EFEK PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY TRAINNING BERBANTUAN MEDIA VISUAL DAN KREATIVITAS SISWA TERHADAP KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA KELAS VIII SMP AMIR HAMZAH MEDAN.

(1)

EFEK PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY TRAINNING BERBANTUAN MEDIA VISUAL DAN KREATIVITAS SISWA

TERHADAP KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA KELAS VIII SMP AMIR HAMZAH MEDAN

TESIS

Oleh:

LIA AFRIYANTI NASUTION

NIM. 8136175009

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Magister Pendidikan

Program Studi Pendidikan Fisika

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

MEDAN

2015


(2)

(3)

(4)

(5)

i

ABSTRAK

Lia Afriyanti Nasution, ” Efek Penggunaan Model Pembelajaran Inquiry Trainning Berbantuan Media Visual Dan Kreativitas Siswa Terhadap Keterampilan Proses Sains Siswa kelas VIII SMP Amir Hamzah Medan”

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: Perbedaan keterampilan proses sains siswa SMP Amir Hamzah Medan menggunakan model inquiry trainning dan pembelajaran konvensional , Perbedaan keterampilan proses sains siswa SMP Amir Hamzah Medan yang mempunyai kreativitas tinggi dan kreativitas rendah , dan Adanya interaksi antara model pembelajaran inquiry training dan pembelajaran konvensional dengan kreativitas siswa dalam meningkatkan keterampilan proses sains siswa SMP Amir Hamzah Medan. Sampel penelitian dipilih secara acak dengan mengundi 3 kelas yang ada untuk mendapat 2 kelas sebagai sampel penelitian kelas pertama akan diajar dengan model pembelajaran inquiry training, kelas kedua akan diajar dengan konvensional. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini ada 2 buah, yaitu pertama tes keterampilan proses sains dalam bentuk uraian sebanyak 10 soal yang telah dinyatakan valid dan reliabel dan instrumen yang kedua adalah tes kreativitas yang disusun sebanyak 10 pertanyaan. Dari hasil penelitian diperoleh bahwa terdapat perbedaan keterampilan proses sains siswa antara model pembelajaran Inquiry Training dan Konvensional dengan rata-rata lebih tinggi pada kelompok Inquiry Training dibandingkan Konvensional. Untuk hipotesis kedua diperoleh bahwa terdapat perbedaan hasil keterampilan proses sains siswa yang memiliki tingkat kreativitas tinggi dan tingkat kreativitas rendah. Hasil postes keterampilan proses sains siswa yang memiliki tingkat kreativitas tinggi lebih baik daripada postes keterampilan proses sains yang memiliki tingkat kreativitas rendah.Hasil perhitungan hipotesis ketiga terdapat interaksi antara kreativitas dengan model pembelajaran Inquiry Training terhadap keterampilan proses sains.

Kata kunci : Model Pembelajaran Inquiry Training, Kreativitas, Keterampilan Proses Sains Siswa


(6)

ii

ABSTRACT

Lia Afriyanti Nasution, " The effect of Inquiry Learning Model Using Visual Media Trainning Assisted And Creativity Students Against Students Science Process Skills class VIII SMP Amir Hamzah Medan .

This study aims to determine: Differences science process skills Amir Hamzah field junior high school students using the model of inquiry trainning and conventional learning, difference science process skills Amir Hamzah field junior high school students who have high creativity and creativity is low, and the existence of interaction between inquiry learning model training and learning conventional with the creativity of students in enhancing science process skills junior high school student Amir Hamzah Medan. Samples were selected at random to draw 3 existing classes to get two classes as a first-class study sample will be taught by the inquiry learning model training, a second class will be taught by conventional. The instrument used in this study there are two pieces, the first test science process skills in narrative form as many as 10 questions that have been declared valid and reliable instrument and the second is composed of creativity test as many as 10 questions. The result showed that there are differences between the science process skills of students learning model Inquiry Training and Conventional with an average higher in comparison Conventional Training Inquiry. For the second hypothesis shows that there are differences in the results of science process skills of students who have a high degree of creativity and the level of creativity lower. Results postes science process skills of students who have a high level of creativity better than postes science process skills that have high levels of creativity rendah.Hasil third hypothesis calculation there was an interaction between creativity by learning model Inquiry Training on science process skills

Keywords: Inquiry Learning Model Training, Creativity, Science Process Skills Students


(7)

KATA PENGANTAR

Puji Syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT, atas segala rahmat dan hidayah – Nya yang telah dikaruniakan kepada penulis sehingga tesis ini dapat diselesaikan dengan sebaik – baiknya.

Tesis ini berjudul “Efek Penggunaan Model Pembelajaran Inquiry Training berbantuan media visual dan kreativitas siswa terhadap keterampilan proses sains siswa kelas VIII Smp Amir Hamzah Medan” disusun untuk memperoleh gelar Magister Pendidikan Fisika Fakultas Pascasarjana Universitas Negeri Medan.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada : Ibu Dr. Derlina, M.Si dan bapak Dr. Ridwan A. Sani, M. Si selaku dosen Pembimbing Tesis yang telah banyak memberikan bimbingan dan saran – saran kepada penulis sejak awal sampai akhir penulisan tesis ini. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada bapak Prof. Dr. Sahyar, M.S, M.M, bapak Prof. Dr. Nurdin Bukit, M.Si dan bapak Dr. Makmur Sirait, M. Si sebagai narasumber I, II, dan III yang juga telah memberikan masukan dan saran – saran selama penulisan skripsi ini. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada Bapak Drs. Karya Sinulingga, M. Si. Ucapan terimakasih juga disampaikan kepada Ibu Siti Fatimah Rambe, S. Pd selaku Kepala Sekolah SMP Amir Hamzah, Bapak Teruna selaku Tata usaha SMP Amir Hamzah, siswa – siswi tersayang. Teristimewa penulis sampaikan ucapan terimakasih kepada Ayahanda tercinta Zulkifli Nasution dan Ibunda tercinta Suwaibatul Islamiyah dan Ayah Mertua H. Hasanuddin, SH dan Ibunda Hj. Zulianizar yang terus mengingatkan dan mendorong semangat penulis agar terus menyelesaikan tesis ini, begitu juga buat adik – adik tersayang Mhd. Rizal Nst dan Mhd. Rifky Amantamora Nst. Kepada Suami tersayang H. Ahmad Sholihin, SH yang tak pernah jemu – jemu menyemangati saya. Terima kasih buat Bang Hifni atas bantuannya sebagai penasihat dan kak Sari selaku Administrasi di Jurusan prodi Fisika. Teman – teman Pascasarjana Fisika dik 2013 (bang Agus, bang Harnas, Fajrul, Berkat, bang Dahrim, kk Helena, kak Rouli, kak Rame, Febri, kak Lia Windari, kak dini. Adek – adek di HmI, sahabat seperjuangan di HmI (gank ubur – ubur), dan adek – adek Ipar ku semua, serta semua teman – teman seperjuangan di pascasarjana Unimed yang tidak dapat disebutkan satu - satu.


