Penggunaan model Problem Based Learning (PBL) untuk meningkatkan hasil belajar materi sistem sirkulasi kelas XI IPA 1 SMA Pangudi Luhur St. Louis IX Sedayu.

(1)

i

PENGGUNAAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATERI SISTEM SIRKULASI

KELAS XI IPA 1 SMA PANGUDI LUHUR ST. LOUIS IX SEDAYU SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Biologi

Oleh: Efiskoputra

121434024

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA


(2)

(3)

SKRIPSI

PENGGUNAAN MOI}EL PROBLEM BASED LEARNING (PBL) UNTUK MENINGKATKAN

EASIL

BELAJAR MATERI SISTEM SIRKULASI

KELAS XI IPA

I SMA

PANGUDI LUHUR ST. TOUIS D( SEDAYU

Dipersiapkan dan ditulis oleh:

Efiskoputra

NIM: 121434024

Telah dipertahankan di depan Panitia Penguji Skripsi

Ketua

Sekretaris

Anggota Anggota Anggota

Pada tanggal: 24 Februari 2017 Dan dinyatakan telah memenuhi syarat

Susunan Panitia Penguj i

Nama Lengkap

: Dr. Marcellinus Andy Rudhito, S.Pd : Drs. Antonius Tri Priantoro, M.For.Sc

: Dra. Maslichah Asy'ari, M.Pd

: Yoanai Maria Lauda Feroniasanti, M.Si : Puspita Ratna Susilawati, M.Sc

Yogyakart4 24 Februari 2017

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma

ill


(4)

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

(Mintalah, maka akan diberikan kepadamu, carilah, maka kamu akan mendapat, ketoklah, maka pintu akan dibukakan bagimu. Mat 7:7)

Semua ini saya persembahkan Kepada

TUHAN YANG MAHA ESA yang telah

Menyertai dan melindungi hidup saya

hingga menyeselasaikan semuanya

Papah, Mamah, ketiga saudara saya (Nova,

Nemi, Jery), keluarga GKN Gloria serta

semua teman-teman dan orang-orang yang

terlibat dihidup saya.


(5)

PE,RNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini

tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya

ilmiah.

Yogyakarta, 24 F ebruari 20 1 7 Penulis

,1q

Efiskoputra


(6)

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI

ILMIAH

UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS Yang bertanda tangan dibawah ini, saya mahasiswa universitas Sanata

Dharma:

Nama :Efiskoputra

Nomor mahasiswa : 121434024

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan

keperpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang

berjudul:

PENGGUNAAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL) UNTUK MENINGKATKAN

HASIL

BELAJAR MATERI SISTEM SIRKULASI KELAS

XI IPA 1

SMA PANGUDI LUHUR ST. LOUIS TX SEDAYU

Dengan demikian saya memberikan kepada perpustakaan universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media

lain, mengelolanya dalam

bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya diinternet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun

loyal kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai

penulis.

Demikian pemyataan ini yang saya buat dengan sebenamya.

Dibuat di Yogyakarta,24 Februari 2017

VI

yatakan


(7)

vii

PENGGUNAAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATERI SISTEM SIRKULASI

KELAS XI IPA 1 SMA PANGUDI LUHUR St. LOUIS IX SEDAYU ABSTRAK

Efiskoputra

Universitas Sanata Dharma 2017

Hasil belajar siswa pada materi sistem sirkulasi kelas XI IPA 1 SMA Pangudi Luhur St. Louis IX Sedayu masih rendah. Hal tersebut diduga karena guru monoton menggunakan metode ceramah, sehingga penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan keaktifan siswa dan hasil belajar siswa dengan menerapkan model Problem Based Learning (PBL).

Jenis penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan memberikan tindakan dalam dua siklus pembelajaran yang masing-masing terdiri dari dua kali pertemuan. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2016. Subjek penelitiannya adalah 28 siswa kelas XI IPA 1 SMA Pangudi Luhur St. Louis IX Sedayu. Instrumen pengumpulan data yang digunakan adalah tes, lembar observasi, dan kuesioner. Data dianalisa secara kuantitatif dan kualitatif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan model PBL dapat meningkatkan hasil belajar kognitif siswa dimana rata-rata hasil belajar pada siklus I sebesar 64,76 dan pada siklus II sebesar 78,62. Model ini juga meningkatkan hasil belajar afektif siswa dimana pada siklus I 14,28% termasuk dalam kategori rendah dan 85,72% siswa termasuk dalam kategori sedang meningkat menjadi 57,15% siswa termasuk dalam kategori sedang dan 42,85% siswa termasuk dalam kategori tinggi. Walaupun hasil yang dicapai belum memenuhi target, model ini juga dapat meningkatkan keaktifan dalam diri siswa yaitu 60,03% siswa termasuk dalam kategori sedang. Kesimpulan dari penelitian ini adalah penerapan model Problem Based Learning (PBL) dapat meningkatkan hasil belajar kognitif siswa dan hasil belajar afektif siswa pada materi sirkulasi di kelas XI IPA 1 SMA Pangudi Luhur St. Louis IX Sedayu.

Kata kunci: problem based learning, hasil belajar kognitif, hasil belajar afektif, materi sirkulasi.


(8)

viii

THE USE OF PROBLEM BASED LEARNING (PBL) MODEL TO IMPROVE THE LEARNING RESULTS ON CIRCULATORY SYSTEM OF THE XI IPA

1 STUDENTS OF SMA PANGUDI LUHUR St. LOUIS IX SEDAYU

ABSTRACT

Efiskoputra

Universitas Sanata Dharma 2017

The learning results of the material about circulatory system of the XI IPA 1 students of SMA Pangudi Luhur St. Louis IX Sedayu are still very low. It is probably because of the teacher monotonously used lecturing method when

teaching. This study aims at improving the students’ participation and learning

results by implementing Problem Based Learning (PBL) model.

This study was categorized as Classroom Action Research (CAR) containing two cycles with two meetings for each cycle. This study was conducted in December 2016. The subjects were the 28 students of XI IPA 1 SMA Pangudi Luhur St. Louis IX Sedayu. The instruments for collecting the data were a test, an observation sheet, and questionnaires. The data was analyzed quantitatively and qualitative.

The result of the study demonstrate that the implementation of PBL model

improved the students’ cognitive learning, with the average score in cycle 1 was 64.76 and the average score in cycle 2 was 78.62. PBL model also increased the

students’ affective learning. In cycle 1, 14.28% of the students were categorized low and 85.15% were categorized moderate. After cycle 2, these numbers increased to 57.15% of moderate category and 42.85% of high category. Though the result achieved do not meet the target, PBL model improved the students’ participation as well, i.e. 60.03% of the students were in moderate category. Therefore, the conclusion of this study was PBL model could increase both cognitive and affective learning of the students of XI IPA 1 SMA Pangudi Luhur St. Louis IX Sedayu.

Key words: problem based learning, cognitive learning results, affective learning


(9)

ix

KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kasih dan karunia Tuhan yang maha Kuasa sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana pada program Pendidikan Biologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma. Judul yang diajukan adalah “Penggunaan Model Problem Based Learning (PBL) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Materi Sistem Sirkulasi Kelas XI IPA 1 SMA Pangudi Luhur St. Louis IX Sedayu”

Penulis menyampaikan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam penyelesaian penulisan skripsi:

1. Drs. Johanes Eka Priyatma, M.Sc., Ph.D, selaku rektor Universitas Sanata Dharma.

2. Rohandi, Ph.D, selaku dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan.

3. Dr. Marcellinus Andy Rudhito, S.Pd, selaku Kepala Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam.

4. Drs. Antonius Tri Priantoro M.For.Sc selaku Ketua Program Studi Pendidikan Biologi

5. Dra. Maslichah Asy’ari, M.Pd selaku dosen pembimbing penulisan skripsi yang selalu menyemangati peduli dan membimbing saya.

6. Bapak Margono, Ibu Amandae selaku orang tua saya, Nova Elfirana, Ericho dan Ericha selaku saudara kandung saya, yang selalu mendoakan, mendukung, menuntut dan memberi semangat kepada saya.

7. Seluruh dosen Pendidikan Biologi, yang telah mengajar dan membimbing selama saya menimba ilmu di Universitas Sanata Dharma.


(10)

8.

9.

10.

11.

Kael, Pery, Dani, Emi, Ichy,

Alfi, Agus,

darwis, Jane, Maya,

Justin, Seno, R"yrr, Endang, Adriana, Dinda, komunitas pejuang skripsi, LC miracle, keluarga GKN GLORIA dan pak

Markus,

yang

trada

henti-hentinya

membantu dan

menyemangati saya.

Para sahabat tercinta P.BIO 2012, terimakasih untuk semua

dukungan serta kerj as amany a.

Kepada Para guru dan siswa SMA Pangudi Luhur St. Louis IX Sedayu, Para Staf Universitas Sanata Darma,

Kepada semua pihak, semua orang dan instansi yang telah menjadi bagian dari perjalanan hidup saya,

Penulis menyadari

dari sempuma, untuk saran dan

kritik

yang skripsi.

bahwa dalam penulisan skripsi masih jauh

itu

penulis mengharapkan masukan serta bersifat membangun demi sempumanya

Yo gyakarl a, 24 F ebruari 20 1

l

Penulis


(11)

xi DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN KEASLIAN KARYA ... v

LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI ... vi

ABSTRAK ... vii

ABSTRACT ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. LATAR BELAKANG MASALAH ... 4

B. RUMUSAN MASALAH ... 4

C. BATASAN MASALAH ... 4

D. TUJUAN PENELITIAN ... 6

E. MANFAAT PENELITIAN ... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 8

A. HASIL BELAJAR ... 8

a). BELAJAR ... 8

b). PENGERTIAN HASIL BELAJAR ... 10

B. METODE PROBLEM BASED LEARNING ... 14

a). PENGERTIAN METODE PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING ... 14

b). KARAKTERISTIK DAN TAHAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING ... 16

c). LANGKAH-LANGKAH MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING ... 16

d). KELEBIHAN DAN KELEMAHAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING ... 18

