KEBERADAAN ALAT MUSIK NAFIRI PADA ANSAMBEL NOBAT DIRAJA DI SANGGAR SINAR BUDAYA GROUP MEDAN.

ABSTRAK
Novalin Melissa H, Keberadaan Alat Musik Nafiri pada Ansambel Nobat
Diraja di Sanggar Sinar Budaya Group Medan : Fakultas Bahasa dan Seni
Universitas Negeri Medan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keberadaan alat musik Nafiri pada
Ansambel Nobat Diraja di Sanggar Sinar Budaya Group, Medan. Sanggar ini
merupakan milik Yayasan Kesultanan Serdang, salah satu Kesultanan Melayu
yang ada di Sumatera Utara. Penelitian ini juga membahas sekilas mengenai
Ansambel Nobat Diraja yang ada di Kesultanan tersebut, di mana untuk wilayah
Sumatera Utara, dari keempat kesultanan yang ada, hanya Kesultanan Serdang
yang masih memiliki Ansambel Nobat Diraja sampai saat ini.
Dalam penelitian ini, mengacu pada landasan teoretis yang mencakup keberadaan,
alat musik dan pembagiannya, jenis-jenis ansambel dan juga mengenai Musik
Melayu.
Metode yang dipakai dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif.
Teknik pengumpulan data dilakukan dengan beberapa cara, baik itu melalui studi
pustaka, maupun dengan teknik kerja lapangan seperti observasi, wawancara dan
juga pengambilan dokumentasi. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini
adalah sampel bola salju (snowball sampling), di mana dari data yang didapat
melalui informan utama, yang dalam hal ini adalah pemain Nafiri pada Ansambel
Nobat Diraja di Sanggar Sinar Budaya Group, dapat menunjuk kepada informaninforman tambahan.

Dari hasil penelitian yang dilakukan, maka diperoleh hasil bahwa keberadaan
Nafiri pada Ansambel Nobat Diraja di Sanggar Sinar Budaya Group Medan,
masih tetap eksis dan kondisi fisik instrumen tersebut tergolong masih baik untuk
digunakan. Hal ini menjadi kebanggaan bagi pihak Sinar Budaya Group yang
merupakan bagian dari Kesultanan Serdang, mengingat Nafiri yang ada di
Kesultanan Serdang saat ini hanya ada satu buah saja dan merupakan Regalia
Kerajaan yang harus dijaga turun temurun. Alat Musik Nafiri ini juga tidak
ditemukan pada etnik lain di Sumatera Utara. Namun pada satu sisi, alat musik ini
tidak banyak diketahui oleh masyarakat pada umumnya, mengingat alat musik ini
hanya dikhususkan untuk Ansambel Nobat Diraja yang memang hanya digunakan
untuk acara kesultanan. Namun fungsi alat musik itu sendiri bagi Ansambel Nobat
Diraja memegang peranan penting, karena fungsi ‘magis’ yang diperankannya.
Untuk itu, sudah seharusnya para pemerhati dan pelestari budaya serta orangorang yang berkecimpung dalam Ansambel Nobat Diraja ini tetap berusaha untuk
melestarikan ansambel yang tergolong unik ini dan mulai memperkenalkan alat
musik Nafiri kepada masyarakat pada umumnya, dengan tidak mengurangi nilai
sakral dan magis yang terkandung di dalamnya.
i

KATA PENGANTAR
Puji syukur dan terimakasih yang setingginya-tingginya penulis haturkan

kepada Tuhan Yesus Kristus yang telah melimpahkan rahmat dan berkat-Nya,
sehingga skripsi yang berjudul “Keberadaan Alat Musik Nafiri pada Ansambel
Nobat Diraja di Sanggar Sinar Budaya Group Medan” dapat penulis selesaikan.
Penulis telah berupaya semaksimal mungkin untuk mencapai hasil terbaik
dalam penyelesaian skripsi ini, dan sangat menyadari tanpa bantuan dari berbagai
pihak, skripsi ini tidak mungkin dapat terselesaikan. Maka pada kesempatan ini,
penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Ibnu Hajar Damanik, M.Si., selaku Rektor Universitas
Negeri Medan.
2. Ibu Dr. Isda Pramuniati, M.Hum., selaku Dekan Fakultas Bahasa dan Seni
Universitas Negeri Medan.
3. Ibu Dra. Tuti Rahayu, M.Si., selaku Ketua Jurusan Sendratasik Fakultas
Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan.
4. Ibu Uyuni Widiastuti, S.Pd., M.Pd., selaku Sekretaris Jurusan Sendratasik
dan dosen Pembimbing Skripsi I.
5. Bapak Panji Suroso, S.Pd., M.Si., selaku Ketua Prodi Pendidikan Seni
Musik Universitas Negeri Medan.
6. Bapak Mukhlis Hasbullah, S.Pd., M.Sn., selaku Pembimbing Skripsi II
yang sudah memberikan waktu dalam memberikan bimbingan, gagasan
dan semangat dalam menyelesaikan skripsi ini serta seluruh Bapak/Ibu