(8)

Penulis menyadari masih banyak kelemahan baik dari segi isi maupun tata bahasa, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari para pembaca demi kesempurnaan tesis ini kiranya tesis ini bermanfaat dalam memperkaya khasanah ilmu pendidikan.

Medan, Juli 2015 Penulis


(9)

iii

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK……….. i

DAFTAR ISI………... iii

DAFTAR TABEL………vi

DAFTAR GAMBAR………...vii

DAFTAR LAMPIRAN………viii

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah……….1

1.2. Identifikasi Masalah ………... 7

1.3. Batasan Masalah………. 7

1.4. Rumusan Masalah………... 8

1.5. Tujuan Penelitian……… 8

1.6. Manfaat Penelitian……….. 9

1.7. Definisi Operasional……… 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teoritis………. 11

2.1.1 Model Pembelajaran Inquiry Training……… 11

2.1.2 Teori Belajar yang melandasi model pembelajaran Inquiry Training………. 24

2.1.2.1 Teori Konstruktivisme……… 24

2.1.2.2 Teori Belajar Piaget……… 26

2.1.2.3 Teori Bruner……… 26

2.1.3 Kreativitas siswa………. 27

2.1.3.1 Definisi Kreativitas……….. 27

2.1.3.2 Indikator Kreativitas……… 30

2.1.4 Keterampilan Proses Sains………. 33

2.1.4.1 Definisi Keterampilan Proses Sains……… 33

2.1.4.2 Indikator Keterampilan Proses Sains……….. 35

2.1.5 Pembelajaran Konvensional………. 41

2.2 Penelitian yang Relevan……….. 42

2.3 Kerangka Konseptual……….. 47

2.3.1 Perbedaan keterampilan proses sains siswa dengan Pembelajaran konvensional dan model pembelajaran inquiry training ……… ……….. 47


(10)

iv

pada siswa yang memiliki kreativitas tinggi dan

kreativitas rendah ……… 48

2.3.3 Interaksi antara model pembelajaran Inquiry Training Berbantuan media visual dan kreativitas terhadap keterampilan Proses sains pada materi alat – alat optik ………. 50

2.4 Hipotesis Penelitian……….. 51

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan waktu penelitian……… 53

3.2 Populasi dan sampel penelitian……… 53

3.2.1 Populasi……… 53

3.2.2 Sampel………53

3.3 Variabel penelitian……… 54

3.4 Jenis dan Desain Penelitian……….. 55

3.5 Prosedur Penelitian……… 56

3.6 Instrumen Penelitian………. 58

3.6.1 Tes Keterampilan Proses Sains……….. 59

3.6.2 Tes Kreativitas………. 60

3.6.3 Validitas Tes……… 61

3.6.4 Reliabelitas Tes………. 63

3.6.5 Tingkat kesukaran tes……… 62

3.6.6 Daya beda tes………. 62

3.7 Tekhnik analisis data………. 64

3.8 Hipotesis Statistik………. 67

BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1 Hasil Penelitian……… 69

4.1.1 Deskripsi Hasil Penelitian……… 69

4.1.2 Deskripsi Data Pretes, Skor Kreativitas dan Postes Keterampilan Proses Sains……… 69

4.1.3 Hasil Skor Kreativitas Siswa……….. 72

4.1.4 Pengujian Hipotesis Penelitian………. 74

4.2 Pembahasan Hasil Penelitian………. 89

4.2.1 Perbedaan Hasil Keterampilan Proses Sains Siswa yang Dibelajarkan Dengan Model Pembelajaran Inquiry Training Dengan Siswa yang Dibelajarkan Dengan Pembelajaran Konvensional……… 85

4.2.2 Perbedaan Keterampilan Proses Sains Pada Siswa yang Memiliki Tingkat Kreativitas Tinggi dan Pada Siswa yang Memiliki Tingkat Kreativitas Rendah……88 4.2.3 Interaksi Antara Kreativitas Dengan Model


(11)

v

Keterampilan Proses Sains Siswa………89

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan ... 91

5.3. Saran ... 92

DAFTAR PUSTAKA ... 93


(12)

vii

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Struktur pengajaran (sintaks) model Inquiry Training………… 17

Tabel 2.2 kegiatan guru pada setiap fase pembelajaran Inquiry Training…. 20 Tabel 2.3 Indikator Kreativitas……….. 32

Tabel 2.4 Indikator Keterampilan Proses Sains……….. 39

Tabel 2.5 Penelitian yang relevan……… 43

Tabel 3.1 Jumlah kelas siswa sebagai populasi……….. 53

Tabel 3.2 Rancangan Desain Penelitian………..……… 55

Tabel 3.3 Desain Penelitian Anava………. 56

Tabel 3.4 kisi – kisi instrument kreativitas siswa……….. 60

Tabel 3.5 Hasil Uji Validitas Tes ………. 62

Tabel 3.6 Hasil Uji Reliabelitas Tes ……… 64

Tabel 4.1 Ringkasan Data Pretes dan postes Kelompok Sampel Eksperimen dan Kontrol………. 69

