PROGRAM BIMBINGAN PRIBADI SOSIAL MELALUI PERMAINAN UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI INTRAPERSONAL SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA: Studi Pengembangan Program Bimbingan Pribadi Sosial terhadap Siswa Kelas VIII SMPN 1 Lembang Kabupaten Bandung Barat Tahun Ajara

(1)

KATA PENGANTAR. ... ii

UCAPAN TERIMA KASIH... iii

DAFTAR ISI. ... iv

DAFTAR TABEL. ... v

DAFTAR GAMBAR. ... vi

DAFTAR LAMPIRAN. ... vii

BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah. ... 1

B. Rumusan Masalah. ... 9

C.Penjelasan Istilah. ... 11

D.Tujuan Penelitian. ... 12

E. Manfaat Penelitian. ... 12

F. Asumsi ... 13

G.Hipotesis. ... 14

H.Metode Penelitian ... 14

I. Lokasi dan Sampel Penelitian… ... 14

BAB II KAJIAN PUSTAKA KONSEP BIMBINGAN PRIBADI SOSIAL DAN KOMPETENSI INTRAPERSONAL SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA A.Bimbingan Pribadi Sosial. ... 15

B. Kompetensi Intrapersonal Siswa. ... 26

C.Karakteristik Siswa Sekolah Menengah Pertama. ... 32

D.Program Bimbingan Pribadi Sosial melalui Permainan untuk Meningkatkan Kompetensi Intrapersonal Siswa. ... 37

E. Hasil Penelitian Terdahulu ... 39

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A.Pendekatan Penelitian. ... 41

B. Lokasi Penelitian ... 42

C.Populasi dan Sampel ... 42

D.Definisi Operasional ... 43

E. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data ... 44

F. Pengembangan Alat Pengumpulan Data ... 45

G.Analisis Data. ... 49

H.Alur Penelitian. ... 52

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A.Profil Kompetensi Intrapersonal Siswa Kelas VIII


(2)

Kompetensi Intrapersonal Siswa SMPN 1 Lembang. ... 88

C.Efektivitas Program untuk Meningkatkan Kompetensi Intrapersonal Siswa SMPN 1 Lembang ... 99

D.Keterbatasan Penelitian ... 109

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A.Kesimpulan. ... 110

B. Rekomendasi ... 111

DAFTAR PUSTAKA . ... 113


(3)

DAFTAR TABEL

Tabel ... Hal. 2.1. Istilah Kompetensi Intrapersonal . ... 29 3.1. Kriteria Penyekoran . ... 45 3.2. Kisi-kisi Instrumen (Sebelum Uji Ahli)

Program Bimbingan Pribadi Sosial melalui Permainan

untuk Meningkatkan Kompetensi Intrapersonal Siswa ... 46 3.3. Kisi-kisi Instrumen (Setelah Uji Ahli)

Program Bimbingan Pribadi Sosial melalui Permainan

untuk Meningkatkan Kompetensi Intrapersonal Siswa ... 48 3.4. Kategori Kompetensi Intrapersonal Siswa

(Berdasarkan Tinggi, Sedang, dan Rendah) . ... 51 3.5. Kategori Aspek Kompetensi Intrapersonal Siswa

(Berdasarkan Tinggi, Sedang, dan Rendah) . ... 51 3.6. Kategori Indikator Kompetensi Intrapersonal Siswa

(Berdasarkan Tinggi, Sedang, dan Rendah). ... 51 4.1. Daftar Guru Bimbingan dan Konseling SMPN 1 Lembang . ... 55 4.2. Profil Kompetensi Intrapersonal Siswa Kelas VIII SMPN 1 Lembang (Berdasarkan

Kategori Tinggi, Sedang, Rendah) ... 62 4.3. Profil Kompetensi Intrapersonal Siswa Kelas VIII SMPN 1 Lembang (Berdasarkan

Indikator) . ... 66

4.4. Skor Kompetensi Intrapersonal Siswa Kelas VIII F SMP N I Lembang (Sebelum dan Sesudah Treatmen) . ... 101

4.5. Skor Kompetensi Intrapersonal Siswa Kelas VIII F SMP N I Lembang (Berdasarkan Aspek) . ... 103


(4)

Gambar ... Hal. 3.1. Kerangka Alur Penelitian . ... 52 4.1. Ruang Kerja Bimbingan dan Konseling SMPN 1 Lembang . ... 56 4.2. Ruang Konseling Kelompok SMPN 1 Lembang . ... 57

4.3. Profil Kompetensi Intrapersonal Siswa Kelas VIII SMPN 1 Lembang (Berdasarkan Kategori Tinggi, Sedang, Rendah) . ... 63 4.4. Profil Kompetensi Intrapersonal Siswa Kelas VIII SMPN 1 Lembang (Berdasarkan

Aspek) ... 64

4.5. Profil Kompetensi Intrapersonal Siswa Kelas VIII SMPN 1 Lembang (Berdasarkan Indikator) . ... 67

4.6. Siswa Mengikuti Permainan Jendela Diriku . ... 89 4.7. Konselor Mengarahkan Siswa untuk Melipat Kertas

Membentuk Pesawat. ... 91 4.8. Salah Satu Siswa Memimpin pada Permainan Marina Menari. ... 95 4.9. Siswa Berusaha Mengikat Balon masing-masing

pada Permainan Balonku . ... 97 4.10. Siswa Berdiskusi dengan Kelompok masing-masing

pada Permainan Kapal Livina . ... 99

4.11. Skor Kompetensi Intrapersonal Siswa Kelas VIII F SMPN 1 Lembang (Berdasarkan Aspek) ... 104


(5)

Lampiran

1. Surat-surat Penelitian... 116

2. Instrumen Penelitian. ... 117

3. Hasil Olah Data. ... 118

4. Rumusan Program. ... 119

5. Dokumentasi Penelitian ... 120


(6)

1 BAB I PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah

Sepanjang rentang kehidupannya individu mempunyai serangkaian tugas perkembangan yang harus dijalani untuk tiap masanya. Tugas perkembangan tersebut terbentang dari masa bayi, kanak-kanak, remaja, dewasa, hingga masa tua. Individu yang mampu memenuhi tuntutan tugas perkembangan akan mendapat kebahagiaan dan dapat membantu untuk melaksanakan tugas perkembangan selanjutnya. Apabila individu tersebut gagal dalam memenuhi tugas perkembangannya, maka dapat menghambat untuk memasuki tugas perkembangan selanjutnya dan dapat menimbulkan ketidakpuasan dalam perjalanan hidupnya Havighurst (Hurlock, 1999: 9).

Salah satu masa yang akan dilewati individu adalah masa peralihan dari anak-anak menuju remaja yang lebih dikenal dengan istilah pubertas. Kata pubertas sendiri berasal dari bahasa latin yang berarti “usia kedewasaan”. Istilah pubertas tersebut lebih menunjuk pada perubahan fisik dengan mulai diproduksinya hormon-hormon seks dalam tubuh sehingga individu secara seksual menjadi matang dan mampu bereproduksi. Perubahan fisik tersebut juga diikuti oleh perubahan dari psikis remaja terutama aspek sosial emosional yang masih labil dan kurang terkendali. Usia pubertas untuk anak perempuan adalah 11- 15 tahun, sedang untuk laki-laki 12- 16 tahun (Hurlock 1999: 185). Pada masa


(7)

tersebut rata- rata remaja berada pada tingkat pendidikan Sekolah Menengah Pertama atau SMP.

Tuntutan hidup yang tinggi dapat membuat masalah bagi remaja, karena mereka memiliki sedikit mekanisme dan strategi untuk beradaptasi dengan diri sendiri. Remaja seringkali tidak mampu mengendalikan dunia mereka. Remaja mengalami banyak masalah dalam keluarga, di sekolah, dan di masyarakat. Masalah yang dapat mempengaruhi remaja pubertas sendiri antara lain kecemasan, stres, seksualitas, alkohol dan penyalahgunaan obat, kenakalan remaja, bunuh diri, pengambilan keputusan, pemecahan masalah, dan menetapkan tujuan dalam hidup.

Berkaitan dengan masalah remaja, maka Standar American School Counselor Association ASCA (Holly dan Kevin, 2010:228) mengungkapkan beberapa modal atau sifat yang harus dikembangkan siswa untuk dapat menjalankan tugas perkembangannya dengan baik. Adapun modal tersebut sebagai berikut.

