EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA (Studi pada Siswa Kelas IX SMP Negeri 20 Bandar Lampung Semester Ganjil Tahun Pelajaran 2014/2015)

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT
UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN
KONSEP MATEMATIS SISWA
(Studi pada Siswa Kelas IX SMP Negeri 20 Bandar Lampung
Semester Ganjil Tahun Pelajaran 2014/2015)

(Skripsi)

Oleh

ADITYA YUDISTIRA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2014

ABSTRAK
EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE
TGT UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP
MATEMATIS SISWA

(Studi pada Siswa Kelas IX SMP Negeri 20 Bandar Lampung
Semester Ganjil Tahun Pelajaran 2014/2015)

Oleh
Aditya Yudistira

Penelitian jenis eksperimen semu ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas
model pembelajaran kooperatif tipe TGT untuk meningkatkan pemahaman konsep
matematis siswa. Desain dalam penelitian ini adalah posttest only control group
design. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas IX SMP Negeri
20 Bandar Lampung semester ganjil tahun pelajaran 2014/2015 yang terdistribusi
dalam tujuh kelas. Dengan teknik purposive sampling terpilih dua kelas sebagai
sampel penelitian. Data penelitian diperoleh dari tes pemahaman konsep
matematis siswa. Berdasarkan analisis data, disimpulkan bahwa model
pembelajaran kooperatif tipe TGT di kelas IX SMP Negeri 20 Bandar Lampung
efektif dalam meningkatkan pemahaman konsep matematis siswa.

Kata Kunci: Model pembelajaran kooperatif tipe TGT, Pemahaman konsep
matematis.


RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Desa Jatidatar, Kecamatan Bandar Mataram, Kabupaten
Lampung Tengah padatanggal 19 Mei 1989. Penulis adalah anak pertama dari dua
bersaudara pasangan Bapak Yahmin Sudirham dan Ibu Samini.

Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SD Negeri 2 Banjar Agung pada tahun
2001, pendidikan menengah pertama di SMP Negeri 1 Bandar Mataram pada
tahun 2004, dan pendidikan menengah atas di SMA Negeri 2 Metro tahun 2007.
Pada tahun 2007 penulis diterima sebagai mahasiswa di Universitas Lampung,
Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan, melalui jalur SPMB.

Selama menjadi mahasiswa, penulis pernah aktif di organisasi Rohis dan
Himasakta. Pada Tahun 2010 penulis melaksanakan Program Pengalaman
Lapangan (PPL) di SMA Negeri 7 Bandar Lampung.

Moto
Penderitaan yang sesungguhnya adalah
ketika kamu kehilangan kepercayaan diri

dan harapan. Ketika Allah tak ada dalam
tujuan hidupmu.

Do it now
Sometimes later, Becomes never.

PERSEMBAHAN

Doa dan rasa syukur kehadirat Allah Swt.,Skripsi ini kupersembahkan
untuk:

Ibu dan Bapak tercinta yang telah membesarkanku dengan penuh kasih
sayang, yang tak pernah lelah berkorban, memberikan doa, semangat dan
dorongan yang tiada hentinya

Keluarga yang selalu memberikan dukungan, motivasi, dan doa untukku
dalam menuju keberhasilan

Para pendidik yang telah mendidik dan membimbingku dengan tulus dan
sabar dalam menuntut ilmu pengetahuan


Teman-temanku yang luar biasa

Almamater tercinta.

SANWACANA

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini sebagai
salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan pada Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Lampung.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa selesainya skripsi ini tidak terlepas dari
bantuan berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1.

Ibu dan bapakku tercinta.

2.


Bapak Dr. Caswita, M.Si., selaku Ketua Jurusan Pendidikan MIPA.

3.

Bapak Dr. Haninda Bharata, M.Pd., selaku Ketua Program Studi Pendidikan
Matematika.

4.

Bapak M. Coesamin, M.Pd., selaku pembahas yang telah memberikan
motivasi, masukan, kritik, dan saran kepada penulis sehingga skripsi ini
selesai dan menjadi lebih baik.

5.

Ibu Dra. Rini Asnawati, M.Pd., selaku Dosen Pembimbing I yang telah
meluangkan waktu untuk bimbingan, dan memberikan semangat kepada
penulis sehingga skripsi ini selesai.

6.


Ibu Dra. Arnelis Jalil, M.Pd., selaku Dosen Pembimbing Akademik
Pembimbing II yang telah meluangkan waktu untuk bimbingan, dan
memberikan semangat kepada penulis sehingga skripsi ini selesai.

7. Bapak dan Ibu Dosen Pendidikan Matematika di Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan kepada penulis.
8.

Bapak Dr. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan FKIP Universitas Lampung,
beserta staf dan jajarannya.

9. Ibu Hj Rosda Fatila, S.Pd., selaku guru mitra yang telah banyak memberikan
perhatian, motivasi, kemudahan, danbantuandalampenelitian.
10. Seluruh keluarga besarku yang memberi semangat dan doa yang tiada
hentinya.
11. Teman-teman yang telah sangat membantu: Adi Suripto, Qory dan Ratna.
12. Seluruh staf dan karyawan Ganesha Operation memberi semangat, doa,
perhatian, dan bantuan yang kalian berikan.
13. Teman-teman seperjuangan: Gede Redasata, Miftahul Karim, Eka Ratnawati,

Evi Listyoningsih dan Wawan Junaidi atas kebersamaan dan bantuan yang
telah kalian berikan.
14. Teman-temanku di Pendidikan Matematika angkatan 2007 reguler: Iim,
Munib, Iswan, Firman, Atika, Kamsuri, Sella, Ria, Vivi, Bambang, Meilani,
Lisa, Putri, Rini, Widya, Jesi, Victor, Teguh, Ifal, Endah, Ahmad.
15. Teman-temanku di Pendidikan Matematika angkatan 2007 non-reguler atas
motivasi, persahabatan, dan kebersamaanya selama ini.
16. Kakak tingkat angkatan 2005 dan 2006 serta adik tingkat angkatan 2011-2014
atas kebersamaan selama ini.
17. Siswa-siswi kelas IX SMP Negeri 20 Bandar Lampung semester ganjil tahun
pelajaran 2014/2015 atas kerjasamanya.
18. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini.

iii

Semoga dengan bantuan dan dukungan yang telah diberikan kepada penulis
mendapat balasan pahala dari Tuhan Yang Maha Esa dan semoga skripsi ini
bermanfaat.
Bandar Lampung,


Desember 2014

Penulis,

Aditya Yudistira

iv

DAFTAR ISI

Halaman
DAFTAR TABEL ........................................................................................

vii

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................

viii

I.


II.

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ....................................................................

1

B. Rumusan Masalah .............................................................................

5

C. Tujuan Penelitian ...............................................................................

5

D. Manfaat Penelitian .............................................................................

5


E. Ruang Lingkup Penelitian..................................................................

6

TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Teori .......................................................................................