Dosen Seni Musik yang telah memberikan ilmunya selama perkuliahan.
7. Orang tua tunggal penulis, Papa J. Hutabarat yang sudah begitu kuat dan
sabar mendidik serta membesarkan. Juga teruntuk saudara-saudariku
terkasih, Bang Marthin, Irene, Chatrine dan Tania, terima kasih atas
pengertian, motivasi dan partisipasi dari kalian. Tak lupa kepada
Almarhumah Mama tercinta, semua ini karena mama begitu melekat di
hati. Semoga profesi yang terhenti sebelum waktunya dapat penulis
lanjutkan dengan niat yang sama.
8. Pihak Sanggar Sinar Budaya Group, Medan: Bapak Tengku Ryo Rizqan,
Ibu Tengku Mira Sinar, dan Bapak Yull Andhana, yang telah banyak
sekali membantu pengumpulan data. Terima kasih yang sebesarnya karena
masih menyempatkan diri untuk membantu di tengah kesibukan yang
begitu padat. Semoga semakin banyak pelestari budaya yang tekun
menjaga identitas bangsa. Juga kepada pihak Taman Bacaan Tengku
Luckman Sinar, Ibu Elly dan Kak Lelan, terima kasih atas bantuannya.
9. Terkhusus kepada Ibu Wiflihani, S.Pd., M.Pd., yang telah membuat rasa
kagum penulis terhadap beliau tidak memudar di tengah banyaknya virus
kekecewaan yang menyebar. Terima kasih sudah banyak menginspirasi
tentang kesederhanaan, kepedulian, dan tanggung jawab yang baik.
Semoga penulis dapat menjadi penebar inspirasi seperti beliau.


ii

10. Keluarga besar yang telah banyak membantu baik itu dukungan moral dan
materi, terkhusus kepada Uda Ruth Hutabarat sekeluarga. Tuhan
memberkati. Juga kepada Ompung Gabe yang dalam usia tua senantiasa
membimbing
dan
membesarkan
motivasi
penulis.
Semoga
terselesaikannya skripsi ini menjadi penambah sukacita di hari tua beliau.
Terpujilah Tuhan Yesus Kristus yang mewujudkan kerinduan beliau.
11. Teman-teman Mahasiswa Seni Musik, yang telah menularkan semangat
dengan berbagai cara unik kalian: Ernita, yang sering sekali berubah jadi
malaikat dewasa, Juliana, Ester, Sanny, Paima, Eri, Adi, serta seluruh
teman-teman mahasiswa yang tidak dapat diucapkan satu per satu. Juga
kepada teman-teman alumni SMM Medan 2005 yang masih berkenan
menanyakan kabar dan saling berbagi. Sukses menyertai kita semua.

12. Kepada para sahabat penulis: terima kasih untuk sahabat terkasihku,
Fanny, Kinnoy, Tia. Terlebih kepada para sahabat mayaku, para penulis
sejati yang selalu menyemangati saat bintangku mulai redup: Mbak Putri
di Cirebon, Mbak Impian di Solo, Eva dan Kiky di P. Sidimpuan, serta
Antonius Pramono di Lampung. Penulis beruntung mengenal kalian.
Terhalang tatap muka tidak jadi alasan bagi kita untuk saling menguatkan.
Penulis banyak belajar dari kalian. Mari terus berkarya dan ubah dunia
lewat tulisan.
Akhir kata penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak
yang turut serta mendukung dan membantu baik secara langsung maupun tidak
langsung. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat buat kita semuanya.