Personal power- young person feels he or she has control over things that happen to me. Self-esteem—young person reports having a high self-esteem. Sense of purpose—young person reports that “my life has a purpose. Positive view of personal future—young person is optimistic about his or her personal future.

Remaja hendaknya mampu mengembangkan kekuatan pribadi yakni mengerti akan sesuatu yang sedang mereka alami. Remaja diharapkan mempunyai pandangan tentang harga diri, pandangan akan tujuan hidup dan optimis untuk menjalani kehidupannya. Kekuatan pribadi ini dapat diartikan sebagai pemahaman akan diri sendiri dengan segala kelebihan dan kelemahan


(8)

yang ada. Tujuan pengembangan kekuatan pribadi ini adalah untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas pemenuhan kebutuhan pribadi. Jika individu mampu berkomunikasi baik dengan dirinya, kemungkinan besar ia juga mampu berkomunikasi baik pula dengan orang lain. Keterampilan komunikasi tersebut oleh Cavanagh (2002:203) disebut sebagai kompetensi intrapersonal.

Gardner (Armstrong 2009:6) memberikan istilah yang agak berbeda untuk menyebut kekuatan pribadi, namun mempunyai makna yang hampir sama. Secara lebih lanjut Gadner menyebut dengan kecerdasan intrapersonal. Individu dengan kecerdasan intrapersonal baik dapat dengan mudah mengakses perasaannya sendiri, membedakan berbagai macam keadaan emosi, dan menggunakan pemahamannya sendiri untuk memperkaya dan membimbing hidupnya.

Kompetensi intrapersonal akan menjadi landasan kokoh bagi perkembangan watak dan kepribadian seseorang termasuk dalam melaksanakan tugas perkembangannya. Individu yang memiliki kompetensi intrapersonal kuat mampu melihat batas-batas diri sekaligus kelebihan diri, sehingga tidak perlu membangun pencitraan diri secara palsu. Individu akan memiliki integritas tinggi sehingga sikap dan perilaku yang ditampakkan, sama dengan sikap dan perilaku sesungguhnya. Individu tersebut tidak takut terhadap penilaian orang lain karena ia berdiri kokoh pada kekuatan diri sendiri. Dalam kegiatan akademis, individu yang mengetahui keadaan dirinya cenderung untuk mampu menyelesaikan tugas akademisnya dengan tepat waktu. Hasil penelitian Grant (2009:107) tentang hubungan tingkat prokastinasi dan kompetensi intrapersonal siswa menunjukkan bahwa siswa dengan kompetensi intrapersonal tinggi cenderung kurang untuk


(9)

melakukan prokastinasi akademis secara keseluruhan daripada seorang siswa dengan kompetensi intrapersonal rendah.

Memasuki usia pubertas, remaja akan dihadapkan pada beberapa tugas perkembangan. Salah satu tugas perkembangan yang akan dihadapi remaja adalah mulai mencari identitas diri. Pada masa ini, remaja sering merasa terisolasi, hampa, cemas, dan bimbang. Remaja sangat peka terhadap cara-cara orang lain memandang dirinya, mereka menjadi mudah tersinggung dan merasa malu Erikson (Hall dan Lindzey, 1985: 86).

Hasil observasi dan wawancara awal diperoleh informasi dari guru Bimbingan dan konseling di SMPN 1 Lembang bahwa dengan beraneka ragamnya latar belakang siswa di sekolah tersebut, maka banyak siswa yang merasa kebingungan dengan identitas diri mereka. Banyak siswa yang berkeluh kesah kepada guru Bimbingan dan konseling bahwa mereka merasa kurang percaya diri dengan keadaan diri mereka. Masalah yang sering dikeluhkesahkan siswa misalnya, siswa merasa kurang menarik pada fisik serta perbedaan tingkat ekonomi orang tua. Lebih lanjut diungkapkan bahwa terdapat siswi yang selama 3 hari berturut-turut tidak masuk sekolah, setelah diadakan layanan kunjungan rumah (home visit) didapat informasi bahwa siswi tersebut merasa malu karena mendapat ejekan orang miskin oleh teman yang lain. Masalah yang dialami siswi tersebut akhirnya dapat membuat perjalanan akademik siswi terganggu, termasuk pencapaian tugas perkembangan lainnya menjadi kurang optimal.

Berdasarkan hasil wawancara juga didapatkan data bahwa terdapat kasus 2 orang siswi yang mengalami masalah berat, merasa putus asa, sehingga pernah


(10)

melakukan percobaan bunuh diri karena sudah tidak memiliki kekuatan diri untuk menghadapi masalahnya. Peristiwa tersebut tentunya membutuhkan perhatian dari semua pihak, termasuk guru bimbingan dan konseling sekolah.

Yusuf dan Nurihsan (2008: 200) mengungkapkan salah satu faktor yang menyebabkan individu mengalami kegagalan dalam melaksanakan tugas perkembangan dalam perjalanan kehidupan adalah tidak ada atau kurangnya bimbingan untuk memahami dan menguasai tugas-tugas perkembangan. Salah satu cara untuk mengatasi kegagalan tersebut perlu diberikan layanan bimbingan dan konseling yang optimal sesuai kebutuhan remaja, terutama remaja yang baru memasuki masa pubertas yakni remaja pada tingkat Sekolah Menengah Pertama atau SMP.

Salah satu bidang layanan dalam bimbingan dan konseling adalah bidang pribadi sosial. Menurut Gordon (2000: 13) bimbingan pribadi sosial adalah proses membantu individu untuk mengetahui cara bersikap serta memahami tentang keadaan diri sendiri termasuk berbagai kelemahan dan kekuatan diri sendiri. Bimbingan pribadi sosial diarahkan untuk memantapkan kepribadian dan mengembangkan kemampuan individu dalam menangani masalah-masalah dirinya. Bimbingan ini merupakan layanan yang mengarah pada pencapaian pribadi yang seimbang dengan memperhatikan keunikan tiap individu. Salah satu aspek dalam layanan bimbingan pribadi sosial adalah membantu individu untuk memperoleh pemahaman diri, termasuk didalamnya mengidentifikasi dan mengekspresikan perasaan diri ASCA (Holly dan Kevin, 2002:228).


(11)

Pelaksanaan bimbingan pribadi sosial di tingkat SMP berhadapan dengan siswa yang berada pada usia pubertas dengan berbagai karakter psikologisnya. guru bimbingan dan konseling dituntut untuk peka dan memahami karakteristik psikologi remaja pubertas. Materi dan strategi yang akan disampaikan pada program bimbingan pribadi sosial hendaknya dipilih dengan berbagai alasan tertentu. Salah satu pertimbangannya adalah bagaimana memilih strategi yang dapat dipahami dan diterima dengan baik oleh siswa, untuk mengantisipasi “lack of competence intrapersonal” siswa.

Siswa sebagai penerima layanan bimbingan dan konseling di sekolah adalah individu yang memiliki sebuah emosional otak. Emosional otak tersebut terdiri dari beberapa struktur unsur termasuk unsur perasaan (Goleman, 2006). Pada usia pubertas, siswa adalah individu yang belajar untuk merasakan berbagai gejolak emosi yang ada pada dirinya. Pendidik termasuk guru bimbingan dan konseling perlu memberikan bimbingan yang dapat mengikutsertakan perasaan itu. Strategi ini menunjukkan bahwa pembimbing bertanggung jawab untuk menciptakan suasana bimbingan yang membuat siswa dapat merasa tertawa, marah, mengekspresikan pendapat yang kuat, mendapatkan semangat dari topik tertentu, atau merasakan berbagai emosi lainnya.

Berdasarkan wawancara dengan guru bimbingan dan konseling di SMPN 1 Lembang didapat informasi bahwa selama ini mereka telah berusaha melaksanakan program tersebut di sekolah. Mereka menuturkan bahwa dalam faktanya terdapat keterbatasan untuk memberikan program bimbingan pribadi sosial yang dapat membantu meningkatkan kompetensi intrapersonal siswa


(12)

didiknya. Keterbatasan layanan tersebut misalnya dari teknik atau strategi layanan, serta materi yang disampaikan kepada siswa. Selama ini guru bimbingan dan konseling sekolah lebih memaksimalkan penggunaan Lembar Kerja Siswa (LKS) pengembangan diri untuk melaksanakan layanan tersebut.