8

1. Efektivitas Pembelajaran ..............................................................

8

2. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT ..................................

10

3. Pembelajaran Konvensional .........................................................

17


4. Pemahaman Konsep .......................................................................

19

B. Kerangka Pikir ...................................................................................

21

C. Anggapan Dasar..................................................................................

23

D. Hipotesis .............................................................................................

23

III. METODE PENELITIAN
A. Populasi dan Sampel ..........................................................................

24

B. Desain Penelitian ...............................................................................

24

C. Data Penelitian ...................................................................................

25

v

D. Teknik Pengumpulan Data ................................................................

25

E. Instrumen Penelitian ...........................................................................

26

1. Validitas ........................................................................................

26

2. Reliabilitas ....................................................................................

27

F. Analisis Data .......................................................................................

28

1. Uji Normalitas ................................................................................

28

2. Uji Homogenitas Varians ...............................................................

29

3. Uji Kesamaan Dua Rata-rata..........................................................

30

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

V.

A. Hasil Penelitian ..................................................................................

32

1. Data Pemahaman Konsep Matematis ............................................

32

2. Uji Hipotesis Penelitian .................................................................

34

B. Pembahasan .......................................................................................

35

SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan ............................................................................................

38

B. Saran ..................................................................................................

38

DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................

40

LAMPIRAN...........................................................................................

42

vi

DAFTAR TABEL

Tabel

Halaman

2.1

Perolehan Poin Permainan Untuk Empat Pemain ........................................ 16

2.2

Perolehan Poin Permainan Untuk Tiga Pemain .......................................... 16

2.3

Kriteria Penghargaan Kelompok .................................................................. 17

2.4

Pedoman Penskoran Tes Pemahaman Konsep ............................................. 21

3.1

Post-test Kontrol Desain ............................................................................... 24

3.2

Hasil Uji Normalitas ..................................................................................... 29

4.1

Rekapitulasi Data Pemahaman Konsep ........................................................ 32

4.2

Rekapitulasi Pencapaian Indikator Pemahaman Konsep Matematis ............ 33

4.3

Rekapitulasi Uji Kesamaan Dua Rata-rata ................................................... 34

vii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

Halaman

A. PERANGKAT PEMBELAJARAN
A.1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Kelas Eksperimen .............41
A.2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Kelas Kontrol....................73
A.3 Lembar Kerja Kelompok .....................................................................109
B. PERANGKAT TES
B.1 Kisi-Kisi Soal Posttest .........................................................................128
B.2 Soal Posttest ........................................................................................130
B.3 Kunci Jawaban Posttest dan Penskorannya .........................................131
B.4 Form Validasi Tes Pemahaman Konsep ..............................................133
B.4 Surat Keterangan .................................................................................135
C. ANALISIS DATA
C.1 Analisis Reliabilitas Tes Uji Coba.......................................................136
C.2 Data Hasil Posttest Kelas Eksperimen ................................................138
C.3 Data Hasil Posttest Kelas Kontrol .......................................................140
C.4 Uji Normalitas Data Posttest Kelas Kontrol.......................................141
C.5 Uji Normalitas Data Posttest Kelas Eksperimen ................................145
C.6 Uji Homogenitas Data Posttest Kelas Eksperimen dan Kelas
Kontrol .................................................................................................150
C.7 Uji Kesamaan Dua Rata-rata ..............................................................151
C.8 Analisis Pencapaian Indikator Pemahaman Konsep
Kelas Eksperimen ................................................................................153
C.9 Analisis Pencapaian Indikator Pemahaman Konsep
Kelas Kontrol .......................................................................................155
C.10 Rekapitulasi Pencapaian Indikator Pemahaman Konsep
Kelas Eksperimen ................................................................................157

viii

C.11 Rekapitulasi Pencapaian Indikator Pemahaman Konsep
Kelas Kontrol .......................................................................................158
D. LAIN-LAIN
D.1 Surat Izin Penelitian.............................................................................160
D.2 Surat Keterangan Penelitian ................................................................161

ix

I. PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang Masalah

Pendidikan adalah usaha secara sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa, dan negara (Pasal 1 UU No.20 tahun 2003). Oleh karena itu
pendidikan memegang peranan penting dalam mempersiapkan sumber daya
manusia bagi kehidupan dimasa yang akan datang. Pendidikan dalam kehidupan
manusia merupakan kebutuhan mutlak yang harus dipenuhi sepanjang hayat.
Tanpa pendidikan sama sekali mustahil suatu kelompok manusia dapat hidup
berkembang sejalan dengan aspirasi (cita-cita) untuk maju, sejahtera, dan bahagia
menurut konsep pandangan hidup mereka. Karena proses pendidikan adalah
suatu kegiatan secara bertahap berdasarkan perencanaan yang matang untuk
mencapai tujuan dan cita-cita tersebut. Melalui proses belajar diharapkan akan
dicapai isi dari pendidikan tersebut.

Dalam dunia pendidikan, matematika merupakan ilmu universal. Ilmu yang
mendasari perkembangan teknologi modern yang berperan penting dalam
berbagai disiplin dan memajukan daya pikir manusia. Perkembangan pesat di

2

bidang teknologi, informasi, dan komunikasi dewasa ini dilandasi oleh
perkembangan matematika. Matematika sebagai salah satu ilmu dasar, baik aspek
terapannya maupun aspek penalarannya mempunyai peranan penting dalam
upaya penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi, oleh karena itu matematika
harus ditanamkan sejak dini. Siswa yang menguasai pelajaran matematika sejak
dini diharapkan akan mendapat kemudahan dalam studinya lebih lanjut. Oleh
karena itu pendidikan dan pengajaran matematika perlu mendapatkan perhatian
khusus.

Dalam pandangan siswa sekolah dasar sampai sekolah menengah atas secara
umum, mata pelajaran matematika adalah mata pelajaran yang sulit untuk
dimengerti. Indikasi yang paling mudah ditemukan adalah hasil belajar siswa
yang cenderung kurang memuaskan. Terutama pada perolehan nilai yang ratarata berada di bawah mata pelajaran lain. Hal tersebut dirasakan oleh guru, orang
tua, dan bahkan oleh siswa itu sendiri. Rendahnya hasil belajar siswa lebih
terlihat khususnya pada pokok bahasan yang bersifat abstrak sehingga memerlukan visualisasi atau model pembelajaran khusus. Salah satu penyebabnya
adalah sifat dari matematika yang abstrak, yang berkenaan dengan konsepkonsep.