C. MATERI BIOLOGI SISTEM SIRKULASI DARAH ... 20


(12)

xii

E. KERANGKA BERPIKIR ... 22

F. HIPOTESA ... 24

BAB III METODE PENELITIAN ... 26

A. JENIS PENELITIAN ... 26

B. SETTING PENELITIAN ... 26

C. VARIABEL PENELITIAN ... 27

D. RANCANGAN PENELITIAN ... 27

E. INSTRUMEN PENELITIAN ... 33

F. METODE PENGAMBILAN DATA ... 35

G. METODE ANALISIS DATA ... 35

H. INDIKATOR KEBERHASILAN PENELITIAN ... 40

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 41

A. PELAKSANAAN PENELITIAN ... 41

B. DESKRIPSI PENELITIAN ... 42

C. HASIL PENELITIAN ... 50

D. PEMBAHASAN ... 54

a). HASIL BELAJAR RANAH KOGNITIF ... 54

b). HASIL BELAJAR RANAH AFEKTIF ... 57

E. KENDALA DAN HAMBATAN PENELITIAN ... 60

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 62

A. KESIMPULAN ... 62

B. SARAN ... 63


(13)

xiii

DAFTAR TABEL

TABEL 3.1 NOMOR PERNYATAAN POSITIF DAN NEGATIF

KUESIONER ... 35

TABEL 3.2 METODE PENGUMPULAN DATA ... 35

TABEL 3.3 KRITERIA SKOR KETUNTASAN INDIVIDUAL ... 36

TABEL 3.4 PENETAPAN SKOR RANAH AFEKTIF ... 37

TABEL 3.5 KRITERIA HASIL PERSENTASE OBSERVASI ASPEK AFEKTIF ... 37

TABEL 3.6 PENSKORAN TIAP BUTIR KUESIONER ... 38

TABEL 3.7 PANDUAN PENSKORAN KUESIONER ... 39

TABEL 3.8 KRITERIA AKTIVITAS SISWA ... 39

TABEL 3.9 INDIKATOR KEBERHASILAN PENELITIAN ... 40

TABEL 4.1 DATA HASIL POSTTEST I ... 50

TABEL 4.2 DATA HASIL POSTTEST II ... 51

TABEL 4.3 HASIL BELAJAR AFEKTIF SIKLUS I ... 53

TABEL 4.4 HASIL BELAJAR AFEKTIF SIKLUS II ... 53


(14)

xiv

DAFTAR GAMBAR

GAMBAR 2.1KERANGKA BERPIKIR PENELITIAN ... 24

GAMBAR 3.1 ALUR PELAKSANAAN TINDAKAN KELAS ... 27

GAMBAR 4.1 KEGIATAN APERSEPSI PERTEMUAN I ... 43

GAMBAR 4.2 SISWA SEDANG BERDISKUSI ... 44

GAMBAR 4.3 KEGIATAN APERSEPSI PERTEMUAN II ... 45

GAMBAR 4.4 SISWA SEDANG MEMPRESENTASIKAN HASIL DISKUSI ... 46

GAMBAR 4.5 SISWA SEDANG MENGERJAKAN POSTTEST ... 49

GAMBAR 4.6 HASIL BELAJAR RANAH KOGNITIF ... 55


(15)

xv

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN 1 SILABUS ... 66

LAMPIRAN 2 RPP ... 69

LAMPIRAN 3 LEMBAR KERJA SISWA ... 83

LAMPIRAN 4 KISI-KISI SOAL ... 96

LAMPIRAN 5 SOAL ... 98

LAMPIRAN 6 KUNCI JAWABAN DAN PANDUAN SKORING ... 116

LAMPIRAN 7 NILAI POSTTEST I DAN POSTTEST II ... 122

LAMPIRAN 8 LEMBAR OBSERVASI ... 124

LAMPIRAN 9 LEMBAR KUESIONER ... 126

LAMPIRAN 10 HASIL OBSERVASI ... 128

LAMPIRAN 11 HASIL KUESIONER ... 130

LAMPIRAN 12 HASIL POSTTEST I NILAI TERTINGGI ... 131

LAMPIRAN 13 HASIL POSTTEST I NILAI TERENDAH ... 137

LAMPIRAN 14 HASIL POSTTEST II NILAI TERTINGGI ... 143

LAMPIRAN 15 HASIL POSTTEST II NILAI TERENDAH... 151

LAMPIRAN 16 HASIL LKS 1 ... 158

LAMPIRAN 17 HASIL LKS 2 ... 162

LAMPIRAN 18 HASIL LKS 3 ... 165

LAMPIRAN 19 HASIL LKS 4 ... 169

LAMPIRAN 20 LEMBAR OBSERVASI DARI OBSERVER ... 172

LAMPIRAN 21 LEMBAR KUESIONER DARI SISWA ... 184


(16)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Pendidikan merupakan suatu aspek penting dalam mengembangkan potensi dalam diri seseorang. Kegiatan belajar merupakan kegiatan berproses dan merupakan unsur yang penting dalam pendidikan. Dalam hal lain pembelajaran juga merupakan setiap usaha yang dilakukan dengan sengaja oleh pendidik yang dapat menyebabkan peserta didik melakukan kegiatan belajar (Sugihartono, dkk., 2007). Dalam hal ini, peserta didik akan mengalami suatu proses untuk memperoleh pengetahuan, meningkatkan keterampilan, memperbaiki perilaku, sikap, dan mengokohkan kepribadian.

Keberhasilan kegiatan belajar mengajar dipengaruhi oleh 2 faktor yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal merupakan faktor yang berasal dari dalam diri siswa, seperti motivasi, kemampuan, dan minat. Faktor eksternal merupakan faktor yang berasal dari luar diri siswa atau lingkungan, seperti metode, model dan strategi pembelajaran yang digunakan guru dalam proses belajar mengajar.

Dalam proses pembelajaran, guru memiliki peran yang sangat penting dalam menentukan kuantitas dan kualitas pengajaran yang dilaksanakannya. Guru harus memikirkan dan membuat perencanaan secara seksama dalam meningkatkan kesempatan belajar bagi siswanya dan memperbaiki kualitas mengajarnya (Raharjo, 2012). Pembelajaran yang baik adalah pembelajaran


(17)

yang dapat mengajak siswanya terlibat aktif dalam kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan. Seperti dikemukakan oleh Kemp dalam Wena (2009) bahwa perlu ada kegiatan belajar mengajar sebagai pendorong peserta didik untuk berpartisipasi aktif. Melalui keaktifan siswa dalam kegiatan pembelajaran, diharapkan hasil pembelajaran dapat meningkat dan kegiatan belajar lebih bermakna. Namun, dalam kenyataannya di sekolah saat ini, seringkali guru yang aktif sehingga siswa tidak diberi kesempatan untuk aktif (Raharjo, 2012).

Hasil observasi di kelas XI IPA 1 SMA Pangudi Luhur St. Louis IX Sedayu menunjukkan bahwa pembelajaran biologi menggunakan metode ceramah yang disertai dengan media power point serta tanya jawab. Dalam proses pembelajaran terlihat siswa kurang aktif dan hanya mendengarkan penjelasan dari guru. Sebagian besar siswa sibuk sendiri dan berbicara dengan teman sebangkunya ketika proses pembelajaran berlangsung. Siswa juga jarang bertanya dan menjawab ketika guru memberikan kesempatan untuk bertanya dan menjawab.

Dengan menggunakan metode pembelajaran yang biasa digunakan yaitu metode pembelajaran ceramah dimana membuat siswa kurang aktif sehingga juga berpengaruh pada hasil belajar siswa. Hal ini dapat dilihat dari hasil belajar pada tahun ajaran 2015/2016 khususnya materi sistem sirkulasi, rata-rata nilai hasil belajar siswa kelas XI IPA 1 SMA Pangudi Luhur St. Louis IX Sedayu hanya 64,57 atau masih dibawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) biologi di SMA Pangudi Luhur St. Louis IX Sedayu yaitu


(18)

78 dengan jumlah siswa yang tuntas belajar sebesar 11 siswa (39,28%) dan 17 siswa (60,72%) belum tuntas belajar. Dari rata-rata skor dan persentase pencapaian KKM yang diperoleh tersebut, hasil belajar yang diperoleh tentu masih rendah dari apa yang diharapkan.

Pembelajaran yang baik melibatkan siswa di dalam proses belajar mengajar. Selain itu untuk pelajaran biologi siswa sebaiknya lebih aktif dan kreatif. Hal lain juga metode dalam pengajaran biologi sebaiknya bervariasi agar materi yang disampaikan tidak membosankan. Saat guru menerangkan didepan kelas, siswa tidak memperhatikan dan guru tidak menegur siswa. Selain itu juga guru saat mengajar sistem sirkulasi menggunakan metode ceramah, sehingga membuat siswa bosan untuk mendengar. Anak-anak banyak yang melakukan aktivitasnya sendiri seperti tidur-tiduran, coret-coret di kertas, mengobrol dengan teman yang lain bukan tentang materi yang disampaikan sehingga tidak mendengarkan gurunya mengajar. Hal ini dikarenakan guru tidak menggunakan metode lain selain metode ceramah.

Penggunaan model Problem Based Learning (PBL) diharapkan dapat membuat pembelajaran biologi khususnya materi sistem sirkulasi mudah dipahami dan meningkatkan hasil belajar pada materi sistem sirkulasi kelas XI IPA 1 SMA Pangudi Luhur St. Louis IX Sedayu karena model Problem Based Learning (PBL) ini mendorong siswa untuk belajar tentang cara berpikir kritis, keterampilan dalam memecahkan masalah, memperoleh pengetahuan dan konsep yang esensial dari materi pelajaran, menumbuhkan inisiatif siswa dalam bekerjasama, serta dapat mengembangkan hubungan


(19)

interpersonal dalam bekerja kelompok. Selain itu model Problem Based Learning (PBL) diharapkan menjadi salah satu model pembelajaran yang dapat digunakan saat mengajar.

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:

“Apakah Penggunaan Model Problem Based Learning (PBL) dapat Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Materi Sistem Sirkulasi Kelas XI IPA 1 SMA Pangudi Luhur St. Louis IX Sedayu?”

C. BATASAN MASALAH

Batasan masalah dilakukan agar penelitian lebih terarah, terfokus, dan tidak menyimpang dari sasaran pokok penelitian, maka diadakan batasan masalah. Batasan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Hasil Belajar a. Kognitif

Hasil belajar kognitif merupakan hasil belajar yang mencakup kegiatan mental (otak). Aspek kognitif ini berorientasi pada kemampuan berfikir yang mencakup kemampuan intelektual yang lebih sederhana yaitu mengingat, sampai pada kemampuan memecahkan masalah yang menuntut siswa untuk menghubungkan


(20)

dan menggabungkan beberapa ide, gagasan, metode atau prosedur yang dipelajari untuk memecahkan masalah tersebut.

b. Afektif

Hasil belajar afektif berkaitan dengan sikap dan nilai. Ranah afektif mencakup watak perilaku seperti perasaan, minat, sikap, emosi, dan nilai. Pada penelitian ini yang akan dilihat yaitu sikap dan nilai.

2. Materi

Materi yang digunakan dalam penelitian ini yaitu dibatasi pada kompetensi dasar 3.6 yaitu struktur jaringan penyusun organ pada sistem sirkulasi dan mengaitkannya dengan bioprosesnya sehingga dapat menjelaskan mekanisme peredaran darah serta gangguan fungsi yang mungkin terjadi pada sistem sirkulasi manusia melalui studi literatur, pengamatan, percobaan, dan simulasi dan kompetensi dasar 4.6 yaitu Menyajikan hasil analisis tentang kelainan pada struktur dan fungsi darah, jantung dan pembuluh darah yang menyebabkan gangguan sistem peredaran darah manusia melalui berbagai bentuk media presentasi. 3. Subjek penelitian

Subjek penelitian ini adalah siswa - siswi kelas XI IPA 1 SMA Pangudi Luhur St. Louis IX Sedayu tahun ajaran 2016/2017 yang berjumlah 28 orang.


(21)

4. Objek penelitian

Objek penelitian ini adalah hasil belajar siswa ranah kognitif dan ranah afektif menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL).

D. TUJUAN PENELITIAN

Sesuai dengan rumusan masalah, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui adanya peningkatan hasil belajar siswa kelas XI IPA 1 SMA Pangudi Luhur St. Louis IX Sedayu pada mata pelajaran biologi sistem sirkulasi menggunakan model Problem Based Learning (PBL).