Salah satu teknik yang dapat dikembangkan dalam program bimbingan pribadi sosial adalah dengan permainan. Permainan atau (game) adalah suatu kegiatan yang menyenangkan yang dilaksanakan untuk kepentingan kegiatan itu sendiri (Santrock, 2006). Terapi bermain pada remaja dalam pelaksanaan layanan bimbingan pribadi sosial menawarkan berbagai pendekatan khusus yang diarahkan untuk kebutuhan pada usia remaja. Bermain permainan (game) merupakan proses adopsi peran-peran dalam permainan, yang berkaitan dengan perkembangan identitas dan harga diri individu. Permainan dapat diterapkan agar pembelajaran menjadi bermakna. Melalui teknik permainan, guru bimbingan dan konseling dapat memberikan refleksi dan pemaknaan pada akhir kegiatan untuk menggambarkan berbagai ungkapan perasaan yang dialami siswa selama kegiatan permainan tersebut. Proses identifikasi perasaan yang dilakukan guru bimbingan dan konseling pada siswa pada akhirnya diharapkan dapat melatih dan meningkatkan kompetensi intrapersonal siswa.

Melalui kegiatan permainan terutama yang dilakukan bersama sekelompok anggota lain, siswa akan diarahkan untuk membuat gambaran terhadap diri sendiri. Gambaran tersebut antara lain kelebihan dan kekurangan yang dimiliki, hal ini tentunya akan membantu siswa untuk belajar membangun percaya diri dan harga diri karena ia mempunyai kompetensi tertentu. Erikson dan Freud


(13)

(Santrock, 2002) mengungkapkan bahwa permainan merupakan suatu bentuk penyesuaian diri manusia yang sangat berguna menolong anak menguasai kecemasan dan konflik. Siswa akan belajar cara bersikap dan bertingkah laku yang positif dan pada akhirnya membentuk kepribadian yang positif pula.

Pengetahuan diri (self knowledge) sebagai bagian dari kompetensi intrapersonal dapat dilatih melalui teknik permainan. Self knowledge yang baik mampu membuat individu terus mengeksplorasi diri dan mempunyai harapan- harapan positif yang akan mewarnai perjalanan kehidupannya. Waktu terbaik untuk membangun kompetensi ini adalah pada saat remaja (Musfiroh, 2008). Charles (2005) menambahkan bahwa masa remaja yang penuh dengan antagonis, mengikuti perasaan, susah diatur, gampang sakit hati, namun penuh dengan spontanitas dan kreativitas perlu diberikan perlakuan khusus. Perlakuan khusus tersebut dimaksudkan sebagai penghubung untuk membantu remaja dalam menyelesaikan masalah yang mereka hadapi.

Berdasarkan paparan di atas dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan program bimbingan pribadi sosial di sekolah melalui teknik permainan memberikan peluang kepada guru bimbingan dan konseling untuk menambah teori dan praktik dalam meningkatkan layanan kepada siswa. Berdasarkan pertimbangan tersebut, maka penelitian ini akan membahas tentang Program Bimbingan Pribadi Sosial melalui Permainan untuk Meningkatkan Kompetensi Intrapersonal Siswa.


(14)

B.Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dapat diidentifikasi beberapa permasalahan yang erat keterkaitannya dengan pelaksanaan program bimbingan pribadi sosial untuk meningkatkan kompetensi intrapersonal siswa. Kompetensi intrapersonal siswa yang optimal dapat menunjang kesuksesan pencapaian tugas perkembangan pada usia remaja. Kesuksesan siswa untuk mampu meningkatkan kompetensi intrapersonal tersebut pada akhirnya juga mampu membantu meningkatkan prestasi akademik di sekolah dengan lebih baik.

Kompetensi intrapersonal merupakan pemikiran dan perasaan siswa untuk mampu berhubungan baik dengan diri sendiri. Siswa yang mempunyai keceradasan intrapersonal kuat mampu menyadari bagaimana lingkungan sekitar memandang mereka dan berusaha mencari tahu bagaimana mereka diterima dengan baik oleh lingkungan.

Beberapa indikator yang menunjukan belum optimalnya pelaksanaan layanan bimbingan pribadi sosial di sekolah untuk memaksimalkan kompetensi intrapersonal siswa antara lain: Pelaksanaan layanan bimbingan pribadi sosial belum secara maksimal menggunakan teknik yang menarik dan sesuai bagi siswa. Siswa sebagai penerima layanan bimbingan pribadi sosial masih kurang mampu untuk memahami diri mereka secara baik, selain itu siswa kurang mampu untuk mengendalikan emosi ketika menghadapi suatu masalah dalam hidupnya.

Program bimbingan pribadi sosial belum mencapai tujuan secara optimal, termasuk layanan untuk meningkatkan kompetensi intrapersonal siswa pada usia pubertas. Guru bimbingan dan konseling membutuhkan suatu teknik layanan yang


(15)

sesuai dengan karakter psikologis siswa yang berada pada masa pubertas. Teknik layanan yang diberikan guru bimbingan dan konseling hendaknya dikemas dalam suatu kegiatan yang menarik bagi siswa yakni melalui teknik permainan. Program bimbingan pribadi sosial melalui teknik permainan (game) akan memberikan peluang terjadinya proses adopsi peran-peran dalam permainan yang berkaitan dengan perkembangan identitas diri dan harga diri individu.

Fokus dalam penelitian adalah upaya peningkatan kompetensi intrapersonal siswa melalui layanan bimbingan pribadi sosial, maka rumusan masalah secara umum adalah sebagai berikut: Bagaimanakah rumusan program bimbingan pribadi sosial melalui teknik permainan yang efektif untuk meningkatkan kompetensi intrapersonal siswa kelas VIII Sekolah Menengah Pertama (SMP)?

Adapun rumusan masalah secara khusus adalah sebagai berikut.

1. Bagaimanakah profil kompetensi intrapersonal siswa kelas VIII SMPN 1 Lembang?

2. Bagaimana rumusan program bimbingan pribadi sosial melalui permainan untuk meningkatkan kompetensi intrapersonal siswa kelas VIII SMPN 1 Lembang?

3. Bagaimana efektivitas program bimbingan pribadi sosial melalui permainan untuk meningkatkan kompetensi intrapersonal siswa kelas VIII SMPN 1 Lembang?


(16)

C.Penjelasan Istilah

1. Program bimbingan pribadi sosial melalui permainan

Bimbingan pribadi sosial adalah proses untuk membantu siswa agar dapat memahami bagaimana cara bersikap dan bertingkah laku baik dengan diri sendiri maupun dalam berhubungan dengan lingkungan sosialnya. Program bimbingan pribadi sosial melalui permainan diarahkan untuk memantapkan dan mengembangkan kepribadian melalui teknik permainan.

2. Kompetensi Intrapersonal

Kompetensi Intrapersonal adalah kecakapan yang dapat membantu siswa berhubungan secara baik dengan dirinya.

Terdapat tiga faktor yang berpengaruh dalam kompetensi intrapersonal yakni: a. Pengetahuan diri (self knowledge) adalah kemampuan siswa untuk

mengetahui gambaran dirinya yang meliputi: kekuatan diri, kelemahan diri, keinginan diri, perasaan diri, dan motivasi diri.

b. Pengarahan diri (self direction) adalah kemampuan siswa untuk mengarahkan diri dalam kehidupannya, serta menerima tanggungjawab sebagai konsekuensi dari perilaku mereka. Indikator pada aspek pengarahan diri adalah: kepercayaan diri, pengendalian diri, kemandirian diri, pengambilan keputusan, dan penentuan tujuan hidup.

c. Harga diri (self esteem) adalah suatu pandangan siswa secara umum bahwa dirinya bemanfaat, berkemampuan, dan berkebajikan. Aspek yang merupakan bagian dari harga diri adalah: persepsi diri, bangga dengan diri sendiri, evaluasi diri, dan integritas diri.


(17)

D.Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian secara umum adalah menghasilkan rumusan program bimbingan pribadi sosial yang efektif untuk meningkatkan kompetensi intrapersonal siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP) melalui teknik permainan.

Secara khusus penelitian ini memiliki tujuan sebagai berikut.

1. Mengetahui profil kompetensi intrapersonal siswa kelas VIII SMPN 1 Lembang.

2. Mengetahui rumusan program bimbingan pribadi sosial melalui permainan untuk meningkatkan kompetensi intrapersonal siswa kelas VIII SMPN 1 Lembang.