Dalam matematika pemahaman konsep merupakan faktor yang sangat penting.
Karena pemahaman konsep yang dicapai siswa tidak dapat dipisahkan dengan
masalah pembelajaran yang merupakan alat untuk mengukur sejauh mana
penguasaan materi yang diajarkan. Agar mudah memahami konsep-konsep
matematika maka mempelajari matematika harus sesuai dengan urutan yang

3

logis, yang diawali dari yang sederhana menuju yang lebih kompleks. Oleh
karena itu untuk dapat mencapai pemahaman konsep yang baik diperlukan
suasana belajar yang tepat, agar siswa senantiasa aktif dan bersemangat selama
pembelajaran. Dengan demikian, diharapkan pemahaman konsep siswa dapat
berkembang. Dengan berkembangnya pemahaman konsep, berarti tujuan
pembelajaran dapat tercapai dengan baik.

Pembelajaran yang diterapkan guru di kelas sangat berpengaruh terhadap
keberhasilan siswa dalam belajar. Rendahnya hasil belajar merupakan indikasi
pembelajaran belum optimal. Hal ini dipengaruhi oleh banyak faktor diantaranya
penerapan model pembelajaran yang kurang tepat. Karena penerapan model
pembelajaran yang kurang tepat, mengakibatkan kurangnya minat siswa terhadap
matematika serta rendahnya pemahaman siswa terhadap materi yang diberikan.
Sehubungan dengan hal tersebut perlu adanya upaya perbaikan pembelajaran
matematika yang dapat meningkatkan pemahaman matematis siswa.

Penggunaan model pembelajaran kooperatif merupakan salah satu alternatif
untuk meningkatkan pemahaman siswa. Dalam pembelajaran kooperatif terdapat
saling ketergantungan positif di antara siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran. Setiap siswa mempunyai kesempatan yang sama untuk sukses.
Aktivitas belajar berpusat pada siswa dalam bentuk diskusi, mengerjakan tugas
bersama, saling membantu, dan saling mendukung dalam memecahkan masalah.
Model pembelajaran kooperatif memungkinkan semua siswa dapat menguasai
materi pada tingkat penguasaan yang relatif sama atau sejajar.

4

Model pembelajaran kooperatif mempunyai banyak variasi. Salah satu
diantaranya adalah model pembelajaran kooperatif tipe TGT (Teams Games
Tournament). Pembelajaran kooperatif tipe TGT merupakan salah satu tipe atau
model pembelajaran kooperatif yang mudah diterapkan, melibatkan seluruh siswa
tanpa harus ada perbedaan status, melibatkan peran siswa sebagai tutor sebaya
dan mengandung unsur permainan. Proses belajar dengan permainan yang dirancang dalam pembelajaran kooperatif tipe TGT memungkinkan siswa dapat
belajar lebih rileks disamping menumbuhkan tanggung jawab, persaingan sehat,
dan keterlibatan belajar.

Dengan cara diskusi dalam kelompok seperti pada TGT, materi pelajaran dapat
dibangun bersama. Hal ini sesuai dengan pendapat Slavin (dalam Agazzta; 2009)
menyatakan “siswa akan lebih mudah menemukan dan memahami konsepkonsep yang sulit apabila mereka dapat mendiskusikan dengan temannya”. Lebih
lanjut Surya, 1975 (dalam Arya; 2010) mendefinisikan “diskusi kelompok
merupakan suatu proses dimana murid-murid akan mendapatkan suatu
kesempatan untuk menyumbangkan pikiran masing-masing dalam memecahkan
masalah bersama”.
Pengetahuan dibentuk bersama berdasarkan pengalaman serta interaksinya
dengan lingkungan di dalam kelompok belajar, sehingga terjadi saling
memperkaya diantara anggota kelompok. Ini berarti, siswa didorong untuk
membangun makna dari pengalamannya, sehingga pemahaman terhadap materi
yang sedang dipelajari meningkat. Siswa didorong untuk memunculkan berbagai
sudut pandang terhadap materi atau masalah yang sama, untuk kemudian

5

membangun sudut pandang atau mengkontruksi pengetahuannya secara bersama
pula.

Bercermin pada uraian diatas, maka perlu dilakukan penelitian tentang keefektifan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT untuk meningkatkan
pemahaman konsep matematis siswa.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah dalam
penelitian ini : Apakah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT lebih
efektif untuk meningkatkan kemampuan pemahaman konsep matematis siswa
bila dibandingkan dengan pembelajaran konvensional?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini dilakukan bertujuan mengetahui efektivitas model pembelajaran
kooperatif tipe TGT untuk meningkatkan pemahaman konsep matematis siswa
bila dibandingkan dengan pembelajaran konvensional.

D. Manfaat Penelitian

Dengan diadakannya penelitian ini diharapkan :
1. Bagi Peneliti, dapat menjadi sarana bagi pengembangan diri, menambah
pengalaman dan pengetahuan peneliti terkait dengan penelitian menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT serta sebagai acuan /

6

refrensi untuk peneliti lain (peneliti yang relevan) dan pada penelitian yang
sejenis.
2. Bagi Guru, dapat menjadi model pembelajaran alternatif yang dapat
diterapkan untuk meningkatkan kemampuan pemahaman konsep matematis
siswa.
3. Bagi Siswa, menumbuhkan semangat saling tolong-menolong dan kerja sama,
meningkatkan daya tarik siswa terhadap matematika, dan dapat meningkatkan
kemampuan pemahaman matematis siswa.

E. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup dalam penelitian ini adalah
1. Efektivitas
Di dalam kamus bahasa Indonesia efektivitas berasal dari kata efektif yang
berarti mempunyai efek, pengaruh atau akibat, atau efektif juga dapat
diartikan dengan memberikan hasil yang memuaskan. Pembelajaran
kooperatif tipe TGT dikatakan efektif jika rata-rata skor pemahaman konsep
siswa yang mengikuti pembelajaran kooperatif tipe TGT lebih baik
dibandingkan

dengan

pemahaman

konsep

siswa

yang

mengikuti

pembelajaran konvensioanal.

2. Model Pembelajaran Kooperatif tipe TGT
Pembelajaran kooperatif tipe TGT adalah pembelajaran yang diawali dengan
penyampaian tujuan pembelajaran, penyampaian materi, kegiatan kelompok,
permainan (games), pertandingan (tournament), dan penghargaan kelompok.

7

3. Pembelajaran Konvensional
Pembelajaran konvensional adalah pembelajaran yang biasa digunakan oleh
guru dalam pembelajaran. Dalam hal ini, pembelajaran konvensional yang
dimaksud adalah pembelajaran dengan menggunakan metode ekspositori.
Metode ekspositori adalah metode pembelajaran yang digunakan dengan
memberikan keterangan terlebih dahulu mengenai definisi, prinsip, dan
konsep materi pelajaran serta memberikan contoh-contoh latihan pemecahan
masalah dalam bentuk ceramah, demonstrasi, tanya jawab dan penugasan.

4.

