MENINGKATKAN MOTIVASI DAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN MATEMATIS SISWA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT BERBANTUAN ALAT PERAGA PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA DI KELAS VI SD METHODIST-12 MEDAN TAHUN AJARAN 2014.

(1)

MENINGKATKAN MOTIVASI DAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN MATEMATIS SISWA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF

TIPE TGT BERBANTUAN ALAT PERAGA PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA DI KELAS VI

SD METHODIST-12 MEDAN T.A 2014

TESIS

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Magister pendidikan pada

Program Studi Pendidikan Dasar

Oleh:

PATRI JANSON SILABAN NIM: 8126181016

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN


(2)

MENINGKATKAN MOTIVASI DAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN MATEMATIS SISWA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF

TIPE TGT BERBANTUAN ALAT PERAGA PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA DI KELAS VI

SD METHODIST-12 MEDAN T.A 2014

TESIS

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Magister pendidikan pada

Program Studi Pendidikan Dasar

Oleh:

PATRI JANSON SILABAN NIM: 8126181016

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN


(3)

(4)

(5)

(6)

ABSTRAK

Patri Janson Silaban, NIM 8126181016: Meningkatkan Motivasi dan Kemampuan Pemahaman Matematis Siswa Melalui Pembelajaran kooperatif tipe TGT Berbantuan Alat Peraga Pada Mata Pelajaran Matematika di Kelas VI SD Methodist-12 Medan Tahun Ajaran 2014; Tesis Pasca Sarjana Universitas Negeri Medan.

Yang menjadi masalah dalam penelitian ini adalah: (1) guru menggunakan pendekatan yang berpusat pada guru yang dominasi ekspositori/ceramah, (2) tumbuhnya budaya menghafal rumus melalui buku tanpa penjelasan sebelumnya, (3) pembelajaran yang berpusat pada buku, (4) minimnya metode/media/strategi pembelajaran, (5) pembelajaran dominan terhadap kognitif (pengetahuan), (6) siswa tidak termotivasi dalam pembelajaran matematika, dan (7) kurangnya kemampuan pemahaman matematis siswa terhadap materi pelajaran matematika.

Adapun tujuan penelitian ini adalah (1) meningkatkan motivasi belajar siswa, (2) meningkatkan kemampuan pemahaman matematis siswa, (3) mengetahui respon siswa terhadap pembelajaran, dan (4) mengetahui efektivitas siswa. Rumusan masalah pada penelitian ini, yaitu: (1) bagaimana peningkatan motivasi belajar siswa?, (2) bagaimana peningkatan kemampuan pemahaman matematis siswa?, (3) bagaimana respon siswa? (4) bagaimana efektivitas siswa?

Jenis pelitian yang dilakukan adalah penelitian tindakan kelas melalui pembelajaran kooperatif tipe TGT berbantuan alat peraga sebagai sasaran utama. Dimana penelitian ini berupaya memaparkan penggunaan pembelajaran kooperatif tipe TGT berbantuan alat peraga dalam meningkatkan motivasi dan kemampuan pemahaman matematis siswa melalui pembelajaran kooperatif tipe TGT berbantuan alat peraga pada mata pelajaran matematika di kelas VI SD Methodist-12 Medan.

Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VI berjumlah 50 yang diantaranya 26 orang laki-laki dan 24 orang perempuan di SD Methodist-12 Medan. Penetapan kelas ini diambil berdasarkan hasil observasi terhadap kelas yang akan diteliti dan saran dari kepala sekolah. Objek formal melalui pembelajaran kooperatif tipe TGT berbantuan alat peraga.

Hasil penelitian pada motivasi belajar siswa mengalami peningkatan dari rata-rata kelas 68.22% pada siklus I menjadi 71.89% pada siklus II dan menjadi 82.29% pada siklus III. Kemampuan pemahaman matematis siswa mengalami peningkatan dari rata-rata kelas 64.33% pada siklus I menjadi 77.67% pada siklus II dan menjadi 88.67% pada siklus III. Respon siswa terhadap pembelajaran mengalami peningkatan dari rata-rata kelas 70.40% pada siklus I menjadi 85.11 pada siklus II dan menjadi 92.00% pada siklus III. Efektivitas pembelajaran siswa mengalami peningkatan dari rata-rata kelas 62.48% pada siklus I menjadi 76.04% pada siklus II dan menjadi 88.29% pada siklus III.

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa melalui pembelajaran kooperatif tipe TGT berbantuan alat peraga dapat meningkatkan motivasi dan kemampuan pemahaman matematis siswa pada aspek kognitif, afektif dan psikomotor pada pokok bahasan luas bangun datar di kelas VI SD Methodist-12 Medan.


(7)

ABSTRACT

Patri Silaban Janson, NIM 8126181016: Improving Motivation and Ability Mathematical Understanding Through Students Assisted Cooperative learning TGT Viewer Tool In Mathematics Subjects in Class VI Elementary School Methodist-12 of Medan Year 2014; Graduate Thesis, State University of Medan.

The problem in this study are: (1) teachers use teacher-centered approach to the dominance of expository / lecture, (2) the growing culture through books memorizing formulas without any prior explanation, (3) learning-centered book, (4) lack of methods / media / learning strategies, (5) the dominant cognitive learning (knowledge), (6) students are not motivated in the learning of mathematics, and (7) lack of understanding of students' mathematical abilities of the subject matter of mathematics.

The purpose of this study is (1) increasing the students' motivation, (2) improve the ability of students' mathematical understanding, (3) determine students' response to learning, and (4) determine the effectiveness of the student. Formulation of the problem in this study, namely: (1) how to increase student motivation ?, (2) how to increase the ability of students' mathematical understanding ?, (3) how the student's response? (4) how the effectiveness of the student?

Type of research is action research through cooperative learning TGT aided props as the main target. Where this study seeks to describe the use of cooperative learning TGT props aided in increasing the motivation and ability of students' mathematical understanding through cooperative learning TGT props aided in mathematics in Class VI Elementary School Methodist-12 of Medan.

The subjects were students of class VI was 50 of which were 26 men and 24 women in Elementary School Methodist-12 of Medan. Determination of this class is taken based on the observation of the class that will be examined and advice from the principal. Formal object through cooperative learning TGT aided props.

The results of the research on students' motivation has increased from an average grade 68.22% in the cycle I to 71.89% in the cycle II and become 82.29% in the cycle III. Understanding of mathematical ability of students has increased from an average grade 64.33% in the cycle I to 77.67% in the cycle II and become 88.67% in the cycle III. The response of students towards learning has increased an average grade of 70.40% at 85.11 on the cycle I to the cycle II and become 92.00% in the cycle III. Learning effectiveness of students has increased from an average grade 62.48% at the cycle I to 76.04% in the cycle II and become 88.29% in the cycle III.