3. Mengetahui efektivitas program bimbingan pribadi sosial melalui permainan untuk meningkatkan kompetensi intrapersonal siswa kelas VIII SMPN 1 Lembang.

E.Manfaat Penelitian

Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut. 1. Manfaat teoretis

Dapat memberikan sumbangan ilmu pengetahuan khususnya tentang rumusan program bimbingan pribadi sosial melalui permainan untuk meningkatkan kompetensi intrapersonal siswa.

2. Manfaat praktis

a. Bagi siswa, siswa dapat menerapkan hasil permainan yang telah dilaksanakan yakni: siswa mampu mengetahui kelebihan dan kekurangan


(18)

yang ada dalam dirinya, siswa mampu belajar memilih cara penyelesaian masalah yang baik dan tidak merugikan diri sendiri maupun orang lain, serta siswa mampu melihat diri sendiri dengan persepsi yang positif. b. Bagi guru bimbingan dan konseling, memperkaya khasanah keterampilan

khususnya para guru bimbingan dan konseling yang bertugas di SMP dalam pelayanan peningkatan kompetensi intrapersonal siswa.

c. Bagi Kepala Sekolah, dapat menjadi salah satu referensi dalam pengambilan kebijakan yang berkaitan dengan program bimbingan dan konseling di sekolah yang bersangkutan.

d. Bahan kajian dan pengetahuan bagi peneliti selanjutnya yang berhubungan dengan program bimbingan pribadi sosial dan peningkatan kompetensi intrapersonal siswa.

F. Asumsi

Penelitian ini didasarkan pada asumsi peneliti yang disimpulkan dari beberapa pendapat ahli yang berkaitan dengan masalah kompetensi intrapersonal dan teknik permainan dalam bimbingan dan konseling.

1. Kompetensi intrapersonal adalah kecakapan yang dapat membantu siswa untuk berhubungan secara baik dengan dirinya (Cavanagh, 2002: 203).

2. Bimbingan pribadi sosial merupakan layanan untuk membantu siswa agar mampu memahami tentang diri sendiri, termasuk cara bersikap dan bertingkah laku baik dengan diri sendiri maupun orang lain (Gordon, 2000: 13).


(19)

3. Teknik permainan (game) adalah suatu kegiatan yang menyenangkan yang dilaksanakan untuk kepentingan kegiatan itu sendiri (Santrock, 2006).

G.Hipotesis

Hipotesis penelitian adalah: “Teknik permainan dalam program bimbingan pribadi sosial dapat meningkatkan kompetensi intrapersonal siswa”. Adapun hipotesis statistikanya adalah sebagai berikut.

Ho: Tidak terdapat perbedaan skor kompetensi intrapersonal siswa sebelum dan sesudah pelaksanaan program bimbingan pribadi sosial melalui teknik permainan. (Ho: x1 = x2)

HA: Terdapat perbedaan skor kompetensi intrapersonal siswa sebelum dan sesudah pelaksanaan program bimbingan pribadi sosial melalui teknik permainan. (HA: x1 ≠ x2)

H.Metode Penelitian

Pendekatan yang dipergunakan adalah kuantitatif dan kualitatif. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi pengembangan program.

I. Lokasi dan Sampel Penelitian

Penelitian dilaksanakan di SMPN 1 Lembang Kabupaten Bandung Barat, Populasi penelitian adalah seluruh siswa SMPN 1 Lembang yang mendapat layanan bimbingan pribadi sosial dan sampel yang dipilih adalah siswa kelas VIII.


(20)

41 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A.Pendekatan Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian adalah studi pengembangan program, sedangkan pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kuantitatif yang didukung data kualitatif. Desain penelitian adalah desain campuran kuantitatif dan kualitatif (Mixed Methods Design) jenis explanatory mixed methods research design. Jenis desain eksplanatori diawali dengan mengumpulkan data kuantitatif, dan dilanjutkan dengan mengumpulkan data kualitatif untuk menjelaskan atau mengelaborasi hasil dari data kuantitatif yang telah diperoleh sebelumnya. Data kuantitatif lebih menghasilkan gambaran umum dari masalah penelitian. Berdasarkan keterangan tersebut maka dibutuhkan analisa lebih lanjut melalui data kualitatif untuk menjelaskan gambaran umum tersebut.

Pendekatan kuantitatif digunakan karena memiliki ciri: 1) menggunakan angket yang bertujuan untuk kuantifikasi atribut kompetensi intrapersonal pada siswa, 2) dilakukan pengolahan data secara statistik baik untuk pembakuan instrumen maupun saat penjelasan profil atau gambaran kompetensi intrapersonal siswa, 3) uji efektivitas program menggunakan data kuantitaif yang kemudian diolah menggunakan penghitungan statistik lanjutan, dan 4) proses pengembangan program dilakukan uji coba logis-teoretis (validasi) tentang kompetensi intrapersonal siswa berdasarkan profil kompetensi intrapersonal siswa dan kajian


(21)

42

teoretis, serta diikuti oleh kajian pakar yakni dari ahli bimbingan dan konseling dan dari praktisi (guru bimbingan dan konseling SMP).

Data kualititatif berfungsi untuk menjelaskan (explanatori) data kuantitatif melalui: 1) identifikasi kebutuhan, potensi dan faktor pendukung layanan bimbingan pribadi sosial di sekolah, dan 2) proses pelaksanaan program bimbingan pribadi sosial.

B.Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) 1 Lembang yang terletak di Jalan Raya Lembang No. 357 Lembang Kabupaten Bandung Barat. Dipilihnya sekolah SMPN 1 Lembang dengan pertimbangan terdapat gejala kurangnya ketercapaian kompetensi intrapersonal siswa yang menjadi fokus dalam penelitian.

C.Populasi dan Sampel

Populasi pada penelitian adalah seluruh subjek yang diteliti, adapun subjek dalam penelitian ini adalah seluruh siswa SMPN 1 Lembang yang berjumlah 720 orang siswa. Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah pengambilan sampel dengan purposive sampling. Metode pemilihan sampel dilakukan dengan mengambil orang-orang yang terpilih betul oleh peneliti menurut ciri-ciri khusus yang dimiliki sampel tersebut. Adapun persyaratan sampel penelitian sebagai berikut.


(22)

43

1. Siswa SMP yang mendapat layanan bimbingan pribadi sosial oleh guru bimbingan dan konseling sekolah.

2. Siswa SMP yang rata-rata tengah berada pada masa puncak transisi (puncak pubertas) dari tahap perkembangan sebelumnya yakni dari masa anak-anak menuju masa remaja awal, rata-rata siswa berusia antara 12-14 tahun.

Berdasarkan kriteria sampel di atas, maka ditentukan subjek penelitian adalah siswa kelas VIII SMPN 1 Lembang. Sampel uji coba efektivitas program ditentukan berdasarkan kelas dengan rata-rata skor kompetensi intrapersonal terendah dibandingkan kelas VIII yang lain.

D.Definisi Operasional

1. Program bimbingan pribadi sosial melalui permainan

Bimbingan pribadi sosial adalah seperangkat rencana bimbingan pribadi sosial yang dirancang oleh peneliti, yang telah mendapat validasi dari ahli 2 orang ahli bimbingan dan konseling serta 2 orang praktisi (guru bimbingan dan konseling sekolah), untuk diberikan kepada siswa kelas VIII SMPN 1 Lembang melalui serangkaian permainan yang telah disusun berdasarkan tujuan untuk meningkatkan kompetensi intrapersonal siswa.

Permainan yang menjadi fokus dalam penelitian adalah permainan yang bertujuan untuk mengembangkan konsep diri siswa serta mengembangkan aspek emosi dan kepribadian siswa.


(23)

44 2. Kompetensi Intrapersonal

Kompetensi Intrapersonal adalah kemampuan siswa kelas VIII SMPN 1 Lembang untuk berhubungan baik dengan diri sendiri yang ditandai dengan 3 aspek yakni:

a. Pengetahuan diri (self knowledge) adalah kemampuan siswa untuk mengetahui gambaran dirinya yang meliputi indikator memahami kekuatan diri, kelemahan diri, keinginan diri, perasaan diri, dan motivasi diri.

b. Pengarahan diri (self direction) adalah kemampuan siswa untuk mengarahkan diri dalam kehidupannya, serta menerima tanggungjawab sebagai konsekuensi dari perilaku mereka. Indikator dalam aspek pengarahan diri adalah: kepercayaan diri, pengendalian diri, kemandirian diri, pengambilan keputusan, dan penentuan tujuan hidup.

c. Harga diri (self esteem) adalah suatu pandangan siswa secara umum bahwa dirinya bemanfaat, berkemampuan, dan berkebajikan. Indikator yang merupakan bagian dari harga diri adalah: persepsi diri, bangga dengan diri sendiri, evaluasi diri, dan integritas diri.