Pemahaman Konsep
Pemahaman konsep siswa merupakan kemampuan siswa dalam memahami
konsep materi pelajaran matematika yang dapat dilihat dari nilai hasil belajar
siswa setelah dilakukan tes pemahaman konsep. Adapun indikator
pemahaman konsep yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
a. Menyatakan ulang suatu konsep.
b. Mengklasifikasikan objek-objek menurut sifat-sifat tertentu.
c. Memberi contoh dan non-contoh dari konsep.
d. Menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi matematika.
e. Mengembangkan syarat perlu dan syarat cukup suatu konsep.
f. Menggunakan, memanfaatkan, dan memilih prosedur atau operasi
tertentu.
g. Mengaplikasikan konsep.

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Teori
Belajar aktif, ditunjukkan dengan adanya keterlibatan intelektual dan emosional
yang tinggi dalam proses belajar, tidak sekedar aktivitas fisik semata. Siswa
diberi kesempatan untuk berdiskusi, mengemukakan pendapat, dan idenya
melakukan eksplorasi terhadap materi yang sedang dipelajari serta menafsirkan
hasilnya secara bersama-sama di dalam kelompok. Siswa dibebaskan untuk
mencari berbagai sumber belajar yang relevan. Kegiatan demikian memungkinkan siswa berinteraksi aktif dengan lingkungan dan kelompoknya, sebagai media
untuk mengembangkan pengetahuannya.

1.

Efektivitas Pembelajaran

Dalam kamus bahasa Indonesia efektivitas berasal dari kata efektif yang berarti
mempunyai efek, pengaruh atau akibat, atau efektif juga dapat diartikan dengan
memberikan hasil yang memuaskan. Efektivitas merujuk pada kemampuan untuk
memiliki tujuan yang tepat atau mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Efektivitas juga berhubungan dengan masalah bagaimana pencapaian tujuan atau
hasil yang diperoleh, kegunaan, atau manfaat dari hasil yang diperoleh. Seperti
yang dikemukakan Sambas (2009) dan Sutikno (2005) bahwa efektivitas berarti
kemampuan dalam melaksanakan pembelajaran yang telah direncanakan yang

9

memungkinkan siswa untuk dapat belajar dengan mudah dan dapat mencapai
tujuan dan hasil yang diharapakan.

Pembelajaran matematika yang efektif memerlukan suatu komitmen serius
kepada pengembangan dari pemahaman matematika siswa. Sebab siswa belajar
dengan menghubungkan gagasan baru ke pengetahuan utama, guru harus
memahami apa yang siswa telah ketahui. Guru secara efektif mengetahui
bagaimana cara mengajukan pertanyaan dan rencana pelajaran yang mengungkapkan pengetahuan siswa lebih dulu, kemudian mereka bisa mendisain
pengalaman yang dimiliki yang berpengaruh terhadap pengetahuan. Hal ini
sesuai dengan pendapat Nasution (2002: 27) bahwa belajar yang efektif hasilnya
merupakan pemahaman, pengetahuan, atau wawasan.

Pembelajaran efektif apabila siswa secara aktif dilibatkan dalam mencari
informasi (pengetahuan). Siswa tidak hanya pasif menerima pengetahuan yang
diberikan guru. Dengan terlibatnya siswa dalam pencarian informasi maka hasil
belajar yang diperoleh tidak hanya meningkatkan pemahaman siswa, tetapi juga
meningkatkan keterampilan berfikir, intensitas bertanya, serta interaksi yang
baik.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa tercapainya tujuan pembelajaran
yang diwujudkan pada hasil belajar merupakan hal utama dalam menilai
efektivitas pembelajaran. Dalam penelitian ini, efektivitas dikatakan tercapai bila
rata-rata skor pemahaman konsep yang dikenai pembelajaran kooperatif tipe TGT
lebih baik daripada rata-rata skor pemahaman konsep pada pembelajaran
konvensional.

10

2. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT
Pembelajaran kooperatif bernaung dalam teori konstruktivis. Pembelajaran ini
muncul dari konsep bahwa akan lebih mudah menemukan dan memahami konsep
yang sulit jika mereka saling berdiskusi dengan temannya. Siswa secara rutin
bekerja dalam kelompok untuk saling membantu memecahkan masalah-masalah
yang kompleks. Tujuan dibentuknya kelompok adalah untuk memberikan
kesempatan kepada semua siswa untuk dapat melihat secara aktif dalam proses
berpikir dan kegiatan belajar. Selama bekerja dalam kelompok, tugas anggota
kelompok adalah mencapai ketuntasan materi yang disajikan oleh guru, dan
saling membantu teman sekelompoknya.
Sesuai dengan pendapat Kauchak (dalam Trianto, 2009) yang menyatakan bahwa
belajar kooperatif bukanlah sesuatu yang baru, karena bagi guru dan siswa
mungkin pernah menggunakannya atau mengalaminya. Sebagai contoh saat
bekerja dalam laboratorium dimana siswa dibentuk dalam beberapa kelompok
belajar.

Model pembelajaran kooperatif mempunyai manfaat-manfaat yang positif apabila
diterapkan di ruang kelas. Beberapa keuntungannya antara lain: kemampuan
untuk berfikir, mencari informasi dari sumber lain, belajar dari siswa lain,
mendorong

siswa

untuk

mengungkapkan

idenya

secara

verbal

dan

membandingkan dengan ide temannya, membantu siswa belajar menghormati
siswa yang pintar dan siswa yang lemah, juga menerima perbedaan tersebut.

11

Para ahli berpendapat bahwa model pembelajaran kooperatif unggul dalam
membantu siswa memahami konsep-konsep sulit. Pembelajaran kooperatif juga
memberikan efek terhadap sikap penerimaan perbedaan antar-individu, baik ras,
keragaman budaya, jenis kelamin, sosial - ekonomi, dan lain-lain. Selain itu yang
terpenting, pembelajaran kooperatif mengajarkan keterampilan bekerja sama
dalam kelompok atau teamwork. Keterampilan ini sangat dibutuhkan anak saat
nanti berada di tengah masyarakat. Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan oleh
Ibrahim (dalam Trianto, 2009) bahwa pembelajaran kooperatif mempunyai efek
yang berarti terhadap penerimaan yang luas terhadap keragaman warna kulit, ras,
agama, kemampuan, dan ketidakmampuan.

Model pembelajaran kooperatif mempunyai banyak sekali variasi. Salah satu di
antaranya adalah model pembelajaran kooperatif tipe TGT. Dalam segala aspek,
TGT sama dengan STAD, tapi dalam beberapa hal ada yang berbeda seperti kuis
dan sistem penelitian peningkatan individu. TGT menggunakan sistem
pertandingan akademik dimana siswa bersaing untuk menunjukan kebolehan tim
mereka. Aktivitas belajar dengan permainan yang dirancang dalam pembelajaran
kooperatif model TGT memungkinkan siswa dapat belajar lebih rileks disamping
menumbuhkan tanggung jawab, kejujuran, kerja sama, persaingan sehat, dan
keterlibatan belajar.