Thus, it can be concluded that through cooperative learning TGT aided props can increase motivation and understanding of students' mathematical abilities in cognitive, affective and psychomotor widely on the subject of flat wake in Class VI Elementary School Methodist-12 of Medan.


(8)

DAFTAR ISI

Lembar Persetujuan ...

Abstrak ... i

Abstract ... ii

Kata Pengantar ... iii

Daftar isi ... v

Daftar Gambar ... viii

Daftar Tabel ... ix

Daftar Grafik ... xi

Daftar Lampiran ... xii

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang ... 1

1.2.Identifikasi Masalah ... 10

1.3.Batasan Masalah ... 10

1.4.Rumusan Masalah ... 11

1.5.Tujuan Penelitian ... 12

1.6.Manfaat Penelitian ... 12

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Hakikat Matematika ... 14

1. Pembelajaran Matematika di SD ... 16

2. Kemampuan Pemahaman Matematis... ... 18

3. Kemampuan Pemahaman Matematis ... 20


(9)

1. Pengertian Motivasi ... 16

2. Karakteristik Motivasi... ... 18

2.3 Hakikat Pembelajaran Kooperatif ... 14

1. Pengertian Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT ... 16

2. Karakteristik Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT... ... 18

3. Efektivitas Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT... ... 20

2.4 Hakikat Pembelajaran Kooperatif ... 14

1. Pengertian Alat Peraga ... 16

2. Karakteristik Alat Peraga... 18

2.5 Hasil Penelitian yang Relevan ... 50

2.6 Kerangka Konseptual ... 51

2.7 Hipotesis Penelitian Tindakan... ... 59

BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian ... 61

3.2. Tempat dan Waktu Penelitian ... 61

3.3. Subjek dan Objek Penelitian ... 62

3.4 Rancangan Penelitian ... 62

3.5. Defenisi Operasional ... 70

3.6. Instrumen dan Teknik Pengumpulan Data ... 71

3.7. Teknik Analisa Data dan Indikator keberhasilan... 83

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Deskripsi Hasil Penelitian Siklus I ... 89

4.2. Deskripsi Hasil Penelitian Siklus II ... 105


(10)

4.4. Pembahasan Hasil Penelitian ... 137

4.5. Keterbatasan Penelitian ... 148

4.6 Temuan ... 149

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1. Simpulan ... 151

5.2. Rekomendasi ... 152

Daftar Pustaka ... 154


(11)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Langkah-Langkah Model Pembelajaran Kooperatif ... 34

Tabel 3.1 Langkah-Langkah Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT ... 66

Tabel 3.2 Angket Motivasi ... 72

Tabel 3.3 Instrumen Tes Kemampuan Pemahaman Matematis ... 74

Tabel 3.4 Rubrik Penilaian ... 75

Tabel 3.5 Angket Respon Siswa ... 77

Tabel 3.6 Indikator Aktivitas Siswa ... 78

Tabel 3.7 Indikator Kemampuan Guru ... 80

Tabel 4.1 Angket Motivasi ... 92

Tabel 4.2 Kemampuan Pemahaman Matematis ... 93

Tabel 4.3 Ketuntasan Kemampuan Pemahaman Matematis ... 94

Tabel 4.4 Aktivitas Siswa ... 95

Tabel 4.5 Hasil Observasi ... 96

Tabel 4.6 Respon Siswa ... 97

Tabel 4.7 Tabel Rangkuman Siklus I ... 104

Tabel 4.8 Angket Motivasi ... 106

Tabel 4.9 Kemampuan Pemahaman Matematis ... 107

Tabel 4.10 Ketuntasan Kemampuan Pemahaman Matematis ... 109

Tabel 4.11 Aktivitas Siswa ... 110

Tabel 4.12 Hasil Observasi ... 111

Tabel 4.13 Respon Siswa ... 112

Tabel 4.14 Tabel Rangkuman Siklus I ... 120


(12)

Tabel 4.16 Kemampuan Pemahaman Matematis ... 125

Tabel 4.17 Ketuntasan Kemampuan Pemahaman Matematis ... 126

Tabel 4.18 Aktivitas Siswa ... 128

Tabel 4.19 Hasil Observasi ... 130

Tabel 4.20 Respon Siswa ... 131


(13)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1.Intensitas Peraga... ... 46

Gambar 3.1 Siklus PTK Arikunto ... 63

Gambar 3.2 Siklus PTK dalam Penelitian ... 69

Gambar 4.1 Jawaban Siswa Tentang Kemampuan Pemahaman Matematis ... 93


(14)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 RPP ... 157

Lampiran 2 LAS ... 234

Lampiran 3 Lembar Jawaban LAS ... 281

Lampiran 4 Tes Kemampuan Pemahaman Matematis ... 314

Lampiran 5 Lembar Jawaban Tes Kemampuan Pemahaman Matematis ... 325

Lampiran 6 Perolehan Hasil Angket Motivasi Belajar Siswa ... 331

Lampiran 7 Perolehan Hasil Tes Kemampuan Pemahaman Matematis ... 337

Lampiran 8 Perolehan Hasil Angket Respon Siswa ... 343

Lampiran 9 Perolehan Hasil Observasi Aktivitas Siswa ... 349

Lampiran 10 Perolehan Hasil Observasi Aktivitas Guru ... 355


(15)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Proses belajar merupakan suatu proses yang kompleks yang terjadi pada diri setiap orang sepanjang hidupnya, proses belajar itu terjadi karena adanya interaksi antara seseorang dengan lingkungannya. Oleh karena itu, belajar dapat terjadi dimana saja dan kapan saja. Salah satu pertanda bahwa seseorang itu telah belajar adalah dengan adanya perubahan tingkat pengetahuan, keterampilan dan sikapnya. Dalam hal ini, matematika juga perlu dipelajari karena dapat menambah tingkat pengetahuan, keterampilan, sikap terhadap belajar siswa.

Matematika merupakan salah satu materi ajar yang berkaitan dengan mempelajari ide-ide atau konsep yang bersifat abstrak. Hal ini membuat peserta didik beranggapan bahwa matematika merupakan materi ajar yang sulit. Pada kenyataannya banyak peserta didik juga kurang memiliki motivasi dan kemampuan pemahaman matematis terhadap matematika. Hal ini akan berdampak pada kurangnya penguasaan terhadap konsep-konsep dalam matematika. Selain pemahaman konsep dalam matematika, kemampuan pemahaman matematis yang benar juga sangat diperlukan dalam kegiatan pembelajaran matematika. Jika kemampuan pemahaman matematis yang diterima peserta didik salah maka sukar memperbaiki kembali terutama jika sudah diterapkan dalam penyelesaian suatu permasalahan matematis, sehingga penting sekali untuk membuat peserta didik memahami suatu konsep. Aspek-aspek pembelajaran matematika mencakup proses belajar mengajar dan pemikiran yang kreatif. Dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah, sering dijumpai berbagai permasalahan. Kesalahan yang


(16)

dilakukan siswa tidak hanya bersumber pada kemampuan pemahaman matematis siswa yang kurang, tetapi ada faktor lain yang ikut menentukan keberhasilan siswa dalam belajar matematika, salah satu diantaranya adalah metode pembelajaran yang dipilih guru sebagai pengajar.Matematika merupakan suatu syarat untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang berikutnya. Karena dengan belajar matematika, siswa akan belajar bernalar secara kritis, kreatif, dan aktif. Matematika merupakan ide-ide abstrak yang berisi simbol-simbol, maka konsep-konsep matematika harus dipahami terlebih dahulu sebelum memanipulasi simbol-simbol itu.