Tabel 4.2.Normalitas Distribusi pretes dan postes Keterampilan Proses Sains Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol... 70

Tabel 4.3.Homogenitas Dua Varians pretes dan postes Keterampilan Proses Sains Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol………. 71

Tabel 4.4.Uji-t Tes Awal (Pretes) Kelas Eksperimen dan Kontrol…………72

Tabel 4.5.Hasil Skor Kreativitas Siswa………. 73

Tabel 4.6.Rangkuman Hasil Data Penelitian... 75

Tabel 4.7.Hasil Uji Anava... 75


(13)

vi

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 2.1 Dampak Instruksional dan pengiring model

Inquiry Training... 23 Gambar 3.1 Hubungan antara ketiga variabel... 54 Gambar 3.2 Alur desain penelitian... 58 Gambar 4.1 Diagram Batang Perbandingan Model Pembelajaran Inquiry Training dengan PembelajaranKonvensional……….. 77 Gambar 4.2 Diagram Batang Perbandingan Tingkat Kreativitas

Tinggi dengan Tingkat Kreativitas Rendah Pada Kelas

Eksperimen dan Kelas Kontrol………. 79 Gambar 4.3 Pola Garis Interaksi antara Tingkat Kreativitas dengan

Model Pembelajaran Terhadap Hasil keterampilan


(14)

viii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. RPP –1 ………..96

Lampiran 1b. Bahan Ajar –1 ……… 109

Lampiran 1c. LKS –1 ………... 114

Lampiran 2. RPP –2 ……… 116

Lampiran 2b.Bahan Ajar –2 ………. 128

Lampiran 2c.LKS –2………. 131

Lampiran 3. RPP –3 ……… 133

Lampiran 3b.Bahan Ajar –3 ……… 140

Lampiran 3c.LKS –3 ……… 142

Lampiran 4. Kisi Tes Kreativitas………. 144

Lampiran 5. Instrument Kreativitas……… 151

Lampiran 6. Kisi - kisi KPS……… 153

Lampiran 7. Instrument KPS……… 158

Lampiran 8. Tabulasi Uji Validitas instrument………..…………. 161

Lampiran 9. Prosedur perhitungan validitas instrument………. 163

Lampiran 10.Daftar Nama Sampel……….. 165

Lampiran 11.Tabulasi data keterampilan proses sains dan kreativitas Siswa eksperimen dan kontrol……… 166

Lampiran 12. Prosedur perhitungan reliabelitas instrument……… 167

Lampiran 13.Deskripsi hasil penelitian………. 169

Lampiran 14.Uji Normalitas………. 174

Lampiran 15.Uji Homogenitas………. 177

Lampiran 16.Uji t Pretest……… 178

Lampiran 17.Uji hipotesis……… 179

Lampiran 18.Uji Lanjutan……… 181


(15)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pendidikan adalah hal yang penting dan merupakan kebutuhan pokok serta mutlak diperlukan oleh anak – anak bangsa Indonesia. Hal ini sesuai dengan tujuan negara untuk mencerdaskan kehidupan bangsa seperti yang tercantum dalam Pembukaan UUD tahun 1945 alinea keempat. Diperkuat dalam batang tubuh pasal 31 ayat 1 yang berbunyi : ” Setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib membiayainya. ”

Sekolah sebagai lembaga pendidikan formal merupakan lingkungan pendidikan yang menyediakan bagi siswa untuk melakukan kegiatan belajar, sehingga para siswa memperoleh pengalaman pendidikan.

Menurut Muslich Pendidikan merupakan salah satu komponen penting dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Untuk mewujudkan hal itu, maka sekolah sebagai komponen utama pendidikan perlu mengelola pembelajaran sesuai dengan prinsip-prinsip Kegiatan Belajar Mengajar (Muslich, 2008). Sejalan dengan prinsip KBM tersebut, maka kegiatan pembelajaran diharapkan tidak terfokus pada guru, tetapi bagaimana membuat siswa aktif dalam proses

belajarnya dan dapat membangun pengetahuannya sendiri (student centered

learning), sehingga kegiatan pembelajaran berorientasi pada dua aspek yaitu proses dan hasil.


(16)

2

Sementara hal yang paling penting dalam Pendidikan adalah proses belajar mengajar yang dilakukan guru dan siswa di kelas. Proses belajar mengajar sangat berpengaruh bagi siswa bagaimana si guru mengajar, cara guru memikat siswa dengan pemikiran – pemikirannya yang kreatif.

Sanjaya mengatakan pada bukunya bahwa komponen yang selama ini dianggap sangat mempengaruhi proses pembelajaran adalah komponen guru. Hal ini memang wajar, sebab guru merupakan ujung tombak yang berhubungan langsung dengan siswa sebagai subjek dan objek belajar. Bagaimanapun bagus dan idealnya kurikulum pendidikan, bagaimanapun lengkapnya sarana dan prasarana pendidikan, tanpa diimbangi dengan kemampuan guru dalam mengimplementasikannya maka semua akan kurang bermakna. Oleh sebab itu, untuk mencapai standar proses pendidikan sebaiknya dimulai dengan menganalisis komponen guru. (Sanjaya, 2008).