E.Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data

Pengumpulan data penelitian dilakukan dengan teknik sebagai berikut. 1. Pengamatan langsung: dilakukan dengan melakukan pengamatan langsung

terhadap objek penelitian, artinya peneliti berada di tempat terjadinya fenomena yang diamati.


(24)

45

2. Wawancara: dilakukan untuk mengumpulkan informasi dengan mengajukan sejumlah pertanyaan secara lisan. Kegiatan wawancara dalam penelitian ini akan dilakukan kepada guru bimbingan dan konseling dan siswa untuk mengetahui gambaran pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling yang dilakukan di sekolah.

3. Kuesioner atau angket dipergunakan untuk mengetahui gambaran kompetensi intrapersonal siswa secara umum diungkapkan melalui instrumen pernyataan.

F. Pengembangan Alat Pengumpul Data

Profil kompetensi intrapersonal siswa kelas VIII SMPN 1 Lembang akan dikumpulkan dengan angket yang dibagikan pada siswa. Angket dikembangkan sendiri oleh peneliti. Instrumen angket terdiri atas 3 aspek yang kemudian diturunkan menjadi 14 indikator yang akan diturunkan dalam item pernyataan. Kriteria yang dipergunakan dibagi menjadi dua kategori yakni untuk pernyataan positif dan penyataan negatif. Kriteria penyekoran dapat dilihat pada Tabel 3.1. berikut.

Tabel 3.1. Kriteria Penyekoran

No Kategori Skor

(pernyataan positif)

Skor (pernyataan

negatif)

1. Selalu (SL) 5 1

2. Sering (SR) 4 2

3. Kadang-kadang (KK) 3 3

4. Jarang (JR) 2 4


(25)

46

Kriteria di atas dipergunakan mengingat data yang akan diungkap adalah data yang terjadi sebenarnya, bukan data yang seharusnya ada di lapangan.

Tahapan pengembangan instrumen adalah sebagai berikut.

1. Pengembangan kisi-kisi instrumen dilakukan berdasarkan hasil studi kepustakaan dengan sumber-sumber yang relevan sekaligus mendukung konsep dan konstruk kompetensi intrapersonal. Berdasarkan kisi-kisi, maka dikembangkan draft pernyataan.

2. Setelah kisi-kisi instrumen tersusun dan mendapat evaluasi dari dosen pembimbing tesis, maka dihasilkan draft yang siap mendapat pertimbangan dari dosen penimbang (judgement expert) yakni:

Kisi-kisi instrumen yang dikembangkan menjadi instrumen pengumpul data tentang profil kompetensi siswa dapat dilihat pada Tabel 3.2. berikut.

Tabel 3.2.

Kisi-kisi Instrumen (sebelum uji ahli)

Program Bimbingan Pribadi Sosial melalui Permainan untuk Meningkatkan Kompetensi Intrapersonal Siswa

Vari abel

Sub variabel Indikator

Jumlah

pernyataan No Item Jum lah Item Favo rabel Non Favo rabel K O M P E T E N S I 1. Mempunyai pengetahuan diri yang baik, (self

knowledge).

a. Memahami kekuatan diri dan berusaha untuk mengembangkannya. b. Memahami kelemahan diri

dengan cara positif. c. Memahami keinginan diri. d. Mampu mengekspresikan

perasaan diri dengan cara yang positif.

e. Mampu memotivasi diri saat mengalami kegagalan.

3 3 1 3 2 0 0 2 0 1

1, 2, 3

4, 5, 6 7, 8, 9 10, 11, 12 13, 14, 15

3

3 3 3 3


(26)

47 I N T R A P E R S O N A L 2. Mampu memberi pengarahan yang baik untuk diri, (self direction).

a. Memiliki kepercayaan diri yang baik.

b. Mampu mengendalikan diri saat mengalami masalah.

c. Mampu menunjukkan kemandirian diri. d. Mampu mengambil

keputusan dengan baik. e. Mampu menentukan tujuan

hidup yang akan dijalani.

1 0 3 2 3 2 3 0 1 0

16, 17, 18 19, 20, 21 22, 23, 24 25, 26,27 28, 29, 30

3 3 3 3 3 3. Mempunyai harga diri yang positif, (self esteem).

a. Memiliki persepsi diri yang positif.

b. Bangga dengan keadaan diri

c. Memiliki integritas diri yang baik

d. Mampu mengevaluasi diri

2 2 1 4 2 2 3 0 31, 32, 33,34 35, 36, 37,38 39, 40, 41,42 43, 44, 45,46 4 4 4 4

Jumlah 46

3. Dari penilaian dan masukan dosen penimbang, maka didapatkan rekomendasi untuk merevisi pilihan kata pada pernyataan agar sesuai dengan kemampuan bahasa siswa pada tingkat SMP. Rekomendasi selanjutnya adalah menambahkan beberapa item pernyataan agar lebih menggambarkan ketercapaian tiap indikator.

4. Setelah dilakukan revisi, draft kemudian dikonsultasikan lagi kepada dosen penimbang serta dosen pembimbing sehingga didapatkan draft angket jadi. 5. Draft angket jadi kemudian diuji keterbacaan kepada 3 orang siswa SMP agar

didapat gambaran pemahaman langsung dari siswa SMP sebagai objek penelitian terhadap isi angket. Kisi-kisi instrumen setelah uji ahli dan uji keterbacaan siswa adalah sebagai berikut.


(27)

48 Tabel 3.3.

Kisi-kisi Instrumen (setelah uji ahli)

Program Bimbingan Pribadi Sosial melalui Permainan untuk Meningkatkan Kompetensi Intrapersonal Siswa

Va ria bel

Sub variabel Indikator

Jumlah

pernyataan No

Item Jum lah Item Fa vo rable Non Fa vo rable K O M P E T E N S I I N T R A P E R S O N A L 1. Mempunyai pengeta huan diri yang baik, (self knowledge).

a. Memahami kekuatan diri dan berusaha untuk mengembangkannya. b. Memahami kelemahan

diri dan berusaha untuk mengatasinya.

c. Memahami keinginan diri.

d. Mampu

mengekspresikan perasaan diri dengan cara yang positif. e. Mampu memotivasi diri

saat mengalami kegagalan. 3 4 2 4 2 0 1 2 1 1

1, 2, 3

4, 5, 6, 7, 8

9, 10, 11, 12 13, 14, 15, 16,

17

18, 19, 20

3 5 4 5 3 2. Mampu memberi pengarahan yang baik untuk diri, (self

direction).

a. Memiliki kepercayaan diri yang baik.

b. Mampu mengendalikan diri saat mengalami masalah.

c. Mampu menunjukkan kemandirian diri. d. Mampu mengambil

keputusan dengan baik. e. Mampu menentukan

tujuan hidup yang akan dijalani. 1 1 3 1 3 2 5 1 2 0

21, 22, 23 24, 25, 26, 27,

28, 29 30, 31, 32, 33

34, 35, 36 37, 38, 39

3 6 4 3 3 3. Mempunyai harga diri yang positif, (self esteem).

a. Memiliki persepsi diri yang positif.

b. Bangga dengan keadaan diri

c. Memiliki integritas diri yang baik

d. Mampu mengevaluasi diri 3 2 4 2 1 2 2 0

40, 41, 42, 43 44, 44, 45, 46 48, 49, 50, 51,

52, 53 54, 55 4 4 6 2


(28)

49 G.Analisis Data

Setelah proses pengumpulan data dari lapangan selesai dilakukan, maka tahap berikutnya adalah tahap analisis. Pada tahap inilah data diolah sedemikian rupa sehingga berhasil disimpulkan kebenaran-kebenaran yang dapat dipakai untuk menjawab persoalan-persoalan yang diajukan dalam penelitian.