E. MANFAAT PENELITIAN

Manfaat dari penelitian tindakan kelas ini bagi guru, bagi siswa, bagi sekolah, bagi mahasiswa adalah berikut :

1. Bagi Pratikan adalah :

Diharapkan dapat menambah pengetahuan dan pengembangan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL)

2. Bagi Siswa adalah :

a. Membantu siswa untuk lebih mudah memahami materi biologi sistem sirkulasi.


(22)

3. Bagi Guru adalah :

Memberikan informasi terkait alternatif metode pembelajaran untuk meningkatkan prestasi siswa.


(23)

8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. HASIL BELAJAR a). Belajar

Belajar dapat didefinisikan sebagai suatu kegiatan atau usaha yang didasari untuk meningkatkan kualitas kemampuan atau tingkah laku dengan menguasai sejumlah pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap perubahan kualitas kemampuan tadi bersifat permanen. Belajar secara formal adalah usaha menyelesaikan program pendidikan di sekolah atau perguruan tinggi dengan bimbingan guru atau dosen serta belajar secara otodidak disebut juga selfstudy atau studi mandiri. Misalnya, dengan membaca berbagai buku ilmu pengetahuan, mengerjakan sesuatu, jika perlu bertanya kepada orang ahli, turut serta berdiskusi atau seminar, dan sebagainya (Fudyartanto dalam Prawira, 2014).

Belajar merupakan kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental dalam penyelenggaraan setiap jenis dan jejang pendidikan. Ini berarti, bahwa berhasil atau gagalnya pencapaian tujuan pendidikan itu amat bergantung pada proses belajar yang dialami siswa baik ketika ia berada di sekolah maupun di lingkungan rumah atau keluarganya sendiri.

Prinsip – prinsip belajar menurut Uno (2012) antara lain: 1) Stimulus belajar


(24)

Stimulus belajar hendaknya benar – benar mengkomunikasikan informasi atau pesan yang hendak disampaikan kepada siswa melalui cara mengulang atau pengulangan dan menyebutkan kembali pesan oleh guru

2) Perhatian dan motivasi

Beberapa cara untuk menumbuhkan perhatian dan motivasi siswa yaitu, menggunakan cara belajar yang bervariasi, mengadakan pengulangan informasi, memberikan kesempatan bagi siswa untuk menyampaikan pendapatnya, menyediakan media dan alat bantu yang menarik perhatian siswa

3) Respon yang dipelajari

Respon siswa terhadap stimulus guru berupa perhatian, serta partisipasi dan minat siswa saat mengikuti kegiatan belajar.

4) Penguatan

Sumber penguatan belajar siswa dapat berasal dari dalam, luar diri siswa. Dari dalam diri siswa apabila respon yang dilakukan oleh siswa betul – betul memuaskan dirinya dan sesuai kebutuhan, dari luar siswa yaitu dengan memberikan hadiah dan nilai.

Dari beberapa pengertian belajar di atas maka dapat disimpulkan bahwa belajar dilakukan oleh masing-masing individu. Pada siswa belajar merupakan suatu aktivitas mental atau psikis yang berlangsung dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, ketrampilan, nilai dan sikap yang difasilitatori oleh guru.


(25)

b). Pengertian Hasil Belajar

Hasil belajar merupakan bagian terpenting dalam pembelajaran. Sudjana (2009) mendefinisikan hasil belajar siswa pada hakikatnya adalah perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar dalam pengertian yang lebih luas mencakup bidang kognitif, afektif, dan psikomotorik. Dimyati dan Mudjiono (2006) juga menyebutkan hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Dari sisi guru, tindak mengajar diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan berakhirnya pengajaran dari puncak proses belajar.

Menurut Anni (2004) faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar terbagi menjadi 2 yaitu faktor internal dan faktor eksternal. 1. Faktor internal, yang mencakup aspek fisik, misalnya kesehatan

organ tubuh, aspek psikis, misalnya intelektual, emosional, motivasi, dan aspek sosial, misalnya kemampuan bersosialisasi dengan lingkungan.

2. Faktor eksternal, misalnya variasi dan derajat kesulitan materi yang dipelajari, tempat belajar, iklim, suasana lingkungan, budaya belajar masyarakat dan sebagainya.

Hasil belajar yang dilakukan oleh Bloom pada tahun 1956 yang diperbaharui oleh Anderson dan Krathwohl pada tahun 2001 yaitu kognitif, afektif, dan psikomotorik (Majid, 2014). Menurut revisi Taksonomi Bloom aspek kognitif terdiri atas enam bagian yaitu :


(26)

1. Kognitif a) Mengingat

Yang dimaksud dengan mengingar ialah tingkat kemampuan yang hanya meminta responden untuk mengetahui atau mengenal konsep, fakta dan istilah. Mengingat berarti mengurutkan, menjelaskan, mengidentifikasi, menamai, menempatkan, mengulangi dan menemukan kembali.

b) Memahami

Yang dimaksud dengan memahami ialah kemampuan yang mengharapkan responden mampu memahami arti atau konsep, situasi dan fakta yang diketahuinya. Memahami berarti menafsirkan, meringkas, mengklasifikasikan, membandingkan, menjelaskan dan membeberkan

c) Menerapkan

Yang dimaksud dengan penerapan ialah kemampuan yang mengharapkan responden dituntut untuk menerapkan atau menggunakan apa yang telah diketahuinya dalam situasi yang baru baginya; dapat berupa ide, teori atau petunjuk teknis. Menerapkan berarti melaksanakan, menggunakan, menjalankan, melakukan, mempraktekan, memilih menyusun, memulai dan menyelesaikan

d) Menganalisis

Yang dimaksud dengan analisis ialah kemampuan yang mampu menguraikan suatu situasi tertentu ke dalam komponen atau


(27)

unsur pembentukannya. Dapat berupa kemampuan untuk menguraikan, membandingkan, mengorganisir, menyusun ulang, mengubah struktur dan banyak hal.

e) Mengevaluasi

Yang dimaksud dengan evaluasi adalah responden diminta untuk membuat suatu penilaian tentang suatu pernyataan, konsep, situasi berdasarkan suatu kriteria tertentu kegiatan penilaian dapat dilihat dari segi tujuannya, dan gagasannya. Berupa menyusun hipotesis, mengkritik, memprediksi, menilai, menguji dan sebagainya

f) Berkreasi

Berkreasi artinya merancang, membangun, merencanakan, memproduksi, menemukan, membaharui, menyempurnakan, memperkuat, memperindah dan mengubahnya.

2. Afektif

Aspek afektif terdiri atas lima aspek yang mencakup yaitu sebagai berikut :

a) Sikap

Stimulasi yaitu semacam kepekaan dalam menerima rangsang dari luar yang datang dalam bentuk masalah, situasi dan gejala, dalam tipe ini termasuk kesadaran, keinginan untuk menerima stimulasi kontrol dan seleksi gejala rangsangan dari luar.


(28)

b) Jawaban

Jawaban yaitu reaksi yang diberikan oleh seseorang terhadap stimulasi yang datang dari luar. Hal ini mencakup ketepatan reaksi, perasaan, kepuasan dalam menjawab rangsang dari luar kepada dirinya.

c) Nilai

Nilai merupakan suatu keyakinan tentang perbuatan, tindakan, atau perilaku yang dianggap baik dan dianggap buruk. Nilai mengacu kepada keyakinan. Target nilai cenderung menjadi ide, target nilai dapat juga berupa sesuatu seperti sikap dan perilaku. Arah nilai dapat positif dan dapat negatif.

d) Organisasi

Organisasi yakni pengembangan dari nilai ke dalam satu sistem organisasi, termasuk hubungan satu nilai dengan nilai lain, pemantapan dan prioritas nilai.

e) Karakteristik

Karakteristik yakni keterpaduan semua sistem nilai yang dimiliki seseorang yang mempengaruhi pola kepribadian dan tingkah lakunya.

Dalam penelitian ini, ranah afektif yang ingin dinilai yaitu stimulasi, nilai, dan organisasi.


(29)

3. Psikomotor

Hasil belajar psikomotorik tampak dalam bentuk keterampilan (skill) dan kemampuan bertindak individu maupun kelompok. Ada enam aspek tingkatan yaitu sebagai berikut.

a) Gerakan reflek (keterampilan pada gerakan yang tidak sadar). b) Keterampilan pada gerakan dasar.

c) Kemampuan perseptual, termasuk di dalamnya membedakan visual, membedakan auditory dan motoris.

d) Kemampuan di bidang fisik misalnya kekuatan, keharmonisan, dan ketepatan.

e) Gerakan skill mulai dari keterampilan sederhana sampai yang kompleks.

f) Kemampuan yang berkenaan dengan komunikasi non discursive seperti gerakan ekspresif dan interpretatif.

Pembelajaran yang menarik membuat hasil belajar meningkat. Artinya guru diharapkan mampu menyediakan situasi atau suasana agar pembelajaran berjalan dengan baik. Selain itu guru menyediakan metode dan materi yang menarik agar siswa menerimanya dengan maksimal.

B. MODEL PROBLEM BASED LEARNING

a). Pengertian Model Pembelajaran Problem Based Learning

Menurut Barrows dalam Amir (2010), Problem Based Learning seperti kurikulum dan proses, dimana dalam kurikulum dirancang


(30)

masalah-masalah yang menuntut siswa mendapatkan pengetahuan yang penting, membuat siswa mahir dalam menyelesaikan masalah, dan memiliki strategi belajar sendiri serta memiliki kecakapan berpartisipasi dalam tim. Proses pembelajaran menggunakan pendekatan yang sistematis untuk memecahkan masalah.

Problem Based Learning adalah metode instruksional yang menantang siswa agar belajar bekerja sama dalam kelompok untuk mencari solusi bagi masalah yang nyata (Dutch dalam Amir 2010). Pembelajaran menggunakan model Problem Based Learning mengajarkan siswa untuk berpikir kritis dan menggunakan sumber pembelajaran yang sesuai dalam memecahkan masalah. Ibrahim dalam Rusman (2011) mengemukakan bahwa Problem Based Learning atau Pembelajaran Berbasis Masalah merupakan salah satu model pembelajaran yang digunakan untuk merangsang berpikir tingkat tinggi siswa dalam situasi yang berorientasi pada masalah dunia nyata.

Lane (2007) mengatakan “In other words, the emphasis of a PBL plan is not on what to teach but how to provide an environment to engage students in learning, to create the student initiative to learn, to assist students in identifying learning issues, and to support the learning process”, dengan kata lain inti dari model Problem Based Learning (PBL) bukanlah pada apa yang harus diajarkan tetapi bagaimana menciptakan lingkungan untuk melibatkan siswa dalam pembelajaran, untuk menciptakan siswa yang memiliki inisiatif belajar,


(31)

untuk membantu siswa dalam mengidentifikasi masalah pembelajaran, dan untuk mendukung proses pembelajaran.

b). Karakteristik dan Tahapan Model Pembelajaran Problem Based

Learning

Menurut Savoie dan Hughes dalam Wena (2011) model Problem Based Learning atau pembelajaran berbasis masalah memiliki karakteristik antara lain :

a. Belajar dimulai dari permasalahan.

b. Permasalahan yang diberikan harus berhubungan dengan dunia nyata siswa.

c. Mengorganisasikan pembelajaran di seputar permasalahan, bukan di seputar disiplin ilmu.

d. Memberikan tanggung jawab yang besar dalam membentuk dan menjalankan langsung proses belajar mereka sendiri.

e. Menggunakan kelompok kecil.

f. Menuntut siswa untuk mendonstrasikan apa yang telah dipelajarinya dalam bentuk produk dan kinerja.

c). Langkah-langkah Model Pembelajaran Problem Based Learning Menurut Forgaty dalam Wena (2011) langkah-langkah Problem Based Learning atau pembelajaran berbasis masalah antara lain :

a. Merumuskan masalah. b. Mendefinisikan masalah.