Guru yang mengajarkan sains seperti halnya fisika harus memberikan kesempatan kepada siswa untuk lebih aktif. Siswa perlu diberikan kesempatan dalam berperan memecahkan masalah seperti yang dilakukan para ilmuwan, agar mereka mampu memahami konsep – konsep dalam bahasa mereka sendiri (Winataputra, 1993). Bruner berpendapat bahwa selama kegiatan belajar berlangsung hendaknya siswa dibiarkan mencari atau menemukan sendiri makna segala sesuatu yang dipelajari (Dahar, 41)

Berdasarkan pendapat dari Oemar Hamalik, unsur proses belajar memegang peranan yang vital. Dalam uraian terdahulu telah ditegaskan, bahwa mengajar adalah proses membimbing kegiatan belajar, bahwa kegiatan mengajar


(17)

3

hanya bermakna apabila terjadi kegiatan belajar. Oleh karena itu adalah sangat penting sekali bagi setiap guru memahami sebaik – baiknya tentang proses belajar murid, agar ia dapat memberikan bimbingan dan menyediakan lingkungan belajar yang tepat dan serasi bagi murid – murid. (Hamalik, 2010)

Menurut pendapat Sanjaya proses pembelajaran di dalam kelas umumnya diarahkan kepada kemampuan anak untuk menghapal informasi; otak anak dipaksa untuk mengingat dan menimbun berbagai informasi tanpa dituntut untuk memahami informasi yang diingatnya itu untuk menghubungkannya dengan kehidupan sehari-hari (Sanjaya, 2008).

Menurut Annurahman Bila ini terus berlanjut, maka dampaknya anak-anak hanya cenderung mengkonsumsi pengetahuan tanpa menerapkannya secara aplikatif, siswa tidak akan tumbuh dan berkembang sesuai yang diharapkan, padahal sesugguhnya pertumbuhan dan perkembangan siswa merupakan tujuan yang ingin dicapai oleh semua sekolah dan guru (Anurrahman, 2009).

Dalam jurnalnya Sumardiansyah mengatakan penguasaan materi oleh guru didalam menyampaikan sebuah permasalahan didalam kelas tidaklah cukup, guru juga harus mampu menguasai dan menerapkan berbagai metode pembelajaran yang tepat dan sesuai dengan materi yang diajarkan. (Sumardiansyah , 2014)

Dari pernyataan diatas dapat saya simpulkan bahwa guru sangat memegang peranan dalam menciptakan suasana yang membuat siswa nyaman dan semangat dalam kegiatan belajar mengajar.

Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan, dengan mengamati langsung lewat pengajaran sehari – hari di kelas diperoleh bahwa siswa masih


(18)

4

menganggap bahwa pelajaran Fisika itu hanyalah menghafal konsep – konsep, prinsip – prinsip, dan rumus semata itu terlihat ketika saya menerangkan dan mengaplikasikan tayangan video pembelajaran pada siswa yang diingat mereka hanyalah rumus yang tertera pada video tersebut terutama pada pembelajaran IPA Fisika, bukan apa yang ditayangkan pada video tersebut. Rendahnya hasil belajar siswa juga terlihat pada nilai rata – rata ujian kelas untuk pelajaran IPA hanya 68, dengan KKM 75. Terlihat juga pada saat praktikum di laboratorium siswa hanya cenderung mendengar kan dan mengikuti apa yang diperintahkan siswa saja. Kurangnya kreativitas siswa dalam praktikum di lab dan dalam belajar membuat siswa kurang berperan dan aktif dalam belajar dan praktikum di lab. Salah satu materi pembelajaran dalam fisika yang kurang dipahami siswa adalah materi alat optik, kenapa saya bilang alat optik, karena pada saat materi alat optik tersebut siswa cenderung dituntut untuk mengahafalkan rumus – rumus nya saja. Sementara banyak pada materi alat optik banyak sekali materi yang harus dijelaskan dengan gambar – gambar dan video – video yang dapat memperlihatkan keterangan pembiasan cahaya yang terdapat pada alat – alat optik.

Seperti yang dikatakan pada peneliti sebelumnya Mainisa bahwa kompetensi dasar siswa untuk mampu menyelidiki dan merancang alat percobaan berbagai alat – alat optik. Materi fisika SMA khususnya di kelas X tentang alat – alat optik merupakan salah satu materi penting yang yang harus dipelajari siswa karena berhubungan dengan kehidupan sehari – hari. Selama ini pembelajaran tentang materi alat – alat optik diajarkan guru hanya dengan pembelajaran


(19)

5

konvensional (teacher center) sehingga siswa menjadi kurang aktif dalam proses

pembelajaran. (Mainisa, 2014)

Fatmi juga mengatakan pembelajaran fisika yang berlangsung masih didominasi oleh guru serta kurang bervariasi, proses pembelajaran lebih sering menggunakan metode ceramah dan pembelajaran yang berlangsung masih konvensional dengan latihan soal, sehingga kurangnya kesempatan siswa untuk memiliki pengalaman belajar yang nyata dan aktif dan kegiatan praktikum pun jarang dilaksanakan sehingga mengakibatkan keterampilan proses siswa menjadi pasif dan kurang terbentuk, dimana siswa hanya mengikuti apa yang dicontohkan guru dan kreativitas yang ada dalam diri siswa jadi pun terhambat serta mengalami penurunan hasil belajar siswa. (Fatmi, 2014)

Seharusnya, pembelajaran fisika yang baik adalah pembelajaran yang dilandaskan pada prinsip keterampilan proses, dimana siswa dididik untuk menemukan dan mengembangkan sendiri fakta dan konsepnya sendiri.

Maka dari itu penulis juga melihat bahwa kesulitan siswa dalam menemukan materi belajar fisika juga cenderung membuat siswa malas untuk mengetahui lebih jauh tentang fisika. Jika pembelajaran yang dilakukan menyediakan pengalaman belajar yang dapat menarik perhatian siswa untuk belajar, diharapkan keterampilan proses sains siswa meningkat. Salah satu model yang cocok untuk pembelajaran fisika dimana siswa diberikan kesempatan secara langsung untuk menemukan, meningkatkan pemahaman ilmu pengetahuannya, meningkatkan produktivitas dalam belajar dan berfikir kreatif yang mendatangkan stimulus dalam diri siswa dengan rasa ingin tahunya yang besar dan


(20)

6

memungkinkan siswa tersebut untuk dapat menemukan sendiri materi yang harus

dipahaminya adalah model inquiry trainning.