Pada usia sekolah dasar (7-8 tahun hingga 12-13 tahun), menurut teori Piaget termasuk pada tahap operasional konkret. Berdasarkan perkembangan kognitif ini, maka anak usia sekolah dasar pada umumnya mengalami kesulitan dalam memahami matematika relatif tidak mudah untuk dipahami oleh siswa sekolah dasar pada umumnya. Bidang studi matematika merupakan salah satu komponen pendidikan dasar dalam bidang-bidang pengajaran. Bidang studi Matematika ini diperlukan untuk proses perhitungan dan proses berpikir yang sangat dibutuhkan orang dalam menyelesaikan berbagai masalah. Dalam kurikulum 2004 disebutkan bahwa standar kompetensi matematika di sekolah dasar yang harus dimiliki siswa setelah melakukan kegiatan pembelajaran bukanlah penguasaan matematika, namun yang diperlukan ialah dapat dipahami dunia sekitar, mampu bersaing, dan berhasil dalam kehidupan.Standar kompetensi yang dirumuskan dalam kurikulum ini mencakup pemahaman konsep matematika. Secara khusus, tujuan pembelajaran Matematika di sekolah dasar, sebagaimana yang disajikan oleh Depdiknas (dalam Susanto 2013:190), sebagai


(17)

berikut: a) memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep, dan mengaplikasikan konsep atau algoritma, b) menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika, c) memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model, dan menafsirkan solusi yang diperoleh, d) mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk menjelaskan keadaan atau masalah, e) mamiliki sikap menghargai penggunaan matematika dalam kehidupan sehari-hari.

Berdasarkan tujuan pembelajaran matematika di atas siswa dituntut memiliki suatu kemampuan pemahaman matematis. Kemampuan matematis siswa digunakan untuk memahami pengetahuan dan memecahkan masalah yang dihadapi. Dalam hal ini, guru di tuntut untuk berperan memberikan motivasi kepada siswa agar dapat belajar matematika dengan baik untuk meningkatkan kemampuan pemahaman matematis siswa. Dimana dalam kehidupan sehari-hari, siswa tidak terlepas dari suatu yang namanya masalah, sehingga kemampuan pemahaman matematis merupakan fokus utama dalam pembelajaran matematika. Dalam matematika, tidak semua pertanyaan matematika merupakan suatu masalah. Suatu pertanyaan akan menjadi masalah jika pertayaan itu menunjukkan adanya suatu tantangan yang tidak dapat dipecahkan oleh prosedur rutin yang sudah diketahui oleh siswa.

Pada kenyataan di lapangan proses pembelajaran matematika yang dilaksanakan pada saat ini belum memenuhi harapan para guru sebagai pengembangan strategi pembelajaran di kelas. Siswa mengalami kesulitan dalam


(18)

belajar matematika, khususnya dalam menyelesaikan soal yang berhubungan dengan kemampuan pemahaman matematis siswa. Kesulitan yang dialami siswa paling banyak terjadi pada tahap melaksanakan perhitungan dan memeriksa hasil perhitungan. Dengan demikian, kemampuan pemahaman matematis merupakan faktor yang sangat penting bagi perkembangan kognitif siswa dan mempengaruhi motivasi belajar matematika siswa. Hal ini dapat dilihat dalam mengukur kemampuan pemahaman matematis siswa sebagai berikut: Keliling sebuah persegi adalah 48 cm. Berapakah cm2 kah luas bangun persegi tersebut? Dalam penyelesaikan soal tersebut diharapkan siswa menyelesaikan dengan mencari panjang sisi persegi, namun kebanyakan siswa tidak bisa menyelesaikan soal karena siswa menyelesaikan soal tersebut dengan memasukkan angka yang ada dalam soal kedalam rumus luas persegi. Hal ini siswa kurang memahami langkah-langkah penyelesaian masalah karena siswa tidak memiliki kemampuan pemahaman matematis, dimana seharusnya dari tahap perencanaan siswa menyelesaikannya dengan memodelkan dahulu kedalam bentuk matematika sesuai dengan soal, kemudian menyelesaikannya dengan mencari panjang sisi persegi.

Hal ini terlihat dari jawaban siswa tentang soal yang mengukur kemampuan pemahaman matematis siswa mengenai materi luas bangun datar di kelas VI SD Methodist-12 Medan tahun ajaran 2013/2014 sebagai berikut: Sebuah persegi panjang memiliki keliling 100 cm dengan panjang 20 cm. Hitunglah berapa cm2 kah luas persegi panjang tersebut? Pada kenyataannya, siswa tidak menyelesaikan soal tersebut, dimana siswa menjawab pertanyaan tersebut dengan mengalikan langsung angka yang ada pada soal cerita tersebut. Padahal dalam


(19)

menyelesaikannya harus terlebih dahulu mencari lebar persegi panjang tersebut, setelah itu mengalikan panjang dengan lebar. Maka dengan hal tersebut, luas persegi panjang tersebut dapat diketahui hasilnya. Kasus lain misalnya, Hitunglah luas sebuah lingkaran jika diketahui panjang diameternya 20 cm!

Berdasarkan soal tersebut banyak siswa langsung memasukkan ke dalam rumus angka yang ada dalam soal tanpa mencari terlebih dahulu panjang jari-jari lingkaran tersebut. Kasus yang lain, Andi membuat empat layangan dengan panjang diagonal pertama 14 cm dan diagonal kedua 26 cm. Hitunglah berapa luas plastik yang dibutuhkan untuk membuat layangan tersebut! Dalam beberapa kasus di atas ada 15 siswa dari 49 siswa yang kesulitan dalam membuat model matematika dari masalah yang diberikan. Dengan kata lain, siswa belum mampu untuk menerjemahkan data yang ada kedalam satu atau beberapa persamaan yang kemudian penyelesaiannya dari persamaan digunakan untuk menentukan pemecahan masalah matematis. Berdasarkan pengamatan terhadap 50 siswa kelas VI SD Methodist-12 Medan tahun ajaran 2013/2014 dilaksanakan tes tertulis tentang bangun datar, dengan banyak butir tes 10, maka diperoleh hasil tes skor tertinggi 9 dan skor terendah adalah 3, jumlah skor 231 dan rata-rata skor 5,5. Hasil tes ini menunjukkan bahwa kemampuan pemahaman matematis mencari luas bangun datar di kelas VI SD Methodist-12 masih rendah.Sehingga nilai rata-rata siswa tidak mencapai nilai ketuntasan yang diharapkan.