Medan, Maret 2013
Penulis,

Novalin Melissa H.
NIM 081222510066

iii


DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK .............................................................................. i
KATA PENGANTAR ............................................................ ii
DAFTAR ISI ........................................................................... iv
DAFTAR GAMBAR .............................................................. vi
DAFTAR TABEL ................................................................... vii
DAFTAR LAMPIRAN .......................................................... viii
BAB I PENDAHULUAN .......................................................
A.
B.
C.
D.
E.
F.

Latar Belakang Masalah ...................................................... 1
Identifikasi Masalah ............................................................. 5
Pembatasan Masalah ............................................................ 7
Perumusan Masalah ............................................................. 8

Tujuan Penelitian ................................................................. 8
Manfaat Penelitian ............................................................... 9

BAB II LANDASAN TEORETIS DAN KERANGKA
KONSEPTUAL ....................................................
A. LandasanTeoretis ................................................................ 10
1. Pengertian Keberadaan .................................................... 10
2. Pengertian Alat Musik...................................................... 11
a. Alat Musik ................................................................... 11
b. Alat Musik Nafiri ....................................................... 12
3. Pengertian Ansambel ...................................................... 14
a. Ansambel dan Pembagiannya .................................... 14
b. Musik Melayu ............................................................. 16
c. Ansambel Nobat Diraja .............................................. 20
4. Sanggar Sinar Budaya Group Medan ........................... 21
B. Kerangka Konseptual ........................................................... 23

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ............................
A. Metode Penelitian ................................................................ 25
B. Lokasi dan Waktu Penelitian ............................................... 26

C. Populasi dan Sampel ............................................................ 26
1. Populasi ......................................................................... 26
2. Sampel .......................................................................... 28
D. Teknik Pengumpulan Data.................................................... 28
1. Studi Kepustakaan ........................................................ 29

iv

2. Observasi (pengamatan) ............................................... 31
3. Wawancara ................................................................... 31
4. Dokumentasi ................................................................. 32
E. Teknik Analisis Data ........................................................... 33

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .... .
A. Sejarah Berdirinya Kesultanan Serdang .............................. 35
1. Silsilah Sultan-sultan Serdang ...................................... 37
2. Ansambel Nobat Diraja Kesultanan Serdang ............... 43
B. Keberadaan Alat Musik Nafiri pada Ansambel Nobat Diraja
di Sanggar Sinar Budaya Group Medan .............................. 53
C. Instrumen yang Digunakan pada Ansambel Nobat Diraja

di Sanggar Sinar Budaya Group Medan ............................... 56
D. Fungsi Alat Musik Nafiri pada Ansambel Nobat Diraja
di Sanggar Sinar Budaya Group .......................................... 64

BAB V PENUTUP .................................................................
A. Kesimpulan .......................................................................... 68
B. Saran .................................................................................... 69

DAFTAR PUSTAKA ............................................................. 71
LAMPIRAN ............................................................................ 73

v

DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Nafiri ..................................................................................... 13
Gambar 2.2 Sanggar Sinar Budaya Group Medan .................................... 22
Gambar 4.1 Nengkara ............................................................................... 57
Gambar 4.2 Nafiri dalam 3 bagian ............................................................ 58
Gambar 4.3 Nafiri ..................................................................................... 59
Gambar 4.4 Serunai ................................................................................... 60

Gambar 4.5 Gendang Panjang ................................................................... 61
Gambar 4.6 Kesi ........................................................................................ 62
Gambar 4.7 Gong ...................................................................................... 63

vi

DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Angkatan Nobat Diraja Serdang ............................................... 48

vii

DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran I Biodata Narasumber ............................................................... 73

viii

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Indonesia merupakan negara dengan nilai kebudayaan yang tinggi. Setiap
daerah di Indonesia memiliki kebudayaan masing-masing yang tercermin dalam
berbagai aspek kehidupan masyarakatnya. Masing-masing daerah memiliki ciri
khas kebudayaan yang berbeda. Kebudayaan itu antara lain bahasa, pakaian adat,
makanan tradisional, sastra, tari dan juga musik tradisional.
Dari berbagai jenis kebudayaan tersebut, maka kesenian termasuk dalam
unsur kebudayaan Indonesia. Pada awalnya, fungsi kesenian tradisional di
Indonesia lebih mengarah kepada upacara atau ritual. Namun seiring
perkembangan, kesenian tradisional juga dapat dinikmati sebagai hiburan, yang
tentu saja tetap menonjolkan ciri khas daerahnya. Di samping itu, seni juga
berfungsi sebagai media untuk mengekspresikan keindahan dari dalam jiwa
manusia. Dengan kata lain, kesenian merupakan salah satu identitas bangsa yang
tentu saja harus dijaga agar tidak mengalami kepudaran dan pada akhirnya
dilupakan (punah).
Di Sumatera Utara terdapat delapan etnik yang membuat provinsi ini
cukup beragam penduduknya (multietnis). Delapan etnik tersebut yaitu, Melayu,
Batak Toba, Karo, Simalungun, Mandailing, Pak-pak, Dairi dan Nias. Sementara
itu, beberapa etnik pendatang di Sumatera Utara antara lain, Padang, Aceh, Jawa,
Tionghoa dan lain sebagainya. Etnik Melayu yang ada di Sumatera Utara pun