Menurut Peterson (2009) pada tesis Mainisa, menyatakan scientific inquiry

diartikan terhadap dua program pembelajaran, yaitu pembelajaran sains umum

dan pembelajaran concrete materials-based yang berarti pembelajaran verbal

yang kemudian dikembangkan oleh suchman menjadi inquiry training atau lebih

dikenal The Suchman Inquiry Model. Karena hal tersebut peneliti yakin, jika

model ini diterapkan dalam pembelajaran di kelas, maka hasil belajar siswa akan meningkat. Hal ini pernah dibuktikan oleh beberapa peneliti dalam penelitian model inquiry mampu meningkatkan pemahaman konsep belajar fisika dan hasil belajar fisika siswa. (Mainisa dan Fatmi, 2014)

Berbeda dengan peneliti sebelumnya, disini peneliti lebih melihat efek dari

model pembelajaran Inquiry trainning yang diberikan menggunakan media visual

berupa video pembelajaran yang memperlihatkan arah – arah sinar pada materi alat optik. Peneliti juga mengukur peningkatan dari hasil belajar dan kreativitas

siswa dengan model pembelajaran Inquiry trainning menggunakan media visual.

Untuk itu akan dilakukan penelitian denga judul Efek Penggunaan Model

Pembelajaran Inquiry Trainning Berbantuan Media Visual Dan Kreativitas Siswa Terhadap Keterampilan Proses Sains Siswa kelas VIII SMP Amir Hamzah Medan.


(21)

7

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diungkapkan di atas, maka dapat diidentifikasikan masalah yang relevan terhadap penelitian ini :

1. Proses pembelajaran Fisika sebagian besar hanya menekankan pada aspek

menghafal konsep-konsep, prinsip-prinsip atau rumus

2. Rendahnya hasil belajar siswa dalam pembelajaran Fisika.

3. Kurangnya penguasaan materi oleh guru didalam menyampaikan

permasalahan di dalam kelas.

4. Siswa kurang aktif dalam proses pembelajaran karena tidak adanya alat

peraga yang diciptakan siswa;

5. Salah satu materi Fisika yang sulit dipahami siswa adalah materi Alat-alat

Optik.

1.3 Batasan Masalah

Mengingat keluasan ruang lingkup permasalahan seperti yang telah diidentifikasi di atas, maka penelitian ini perlu dibatasi supaya apa yang diteliti menjadi lebih terfokus pada permasalahan yang mendasar dan memberikan dampak yang luas terhadap hasil belajar apabila permasalahan ini diteliti. Penelitian ini dibatasi pada:

1. Model pembelajaran yang digunakan adalah Model Inquiry Trainning

untuk kelas Eksperimen dan Konvensional untuk kelas kontrol.

2. Hal yang akan diteliti mengenai keterampilan proses sains siswa SMP


(22)

8

3. Akan diteliti pula mengenai Kreativitas siswa SMP Amir Hamzah Medan

4. Penelitian akan dilakukan terhadap materi alat optik.

1.4Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah yang telah dikemukakan di atas, maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Apakah ada perbedaan keterampilan proses sains siswa SMP Amir

Hamzah Medan menggunakan model inquiry training berbantuan

media visual dan pembelajaran konvensional?

2. Apakah ada perbedaan keterampilan proses sains siswa SMP Amir

Hamzah Medan yang mempunyai kreativitas tinggi dan kreativitas rendah ?

3. Apakah ada interaksi antara model pembelajaran inquiry training

berbantuan media visual dan pembelajaran konvensional dengan kreativitas siswa dalam meningkatkan keterampilan proses sains siswa SMP Amir Hamzah Medan?

1.5 Tujuan Penelitian

Berdasarkan dari rumusan masalah, maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah :

1. Menganalisis perbedaan keterampilan proses sains siswa SMP Amir

Hamzah Medan menggunakan model inquiry trainning dan


(23)

9

2. Menganalisis perbedaan keterampilan proses sains siswa SMP Amir

Hamzah Medan yang mempunyai kreativitas tinggi dan kreativitas rendah .

3. Menganalisis adanya interaksi antara model pembelajaran inquiry

training dan pembelajaran konvensional dengan kreativitas siswa dalam meningkatkan keterampilan proses sains siswa SMP Amir Hamzah Medan.

1.6 Manfaat Penelitian

1. Bagi guru, hasil penelitian ini dapat memberikan sumbangan

pemikiran dalam bentuk model pembelajaran Inquiry trainning pada

materi alat optik yang dapat digunakan guru, sehingga siswa dapat mengembangkan aspek kemampuan dasar yang mencakup aspek kognitif dan psikomotorik.

2. Model pembelajaran ini dapat menjadi pertimbangan bagi guru Fisika

dalam upaya perbaikan PBM, karena model ini mengutamakan pembelajaran yang berpusat pada siswa keterampilan proses sains.

3. Menambah pengetahuan dan memperluas wawasan penulis tentang

LKS yang digunakan untuk membantu proses pembelajaran, model pembelajaran dan pendekatan keterampilan proses sains.