Keberhasilan suatu proses pembelajaran dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor dalam diri siswa dan luar diri siswa. Faktor dari dalam diri siswa salah satunya adalah motivasi siswa. Dalam proses pembelajaran matematika perlu diperhatikan sikap positif siswa terhadap matematika. Sikap positif terhadap


(20)

matematika perlu diperhatikan karena berkorelasi positif dengan prestasi belajar matematika.Siswa yang menyukai matematika, prestasinya cenderung tinggi dan sebaliknya siswa yang tidak menyukai matematika prestasinya cenderung rendah.Motivasi merupakan salah satu komponen dari asfek afektif, yang merupakan kecenderungan seseorang untuk merespon secara positif atau negatif suatu objek, situasi, konsep, atau kelompok individu.Dengan demikian, motivasi siswa terhadap matematika adalah kecenderungan seseorang untuk menerima (suka) atau menolak (tidak suka) terhadap konsep atau objek matematika.Motivasi merupakan ukuran suka atau tidak suka seseorang tentang matematika, berarti bersikap positif sedangkan siswa menolak matematika bersifat negatif. Bagi siswa yang bersikap positif terhadap matematika memiliki ciri antara lain: menyenangi matematik, terlihat sungguh-sungguh dalam belajar matematika, memperhatikan guru dalam menjelaskan materi matematika, menyelesaikan tugas dengan baik dan tepat waktu, berpartisipasi aktif dalam berdiskusi dan mengerjakan tugas-tugas rumah dengan tuntas. Adapun siswa yang bersikap negatif terhadap matematika, jarang menyelesaikan tugas matematika, dan merasa cemas dalam mengikuti pelajaran matematika.

Setelah melakukan pengamatan di kelas VI SD Methodist 12 Medan, peneliti mengidentifikasi beberapa hal yang menjadi faktor tidak tuntasnya pembelajaran matematika. Adapun yang menjadi faktor tidak tuntasnya pembelajaran matematika pada pokok bahasan luas bangun datar adalah dalam proses belajar mengajar didalam kelas, guru menggunakan pendekatan yang berpusat pada guru yang dominasi ekspositori/ceramah, tumbuhnya budaya menghafal rumus melalui buku tanpa penjelasan, pembelajaran yang berpusat


(21)

pada buku, minimnya media/metode/stategi pembelajaran, pembelajaran dominan terhadap kognitif (pengetahuan). Sehingga siswa tidak memahami penjelasan dari guru karena merasa jenuh, bosan, dan mengantuk didalam kelas sehingga tidak termotivasi dan tidak memiliki kemampuan pemahaman matematis dalam belajar matematika. Maka pada pertemuan selanjutnya, siswa kurang termotivasi mengikuti pelajaran disebabkan dengan cara yang digunakan dalam penyampaian pesan dalam pembelajaran. Dengan demikian, hasil belajar siswa pada saat ulangan kurang maksimal (belum mencapai nilai ketuntasan). Didalam proses belajar mengajar guru dituntut untuk lebih kreatif dalam menciptakan suasana belajar yang dapat meningkatkan motivasi dan kemampuan pemahaman matematis siswa. Kemampuan pemahaman matematis merupakan suatu proses belajar mengajar tentang suatu bahan pengajaran yang dinyatakan berhasil apabila tujuan pembelajaran dapat tercapai. Tujuan pendidikan adalah untuk mendidik peserta didik menjadi tenaga yang siap pakai.

Menurut Sardiman (2008:161) mengemukakansalah satu kompetensi dasar yang harus dimiliki guru adalah menggunakan metode berbantuan alat peraga atau sumber belajar. Penggunaan metode berbantuan alat peraga dalam pembelajaranmatematika sangat diperlukan karena metode berbantuan alat peraga mempunyai kelebihan kemampuan teknis, mampu menyajikan kelebihan suatu peristiwa secara nyata, terpadu atau menyajikan konsep utuh dan benar serta menjadi saluran atau perantara dalam menyampaikan pesan kepada peserta didik. Banyak metode dan alat peraga yang dapat digunakan guru dalam proses belajar mengajar, akan tetapi tergantung pada karakteristik bahan yang akan diajarkan, tujuan pembelajaran, waktu, ketersediaan, kemampuan guru itu sendiri. Guru juga


(22)

diharapkan dapat memilih metode dan alat peraga pembelajaran yang sesuai dengan keadaan siswa agar dapat meningkatkan motivasi dan kemampuan pemahaman matematis pada mata pelajaran matematika salah satu diantaranya dengan menggunakan metode berbantuan alat peraga. Alat peraga merupakan cara belajar yang efektif, efesien, dan menyenangkan. Dimana, alat peraga nyata dan dapat didemonstrasikan secara langsung oleh siswa dengan arahan dari guru melalui metode berbantuan alat peraga. Sehingga dapat memberikan pengalaman-pengalaman nyata yang dapat merangsang siswa untuk termotivasi belajardan dapat meningkatkan kemampuan pemahaman matematis belajar matematika siswa.

Menurut Heri (2006:174) mengemukakan bahwa alat peraga disebut juga media pendidikan karena berfungsi membantu dan memeragakan sesuatu dalam proses pendidikan atau pengajaran. Prinsip pembuatan alat peraga, bahwa pengetahuan yang ada pada setiap orang di terima atau di tangkap melalui panca indra. Semakin banyak panca indra yang digunakan maka semakin jelas pula pengertian dan pengetahuan yang diperoleh. Hal ini menunjukkan bahwa keberadaan alat peraga dimaksud kan mengerahkan indra sebanyak mungkin pada suatu objek sehingga memudahkan pemahaman. Menurut penelitian para ahli, panca indra yang paling banyak menyalurkan pengetahuan ke otak adalah mata (kurang lebih 75% sampai 87%), sedangkan 13% sampai 25% pengetahuan manusia diperoleh atau disalurkan melalui indra lainnya. Oleh karena itu, alat peraga merupakan salah satu alat yang melibatkan alat indra. Hal ini merupakan perpaduan dari metode yang dipergunakan dalam penyampaian informasi kepada siswa.