1

terbagi lagi menjadi empat bagian, yang dibagi berdasar pada kesultanannya,
yaitu, Kesultanan Deli, Kesultanan Serdang, Kesultanan Langkat dan Kesultanan
Asahan.
Berbicara mengenai musik, pada awalnya Musik Melayu hanya digunakan
untuk mengiringi upacara atau ritual kepercayaan seperti animisme, dinamisme,
semacam sebuah aliran kepercayaan yang meyakini bahwa setiap benda di bumi
memiliki roh atau jiwa yang harus dihormati agar tidak mengganggu manusia.
Contohnya adalah Lagu Mengirik Padi (A Hoi-A Hoi), Senandung memanggil
angin, Lagu Memuja Kayu, Nyanyian Pawang Lebah dan lain sebagainya. Dalam
hal ini musik dilakukan oleh shaman atau pawang, yang biasanya berbentuk
nyanyian atau tetabuhan.
Bagi Etnik Melayu, musik dan tari adalah bagai dua mata dalam satu
cincin. Lagu (musik) dan tari dimasukkan dalam satu kategori yaitu seni
pertunjukan. Contoh ini dapat ditemukan dalam Teater-teater Melayu, seperti
Makyong, Menora, Bangsawan dan lain sebagainya. Teater-teater tersebut
merupakan perkembangan dari Musik Melayu yang dulunya digunakan dalam
ritual kepercayaan.
Seperti etnik lain pada umumnya, Etnik Melayu juga memiliki ansambel.
Biasanya ansambel yang dimainkan dalam Musik Melayu adalah ansambel
campuran yang menggunakan biola, rebab, akordion dan gitar bass. Tetapi, ada
satu ansambel yang sangat istimewa pada ansambel tradisional Melayu dan
dianggap masih sangat kuat dengan unsur magisnya, yaitu Ansambel Nobat
Diraja.

2

Ansambel Nobat Diraja bukanlah ansambel yang dapat dimainkan kapan
saja, seperti ansambel pada umumnya. Ansambel ini hanya digunakan ketika
sultan ditabalkan gelar, ketika sultan mangkat dan juga ketika sultan memakai
pakaian kebesarannya untuk menghadiri upacara resmi. Dengan kata lain,
ansambel ini hanya digunakan dan dimainkan untuk sultan.
Keunikan lain yang ada pada ansambel ini adalah pantang larang yang
berlaku pada Ansambel Nobat Diraja. Lagu pada Ansambel Nobat Diraja tidak
boleh dimainkan secara sembarangan, di mana setiap lagu yang berbeda
diperuntukkan pada acara atau tujuan yang berbeda pula. Selain itu, alat musiknya
juga tidak boleh dilangkahi. Adapun alat musik yang digunakan dalam Nobat
Diraja adalah Nengkara (gendang besar), Nafiri, Serunai, Gendang Panjang yang
terdiri dari Gendang Induk dan Gendang Anak, Kesi dan Gong Mahaguru.
Berdasarkan pengamatan yang peneliti lakukan terhadap alat musik
tradisional melayu dengan alat musik tradisional etnik lain, khususnya yang ada di
Sumatera Utara, terdapat kemiripan bentuk dan juga nama. Gendang (gondang,
gonrang), serunai (sarune), gong, juga dapat dijumpai pada alat musik tradisional
etnik lain. Namun tidak demikian dengan Nafiri. Alat Musik Nafiri menjadi
sesuatu yang baru atau jarang muncul pada sebuah ansambel tradisional di
Sumatera Utara. Dengan kata lain, tidak dimiliki oleh etnik lain tersebut. Inilah
awal

ketertarikan

peneliti

untuk

lebih

mendalami

tentang

bagaimana

sesungguhnya Alat Musik Nafiri yang ada pada etnik Melayu di Sumatera Utara
yang ternyata hanya dikhususkan untuk Ansambel Nobat Diraja.