(24)

10

1.7. Definisi Operasional

1. Model pembelajaran Inquiry training adalah upaya pengembangan

para pembelajar yang mandiri dengan menerapkan metode yang mensyaratkan partisipasi aktif siswa dalam penelitian ilmiah. (Joyce : 2003)

2. Kreativitas merupakan kemampuan seseorang untuk melahirkan

sesuatu yang baru, baik berupa gagasan maupun karya nyata, yang relatif berbeda dengan apa yang ada sebelumnya dalam bentuk ciri-ciri aptitude dan non aptitude, yang meliputi kelancaran, keluwesan, dan orisinalitas berpikir, memperinci, menilai, rasa ingin tahu, imajinatif, tertantang, berani mengambil resiko, dan sifat menghargai (Semiawan, 2009)

3. Keterampilan proses sains adalah sekumpulan kemampuan –

kemampuan yang dimiliki, dikuasai, dan diaplikasikan dalam suatu kegiatan ilmiah. (Rao : 2008)

4. Pembelajaran Konvensional merupakan pembelajaran yang biasa


(25)

69

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

1. Model pembelajaran Inquiry Training berbantuan media visual lebih baik dalam meningkatkan keterampilan proses sains siswa daripada pembelajaran konvensional. Hal ini berdasarkan hasil keterampilan proses sains yang telah dicapai oleh kelas ekperimen sebesar 83,64 dan kelas kontrol sebesar 73,75. Dari situ dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan hasil keterampilan proses sains antara kelas ekperimen dan kelas kontrol. Walaupun masing kelas berada pada kategori yang sama, tetapi kelas eksperimen yang diberi model pembelajaran Inquiry Training menunjukkan peningkatan hasil keterampilan proses sains yang lebih tinggi dari pada kelas kontrol yang diberi pembelajaran konvensional. 2. Hasil keterampilan proses sains siswa yang memiliki tingkat kreativitas

tinggi sebesar 82,45 lebih baik dibandingkan dengan keterampilan proses sains siswa yang memiliki tingkat kreativitas rendah sebesar 74,99.

3. Hasil ini menggambarkan bahwa efek dari kreativitas tinggi pada keterampilan proses sains lebih dominan pada pembelajaran model inquiry training daripada di model konvensional .


(26)

70

5.2. Saran

1. Peneliti selanjutnya lebih kreatif dalam mengkonsep materi pelajaran yang akan dibagikan kepada siswa. Video Pembelajaran yang diberikan kepada siswa harus mampu menarik perhatian siswa sehingga siswa lebih termotivasi untuk mudah memahami materi pelajaran nantinya.

2. Dalam Inquiry Training siswa masih sulit dalam mengungkapkan

pertanyaan yang bisa dijawab ”ya” atau ”tidak” dalam tahapan – tahapan yang ada pada model Inquiry Training. Jadi sebaiknya pada peneliti berikutnya memberikan contoh terlebih dahulu pada siswa pertanyaan seperti apakah yang dapat dijawab dengan ”ya” atau ”tidak”.

3. Dalam menerapkan model pembelajaran sebaiknya diperhitungkan dengan baik pembagian jumlah kelompok, jangan sampai terlalu banyak dalam satu kelompok, karena akan mengakibatkan siswa dalam kelompok tidak bekerja sepenuhnya.

4. Apabila ingin menggunakan model inquiry training sebaiknya pada siswa yang memiliki kreativitas tinggi.


(27)

93

DAFTAR PUSTAKA

Arends, R.I. 2008. Learning to teach. Belajar untuk Mengajar, edisi 7. Yogyakarta : Pustaka Belajar

Arikunto, S. 2009. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara Aunurrahman. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.

Dahar, Ratna W. 1996. Teori – teori Belajar. Jakarta : Erlangga

Daryatini, Ida dan Hasanudin. 1995. Pelajaran Fisika. Bandung : Armico Dimyati, dan Mudjiono. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta Djamarah, Syaiful bahri. 2006. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : PT. Rineka

Cipta

Fatmi. 2014. Pengaruh Model Pembelajaran Inquiry Terbimbing dan kreativitas

Terhadap Keterampilan Proses Sains Siswa SMAN 1 Julok. Medan : Tesis Program pascasarjana Pendidikan Fisika Universitas Negeri Medan

Faturrahman, P., dan Sutikno.2007. Strategi Belajar Mengajar Melalui

Penanaman Konsep Umum Dan Konsep Islami. Bandung : Penerbit Refika Aditama.

Fraenkel, J.R., Wallen, N.E, Hyun, H.H. How to Design And Evaluate Research

In Education Eight Edition. New York : The McGraw Hill Companies. Hamalik, O. 2010. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara

Joyce, B., Weil, M., Calhoun,. E. 2003.Models of Teaching (Model – model pengajaran Edisi Kelima). Terjemahan oleh Achmad Fawaid dan Atteila Mirza. 2003. Yogyakarta : Pustaka Belajar

Kuspriyanto, B. 2013. Strategi Pembelajaran dan Kemampuan Berpikir Kreatif Terhadap Hasil Belajar Fisika. (Jurnal Tekhnologi Pendidikan, Vol. 6. No. 2.)


(28)

94

Mainisa. 2014. Pengaruh Model Pembelajaran Inquiry Training dan Kreativitas

terhadap keterampilan generic siswa. Medan : Pascasarjana Unimed

Mawaddah, Liana. 2013. Efek Penggunaan Model Pembelajaran Inquiry Training

Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Materi Listrik Dinamis. Medan : Pascasarjana UNIMED

Munandar, Utami. 1992. Mengembangkan bakat dan kreativitas anak sekolah, petunuk bagi para guru dan orang tua. Jakarta : PT. Gramedia Widiasarana Indonesia

Munandar, Utami. 2009. Mengembangkan bakat dan kreativitas anak sekolah, petunuk bagi para guru dan orang tua. Jakarta : PT. Gramedia Widiasarana Indonesia

Muslich, M. 2008. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan(KTSP); Dasar

Pemahaman dan Pengembangan. Jakarta : PT Bumi Aksara.

Pandey.A. 2011. Effectiveness of Inqiry Training Model over Conventional Teaching Method on Academic Achievment of Science Students in India. (Journal of Innovative Research in Education Vol.1(1), 7 – 20)

Sagala, S. 2009. Konsep Dan Makna Pembelajaran. Jakarta : Penerbit Alfabeta. Sani. 2012. Pengembangan Laboratorium Fisika. Medan : Unimed Press

Sanjaya, Wina. 2008. Strategi Pembelajaran (Berorientasi Standar Proses Pendidikan) . Bandung : Kencana

Saripudin, A., D. Rustiawan K., dan A. Suganda. 2009. Praktis Belajar Fisika 1 :. Pusat Perbukuan Departemen Nasional, Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta.