1. Uji Prasyarat Analisis a. Uji Validitas

Uji validitas yang akan digunakan adalah validitas konstruksi dengan menggunakan pendapat ahli yang telah bergelar doktor bidang bimbingan dan konseling (judgement expert). Setelah pengujian konstruksi dari ahli, maka pengujian instrumen dilanjutkan dengan uji coba lapangan dengan sampel anggota minimal 30 orang siswa. Setelah ditabulasi maka pengujian validitas konstruksi dilakukan dengan analisis faktor, yaitu mengkorelasikan antar skor item instrumen dalam suatu faktor dan mengkorelasikan skor faktor dengan skor total.

b. Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas yang digunakan adalah internal consistency, dilakukan dengan cara mencobakan instrumen sekali saja. Berdasarkan hasil uji coba selanjutnya data dianalisis menggunakan teknik koefisien α (Alpha Cronbach) > 0,6 maka dapat dikatakan bahasa instrumen yang digunakan tersebut reliabel. Analisis reliabilitas menggunakan bantuan komputer dengan program SPSS 15 for windows.


(29)

50 c. Uji Normalitas dan Homogenitas

Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah data yang didapat berdistribusi normal atau tidak. Berdasarkan uji normalitas akan didapatkan gambaran teknik statistika yang akan digunakan. Jika data berdistribusi normal maka akan digunakan teknik statistika parametris. Uji homogenitas digunakan untuk mengetahui apakah sampel yang pilih berasal dari populasi yang sama.Uji normalitas dan homogenitas menggunakan bantuan komputer dengan program SPSS 15 for windows.

2. Analisis Statistik Deskriptif

Analisis statistik yang digunakan dalam penelitian meliputi statistik deskriptif dan inferensial. Statistik deskriptif digunakan untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi. Statistik deskriptif dilakukan untuk mendeskripsikan data sampel penelitian yang disajikan dalam bentuk tabel, grafik, diagram lingkaran, piktogram, perhitungan modus, median, dan mean tentang gambaran ketercapaian tingkat kompetensi intrapersonal siswa.

Terdapat 3 kategori yang digunakan dalam menganalisis data hasil penelitian. Kategori pertama yakni profil kompetensi intrapersonal untuk menentukan kelompok siswa sebagai berikut.


(30)

51 Tabel 3.4.

Kategori Kelompok Siswa

(Berdasarkan Tinggi, Sedang, dan Rendah)

No Kategori Rentang

1. Tinggi Mean + 0,5 SD

(>216,93)

2. Sedang Mean – 0,5 SD

(200,18- 216,92) 3. Rendah < (Mean – 1,5 SD)

(<200,17)

Kategori kedua yakni untuk menentukan kelompok tiap aspek kompetensi intrapersonal sebagai berikut.

Tabel 3.5.

Kategori Aspek Kompetensi Intrapersonal Siswa (Berdasarkan Tinggi, Sedang, dan Rendah)

No Kategori Rentang

1. Tinggi Mean + 0,5 SD

(>77,1%)

2. Sedang Mean – 0,5 SD

(70,2% - 77,0%) 3. Rendah < (Mean – 1,5 SD)

(<70,42%)

Kategori ketiga yakni untuk menentukan kelompok tiap indikator kompetensi intrapersonal sebagai berikut.

Tabel 3.6.

Kategori Indikator Kompetensi Intrapersonal Siswa (Berdasarkan Tinggi, Sedang, dan Rendah)

No Kategori Rentang

1. Tinggi Mean + 0,5 SD

(>76,39%)

2. Sedang Mean – 0,5 SD

(76,38%-70,43%) 3. Rendah < (Mean – 1,5 SD)


(31)

52 H.Alur Penelitian

Pelaksanaan penelitian diawali dengan tahap mengumpulkan data profil kompetensi intrapersonal siswa untuk mengetahui gambaran kebutuhan siswa. Pengumpulan data selanjutnya adalah data mengenai layanan bimbingan pribadi sosial yang selama ini dilakukan oleh guru bimbingan dan konseling sekolah untuk mengetahui hambatan serta kemungkinan peluang pelaksanaan rancangan program bimbingan pribadi sosial yang dibutuhkan oleh siswa. Berdasarkan data yang diperoleh disusun rumusan program bimbingan pribadi sosial. Program bimbingan pribadi sosial dirancang agar dapat diaplikasikan kepada siswa untuk meningkatkan kompetensi intrapersonal siswa.

Tahap ketiga adalah mengaplikasikan program yang telah mendapatkan pertimbangan dan disetujui oleh para ahli, serta menganalisis keefektifan program terhadap peningkatan skor kompetensi intrapersonal siswa. Gambar kerangka alur penelitian dapat dilihat dalam Gambar 3.1. sebagai berikut.

Gambar 3.1.

Gambar 3.1. Kerangka Alur Penelitian

Program Bimbingan Pribadi Sosial melalui Permainan untuk Meningkatkan Kompetensi

Intrapersonal Siswa Analisis Kesesuaian

Program Bimbingan Pribadi

Sosial Gambaran Kebutuhan

Kompetensi

Intrapersonal Siswa

Gambaran

Pelaksanaan Layanan Bimbingan dan Konseling di Sekolah

Gambaran Program Bimbingan Pribadi Sosial


(32)

110 BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A.Kesimpulan

Penelitian tentang program bimbingan pribadi sosial melalui permainan untuk meningkatkan kompetensi intrapersonal siswa kelas VIII SMPN 1 Lembang, menghasilkan beberapa kesimpulan sebagai berikut.

1. Pada umumnya tingkat kompetensi intrapersonal siswa kelas VIII di SMPN 1 Lembang termasuk dalam kategori sedang, artinya sebagian siswa belum menguasai kompetensi intrapersonal secara menyeluruh. Aspek pengetahuan diri (self knowledge) siswa kelas VIII di SMPN 1 Lembang lebih rendah daripada aspek pengarahan diri (self direction) dan harga diri (self esteem). Sebagian besar siswa memiliki kemampuan yang rendah pada indikator memahami kekuatan diri dan berusaha untuk mengembangkannya, mampu mengekspresikan perasaan diri dengan cara yang positif, dan indikator memiliki kepercayaan diri yang baik.

2. Program bimbingan pribadi sosial melalui permainan telah divalidasi dengan focus group discussion (FGD) oleh para ahli dan praktisi bimbingan dan konseling dan dinyatakan layak untuk diuji cobakan kepada sampel penelitian. 3. Program bimbingan pribadi sosial melalui permainan efektif dan signifikan

untuk meningkatkan kompetensi intrapersonal siswa SMP, terutama untuk aspek pengetahuan diri (self knowledge).


(33)

B.Rekomendasi

Berdasarkan hasil dan kesimpulan penelitian yang telah disampaikan sebelumnya, maka dirumuskan beberapa rekomendasi untuk kepala sekolah, guru bimbingan dan konseling, serta peneliti selanjutnya sebagai berikut.

1. Kepala Sekolah

Mengingat program bimbingan pribadi sosial melalui permainan efektif untuk meningkatkan kompetensi intrapersonal siswa, hendaknya kepala sekolah mempertimbangkan untuk mengambil kebijakan memasukkan program ke dalam layanan bimbingan dan konseling di SMPN 1 Lembang.

2. Guru bimbingan dan konseling

a. Mengingat teknik permainan dalam bimbingan pribadi sosial mampu meningkatkan kompetensi intrapersonal siswa, maka guru bimbingan dan konseling dapat mempraktikkannya sebagai bagian terpadu program bimbingan dan konseling di SMPN 1 Lembang.

b. Pelaksanaan program bimbingan pribadi dan sosial melalui permainan membutuhkan keterampilan guru bimbingan dan konseling untuk menguasai berbagai permainan yang dipraktikkan. Oleh karena itu guru bimbingan dan konseling perlu memaksimalkan standar kualifikasi dengan mengikuti berbagai pelatihan yang mendukung agar dapat melaksanakan layanan kepada siswa dengan optimal.