3

Ansambel Nobat Diraja tidak hanya terdapat di Indonesia, tetapi juga
dimiliki oleh Etnik Melayu yang ada di luar wilayah Indonesia, yang tersebar di
kawasan Asia, khususnya Asia Tenggara, seperti Malaysia, Brunei Darussalam
dan lain sebagainya. Ansambel Nobat Diraja menjadi musik istiadat di istanaistana di wilayah tersebut, seperti Pattani, Melaka, Kedah, dan sebagainya.
Namun, untuk Etnik Melayu di Sumatera Utara, sampai saat ini hanya Kesultanan
Serdang yang masih memiliki Ansambel Nobat Diraja. Untuk itulah, peneliti
memilih Ansambel Nobat Diraja yang ada di Kesultanan Serdang untuk menjadi
materi pendukung dalam penelitian mengenai Nafiri yang akan peneliti lakukan.
Asal-usul tentang Alat Musik Nafiri tidaklah begitu jelas. Hal ini mungkin
disebabkan karena alat musik ini dikhususkan untuk digunakan pada Ansambel
Nobat Diraja yang hanya dimainkan pada saat tertentu pula, sehingga
mengakibatkan pembahasan mengenai alat musik ini kurang popular dan tidak
begitu terperinci.
Alat Musik Nafiri merupakan alat musik tiup yang panjangnya hampir
mencapai dua meter dan tergolong cukup panjang untuk ukuran alat musik tiup
pada umumnya. Berdasarkan sejarah singkatnya, Alat Musik Nafiri yang ada pada
Kesultanan Serdang hanya pernah dibuat dua kali semenjak digunakan pertama
kalinya dan Nafiri yang ada saat ini hanya tinggal satu buah dan disimpan di
Sanggar Sinar Budaya Group, Medan.
Sinar Budaya Group merupakan grup musik dan tari yang berada di bawah
naungan Yayasan Kesultanan Serdang, yang dibentuk oleh Tengku Luckman
Sinar, SH. Beberapa anggota dari grup inilah yang memainkan Ansambel Nobat

4

Diraja tiap kali ada acara kesultanan. Karena Nafiri di Kesultanan Serdang hanya
digunakan untuk acara kesultanan, dan bukan untuk dinikmati khalayak ramai
sebagai alat musik hiburan, maka alat musik ini tidak bisa sembarang dimiliki
secara umum dan hanya ada di Sanggar Sinar Budaya Group yang bertempat di
Medan, Sumatera Utara. Di tempat inilah, Nafiri dan seperangkat alat musik
Nobat Diraja lainnya disimpan pada saat ini.
Faktor lain yang menyebabkan alat-alat musik Nobat tersebut ditempatkan
di sebuah sanggar dan bukan istana adalah karena Kesultanan Serdang sudah tidak
mempunyai istana lagi, sebab sudah dibumihanguskan pada sebuah revolusi sosial
yang terjadi sekitar tahun 1946. Sejak saat itu, pemerintahan tetap berjalan, namun
tidak lagi memiliki istana sebagai tempat kediaman khusus para pemegang
mahkota Kesultanan Serdang. Bangunan yang menjadi Sanggar Sinar Budaya
Group ini juga merupakan bagian dari kediaman Almarhum Tengku Luckman
Sinar, termasuk semasa menjadi Sultan Serdang ke-VIII. Itulah alasan mengapa
alat-alat musik tersebut saat ini disimpan di sana.
Setelah melihat dan memahami topik di atas serta berdasarkan pada
fenomena yang ada, maka peneliti tertarik untuk mendeskripsikan ”Keberadaan
Alat Musik Nafiri pada Ansambel Nobat Diraja di Sanggar Sinar Budaya Group
Medan.”
B. Identifikasi Masalah
Identifikasi masalah adalah suatu tahapan awal dari penguasaan masalah,
di mana suatu obyek tertentu dalam situasi tertentu dapat kita kenali sebagai suatu
masalah. Tujuannya adalah agar peneliti mendapat gambaran-gambaran masalah