(32)

c. Mengumpulkan fakta. d. Menyusun hipotesis. e. Melakukan penyelidikan.

f. Menyempurnakan permasalahan yang telah didefenisikan. g. Menyimpulkan alternatif pemecahan secara kolaboratif. h. Melakukan pengujian hasil (solusi) pemecah masalah.

Pembelajaran dengan menerapkan model Problem Based Learning menurut Rusmono (2012) terdiri dari tiga langkah utama yaitu kegiatan pendahuluan, penyajian, dan penutup.

Langkah pertama dalam model Problem Based Learning yaitu pendahuluan. Terdapat tiga fase kegiatan yang harus dilakukan pada tahap ini, yaitu: (1) pemberian motivasi oleh guru kepada siswa; (2) pembagian kelompok yang heterogen; dan (3) penyampaian tujuan pembelajaran oleh guru.

Langkah kedua dalam pelaksanaan model Problem Based Learning adalah penyajian. Terdapat lima fase kegiatan pada tahap ini, yaitu: (1) mengorientasikan siswa kepada masalah; (2) mengorganisasikan siswa untuk belajar; (3) membantu penyelidikan mandiri dan kelompok; (4) mengembangkan dan mempresentasikan hasil karya dan pameran; dan (5) menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah.

Langkah terakhir pada pelaksanaan model Problem Based Learning adalah kegiatan penutup. Pada tahap ini kegiatan yang harus dilakukan adalah merangkum materi yang telah dipelajari dan


(33)

melaksanakan tes serta pemberian pekerjaan rumah. Dalam hal ini, pembelajaran kegiatan awal sangat penting sekali dalam proses pembelajaran sehingga penelitian ini menggunakan langkah-langkah pembelajaran dengan menerapkan model Problem Based Learning menurut Rusmono (2012).

d). Kelebihan dan Kelemahan Model pembelajaran Problem Based

Learning (PBL)

Menurut Aminandar dalam Kurniawan (2014) model pembelajaran Problem Based Learning memiliki kelebihan dan kelemahan antara lain :

a. Kelebihan model pembelajaran Problem Based Learning: 1. Realitas dengan kehidupan nyata siswa

Masalah-masalah yang disajikan di dalam pembelajaran berkaitan dengan hal-hal yang yang ditemukan dalam kehidupannya sehari-hari sehingga membuat siswa lebih tertarik untuk mengetahui lebih dalam lagi.

2. Konsep sesuai dengan kebutuhan siswa

Guru dapat membuat konsep pembelajaran dengan model ini sesuai dengan apa yang dibutuhkan siswa sehingga tujuan-tujuan pembelajaran bisa tercapai.

3. Memupuk sifat inkuiri siswa

Dalam proses pembelajaran, siswa dituntut untuk lebih aktif dalam proses pembelajaran. Siswa harus mencari tahu,


(34)

mengumpulkan informasi, mencari penjelasan dan solusi sehingga pembelajaran yang inkuiri dapat terlaksana.

4. Retensi konsep menjadi kuat

Siswa bukan hanya sekedar tahu dan menghafal materi, tetapi dengan model ini siswa akan lebih memahami konsep materi dari permasalahan-permasalahan yang diberikan.

5. Memupuk kemampuan problem solving

Dengan model ini, siswa dituntut untuk menganalisis masalah, mencari tahu, dan mencari solusi akan permasalah yang diberikan sehingga melatih kemampuan problem solving siswa.

b. Kelemahan model pembelajaran Problem Based Learning:

1. Membutuhkan persiapan pembelajaran (alat, problem, konsep) yang kompleks.

2. Sulitnya mencari masalah yang relevan. 3. Sering terjadi perbedaaan pemahaman konsep

4. Memerlukan waktu yang cukup lama dalam proses penyelidikan.

Dari kelemahan tersebut dapat dipahami bahwa dalam penggunaan pembelajaran berbasis masalah membutuhkan masalah yang relevan dan dapat dipahami oleh siswa agar tidak terjadi perbedaan pemahaman konsep dalam memecahkan masalah. Kelemahan-kelemahan tersebut dapat diminimalisir dengan mencari


(35)

dukungan dari sekolah terkait permasalahan-permasalahan yang akan diselesaikan siswa berdasarkan cakupan materi seperti penyediaan alat pembelajaran. Peneliti juga lebih banyak membaca jurnal penelitian sehingga saat terjadi perbedaan pemahaman konsep, guru bisa meluruskan hal tersebut dengan alasan-alasan yang dapat dipertanggungjawabkan.

C. MATERI BIOLOGI SISTEM SIRKULASI DARAH

Pembelajaran ini didasarkan pada Kompetensi Dasar 3.4 adalah struktur jaringan penyusun organ pada sistem sirkulasi dan mengaitkannya dengan bioprosesnya sehingga dapat menjelaskan mekanisme peredaran darah serta gangguan fungsi yang mungkin terjadi pada sistem sirkulasi manusia melalui studi literatur, pengamatan, percobaan, dan simulasi dan kompetensi dasar 4.6 yaitu Menyajikan hasil analisis tentang kelainan pada struktur dan fungsi darah, jantung dan pembuluh darah yang menyebabkan gangguan sistem peredaran darah manusia melalui berbagi bentuk media presentasi. Dalam penelitian ini siswa akan mengetahui dan mengerti sistem sirkulasi pada manusia dan sistem sirkulasi pada hewan. Secara garis besar materi yang dipelajari adalah menjelaskan tentang komponen sistem sirkulasi, mekanisme sistem sirkulasi, dan kelainan dan gangguan pada sistem sirkulasi dan perbedaan sistem sirkulasi pada hewan.


(36)

D. HASIL PENELITIAN YANG RELEVAN

Sebagai acuan dalam pembuatan penelitian ini maka peneliti menggunakan beberapa hasil penelitian yang relevan sebagai berikut :

1. Penerapan Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) Dengan Pendekatan Jelajah Alam Sekitar (JAS) Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis dan Hasil Belajar Siswa Kelas VII SMP Xaverius 3 Bandar Lampung pada Materi Interaksi Makhluk Hidup dengan Lingkungannya (Kurniawan, 2014). Hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa penerapan Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) dengan pendekatan Jelajah Alam Sekitar (JAS) dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan hasil belajar siswa kelas VII SMP Xaverius 3 Bandar Lampung dan terdapat korelasi antara kemampuan berpikir kritis dan hasil belajar siswa. Hal ini dilihat dari siklus I kemampuan berpikir kritis siswa berdasarkan observasi dan anlisis LKS sebesar 60,76% meningkat pada siklus II mencapai 81,88%. Nilai rata – rata hasil belajar kognitif siswa pada siklus I sebesar 58% meningkat pada siklus II mencapai 81%. Hasil belajar afektif pada siswa pada siklus I sebesar 61,53% dan meningkat pada siklus II mencapai 84,16%. Hasil belajar psikomotor siswa pada siklus I sebesar 61,53% meningkat pada siklus II mencapai 80,76%.

2. Penelitian Tindakan Kelas oleh Rahayu (2011) yang berjudul

“Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa dengan Penerapan


(37)

Pencemaran Lingkungan dan Cara Menanggulanginya di kelas VII B

SMP Negeri 1 Prambanan Klaten Tahun Ajaran 2010/2011”

menyimpulkan bahwa pelaksanan model pembelajaran PBL paling efektif meningkatkan kemampuan berpikir kritis peserta didik kelas VII B SMP Negeri 1 Prrambanan Klaten pada siklus II. Hal ini dapat dilihat dari peningkatan nilai rata-rata posttest pada setiap siklusnya, siklus I rata-rata posttest 71,28 meningkat menjadi 76,16 pada siklus II dengan indikator keberhasilan sebesar 92,30%.

E. KERANGKA BERPIKIR

Proses pembelajaran akan lebih aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan jika guru secara cerdas dapat menggunakan apersepsi (pengalaman atau bahan ajar baru dikaitkan dengan bahan ajar yang lalu atau pengalaman lama yang telah dimiliki peserta didik). Berdasarkan hal tersebut pemilihan model pembelajaran dengan menerapkan model Problem Based Learning diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

Hasil observasi menunjukkan bahwa hasil belajar dari siswa kelas XI IPA 1 masih rendah. Rendahnya hasil belajar dikarenakan guru masih menggunakan metode ceramah dalam proses pembelajarannya. Guru memberi pelajaran dengan metode ceramah di depan kelas, siswa justru bermain sendiri dengan teman sebangkunya tanpa memperdulikan dan memperhatikan penjelasan dari guru.

Untuk mengatasi permasalahan ini, maka perlu diterapkan model pembelajaran yang dapat meningkatkan hasil belajar. Salah satu model


(38)

pembelajaran yang dapat digunakan adalah Problem Based Learning. Model ini akan membuat siswa lebih aktif dalam proses belajar mengajar di kelas karena dengan model ini menuntut siswa untuk mencari tahu, mengembangkan, dan mempresentasikan hasil diskusi.

Berdasarkan penelitian yang sudah dilakukan oleh Rahayu (2011) penerapan pembelajaran model Problem Based Learning memberikan dampak yang positif terhadap peningkatan hasil belajar siswa. Oleh karena itu peneliti akan menerapkannya kepada siswa kelas XI IPA 1 pada materi sistem sirkulasi. Dalam hal ini, peneliti akan menerapkan model Problem Based Learning diukur berdasarkan pada hasil belajar yaitu aspek afektif dan aspek kognitif. Model pembelajaran diharapkan dapat meningkatkan pemahaman siswa tentang materi sistem sirkulasi.


(39)

Berdasarkan kerangka pemikiran tersebut, dapat dituangkan dalam bagan sebagai berikut :

Gambar 2.1. Kerangka Berpikir Penelitian

F. HIPOTESA

Berdasarkan kajian pustaka dan kerangka berpikir yang ada, maka dirumuskan hipotesis dalam penelitian ini yaitu "Penggunaan model Problem

Kondisi Awal

Penelitian Relevan

1. Siswa bosan dan malas belajar

2. Metode pembelajaran yang monoton yaitu guru menggunakan metode ceramah

3. Siswa tidak terlibat aktif dalam pembelajaran

4. Hasil belajar yang rendah

PBL dapat meningkatkan: 1. Motivasi belajar siswa 2. Hasil belajar siswa 3. Berpikir kritis siswa

Tindakan

Penggunaan model Problem Based Learning (PBL) pada materi sistem sirkulasi yaitu sistem sirkulasi pada manusia dan sistem sirkulasi pada hewan

Kondisi


(40)

Based Learning dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas XI IPA 1 SMA Pangudi Luhur St. Louis IX Sedayu tahun ajaran 2016/2017 pada materi biologi sistem sirkulasi”


(41)

26 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah suatu pencermatan terhadap kegiatan yang sengaja dimunculkan, dan terjadi dalam sebuah kelas (Aqib, 2006). Jenis penelitian ini digunakan atau ditujukan untuk memperbaiki dan meningkatkan praktek pembelajaran di kelas secara berkesinambungan.