(34)

3. Peneliti selanjutnya

a. Pembahasan hasil penelitian belum mengungkap secara mendalam tentang latar belakang siswa pada setiap kategori ketercapaian kompetensi intrapersonal siswa baik untuk kategori tinggi, sedang, dan rendah. Dengan demikian diperlukan kajian yang komprehensif tentang latar belakang siswa pada tiap kategori tersebut.

b. Program bimbingan pribadi sosial melalui permainan terbukti efektif untuk meningkatkan aspek pengetahuan diri dan aspek harga diri, namun belum terbukti secara signifikan untuk meningkatkan aspek pengarahan diri. Dengan demikian perlu dirancang program bimbingan pribadi sosial yang lebih mutakhir untuk dapat meningkatkan aspek pengarahan diri siswa. c. Mengingat terbatasnya rentang waktu antara pelaksanaan uji coba program

di lapangan dengan pengumpulan data posttest kompetensi intrapersonal siswa, maka perlu diadakan penelitian dengan jangka waktu yang lebih memadai agar siswa dapat menerapkan hasil program dalam kehidupan sehari-hari sebelum mengisi data posttest.

d. Program bimbingan pribadi sosial melalui permainan belum menganalisis hubungan antara kompetensi intrapersonal dengan kompetensi interpersonal yang sering berkaitan erat dalam praktiknya. Dengan demikian perlu diadakan penelitian lebih lanjut tentang kompetensi interpersonal siswa SMP khususnya pada siswa kelas VIII.


(35)

113

DAFTAR PUSTAKA

Armstrong. T. (2009). Multiple intelligences in the classroom. Third Editon. Unites State of America: ASCD Publication.

Bowers, J. & Hatch, P. (2002). The National Model for School Counseling Programs. Alexandria: American Shool Counselor Association.

Cavanagh, M. & Levitov, J. (2002). The Counseling Experience: A Theoretical and Practical Approach. Second Editon. Unites State of America: Waveland Press, Inc.

Creswell, J. (1997). Qualitative Inquiry and Research Design. London: SAGE Publications.

_______ (1994). Research Design Qualitative & Quantitative Approaches. London: SAGE Publications.

Desmita, (2008). Psikologi Perkembangan. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Departemen Pendidikan Nasional. (2008). Rambu-Rambu Penyelenggaraan Bimbingan dan Konseling dalam Jalur Pendidikan Formal. Jakarta: Depdiknas.

Eliasa, E. (2010). Program Bimbingan Pribadi Sosial Untuk Meningkatkan Kompetensi Intrapersonal dan Interpersonal Siswa Remaja. Tesis. SPS UPI. Tidak diterbitkan.

Feist, J. (2008). Theories of Personality. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Gordon, W. (2000). Modul Guidance. France : UNESCO.

Grant, C. The Relationship Between Procrastination And Intrapersonal Intelligence In College Students THE UNIVERSITY OF NORTH DAKOTA, 2009, 107 pages; 3406199. (online). Tersedia di:

http://gradworks.umi.com/34/06/3406199.html (13 April 2011).

Hanifa. (2008). Mengasah Potensi Anak Lewat Kecerdasan Intrapersonal. (online). Tersedia di:

http://hanifa93.wordpress.com/2008/02/22/asah-potensi-anak-lewat-kecerdasan-intrapersonal/. (18 Februari 2011).

Hall, C & Lindzey, G. (1985). Introduction to Theories of Personality. New York: John Wiley & Sons Inc.


(36)

Holly, S. & Kevin, W. (2010). The Developmental Assest and ASCA’s National Standarts: A Crosswalk Review. (online). Tersedia di:

http://www.docstoc.com/docs/44414757/The-Developmental-Assets-and-ASCAs-National-Standards-A-Crosswalk-Review ( 02 Agustus 2010).

Hurlock, E. (1999). Psikologi Perkembangan. Jakarta: Erlangga. Ismail, A. (2006). Education Games. Yogyakarta: Pilar Media.

Jamil, S. & Hidayanto,T. (2008). 100 Game Kreatif untuk Membangun dan Membentuk Tim yang Solid. Jogjakarta : Gradien Mediatama.

John, S. (2003). Counseling In Schools Essential Services and Comprehensive Programs. United States: Pearson Education Inc.

Kartadinata, S. (2009). Kerangka Kerja Bimbingan dan Konseling dalam Pendidikan Pendekatan Ekologis sebagai Suatu Alternatif. Bandung: UPI Press.

McMillan, J. & Schumacher, S. (2001). Research In Education. A conceptual Introduction. New York : Longman.

Nur, M. (2010). Ice Breaker. Jogjakarta : Laksana.

Purnama, D. (2008). Program Bimbingan Pribadi Sosial Untuk Santri. Tesis. SPS UPI. Tidak diterbitkan.

Ramli, M. (2010). “Model Konseling Berbasis Permainan Simulasi untuk

Meningkatkan Kecerdasan Emosional Siswa”. Jurnal Bimbingan dan

Konseling.8. 88-115.

Rusmana, N. (2009). Permainan (Game & Play). Bandung:Rizqi Press.

Santrock, J. (2007). Psikologi Pendidikan; Edisi Kedua. McGraw-Hill Company, Inc. Alih bahasa oleh Tri Wibowo. Jakarta: Prenada Media Group.

Sarlito, W. (2005). Psikologi Remaja, Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Schaefer, C. (2003). Play Therapy With Adults. Canada: John Wileys&Sons Inc. Sukmadinata, N (2010). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Remaja


(37)

Suparno, P. (2004). Teori Intelegensi Ganda dan Aplikasinya di Sekolah. Yogyakarta: Kanisius.

Suwarjo & Imania, E. (2011). Permainan (Games) dalam Bimbingan dan Konseling. Jogjakarta : Paramitra.

Surya, M. (2009). Psikologi Konseling. Bandung: Maestro.

_________ (2009). Inovasi Bimbingan dan Konseling Menjawab Tantangan Global. Makalah dalam Konggres ABKIN, Surabaya 2009.

Yusuf. M. (2008). Menata Program Bimbingan dan Konseling Komprehensif di Sekolah. Makalah dalam Konggres ABKIN, Surabaya 2009.

Yusuf, S. & Nurihsan, J. (2008). Teori Kepribadian. Bandung: Remaja Rosdakarya.

_________ (2008). Landasan Bimbingan & Konseling. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Zaman, S. & Helmi, D. (2010). Games Kreatif Pilihan untuk Meningkatkan Potensi Diri & Kelompok. Jakarta: Gagas Media.

No Name. (2006). Teaching children through intrapersonal intelligence (multiple intelligence) (online). Tersedia di: http://www.parentree.in/Parentree-editors/journal-860/Teaching-children-

through-intrapersonal-intelligence--multiple-intelligence----Activities--Toys--Materials--Examples.html.

(26 Februari 2011).

No Name. (2009). Kecerdasan intrapersonal anak kian rapuh. (online). Tersedia di: http://www.sttbali.com/berita/pendidikan/158.html. (20 Februari 2011).

No Name. (2010). Kecerdasan intrapersonal modal masa depan yang paling dibutuhkan. (online).Tersedia di:

http://www.ayahbunda.co.id/Artikel/Psikologi/kecerdasan.intrapersonal.mo

dal.masa.depan.yang.paling.dibutuhkan/001/007/500/372/-/4 (20 Februari


(1)

110 BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A.Kesimpulan

Penelitian tentang program bimbingan pribadi sosial melalui permainan untuk meningkatkan kompetensi intrapersonal siswa kelas VIII SMPN 1 Lembang, menghasilkan beberapa kesimpulan sebagai berikut.

1. Pada umumnya tingkat kompetensi intrapersonal siswa kelas VIII di SMPN 1 Lembang termasuk dalam kategori sedang, artinya sebagian siswa belum menguasai kompetensi intrapersonal secara menyeluruh. Aspek pengetahuan diri (self knowledge) siswa kelas VIII di SMPN 1 Lembang lebih rendah daripada aspek pengarahan diri (self direction) dan harga diri (self esteem). Sebagian besar siswa memiliki kemampuan yang rendah pada indikator memahami kekuatan diri dan berusaha untuk mengembangkannya, mampu mengekspresikan perasaan diri dengan cara yang positif, dan indikator memiliki kepercayaan diri yang baik.

2. Program bimbingan pribadi sosial melalui permainan telah divalidasi dengan focus group discussion (FGD) oleh para ahli dan praktisi bimbingan dan konseling dan dinyatakan layak untuk diuji cobakan kepada sampel penelitian. 3. Program bimbingan pribadi sosial melalui permainan efektif dan signifikan

untuk meningkatkan kompetensi intrapersonal siswa SMP, terutama untuk aspek pengetahuan diri (self knowledge).


(2)

B.Rekomendasi

Berdasarkan hasil dan kesimpulan penelitian yang telah disampaikan sebelumnya, maka dirumuskan beberapa rekomendasi untuk kepala sekolah, guru bimbingan dan konseling, serta peneliti selanjutnya sebagai berikut.