Dalam pembelajaran TGT, siswa ditempatkan dalam kelompok - kelompok
belajar yang beranggotakan 4 - 5 orang yang memiliki kemampuan dan jenis
kelamin yang berbeda. Guru menyajikan materi, dan siswa bekerja dalam
kelompok mereka masing - masing. Dalam kerja kelompok guru memberikan

12

Lembar Kerja Kelompok (LKK) kepada setiap kelompok. Tugas dikerjakan bersama - sama dengan anggota kelompoknya. Apabila ada dari anggota
kelompok yang tidak mengerti dengan tugas yang diberikan, maka anggota
kelompok yang lain bertanggung jawab untuk memberikan penjelasan, sebelum
mengajukan pertanyaan tersebut kepada guru. Dan untuk memastikan bahwa
seluruh anggota kelompok telah menguasai pelajaran, maka seluruh siswa akan
diberikan permainan akademik.

Menurut Slavin (1995; 84) pembelajaran kooperatif tipe TGT terdiri dari 5
langkah tahapan yaitu : tahap penyajian kelas (class presentations), belajar dalam
kelompok (teams), permainan (games), pertandingan (tournament), dan penghargaan kelompok (team recognition).

a) Penyajian Kelas (class presentations)
Setiap awal pembelajaran kooperatif tipe TGT selalu dimulai dengan
penyajian kelas. Penyajian tersebut mencakup pembukaan, pengembangan,
dan latihan terbimbing dari keseluruhan pelajaran.
a. Pembukaan
1) Menjelaskan pada siswa materi yang akan dipelajari
2) Guru meminta siswa bekerja dalam kelompok untuk menemukan
konsep atau merangsang keinginan mereka pada pelajaran tersebut.
3) Mengulangi secara singkat keterampilan atau informasi yang
merupakan syarat mutlak.
b. Pengembangan

13

1) Mengembangkan materi pembelajaran sesuai dengan apa yang akan
dipelajari siswa dalam kelompok.
2) Mengontrol pemahaman siswa sesering mungkin dengan memberikan
pertanyaan - pertanyaan.
3) Memberi penjelasan mengapa jawaban tersebut benar atau salah.
4) Beralih pada konsep yang lain, jika siswa telah memahami pokok
masalahnya.
c. Latihan Terbimbing
1) Siswa mengerjakan soal atas pertanyaan yang diberikan.
2) Memanggil anak secara acak untuk mengerjakan atau menyelesaikan
soal. Hal ini bertujuan agar semua siswa selalu siap mempersiapkan
diri sebaik mungkin.
3) Pemberian tugas kelas tidak boleh menyita waktu yang terlalu lama.
Sebaiknya siswa mengerjakan satu atau dua masalah.
b) Belajar Kelompok (teams)
Selama belajar kelompok, tugas anggota kelompok adalah menguasai
materi yang diberikan guru dan membantu teman satu kelompok untuk
menguasai materi tersebut. Siswa diberi lembar jawaban yang dapat
digunakan untuk melatih keterampilan yang sedang diajarkan untuk
mengevaluasi diri mereka dan teman satu kelompok.
c) Permainan (games)
Games terdiri dari pertanyaan - pertanyaan yang dirancang untuk menguji
pengetahuan yang didapat siswa dari penyajian kelas dan belajar
kelompok. Kebanyakan permainan terdiri dari pertanyaan - pertanyaan

14

sederhana bernomor. Siswa memilih kartu bernomor dan mencoba menjawab pertanyaan yang sesuai dengan nomor itu. Siswa yang menjawab
pertanyaan dengan benar akan mendapat skor. Skor ini yang nantinya
dikumpulkan siswa untuk pertandingan mingguan.
d) Pertandingan (tournament)
Pertandingan merupakan kompetensi yang digunakan untuk memberikan
motivasi kepada siswa agar meningkatkan prestasi belajar dan berusaha
memperbaiki hasil prestasi yang telah dicapai sebelumnya. Tournament
atau pertandingan antar kelompok dilakukan sesuai dengan yang dikemukakan Slavin (1995: 87) yaitu memastikan siswa yang memiliki
kemampuan sama dari masing-masing kelompok ditempatkan dalam satu
meja pertandingan. Siswa yang pintar dari masing - masing meja
ditempatkan pada meja 1, siswa yang sedang pada meja 2 dan meja 3,
sedangkan siswa yang rendah ditempatkan dimeja 4.

Gambar 2.1 Skema Meja Turnamen

15

Pelaksanaan turnamen dalam satu meja turnamen terdiri dari 4 siswa dengan
kemampuan sama yang berasal dari kelompok yang berbeda dilaksanakan
sebagai berikut (Slavin,1995: 88):

o Dalam setiap meja turnamen siswa mengambil undian yang digunakan untuk
menentukan siapa siswa yang mendapat giliran memilih soal dan membacakan soal yang disebut dengan pembaca. Sedangkan tiga siswa yang
lainnya disebut dengan penantang 1, penantang 2, dan penantang 3.
o Pembaca mengambil kartu secara acak, kemudian mengambil soal yang
sesuai dengan nomor yang tertera pada kartu. Selanjutnya pembaca membacakan soal dengan keras kepada ketiga penantang.
o Keempat siswa tersebut mengerjakan soal dengan waktu yang ditetapkan.
o Apabila jawaban pembaca salah maka pembaca tidak mendapat hukuman,
tetapi apabila jawaban penantang 1, penantang 2, dan penantang 3 salah maka
ketiga penantang akan mendapat hukuman dengan cara mengembalikan kartu
kemenangan yang telah mereka peroleh. Selanjutnya pembaca menjadi
penantang 3, penantang 3 menjadi penantang 2, penantang 2 menjadi
penantang 1, penantang 1 menjadi pembaca dengan prosedur pelaksanaan
kegiatan sama seperti yang telah diuraikan di atas.
o Siswa dapat mengerjakan lebih dari satu soal dan hasilnya diperiksa dan
dinilai, sehingga diperoleh skor turnamen untuk tiap individu dan sekaligus
skor kelompok asal. Siswa pada tiap meja tunamen sesuai dengan skor yang
diperolehnya dan diberikan gelar superior, very good, good, medium.
o Bumping, pada turnamen kedua (begitu juga untuk turnamen ketiga, keempat,
dan seterusnya), dilakukan pergeseran tempat duduk pada meja turnamen

16

sesuai dengan sebutan gelar tadi, siswa superior dalam kelompok meja
turnamen yang sama, begitu pula untuk meja turnamen yang lainnya diisi
oleh siswa dengan gelar yang sama.
o Setelah selesai menghitung skor untuk tiap kelompok asal dan skor
individual, diberikan penghargaan kelompok dan individu. Siswa yang
memperoleh kartu kemenangan terbanyak meraih tingkat 1 (Top Score),
tingkat 2 (High Middle Score), tingkat 3 (Low Middle Score), dan tingkat 4
(Low Score).