B. Setting Penelitian

1. Waktu dan Tempat Penelitian

a) Waktu penelitian : 3 Desember – 10 Desember 2016

b) Tempat penelitian : SMA Pangudi Luhur St. Louis IX Sedayu 2. Subyek Penelitian

c) Subyek yang teliti dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA 1 SMA Pangudi Luhur St. Louis IX Sedayu pada semester I (ganjil) dengan jumlah siswa adalah 28 siswa

3. Obyek Penelitian

a) Obyek penelitian ini adalah Hasil Belajar siswa kelas XI IPA 1 SMA Pangudi Luhur St. Louis IX Sedayu pada pokok bahasan Sistem Sirkulasi.


(42)

C. Variabel Penelitian

Variabel dalam penelitian tindakan kelas ini adalah sebagai berikut. 1. Variabel bebas : Model Problem Based Learning

2. Variabel terikat : Hasil belajar (ranah kognitif dan afektif) siswa- siswi kelas XI IPA 1

D. Rancangan Penelitian

Penelitian ini menggunakan model penelitian tindakan kelas Kemmis dan Mc Taggart, setiap siklus penelitian meliputi beberapa tahapan berulang meliputi tahap-tahap: Perencanaan (planning), Pelaksanaan (acting), Pemantauan (observasing), Refleksi (reflecting). Hasil refleksi digunakan untuk mengetahui tingkat perubahan yang terjadi dan tingkat pencapaian indikator-indokator yang telah ditetapkan. Desain PTK Model Kemmis dan Mc Taggart disajikan dalam gambar 3.1.

Gambar 3.1 : Alur pelaksanaan tindakan kelas


(43)

Penelitian ini didesain dengan melakukan proses pembelajaran yang dibagi menjadi 2 siklus penelitian. Penjabaran rangkain kegiatan dilakukan selama proses penelitian adalah sebagai berikut:

1. Siklus I

Rancangan kegiatan yang dilakukan pada siklus I dilaksanakan dalam 2 kali pertemuan masing-masing pertemuan 2 x 45 menit, terdiri dari beberapa tahapan, adapun tahapan kegiatan yang dilaksanakan adalah sebagai berikut:

a. Perencanaan (Planning)

Rencana tindakan siklus I adalah sebagai berikut:

1) Menyusun perangkat pembelajaran yang meliputi silabus, RPP dan LKS yang digunakan pada saat melakukan penelitian. 2) Mempersiapkan materi pembelajaran yang diajarkan. 3) Membuat instrument pengumpulan data, yaitu:

a) Membuat soal evaluasi (tes awal/pretest dan tes akhir/posttest) untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa secara kognitif.

b) Membuat lembar observasi untuk mengetahui perkembangan hasil belajar siswa secara afektif di dalam kelompok menggunakan model pembelajarn Problem Based Learning.


(44)

b. Pelaksanaan (Acting)

a) Tahap pelaksanaan (Acting)

1) Siswa mengerjakan soal pretest sebagai data mengenai kemampuan awal siswa.

2) Guru menjelaskan secara singkat proses pembelajaran yang akan dilakukan dengan menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning.

3) Guru memberikan pengenalan materi terlebih dahulu mengenai materi sistem sirkulasi yang akan dipelajari dengan bertanya kepada siswa dan menyampaikan tujuan pembelajran. Kegiatan ini dimaksudkan untuk memotivasi dan mengaktifkan siswa agar lebih siap dalam menerima pelajaran.

4) Guru mengorientasikan siswa kepada masalah, masalah yang diberikan mencangkup materi. Materi pada siklus I ini dikhususkan pada komponen sistem sirkulasi.

5) Guru mengorganisasikan siswa untuk belajar dan masuk ke dalam kelompok yang telah ditentukan. Kelompok ini berdasarkan karakteristik kemampuan siswa yang heterogen. Setiap kelompok beranggotakan 4 siswa serta memberikan LKS.

6) Guru memantau kinerja siswa secara mandiri maupun kelompok.


(45)

7) Setelah selesai diskusi siswa diminta untuk mempresentasikan di depan kelas.

8) Guru merangkum haasil pembelajaran yang telah dipelajari. 9) Siswa mengerjakan posttest diakhir di setiap siklus.

c. Pemantauan (Observing)

Pada tahap observasi, guru pelaksana tindakan dibantu oleh 3 orang observer yang terdiri dari 2 teman mahasiswa dan 1 guru pamong untuk menilai beberapa aspek yang diamati dalam lembar observasi. Observer diminta bantuannya oleh guru pelaksana tindakan untuk masuk ke dalam kelompok bermain.

d. Evaluasi

Evaluasi berupa posttest. Semua tahap-tahap di atas digunakan sebagai bahan analisis dan refleksi terhadap tindakan yang sudah dilakukan dan sebagai dasar penyusunan rencana tindakan selanjutnya.

e. Refleksi (Reflecting)

Pada tahap ini, hasil yang telah diperoleh selama pembelajaran baik berupa hasil tes maupun pengamatan yang dilakukan oleh observer dianalisis dan didiskusikan dengan guru pamong dan peneliti kemudian diidentifikasi kelemahan serta kelebihan selama kegiatan belajar mengajar berlangsung dan apa saja yang belum tercapai pada siklus I. hasil analisis tersebut kemudian digunakan untuk memperbaiki kekurangan yang ada


(46)

dengan memperbaharui pembelajaran dengan dilaksanakannya siklus II.

2. Siklus II

Pada tahapan siklus II secara umum sama halnya dengan kegiatan yang dilakukan pada siklus I.

a. Perencanaan (Planning)

1) Identifikasi masalah dan perumusan masalah berdasarkan hasil dan refleksi pada siklus I.

2) Peneliti dan guru menggali data hasil refleksi siklus I mengenai karakteristik siswa untuk memetakan kembali kelompok baru.

3) Kelompok baru beranggotakan 4 siswa. Kelompok ini dibentuk oleh peneliti berdasarkan hasil evaluasi siklus I. 4) Menyiapkan seluruh instrumen pembelajaran dan instrumen

pengumpulan data. b. Pelaksanaan (Acting)

1) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran.

2) Guru mengorientasi siswa kepada masalah, masalah yang diberikan mencangkup materi. Materi pada siklus II ini dikhususkan pada mekanisme sistem sirkulasi, kelainan dan gangguan sistem sirkulasi serta sistem sirkulasi hewan.


(47)

3) Guru mengajak siswa masuk ke dalam kelompok yang telah ditentukan. Penentuan kelompok pada siklus II ditentukan dengan hasil posttest siklus I yaitu pemerataan seperti nilai yang baik disatukan dengan nilai yang kurang baik agar hasil dalam pengerjaan lembar kerja maksimal. Setiap kelompok beranggotakan 4 siswa serta memberikan LKS.

4) Guru memantau kinerja siswa secara mandiri maupun kelompok.

5) Setelah selesai diskusi siswa diminta untuk mempresentasikan di depan kelas.

6) Guru merangkum hasil pembelajaran yang telah dipelajari. 7) Siswa mengerjakan posttest diakhir di setiap siklus. c. Pemantauan (Observing)

Tahap observasi siklus II, secara operasional masih sama seperti pada siklus I. Pada tahap ini observer tetap akan bergabung kedalam kelompok untuk mengetahui pencapaian hasil belajar ranah afektif.

d. Evaluasi

Evaluasi berupa posttest. Semua tahap-tahap di atas digunakan sebagai bahan analisis dan refleksi terhadap tindakan yang sudah dilakukan.


(48)

E. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan ada 2 macam, yaitu instrumen pembelajaran dan instrumen pengumpulan data penelitian adalah sebagai berikut.

1. Instrumen Pembelajaran

Instrumen pembelajaran berupa silabus (lampiran 1) dan rencana pelaksanaan pembelajaran (lampiran 2) untuk siklus I dan siklus II serta Lembar Kerja Siswa (lampiran 16-19) untuk siklus I dan siklus II.

2. Instrumen Pengumpulan Data Penelitian

Instrumen pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian tindakan kelas ini berupa tes dan non-tes.

a. Tes

Tes yang digunakan berupa tes akhir (posttest). Tes ini merupakan alat ukur hasil belajar siswa dalam ranah kognitif. Posttest digunakan untuk mengukur pengetahuan siswa mengenai materi yang telah diajarkan. Pada penelitian tindakan kelas kali ini terdapat 2 siklus sehingga menggunakan 2 kali posttest dan diberikan pada akhir siklus yaitu pertemuan kedua. Posttest I dan posttest II siswa diberikan soal sebanyak 20 soal pilihan ganda dan 5 uraian.

b. Non-tes 1) Observasi

Observasi merupakan salah satu instrumen pengumpulan data yang digunakan untuk mengetahui kemampuan afektif siswa. Observasi dilakukan dengan mengamati kegiatan selama proses


(49)

pembelajaran berlangsung. Dalam penelitian ini yang melakukan terdiri dari 3 observer yaitu 2 mahasiswa dan 1 guru. Observer melakukan pengamatan berdasarkan lembar observasi yang telah disediakan oleh praktikan dan mengisinya sesuai dengan skala penilaian yang diamati sesuai dengan situasi pembelajaran dan aktivitas siswa selama kegiatan pembelajaran berlangsung saat itu. Kriteria penilaian yang akan diamati dalam pembelajaran ini adalah semangat, perhatian, kerjasama, dan interaksi sikap percaya diri, sikap menghargai dalam mengkritik dan menerima kritikan, mengajukan dan menjawab pertanyaan. Observasi dilakukan pada setiap kegiatan pembelajaran dan difokuskan pada saat kegiatan diskusi dan presentasi. Data yang diperoleh berupa data kuantitatif dan dapat dihitung secara kuantitatif kemudian dianalisis secara kualitatif.

(2) Kuesioner

Kuesioner dalam penelitian ini untuk mengetahui aktifitas siswa pada kegiatan pembelajaran yang dilakukan. Kuesioner berisi 20 butir pernyataan yang di isi oleh siswa dengan setiap pernyataan terdiri dari 4 pilihan yaitu sangat tidak setuju (STS), tidak setuju (TS), setuju (S), dan sangat setuju (SS). Dalam kuesioner ini terbagi 2 pernyataan yaitu positif dan negatif. Adapun pernyataan tersebut terdapat dalam tabel 3.1 berikut:


(50)

Tabel 3.1 Nomor Pernyataan Positif dan Negatif Kuesioner Pernyataan Nomor Jumlah pernyataan Positif 1,3,4,5,6,7,10,11,18,19,20 11

Negatif 2,8,9,12,13,14,15,16,17 9

Jumlah 20

F. Metode Pengambilan Data

Metode pengumpuan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah pada tabel 3.2 sebagai berikut.