1. Kepala Sekolah

Mengingat program bimbingan pribadi sosial melalui permainan efektif untuk meningkatkan kompetensi intrapersonal siswa, hendaknya kepala sekolah mempertimbangkan untuk mengambil kebijakan memasukkan program ke dalam layanan bimbingan dan konseling di SMPN 1 Lembang.

2. Guru bimbingan dan konseling

a. Mengingat teknik permainan dalam bimbingan pribadi sosial mampu meningkatkan kompetensi intrapersonal siswa, maka guru bimbingan dan konseling dapat mempraktikkannya sebagai bagian terpadu program bimbingan dan konseling di SMPN 1 Lembang.

b. Pelaksanaan program bimbingan pribadi dan sosial melalui permainan membutuhkan keterampilan guru bimbingan dan konseling untuk menguasai berbagai permainan yang dipraktikkan. Oleh karena itu guru bimbingan dan konseling perlu memaksimalkan standar kualifikasi dengan mengikuti berbagai pelatihan yang mendukung agar dapat melaksanakan layanan kepada siswa dengan optimal.


(3)

112

3. Peneliti selanjutnya

a. Pembahasan hasil penelitian belum mengungkap secara mendalam tentang latar belakang siswa pada setiap kategori ketercapaian kompetensi intrapersonal siswa baik untuk kategori tinggi, sedang, dan rendah. Dengan demikian diperlukan kajian yang komprehensif tentang latar belakang siswa pada tiap kategori tersebut.

b. Program bimbingan pribadi sosial melalui permainan terbukti efektif untuk meningkatkan aspek pengetahuan diri dan aspek harga diri, namun belum terbukti secara signifikan untuk meningkatkan aspek pengarahan diri. Dengan demikian perlu dirancang program bimbingan pribadi sosial yang lebih mutakhir untuk dapat meningkatkan aspek pengarahan diri siswa. c. Mengingat terbatasnya rentang waktu antara pelaksanaan uji coba program

di lapangan dengan pengumpulan data posttest kompetensi intrapersonal siswa, maka perlu diadakan penelitian dengan jangka waktu yang lebih memadai agar siswa dapat menerapkan hasil program dalam kehidupan sehari-hari sebelum mengisi data posttest.

d. Program bimbingan pribadi sosial melalui permainan belum menganalisis hubungan antara kompetensi intrapersonal dengan kompetensi interpersonal yang sering berkaitan erat dalam praktiknya. Dengan demikian perlu diadakan penelitian lebih lanjut tentang kompetensi interpersonal siswa SMP khususnya pada siswa kelas VIII.


(4)

113 DAFTAR PUSTAKA

Armstrong. T. (2009). Multiple intelligences in the classroom. Third Editon. Unites State of America: ASCD Publication.

Bowers, J. & Hatch, P. (2002). The National Model for School Counseling Programs. Alexandria: American Shool Counselor Association.

Cavanagh, M. & Levitov, J. (2002). The Counseling Experience: A Theoretical and Practical Approach. Second Editon. Unites State of America: Waveland Press, Inc.

Creswell, J. (1997). Qualitative Inquiry and Research Design. London: SAGE Publications.

_______ (1994). Research Design Qualitative & Quantitative Approaches. London: SAGE Publications.

Desmita, (2008). Psikologi Perkembangan. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Departemen Pendidikan Nasional. (2008). Rambu-Rambu Penyelenggaraan Bimbingan dan Konseling dalam Jalur Pendidikan Formal. Jakarta: Depdiknas.

Eliasa, E. (2010). Program Bimbingan Pribadi Sosial Untuk Meningkatkan Kompetensi Intrapersonal dan Interpersonal Siswa Remaja. Tesis. SPS UPI. Tidak diterbitkan.

Feist, J. (2008). Theories of Personality. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Gordon, W. (2000). Modul Guidance. France : UNESCO.

Grant, C. The Relationship Between Procrastination And Intrapersonal Intelligence In College Students THE UNIVERSITY OF NORTH DAKOTA, 2009, 107 pages; 3406199. (online). Tersedia di: http://gradworks.umi.com/34/06/3406199.html (13 April 2011).

Hanifa. (2008). Mengasah Potensi Anak Lewat Kecerdasan Intrapersonal. (online). Tersedia di: http://hanifa93.wordpress.com/2008/02/22/asah-potensi-anak-lewat-kecerdasan-intrapersonal/. (18 Februari 2011).

Hall, C & Lindzey, G. (1985). Introduction to Theories of Personality. New York: John Wiley & Sons Inc.


(5)

114

Holly, S. & Kevin, W. (2010). The Developmental Assest and ASCA’s National Standarts: A Crosswalk Review. (online). Tersedia di: http://www.docstoc.com/docs/44414757/The-Developmental-Assets-and-ASCAs-National-Standards-A-Crosswalk-Review ( 02 Agustus 2010). Hurlock, E. (1999). Psikologi Perkembangan. Jakarta: Erlangga.

Ismail, A. (2006). Education Games. Yogyakarta: Pilar Media.

Jamil, S. & Hidayanto,T. (2008). 100 Game Kreatif untuk Membangun dan Membentuk Tim yang Solid. Jogjakarta : Gradien Mediatama.

John, S. (2003). Counseling In Schools Essential Services and Comprehensive Programs. United States: Pearson Education Inc.

Kartadinata, S. (2009). Kerangka Kerja Bimbingan dan Konseling dalam Pendidikan Pendekatan Ekologis sebagai Suatu Alternatif. Bandung: UPI Press.

McMillan, J. & Schumacher, S. (2001). Research In Education. A conceptual Introduction. New York : Longman.

Nur, M. (2010). Ice Breaker. Jogjakarta : Laksana.

Purnama, D. (2008). Program Bimbingan Pribadi Sosial Untuk Santri. Tesis. SPS UPI. Tidak diterbitkan.

Ramli, M. (2010). “Model Konseling Berbasis Permainan Simulasi untuk

Meningkatkan Kecerdasan Emosional Siswa”. Jurnal Bimbingan dan

Konseling.8. 88-115.

Rusmana, N. (2009). Permainan (Game & Play). Bandung:Rizqi Press.

Santrock, J. (2007). Psikologi Pendidikan; Edisi Kedua. McGraw-Hill Company, Inc. Alih bahasa oleh Tri Wibowo. Jakarta: Prenada Media Group.

Sarlito, W. (2005). Psikologi Remaja, Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Schaefer, C. (2003). Play Therapy With Adults. Canada: John Wileys&Sons Inc. Sukmadinata, N (2010). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Remaja


(6)

Suparno, P. (2004). Teori Intelegensi Ganda dan Aplikasinya di Sekolah. Yogyakarta: Kanisius.

Suwarjo & Imania, E. (2011). Permainan (Games) dalam Bimbingan dan Konseling. Jogjakarta : Paramitra.

Surya, M. (2009). Psikologi Konseling. Bandung: Maestro.

_________ (2009). Inovasi Bimbingan dan Konseling Menjawab Tantangan Global. Makalah dalam Konggres ABKIN, Surabaya 2009.

Yusuf. M. (2008). Menata Program Bimbingan dan Konseling Komprehensif di Sekolah. Makalah dalam Konggres ABKIN, Surabaya 2009.

Yusuf, S. & Nurihsan, J. (2008). Teori Kepribadian. Bandung: Remaja Rosdakarya.

_________ (2008). Landasan Bimbingan & Konseling. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Zaman, S. & Helmi, D. (2010). Games Kreatif Pilihan untuk Meningkatkan Potensi Diri & Kelompok. Jakarta: Gagas Media.

No Name. (2006). Teaching children through intrapersonal intelligence (multiple intelligence) (online). Tersedia di: http://www.parentree.in/Parentree-editors/journal-860/Teaching-children- through-intrapersonal-intelligence--multiple-intelligence----Activities--Toys--Materials--Examples.html.

(26 Februari 2011).

No Name. (2009). Kecerdasan intrapersonal anak kian rapuh. (online). Tersedia di: http://www.sttbali.com/berita/pendidikan/158.html. (20 Februari 2011).

No Name. (2010). Kecerdasan intrapersonal modal masa depan yang paling dibutuhkan. (online).Tersedia di:

http://www.ayahbunda.co.id/Artikel/Psikologi/kecerdasan.intrapersonal.mo dal.masa.depan.yang.paling.dibutuhkan/001/007/500/372/-/4 (20 Februari 2011).