5

yang berhubungan dengan judul penelitian. Hal ini dilakukan agar peneliti
menjadi terarah serta cakupan masalah yang dibahas tidak terlalu luas.
Hal ini sejalan dengan pendapat Sukmadinata (2008:310) yang
menjelaskan bahwa:
“Identifikasi masalah merupakan mendaftar, mencatat masalahmasalah penting dan mendesak yang dihadapi dalam suatu bidang
keahlian atau profesi tertentu untuk kemudian dipilih satu yang
dijadikan fokus atau masalah penelitian.”
Sementara itu, Margono (2009:54) menjelaskan mengenai pengertian
masalah, bahwa masalah adalah kesenjangan antara harapan sesuatu yang
seharusnya ada (das sollen) dengan kenyataan yang ada (das sein).
Dari uraian yang terdapat dalam latar belakang masalah, maka
permasalahan dalam penelitian ini dapat diidentifikasi sebagai berikut :
1. Bagaimana keberadaan Alat Musik Nafiri pada Ansambel Nobat
Diraja di Sanggar Sinar Budaya Group Medan?
2. Bagaimana fungsi Alat Musik Nafiri pada Ansambel Nobat Diraja di
Sanggar Sinar Budaya Group Medan?
3. Bagaimana bentuk dan karakteristik Alat Musik Nafiri pada Ansambel
Nobat Diraja di Sanggar Sinar Budaya Group Medan?
4. Instrumen apa saja yang digunakan pada Ansambel Nobat Diraja di
Sanggar Sinar Budaya Group Medan?
5. Apakah ada dampak magis yang terkandung pada Alat Musik Nafiri
terhadap kelangsungan peranannya di Sanggar Sinar Budaya Group
Medan?

6

6. Bagaimana pengetahuan Masyarakat Melayu, khususnya Kesultanan
Serdang mengenai Alat Musik Nafiri?
C. Pembatasan Masalah
Pembatasan masalah ialah usaha untuk menetapkan batasan dari masalah
yang akan diteliti. Pembatasan masalah dilakukan untuk menjaga agar topik
pembahasan menjadi terfokus dan tidak melebar, serta agar dana dan waktu
peneliti dapat dimaksimalkan kepada beberapa masalah yang sudah dipilih
menjadi lingkup permasalahan saja.
Selanjutnya menurut pendapat Sukmadinata (2008:301) menjelaskan
bahwa pembatasan masalah adalah membatasi variabel atau aspek mana yang
diteliti dan mana yang tidak diteliti.
Untuk membatasi faktor mana saja yang termasuk dalam ruang lingkup
masalah penelitian dan faktor mana yang tidak termasuk dalam ruang lingkup
masalah penelitian, maka peneliti menetapkan pembatasan masalah sebagai
berikut:
1. Bagaimana keberadaan Alat Musik Nafiri pada Ansambel Nobat
Diraja di Sanggar Sinar Budaya Group Medan?
2. Instrumen apa saja yang digunakan pada Ansambel Nobat Diraja di
Sanggar Sinar Budaya Group Medan?
3. Bagaimana fungsi Alat Musik Nafiri pada Ansambel Nobat Diraja di
Sanggar Sinar Budaya Group Medan?

7

D. Perumusan Masalah
Perumusan masalah ialah usaha yang dilakukan peneliti untuk menyatakan
secara tersurat pertanyaan penelitian apa saja yang perlu dijawab atau dicarikan
jalan keluar.
Dalam menentukan rumusan masalah peneliti berpedoman pada pendapat
Maryaeni (2005:14) yang menjelaskan bahwa:
Rumusan masalah merupakan jabaran detail fokus penelitian yang
akan digarap. Rumusan masalah menjadi semacam kontrak bagi
peneliti karena penelitian merupakan upaya dalam menentukan
jawaban pertanyaan sebagaimana terpapar pada rumusan
masalahnya.
Berdasarkan

identifikasi

dan

pembatasan

masalah

yang

telah

dikemukakan, maka peneliti merumuskan masalah dalam penelitian ini sebagai
berikut: “Bagaimana keberadaan Alat Musik Nafiri pada Ansambel Nobat Diraja
di Sanggar Sinar Budaya Group Medan?”
E. Tujuan penelitian
Tujuan penelitian ialah pernyataan mengenai apa yang hendak kita capai
dalam penelitian. Tujuan penelitian dicantumkan agar peneliti maupun pihak lain
yang membaca laporan penelitian dapat mengetahui dengan pasti tujuan penelitian
tersebut.
Maka dari itu, tujuan yang ingin peneliti capai dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui keberadaan Alat Musik Nafiri pada Ansambel
Nobat Diraja di Sanggar Sinar Budaya Group Medan.