Sardiman. 2010. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta : Penerbit Grafindo.

Semiawan, C.R. 2009. Kreativitas Keberbakatan. Jakarta : PT. Indeks

Setyo, Toenas. 2012. Penerapan Model Inquiry Training Melalui Teknik Peta Konsep dan Teknik Puzzle ditinjau dari tingkat keberagaman aktivitas belajar dan kemampuan memori. Surakarta : Universitas sebelas maret


(29)

95

Siddiqui, Mujibul. 2013. Inquiry Training Model of Teaching : A search of Learning. (International Journal of Scientific Research Vol. 2 (3)) 108 - 110 Sudjana. 2005. Metode Statistika. Bandung: Tarsito.

Sudjana, N. 2009. Penilaian hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Roskarya

Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif,

Kualitatif dan R&D). Bandung : AlfaBeta

Sunarno, Widha dan Sajidan. 2012. Penerapan Model Inquiry Training melalui tekhnik peta konsep dan tekhnik puzzle ditinjau dari tingkat keberagaman aktivitas belajar dan kemampuan memori. (Jurnal Pendidikan Fisika Vol. 1 (3) 258 – 265)

Tim Pascasarjana. 2013. Pedoman Administrasi dan Penulisan Tesis & Disertasi. Medan : Program Pascasarjana Unimed

Trianto. 2009. Mendesain Model Pmbelajaran Inovatif – Progresif . Konsep, Landasan, Dan Implementasinya Pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta : Rencana Prenada Media Group

Yuniastuti, Euis.2013. Upaya Meningkatkan Keterampilan Proses dan Hasil Belajar Biologi dengan pendekatan pembelajaran jelajah alam sekitar pada siswa kelas VII SMP Kartika V-1 Balikpapan. (Jurnal Socioscientia Kopertis Wilayah XI Kalimantan Vol.5 (1) 31-38)

Yurahly, Dian. I Wayan Darmadi dan Darsikin. 2014. Model Pembelajaran Guided Discovery dan Direct Instruction berbasis keterampilan proses sains siswa SMA N 4 Palu. (Jurnal Pendidikan Fisika Tadulako Vol. 2(2) 43 - 47)

Widyaningsih, Sriyani.2012. Model MFI dan POGIL ditinjau dari aktivitas belajar dan kreativitas siswa terhadap prestasi belajar. (Jurnal Pendidikan Fisika

Vol.1 (3) 266-275)

Winataputra, Udin S. 1992. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Depdikbud, Proyek peningkatan mutu guru kelas SD strata D-II


(1)

1.7. Definisi Operasional

1. Model pembelajaran Inquiry training adalah upaya pengembangan para pembelajar yang mandiri dengan menerapkan metode yang mensyaratkan partisipasi aktif siswa dalam penelitian ilmiah. (Joyce : 2003)

2. Kreativitas merupakan kemampuan seseorang untuk melahirkan sesuatu yang baru, baik berupa gagasan maupun karya nyata, yang relatif berbeda dengan apa yang ada sebelumnya dalam bentuk ciri-ciri aptitude dan non aptitude, yang meliputi kelancaran, keluwesan, dan orisinalitas berpikir, memperinci, menilai, rasa ingin tahu, imajinatif, tertantang, berani mengambil resiko, dan sifat menghargai (Semiawan, 2009)

3. Keterampilan proses sains adalah sekumpulan kemampuan – kemampuan yang dimiliki, dikuasai, dan diaplikasikan dalam suatu kegiatan ilmiah. (Rao : 2008)

4. Pembelajaran Konvensional merupakan pembelajaran yang biasa digunakan guru dalam kelas.


(2)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

1. Model pembelajaran Inquiry Training berbantuan media visual lebih baik dalam meningkatkan keterampilan proses sains siswa daripada pembelajaran konvensional. Hal ini berdasarkan hasil keterampilan proses sains yang telah dicapai oleh kelas ekperimen sebesar 83,64 dan kelas kontrol sebesar 73,75. Dari situ dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan hasil keterampilan proses sains antara kelas ekperimen dan kelas kontrol. Walaupun masing kelas berada pada kategori yang sama, tetapi kelas eksperimen yang diberi model pembelajaran Inquiry Training menunjukkan peningkatan hasil keterampilan proses sains yang lebih tinggi dari pada kelas kontrol yang diberi pembelajaran konvensional. 2. Hasil keterampilan proses sains siswa yang memiliki tingkat kreativitas

tinggi sebesar 82,45 lebih baik dibandingkan dengan keterampilan proses sains siswa yang memiliki tingkat kreativitas rendah sebesar 74,99.

3. Hasil ini menggambarkan bahwa efek dari kreativitas tinggi pada keterampilan proses sains lebih dominan pada pembelajaran model inquiry training daripada di model konvensional .


(3)

5.2. Saran

1. Peneliti selanjutnya lebih kreatif dalam mengkonsep materi pelajaran yang akan dibagikan kepada siswa. Video Pembelajaran yang diberikan kepada siswa harus mampu menarik perhatian siswa sehingga siswa lebih termotivasi untuk mudah memahami materi pelajaran nantinya.

2. Dalam Inquiry Training siswa masih sulit dalam mengungkapkan pertanyaan yang bisa dijawab ”ya” atau ”tidak” dalam tahapan – tahapan yang ada pada model Inquiry Training. Jadi sebaiknya pada peneliti berikutnya memberikan contoh terlebih dahulu pada siswa pertanyaan seperti apakah yang dapat dijawab dengan ”ya” atau ”tidak”.

3. Dalam menerapkan model pembelajaran sebaiknya diperhitungkan dengan baik pembagian jumlah kelompok, jangan sampai terlalu banyak dalam satu kelompok, karena akan mengakibatkan siswa dalam kelompok tidak bekerja sepenuhnya.