Tabel 3.2 Metode Pengumpulan Data

Jenis Data Alat Pengumpulan Data

Sumber

Data Cara Analisis Data  Hasil Belajar

1. Kognitif 2. Afektif

Tes

Lembar observasi Kuisioner

Siswa Siswa

Analisis

Kuantitatif-Kualitatif

G. Metode Analisis Data 1. Analisis Kuantitatif

Analisis kuantitatif adalah analisa data yang berupa angka. Dalam penelitian ini analisa kuantitatif digunakan untuk data berupa hasil tes, observasi, dan kuesioner.

a. Hasil Belajar

Dalam penelitian ini data peningkatan hasil belajar siswa digunakan untuk mengukur kemampuan kognitif siswa. Hasil belajar siswa dapat dilihat dari hasil tes uraian. Untuk mengetahui kemampuan awal siswa dapat dilihat dari posttest di akhir siklus I dan


(51)

untuk melihat peningkatannya dari posttest di akhir siklus II. Cara menghitung nilai posttest siswa setiap individu adalah sebagai berikut:

Hasil posttest setiap siswa dihitung untuk mengetahui ketercapaian KKM siswa. KKM siswa kelas XI SMA Pangudi Luhur St. Louis IX Sedayu minimal adalah 78. Kriteria skor ketuntasan siswa secara individu dapat dilihat pada tabel 3.3, yaitu:

Tabel 3.3 kriteria skor ketuntasan individu Nilai Posttest Keterangan

<78 Tidak Tuntas

78 Tuntas

Untuk mengetahui skor rata-rata kelas setiap siklus menggunakan rumus sebagai berikut:

Ketuntasan klasikal dikatakan telah tercapai apabila nilai siswa memenuhi KKM dengan target pencapaian ideal lebih atau sama dengan 75% dari jumlah seluruh siswa dalam kelas. Untuk mengetahui ketuntasan secara klasikal dapat menggunakan rumus sebagai berikut:


(52)

b. Observasi

Observasi dilakukan untuk melihat bagaimana sikap siswa di kelas ketika metode Problem Based Learning sedang di aplikasikan di kelas. Setiap observer pada setiap siklus menilai pada kelompok yang sama. Adapun hasil dari observasi dapat dihitung dengan rumus:

Keterangan:

q = persentase skor hasil observasi aktivitas siswa r = jumlah keseluruhan skor yang diperoleh siswa t = skor maksimal

Penetapan skor untuk menilai hasil belajar siswa dalam ranah afektif pada tabel 3.4, yaitu :

Tabel 3.4 Penetapan Skor Ranah Afektif

Alternatif jawaban Skor

Tinggi 3

Sedang 2

Rendah 1

Adapun pedoman untuk menilai hasil belajar dalam ranah afektif pada tabel 3.5 yaitu :

Tabel 3.5 Kriteria Hasil Persentase Observasi Aspek Afektif Siswa Terhadap Pembelajaran

Persentase yang diperoleh Keterangan 77,79 < q < 100 Tinggi 55,56 < q < 77,78 Sedang 33,33 < q ≤ 55,55 Rendah


(53)

c. Kuesioner

Langkah-langkah yang dilakukan untuk menganalisa hasil kuesioner adalah sebagai berikut:

1. Pemberian skor

Lembar kuesioner akan diisi berdasarkan skala Likert yang meliputi pernyataan positif dan negatif, adapun penskoran untuk tiap butir kuesioner pada tabel 3.6 ialah:

Tabel 3.6 Penskoran Tiap Butir Kuesioner

Alternatif jawaban

Skor Pernyataan

positif

Pernyataan negatif

Sangat Setuju (SS) 4 1

Setuju (S) 3 2

Tidak Setuju (TS) 2 3

Sangat Tidak Setuju (STS) 1 4

2. Menghitung persentase skor siswa

Skor siswa yang telah diperoleh akan diketahui persentasenya.

Adapun untuk menghitung persentase skor siswa dengan menggunakan rumusan sebagai berikut:

Dengan penghitungan skor menggunakan panduan penskoran pada tabel 3.7 sebagai berikut

Persentase Tinggi (%) = ∑ � �ℎ� � �� � ���

∑ � �� � � ℎ� x 100 %

Skor siswa (%) = ∑ � ��


(54)

Tabel 3.7 Panduan Penskoran Kuesioner

3. Mengkategorikan tingkat aktivitas siswa

Untuk mengetahui tingkat aktivitas siswa, hasil persentase masing-masing siswa kemudian dikategorikan berdasarkan kriteria aktivitas siswa pada tabel 3.8 sebagai berikut:

Tabel 3.8 Kriteria Aktivitas Siswa

4. Menghitung persentase setiap kategori siswa

Untuk menghitung persentase setiap kategori siswa dilihat dari banyaknya siswa dalam setiap kategori, kemudian dimasukkan dalam perhitungan persentase setiap kategori siswa. Adapun rumus yang digunakan untuk menghitung persentase setiap kategori siswa ialah sebagai berikut :

Pernyataan Jumlah pernyataan

Skor minimal

Skor maksimal

Positif 11 11 44

Negatif 9 9 36

Jumlah 20 20 80

Persentase

aktivitas Kriteria aktivitas 84-100 Sangat Tinggi (ST)

68-83 Tinggi (T) 52-67 Sedang (S) 36-51 Rendah (R)

20-35 Sangat Rendah (SR)

Skor setiap kategori siswa(%) = ∑ � �� � �� � �� �


(55)

2. Analisis Kualitatif

Data-data yang diperoleh dari hasil pengamatan juga dianalisis secara kualitatif dilakukan dengan diskripsi kata-kata dari hasil pengamatan selama proses pembelajaran dengan menggunakan model Problem Based Learning.

H. Indikator Keberhasilan Penelitian

Indikator keberhasilan dalam penelitian ini meliputi peningkatan hasil belajar aspek kognitif dan afektif. Indikator keberhasilan di dalam penelitian ini disajikan pada tabel 3.9 berikut ini:

Tabel 3.9 Indikator Keberhasilan Penelitian

Variabel Data awal Hasil yang diharapkan Instrumen Hasil Belajar Ranah

Kognitif ( Tuntas KKM  78)

39% siswanya tuntas KKM dengan skor rata-rata 64,57

Persentase nilai siswa yang mencapai KKM

≥ 78 sebanyak 75% dengan skor rata-rata 87 Tes kognitif pada akhir siklus (posttest 1 dan posttest 2) Hasil Belajar Ranah

Afektif

Belum terukur Sikap siswa selama mengikuti proses

belajar mengajar mencapai 75% dengan

kategori tinggi

Lembar Observasi

Belum terukur Sikap siswa selama mengikuti proses

belajar mengajar mencapai 70% dengan

kategori tinggi

Lembar Kuesioner


(56)

41

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Pelaksanaan Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan dari tanggal 3 Desember 2016 – 10 Desember 2016 yang bertempat di SMA Pangudi Luhur St. Louis IX Sedayu dengan subjek penelitian 28 siswa di kelas XI IPA 1. Penelitian ini seharusnya dilaksanakan selama 2 minggu yaitu dari tanggal 3 Desember 2016 – 12 Desember 2016, dengan empat kali pertemuan yaitu pada tanggal 3 Desember, 5 Desember, 10 Desember, dan 12 Desember. Tetapi pada minggu kedua bulan Desember sekolah sudah mengadakan ujian semester dari tanggal 13 Desember 2016 – 17 Desember 2016, sehingga untuk pertemuan ketiga diberi kesempatan oleh Guru Biologi Ibu Eni mengajar di tanggal 8 Desember 2016 dan pertemuan keempat pada tanggal 10 Desember 2016. Objek penelitian ini adalah hasil belajar siswa kelas XI SMA Pangudi Luhur St. Louis IX Sedayu pada materi sistem sirkulasi.

Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus, siklus I dilakukan dua kali pertemuan dan siklus II juga dilaksanakan dalam dua kali pertemuan. Pada awal siklus dilakukan pretest untuk mengetahui kemampuan awal siswa. Untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa pada ranah kognitif maka dilakukan posttest I di akhir siklus I dan posttest II di akhir siklus II. Untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa pada ranah afektif maka dilakukan observasi oleh observer dan kuesioner oleh siswa dengan panduan


(57)

lembar observasi dan kuesioner yang sudah disediakan. Untuk kuesioner akan dilakukan pada akhir siklus II.

B. Deskripsi Penelitian 1. Siklus I

Siklus I mulai dilaksanakan pada tanggal 3 Desember 2016 dan 5 Desember 2016 dengan dua kali pertemuan dengan alokasi waktu 4x45 menit. Pertemuan pertama mempelajari tentang komponen sistem sirkulasi (darah) dengan alokasi waktu 2x45 menit. Pertemuan kedua mempelajari tentang komponen sistem sirkulasi (jantung dan pembuluh darah) dengan alokasi 2x45 menit.

a) Pertemuan I

Pertemuan I dilaksanakan pada hari Sabtu, 3 Desember 2016 yang dilaksanakan pukul 12.05-13.35 yaitu pada jam pelajaran ke 7 dan 8. Kegiatan awal yang dilakukan peneliti adalah memberi salam dan memperkenalkan diri kepada siswa. Sebelum memulai kegiatan pembelajaran, peneliti memberikan soal pretest untuk mengetahui pengetahuan awal siswa. Dalam mengerjakan pretest siswa terlihat agak bingung karena belum mempelajari materi, sehingga kebanyakan siswa bertanya kepada peneliti dan keadaan kelas menjadi gaduh dan kurang tertib. Soal Pretest yang diberikan ada sebanyak 25 soal yang berupa 20 pilihan ganda dan 5 soal uraian. Setelah waktu yang diberikan peneliti telah habis, semua siswa mengumpulkan lembar jawaban kepada peneliti.


(58)

Peneliti selanjutnya melakukan kegiatan apersepsi dan motivasi dengan menampilkan gambar orang kecelakan dan terjatuh (Gambar 4.1),

lalu mengajukan pertanyaan : “Gambar apakah ini? Apa yang keluar dari tubuh mereka ketika mengalami kecelakan atau jatuh? Apakah darah

tersebut dapat berhenti?”. Para siswa terlihat antusias menanggapi

pertanyaan peneliti dengan menjawab sesuai dengan pemahaman mereka sendiri. Kemudian peneliti menjelaskan tujuan pembelajaran pada pertemuan hari ini.

Gambar 4.1 Gambar yang ditampilkan pada kegiatan apersepsi pertemuan I

Sumber : Anonim. 2015

Kegiatan selanjutnya yaitu peneliti menjelaskan tata cara belajar dengan model PBL dengan menjelaskan tahap-tahap dari model tersebut dalam pembelajaran. Kemudian peneliti meminta siswa untuk membentuk kelompok sebanyak 7 kelompok dimana satu kelompok terdapat 4 siswa. Dalam pembentukan kelompok ini, siswa berhitung dari 1 sampai 4. Siswa yang menyebutkan angka 1 berkumpul dengan angka 1 demikian seterusnya hingga angka 7. Setelah kelompok terbentuk dan para siswa duduk di kelompok masing-masing, peneliti membagikan LKS 1. Lalu,


(59)

siswa diminta mengerjakan LKS 1 bersama-sama dengan teman satu kelompoknya dengan berdiskusi (Gambar 4.2). Setelah waktu untuk mengerjakan LKS 1 sudah habis, setiap kelompok mengumpulkan LKSnya kepada peneliti. Lalu salah satu kelompok mempresentasikannya. Setelah itu, peneliti menjelaskan materi yang dipelajari hari ini. Kemudian peneliti memberi tugas kepada siswa untuk mempelajari materi yang akan diajarkan pada hari Senin 5 Desember 2016 dan menutup pertemuan hari ini.

