuk berkumpul di ruangan terowongan dengan tujuan mengadakan kegiatan agama. Dari seringnya diadakan perkumpulan, kemudian berkembang kebiasaan masyarakat untuk menghiasai dinding dengan motif zaman kuno. Motif-motif klasik yang digambar dalam dinding-dinding terowongan ini kemudian tergeser oleh perkembangan motif-motif modern atau baru. Motif-motif yang baru ini biasanya berbentuk manusia dan binatang yang digambarkan secara simbolik untuk kepentingan agama kristen. Karya seni kristen awal ini antara lain lukisan-lukisan Kristus sebagai “gembala yang baik”. Pada umumnya yang mengembangkan seni Katakomba ini adalah bukan seniman. Bagi mereka yang


(56)

terpenting adalah dapat mengungkapkan arti dan ide melalui lukisan dan sebagai bakti mereka kepada agama kristen.

C. Penelitian yang relevan

Penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah :

1. Penelitian Endah Yunarni tentang “Optimalisasi Pembelajaran Sejarah Melalui Implementasi Model Kooperatif Tipe Gi (Group Investigation) Untuk Meningkatkan Kemampuan Berfikir Kritis Siswa Di SMA Negeri 2 Ngawi”. Program studi Pendidikan Sejarah, Pragram Pasca Sarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta. Dari hasil penelitian Endah Yunarni telah berhasil meningkatkan kemampuan berfikir kritis dari keadaan awal 6,25% meningkat pada siklus I menjadi 34,37% sedangkan pada siklus II meningkat menjadi 75%. serta meningkatkan prestasi belajar pada keadaan awal 46,88% meningkat pada siklus I menjadi 65,83% sedangkan pada siklus II meningkat menjadi 87,50%.37

2. Penelitian Lailatul. Tentang “Peningkatan Hasil Belajar IPS Materi Sejarah Melalui Pembelajaran Cooperative Group Investigation Siswa Kelas IV SDN

Tegalrejo Kab. Blitar”. Program studi Jurusan Kependidikan Sekolah Dasar dan Prasekolah Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Malang. Dari hasil penelitian Lailatul telah berhasil meningkatkan hasil belajar siswa dari keadaan awal 61,12%, pada siklus I prosentase hasil belajar siswa mengalami penurunan yaitu mencapai 57.76%, hal ini disebabkan siswa belum mengenal metode Group

Investigation yang sedang digunakan. Hasil belajar siswa mengalami peningkatan

37


(57)

pada siklus I pertemuan kedua yaitu mencapai 69.16%. Pada siklus II pertemuan pertama hasil belajar siswa meningkat secara signifikan hingga mencapai 72.92%. Sedangkan pada akhir siklus II pertemuan kedua hasil belajar siswa mencapai 77.60% dengan prosentase siswa yang berhasil dalam pembelajaran mencapai 93%.38

D.Kerangka Berfikir

Dengan model pembelajaran kooperatif type Group Investigation ini diharapkan bisa meningkatkan minatr dan prestasi belajar sejarah siswa. Dalam penelitian ini menggunakan kerangka berfikir sebagai berikut :

Gambar I Kerangka Berfikir

38

Karya-ilmiah.um.ac.id/index.pphp/KSDP/article/view/6763 diakses tanggal 19 juli 2014

Kondisi Awal

Guru dalam proses belajar mengajar menggunakan metode

konfensional

Minat dan prestasi belajar rendah

Tindakan

Guru menggunakan model pembelajaran kooperatif type Group Investigation

Siklus I Menggunakan model

pembelajaran kooperatif type Group

Investigation dalam

kelompok acak

Siklus II Menggunakan model

pembelajaran kooperatif type Group

Investigation dalam

kelompok yang sama Minat siswa semakin

meningkat dan prestasi belajar juga

meningkat

Kondisi Akhir


(58)

Dalam mengajar sejarah guru megajar secara konfensional sehingga hal ini menimbulkan adanya kebosanan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran dan berpengaruh pada minat siswa di dalam kelas yang cenderung sibuk dengan dirinya sendiri sehingga menimbulkan prestasi yang rendah.

Kurangnya minat siswa dalam mengikuti pembelajaran sejarah serta rendahnya prestasi siswa menjadi suatu masalah yang membutuhkan sebuah solusi. Maka dari itu solusi yang diberikan terhadap permasalahan tersebut adalah diterapkannya model pembelajaran yang mampu menarik minat siswa untuk belajar dan dapat meningkatkan prestasi siswa tersebut, maka dalam problematika ini model pembelajaran kooperatif type Group Investigation dipilih untuk di terapkan karena model pembelajaran kooperatif type Group Investigation dapat membuat suasana kelas lebih cair dan dapat merangsang minat siswa dalam mengikuti proses belajar sejarah.