8

2. Untuk mengetahui instrumen apa saja yang digunakan pada Ansambel
Nobat Diraja di Sanggar Sinar Budaya Group Medan.
3. Untuk mengetahui fungsi Alat Musik Nafiri pada Ansambel Nobat
Diraja di Sanggar Sinar Budaya Group Medan.
F. Manfaat Penelitian
Dari hasil penelitian ini nantinya, peneliti sangat mengharapkan agar
penelitian ini bermanfaat sebagai:
1. Bahan masukan bagi peneliti dalam menambah pengetahuan dan
wawasan mengenai keberadaan Alat Musik Nafiri pada Ansambel
Nobat Diraja.
2. Bahan masukan bagi peneliti untuk menambah wawasan mengenai
etnik melayu yang bukan merupakan asal peneliti.
3. Bahan masukan bagi guru-guru seni budaya untuk menambahkan
materi tentang Alat Musik Nafiri Etnik Melayu pada Ansambel Nobat
Diraja, mengingat alat musik ini jarang disinggung atau dibahas dalam
mata pelajaran, padahal memiliki nilai keunikan.
4. Sebagai bahan masukan bagi Dinas Pariwisata dan Kebudayaan serta
para pelestari budaya, untuk memperkenalkan Alat Musik Nafiri pada
Etnik Melayu dalam Ansambel Nobat Diraja pada masyarakat,
minimal dalam bentuk buku atau tulisan.
5. Sebagai bahan perbandingan yang relevan bagi peneliti berikutnya.

9

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Berdasarkan penelitian yang peneliti lakukan mengenai Keberadaan Alat
Musik Nafiri pada Ansambel Nobat Diraja di Sanggar Sinar Budaya Group
Medan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Pada Kebudayaan Melayu, Alat Musik Nafiri merupakan alat
musik yang dikhususkan untuk digunakan dalam Ansambel Nobat
Diraja. Alat musik ini termasuk dalam Regalia Kerajaan, barang
pusaka yang melambangkan kebesaran dan kedaulatan suatu
kerajaan atau kesultanan.
2. Suara yang dihasilkan oleh Nafiri tidaklah merupakan rangkaian
melodi seperti yang biasanya dihasilkan oleh alat tiup lainnya.
Suara Nafiri lebih menyerupai suara Gajah. Itulah mengapa alat
musik ini menjadi sesuatu yang dianggap unik dan mengandung
nilai magis.
3. Ansambel Nobat Diraja Kesultanan Serdang, merupakan satusatunya Ansambel Nobat Diraja di Sumatera Utara yang masih
bertahan hingga saat ini. Hal ini menjadi suatu kebanggaan
tersendiri bagi pihak Kesultanan Serdang mengingat ansambel ini
pernah nyaris punah dalam insiden Revolusi Sosial yang terjadi
pada 1946.

68

4. Kesultanan Serdang pada awalnya merupakan Kesultanan Deli.
Namun pada akhirnya berdiri sendiri setelah mengalami perang
saudara dalam memperebutkan tahta pada tahun 1723 dengan
Tuanku Umar sebagai Sultan Serdang I. Ansambel Nobat Diraja
merupakan salah satu warisan yang dibawa oleh Tuanku Umar
yang masih ada hingga saat ini.
5. Almarhum Tuanku Luckman Sinar Basarshah-II memiliki peranan
yang sangat berarti dalam melestarikan Ansambel Nobat Diraja
Kesultanan Serdang dan juga melestarikan Kesenian Melayu,
terbukti dengan didirikannya Sanggar Sinar Budaya Group.

