TINDAKAN HUKUM YANG DAPAT DILAKUKAN KEJAKSAAN AGUNG REPUBLIK INDONESIA TERHADAP UMAR PATEK ATAS DUGAAN TINDAK PIDANA TERORISME DIHUBUNGKAN DENGAN KUHP DAN KETENTUAN-KETENTUAN PIDANA YANG BERLAKU DI IN.
ABSTRAK
Kejahatan terorisme telah berkembang pesat ke arah yang semakin
mengkhawatirkan masyarakat dunia. Terorisme telah menjadi suatu
bentuk kejahatan yang makin destruktif dengan ruang lingkup global.
Umar Patek adalah salah satu dalang berbagai kasus terorisme di
Indonesia, Umar patek ditangkap oleh Kepolisian Pakistan di Abbotabad,
Pakistan pada tanggal 25 Januari 2011, Rabu tanggal 17 Agustus 2011
Kepolisian Republik Indonesia mengeluarkan Surat Penahanan terhadap
Umar Patek selama 4 bulan dan menetapkan Umar Patek sebagai
tersangka dalam Peristiwa Bom Bali I tanggal 12 Oktober 2002. Umar
patek diduga terlibat dalam kasus Bom Natal 24 Desember 2000, Bom
Bali 12 Oktober 2002, menyembunyikan tersangka teroris Dulmatin ,
menyelundupkan beberapa pucuk senjata untuk kepentingan terorisme.
penelitian ini bertujuan untuk mengkaji ketentuan-ketentuan pidana apa
saja yang dapat dikenakan terhadap Umar Patek dan bentuk dakwaan
apa yang dapat dikenakan terhadap Umar Patek.
Penelitian ini menggunakan metode pendekatan yuridis normatif,
dengan mengumpulkan fakta-fakta baik dari bahan-bahan hukum primer
maupun sekunder yang berkaitan dengan penerapan pasal-pasal yang
berkenaan dengan pasal yang didakwakan dan spesifikasi penelitian yang
digun-akan adalah analitis normatif kualitatif.
Hasil pembahasan menunjukan Umar patek melanggar beberapa
ketentuan-ketentuan pidana, Umar Patek dapat dikenai dakwaan berlapis
dengan bentuk dakwaan kumulatif, tindakan Umar Patek telah memenuhi
unsur-unsur tindak pidana yang tercantum pada Pasal 340 KUHP tentang
pembunuhan berencana, Pasal 266 ayat (1) dan Pasal 266 ayat (2)
KUHP tentang pemalsuan dokumen , Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP
tentang penyertaan, Pasal 9 dan Pasal 13 Undang-Undang Nomor 15
Tahun 2003 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme dan Pasal
1 Undang-Undang darurat Nomor 12 Tahun 1951 Tentang Senjata Api
dan Bahan Peledak.
iv
Kejahatan terorisme telah berkembang pesat ke arah yang semakin
mengkhawatirkan masyarakat dunia. Terorisme telah menjadi suatu
bentuk kejahatan yang makin destruktif dengan ruang lingkup global.
Umar Patek adalah salah satu dalang berbagai kasus terorisme di
Indonesia, Umar patek ditangkap oleh Kepolisian Pakistan di Abbotabad,
Pakistan pada tanggal 25 Januari 2011, Rabu tanggal 17 Agustus 2011
Kepolisian Republik Indonesia mengeluarkan Surat Penahanan terhadap
Umar Patek selama 4 bulan dan menetapkan Umar Patek sebagai
tersangka dalam Peristiwa Bom Bali I tanggal 12 Oktober 2002. Umar
patek diduga terlibat dalam kasus Bom Natal 24 Desember 2000, Bom
Bali 12 Oktober 2002, menyembunyikan tersangka teroris Dulmatin ,
menyelundupkan beberapa pucuk senjata untuk kepentingan terorisme.
penelitian ini bertujuan untuk mengkaji ketentuan-ketentuan pidana apa
saja yang dapat dikenakan terhadap Umar Patek dan bentuk dakwaan
apa yang dapat dikenakan terhadap Umar Patek.
Penelitian ini menggunakan metode pendekatan yuridis normatif,
dengan mengumpulkan fakta-fakta baik dari bahan-bahan hukum primer
maupun sekunder yang berkaitan dengan penerapan pasal-pasal yang
berkenaan dengan pasal yang didakwakan dan spesifikasi penelitian yang
digun-akan adalah analitis normatif kualitatif.
Hasil pembahasan menunjukan Umar patek melanggar beberapa
ketentuan-ketentuan pidana, Umar Patek dapat dikenai dakwaan berlapis
dengan bentuk dakwaan kumulatif, tindakan Umar Patek telah memenuhi
unsur-unsur tindak pidana yang tercantum pada Pasal 340 KUHP tentang
pembunuhan berencana, Pasal 266 ayat (1) dan Pasal 266 ayat (2)
KUHP tentang pemalsuan dokumen , Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP
tentang penyertaan, Pasal 9 dan Pasal 13 Undang-Undang Nomor 15
Tahun 2003 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme dan Pasal
1 Undang-Undang darurat Nomor 12 Tahun 1951 Tentang Senjata Api
dan Bahan Peledak.
iv