(23)

Berdasarkan fenomena di atas menunjukkan bahwa hasil belajar siswa pada pelajaran matematika belum memuaskan karena masih banyak hasil ujian siswa yang tidak meningkat. Pembelajaran yang cenderung berpusat pada guru membuat respon siswa menjadi kurang baik terhadap pembelajaran matematika yang mengakibatkan siswa kurang termotivasi terhadap pelajaran matematika dan membuat siswa kurang aktif dalam proses pembelajaran. Untuk menyikapi permasalahan yang timbul dalam proses pembelajaran matematika, perlu dicari solusi pendekatan pembelajaran yang dapat mengakomodasi meningkatkan motivasi dan kemampuan pemahaman matematis siswa terhadap pelajaran matematika. Menyarankan perubahan dalam pembelajaran matematika ke paradigma baru dengan menciptakan suasana siswa yang aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan yang akan mencegah kebosananan ketika belajar.

Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul ”Meningkatkan Motivasi dan Kemampuan Pemahaman Matematis Siswa Melalui Pembelajaran KooperatifTipeTGT Berbantuan Alat Peraga Pada Mata Pelajaran Matematika di Kelas VI SD Methodist-12 Medan Tahun Ajaran 2014”.


(24)

1.2.Identifikasi Masalah

Sebagaimana yang telah diuraikan diatas, maka yang menjadi masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Guru menggunakanpendekatan yang berpusat pada guru yang dominasi ekspositori/ceramah.

2. Tumbuhnya budaya menghafal rumus melalui buku tanpa penjelasansebelumnya.

3. Pembelajaran yang berpusat pada buku.

4. Minimnya metode/media/stategi pembelajaran.

5. Pembelajaran dominan terhadap kognitif (pengetahuan). 6. Siswa tidak termotivasi dalam pembelajaran matematika.

7. Kurangnya kemampuan pemahaman matematis siswa terhadap materi pelajaran matematika

1.3. Batasan Masalah

Mengingat luasnya cakupan masalah yang teridentifikasi dibandingkan waktu dan kemampuan yang dimiliki, maka peneliti perlu membatasi masalah yang akan dikaji agar analisis hasil penelitian dapat dilakukan dengan lebih mendalam, cermat dan terarah. Oleh karena itu penelitian ini terbatas pada:

1. Peningkatan motivasi belajar siswa melalui pembelajaran kooperatif tipe TGT berbantuan alat peraga di kelas VI SD Methodist-12 Medan pada kompetensi dasar luas bangun datar sederhana..


(25)

2. Peningkatan kemampuan pemahaman matematis siswa melalui pembelajaran

kooperatif tipe TGT berbantuan alat peraga di kelas VI SD Methodist-12

Medan pada kompetensi dasar luas bangun datar sederhana.

3. Respon siswa terhadap pembelajaran kooperatif tipe TGT berbantuan alat peraga di kelas VI SD Methodist-12 Medan pada kompetensi dasar luas bangun datar sederhana.

4. Efektivitas pembelajaran melalui pembelajaran kooperatif tipe TGT berbantuan alat peraga di kelas VI SD Methodist-12 Medan pada kompetensi dasar luas bangun datar sederhana.

1.4. Rumusan Masalah

Sesuai dengan batasan masalah diatas, maka peneliti dapat memberikan rumusan masalah pada penelitian ini, yaitu:

1. Bagaimana peningkatan motivasi belajar siswa melalui pembelajaran

kooperatif tipe TGT berbantuan alat peraga di kelas VI SD Methodist-12

Medan pada kompetensi dasar luas bangun datar sederhana?

2. Bagaimana peningkatan kemampuan pemahaman matematis siswa melalui pembelajaran kooperatif tipe TGT berbantuan alat peraga di kelas VI SD Methodist-12 Medan pada kompetensi dasar luas bangun datar sederhana? 3. Bagaimana respon siswa terhadap pembelajaran kooperatif tipe TGT

berbantuan alat peraga di kelas VI SD Methodist-12 Medan pada kompetensi dasar luas bangun datar sederhana?


(26)

4. Bagaimana efektivitas pembelajaran melalui pembelajaran kooperatif tipe

TGT berbantuan alat peraga di kelas VI SD Methodist-12 Medan pada

kompetensi dasar luas bangun datar sederhana?

1.5. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah:

1. Meningkatkan motivasi belajar siswa melalui pembelajaran kooperatif tipe

TGT berbantuan alat peraga di kelas VI SD Methodist-12 Medan pada

kompetensi dasar luas bangun datar sederhana.

2. Meningkatkan kemampuan pemahaman matematis siswa melalui pembelajaran kooperatif tipe TGT berbantuan alat peraga di kelas VI SD Methodist-12 Medan pada kompetensi dasar luas bangun datar sederhana. 3. Mengetahui respon siswa terhadap pembelajaran kooperatif tipe TGT

berbantuan alat peraga di kelas VI SD Methodist-12 Medan pada kompetensi dasar luas bangun datar sederhana.

4. Mengetahui keefektifan pembelajaran melalui pembelajaran kooperatif tipe

TGT berbantuan alat peraga di kelas VI SD Methodist-12 Medan pada

kompetensi dasar luas bangun datar sederhana.

1.6. Manfaat Penelitian

1. Bagi siswa, pembelajaran kooperatif tipe TGT berbantuan alat peraga merupakan salah satu pembelajaran yang memberi kesempatan untuk memperkaya pengalaman belajar anak yang berpusat pada siswa. Dengan demikian, diharapkan siswa tidak lagi menghafal, mendengar, dan sekedar


(27)

menyelesaikan tugas yang diberikan tetapi berubah menjadi pembelajaran yang aktif, kreatif, kritis, dan menemukan sendiri ilmu yang dipelajari. Penerapan pembelajaran kooperatif tipe TGT berbantuan alat peraga suatu alternatif pembelajaran yang bertujuan untuk meningkatkan motivasi dan kemampuan pemahaman matematis siswa.

2. Bagi guru, penerapan pembelajaran kooperatif tipe TGT berbantuan alat peraga dapat mengembangkan/meningkatkan kemampuan guru dalam mengatasi masalah-masalah pembelajaran pada mata pelajaran Matematika. Penerapan pembelajaran kooperatif tipe TGT berbantuan alat peraga merupakan salah satu alternatif pembelajaran yang bertujuan untuk meningkatkan motivasi dan kemampuan pemahaman matematis siswa.

3. Bagi sekolah atau kelembagaan, penerapan pembelajaran kooperatif tipe TGT berbantuan alat peraga diharapkan dapat mengembangkan/meningkatkan prestasi sekolah melalui peningkatan motivasi dan kemampuan pemahaman matematis siswa.

4. Bagi peneliti, menjadi suatu kesempatan memperoleh tambahan wawasan mengenai penerapan pembelajaran kooperatif tipe TGT berbantuan alat peraga dalam penyajian Matematika.


(28)

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil analisis data penelitan, dikemukakan beberapa kesimpulan berikut.