Perolehan poin dapat dilihat pada tabel-tabel perolehan poin (Slavin, 1995: 90)
berikut:
Tabel 2.1 Perolehan Poin Permainan Untuk Empat Pemain

Tingkatan
Pemain
1
Top Scorer
2
High Middle
Scorer
3
Low Middle
Scorer
4
Low Scorer

Tidak
Ada
Seri

1-2
Seri

2-3
Seri

3-4
Seri

1-2-3
Seri

2-3-4
Seri

1-2-34 Seri

1-2
Seri 34 Seri

60

50

60

60

50

60

40

50

40

50

40

40

50

30

40

50

30

30

40

30

50

30

40

30

20

20

20

30

20

30

40

30

Tabel 2.2 Perolehan Poin Permainan Untuk Tiga Pemain
Tingkatan
Pemain
1 Top Scorer
2 Middle
Scorer
3 Low
Scorer

Tidak Ada
Seri
60

1-2 Seri

2-3 Seri

1-2-3 Seri

50

60

40

40

50

30

40

20

20

20

40

17

e) Penghargaan kelompok (team recognition)
Kegiatan ini dilakukan pada setiap akhir pertandingan. Guru memberikan
penghargaan berupa pujian atau barang yang berbentuk makanan kecil
kepada kelompok yang teraktif, terkompak, dan termaju. Langkah
tersebut dilakukan untuk memberikan motivasi kepada siswa agar lebih
aktif dalam kegiatan belajar mengajar. Tiga tingkatan diberikan pada
kelompok yang memperoleh nilai perkembangan yang dihitung dari nilai
rata-rata poin perkembangan yang diperoleh dari anggota kelompok.

Tabel 2.3 Kriteria Pengahargaan Kelompok
Rata-rata poin
perkembangan
40
45
50

Penghargaan team
Good Team
Great Team
Super Team
(Sumber Slavin, 1995: 90 )

3. Pembelajaran Konvensional
Pendekatan pembelajaran konvensional atau konservatif saat ini adalah
pendekatan pembelajaran yang paling disukai oleh para guru. Sebagaimana
dikatakan oleh Wallace (dalam Sunartombs; 2009)

tentang pendekatan

konservatif, pendekatan konvensional memandang bahwa proses pembelajaran
yang dilakukan sebagai mana umumnya guru mengajarkan materi kepada
siswanya. Guru mentransfer ilmu pengetahuan kepada siswa, sedangkan siswa
lebih banyak sebagai penerima.
Institute of Computer Technology (dalam Sunartombs; 2009) menyebutnya
dengan istilah “pengajaran tradisional”. Dijelaskan bahwa pengajaran tradisional

18

yang berpusat pada guru adalah perilaku pengajaran yang paling umum yang
diterapkan di sekolah-sekolah di seluruh dunia. Pengajaran model ini dipandang
efektif, terutama untuk berbagai informasi yang tidak mudah ditemukan di tempat
lain, menyampaikan informasi dengan cepat, membangkitkan minat akan
informasi, mengajari siswa yang cara belajar terbaiknya dengan mendengarkan.
Namun demikian pendekatan pembelajaran tersebut mempunyai beberapa
kelemahan yaitu tidak semua siswa memiliki cara belajar terbaik dengan
mendengarkan dan hanya memperhatikan penjelasan guru, sering terjadi
kesulitan untuk menjaga agar siswa tetap tertarik dengan apa yang dipelajari,
pendekatan tersebut cenderung tidak memerlukan pemikiran yang kritis, dan
mengasumsikan bahwa cara belajar siswa itu sama dan tidak bersifat pribadi.

Metode mengajar yang lebih banyak digunakan guru dalam pembelajaran
konvensional adalah metode ekspositori. Metode ekspositori ini sama dengan
cara mengajar yang biasa (tradisional) dipakai pada pengajaran matematika.
Kegiatan selanjutnya guru memberikan contoh soal dan penyelesaiannya,
kemudian memberi soal-soal latihan, dan siswa disuruh mengerjakannya.

Jadi kegiatan guru yang utama adalah menerangkan dan siswa mendengarkan
atau mencatat apa yang disampaikan guru. Salah satu ciri kelas dengan pembelajaran secara biasa yaitu para siswa tidak mengetahui apa tujuan mereka
belajar pada hari itu.

Menurut Hannafin (dalam Juliantara; 2009) sumber belajar dalam pendekatan
pem-belajaran konvensional lebih banyak berupa informasi verbal yang diperoleh

19

dari buku dan penjelasan guru atau ahli. Sumber-sumber inilah yang sangat mempengaruhi proses belajar siswa. Oleh karena itu, sumber belajar (informasi) harus
tersusun secara sistematis mengikuti urutan dari komponen-komponen yang kecil
ke keseluruhan dan biasanya bersifat deduktif. Oleh sebab itu, apa yang terjadi
selama pembelajaran jauh dari upaya-upaya untuk terjadinya pemahaman. Siswa
dituntut untuk menunjukkan kemampuan menghafal dan menguasai potonganpotongan informasi sebagai prasyarat untuk mempelajari keterampilanketerampilan yang lebih kompleks. Artinya bahwa siswa yang telah mempelajari
pengetahuan dasar tertentu, maka siswa diharapakan akan dapat menggabungkan
sub-sub pengetahuan tersebut untuk menampilkan prilaku (hasil) belajar yang
lebih kompleks.

4. Pemahaman Konsep
Kemampuan pemahaman matematis merupakan salah satu tujuan penting dalam
pembelajaran, memberikan pengertian bahwa materi-materi yang diajarkan
kepada siswa bukan hanya sebagai hafalan, namun lebih dari itu. Dengan
pemahaman siswa dapat lebih mengerti akan konsep materi pelajaran itu sendiri.
Pemahaman matematis juga merupakan salah satu tujuan dari setiap materi yang
disampaikan oleh guru, sebab guru merupakan pembimbing siswa untuk
mencapai konsep yang diharapkan. Hal ini sesuai dengan Carpenter (dalam
Bennu; 2010) yang menyatakan “salah satu ide yang diterima secara luas dalam
pendidikan matematika adalah bahwa siswa harus memahami matematika.”

Skemp (dalam Muaddab, 2010) membedakan pemahaman menjadi dua yaitu
pemahaman

instruksional

(instructional

understanding)

dan

pemahaman

20

relasional (relational understanding). Pada pemahaman instruksional, siswa
hanya sekedar tahu mengenai suatu konsep namun belum memahami mengapa
hal itu bisa terjadi. Sedangkan pada pemahaman relasional, siswa telah memahami mengapa hal tersebut bisa terjadi dan dapat menggunakan konsep dalam
memecahkan masalah-masalah sesuai dengan kondisi yang ada.

