PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TIPE TAI ( TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION ) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR GULING BELAKANG PADA SISWA PUTRA KELAS VII C SMP ISLAM DIPONEGORO SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2015 / 2016.

PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah
Senam lantai adalah salah satu jenis senam ketangkasan yang dilakukan
pada matras, unsur-unsur gerakannya terdiri dari mengguling, melompat,
meloncat, berputar di udara, menumpu dengan tangan atau kaki, untuk
mempertahankan sikap seimbang atau pada saat meloncat ke depan atau ke
belakang. Sebagai langkah awal pembelajaran senam lantai, terdapat salah satu
unsur gerakan yaitu mengguling. Bentuk latihan dasar berguling ke belakang
adalah gerakan menggulingkan badan ke belakang, dimana posisi badan tetap
harus membulat, yaitu kaki dilipat, lutut tetap melekat di dada, kepala ditundukan
sampai dagu melekat di dada. Guling belakang merupakan salah satu gerakan
yang membutuhkan keseimbangan tubuh.
Materi pembelajaran senam lantai masuk ke dalam kurikulum mata
pelajaran pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan untuk tingkat sekolah
menengah pertama. Saat melakukan kegiatan Program Pengalaman Lapangan
(PPL) di SMP Islam Diponegoro Surakarta, salah satu kelas putra yang mendapat
materi tentang senam lantai adalah siswa kelas VII C, kelas ini mendapat materi
tentang guling belakang. Guling belakang merupakan suatu gerakan mengguling
atau menggelinding ke belakang dengan gerakan tubuh harus dibulatkan 90˚.
Hasil observasi yang didapat dari guru mata pelajaran penjasorkes di kelas VII C,

siswa di kelas tersebut mengalami kesulitan dalam pembelajaran senam lantai
dengan materi guling belakang. Kesulitan yang dialami seputar teknik dasar yang
benar saat melakukan gerakan guling belakang. Sebagian besar siswa tidak berani
melakukan guling belakang dengan benar, namun ada beberapa siswa yang
mampu memberanikan diri melakukan gerakan guling belakang tetapi dengan
gerakan yang belum benar.
Banyak faktor yang mempengaruhi kurang berhasilnya hasil belajar
guling belakang siswa kelas VII C SMP Islam Diponegoro Surakarta. Selain
kurangnya minat siswa pada cabang senam lantai, kendala yang sering dihadapi
guru saat memberi pembelajaran guling belakang adalah siswa merasa materi

1

2
yang diberikan sulit sehingga materi ini didominasi oleh beberapa siswa saja. Ini
menunjukkan kurang efektifnya suatu proses belajar dan pembelajaran yang
diterapkan oleh guru dan kurangnya tingkat partisipasi siswa dalam proses
pembelajaran. Akibatnya hanya sebagian siswa saja yang secara aktif mengikuti
proses pembelajaran, sedangkan beberapa siswa justru saling bercanda, berbicara
dengan teman, atau bermain sendiri di lapangan tanpa menghiraukan materi apa

yang dijelaskan oleh guru. Kurangnya partisipasi siswa dalam mengikuti pelajaran
akan menurunkan tingkat keberhasilan siswa dalam hasil belajar oleh karena itu
diperlukan suatu tindakan yang mampu melibatkan partisipasi siswa dan sekaligus
dapat

digunakan

untuk

mempermudah

siswa

dalam

mengikuti

proses

pembelajaran demi tercapainya tujuan pembelajaran yang direncanakan.

Dalam kegiatan belajar mengajar sendiri siswa dituntut tuntas dalam
materi ajar khususnya senam lantai sesuai dengan silabus sekolah dengan KKM
yang sudah ditentukan yaitu 75. Dari hasil observasi di lapangan hanya beberapa
siswa saja yang dapat melakukan gerakan guling belakang. Ketika para siswa
melakukan,

masih banyak dijumpai siswa yang belum sempurna dalam

melakukan gerakan guling belakang seperti siswa masih banyak melenceng dan
keluar dari matras yang telah disediakan. Dari 24 siswa di kelas VII C, siswa yang
tuntas hasil belajar teknik dasar senam lantai berjumlah 7 siswa atau 29,17 %
sedangkan 17 siswa atau 70,83 % lainnya belum tuntas khususnya pada guling
belakang.
Dalam penelitian ini lebih difokuskan pada aplikasi model pembelajaran,
dan salah satu model pembelajaran yang dapat digunakan adalah cooperative
learning. Cooperative learning adalah model pembelajaran yang mengutamakan
pembentukan kelompok yang anggotanya memiliki kemampuan yang heterogen.
Model pembelajaran itu sendiri merangsang siswa agar belajar dan bekerja dalam
kelompok - kelompok kecil untuk saling membantu satu sama lain dalam
mempelajari materi pelajaran. Sedangkan dalam penerapannya cooperative

learning itu terdiri dari berbagai macam tipe, salah satunya adalah tipe TAI (Team
Assisted Individualization) .