1. Motivasi siswa terhadap pembelajaran kooperatif tipe TGT berbantuan alat peraga pada kompetensi dasar luas bangun datar dengan rata-rata kelas untuk motivasi belajar siswa mengalami peningkatan dari 68.22% pada siklus I menjadi 71.89% pada siklus II dan menjadi 82.29% pada siklus III. Dengan demikian, pembelajaran kooperatif tipe TGT berbantuan alat peraga dapat meningkatkan motivasi belajar siswa kelas VI SD Methodist-12 Medan pada kompetensi dasar luas bangun datar.

2. Kemampuan pemahaman matematis siswa pada pembelajaran kooperatif tipe TGT berbantuan alat peraga pada kompetensi dasar luas bangun datar dengan rata-rata kelas untuk kemampuan pemahaman matematis siswa mengalami peningkatan dari 64.33% pada siklus I menjadi 77.67% pada siklus II dan 88.67% pada siklus III. Sedangkan ketuntasan kelas mengalami peningkatan dari 64.00% pada siklus I menjadi 78.00% pada siklus II dan 90.00% pada siklus III. Dengan demikian, pembelajaran kooperatif tipe TGT berbantuan alat peraga dapat meningkatkan kemampuan pemahaman matematis siswa kelas VI SD Methodist-12 Medan.

3. Respon siswa pada hasil angket menunjukkan siswa senang dan menganggap baru komponen pembelajaran kooperatif tipe TGT berbantuan alat peraga sehingga motivasi belajar siswa untuk mengikuti pembelajaran selanjutnya


(29)

sangat tinggi, serta memahami dan tertarik dengan lembar aktivitas siswa (LAS) yang diberikan. Rata-rata kelas untuk efektivitas pembelajaran siswa mengalami peningkatan dari 70.40% pada siklus I menjadi 85.11% pada siklus II dan 92.00% pada siklus III. Dengan demikian, respon siswa kelas VI SD Methodist-12 Medan terhadap pembelajaran kooperatif tipe TGT berbantuan alat peraga pada kompotensi dasar luas bangun datar adalah positif.

4. Efektivitas pembelajaran dengan rata-rata kelas untuk efektivitas pembelajaran siswa mengalami peningkatan dari 62.48% pada siklus I menjadi 76.04% pada siklus II dan 88.29% pada siklus III. Dengan demikian, efektivitas siswa kelas VI SD Methodist-12 Medan terhadap pembelajaran kooperatif tipe TGT berbantuan alat peraga pada kompetensi dasar bangun datar adalah sangat efektif.

5.2. Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas, disarankan sebagai berikut;

1. Bagi guru yang akan menerapkan pembelajaran kooperatif tipe TGT berbantuan alat peraga harus melakukan persiapan yang matang agar pembelajaran dapat berlangsung dengan baik diantaranya merancang rencana pembelajaran dengan pengelolaan waktu yang efektif pada setiap pertemuan pembelajaran, mempersiapkan segala kebutuhan untuk mendukung suksesnya pembelajaran dan harus mampu merancang masalah-masalah yang kontekstual dan menantang bagi siswa.

2. Bagi siswa agar menunjukkan partisipasi aktif dan respon yang positif pada setiap pembelajaran termasuk pembelajaran kooperatif tipe TGT


(30)

berbantuan alat peraga, karena melalui pembelajaran kooperatif tipe TGT berbantuan alat peraga akan membentuk individu yang mandiri, terbuka, bertanggungjawab, berpikir kritis, dan mampu menyelesaikan segala masalah yang akan dihadapi dalam kehidupannya.

3. Bagi kepala sekolah atau lembaga agar memfasilitasi dan mendorong para guru dalam melaksanakan pembelajaran kooperatif tipe TGT berbatnuan alat peraga sebagai suatu pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan menyenangkan bagi siswa untuk meningkatkan prestasi sekolah secara keseluruhan dan dapat menghasilkan generasi bangsa dan negara yang tangguh dalam menghadapi segala permasalahan dalam kehidupannya yang baik.


(31)

1

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, Mulyono.1999. Pendidikan Bagi Anak Yang Berkesulitan

Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Anderson, L.W &Khatwrohl (2001) A. Taxonomy for Learning, Teaching and

Assessing: A revision of Bloom’s Taxonomy of Educational Objectives:

Complete Edition, New York: Longman

Anitah. 2008.Alat Peraga. Surakarta: Sebelas Maret university Press

Arikunto, Suharsimi. 2002. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Arisandi, Deni .2008. Model-Pembelajaran-Kooperatif-Learning-Tipe-Teams-

Games- Tournament- Tgt/, dalam ((ht t p:/ / pkab.w ordpress.com,

diakses tanggal 03 Februari 2014).

Armanto, Dian. 2008. Evaluasi Pembelajaran Tematik. Makalah Disajikan pada

Seminar dan Worksop Pembelajaran Tematik. Prodi Pendidikan Dasar

Pascasarjarna Unimed, Medan 26 Agustus Arnita. 2013.Pengantar Statistik.Medan: Cita Pustaka.

Aqib, Zainal.2008. Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Yrama Widya

Crow, Lester D. 1956. Human Development an Learning. New York :American Book Company.

Dalyono. 2010. Psikologi pendidikan.Jakarta: Rineka Cipta

Depdiknas.2009. /Jurnal/45/Perdykarur, (ht t p:/ / pkab.wordpress.com, diakses tanggal 03Februari 2014

Dewi, Rosmala. 2009. Penelitian Tindakan Kelas. Medan: Pascasarjana Unimed. Djamarah, Syaiful Bahri.2006. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta:Rineka cipta Fauzi, Kms. Muhammad Amin dan Baskar, Lucy Karyati, 2007. Strategi

Pembelajaran Model PISK untuk Mengembangkan Pembealjaran Bermakna dengan Bantuan Pengajuan Masalah pada Topik Pembagian Bilangan di MIN Tembung Medan. Laporan penelitian tidak diterbitkan.

Medan: UNIMED

George. 2002. Presentasi Bisnis. Yogyakarta: Andi


(32)

2

Heri.2009. Promosi Kesehatan. Bandung: Buku Kedokteran

Hiebert & Wearne.1993.Long term effect of conceptually-based instruction in

mathematics. National Science Foundation Grant (No.8855627),

September 1

Ibrahim, M dkk. 2000. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya:UNESA-Pers Universitas

Iskandar, Agung. 2010.Meningkatkan Kreativitas Pembelajaran Bagi Guru. Jakarta: Bestari Buana Murni

Ismail, P. 2003. Model-Model Pembelajaran Kooperatif. Surabaya : UNESA - PersUniversitas

Karim, dkk. 1997. Pendidikan Matematika. Jakarta: DEPDIKNAS Minium, Edward W, dkk. 1993. Statistical Reasoning in Psychology and

Education 3rd Edition. New York: John Wiley & Sons. Inc.