4. Apabila ingin menggunakan model inquiry training sebaiknya pada siswa yang memiliki kreativitas tinggi.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Arends, R.I. 2008. Learning to teach. Belajar untuk Mengajar, edisi 7.

Yogyakarta : Pustaka Belajar

Arikunto, S. 2009. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara

Aunurrahman. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.

Dahar, Ratna W. 1996. Teori – teori Belajar. Jakarta : Erlangga

Daryatini, Ida dan Hasanudin. 1995. Pelajaran Fisika. Bandung : Armico

Dimyati, dan Mudjiono. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta

Djamarah, Syaiful bahri. 2006. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : PT. Rineka

Cipta

Fatmi. 2014. Pengaruh Model Pembelajaran Inquiry Terbimbing dan kreativitas

Terhadap Keterampilan Proses Sains Siswa SMAN 1 Julok. Medan : Tesis

Program pascasarjana Pendidikan Fisika Universitas Negeri Medan

Faturrahman, P., dan Sutikno.2007. Strategi Belajar Mengajar Melalui

Penanaman Konsep Umum Dan Konsep Islami. Bandung : Penerbit Refika

Aditama.

Fraenkel, J.R., Wallen, N.E, Hyun, H.H. How to Design And Evaluate Research

In Education Eight Edition. New York : The McGraw Hill Companies.

Hamalik, O. 2010. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara

Joyce, B., Weil, M., Calhoun,. E. 2003.Models of Teaching (Model – model

pengajaran Edisi Kelima). Terjemahan oleh Achmad Fawaid dan Atteila

Mirza. 2003. Yogyakarta : Pustaka Belajar

Kuspriyanto, B. 2013. Strategi Pembelajaran dan Kemampuan Berpikir Kreatif

Terhadap Hasil Belajar Fisika. (Jurnal Tekhnologi Pendidikan, Vol. 6. No.


(5)

Mainisa. 2014. Pengaruh Model Pembelajaran Inquiry Training dan Kreativitas

terhadap keterampilan generic siswa. Medan : Pascasarjana Unimed

Mawaddah, Liana. 2013. Efek Penggunaan Model Pembelajaran Inquiry Training

Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Materi Listrik Dinamis. Medan :

Pascasarjana UNIMED

Munandar, Utami. 1992. Mengembangkan bakat dan kreativitas anak sekolah,

petunuk bagi para guru dan orang tua. Jakarta : PT. Gramedia Widiasarana

Indonesia

Munandar, Utami. 2009. Mengembangkan bakat dan kreativitas anak sekolah,

petunuk bagi para guru dan orang tua. Jakarta : PT. Gramedia Widiasarana

Indonesia

Muslich, M. 2008. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan(KTSP); Dasar

Pemahaman dan Pengembangan. Jakarta : PT Bumi Aksara.

Pandey.A. 2011. Effectiveness of Inqiry Training Model over Conventional Teaching Method on Academic Achievment of Science Students in India.

(Journal of Innovative Research in Education Vol.1(1), 7 – 20)

Sagala, S. 2009. Konsep Dan Makna Pembelajaran. Jakarta : Penerbit Alfabeta.

Sani. 2012. Pengembangan Laboratorium Fisika. Medan : Unimed Press

Sanjaya, Wina. 2008. Strategi Pembelajaran (Berorientasi Standar Proses

Pendidikan) . Bandung : Kencana

Saripudin, A., D. Rustiawan K., dan A. Suganda. 2009. Praktis Belajar Fisika 1 :. Pusat Perbukuan Departemen Nasional, Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta.

Sardiman. 2010. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta : Penerbit

Grafindo.

Semiawan, C.R. 2009. Kreativitas Keberbakatan. Jakarta : PT. Indeks

Setyo, Toenas. 2012. Penerapan Model Inquiry Training Melalui Teknik Peta

Konsep dan Teknik Puzzle ditinjau dari tingkat keberagaman aktivitas


(6)

Siddiqui, Mujibul. 2013. Inquiry Training Model of Teaching : A search of

Learning. (International Journal of Scientific Research Vol. 2 (3)) 108 - 110

Sudjana. 2005. Metode Statistika. Bandung: Tarsito.

Sudjana, N. 2009. Penilaian hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja

Roskarya

Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif,

Kualitatif dan R&D). Bandung : AlfaBeta

Sunarno, Widha dan Sajidan. 2012. Penerapan Model Inquiry Training melalui

tekhnik peta konsep dan tekhnik puzzle ditinjau dari tingkat keberagaman

aktivitas belajar dan kemampuan memori. (Jurnal Pendidikan Fisika Vol. 1

(3) 258 – 265)

Tim Pascasarjana. 2013. Pedoman Administrasi dan Penulisan Tesis & Disertasi.

Medan : Program Pascasarjana Unimed

Trianto. 2009. Mendesain Model Pmbelajaran Inovatif – Progresif . Konsep,

Landasan, Dan Implementasinya Pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta : Rencana Prenada Media Group

Yuniastuti, Euis.2013. Upaya Meningkatkan Keterampilan Proses dan Hasil Belajar Biologi dengan pendekatan pembelajaran jelajah alam sekitar pada

siswa kelas VII SMP Kartika V-1 Balikpapan. (Jurnal Socioscientia

Kopertis Wilayah XI Kalimantan Vol.5 (1) 31-38)

Yurahly, Dian. I Wayan Darmadi dan Darsikin. 2014. Model Pembelajaran Guided Discovery dan Direct Instruction berbasis keterampilan proses sains

siswa SMA N 4 Palu. (Jurnal Pendidikan Fisika Tadulako Vol. 2(2) 43 -

47)

Widyaningsih, Sriyani.2012. Model MFI dan POGIL ditinjau dari aktivitas belajar

dan kreativitas siswa terhadap prestasi belajar. (Jurnal Pendidikan Fisika

Vol.1 (3) 266-275)

Winataputra, Udin S. 1992. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Depdikbud,