Dengan penerapan model pembelajaran kooperatif type Group Investigation diharapkan dapat mendorong peningkatan minat siswa dan prestasi belajarnya, khususnya bagi siswa kelas XA SMA Pangudi Luhur Sedayu. Semakin tinggi minat siswa dalam mengikuti proses belajar mengajar di yakini akan menjadikan prestasi yang dicapai siswa semakin tinggi pula.


(59)

E. Hipotesis

Berdasarkan kajian teori dan model pembelajaran yang digunakan dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut :

1. Ada peningkatan minat belajar sejarah siswa setelah penerapan model pembelajaran kooperatif Grop Investigation

2. Ada peningkatan prestasi belajar sejarah siswa setelah penerapan model pembelajaran kooperatif Grop Investigation.


(60)

41

Bab III

Metode Penelitian

A.Jenis Penelitian

Penelitian yang akan di lakukan ini adalah jenis penelitian tindakan kelas. Penelitian tindakan kelas adalah bentuk inkuiri reflektif yang dilakukan secara kemitraan mengenai situasi social tertentu (termasuk pendidikan) untuk meningkatkan rasionalitas dan keadilan dari a) kegiatan praktek social atau pendidikan mereka, b) pemahaman mereka mengenai kegiatan-kegiatan praktek pendidikan ini, dan c) situasi yang memungkinkan terlaksananya kegiatan praktek ini

39

. Tujuan PTK dalam penelitian ini yaitu untuk melakukan pembaruan dalam pendidikan terutama dalam pembelajaran di kelas dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif type Group Investigation. Dengan demikian dapat memperbaiki kinerja sebagai guru, sehingga minat serta prestasi belajar siswa dapat meningkat. Penelitian Tindakan kelas ini dilaksanakan dengan model pembelajaran kooperatif type Group Investigation.

B.Setting Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian Tindakan Kelas ini dilakukan pada kelas XA SMA Pangudi Luhur Sedayu.

39

Rohchiati Wiriaatmaja,2010,Metode Penelitian Tindakan Kelas, Bandung : Remaja Rosdakarya, hlm 12.


(61)

2. Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada semester genap tahun pembelajaran 2013/2014. 3. Siklus

Dalam Penelitian Tindakan Kelas ini menggunakan 2 siklus : Siklus tersebut meliputi:

- Perencanaan - Pelaksanaan - Pengamatan - Refleksi

C.Subjek dan Objek Penelitian

1. Subjek Penelitian

Subyek dalam penelitian ini adalah siswa kelas XA SMA Pangudi Luhur Sedayu Tahun Ajaran 2014/2015. Dengan jumlah 30 siswa yang terdiri dari 13 siswa laki-laki dan 17 siswa perempuan dengan karakteristik yang sama.

2. Objek Penelitian

Obyek dari penelitian adalah minat,prestasi belajar siswa dan model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation dalam pembelajaran sejarah siswa kelas XA SMA Pangudi Luhur Sedayu pada materi peradaban Yunani Kuno dan Kerajaan Romawi.


(62)

D.Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan menggunakan model penelitian Kemmis dan McTaggart. Model yang dikemukakan oleh Kemmis dan McTaggart pada hakekatnya berupa perangkat-perangkat atau untaian-untaian dengan satu perangkat-perangkat terdiri dari empat komponen, yaitu : perencanaan, tindakan, pengamatan dan reflekasi. Keempat komponen tersebut dipandang dalam satu siklus40 yang di gambarkan seperti berikut :

Gambar II : Siklus PTK menurut Kemmis dan McTaggart41

E.Perumusan Variabel-variabel

1. Variabel bebas (independent variable)

Variabel bebas merupakan variabel yang tidak bergantung pada variabel lain akan tetapi menentukan variabel lain yang akan diteliti. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah : model pembelajaran kooperatif type Group Investigation.

40

Wijaya Kusumah & Dedi Dwitagama, 2011, Mengenal Penelitian Tindakan Kelas (Edisi Kedua), Jakarta, Indeks, hal. 21


(63)

2. Variabel terikat (dependent variable)

Variabel terikat merupakan faktor-taktor yang di observasi dan diukur untuk menentukan adanya pengaruh dari variabel bebas atau variabel yang ditentukan oleh variabel yang lain. Di sini yang menjadi varibel terikatnya adalah minat dengan indikator perasaan senang, ketertarikan siswa, perhatian, keterlibatan siswa dan prestasi belajar sejarah siswa dengan indikator ranah cipta (kognitif), ranah rasa (afektif), ranah karsa (psikomotor).

F. Sumber Data

Sumber data merupakan hal yang penting dalam sebuah PTK karena tanpa sumber data ini maka peneliti akan mengalami kendala dalam melakukan penelitian. Sumber data yang digunakan peneliti meliputi :

a. Siswa

Untuk mendapatkan hasil minat dan prestasi belajar siswa dalam kegiatan belajar mengajar yang berupa nilai.

b. Guru

Untuk melihat tingkat keberhasilan implementasi model pembelajaran tipe Group

Investigation dalam pembelajaran sejarah yang diukur melalui peningkatan minat

dan prestasi belajar siswa. Berupa hasil prestasi siswa sebelum penelitian. c. Dokumen

Berupa dokumen nilai siswa sebelum dilaksanakan penelitian serta foto-foto kegiatan belajar siswa saat mengikuti penelitian.