Restika.2009. Aplikasi Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT Dapat

Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Biologi Siswa Kelas XI IPA SMA Muhammadiyah 2 Surakarta. Tesis.Jakarta: UPI

Riduan. 2013. Dasar-dasar Statistik. Bandung: Alfabeta

Russeffendy. 1992. Pendidikan Matematika 3. Jakarta: DEPDIKNAS Sagala Syaiful.2009. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta Sanjaya, Wina. 2009. Strategi Pembelajaran. Jakarta: Kencana.

Sarbaini.2009. Makalah Problem Posing. (Online),

(http://alifdanhamzah.blogspot.com/2014/06/makalah-problem posing. html) diakses 6 Mei 2014.

Sardiman, Arif S. 2008. Media Pendidikan.Jakarta : Grapindo Persada Simanjuntak.2002.Seni Bercerita. Jakarta: STT.

Slameto. 2004. Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mepengaruhinya. Jakarta :Rineka Cipta

Slavin.1995.Cooperative Learning: Theory , Research and Practise, Boston Ally and Bacon


(33)

3

Sudijono, Anas. 2008. Pengantar Evaluasi pendidikan.Jakarta : Grapindo Persada

Sudijono, Anas. 2009. Pengantar Statistic Pendidikan.Jakarta : Grapindo Persada Sudjana. 1991. Alat-Peraga dalam pembelajaran (http:/ love inmaret.blogspot.co

m,diakses 6 maret 2014.

Sudjana. 2005. Metoda Statistika. Bandung: Parsito.

Suhadinet. 2008.Pembelajaran-Kooperatif Tife Tgt/, (ht t p:/ / pkab.wordpress.com,

diakses tanggal 05 Februari 2014.

Suriyanti.2011. Perbedaan Model pembelajaran Kooperatif Tipe TGT dan Model

Pembelajaran Konvensional Pada Hasil Belajar Ekonomi Siswa Kelas X-

5.Tesis. Medan: Pascasarjana Unimed.

Susanto, Ahmad. 2013. Teori Belajar Pembelajaran. Jakarta: Kencana

Tamrin. 2003. Belajar Kooferatif Model Grup Investigasi untuk Pemahaman

Teorema Phytagoras pada Siswa kelas II SLTP N. 6 Donggala. Tesis tidak diterbitkan. Malang: Program Pascasarjana UM

Tim MKPBM.2001.Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer.Bandung:Jica UPI

Wiharto. 2009. Upaya peningkatan Pemahaman Konsep Matematika Dalam


(1)

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil analisis data penelitan, dikemukakan beberapa kesimpulan berikut.

1. Motivasi siswa terhadap pembelajaran kooperatif tipe TGT berbantuan alat peraga pada kompetensi dasar luas bangun datar dengan rata-rata kelas untuk motivasi belajar siswa mengalami peningkatan dari 68.22% pada siklus I menjadi 71.89% pada siklus II dan menjadi 82.29% pada siklus III. Dengan demikian, pembelajaran kooperatif tipe TGT berbantuan alat peraga dapat meningkatkan motivasi belajar siswa kelas VI SD Methodist-12 Medan pada kompetensi dasar luas bangun datar.

2. Kemampuan pemahaman matematis siswa pada pembelajaran kooperatif tipe TGT berbantuan alat peraga pada kompetensi dasar luas bangun datar dengan rata-rata kelas untuk kemampuan pemahaman matematis siswa mengalami peningkatan dari 64.33% pada siklus I menjadi 77.67% pada siklus II dan 88.67% pada siklus III. Sedangkan ketuntasan kelas mengalami peningkatan dari 64.00% pada siklus I menjadi 78.00% pada siklus II dan 90.00% pada siklus III. Dengan demikian, pembelajaran kooperatif tipe TGT berbantuan alat peraga dapat meningkatkan kemampuan pemahaman matematis siswa kelas VI SD Methodist-12 Medan.

3. Respon siswa pada hasil angket menunjukkan siswa senang dan menganggap baru komponen pembelajaran kooperatif tipe TGT berbantuan alat peraga sehingga motivasi belajar siswa untuk mengikuti pembelajaran selanjutnya


(2)

sangat tinggi, serta memahami dan tertarik dengan lembar aktivitas siswa (LAS) yang diberikan. Rata-rata kelas untuk efektivitas pembelajaran siswa mengalami peningkatan dari 70.40% pada siklus I menjadi 85.11% pada siklus II dan 92.00% pada siklus III. Dengan demikian, respon siswa kelas VI SD Methodist-12 Medan terhadap pembelajaran kooperatif tipe TGT berbantuan alat peraga pada kompotensi dasar luas bangun datar adalah positif.

4. Efektivitas pembelajaran dengan rata-rata kelas untuk efektivitas pembelajaran siswa mengalami peningkatan dari 62.48% pada siklus I menjadi 76.04% pada siklus II dan 88.29% pada siklus III. Dengan demikian, efektivitas siswa kelas VI SD Methodist-12 Medan terhadap pembelajaran kooperatif tipe TGT berbantuan alat peraga pada kompetensi dasar bangun datar adalah sangat efektif.

5.2. Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas, disarankan sebagai berikut;

1. Bagi guru yang akan menerapkan pembelajaran kooperatif tipe TGT berbantuan alat peraga harus melakukan persiapan yang matang agar pembelajaran dapat berlangsung dengan baik diantaranya merancang rencana pembelajaran dengan pengelolaan waktu yang efektif pada setiap pertemuan pembelajaran, mempersiapkan segala kebutuhan untuk mendukung suksesnya pembelajaran dan harus mampu merancang masalah-masalah yang kontekstual dan menantang bagi siswa.

2. Bagi siswa agar menunjukkan partisipasi aktif dan respon yang positif pada setiap pembelajaran termasuk pembelajaran kooperatif tipe TGT


(3)

berbantuan alat peraga, karena melalui pembelajaran kooperatif tipe TGT berbantuan alat peraga akan membentuk individu yang mandiri, terbuka, bertanggungjawab, berpikir kritis, dan mampu menyelesaikan segala masalah yang akan dihadapi dalam kehidupannya.

3. Bagi kepala sekolah atau lembaga agar memfasilitasi dan mendorong para guru dalam melaksanakan pembelajaran kooperatif tipe TGT berbatnuan alat peraga sebagai suatu pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan menyenangkan bagi siswa untuk meningkatkan prestasi sekolah secara keseluruhan dan dapat menghasilkan generasi bangsa dan negara yang tangguh dalam menghadapi segala permasalahan dalam kehidupannya yang baik.


(4)

1

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, Mulyono.1999. Pendidikan Bagi Anak Yang Berkesulitan Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Anderson, L.W &Khatwrohl (2001) A. Taxonomy for Learning, Teaching and Assessing: A revision of Bloom’s Taxonomy of Educational Objectives: Complete Edition, New York: Longman

Anitah. 2008.Alat Peraga. Surakarta: Sebelas Maret university Press

Arikunto, Suharsimi. 2002. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Arisandi, Deni .2008. Model-Pembelajaran-Kooperatif-Learning-Tipe-Teams- Games- Tournament- Tgt/, dalam ((ht t p:/ / pkab.w ordpress.com, diakses tanggal 03 Februari 2014).