Pemahaman konsep berpengaruh terhadap tercapainya hasil belajar. Hasil belajar
merupakan perubahan tingkah laku sebagai akibat dari proses belajar atau
kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar. Hasil belajar
tersebut terjadi terutama berkat evaluasi guru. Berkenaan dengan hal tersebut
Dimyati (2006: 3) yang mengungkapkan hasil belajar merupakan hasil dari suatu
interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Dari guru tindak mengajar diakhiri
dengan proses evaluasi hasil belajar. Dari siswa, hasil belajar merupakan puncak
dari proses belajar.
Pengetahuan dan pemahaman siswa terhadap konsep matematika menurut NCTM
(dalam Herdian, 2010) dapat dilihat dari kemampuan siswa dalam beberapa
kriteria yaitu mendefinisikan konsep secara verbal dan tulisan, membuat contoh
dan bukan contoh, menggunakan simbol - simbol untuk merepresentasikan suatu
konsep, mengubah suatu bentuk representasi ke bentuk lainnya, mengenal
berbagai makna dan interpretasi konsep, mengidentifikasi sifat-sifat suatu konsep
dan mengenal syarat yang menentukan suatu konsep, serta membandingkan dan
membedakan konsep-konsep.

Dalam penelitian ini, hasil belajar diperoleh siswa berdasarkan hasil tes
pemahaman konsep. Indikator pemahaman konsep yang digunakan adalah

21

menyatakan ulang suatu konsep, mengklasifikasikan objek-objek menurut sifatsifat tertentu, memberi contoh dan non contoh dari konsep, menyajikan konsep
dalam berbagai bentuk representasi matematika, mengembangkan syarat perlu
dan syarat cukup suatu konsep, menggunakan, memanfaatkan dan memilih
prosedur atau operasi tertentu, serta mengaplikasikan konsep.

Pedoman penskoran tes pemahaman konsep disajikan pada tabel berikut:
Tabel 2.4 Pedoman Penskoran Tes Pemahaman Konsep

B.

KERANGKA PIKIR

Model pembelajaran kooperatif tipe TGT merupakan sebuah variasi diskusi
kelompok. Dalam TGT, pembelajaran diawali dengan penjelasan materi oleh

22

guru. Kemudian setiap siswa bekerja dalam kelompok yang telah ditentukan.
Setiap kelompok diberikan tugas atau latihan dalam bentuk LKK. Masing-masing
anggota kelompok harus dapat memahami tugas yang diberikan. Tugas atau
latihan yang terdapat pada LKK adalah tugas atau latihan yang telah disusun
sesuai dengan indikator pemahaman konsep. Apabila ada anggota kelompok yang
belum paham, maka anggota kelompok lain bertanggung jawab untuk memberi
penjelasan sebelum mengajukan pertanyaan kepada guru. Untuk mengetahui
sejauh mana konsep telah dipahami setiap kelompok, maka guru menunjuk
perwakilan dari beberapa kelompok untuk mempersentasikan hasil diskusinya di
depan kelas.

Guna memastikan semua kelompok telah memahami konsep yang diberikan,
maka guru memberikan pertandingan. Dalam pertandingan ini, siswa terbagi
dalam meja-meja pertandingan. Setiap meja pertandingan, terdiri dari 4 siswa
yang berasal dari kelompok yang berbeda dengan kemampuan akademik yang
homogen. Setiap siswa mengerjakan masing-masing empat soal sesuai dengan
jumlah anggota dalam setiap meja pertandingan. Hasilnya diperiksa dan dinilai
sehingga diperoleh skor turnamen untuk tiap individu. Siswa pada tiap meja
tunamen sesuai dengan skor yang diperolehnya diberikan sebutan (gelar)
superior, very good, good, medium. Di dalam pertandingan setiap anggota
kelompok memegang tanggung jawab yang besar terhadap keberhasilan
kelompoknya. Jumlah skor individu untuk tiap kelompok akan dihitung setelah
waktu yang telah ditentukan dalam turnamen berakhir. Kelompok yang
memperoleh skor tertinggi, mendapat penghargaan kelompok.

23

Dengan berdiskusi dalam kelompok seperti pada pembelajaran kooperatif tipe
TGT, siswa akan lebih mudah memahami konsep. Sehingga pemahaman konsep
siswa akan meningkat. Dengan pemahaman konsep yang optimal akan membantu
siswa dalam memperoleh hasil belajar yang baik.

C.

Anggapan Dasar

Anggapan dasar dalam penelitian ini adalah:
1.

Semua siswa kelas IX SMP Negeri 20 Bandar Lampung semester ganjil
tahun pelajaran 2014/2015 memperoleh materi yang sama dan sesuai dengan
kurikulum tingkat satuan pendidikan.

2.

Faktor lain yang mempengaruhi pemahaman konsep matematis siswa selain
model pembelajaran diabaikan.

D. Hipotesis Penelitian
Hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
Pemahaman konsep matematis siswa yang mengikuti pembelajaran kooperatif
tipe TGT lebih baik daripada pemahaman konsep matematis siswa yang
mengikuti pembelajaran konvensional.

III. METODE PENELITIAN

A. Populasi dan Sampel
Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 20 Bandar Lampung. Populasi dalam
penelitian ini adalah seluruh siswa kelas IX yang terdistribusi dalam 7 kelas yaitu
IX-A hingga IX-H. Dengan menggunakan teknik purposive sampling, sampel
dalam penelitian ini terpilih kelas IX-G sebagai kelas kontrol dan IX-F sebagai
kelas eksperimen.

B. Desain Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian eksperimen semu dengan pola post-test kontrol
sebagaimana yang dikemukakan Furchan (1982:356) sebagai berikut:
Tabel 3.1. Post-test Kontrol Desain
Kelas
F
G

Perlakuan
X
C

Post-test
Y2
Y2

Keterangan:
F : kelas eksperimen
G : kelas kontrol
X : perlakuan pada kelas eksperimen dengan menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe TGT

25

Adapun langkah-langkah penelitian adalah sebagai berikut:
1.

Orientasi sekolah, untuk melihat kondisi lapangan seperti berapa kelas yang
ada, jumlah siswanya, serta cara mengajar guru matematika selama
pembelajaran

2. Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) untuk kelas eksperimen
dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT dan untuk
kelas kontrol dengan menggunakan pembelajaran konvensional.
3. Menyiapkan instrumen penelitian berupa tes pemahaman konsep sekaligus
aturan penskorannya.
4. Melakukan validasi instrumen.
5. Melakukan uji coba instrumen
6. Melakukan perbaikan instrumen
7. Melaksanakan perlakuan pada kelas eksperimen
8. Mengadakan post- tes pada kelas eksperimen dan kelas kontrol
9. Menganalisis data
10. Membuat kesimpulan

C. Data Penelitian
Data dalam penelitian ini adalah data pemahaman konsep siswa yang diperoleh
dari tes pemahaman konsep pada kelas eksperimen dan kelas kontrol.
D. Teknik Pengumpulan Data
Data dalam penelitian ini berupa data pemahaman konsep matematis siswa.
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

26

Tes
Tes ini digunakan untuk mengukur kemampuan siswa dalam memahami materi
yang diberikan. Tes diberikan sesudah pembelajaran (post-test) pada kelas
eksperimen dan kelas kontrol yang berbentuk esai.