Gambar 4.2 Siswa sedang berdiskusi

b) Pertemuan II

Pertemuan kedua dilaksanakan pada hari Senin, tanggal 5 Desember 2016 dimulai pada pukul 08.35-10.05 yaitu pada jam ke 3 dan 4. Kegiatan awal yang dilakukan peneliti adalah memberi salam, mengecek kehadiran siswa dan menanyakan kabar siswa. Untuk apersepsi dan motivasi, peneliti menampilkan gambar orang periksa jantung dan

bertanya : “Apa yang dilakukan orang tersebut?” (Gambar 4.3). Siswa terlihat antusias menjawab pertanyaan peneliti. Lalu peneliti melanjutkan


(60)

menampilkan video yaitu video jantung yang rusak akibat merokok. Lalu

bertanya. “Pentingkah jantung bagi tubuh? Mengapa?”. Tampak siswa

dengan antusias menanggapi pertanyaan peneliti dengan menjawab sesuai dengan pemahaman mereka.

Gambar 4.3 Gambar yang ditampilkan pada kegiatan apersepsi pertemuan II

Sumber : Anonim. 2014

Peneliti selanjutnya menyampaikan tujuan pembelajaran pada pertemuan hari ini. Kemudian menyuruh siswa untuk kembali membentuk kelompok. Kelompok merupakan kelompok pada pertemuan pertama. Lalu peneliti membagikan LKS 2 dan menyuruh siswa untuk berdiskusi dalam kelompok. Setelah selesai mengerjakan LKS tersebut, siswa mempresentasikannya di depan kelas (Gambar 4.4).

Peneliti meminta siswa kembali ke bangku masing-masing dan mulai menjelaskan materi pelajaran hari ini dan memberikan kesimpulan. Kegiatan berikutnya yaitu siswa akan mengerjakan posttest 1. Siswa diminta untuk menyimpan semua buku pelajaran dan catatan kemudian peneliti membagikan soal posttest 1. Soal yang diberikan ada sebanyak 25 soal berupa 20 pilihan ganda dan 5 soal uraian. Siswa terlihat tertib dan


(61)

tenang. Setelah selesai mengerjakan, siswa memumpulkan lembar soal kepada peneliti. Kemudian peneliti memberi tugas kepada siswa untuk mempelajari materi yang diajarkan hari Kamis, 8 Desember 2016 dan menutup pertemuan hari ini.

Gambar 4.4 Siswa sedang mempresentasikan hasil diskusi

2. Siklus II

Siklus II dilaksanakan pada tanggal 8 Desember 2016 dan 10 Desember 2016 dengan dua kali pertemuan dengan alokasi waktu 4x45 menit. Pertemuan pertama mempelajari tentang mekanisme sistem sirkulasi dan gangguan serta kelainan pada sistem sirkulasi dengan alokasi waktu 2x45 menit. Pertemuan kedua mempelajari tentang sistem sirkulasi hewan dengan alokasi 2x45 menit.

a) Pertemuan I

Pertemuan I siklus II dilaksanakan pada hari Kamis, 8 Desember 2016 dimulai pada pukul 10.20-11.50 yaitu pada jam pelajaran ke 5 dan 6. Awalnya akan diadakan pada hari Sabtu, 10 Desember 2016, tetapi karena


(62)

sudah mendekati ujian semester maka jam kosong pada hari Kamis ini pada mata pelajaran bahasa inggris untuk mengisi pertemuan I pada siklus II. Dalam hal ini peneliti sudah mendapatkan izin terlebih dahulu dari pihak guru mata pelajaran Bahasa Inggris yang bersangkutan, sehingga pada pertemuan II di siklus I peneliti sudah menyampaikan kepada siswa. Hal ini merupakan keuntungan bagi peneliti, meningat waktu yang sangat terbatas.

Kegiatan awal yang dilakukan peneliti adalah memberi salam dan mengecek kehadiran siswa. Kemudian peneliti memotivasi siswa dengan

menampilkan gambar mekanisme sistem sirkulasi dan bertanya : “Kalian

tahu apa ini? Organ apa saja yang dapat kalian temukan?”. Para siswa berebut argumen untuk menjawab organ-organ apa saja yang mereka ketahui. Untuk mengatasi itu peneliti menyuruh siswa untuk maju dan menunjukkan bagian organ yang mereka ketahui nama organnya.

Setelah itu, peneliti menyampaikan tujuan pembelajaran pada hari ini. Kemudian siswa dibagi dalam 7 kelompok. Kelompok ini dibentuk oleh peneliti secara acak dan merata berdasarkan aktivitas yang dilakukan pada kelompok sebelumnya pada siklus I. Kondisi kelas saat pembagian kelompok tidak begitu tertib dan beberapa siswa kecewa dengan pembagian kelompok yang ditentukan. Peneliti memberi motivasi kepada siswa untuk saling bekerjasama dalam kelompok walaupun anggota kelompok tidak seperti yang diinginkan siswa dan mengorganisasikan siswa untuk duduk di kelompok masing-masing yang telah ditentukan.


(63)

Kegiatan selanjutnya peneliti membagikan LKS 3 pada setiap kelompok. Selanjutnya peneliti membimbing kelompok untuk mengerjakan LKS dan berdiskusi. Setelah itu, kelompok yang sudah selesai mengerjakan LKS mengumpulkan LKS tersebut kepada peneliti. Kemudian, peneliti menyuruh salah satu kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusi mereka di depan kelas. Kemudian peneliti memberi penjelasan mengenai materi hari ini dan memberikan kesimpulan. Kemudian peneliti memberi tugas kepada siswa untuk mempelajari materi yang akan diajarkan pada hari Sabtu, 10 Desember 2016 dan menutup pertemuan hari ini.

b) Pertemuan II

Pertemuan II dilaksanakan pada hari sabtu, 10 Desember 2016 yang dimulai pada pukul 12.05-13.35 yaitu jam pelajaran ke 7 dan 8. Kegiatan awal seperti biasa, peneliti memberi salam dan mengecek kehadiran siswa. Peneliti memberikan apersepsi dan motivasi dengan menampilkan gambar ikan, katak, burung, dan ular lalu mengajukan

pertanyaan: “Apakah hewan-hewan tersebut memiliki sistem sirkulasi

yang sama?”. Para siswa antusias menjawab pertanyaan peneliti. Selanjutkan peneliti menyampaikan tujuan pembelajaran pada hari ini.

Kemudian siswa dikoordinasikan masuk ke dalam kelompok yang sudah ditentukan pada pertemuan sebelumnya dan mengerjakan LKS 4. Selanjutnya peneliti membimbing kelompok untuk mengerjakan LKS dan


(64)

berdiskusi. Setelah itu, dilakukan kembali kegiatan presentasi oleh perwakilan dari salah satu kelompok.

Selanjutnya peneliti mengkondisikan siswa untuk tertib dan duduk di bangku masing-masing. Kemudian peneliti membagikan soal posttest II kepada siswa dan meminta siswa mengerjakannya dengan waktu yang telah ditentukan (Gambar 4.5). Bagi siswa yang telah selesai dapat mengumpulkannya kepada peneliti kemudian siswa yang telah selesai langsung diberikan lembar kuesioner. Peneliti menyampaikan kepada siswa untuk mengisi kuesioner tersebut dengan jujur dan sesuai yang dirasakan siswa dan menekankan bahwa kuesioner ini tidak berpengaruh terhadap nilai siswa. Setelah semua kegiatan selesai, peneliti menyampaikan ucapan terima kasih kepada siswa yang telah bekerjasama selama ini sekaligus berpamitan dan menutup pembelajaran hari ini.


(65)

C. Hasil Penelitian

1) Hasil Belajar dalam Ranah Kognitif

Hasil belajar siswa pada aspek kognitif diperoleh dari hasil posttest I dan posttest II. Berikut adalah hasil perolehan nilai posttest siswa : a) Posttest I

Untuk soal posttest I terdiri dari 20 soal pilihan ganda dan 5 soal uraian. Adapun skor untuk pilihan ganda jika siswa dapat menjawab semua dengan benar maka akan memperoleh skor 40 sedangkan untuk soal uraian jika siswa dapat menjawab semua dengan benar maka akan memperoleh skor 60. Jadi total keseluruhan skornya adalah 100. Berikut ini adalah data perolehan nilai siswa pada tabel 4.1 :

Tabel 4.1 Data hasil Posttest I

Keterangan Posttest I

Nilai tertinggi 76,67

Nilai terendah 47,5

Rata - rata nilai 64,76

Jumlah siswa yang mencapai KKM 0 Jumlah siswa yang tidak mencapai KKM 28

% siswa yang mencapai KKM 0%


(66)

b) Posttest II

Untuk soal posttest II terdiri dari 20 soal pilihan ganda dan 5 soal uraian. Adapun skor untuk pilihan ganda jika siswa dapat menjawab semua dengan benar maka akan memperoleh skor 40 sedangkan untuk soal uraian jika siswa dapat menjawab semua dengan benar maka akan memperoleh skor 60. Jadi total keseluruhan skornya adalah 100. Berikut ini adalah data perolehan nilai siswa pada tabel 4.2 :

Tabel 4.2 Data hasil Posttest II

Keterangan Posttest II

Nilai tertinggi 85,83

Nilai terendah 66,67

Rata - rata nilai 78,62

Jumlah siswa yang mencapai KKM 16 Jumlah siswa yang tidak mencapai

KKM

12

% siswa yang mencapai KKM 57% % siswa yang tidak mencapai KKM 43%

Berdasarkan tabel data hasil tes siswa diketahui bahwa pada posttest I nilai tertinggi siswa adalah 76,67 dan nilai terendah siswa adalah 47,5. Keseluruhan nilai siswa bila diambil rata – rata diperoleh 64,76. Dengan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) 78 maka tidak ada satu siswa pun yang tuntas. Hasil posttest II nilai siswa mengalami peningkatan dimana nilai tertinggi siswa menjadi 85,83 dan nilai


(67)

terendahnya menjadi 66,67. Keseluruhan nilai posttest II jika diambil rata-rata diperoleh 78,62. Dari hasil ini juga diketahui bahwa 57% siswa yang mencapai KKM. Persentase posttest II masih belum mencapai indikator keberhasilan yang dibuat peneliti. Secara keseluruhan dari segi aspek kognitif siswa kelas XI IPA 1 mengalami peningkatan tetapi belum mencapai indikator keberhasilan.