(64)

G.Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data adalah cara yang harus dilaksanakan dalam sebuah penelitian. Data penelitian adalah semua informasi yang diperlukan untuk memecahkan masalah penelitian. Sesuai jenis data yang dikumpulkan yaitu data kuantitatif dan kualitatif, pengumpulan data menggunakan kuesioner, tes, observasi dan dokumentasi.

1) Kuesioner

Pengumpulan data dengan menyebarkan dan mengumpulkan kuesioner yang telah di jawab oleh siswa.

2) Tes

Pengumpulan data dengan tes, dilakukan dengan tes pilihan ganda yang harus di kerjakan oleh siswa.

3) Observasi

Observasi dilakukan dengan mengumpulkan data tentang aktivitas siswa selama penelitian berlangsung.

4) Dokumentasi

Dokumentasi dilakukan dengan mengumpulkan data dalam bentuk foto selama proses belajar mengajar berlangsung serta data nilai ulangan harian siswa sebelum diterapkannya model pembelajaran type Group Investigation.

Dalam pengumpulan data ini, pengumpulan data minat siswa dikumpulkan dengan kuesioner, observasi dan Dokumentasi. Sedangkan untuk data prestasi siswa dikumpulkan dengan Tes, observasi, dan dokumentasi.


(1)

Jadwal Penelitian

No Kegiatan

Bulan

Maret April Mei Juni Juli-April

Mei Juni

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1 Persiapan

2 Observasi

3 Pelaksanaan Siklus 1

4 Pelaksanaan Siklus II

5 Pengolahan Data

6 Penyusunan Laporan

7 Keperluan Administrasi


(2)

Foto Kegiatan Penelitian Siklus I

Penyampaian materi yang

dilakukan oleh guru sebelum penerapan/ penggunaan model pembelajaran Group Investigation

Penerapan model pembelajaran Group Investigation pada siklus I

(siswa dibentuk ke dalam

kelompok diskusi untuk

menyelesaikan suatu

permasalahan)

Penerapan model pembelajaran Goup Investigation pada siklus I (siswa mempresentasikan hasil diskusinya)


(3)

Siklus II

Penyampaian materi yang

dilakukan oleh guru sebelum penerapan/ penggunaan model pembelajaran Group Investigation

Penerapan model pembelajaran Group Investigation pada siklus II

(siswa dibentuk ke dalam

kelompok diskusi untuk

menyelesaikan suatu

permasalahan)

Penerapan model pembelajaran Goup Investigation pada siklus II (siswa mempresentasikan hasil diskusinya)


(4)

(5)

(6)

Dokumen yang terkait

Penerapan pembelajaran kooperatif model group investigation untuk meningkatkan hasil belajar sosiologi SMA SIT Fajar Hidayah Kotawisata-Cibubur: penelitian tindakan di SMA Fajar Hidayah pada kelas X

0 6 75

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation (Gi) Untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Matematika Siswa Kelas V Sdit Bina Insani ( Penelitian Tindakan Kelas Pada Siswa Sdit Bina Insani Kelas V Semester Ii Serang-Banten )

0 3 184

PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION Peningkatan Prestasi Belajar Dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation Pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Siswa Kelas X Teknik Komputer Dan

0 0 17

Peningkatan prestasi belajar sejarah melalui model group investigation pada siswa kelas XI IPS 1 SMA Pangudi Luhur St. Louis IX Sedayu tahun ajaran 2013/2014.

0 1 165

Peningkatan minat belajar dan prestasi belajar IPS siswa kelas V SD Pangudi Luhur Sedayu melalui penerapan model kooperatif teknik Jigsaw II.

0 2 343

Peningkatan minat belajar dan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran PKn kelas II SD Pangudi Luhur Sedayu melalui metode mendongeng.

0 2 258

Peningkatan prestasi belajar sejarah melalui model group investigation pada siswa kelas XI IPS 1 SMA Pangudi Luhur St. Louis IX Sedayu tahun ajaran 2013 2014

0 2 163

Peningkatan minat belajar dan prestasi belajar IPS siswa kelas V SD Pangudi Luhur Sedayu melalui penerapan model kooperatif teknik Jigsaw II

0 2 341

Peningkatan keaktifan dan prestasi belajar sejarah melalui model pembelajaran kooperatif tipe Number Heads Together (NHT) pada siswa kelas X-D SMA Pangudi Luhur St. Louis IX Sedayu - USD Repository

0 0 257

Peningkatan minat belajar dan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran PKn kelas II SD Pangudi Luhur Sedayu melalui metode mendongeng - USD Repository

0 2 256