E. Instrumen Penelitian
Instrumen adalah seperangkat alat tes yang digunakan untuk mengambil data
dalam suatu penelitian. Tes merupakan serentetan pertanyaan atau latihan atau
alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan,
kemampuan, atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok. Instrumen
yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini adalah:

1.

Validitas

Sebelum digunakan, perangkat tes yang telah disusun oleh peneliti diujicobakan.
Sebelum perangkat tes diujicobakan, terlebih dahulu dilakukan validasi untuk
mengukur validitas dari perangkat tes. Validitas tes yang digunakan dalam
penelitian ini adalah validitas isi yaitu validitas yang dilihat dari segi isi tes itu
sendiri sebagai alat pengukur hasil belajar, yaitu: sejauh mana tes hasil belajar
sebagi alat pengukur hasil belajar peserta didik, isinya telah dapat mewakili
secara representatif terhadap keseluruhan materi atau bahan pelajaran yang
seharusnya diujikan
Validitas isi dari suatu tes hasil belajar dapat diketahui dengan jalan membandingkan antara isi yang terkandung dalam tes hasil belajar dengan tujuan

27

instruksional khusus yang telah ditentukan untuk masing-masing pelajaran,
apakah hal-hal yang tercantum dalam tujuan intruksional khusus sudah terwakili
secara nyata dalam tes hasil belajar tersebut atau belum. Oleh karena itu, dalam
penelitian ini soal tes dikonsultasikan dengan dosen pembimbing terlebih dahulu
kemudian dikonsultasikan kepada guru mata pelajaran matematika kelas IX.
Benar penilaian dosen dan guru menyatakan bahwa perangkat tes telah sesuai
dengan kompetensi dasar dan indikator maka tes tersebut dikategorikan valid.
Setelah perangkat tes dinyatakan valid, maka perangkat tes diujicobakan. Uji
coba dilakukan diluar sampel penelitian yaitu pada siswa kelas IX C. Setelah
diujicobakan, diukur tingkat realiabilitas maka perangkat tes termasuk dalam
kriteria tes yang baik sehingga soal layak untuk digunakan.

2.

Reliabilitas Tes

Tes yang digunakan diujicobakan diluar sampel, dimaksudkan untuk mengetahui
tingkat reliabilitas tes. Perhitungan reliabilitas tes ini didasarkan pada pendapat
Sudijono (2001; 207) yang menyatakan bahwa untuk menghitung koefisien
reliabilitas tes dapat digunakan rumus alpha, yaitu :
2
 n   Si 
r11  
 1
Si 2 
 n  1 

dimana:

r11

= Koefisien reliabilitas tes

n

= Banyaknya butir item yang dikeluarkan dalam tes

 Si
Si2

2

= Jumlah varians skor dari tiap butir item
= Varian total

28

Reliabilitas dari tes hasil belajar dikatakan tinggi apabila r11 sama dengan atau
lebih dari 0,70. Setelah dihitung didapatkan tingkat reliabilitasnya adalah 0,71
sehingga menurut Sudijono (2008) reliabilitas instrumen tes tergolong tinggi.
Dengan demikian, disimpulkan bahwa instrumen tes dapat digunakan untuk
mengukur kemampuan pemahaman konsep matematis siswa. Untuk perhitungan
bisa dilihat pada lampiran C.1.

F. Analisis Data
Data yang digunakan adalah data nilai semester ganjil kelas XI. Data dianalisis
dengan menggunakan uji normalitas, uji homogenitas, dan uji kesamaan dua ratarata.
1. Uji Normalitas
Uji ini berfungsi untuk mengetahui apakah populasi berdistribusi normal atau
tidak. Uji ini menggunakan rumus Chikuadrat (Sudjana, 2005: 273).
Hipotesis :
Ho : data berasal dari populasi yang berdistribusi normal
H1 : data tidak berasal dari populasi yang berdistribusi normal

(Oi  Ei ) 2
X 
Ei
i 1
k

2

Keterangan:
X2 = harga Chi-kuadrat
Oi = frekuensi observasi
Ei = frekuensi harapan
k

= banyaknya kelas interval

29

Kriteria pengujian, jika X 2 hitung  X 2 tabel dengan dk = k – 3, maka data
berdistribusi normal.
Setelah dilakukan perhitungan, untuk kelas eksperimen diperoleh x2hitung =
2,75

dan dk = 3 dari tabel chi kuadrat diperoleh x²

tabel

=

7,81. Sedangkan pada kelas kontrol diperoleh x2hitung = 1,42 dan dengan
tingkat kepercayaan dan derajat kebebasan yang sama dengan kelas
eksperimen yaitu α = 5% dan dk = 3 diperoleh x2hitung melalui tabel chi
kuadrat yaitu 7,81. Sesuai dengan kriteria pengujian yaitu terima Ho jika
X 2 hitung  X 2 tabel maka data kelas eksperimen dan kelas kontrol berada pada

daerah penerimaan Ho sehingga data populasi tersebut berdistribusi normal.
Perhitungan selengkapnya pada lampiran C.4.
Tabel 3.2 Hasil Uji Normalitas.
Kelas

X2hitung

X2tabel

Keputusan Uji

Eksperimen

2,75

9,49

Ho diterima

Kontrol

1,42

7,81

Ho diterima

2. Uji Homogenita

Dokumen yang terkait

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS (Studi pada Siswa Kelas VIII Semester Ganjil SMP Negeri 5 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013)

0 15 67

EFEKTIVITAS PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA SISWA (Studi pada Siswa Kelas X Semester Genap SMK Negeri 1 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013)

0 7 37

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS (Studi pada Siswa Kelas VIII Semester Ganjil SMP Negeri 5 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013)

0 18 64

EFEKTIVITAS PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT DITINJAU DARI PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA (Studi pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 22 Bandar Lampung Semester Genap Tahun Pelajaran 2012/2013)

0 9 54

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD DITINJAU DARI PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA (Studi Pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 8 Bandar Lampung Semester Genap Tahun Pelajaran 2012/2013)

0 8 39

PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA (Studi pada Siswa Kelas VII.2 Semester Ganjil SMP Negeri 1 Gadingrejo Tahun Pelajaran 2012/2013)

0 7 54

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA (Studi pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 20 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013)

1 12 36

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA (Studi pada Siswa Kelas IX SMP Negeri 20 Bandar Lampung Semester Ganjil Tahun Pelajaran 2014/2015)

0 10 52

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT DITINJAU DARI PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA (Studi pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 8 Bandarlampung Tahun Pelajaran 2013-2014)

0 11 59

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TPS (THINK PAIR SHARE) DITINJAU DARI PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA (Studi pada Siswa Kelas VII Semester Ganjil SMP Negeri 20 Bandar Lampung T.P. 2013/2014)

1 12 51