2) Hasil Belajar dalam Ranah Afektif

Hasil belajar siswa dalam ranah afektif dapat dilihat dari hasil observasi yang dilakukan oleh observer dan kuesioner yang telah diisi oleh siswa. Observer melakukan observasi dipandu dengan mengisi lembar observasi yang telah disediakan. Anggota kelompok siswa pada siklus I dan siklus II berbeda, pada siklus II anggota kelompok siswa telah dibagi oleh peneliti berdasarkan kinerja saat di siklus I. Selain lembar observasi ada juga lembar kuesioner yang diberikan di akhir pertemuan yang bertujuan untuk melihat keaktifan dalam diri siswa setelah mengikuti kegiatan pembelajaran. Data hasil observasi kelompok siklus I akan dibandingkan dengan data hasil observasi kelompok pada siklus II. Berikut merupakan hasil observasi dari setiap siklus yang terdapat pada tabel 4.3 dan 4.4 :


(68)

Tabel 4.3 Hasil Belajar Afektif Siklus I No Nama

Kelompok Pertemuan I Pertemuan II Skor

rata-rata Kategori Persentase (%) 1 Kelompok 1 63,3 76,6 69,95 Sedang

%Rendah

=

x 100%

= 14,28%

%Sedang = x 100%

= 85,72%

2 Kelompok 2 56,6 60 58,3 Sedang 3 Kelompok 3 53,3 63,3 58,3 Sedang 4 Kelompok 4 50 53,3 51,56 Rendah 5 Kelompok 5 76,6 66,6 71,6 Sedang 6 Kelompok 6 63,3 70 66,65 Sedang 7 Kelompok 7 56,6 63,3 59,95 Sedang

Tabel 4.4 Hasil Belajar Afektif Siklus II No Nama

Kelompok Pertemuan I Pertemuan II Skor

rata-rata Kategori Persentase (%) 1 Kelompok 1 76,6 73,3 74,95 Sedang

%Tinggi

=

x 100%

= 42,85%

%Sedang = x 100%

= 57,15%

2 Kelompok 2 83,3 76,6 79,95 Tinggi 3 Kelompok 3 73,3 80 76,65 Sedang 4 Kelompok 4 73,3 76,6 74,95 Sedang 5 Kelompok 5 76,6 76,6 76,6 Sedang

6 Kelompok 6 80 90 85 Tinggi

7 Kelompok 7 80 80 80 Tinggi

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa hasil belajar pada ranah afektif di siklus I siswa termasuk dalam katergori rendah sebanyak 14,28% dan dalam kategori sedang sebanyak 85,72%. Pada siklus II hasil belajar aspek afektif mengalami peningkatan yaitu sebanyak 42,85% siswa termasuk dalam kategori tinggi dan 57,15% siswa termasuk dalam kategori sedang.

Data hasil lembar kuesioner, siswa di kategorikan dalam kategori sedang. Dalam hal ini siswa memiliki sikap afektif yang sedang dalam diri siswa (lampiran 11).


(69)

D. Pembahasan

a). Hasil belajar ranah kognitif

Hasil belajar aspek kognitif diperoleh berdasarkan hasil posttest I dan posttest II. Pada posttest I dilaksanakan pada pertemuan II di siklus I dan posttest II dilaksanakan pada pertemuan II di siklus II. Pada posttest I diperoleh hasil rata-rata kelas sebesar 64,76 dan tidak ada siswa yang mencapai KKM. Nilai tertinggi yang diperoleh siswa pada posttest I yaitu sebesar 76,67. Pada posttest II diperoleh hasil rata-rata kelas sebesar 78,62 dan yang mencapai KKM ada 16 siswa atau 57% siswa. Nilai tertinggi yang diperoleh siswa pada posttest II yaitu sebesar 85,83. Hasil belajar pada ranah kognitif ini belum mencapai indikator keberhasilan yaitu sebanyak 75% siswa mencapai KKM. Adapun perbandingan hasil belajar siswa pada aspek kognitif yang diperoleh dari hasil posttest I dan posttest II dapat dilihat pada tabel 4.5 dan gambar 4.6 berikut :

Tabel 4.5 Data hasil posttest I dan posttest II siswa

Keterangan Posttest I Posttest II

Nilai tertinggi 76,67 85,83

Nilai terendah 47,5 66,67

Rata - rata nilai 64,76 78,62

Jumlah siswa yang mencapai KKM 0 16 Jumlah siswa yang tidak mencapai KKM 28 12

% siswa yang mencapai KKM 0% 57%


(70)

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100

siklus I Siklus II

Tuntas Tidak Tuntas Hasil Rata-rata

P e rs e n ta se J u m lah S is w a ( % )

Gambar 4.6 Hasil Belajar Ranah Kognitif

Dari hasil yang telah dipaparkan di atas, terjadi peningkatan pada hasil tes. Namun peningkatan hasil kognitif ini belum sesuai dengan target yang ingin dicapai. Siswa yang tuntas pada posttest II berjumlah 16 orang sehingga menghasilkan 57% siswa yang mencapai KKM. Hasil yang diharapkan adalah 75% siswa yang mencapai KKM. Pencapaian hasil kognitif yang belum sesuai ini bisa terjadi karena soal posttest II yang dirasa lebih rumit dan kompleks oleh siswa. Selain itu juga dipengaruhi oleh kemampuan intelektual siswa yang relatif tidak tinggi. Model yang diterapkan yaitu PBL lebih cocok dan sesuai dengan siswa yang mempunyai intelektual yang tinggi sedangkan kemampuan intelektual siswa yang diajar pada saat penelitian masih tergolong di bawah rata-rata. Siswa juga kurang begitu paham dalam mengerjakan LKS karena siswa dituntut untuk merumuskan masalah, membuat hipotesis dan menguji hipotesis lalu membuat kesimpulan. Hanya


(71)

beberapa siswa saja yang mengerti dengan penjelasan peneliti bagaimana mengerjakan LKS yang diberikan.

Untuk soal posttest, pada soal pilihan ganda pada posttest I jika siswa menjawab semua soal dengan benar akan mendapat skor 40 sedangkan untuk soal uraian jika siswa menjawab semua soal dengan benar akan mendapat skor 60. Untuk soal pilihan ganda posttest II jika siswa menjawab semua soal dengan benar juga akan mendapat skor 40 sedangkan untuk soal uraian jika siswa menjawab semua soal dengan benar akan mendapat skor 60. Hasil perolehan nilai rata-rata jawaban siswa pada siklus I yaitu untuk jawaban soal pilihan ganda nilai rata-rata siswa adalah 71,78 dan untuk soal uraian nilai rata-rata siswa adalah 57,67. Pada siklus II, hasil perolehan nilai rata-rata jawaban siswa untuk jawaban soal pilihan ganda nilai rata-rata siswa adalah 81,07 dan untuk soal uraian nilai rata-rata siswa adalah 76,2.

Berdasarkan hasil di atas, dapat kita lihat bahwa nilai rata-rata siswa lebih tinggi pada soal pilihan ganda daripada soal uraian sedangkan untuk soal uraian lebih berpengaruh pada perolehan nilai karena skornya jauh lebih besar. Jadi hal tersebut berpengaruh pada perolehan hasil belajar siswa karena walaupun siswa menjawab banyak soal dengan benar pada soal pilihan ganda tetapi jika pada soal uraian siswa tidak menjawab soal dengan benar maka sangat berpengaruh pada nilai akhir siswa. Hal tersebut berlaku untuk soal posttest I dan posttest II. Hal lain yang mempengaruhi rendahnya perolehan nilai rata-rata adalah banyak siswa yang tidak mengerjakan soal pada posttest I terutama pada soal uraian. Hal ini disebabkan karena soal


(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

PENGGUNAAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATERI SISTEM SIRKULASI

KELAS XI IPA 1 SMA PANGUDI LUHUR St. LOUIS IX SEDAYU ABSTRAK

Efiskoputra

Universitas Sanata Dharma 2017

Hasil belajar siswa pada materi sistem sirkulasi kelas XI IPA 1 SMA Pangudi Luhur St. Louis IX Sedayu masih rendah. Hal tersebut diduga karena guru monoton menggunakan metode ceramah, sehingga penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan keaktifan siswa dan hasil belajar siswa dengan menerapkan model Problem Based Learning (PBL).

Jenis penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan memberikan tindakan dalam dua siklus pembelajaran yang masing-masing terdiri dari dua kali pertemuan. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2016. Subjek penelitiannya adalah 28 siswa kelas XI IPA 1 SMA Pangudi Luhur St. Louis IX Sedayu. Instrumen pengumpulan data yang digunakan adalah tes, lembar observasi, dan kuesioner. Data dianalisa secara kuantitatif dan kualitatif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan model PBL dapat meningkatkan hasil belajar kognitif siswa dimana rata-rata hasil belajar pada siklus I sebesar 64,76 dan pada siklus II sebesar 78,62. Model ini juga meningkatkan hasil belajar afektif siswa dimana pada siklus I 14,28% termasuk dalam kategori rendah dan 85,72% siswa termasuk dalam kategori sedang meningkat menjadi 57,15% siswa termasuk dalam kategori sedang dan 42,85% siswa termasuk dalam kategori tinggi. Walaupun hasil yang dicapai belum memenuhi target, model ini juga dapat meningkatkan keaktifan dalam diri siswa yaitu 60,03% siswa termasuk dalam kategori sedang. Kesimpulan dari penelitian ini adalah penerapan model Problem Based Learning (PBL) dapat meningkatkan hasil belajar kognitif siswa dan hasil belajar afektif siswa pada materi sirkulasi di kelas XI IPA 1 SMA Pangudi Luhur St. Louis IX Sedayu.

Kata kunci: problem based learning, hasil belajar kognitif, hasil belajar afektif, materi sirkulasi.


(6)

THE USE OF PROBLEM BASED LEARNING (PBL) MODEL TO IMPROVE THE LEARNING RESULTS ON CIRCULATORY SYSTEM OF THE XI IPA

1 STUDENTS OF SMA PANGUDI LUHUR St. LOUIS IX SEDAYU ABSTRACT

Efiskoputra

Universitas Sanata Dharma 2017

The learning results of the material about circulatory system of the XI IPA 1 students of SMA Pangudi Luhur St. Louis IX Sedayu are still very low. It is probably because of the teacher monotonously used lecturing method when

teaching. This study aims at improving the students’ participation and learning

results by implementing Problem Based Learning (PBL) model.

This study was categorized as Classroom Action Research (CAR) containing two cycles with two meetings for each cycle. This study was conducted in December 2016. The subjects were the 28 students of XI IPA 1 SMA Pangudi Luhur St. Louis IX Sedayu. The instruments for collecting the data were a test, an observation sheet, and questionnaires. The data was analyzed quantitatively and qualitative.

The result of the study demonstrate that the implementation of PBL model improved the students’ cognitive learning, with the average score in cycle 1 was 64.76 and the average score in cycle 2 was 78.62. PBL model also increased the students’ affective learning. In cycle 1, 14.28% of the students were categorized low and 85.15% were categorized moderate. After cycle 2, these numbers increased to 57.15% of moderate category and 42.85% of high category. Though

the result achieved do not meet the target, PBL model improved the students’

participation as well, i.e. 60.03% of the students were in moderate category. Therefore, the conclusion of this study was PBL model could increase both cognitive and affective learning of the students of XI IPA 1 SMA Pangudi Luhur St. Louis IX Sedayu.

Key words: problem based learning, cognitive learning results, affective learning results, circulatory system.