B. SARAN
Berdasarkan kesimpulan-kesimpulan yang sudah dipaparkan di atas,
beberapa saran yang dapat peneliti berikan adalah:
1. Etnik Melayu merupakan etnik asli di Sumatera Utara dan
Kesultanan Serdang merupakan satu-satunya kesultanan di provinsi
ini yang masih memiliki Ansambel Nobat Diraja. Namun
eksistensi ansambel ini kurang dikenal oleh masyarakat umum.
Peneliti menyadari bahwa ansambel ini bukanlah termasuk musik
hiburan yang dapat dinikmati kapan saja. Ada sisi sakral dan magis
yang harus dijaga agar tidak terjadi pergeseran makna. Namun, ada
baiknya ansambel ini dikenal oleh masyarakat, terutama Rakyat
Serdang sendiri. Minimal yang dapat dilakukan adalah dengan

69

memperkenalkan nama ansambel ini pada masyarakat ketika
sedang ada upacara kesultanan yang menggunakan Ansambel
Nobat Diraja.
2. Setelah melakukan penelitian, peneliti menyimpulkan bahwa Nafiri
merupakan suatu alat musik tradisional yang memang benar-benar
mengandung nilai keunikan yang patut dibicarakan. Seyogyanya,
pengenalan tentang alat musik ini semakin dibawa ke ‘permukaan’,
sehingga lebih dikenal oleh masyarakat.
3. Sinar Budaya Group sudah banyak mengikuti event-event ternama
internasional dalam rangka memperkenalkan Kesenian Melayu
pada dunia. Saran peneliti, ada baiknya pula Sinar Budaya Group
memperkenalkan kesenian melayu tersebut kepada Masyarakat
Sumatera Utara, dengan basis pendidikan, misalnya lomba karya
tulis, baik fiksi maupun non fiksi, yang mengusung tema Kesenian
Melayu di Sumatera Utara maupun khusus Kesultanan Serdang.

70

DAFTAR PUSTAKA
Anissa, Nurul. 2012. Keberadaan Gonrang Simalungun pada Acara Pernikahan
Etnis Jawa di Tanjung Prapat. Skripsi. Medan: Universitas Negeri
Medan.
Bungin, Burhan. 2001. Metode Penelitian Kualitatif. Jakarta: Raja Grafindo
Persada.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia.
Jakarta: Balai Pustaka.
Manalu, Humisar. 2011. Peranan Musik pada Sanggar Cindai di Kota Medan.
Skripsi. Medan: Universitas Negeri Medan.
Manalu, Mitri. 2012. Peranan Musik Sikambang dalam Upacara Perkawinan
Adat Sumandi di Pesisir Tapanuli Tengah Sibolga. Skripsi. Medan:
Universitas Negeri Medan.
Manurung, Marga Retha. 2011. Eksistensi Instrumen Musik Tulila pada Etnik
Batak Toba di Kecamatan Harian Boho Samosir. Skripsi. Medan:
Universitas Negeri Medan.
Margono. 2009. Metode Penelitian Pendidikan. Jakarta: Pustaka Umum.
Maryaeni. 2005. Metode Penelitian Kebudayaan.” Jakarta: Bumi Aksara.
Manik, Meri. 2010. Keberadaan Ansambel Gondang Silalahi di Kecamatan
Silahisabungan Kabupaten Dairi. Skripsi. Medan: Universitas Negeri
Medan.
Miles, Huberman. 2005. Analisis Data kualitatif. Jakarta: UI-Press.
Moleong, Lexy. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Poetra, Adjie. 2006. 1001 Jurus Menyanyi Mudah. Bandung: Mizan Bunaya
Kreative.
Silalahi, Ulber. 2009. Metode Penelitian Sosial. Bandung: Refika Aditama.
Silitonga, Pita. 2008. Akustik Organologi. Diktat Perkuliahan. Medan: Universitas
Negeri Medan.
71

Sinar, Luckman. 2012. Pengantar Etnomusikologi dan Tarian Melayu. Medan:
Yayasan Kesultanan Serdang.
Sinar, Luckman. 2007. Kronik Mahkota Kesultanan Serdang. Medan: Yandira
Agung.
Sukmadinata, Nana Syaodih. 2008. Metode Penelitian Pendidikan”. Bandung:
Remeka Kosda Karya.
Takari, Muhammad. 2008. Budaya Musik dan Tari Melayu Sumatera Utara.
Medan: USU Press.

http://id.wikipedia.org/wiki/Nafiri/2 Oktober 2012
http://www.xamux.com/ind-eng_nafiri.html/21 Oktober 2012
http://id.wikipedia.org/wiki/Musik_Melayu/11 November 2012
http://sujokopn.blogspot.com/2009/11/judul-penelitian-musik-melayusebagai.html/2 Oktober 2012

72