3
Cooperative learning tipe TAI (Team Assisted Individualization) dapat
dikatakan sebagai bantuan individual dalam kelompok dimana siswa yang dirasa
kemampuannya kurang akan mendapat bantuan dalam penyampaian materi dari
teman dalam kelompoknya yang memiliki kemampuan baik. Keuntungan dari
model pembelajaran ini adalah siswa yang sudah memiliki kemampuan yang baik
diharapkan mampu membantu siswa yang belum bisa melakukan teknik dasar
guling belakang dengan baik, sehingga semua siswa akan aktif dalam
pembelajaran dan tidak ada yang pasif, karena siswa yang memiliki kemampuan
baik pun akan menjadi aktif ketika membantu teman dalam kelompoknya yang
memiliki kemampuan kurang dalam kegiatan pembelajaran tersebut. Guru juga
lebih mudah mengontrol siswa karena siswa yang telah dibagi menjadi beberapa
kelompok kecil sehingga ketua kelompok mampu membantu guru mengawasi
siswa lainnya. Model pembelajaran tersebut lebih meningkatkan komunikasi
siswa dengan anggota dalam kelompoknya, diharapkan siswa tidak lagi malu
bertanya jika mengalami kesulitan karena teman dalam kelompoknya dapat
membantu. Model pembelajaran ini meningkatkan kebebasan dan keaktifan siswa,

sehingga siswa menjadi senang dalam mengikuti pembelajaran yang diberikan
oleh guru. Dalam model pembelajaran ini siswa dituntut untuk saling kerjasama,
aktif dan bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri maupun kelompoknya serta
saling mendukung antar siswa untuk mencapai tujuan kelompok melalui
peningkatan kemampuan individu.
Berdasarkan beberapa permasalahan diatas, maka diperlukan upaya
pengoptimalan hasil belajar melalui penelitian dengan judul “Penerapan Model
Pembelajaran Tipe TAI ( Team Assisted Individualization ) Untuk Meningkatkan
Hasil Belajar Guling Belakang Pada Siswa Putra Kelas VII C SMP Islam
Diponegoro Surakarta Tahun Pelajaran 2015 / 2016”.

Dokumen yang terkait

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

MANAJEMEN PEMROGRAMAN PADA STASIUN RADIO SWASTA (Studi Deskriptif Program Acara Garus di Radio VIS FM Banyuwangi)

29 282 2

PENYESUAIAN SOSIAL SISWA REGULER DENGAN ADANYA ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SD INKLUSI GUGUS 4 SUMBERSARI MALANG

64 523 26

ANALISIS PROSPEKTIF SEBAGAI ALAT PERENCANAAN LABA PADA PT MUSTIKA RATU Tbk

273 1263 22

PENERIMAAN ATLET SILAT TENTANG ADEGAN PENCAK SILAT INDONESIA PADA FILM THE RAID REDEMPTION (STUDI RESEPSI PADA IKATAN PENCAK SILAT INDONESIA MALANG)

43 322 21

PEMAKNAAN MAHASISWA TENTANG DAKWAH USTADZ FELIX SIAUW MELALUI TWITTER ( Studi Resepsi Pada Mahasiswa Jurusan Tarbiyah Universitas Muhammadiyah Malang Angkatan 2011)

59 326 21

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24

PEMAKNAAN BERITA PERKEMBANGAN KOMODITI BERJANGKA PADA PROGRAM ACARA KABAR PASAR DI TV ONE (Analisis Resepsi Pada Karyawan PT Victory International Futures Malang)

18 209 45

STRATEGI KOMUNIKASI POLITIK PARTAI POLITIK PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH TAHUN 2012 DI KOTA BATU (Studi Kasus Tim Pemenangan Pemilu Eddy Rumpoko-Punjul Santoso)

119 459 25