Armanto, Dian. 2008. Evaluasi Pembelajaran Tematik. Makalah Disajikan pada Seminar dan Worksop Pembelajaran Tematik. Prodi Pendidikan Dasar Pascasarjarna Unimed, Medan 26 Agustus

Arnita. 2013.Pengantar Statistik.Medan: Cita Pustaka.

Aqib, Zainal.2008. Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Yrama Widya

Crow, Lester D. 1956. Human Development an Learning. New York :American Book Company.

Dalyono. 2010. Psikologi pendidikan.Jakarta: Rineka Cipta

Depdiknas.2009. /Jurnal/45/Perdykarur, (ht t p:/ / pkab.wordpress.com, diakses tanggal 03Februari 2014

Dewi, Rosmala. 2009. Penelitian Tindakan Kelas. Medan: Pascasarjana Unimed. Djamarah, Syaiful Bahri.2006. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta:Rineka cipta Fauzi, Kms. Muhammad Amin dan Baskar, Lucy Karyati, 2007. Strategi

Pembelajaran Model PISK untuk Mengembangkan Pembealjaran Bermakna dengan Bantuan Pengajuan Masalah pada Topik Pembagian Bilangan di MIN Tembung Medan. Laporan penelitian tidak diterbitkan. Medan: UNIMED

George. 2002. Presentasi Bisnis. Yogyakarta: Andi


(5)

2

Heri.2009. Promosi Kesehatan. Bandung: Buku Kedokteran

Hiebert & Wearne.1993.Long term effect of conceptually-based instruction in mathematics. National Science Foundation Grant (No.8855627), September 1

Ibrahim, M dkk. 2000. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya:UNESA-Pers Universitas

Iskandar, Agung. 2010.Meningkatkan Kreativitas Pembelajaran Bagi Guru. Jakarta: Bestari Buana Murni

Ismail, P. 2003. Model-Model Pembelajaran Kooperatif. Surabaya : UNESA - PersUniversitas

Karim, dkk. 1997. Pendidikan Matematika. Jakarta: DEPDIKNAS Minium, Edward W, dkk. 1993. Statistical Reasoning in Psychology and

Education 3rd Edition. New York: John Wiley & Sons. Inc.

Restika.2009. Aplikasi Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT Dapat Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Biologi Siswa Kelas XI IPA SMA Muhammadiyah 2 Surakarta. Tesis.Jakarta: UPI

Riduan. 2013. Dasar-dasar Statistik. Bandung: Alfabeta

Russeffendy. 1992. Pendidikan Matematika 3. Jakarta: DEPDIKNAS Sagala Syaiful.2009. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta

Sanjaya, Wina. 2009. Strategi Pembelajaran. Jakarta: Kencana.

Sarbaini.2009. Makalah Problem Posing. (Online),

(http://alifdanhamzah.blogspot.com/2014/06/makalah-problem posing. html) diakses 6 Mei 2014.

Sardiman, Arif S. 2008. Media Pendidikan.Jakarta : Grapindo Persada Simanjuntak.2002.Seni Bercerita. Jakarta: STT.

Slameto. 2004. Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mepengaruhinya. Jakarta :Rineka Cipta

Slavin.1995.Cooperative Learning: Theory , Research and Practise, Boston Ally and Bacon


(6)

3

Sudijono, Anas. 2008. Pengantar Evaluasi pendidikan.Jakarta : Grapindo Persada

Sudijono, Anas. 2009. Pengantar Statistic Pendidikan.Jakarta : Grapindo Persada Sudjana. 1991. Alat-Peraga dalam pembelajaran (http:/ love inmaret.blogspot.co

m,diakses 6 maret 2014.

Sudjana. 2005. Metoda Statistika. Bandung: Parsito.

Suhadinet. 2008.Pembelajaran-Kooperatif Tife Tgt/, (ht t p:/ / pkab.wordpress.com, diakses tanggal 05 Februari 2014.

Suriyanti.2011. Perbedaan Model pembelajaran Kooperatif Tipe TGT dan Model

Pembelajaran Konvensional Pada Hasil Belajar Ekonomi Siswa Kelas X-

5.Tesis. Medan: Pascasarjana Unimed.

Susanto, Ahmad. 2013. Teori Belajar Pembelajaran. Jakarta: Kencana

Tamrin. 2003. Belajar Kooferatif Model Grup Investigasi untuk Pemahaman Teorema Phytagoras pada Siswa kelas II SLTP N. 6 Donggala. Tesis tidak diterbitkan. Malang: Program Pascasarjana UM

Tim MKPBM.2001.Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer.Bandung:Jica UPI

Wiharto. 2009. Upaya peningkatan Pemahaman Konsep Matematika Dalam Bahasa Inggris Siswa Kelas VII RSBI di SMP Negeri 1 Bantul. (On line)


Dokumen yang terkait

Pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe TGT (Teams-Games Tournament) terhadap pemahaman konsep matematika siswa

1 8 185

Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Siswa dengan Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Assisted Individualization (TAI).

6 9 167

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA (Studi pada Siswa Kelas IX SMP Negeri 20 Bandar Lampung Semester Ganjil Tahun Pelajaran 2014/2015)

0 10 52

PENINGKATAN KEMAMPUAN REPRESENTASI DAN PEMAHAMAN MATEMATIS SISWA SMK MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE BERBANTUAN AUTOGRAPH.

0 2 39

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION BERBANTUAN ALAT PERAGA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA KELAS VIII SMP SWASTA PELITA T.A 2013/2014.

0 2 26

UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT Upaya meningkatkan motivasi belajar matematika siswa melalui pembelajaran kooperatif tipe tgt(teams games tournament) pada siswa kelas viiib smp islam sudirman

0 3 11

UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT Upaya meningkatkan motivasi belajar matematika siswa melalui pembelajaran kooperatif tipe tgt(teams games tournament) pada siswa kelas viiib smp islam sudirman

0 2 16

PENDAHULUAN Upaya meningkatkan motivasi belajar matematika siswa melalui pembelajaran kooperatif tipe tgt(teams games tournament) pada siswa kelas viiib smp islam sudirman sumowono tahun pelajaran 2014/2015.

0 3 8

Aktivitas dan hasil belajar Matematika siswa kelas X SMK Sanjaya Pakem melalui model pembelajaran kooperatif tipe TGT berbantuan alat peraga tahun ajaran 2016/2017.

0 0 393

Aktivitas dan hasil belajar Matematika siswa kelas X SMK Sanjaya Pakem melalui model pembelajaran kooperatif tipe TGT berbantuan alat peraga tahun ajaran 2016 2017

0 3 391